• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kebiasaan Buruk Dan Maloklusi Murid Smp Negeri 1 Tanjung Morawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Kebiasaan Buruk Dan Maloklusi Murid Smp Negeri 1 Tanjung Morawa"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KEBIASAAN BURUK DAN MALOKLUSI

MURID SMP NEGERI 1 TANJUNG MORAWA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

JESSICA R IMELDA NIM: 110600080

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2015

Jessica R Imelda

Gambaran kebiasaan buruk dan maloklusi murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa. ix + 34 halaman

(3)

GAMBARAN KEBIASAAN BURUK DAN MALOKLUSI

MURID SMP NEGERI 1 TANJUNG MORAWA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

JESSICA R IMELDA NIM: 110600080

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 16 April 2015

Pembimbing : Tanda Tangan

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankandi hadapan tim penguji pada tanggal 16 April 2015

TIM PENGUJI

KETUA :Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM ANGGOTA : 1. Rika Mayasari, drg., M.Kes

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Gambaran Kebiasaan Buruk dan Maloklusi Murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan dan saran-saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., Sp. Ort., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat.

3. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM dan Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes selaku dosen penguji yang memberikan masukan dan bantuan sehingga skripsi ini berjalan dengan lancar.

5. Sayuti Hasibuan, drg., Sp. PM selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan kepada penulis sejak awal semester kuliah di FKG USU.

6. Prof. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP(K) selaku Ketua Komisi Etik penelitian di bidang kesehatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan persetujuan pelaksanaan penelitian ini.

(7)

8. Seluruh staf pengajar dan pegawai FKG USU terutama di Departemen Ilmu Kedokteran gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat atas bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini diselesaikan dengan baik.

Rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua penulis H.P. Ht.Barat dan M. Tarihoran atas segala doa, kasih sayang, dukungan dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

Penulis juga tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada sahabat-sahabat terutama Lulu Fanty, Octavina, Artauli, Dina Naulita, Frischa Novita, Agnes Tresnawati, Khaera Cameliya, Dytha Debrina, Christina Kosasih, Elizabeth Lilanti dan Nurul Sukma serta teman-teman stambuk 2011 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas doa, semangat dan dukungannya yang diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki menjadikan skripsi ini masih perlu perbaikan, saran dan kritik yang membangun. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pikiran yang berguna bagi perngembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat dan Departemen Ortodonti.

Medan, 16 April 2015 Penulis,

(Jessica R Imelda)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI ...

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebiasaan Buruk ... 5

2.4 Mekanisme Kebiasaan Buruk dan Maloklusi ... 10

(9)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 14

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14

3.3 Populasi dan Sampel ... 14

3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 15

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 16

3.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 17

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden ... 18

4.2 Prevalensi Kebiasaan Buruk dan Jenis Kebiasaan Buruk ... 18

4.3 Jenis Kebiasaan Buruk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ... 19

4.4Prevalensi Maloklusi dan Jenis Maloklusi ... 21

4.5 Jenis Kebiasaan Buruk dan Maloklusi ... 21

BAB 5 PEMBAHASAN ... 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 29

6.2 Saran ... 29

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1.Karakteristik responden di SMP Negeri 1 Tanjung Morawa (n=222) ... 18 2.Persentase kebiasaan buruk dan distribusi jenis kebiasaan buruk pada

murid SMP Negeri 1Tanjung Morawa ... 19 3.Persentase distribusi jenis kebiasaan buruk berdasarkan usia dan jenis

kelamin pada murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa (n=155) ... 20 4.Persentase maloklusi dan distribusi jenis maloklusi pada murid SMP

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1.Perhitungan besar sampel

2.Kuesioner gambaran kebiasaan buruk dan maloklusi murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebiasaan adalah kecenderungan terhadap suatu tindakan atau keadaanyang dilakukan berulang, spontan, konsisten dan mudah.1,2 Pada awalnya individu menyadari tindakan yang dilakukan,tetapi karena tindakan tersebut dilakukan secara berulang maka individu tersebut tidak menyadari ketika melakukan tindakan tersebut.2 Dalam perkembangan dan pertumbuhannya, banyak anak memiliki kebiasaan tertentu dalam berperilaku. Kebiasaan itu sendiri ada yang mudah dihilangkan dan tidak mudah dihilangkan. Kebiasaan timbul sebagai suatu cara bagi anak untuk tetap menyibukkan diri bila merasakan sesuatu yang kurang menyenangkan baginya. Tetapi sebagian besar anak melakukan suatu kebiasaan untuk menenangkan diri ketika merasa tertekan, stress, bosan, lelah, frustasi dan tidak nyaman ataupun saat tertidur lelap. Orang tua harus lebih sering memberi perhatian pada perilaku anak,khususnya perilaku yang sering anak lakukan.3Dalam hal ini orang tua berperan sebagai kunci pokok di dalam menjaga kesehatan anak, bertanggung jawab atas perawatan medis anak, terutama dalam hal memfasilitasi dan memperkenalkan gaya hidup yang sehat.4

(13)

Berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 2004 yang dilaporkan oleh Departemen Kesehatan RI menunjukkan secara umum bahwa diantara penyakit yang dikeluhkan dan yang tidak dikeluhkan, prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah yang tertinggi meliputi 60% penduduk.8 Berbagai penyakit maupun kelainan gigi dan mulut dapat mempengaruhi berbagai fungsi rongga mulut,salah satunya adalah kelainan susunan gigi atau disebut dengan maloklusi. Maloklusi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut terbesar ketiga setelah karies dan penyakit periodontal.9 Menurut Suma , maloklusi merupakan masalah kesehatan gigi kedua yang terbesar pada anak dan remaja setelah karies.10 Maloklusi adalah suatu kondisi yang menyimpang dari relasi normal gigi terhadap gigi lainnya dalam satu lengkung dan terhadap gigi pada lengkung rahang lawannya.11 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Thilander et al, pada 4724 anak usia 5-17 tahun ditemukan 88% memiliki maloklusi.12 Sedangkan Pruthi et al dalam penelitiannya pada 961 anak usia 12 dan 15 tahun ditemukan 53% memiliki maloklusi.13

Menurut Pambudi,kebiasaan burukdapat menjadi penyebab terjadinya maloklusi tetapi tidak semua kebiasaan buruk dapat menyebabkan maloklusi. Ada tiga syarat suatu kebiasaan buruk agar dapat menyebabkanmaloklusi yaitu lamanya kebiasaan berlangsung,frekuensi serta intensitas melakukan kebiasaan buruk tersebut.14 Kebiasaan buruk pada anak usia sekolah merupakan faktor etiologi yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan maloklusi.15 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alessandro et al,pada 342 sampel anak usia 3-5 tahun ditemukan 74% memiliki maloklusi dan 73,4% memiliki kebiasaan buruk.16Viviana et al, dalam penelitiannya melaporkan 381 anak yang memiliki kebiasaan buruk pada usia 3-13 tahun diperoleh 34,1% mempunyai maloklusi.17 Sedangkan Pruthi et al, dalam rimaloklusi.13

