• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI BELAJAR MURID DI SEKOLAH DASAR NEGERI PESANGGRAHAN 02 JAKARTA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI BELAJAR MURID DI SEKOLAH DASAR NEGERI PESANGGRAHAN 02 JAKARTA SKRIPSI"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI BELAJAR MURID DI SEKOLAH DASAR NEGERI PESANGGRAHAN 02 JAKARTA SKRIPSI. OLEH : VIRA LIZA ANGGRAINI NIM. 131000391. FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(2) HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI BELAJAR MURID DI SEKOLAH DASAR NEGERI PESANGGRAHAN 02 JAKARTA Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. OLEH VIRA LIZA ANGGRAINI NIM. 131000391. FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(3) i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(4) PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI BELAJAR MURID DI SEKOLAH DASAR NEGERI PESANGGRAHAN 02 JAKARTA. SKRIPSI. Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebut dalam daftar pustaka.. Medan, Mei 2017. Vira Liza Anggraini NIM. 131000391. ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(5) ABSTRAK Pertumbuhan anak pada usia 5 – 12 tahun sangatlah pesat sehingga membutuhkan zat gizi dalam jumlah yang relatif besar. Selain untuk pertumbuhan, zat gizi juga bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan otak anak dalam menerima pelajaran di sekolah. Salah satu sumber masuknya zat gizi adalah sarapan pagi. Sarapan pagi akan menjadi perilaku yang baik bila dijadikan suatu kebiasaan. Namun pada kenyataannya, masyarakat Indonesia, terutama anak-anak, masih banyak yang tidak membiasakan sarapan pagi. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan desain cross-sectional. Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta untuk mengetahui hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan status gizi dan prestasi belajar murid. Sampel penelitian berjumlah 188 responden, yang diambil menggunakan teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Data status gizi dan kebiasaan sarapan pagi diperoleh dari hasil pengukuran langsung serta wawancara dan data sekunder dari pihak sekolah. Data diuji dengan uji statistik Chi-square dengan bantuan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan pagi dan status gizi dengan nilai p = 0,0001. Terdapat pula hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan pagi dan prestasi belajar dengan nilai p = 0,0001. Begitu pula dengan analisis hubungan status gizi dengan prestasi belajar yang menunjukkan nilai p = 0,001. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan status gizi dan prestasi belajar murid di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta. Saran untuk pihak sekolah agar membantu meningkatkan kebiasaan sarapan pagi pada murid karena bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan.. Kata kunci: Kebiasaan sarapan pagi, status gizi, prestasi belajar, murid sekolah dasar.. iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(6) ABSTRACT In the age of 5 to 12 years old, children’s growth move quite fast so they need more nutrient intake. Besides for growth, nutrient intake is used to improve children’s brain ability in receiving subjects at school. One of the main source of nutrient intake is breakfast. Breakfast will be useful if people makes it as a habit. However, in fact, there are still many Indonesian, especially children, who doesn’t make breakfast as a habit. This is an analitic study with cross-sectional as the study design. Study conducted at Pesanggrahan 02 Elementary School in Jakarta, the goal is to know the relation of breakfast habits with nutritional status and lessons achievement of the student there. The samples of this study are 188 respondents which taken with Proportionate Stratified Random Sampling technic. Data of nutritional status and breakfast habits were collected with measurement and interview. This study used secondary data which was gotten from the school. Data was tested with Chisquare test from SPSS. The result of this study shows a significant relation between breakfast habits and nutritional status with the p value = 0,0001. The result of the relation between breakfast habits and lessons achievement also shows the same p value = 0,0001. The same result also shows for the relation between nutritional status and lessons achievement with the p value = 0,001. The conclusion of this study is there are relations of breakfast habits with nutritional status and lessons achievement of the student at Pesanggrahan 02 Elementary Schoo in Jakarta. As an advice, the school’s staff, which are the teacher and other staff, should help the student to change their breakfast habits for the better because it will affect their growth.. Keywords: Breakfast habits, nutritional status, lessons achievement, student of Elementary School. iv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(7) KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Status Gizi dan Prestasi Belajar Murid Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta”. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1.. Prof. Dr. Runtung, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.. 