(14)

menghisap bibirmemiliki rata-rata overjet 8,5 mm dan overbite 6,5 mm sehingga terlihat adanya deepbite. Selain itu anak yang memiliki kebiasaan menghisap ibu jari dan menjulurkan lidah juga terlihat adanya posterior crossbite.7 Selain itu, Alessandro et al, dalam penelitiannya juga menyebutkan anak dengan kebiasaan buruk 5,2 kali lebih besar terjadi peningkatan overjet,21,6 kali memiliki anterior open bite dan 4,1 kali lebih besar memiliki crossbite.16

Jenis kelamin merupakan hal yang mempengaruhi terjadinya kebiasaan buruk. Berdasarkan penelitian Pruthi et al, pada 961 sampel ditemukan anak laki-laki 62,2% memiliki kebiasaan buruk sedangkan anak perempuan 37,8%.13 Penelitian Aves et al, juga menunjukkan pada 52 sampel anak yang memiliki kebiasaan buruk didapat 60% anak laki-laki memiliki kebiasaan buruk sedangkan 40% anak perempuan.5 Berbeda dengan penelitian Guiseppina et al, pada 2108 sampel ditemukan anak perempuan 82,1% lebih banyak mengalami kebiasaan buruk dibandingkan dengan anak laki-laki 78,9%.18 Hal ini juga didukung oleh penelitian Saba et al, pada 110 sampel anak ditemukan 68,18% anak perempuan memiliki kebiasaan buruk sedangkan 31,82% pada anak laki-laki.7

Berdasarkan uraian di atas bahwa kebiasaan burukdapat menyebabkan maloklusi, maka peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran kebiasaan burukdan maloklusi murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa. Pada penelitian ini, peneliti memilih murid yang mempunyai gigi permanen sudah erupsi semua (kecuali gigi M3). Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Tanjung Morawa karena ingin meneliti gambaran kebiasaan buruk dan maloklusi murid di daerah pinggiran kota dan lokasi sekolah mudah dijangkau oleh peneliti.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran kebiasaan buruk dan maloklusi murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa.

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui prevalensi dan jenis kebiasaan buruk pada murid SMP Negeri 1

(15)

2. Untuk mengetahui jenis kebiasaan buruk berdasarkan usia dan jenis kelamin pada murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa.

3. Untuk mengetahui prevalensi dan jenis maloklusi pada murid SMP Negeri 1 Tanjung

Morawa.

4. Untuk mengetahui jenis maloklusi berdasarkan kebiasaan buruk pada murid SMP

Negeri 1 Tanjung Morawa.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi bagi orang tua dan guru sekolah tentang kebiasaan buruk dan

maloklusi sehingga dapat mencegah dampak yang terjadi.

2. Sebagai bahan informasi untuk perkembangan Ilmu Kedokteran Gigi yaitu Departemen

Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat FKG-USU dan Departemen Ortodonti.

3. Sebagai bahan masukan bagi perencanaan program kesehatan, khususnya program

penyuluhan dan pengembangan kesehatan gigi dan mulut anak usia 12-14 tahun dalam usaha peningkatan kualitas kesehatan gigi dan mulut.

4. Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut pada masa

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebiasaan Buruk

Kebiasaan adalah suatu tindakan berulang yang dilakukan secara otomatis atau spontan. Perilaku ini umumnya terjadi pada masa kanak-kanak dan sebagian besar selesai secara

spontan.19 Suatu kebiasaan di rongga mulut yang dapat menyebabkan maloklusi disebut

kebiasaan buruk. Kebiasaan buruk merupakan sesuatu yang wajar terjadi pada anak usia kurang dari enam tahun dan dapat berhenti dengan sendirinya pada anak usia kurang dari enam

tahun.5 Kebiasaan buruk dapat menyebabkan posisi insisivus pada gigi sulung berubah,

sehingga harus dihilangkan sebelum gigi pemanen erupsi. Jika kebiasaan buruk tidak dapat dihilangkan sebelum gigi permanen erupsi, maka dapat menyebabkan perubahan pada gigi permanen.20

2.2 Macam-Macam Kebiasaan Buruk

Beberapa jenis kebiasaan buruk pada anak yaitu mengisap ibu jari tangan (thumb sucking), menjulurkan lidah (tongue thrusting), bernapas melalui mulut (mouth breathing), menggigit kuku (nail biting) dan menghisap bibir (lip sucking).2

2.2.1 Menghisap Ibu Jari (Thumb Sucking)

Menghisap Ibu Jari (thumb sucking) adalah kebiasaan menempatkan ibu jari ke dalam mulut dengan bibir tertutup disekitar ibu jari.21Kebiasaan ini normal sampai usia 3,5-4 tahun.2 Kebiasaan menghisap ibu jari dimulai saat anak di dalam rahim.22 Anak memilih menghisap ibu jari, karena ukuran ibu jari dinilai lebih sesuai dan tepat sebagai pengganti dot.4 Kebiasaan ini membuat anak merasa aman, bahagia dan tenang. Anak melakukan kebiasaan ini saat berada dalam keadaan yang sulit misalnya saat harus berpisah dengan orang tua dalam berapa waktu, dikelilingi orang asing, saat berada dilingkungan yang kurang familiar, saat anak lelah, saat tidur, saat lapar, saat anak takut ataupun saat anak bosan.22,23

(17)

2.2.2 Menjulurkan Lidah (Tongue Thrusting)

Menjulurkan lidah (tongue thrusting) adalah keadaan lidah berada diantara gigi anterior dan molar selama penelanan, berbicara atau istirahat.2 Hal ini menyebabkan selama penelanan gigi tidak dapat oklusi.1 Kebiasaan menjulurkan lidah akibat bertahannya infantile swallow dari

anak-anak hingga dewasa.Infantile swallow berubah menjadi pola penelanan normal saat gigi

posterior desidui erupsi.24 Pada proses menelan normal lidah menyentuh anterior palatum, gigi dalam keadaan oklusi dan bibir menutup. Kebiasaan menjulurkan lidah, posisi lidah berada diantara gigi anterior dan molar. Hal tersebut menyebabkan gigi insisivus mengalami tekanan secara terus menerus sehingga terdorong ke arah labial.25 Etiologi menjulurkan lidah adalah faktor genetik, kebiasaan (habit), maturasional, retriksi mekanik dan gangguan neurologi.2

Kebiasaan ini dapat menyebabkan maloklusi tergantung pada durasi.26

2.2.3 Bernapas Melalui Mulut (Mouth Breathing)

Bernapas melalui mulut (mouth breathing) adalah suatu keadaan abnormal yang terjadi karena adanya kesulitan pengambilan dan pengeluaran napas secara normal melalui hidung, menyebabkan kebutuhan pernapasan dipenuhi lewat mulut.27 Kebiasaan bernapas melalui mulut pada anak biasanya terjadi saat anak dalam keadaan diam maupun saat melakukan kegiatan.14 Proses pernapasan mulut menyebabkan mulut selalu dalam keadaan terbuka kecuali pada saat menelan. Kebiasaan bernapas melalui mulut dibagi menjadi 3 klasifikasi yaitu:28

a. Obstruktif

Adanya hambatan sebagian atau keseluruhan pada nasal dapat menyebabkan anak untuk bernapas melalui mulut. Berikut ini merupakan beberapa penyebab terjadinya hambatan pada nasal yaitu adenoid yang menghambat, inflamasi kronis pada mukosa Karenanya, bernapas melalui mulut menjadi kebiasaan yang dilakukan secara tidak sadar.

c. Anatomi

Anak yang bernapas melalui mulut karena anatomi adalah anak yang morfologi bibirnya tidak dapat menutup sepenuhnya, contohnya adalah pasien yang memiliki bibir atas yang pendek.

(18)

menyebabkan gingivitis di sekitar insisivus maksila, protrusi insisivus dan tidak mampu untuk menutup bibir.29

2.2.4 Menggigit Kuku (Nail Biting)

Menggigit kuku (nail biting) adalah suatu kebiasaan menggigit kuku pada anak dan

remaja.30 Kebiasaan ini umumnya terjadi pada anak usia 3-4 tahun dan meningkat pada masa

remaja. Kebiasaan menggigit kuku lebih banyak pada anak laki-laki dibanding anak

perempuan.19 Kebiasaan ini muncul sebagai manifestasi stress yang meningkat.20 Pada

beberapa anak kebiasaan menggigit kuku sebagai pengganti kebiasaan menghisap ibu jari atau jari. Keinginan untuk menggigit bahkan memakan kuku berhubungan dengan tahap psikoemosional yaitu rasa gelisah.Kebiasaan menggigit kuku menggambarkan kecemasan anak saat mengalami keadaan yang tegang. Hal ini terlihat sebagai efek akibat refleks emosi yang tidak seimbang.30

Kebiasaan menggigit kuku terdiri atas empat tahapan. Pada awalnya tangan diletakkan berdekatan dengan mulut dan tidak berpindah dalam beberapa detik sampai 30 detik. Kemudian jari dimasukkan dengan cepat mengenai gigi anterior. Diikuti dengan gerakan menggigit kuku dengan cepat secara tidak teratur, dengan kuku ditekan pada tepi gigi yang menggigit dengan kuat. Terakhir jari dikeluarkan dari mulut untuk diperiksa secara visual atau dirasakan dengan jari yang lain secara palpasi.30

Kebiasaan menggigit kuku biasanya terjadi saat anak dalam keadaan yang sedih atau tertekan misalnya saat tidak mengerti pelajaran di sekolah, membaca cerita yang sedih, ketika mendengar cerita horor atau ketika mereka dipaksa untuk tidur saat malam.Pada anak yang menelan kuku yang telah digigit dapat menyebabkan masalah pada perut, karena kuku anak tidak bersih sehingga mudah tertular berbagai penyakit.30

2.2.5 Menghisap Bibir (Lip Sucking)

(19)

mempelajari sesuatu hal yang sulit. Saat kebiasaan ini pertama kali dilakukan, anak akan terus melakukan kebiasaan ini bahkan setelah stimulus dihilangkan.32

2.3 Maloklusi

Maloklusi merupakan keadaan yang menyimpang pada oklusi normal meliputi ketidakteraturan gigi-geligi dalam lengkung rahang seperti gigi berjejal, protrusi, malposisi

maupun hubungan yang tidak harmonis dengan gigi antagonisnya.33 Saat ini maloklusi

merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut terbesar ketiga setelah karies dan penyakit

periodontal.10 Maloklusi dapat mengganggu fungsi pengunyahan, penelanan, bicara dan

keserasian wajah serta masalah pergaulan karena masalah estetik terganggu.9,33 Selain itu

maloklusi juga mempengaruhi kesehataan jaringan periodontal, peningkatan terjadinya karies

dan dapat menyebabkan gangguan TMJ.34

2.3.1 Jenis Maloklusi

1. Gigitan terbuka (open bite) adalah keadaan terdapat celah atau ruang atau tidak ada kontak antara gigi-gigi atas dengan gigi-gigi bawah apabila rahang dalam keadaan oklusi sentrik. Macam-macam open bite menurut lokasinya adalah:2

a. Anterior open bite

Adalah keadaan adanya ruang insisal gigi saat rahang atas dan rahang bawah dalam oklusi sentrik.

b. Posterior open bite

Adalah keadaan adanya ruang oklusal gigi posterior saat rahang atas dan rahang bawah dalam oklusi sentrik.

2. Gigitan silang (crossbite), yaitu keadaan satu atau beberapa gigi atas terdapat di

sebelah palatinal atau lingual gigi-gigi bawah. Dikenal beberapa macam crossbite:2 a. Anterior crossbite

Adalah keadaan gigi insisivus atas terdapat di sebelah lingual gigi insisivus bawah.

b. Posterior crossbite

Adalah hubungan yang abnormal gigi-gigi posterior secara bukolingual pada rahang atas atau bawah, pada saat kedua lengkung gigi berada dalam oklusi sentrik.

3. Protrusi

(20)

4. Deepbite

Adalah suatu keadaan jarak menutupnya bagian insisal gigi insisivus maksila terhadap insisal gigi insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-3 mm.35

5. Crowded

Adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal. Hal ini disebabkan karena perbedaan antara ruang yang tersedia dalam lengkung gigi dan ruang yang diperlukan untuk menyelaraskan gigi.35

6. Rotasi

Adalah gerakan berputar gigi di dalam tulang alveolar di sekitar sumbu panjangnya.36 7. Retroklinasi Insisivus

Adalah arah inklinasi gigi insisivus yang mengarah ke belakang.36

2.3.2 Etiologi Maloklusi

Graber membagi etiologi maloklusi menjadi dua yaitu faktor umum dan faktor lokal.2

a. Faktor umum:

1. Herediter.

2. Kongenital.

3. Lingkungan.

4. Gangguan metabolisme yang merupakan faktor predisposisi.

5. Diet (defisiensi nutrisi).

6. Kebiasaan buruk

7. Trauma.

8. Posture (posisi tubuh).

b. Faktor lokal:

1. Anomali jumlah gigi.

2. Anomali ukuran gigi.

3. Anomali bentuk gigi.

4. Frenulum labii tidak normal.

5. Kehilangan dini gigi desidui.

6. Persistensi gigi desidui.

7. Gigi permanen terlambat erupsi.

8. Arah erupsi abnormal.

9. Ankilosis.

(21)

2.4 Mekanisme Kebiasaan Buruk dan Maloklusi

2.4.1 Menghisap Ibu Jari ( Thumb Sucking)

Pada anak yang mempunyai kebiasaan menghisap ibu jari, ibu jari diletakkan diantara insisivus bawah dan atas, maka akan menekan bagian lingual gigi insisivus maksila dan bagian labial gigi insisivus bawah.Hal ini menyebabkan gigi insisivus maksila menjadi protrusi dan gigi insisivus mandibula menjadi retroklinasi.20 Protrusi yang terjadi dapat juga menyebabkan terjadinya anterior open bite pada anak.20 Dalam hal ini bentuk lengkung gigi dipengaruhi oleh perubahan keseimbangan tekanan dari pipi dan lidah. Kebiasaan menghisap ibu jari dapat

menyebabkan terjadi posterior crossbite hal ini disebabkan ketika ibu jari ditempatkan di

dalam mulut, posisi lidah turun dan jauh dari palatum yang menyebabkan turunnya tekanan lidah pada sisi palatal gigi posterior maksila. Saat menghisap ibu jari otot orbicularis oris dan

otot buccinator tetap memberikan tekanan pada permukaan bukal gigi maksila. Lidah tidak

mampu menyeimbangkan tekanan sehingga lengkung posterior maksila menjadi crossbite.14,20