2.. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan para wakil dekan.. 3.. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku Ketua Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan juga merupakan Dosen Penguji III yang telah memberikan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.. 4.. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.. 5.. Ir. Etti Sudaryati, MKM, PhD, selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.. 6.. Prof. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.. v UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(8) 7.. Arfah Mardiana Lubis, M.Psi, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.. 8.. Marihot Oloan Samosir, ST, selaku staf departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk membantu penulis dalam memberi informasi apapun yang penulis butuhkan.. 9.. Seluruh dosen beserta staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.. 10. Yeyet Suryati, S. Pd. SD. MM, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta yang telah memberikan izin melakukan penelitian dan memberikan informasi terkait dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Guru-guru dan staf tata usaha SD Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam penelitian. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang begitu besar dan tak terhingga kepada : 1.. Ayahanda Mirza Ridwan dan Ibunda Yulia N. Thaher yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang, dukungan, semangat, fasilitas, serta doa yang selalu diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.. 2.. Saudara kandung penulis, Irvan Deriza dan Annisa Zalia Devina, atas kasih sayang, dukungan, serta doa yang telah diberikan selama ini.. 3.. Seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan, motivasi, serta doa dan selalu siap membantu dalam situasi apa pun.. vi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(9) 4.. Sahabat terbaik di FKM USU, Yunitha Christine dan Fahrun Nisa, yang selalu ada sejak awal masa perkuliahan dan memberi dukungan, saran, serta doa hingga saat ini.. 5.. Sahabat. yang menemani penulis selama. masa perkuliahan,. Fitrie. Rahmadhani, Indah Ramora, Denisha Dwani, dan Dewi Juliani, yang telah menemani, menghibur, dan memberi dukungan kepada penulis selama ini. 6.. Para sahabat di Kos Muslimah 24, Kiky Rizky Ananda, Nurhidayati Mirsya, Utari Adrianti, Nurfadillah Arif, dan Fitrie Rahmadhani, terima kasih atas semangat, dukungan, hiburan di saat stres, pertolongan, serta doa yang selalu diberikan kepada penulis.. 7.. Sahabat yang mungkin tidak selalu ada, tetapi selalu bisa diandalkan, Rathia dan Helmi Safitri, terima kasih untuk dukungan, kritikan, saran serta informasi-informasi baru yang selalu penulis dapatkan di setiap pertemuan.. 8.. Sahabat SMA penulis, Sarrah Ulfah, Shafira Regula, Agnes Anggraini, Virginia Viona, dan Heru Satria yang walaupun sangat jarang bertemu, namun selalu siap sedia untuk mendengarkan keluh kesah penulis selama masa perkuliahan serta memberikan dukungan dan doa.. 9.. Teman seperjuangan saat Pengalaman Belajar Lapangan, yang telah memberikan banyak pelajaran dan tambahan wawasan untuk penulis sejak tinggal bersama selama dua bulan.. 10. Keluarga besar Gizi Kesehatan Masyarakat angkatan 2013, untuk kesempatan dalam suka duka selama perkuliahan.. vii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(10) 11. Untuk semua pihak yang banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih banyak untuk dukungan dan doa yang diberikan. Akhir kata, semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan kasih-Nya kepada kita dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk pembaca.. Medan, Mei 2017. Vira Liza Anggraini. viii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(11) DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ ii ABSTRAK ............................................................................................................ iii ABSTRACT ........................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ............................................................................................v DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xiv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................xv BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................1 1.1 Latar Belakang...................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah .............................................................................5 1.3 Tujuan ................................................................................................5 1.3.1 Tujuan Umum ..........................................................................5 1.3.2 Tujuan Khusus .........................................................................5 1.4 Hipotesis ............................................................................................5 1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................6. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................7 2.1 Status Gizi .........................................................................................7 2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ................................7 2.3 Indeks Massa Tubuh (IMT) .............................................................10 2.4 Penilaian Status Gizi........................................................................11 2.5 Permasalahan Status Gizi ................................................................14 2.5.1 Gizi Kurang dan Gizi Buruk..................................................14 2.5.2 Gizi Lebih (Overweight) dan Obesitas ..................................16 2.6 Prestasi Belajar ................................................................................20 2.7 Kebiasaan Sarapan Pagi...................................................................22 2.8 Kerangka Konsep ............................................................................26. BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................27 3.1 Jenis Penelitian ................................................................................27 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................27 3.3 Populasi dan Sampel........................................................................27 3.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................29 3.4.1 Data Primer ............................................................................30 3.4.2 Data Sekunder .......................................................................30 ix UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(12) 3.5 Variabel dan Definisi Operasional ..................................................31 3.6 Metode Pengukuran .........................................................................31 3.6.1 Status Gizi .............................................................................31 3.6.2 Prestasi Belajar ......................................................................32 3.6.3 Kebiasaan Sarapan Pagi ........................................................32 3.7 Metode Analisis Data ......................................................................34 BAB IV HASIL PENELITIAN .........................................................................36 4.1 Gambaran Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta ............36 4.2 Karakteristik Responden..................................................................37 4.3 Karakteristik Orangtua Responden ..................................................38 4.4 Status Gizi Murid ............................................................................38 4.5 Prestasi Belajar Murid .....................................................................39 4.6 Kebiasaan Sarapan Pagi Murid........................................................39 4.7 Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Status Gizi Murid Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta ............................42 4.8 Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Prestasi Belajar Murid Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta ............44 4.9 Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Murid Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta ..........................................45 BAB V. PEMBAHASAN ...................................................................................46 5.1 Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Status Gizi Murid Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta ............................46 5.2 Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Prestasi Belajar Murid Di Sekolah Dasar negeri Pesanggrahan 02 Jakarta .............50 5.3 Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Murid Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta ............................52. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................55 6.1 Kesimpulan ......................................................................................55 6.2 Saran ................................................................................................56 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................57 LAMPIRAN ..........................................................................................................61. x UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(13) DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh en Um Un k n k Um T h n..................................32 Tabel 4.1 Distribusi Murid Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin ....................................36 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Murid Berdasarkan Usia Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta .........................................................37 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Murid Berdasarkan Jenis Kelamin Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta .................................38 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Orangtua Murid Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta ...............................................38 