2.4.2Menjulurkan Lidah (Tongue Thrusting)

Anak dengan kebiasaan menjulurkan lidah, pada saat menelan posisi lidah menjulur menyebabkan gigi insisivus terus menurus terdorong ke arah labial sehingga gigi insisivus

terdorong depan atau terjadi protrusi.25 Selain itu kebiasaan ini menyebabkan terjadinya

anterioropen bite dan posterior dan adanya posterior crossbite.2,28 Protrusi yang terjadi dapat juga menyebabkan terjadinya anterior open bite pada anak.20 Pada saat menelan, berbicara dan istirahat posisi lidah berada diantara molar sehingga menghambat erupsi gigi posterior yang menyebabkan terjadinya posterior open bite.2 Kebiasaan menjulurkan lidah dapat disebabkan karena kebiasaan menghisap ibu jari, sehingga menyebabkan terjadi posterior crossbite.2

2.4.3Bernapas Melalui Mulut (Mouth Breathing)

(22)

bawah dan ke belakang sehingga terjadi anterior open bite dan peningkatan overjet, selain itu tekanan dari pipi dapat menyebabkan lengkung gigi maksila menjadi menyempit sehingga terjadi posterior crossbite.14

2.4.4 Menggigit Kuku (Nail Biting)

Kebiasaan menggigit kuku tidak menyebabkan maloklusi yang terlalu besar. Maloklusi yang terjadi yaitu rotasi pada tepi insisal, gigi sedikit berjejal dan dapat juga

menyebabkan minor fraktur enamel.2

2.4.5 Menghisap Bibir (Lip Sucking)

(23)

2.5 Kerangka Konsep

Faktor Risiko Faktor Efek

Kebiasaan Buruk

- Menghisap ibu jari

- Menjulurkan lidah

- Benapas melalui mulut

- Menggigit kuku

- Menghisap bibir

Maloklusi

- Anterior open bite

- Posterior crossbite

- Crowded

- Rotasi

- Protrusi

- Retroklinasi Insisivus - Anterior crossbite

- Posterior open bite

- Deepbite

- Umur

(24)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey deskriptif dengan desain cross sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Waktu penelitian berlangsung dari bulan Agustus 2014 sampai dengan April 2015.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII-IX pada SMP Negeri 1 Tanjung Morawa dengan jumlah 1005. Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus

Berdasarkan perhitungan diperoleh besar sampel 202 murid. Jumlah ini ditambah 10% untuk memperhitungkan drop-out. Pada penelitian ini ditambah sebanyak 20 murid maka besar sampel optimal yang diperlukan adalah 222 murid Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling berdasarkan kelompok usia. Seluruh siswa kelas VII-IX didata kemudian dibagi menjadi 3 kelompok usia yakni 12 tahun, 13 tahun dan 14 tahun. Setiap strata umur diambil secara random 74 orang (lampiran 1).

Kriteria inklusi:

a. Anak berusia antara 12-14 tahun

b. Gigi permanen sudah tumbuh semua kecuali M3

c. Belum pernah dirawat ortodonti (pesawat lepasan/ cekat/ fungsional) Kriteria eksklusi:

(25)

b. Anak yang tidak mendapat persetujuan orang tua.

3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

Pada penelitian ini terdapat beberapa variabel, yaitu: 1. Jenis kelamin terdiri atas laki-laki dan perempuan

2. Usia adalah yang dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir responden.

3. Kebiasaan buruk adalah pola perilaku berulang yang dilakukan secara otomatis atau

spontan. Dalam penelitian ini kebiasaan buruk yang periksa yaitu: a. Menghisap ibu jari (thumb sucking)

Kebiasaan menempatkan ibu jari ke dalam mulut dengan bibir tertutup disekitar ibu jari. b. Menjulurkan lidah (tongue thrusting)

Keadaan lidah berada diantara gigi anterior dan molar selama penelanan, berbicara atau istirahat.

c. Bernapas melalui mulut (mouth breathing)

Keadaan abnormal karena adanya kesulitan pengambilan dan pengeluaran napas secara normal melalui hidung, menyebabkan kebutuhan pernapasan dipenuhi lewat mulut.

d. Menggigit kuku (nail biting)

Kebiasaan menggigit kuku pada anak dan remaja. e. Menghisap bibir (lip sucking)

Kebiasaan menghisap bibir yang dilakukan secara terus-menerus secara sadar maupun tidak sadar.

4. Maloklusi adalah suatu kondisi yang menyimpang dari relasi normal gigi terhadap gigi lainnya dalam satu lengkung dan terhadap gigi pada lengkung rahang lawannya. Jenis maloklusi yang dinilai:

a. Anterior open bite

Keadaan adanya ruang insisal gigi ketika rahang atas dan rahang bawah dalam oklusi sentrik.2

b. Posterior crossbite

Hubungan yang abnormal gigi-gigi posterior secara bukolingual pada rahang atas atau bawah, pada saat kedua lengkung gigi berada dalam oklusi sentrik.2

c. Crowded

Keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal.35 d. Rotasi

(26)

Gigi yang posisinya maju ke depan.35 f. Retroklinasi insisivus

Arah inklinasi gigi insisivus yang mengarah ke belakang.36 g. Anterior crossbite

Keadaan gigi insisivus atas terdapat di sebelah lingual gigi insisivus bawah.2 h. Posterior open bite

Keadaan adanya ruang oklusal gigi posterior saat rahang atas dan rahang bawah dalam oklusi sentrik.2

i. Deepbite

Jarak menutupnya bagian insisal gigi insisivus maksila terhadap insisal gigi insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-3 mm.35

3.5 Metode Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara dilakukan setelah mendapat persetujuan orang tua/ wali. Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner terstruktur dengan menggunakan pertanyaan mengenai kebiasaan buruk seperti menghisap ibu jari, menjulurkan lidah, menggigit kuku, bernapas melalui mulut dan menghisap bibir. Pada kebiasaan menjulurkan lidah dan bernapas melalui mulut dilakukan pemeriksaan klinis yaitu:

1. Menjulurkan lidah

Anak dipersilahkan duduk tegak di kursi, kemudian jari-jari tangan pemeriksa meraba otot

masseter sedangkan ibu jari digunakan untuk menarik bibir bawah dengan ringan sehingga jika terjadi kebiasaan ini dapat dilihat dengan jelas. Kemudian anak diminta untuk menelan saliva

dan pemeriksa meraba apakah ada kontraksi otot masseter atau tidak. Anak yang mempunyai

kebiasaan menjulurkan lidah saat diraba tidak ada kontraksi otot masseter.37

2. Bernapas melalui mulut

Anak dipersilahkan duduk tegak di kursi. Pemeriksaan ini dengan menggunakan kaca mulut. Kaca mulut diletakkan di depan mulut, jika berembun dipastikan anak mempunyai kebiasaan bernapas melalui mulut.28

b. Pemeriksaan Maloklusi

(27)

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

(28)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan kelompok usia 12 tahun, 13 tahun dan 14 tahun memiliki persentase yang sama yaitu 33,33%. Jumlah responden laki-laki 50% dan perempuan 50% (Tabel 1).

Tabel 1. Karakteristik responden di SMP Negeri 1 Tanjung Morawa (n=222)

Karateristik Responden n %

Usia (tahun)

12 74 33,33

13 74 33,33

14 74 33,33

Jenis Kelamin

Laki-laki 111 50

Perempuan 111 50

4.2 Prevalensi Kebiasaan Buruk dan Jenis Kebiasaan Buruk pada Murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa

(29)

Tabel 2. Persentase kebiasaan buruk dan distribusi jenis kebiasaan buruk pada murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa

4.3 Jenis Kebiasaan Buruk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin pada Murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa

Usia 12 tahun paling banyak memiliki kebiasaan buruk dengan persentase 39,65%, diikuti usia 14 tahun 35,24% dan usia 13 tahun sebesar 25,11%. Jenis kelamin laki-laki lebih banyak melakukan kebiasaan buruk 51,1% sedangkan perempuan 48,9% (Tabel 3).

Kebiasaan Buruk dan Jenis Kebiasaan Buruk n %

Kebiasaan buruk (n=222)

Ada 155 69,82

Tidak

67 30,18

Jenis Kebiasaan buruk (n=155)

Menghisap bibir 104 67,09

Menggigit kuku 48 30,96

Bernapas melalui mulut 37 23,87

Menjulurkan lidah 27 17,42

(30)
(31)

Tabel 3. Persentase distribusi jeniskebiasaan buruk berdasarkan usia dan jenis kelamin pada murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa (n=155)

Responden

Kebiasaan Buruk Menghisap Ibu

jari

Menjulurkan lidah

Bernapas melalui mulut

Menggigit

kuku Menghisap bibir Jumlah

n % n % n % n % n % n %

Usia (tahun)

12 5 5,56 11 12,22 17 18,89 26 28,89 31 34,44 90 39,65

13 2 3,5 10 17,54 7 12,28 11 19,29 27 47,36 57 25,11

14 4 5 6 7,5 13 16,25 11 13,75 46 57,50 80 35,24

Jenis Kelamin

Laki-laki 4 3,44 17 14,65 23 19,82 25 21,55 47 40,51 116 51,10

(32)

4.4 Prevalensi Maloklusi dan Jenis Maloklusi Murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa

Prevalensi maloklusi murid SMP Negeri 1 sebesar 83,78%. Jenis maloklusi yang paling banyak adalah crowded 48,38%, diikuti rotasi 33,87%, protrusi 29,03%, posterior open bite 24,73%, retroklinasi insisivus 22,04%, posterior crossbite 16,13%, anterior crossbite 15,05%, anterior open bite 11,82% dan deepbite 8,06% (Tabel 4).

Tabel 4. Persentase maloklusi dan distribusi jenis maloklusi pada murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa

4.5 Jenis Kebiasaan Buruk dan Maloklusi di SMP Negeri 1 Tanjung Morawa Anak yang mempunyai kebiasaan menghisap ibu jari 72,73% mengalami maloklusi. Jenis maloklusi yang paling banyak adalah anterior open bite 36,36% diikuti protrusi 27,27% dan posterior crossbite 9,1%. Kebiasaan menjulurkan lidah 81,48% mengalami maloklusi. Jenis maloklusi yang paling banyak adalah protrusi 37,04% diikuti anterior open bite 18,52% posterior open bite 18,52% dan posterior crossbite 7,4%. Kebiasaan bernapas melalui mulut 70,27% mengalami maloklusi. Jenis maloklusi yang paling banyak adalah anterior open bite 29,73% diikuti protrusi 24,32% dan posterior crossbite 16,22%. Kebiasaan menggigit kuku 54,17% mengalami maloklusi. Jenis maloklusi yang paling banyak adalah rotasi 47,92% diikuti crowded 6,25%. Kebiasaan menghisap bibir 46,15% mengalami maloklusi. Jenis

Maloklusi dan Jenis Maloklusi n %

Maloklusi (n=222)

Openbite posterior 46 24,73

Retroklinasi Insisivus 41 22,04

Crossbite posterior 30 16,13

Crossbite anterior 28 15,05

Openbite anterior 22 11,82

(33)

maloklusi yang paling banyak adalah protrusi 26,92% diikuti retroklinasi insisivus 19,23% (Tabel 5).

Tabel 5. Jenis kebiasaan buruk dan maloklusi di SMP Negeri 1 Tanjung Morawa

Kebiasaan Buruk dan Maloklusi n %

Kebiasaan menghisap ibu jari (n=11)

Posterior crossbite 1 9,10

Kebiasaan menjulurkan lidah (n=27)

Posterior open bite 5 18,52

Posterior crossbite 2 7,40

Kebiasaan bernapas melalui Mulut (n=37)

(34)

Lanjutan tabel 5. Jenis kebiasaan buruk dan maloklusi di SMP Negeri 1 Tanjung iMorawa

Kebiasaan menggigit Kuku (n=48)

Maloklusi

Ada 26 54,17

Tidak 22 45,83

Jenis maloklusi yang dimiliki (n=48)

Rotasi 23 47,92

Crowded 3 6,25

Kebiasaan menghisap Bibir (n=104)

Maloklusi

Ada 48 46,15

Tidak 56 53,85

Jenis maloklusi yang dimiliki (n=104)

Protrusi 28 26,92

(35)

BAB 5

PEMBAHASAN

bb

Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi murid yang memiliki kebiasaan buruk adalah 69,82%. Hasil ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian Giuseppina dkk, yaitu 80,6%.18 Perbedaan ini mungkin disebabkan karena usia, jumlah sampel dan jenis kebiasaan buruk yang diteliti berbeda. Penelitian ini dilakukan pada 222 murid usia 12-14 tahun, dengan melakukan pemeriksaan kebiasaan buruk yaitu kebiasaan menghisap ibu jari, menjulurkan lidah, bernapas melalui mulut, menggigit kuku dan menghisap bibir menggunakan kuesioner serta pemeriksaan klinis pada kebiasaan menjulurkan lidah dan bernapas melalui mulut. Sedangkan penelitian Giuseppina dkk, dilakukan pemeriksaan kebiasaan buruk pada 2617 murid usia 7-15 tahun melalui pemeriksaan analisis fungsional saat meneliti kebiasaan menghisap jari, menghisap dot, bernapas melalui mulut, menjulurkan lidah dan menghisap bibir.18

(36)

sadar oleh anak dan kebiasaan ini sebagai pengganti saat kebiasaan menghisap ibu jari sudah berhenti dilakukan.2,38

Responden yang paling banyak melakukan kebiasaan buruk adalah usia 12 tahun sebesar 39,65%, diikuti usia 14 tahun sebesar 35,24% dan usia 13 tahun sebesar 25,11%. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Saba dkk, yang menemukan kebiasaan buruk paling banyak terjadi pada anak usia 8-9 tahun sebanyak 35,45% diikuti usia 10-11 tahun 23,64%, usia 12-13 tahun 21,82% dan usia 6-7 tahun 19,09%.7 Perbedaan ini mungkin disebabkan karena usia, jumlah sampel dan jenis kebiasaan buruk yang diteliti berbeda. Penelitian ini dilakukan pada 222 murid SMP Negeri 1 usia 12-14 tahun. Pada penelitian ini jenis kebiasaan buruk yang diteliti yaitu kebiasaan menghisap ibu jari, menjulurkan lidah, bernapas melalui mulut, menggigit kuku dan menghisap bibir. Sedangkan penelitian Saba dkk, dilakukan pada 110 pasien anak usia 6-13 tahun di Departemen kedokteran gigi anak dan Departemen ortodonti Universitas Baghdad. Pada penelitian Saba dkk, kebiasaan buruk yang diteliti yaitu kebiasaan menghisap ibu jari, kebiasaan menghisap jari, kebiasaan menggigit kuku, kebiasaan menggigit pensil, kebiasaan menjulurkan lidah, kebiasaan menghisap bibir dan kebiasaan buruk yang lebih dari 1.7

Prevalensi kebiasaan buruk lebih sering pada anak laki-laki yaitu 51,10% dibandingkan anak perempuan 48,90%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Aves dkk, pada 137 murid usia 6-13 tahun di SD Katolik II St. Antonius Palu, dimana ditemukan sebanyak 60% anak laki-laki lebih sering mempunyai kebiasaan buruk dibandingkan dengan anak perempuan sebanyak 40%.5 Hal ini mungkin disebabkan orang tua yang memiliki anak laki-laki lebih memberi kebebasan pada perilaku anak.39 Selain itu mungkin juga disebabkan anak laki-laki mudah mengalami stress sehingga mendorong anak untuk melakukan kebiasaan buruk.40

(37)

melakukan pemeriksaan maloklusi menggunakan Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN) dengan beberapa modifikasi. Maloklusi yang diperiksa dibagi menjadi 3 bagian yaitu kelainan pada oklusal, kelainan pada gigi dan kekurangan tempat.12

Jenis maloklusi yang paling banyak terjadi yaitu crowded sebanyak 48,38%. Hal ini sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian Daniel dkk, yaitu 45,5%.41 Perbedaan ini mungkin disebabkan karena usia dan jumlah sampel yang diteliti berbeda. Penelitian ini dilakukan pada 222 murid usia 12-14 tahun, sedangkan penelitian Daniel dkk, dilakukan pada 407 anak usia 9-12 tahun. Crowded terjadi disebabkan karena premature loss, ukuran gigi dan rahang yang tidak proporsional, serta kebiasaan buruk seperti bernapas melalui mulut dan menggigit kuku.2,30Diikuti dengan rotasi gigi sebanyak 33,87%, hal ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Saurabh dkk, yaitu 10,24%.42 Perbedaan ini mungkin disebabkan karena usia, jumlah sampel dan cara pemeriksaan maloklusi yang berbeda. Penelitian ini dilakukan pada 222 murid usia 12-14 tahun dengan pemeriksaan maloklusi secara visual. Sedangkan penelitian Saurabh dkk, dilakukan pada 1123 pasien anak Departemen kedokteran gigi anak (dibawah 14 tahun) dengan pemeriksaan maloklusi secara visual, model gigi dan radiografi panoramik. Rotasi terjadi disebabkan karena crowded,43 gigi yang berlebih,44 dan tekanan akibat kebiasaan menggigit kuku.30 Sebanyak kurang dari 30% anak mengalami maloklusi lain seperti protrusi, posterior open bite, retroklinasi insisivus, posterior crossbite, anterior open bite,anterior crosssbite dan deepbite. Kebiasaan menghisap ibu jari, menjulurkan lidah,bernapas melalui mulut dan menghisap bibirmungkin menjadi penyebab terjadinya maloklusi seperti protrusi, posterior open bite, retroklinasi insisivus, posterior crossbitedan anterior open bite.2,7,23,28,45,46 Anterior crossbite mungkin disebabkan karena trauma dan persistensi pada gigi desidui, gigi yang berlebihdan arah erupsi gigi yang abnormal.28Deepbite mungkin disebabkan karena gigi anterior mandibula ekstrusi, gigi posterior intrusi dan rotasi pertumbuhan mandibula yang mengarah ke atas dan ke depan.2

(38)

pergerakan pada gigi.28 Pergerakan gigi seperti protrusi yang dapat menyebabkan terjadinya anterior openbite.20 Protrusi terjadi akibat tekanan pada bagian lingual gigi insisivus maksila.28 Posterior crossbiteterjadi mungkin akibat otot orbicularis oris dan otot buccinator yang memberikan tekanan pada bagian permukaan bukal gigi maksila saat anak menghisap ibu jari.20

Pada kebiasaan menjulurkan lidah ditemukan sebanyak 81,48% murid memiliki maloklusi yaitu protrusi 37,04% diikuti anterior open bite 18,52% posterior open bite 18,52% dan posterior crossbite 7,40%. Pada kebiasaan ini posisi lidah saat menelan menjulur ke depan mengenai gigi insisivus, sehingga gigi insisivus terus menerus terdorong ke arah labial yang menyebabkan gigi menjadi protrusi.25 Protrusi mungkin juga menjadi penyebab terjadinya anterior open bite.20 Posterior open bite mungkin disebabkan karena posisi lidah saat menelan berada di gigi molar, sehingga menghambat erupsi gigi posterior.2 Pada anak yang memiliki kebiasaan menghisap ibu jari mungkin menyebabkan terjadi kebiasaan menjulurkan lidah, sehingga menyebabkan terjadinya posterior crossbite.2

Pada kebiasaan bernapas melalui mulut ditemukan sebanyak 70,27% murid mengalami maloklusi yaitu anterior open bite 29,73% diikuti protrusi 24,32% dan posterior crossbite 16,22%. Pada saat bernapas melalui mulut, rahang bawah dan lidah berada pada posisi rendah/diturunkan dan kepala dalam posisi tegak. Apabila keadaan ini terjadi dalam waktu yang cukup lama maka dapat terjadi pertambahan tinggi wajah, gigi posterior mengalami supraerupsi, mandibula akan berotasi ke bawah dan ke belakang sehingga terjadi anterior open bite dan protrusi. Tekanan pipi dapat menyebabkan lengkung maksila menjadi sempit sehingga menyebabkan terjadinya posterior crossbite.14

Pada kebiasaan menggigit kuku 54,17% murid memiliki maloklusi yaitu rotasi 47,92% dan crowded 6,25%. Rotasi gigi mungkin disebabkan karena tekanan terus-me

47,92% dan crowded 6,25%. Rotasi gigi mungkin disebabkan karena tekanan terus-me terus-menerus diberikan pada gigi ketika melakukan kebiasaan ini.30

(39)
(40)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Prevalensi kebiasaan buruk pada murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa sebesar 69,82%, dengan kebiasaan buruk yang paling banyak dilakukan yaitu kebiasaan menghisap bibir 67,09% diiikuti menggigit kuku 30,18%, bernapas melalui mulut 23,87%, menjulurkan lidah 17,42% dan menghisap jari 7,09%.

2. Berdasarkan usia, kebiasaan buruk paling banyak pada usia 12 tahun 39,65%, diikuti usia 14 tahun 35,24% dan usia 13 tahun sebesar 25,11%. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih banyak melakukan kebiasaan buruk 51,10% sedangkan perempuan 48,90%.

3. Prevalensi maloklusi pada murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa sebesar 83,78%,

dengan jenis maloklusi yang paling banyak dimiliki yaitu crowded 48,38%, diikuti rotasi

33,87%, protrusi 29,03%, posterior open bite 24,73%, retroklinasi insisivus 22,04% posterior crossbite 16,13%, anterior crossbite 15,05%, anterior open bite 11,82% dan deepbite 8,06%.

4. Jenis kebiasaan buruk dan maloklusi, yaitu :

a. Kebiasaan menghisap ibu jari, terjadi anterior open bite 36,36%, protrusi 27,27% dan

posteriorcrossbite 9,10%.

b. Kebiasaan menjulurkan lidah, terjadi protrusi 37,04%, anterior open bite 18,52%,

posterior open bite18,52% dan posterior crossbite7,40%.

c. Kebiasaan bernapas melalui mulut, terjadi anterior open bite 29,73%, protrusi 24,32% dan posterior crossbite 16,22%.

d. Kebiasaan menggigit kuku, terjadi rotasi 47,92% diikut crowded 6,25%.

e. Kebiasaan menghisap bibir, terjadi protrusi 26,92% diikuti retroklinasi insisivus

19,23%.

6.2 Saran

1. Perlu diberikan program edukasi tentang kebiasaan buruk dan maloklusi kepada

murid SMP Negeri 1 serta dilakukan perawatan ortodonti lepasan atau cekat kepada murid yang memiliki masalah maloklusi.

(41)
(42)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hayder S,Al-Atabi. Prevalence of bad oral habits and relationship with prevalence of

malocclusion in Sammawa city students aged (6-18) years old. J Med Babylon 2014; 11(1): 70-82.

2. Bhalajhi SI. Orthodontics the art and science 3th ed. New Dehli: Arya Publishing House,

2004: 97-108, 415-8, 423-5, 433-4

3. Parwica M.Jenis-jenis kebiasaan buruk pada anak penyebab maloklusi.

4. Sparringa D, Narmada I, Rusdiana E. Prevalensi maloklusi akibat menghisap jari pada

siswa kelas 1-3 SD di Kecamatan Kenjeran. J Orthodontic Dent 2011; 2(1): 49-53.

5. Septuaginta A, Kepel B, Anindita P. Gambaran oral habit pada murid sd katolik II

St.Antonius Palu. J E-Gigi 2013; 1(1): 18-27.

6. Yaakob A, Narmada I, Triwardhani A. Keparahan gigitan terbuka anterior pada anak usia

8-12 tahun di Klinik Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Tahun 2008-2010. J Orthodontic Dent 2011; 2(1): 41-4.

7. Jabur S, Nisayif D. The effect of bad oral habits on malocclusions and its relation with age, gender and type of feeding. M D J 2007; 4(2): 152-6.

8. Dewi O. Analisa hubungan maloklusi dengan kualitas hidup pada remaja SMU kota Medan tahun 2007. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2008: 1-10. 9. Flores X, Benavides R, Berrera J, Rodriguez J.Prevalence of caries, gingivitis and

malocclusions in school-agechildren in Ciudad Victoria, Tamaulipas, and its relationship with their nutritional status. Revista Odontológica Mexicana 2013;17(4): 217-23.

10. Suma S,Shekar C, Manjunath B. Assessment of malocclusion status in relation to area of residence among 15 year old school children using Dental Aesthetic Index.

Int J Dental Clinics 2011;3(2):14-7.

11. Premkumar S.Prep manual for undergraduates:Orthodontics.New Dehli:Elsevier,2008:122.

12. Thilander B, Pena L, Infante C, Parada S, Mayorga C. Prevalence of malocclusion and

(43)

13. Pruthi N, Sogi G, Fotedar S.Malocclusion and deleterious oral habits in a north Indian adolescent population: A correlational study.Eur J Gen Dent 2013;2(3): 257-263.

14. Rahardjo P. Diagnosis orthodontik. Surabaya: Airlangga University Press 2008: 20,35-8.

15. Shetty R, Shetty M, Shetty N, Reddy H, Shetty S, Agrawal A.Oral habits in children of Rajnandgaon, Chhattisgarh, India- A prevalence study. Int J Public Health 2013; 4(1):1-7.

16. Cavalcantin A,Bezerra P,Moura C, Bezerra P, Gracia A.Relationship between malocclusion and deleterious oral habits in preschool children in Campina Grande, PB, Brazil.Serbian Dent J 2008;55: 154-162.

17. Macho V,Andrade D,Areias C, Norton A, Coelho A, Macedo P. Prevalência de hábitos orais deletérios e de anomalias oclusais numa populac¸ão dos 3 aos 13 anos. Rev port estomatol med dent cir maxilofac 2012; 53(3):143–7.

18. Lagana G, Masucci C, Fabi F, Bollero P, Cozza P. Prevalence of malocclusions, oral

habits and orthodontic treatment need in a 7- to 15-year-old schoolchildren population in Tirana. Progress in Orthodontics 2013; 14(12): 1-7.

19. Shahraki N, Yassaei S, Moghadam M. Abnormal oral habits: A review. J Dent and Oral Hygiene 2012; 4(2): 12-5.

20. Pinkham J. Pediatric dentistry 4th ed. China:Elsevier,2005:431-9.

21. Stansbery S, Casey S, Vostal B, Ostryn C. The effect of simplified habit reversal on thumb sucking. European Journal of Behavior Analysis 2008; 2: 73-9.

22. Anonymous. Thumb sucking and pascifier use. http://jada.ada.org/article /S0002-8177(14)63176-7/pdf (22 Oktober 2014)

23. Indushekar G, Gupta B, Indushekar K. Childhood thumb sucking habit: the burden of a

preventable problem!. J Dent Medicine and Medical Sciences 2012; 2(1):1-4.

24. Singaraju G, Kumar C. Tongue thrust habit-a review. Annals and essences of Dentistry 2009; 1(2): 14-23.

25. Maulani C.Kiat merawat gigi anak. Jakarta: Elex Media Komputindo 2005: 49-50. 26. Wael AI-Waely. Prevalence of bad oral habits and it،s relation with age in a

(44)

27. Kusuma A. Bernapas lewat mulut sebagai faktor ekstriksik etiologi maloklusi. 2014)

28. Sigh G. Textbook of orthodontic 2nd ed. New dehli: Jaypee, 2007: 581-612.

29. Cameron A, Widmer R. Handbook of pediatric dentistry 4th ed. China: Elsevier, 2013: 437-9.

30. Tanaka O, Vitral R, Tanaka G, Guerrero A, Camargo E. Nailbiting, or onychophagia: A special habit. American journal of orthodontics and dentofacial orthopedics, 2008; 134(2): 305-8.

31. Soenawan H, Yuniasih E. Menghilangkan kebiasaan menghisap bibir dengan alat lip bumper (laporan kasus). Indonesia Journal of Dentistry 2006: 1.

32. Anonymous. Oral exam: damage caused by lip sucking. www.rdhmag.com/articles /print/volume-32/issue-11/features/lip-damage-from-sucking-on-tissue.html (22 Oktober 2014)

33. Djunaid A, Gunawan P, Khoman J. Gambaran pengetahuan tentang tampilan maloklusi pada siswa sekolah menengah pertama kristen 67 imanuel bahu. J E-Gigi 2013;1(1): 28-31.

34. Kumar D, Varghese R, Chaturvedi S, Agrawal A, Fating C, Makkad R. Prevalence of malocclusion among children and adolescents residing in orphanages of Bilaspur, Chattishgarh, India. J Advanced Oral Research 2012; 3(3): 21-8.

35. Sartika L. Tumbuh kembang okf

36. Harty F, Ogston R. Kamus Kedokteran Gigi. Ahli Bahasa. Sumawinata N. Jakarta: EGC, 1995: 265,270.

37. Chour R, Pai S, Chour G, Kenchappannavar S. Assessment of various deleterious oral habits and its effects on primary dentition among 3-5 years old children In davangere city. J Pediatric Dent 2014; 2(2): 37-43.

38. Maroto M, Gonzalez A, Lajardin L. Open bite due to Lip sucking: a case report. J Clin

Pediatr Dent 1998; 22(3): 207-10.

39. Santrock J. Adolescence. Ahli Bahasa. Adelar S. Jakarta: Gelora aksara pratama, 1996:

(45)

40. Anonymous. Perbedaan anak perempuan dan laki-laki.

41. Brito D, Dias P, Gleiser R. Prevalence of malocclusion in children aged 9 to 12 years old in the city of Nova Friburgo, Rio de Janeiro State, Brazil. R dental press ortodon ortop facial 2009; 14(6): 118-24.

42. Gupta S, Saxena P, Jain S, Jain D. Prevalence and distribution of selected developmental dental anomalies in an Indian population. J oral science 2011; 53(2): 231-8.

43. Laguhi V, Anindita P, Gunawan P. Gambaran maloklusi dengan menggunakan HMAR

pada pasien di RSGM Universitas Sam Ratulangi Manado. J e-GiGi 2014; 2(2): 1-7

44. Garvey M, Barry H, Blake M. Supernumerary teeth-an overview of classification,

diagnosis and management. J can dent assoc 1999; 65: 612-6.

45. Singh S. Deleterious effect of oral habits. Indian Journal of Dental sciences 2009; 1(2): 1-6.

(46)

Lampiran 1

Perhitungan Besar Sampel

Keterangan:

n = Besar sampel minimum pada penelitian

Zα = Derajat kepercayaan untuk α = 5% maka Zα = 1,96

P = Prakiraan proporsi dari hasil penelitian sebelumnya ( P= 15,54% dari penelitian oiSaba Fouad)

d = Presisi mutlak, dipilih sebesar 10% sehingga d = 0,1

Perhitungan:

(47)

Lampiran 2

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI

PENCEGAHAN / KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

_____________________________________________________________________ GAMBARAN KEBIASAAN BURUK DAN MALOKLUSI

MURID SMP NEGERI 1 TANJUNG MORAWA

Nama :... No.Kartu

a. Laki-Laki b. Perempuan 3. Apakah adik mempunyai kebiasaan buruk ? a. Ya b. Tidak

*Jika jawaban tidak, maka dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan maloklusi PEMERIKSAAN KLINIS (Dilakukan oleh peneliti)

I.Pemeriksaan kebiasaan menjulurkan lidah

4. Pada saat menelan, apakah tidak terjadi pergerakan pada otot maseter ? a. Ya b. Tidak

II.Pemeriksaan kebiasaan bernapas dari mulut

5. Pada saat bernapas, apakah kaca mulut yang diletakkan didepan mulut berembun ? a. Ya b. Tidak

PEMERIKSAAN KEBIASAAN BURUK I.Kebiasaan Menghisap ibu jari (thumb sucking)

(48)

7. Jenis maloklusi yang dialami akibat kebiasaan tersebut (diisi oleh peneliti) a. Anterior open bite

b Posterior crossbite c. Retroklinasi insisivus d. Protrusi

II. Kebiasaan menjulurkan lidah (tongue thrusting)

8. Jenis maloklusi yang dialami akibat kebiasaan tersebut (diisi oleh peneliti) a. Anterior open bite

b. Posterior crossbite c. Protrusi

d. Posterior open bite

III. Kebiasaan bernapas melalui mulut (mouth breathing)

9. Jenis maloklusi yang dialami akibat kebiasaan tersebut (diisi oleh peneliti) a. Anterior open bite

b. Posterior crossbite c. Protrusi

d. Crowded (Berjejal)

IV. Kebiasaan menggigit kuku (nail biting)

10. Apakah adik memiliki kebiasaan menggigit kuku ? a. Ya b. Tidak

11. Jenis maloklusi yang dialami akibat kebiasaan tersebut (diisi oleh peneliti) a. Anterior open bite

b. Rotasi c. Deepbite

d. Crowded (Berjejal)

V. Menghisap bibir (lip sucking)

12. Apakah adik memiliki kebiasaan menghisap bibir? a. Ya b. Tidak

(49)

PEMERIKSAAN MALOKLUSI (Dilakukan oleh peneliti)

Openbite anterior

Crossbite Posterior

Crowded Rotasi Protusi Retroklinasi Insisivus

Crossbite anterior

Openbite Posterior

(50)
(51)

Gambar

Tabel 1. Karakteristik responden di SMP Negeri 1 Tanjung Morawa (n=222)
Tabel 2. Persentase kebiasaan buruk dan distribusi jenis kebiasaan buruk pada murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa
Tabel 4. Persentase  maloklusi dan  distribusi jenis maloklusi pada murid SMP Negeri 1 Tanjung  Morawa
Tabel 5. Jenis kebiasaan buruk dan maloklusi di SMP Negeri 1 Tanjung Morawa

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik contoh meliputi umur, pengetahuan, status gizi, usia menstruasi, frekuensi menstruasi dan lama menstruasi dapat mempengaruhi kebiasaan makan, baik

Keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang makin banyak dapat mempengaruhi kebiasaan makan (Arisman, 2004). Permasalahan yang akan diajukan dalam penelitian ini

Dari hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh nilai p = 0,33 > 0,05 artinya tidak ada hubungan yang ber- makna antara pengetahuan siswa dengan status

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI BELAJAR MURID DI SEKOLAH DASAR NEGERI PESANGGRAHAN 02 JAKARTA SKRIPSI OLEH VIRA LIZA ANGGRAINI NIM 131000391 FAKULTAS

Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada anak usia sekolah perlu mendapat perhatian khusus karena pada usia ini

Angle pada anak sindrom Down usia 6-18 tahun di SLB-C Kota Medan sebesar.. 31,71% anak memiliki hubungan molar Klas I, 3,66% Klas II, dan 48,78%

PENGART]H PEIYYULUIIAN MENGGT]NAKAII MEDIA INSTAGRAM TERHADAP PENGBTATIUAN KESEHATAII GIGI DA}{ MULUT PADA MURID KELAS VII SMP NEGERI 16 KOTA TASIKMALAYA Karya Tulis Ilmiah Diajukan

iv Pengaruh Penyuluhan Menggunakan Media Instagram Terhadap Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Murid Kelas VII SMP Negeri 16 Tasikmalaya Maelani Bariyyah1, Hadiyat Miko2,