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Status Gizi (Indeks Massa Tubuh Berdasarkan Usia) Murid Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta.............................................................................................39 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Murid Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta .........................................................39 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Sarapan Pagi Murid Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta ...............................................40 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Indikator Kebiasaan Sarapan Pagi Murid Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta ............................41 Tabel 4.9 Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Status Gizi Murid Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta ............................42 Tabel 4.10 Distribusi Indikator Kebiasaan Sarapan Pagi Berdasarkan Status Gizi Murid Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta .........44 Tabel 4.11 Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Prestasi Belajar Murid Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta ............................45 Tabel 4.12 Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Murid Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta ............................45. xi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(14) DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor Penyebab dan Dampak Malnutrisi Pada Anak .........................................................................................8 Gambar 2.2 Prevalensi Kurus dan Sangat Kurus Pada Anak Usia Tahun Menurut Provinsi Tahun 2013 ...........................................16 Gambar 2.3 Prevalensi Gemuk dan Sangat Gemuk Pada Anak Usia Tahun Menurut Provinsi Tahun 2013 ...........................................20 Gambar 2.4 Kerangka Konsep ...........................................................................26. xii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(15) DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Status Gizi dan Prestasi Belajar Murid Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta ............................61 Lampiran 2 Surat Izin Penelitian .......................................................................63 Lampiran 3 Surat Tanda Selesai Melakukan Penelitian ....................................64 Lampiran 4 Output SPSS Analisis Univariat .....................................................65 Lampiran 5 Output SPSS Analisis Bivariat .......................................................69 Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian ..................................................................74. xiii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(16) DAFTAR ISTILAH SDGs. : Sustainable Development Goals. UNDP. : United Nations Development Programme. IPM. : Indeks Pembangunan Manusia. IMT. : Indeks Massa Tubuh. PGS. : Pedoman Gizi Seimbang. UNICEF. : The United Nations Children’s Fund. WHO. : World Health Organization. Riskesdas. : Riset Kesehatan Dasar. BB/U. : Berat Badan Menurut Umur. TB/U. : Tinggi Badan Menurut Umur. BB/TB. : Berat Badan Menurut Tinggi Badan. IMT/U. : Indeks Massa Tubuh Menurut Umur. AGB. : Anemia Gizi Besi. GAKY. : Gangguan Akibat Kekurangan Yodium. KVA. : Kekurangan Vitamin A. KEP. : Kurang Energi dan Protein. MP-ASI. : Makanan Pendamping Air Susu Ibu. KKM. : Kriteria Ketuntasan Minimal. xiv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(17) DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama. : Vira Liza Anggraini. Tempat/Tanggal Lahir. : Jakarta, 9 Juni 1996. Jenis Kelamin. : Perempuan. Agama. : Islam. Nama Ayah. : Mirza Ridwan, S.E. Ak.. Suku Bangsa Ayah. : Aceh. Nama Ibu. : Ir. Yulia N. Thaher. Suku Bangsa Ibu. : Minang. RIWAYAT PENDIDIKAN: Tahun 2002-2008. : SD Negeri Gunung 01 Jakarta Selatan. Tahun 2008-2010. : SMP Negeri 19 Jakarta Selatan. Tahun 2010-2013. : SMA Negeri 87 Jakarta Selatan. Tahun 2013-2017. : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. xv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(18) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status gizi merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan. Salah satu masalah kesehatan utama di berbagai negara berkembang adalah malnutrisi (kekurangan gizi dan kelebihan gizi) yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang (Longkumer, 2012). Pada tahun 2016, telah ditetapkan Sustainable Development Goals (SDGs) yang berisikan 17 tujuan yang dibuat untuk mengurangi kemiskinan, kelaparan, dan permasalahan lain yang berhubungan dengan kesejahteraan makhluk hidup di dunia. Salah satu permasalahan yang menjadi perhatian dan dijadikan tujuan kedua pada SDGs adalah mengenai pemberantasan masalah kelaparan di dunia. Tidak hanya memberantas masalah kelaparan, tetapi juga meningkatkan keamanan pangan serta perbaikan status gizi, juga meningkatkan produksi pangan negara. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor terkait (Supariasa, 2016). Laporan United Nations Development Programme (UNDP) menunjukkan bahwa pada tahun 2016, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia menduduki peringkat 113 dari 188 Negara. Hasil ini mengalami penurunan dari tahun 2015 karena pada tahun 2015 Indonesia menempati peringkat 110 dari 188 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(19) 2. negara. Hal-hal yang kemungkinan menjadi penyebab turunnya IPM Indonesia adalah karena menurunnya kualitas sumber daya manusia di Indonesia dari segi pendidikan dan kesehatan. Anak sebagai aset sumber daya manusia dan generasi penerus perlu diperhatikan kehidupannya. Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia. Kecukupan gizi sangat mempengaruhi kecerdasan dan produktivitas seseorang. Namun, pada kenyataannya, permasalahan gizi anak di Indonesia masih cukup tinggi. Tercatat persentase stunting sebesar 37,1%, anak dengan status gizi kurang sebesar 19,6%, dan anak bergizi lebih sebanyak 11,9% (Kemkes RI, 2016). Sarapan pagi termasuk dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS) Tahun 2014 pada pesan ke enam. Hal ini menandakan bahwa untuk mendapatkan asupan gizi yang seimbang, perlu dilakukan sarapan pagi secara rutin. Sarapan pagi bagi anak usia sekolah sangatlah penting, karena waktu sekolah adalah penuh aktivitas yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar. Untuk sarapan pagi harus memenuhi sebanyak ¼ kalori sehari. (Depkes RI, 2012). Sarapan pagi memenuhi sepertiga kebutuhan gizi harian, maka apabila seseorang tidak dibiasakan untuk sarapan pagi, akan lebih besar kemungkinannya terjadi permasalahan gizi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Meriska, dkk. (2014) sebesar 52,8% anak sekolah dasar di Sumberejo mengonsumsi sarapan pagi, sedangkan yang tidak sarapan pagi adalah sebesar 47,2 %. Penelitian lainnya yang terkait dengan topik ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rumapea (2016) terhadap anak SD Negeri 124400 Pematangsiantar menemukan bahwa dari 54. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(20) 3. murid terdapat 70,4% yang sering mengonsumsi sarapan pagi, sedangkan 29,6% mengatakan jarang melakukan sarapan pagi. Masyarakat Indonesia masih banyak yang belum membiasakan sarapan. Padahal dengan tidak sarapan akan berdampak buruk terhadap proses belajar di sekolah bagi anak sekolah, menurunkan aktivitas fisik, menyebabkan kegemukan dan meningkatkan risiko jajan yang tidak sehat (Kemkes RI, 2014). Dampak buruk yang dapat terjadi terhadap proses belajar anak adalah menurunnya konsentrasi anak di kelas. Penurunan konsentrasi ini akan berdampak pada penurunan kecerdasan sehingga mengganggu prestasi belajar anak tersebut. Kecerdasaan. merupakan. kemampuan. manusia. dalam. menghadapi. dan. menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan ekeftif (Notoatmodjo, 2014). Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta berada pada kawasan padat, terutama saat hari sekolah. Jalan menuju sekolah ini akan menjadi sangat ramai di setiap pagi di hari sekolah. Hal ini terjadi karena sekolah ini diapit oleh 2 sekolah lain, yaitu SD Negeri Pesanggrahan 03 dan SMP Negeri 177 Jakarta. Karena kemacetan yang selalu terjadi inilah, penulis berpikir bahwa akan lebih besar untuk murid datang lebih pagi dan melewatkan sarapan untuk mencegah terjebak macet dan membuat terlambat hadir di sekolah. Dugaan ini diperkuat dengan jam masuk sekolah yang termasuk cukup pagi, yaitu pukul 06.30 WIB, sehingga memperbesar kemungkinan murid tidak melakukan sarapan pagi karena bangun terlambat dan tidak sempat sarapan, atau. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(21) 4. mungkin karena murid menganggap terlalu pagi bagi mereka untuk mengonsumsi makanan pada jam tersebut. Pada survei awal yang telah dilakukan pada 15 murid di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta, terdapat 8 murid yang tidak biasa mengonsumsi sarapan pagi. Enam dari delapan murid yang tidak terbiasa sarapan pagi tersebut mengalami permasalahan gizi. Ada 2 murid yang berada pada kategori kurus, serta 3 murid pada kategori gemuk, sedangkan 1 murid lain sudah mencapai kategori obesitas. Bila ditinjau dari prestasi belajarnya, dari kelompok murid yang tidak terbiasa sarapan pagi hanya 3 murid yang berhasil meraih peringkat 10 besar di kelasnya, sedangkan lima lainnya hanya bisa mendapatkan peringkat di bawah 10 besar. Berdasarkan hasil survei awal yang telah penulis lakukan tersebut dan dengan mempertimbangkan teori serta hasil penelitian terdahulu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan j d l “H b ng n Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Status Gizi dan Prestasi Belajar Murid Di Sekolah Dasar Negeri Pes ngg h n 0 J k. ”. Pen lis memilih Sekol h D s. Negeri Pesanggrahan. 02 Jakarta atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang telah penulis jelaskan di atas, juga karena di sekolah tersebut belum pernah ada yang melakukan penelitian mengenai topik yang penulis pilih ini. 1.2 Rumusan Masalah Apakah ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan status gizi dan prestasi belajar murid di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta?. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(22) 5. 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan umum 1. Mengetahui adanya hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan status gizi murid di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta. 2. Mengetahui adanya hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar murid di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta. 3. Mengetahui adanya hubungan status gizi dengan prestasi belajar murid di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui kebiasaan sarapan pagi murid di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta. 2. Mengetahui status gizi murid di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta. 3. Mengetahui prestasi belajar murid di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta. 1.4 Hipotesis 1.. Ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan status gizi murid sekolah dasar.. 2.. Ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar murid sekolah dasar.. 3.. Ada hubungan status gizi dengan prestasi belajar murid sekolah dasar.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(23) 6. 1.5 Manfaat Penilitian Penulis berharap bila hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan status gizi dan prestasi belajar murid, maka penelitian ini dapat digunakan oleh para guru untuk meningkatkan pengetahuan murid tentang pentingnya sarapan pagi dan manfaatnya bagi status gizi dan prestasi belajar. Namun, apabila hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang sebaliknya, maka penulis berharap penelitian ini tetap bisa digunakan sebagai sumber informasi atau referensi bahan ajar mengenai topik terkait kebiasaan sarapan pagi, status gizi, dan prestasi belajar.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(24) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2016). Menurut Almatsier (2013), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dapat pula diartikan sebagai tanda fisik yang diakibatkan oleh karena adanya keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran gizi melalui variabel-variabel tertentu, yaitu indikator status gizi. Status gizi seseorang dipengaruhi oleh konsumsi makan yang bergantung pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasukan, distribusi dalam keluarga, dan kebiasaan makan secara perorangan. 2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi UNICEF (2013) menjabarkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi status gizi yang terbagi atas dua kategori, yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung terdiri dari asupan makanan dan penyakit infeksi yang mungkin diderita. Pada kategori penyebab tidak langsung terdiri dari ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan.. 7 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(25) 8. Sumber: UNICEF (2013) Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor Penyebab dan Dampak Malnutrisi Pada Anak Jumlah asupan makanan yang masuk ke tubuh setiap harinya akan memengaruhi status gizi. Asupan makanan harus cukup, tidak kurang dan tidak berlebihan. Jika asupan makanan berlebihan atau justru kurang dari yang dibutuhkan tubuh, maka akan timbul gangguan kesehatan. Penyakit infeksi menjadi salah satu penyebab langsung yang dapat memengaruhi status gizi karena proses penyerapan zat gizi penderita terganggu akibat aktivitas bakteri atau virus yang ada di dalam tubuh. Penderita penyakit infeksi cenderung akan memiliki status gizi yang rendah atau di bawah normal. Ketahanan pangan keluarga merupakan salah satu faktor tidak langsung yang memengaruhi status gizi. Ketahanan pangan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dengan baik secara kuantitas maupun kualitas. Hal ini berkaitan erat dengan kondisi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(26) 9. ekonomi keluarga. Keluarga dengan kondisi ekonomi rendah akan cenderung kesulitan untuk memenui kebutuhan zat gizi setiap anggota keluarganya. Penyebab tidak langsung yang kedua adalah pola pengasuhan anak. Hal ini meliputi sikap ibu atau pengasuh lain dalam hal yang berhubungan dengan anak, seperti memberikan makan, merawat, menjaga kebersihan, memberi kasih sayang, dan sebagainya. Anak yang dibiasakan untuk mengonsumsi makanan sehat akan memiliki status gizi yang baik, sehingga menurunkan risiko terserang penyakit. Faktor tidak langsung yang terakhir adalah pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan. Kemudahan akses dalam menjangkau pelayanan kesehatan juga menjadi faktor yang memengaruhi status gizi seseorang atau keluarga. Lokasi pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau akan membuat masyarakat merasa malas untuk memeriksakan kondisi kesehatan tubuhnya. Apabila kondisi kesehatan masyarakat terganggu, maka status gizi mereka pun secara otomatis akan terganggu juga. Sarana air bersih juga menjadi salah satu faktor pendukung tinggi dan rendahnya status gizi. Hal ini dikarenakan air merupakan salah satu media penyebaran penyakit. Bila tidak mengonsumsi atau menggunakan air yang bersih, maka akan terjadi gangguan kesehatan yang menyebabkan turunya status gizi. UNICEF (2013) juga menjelaskan bahwa ada 3 faktor utama munculnya penyebab-penyebab langsung dan tidak langsung tersebut, yaitu sosial-budaya, ekonomi, dan politik. Ketidakmampuan finansial akan menghambat seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya salah satunya dalam hal pemenuhan zat gizi. Pola pikir serta kemampuan bersosialisasi juga dapat memengaruhi status. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(27) 10. kesehatan orang tersebut. Kebiasaan masyarakat daerah dalam mengonsumsi makanan dengan jumlah berlebih, contohnya. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya gizi lebih dan dampaknya adalah munculnya penyakit-penyakit degeneratif saat usia dewasa. Faktor-faktor utama tersebut juga akan mempengaruhi akses rumah tangga dalam peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya, seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan, teknologi, serta tempat tinggal. Masyarakat dengan latar belakang pendidikan yang baik serta pekerjaan mapan pasti akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan gizinya karena mengerti dampak yang dapat terjadi bila mengalami malnutrisi. Kemampuan dalam mengoperasikan teknologi yang semakin canggih sekarang ini juga akan membantu masyarakat mendapatkan informasi kesehatan. 2.3 Indeks Massa Tubuh (IMT) Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degenerative (Depkes, 2011). Rumus perhitungan indeks massa tubuh: Berat Badan (Kg) IMT. = Tinggi Badan (m) × Tinggi Badan (m). UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(28) 11. 2.4 Penilaian Status Gizi Menurut Supariasa (2016), penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung adalah metode yang cara kerjanya berhubungan atau kontak langsung dengan masing-masing responden. Enumerator harus langsung bertemu dengan responden yang ingin diketahui status gizinya. Metode ini terbagi atas empat cara penilaian status gizi, yaitu secara klinis, biokimia, biofisik, dan antropometri. Penilaian status gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama untuk mengetahui status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahanperubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Supariasa (2016) juga menjelaskan bahwa penilaian status gizi secara klinis terdiri dari dua bagian, yaitu medical history (riwayat medis), yaitu catatan mengenai perkembangan penyakit dan pemeriksaan fisik, yaitu melihat dan mengamati gejala gangguan gizi baik sign (gejala yang apat diamati) dan symptom (gejala yang tidak dapat diamati tetapi dirasakan oleh penderita gangguan gizi). Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh, antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(29) 12. otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa, 2016). Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda dan gejala kurang gizi. Pemeriksaan dengan memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan otot dan bagian tubuh lainnya. Metode terakhir adalah antropometri. Secara umum antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan gizi. Berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 2006 dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Indeks antropometri yang digunakan, yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), dan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah, namun tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Berbeda dengan indikator BB/U, indikator TB/U dapat menggambarkan status gizi masa lampau. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(30) 13. atau masalah gizi kronis. Seseorang yang pendek kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak baik. Indikator ketiga adalah berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini atau masalah gizi akut. Berat badan berkorelasi linier dengan tinggi badan, artinya dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan mengikuti pertambahan tinggi badan pada percepatan tertentu. Hal ini berarti berat badan yang normal akan proporsional dengan tinggi badannya. Indikator terakhir yaitu Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur (IMT/U) merupakan indikator yang paling baik untuk mengukur keadaan status gizi. Indikator ini menggambarkan keadaan status gizi masa lalu dan masa kini karena berat badan memiliki hubungan linear dengan tinggi badan. Indeks ini tidak menimbulkan kesan underestimate pada anak yang overweight dan obesitas serta kesan berlebihan pada anak gizi kurang (WHO, 2007). Supariasa (2016) menjelaskan bahwa penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga. Pertama adalah survei konsumsi makanan. Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan. melihat. jumlah. dan. jenis. zat. gizi. yang. dikonsumsi.. Penggunaan pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi. Metode yang kedua adalah penggunaan statistik vital. Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(31) 14. kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu, dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain. Penggunaan pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi. 2.5 Permasalahan Status Gizi Berdasarkan SK Antropometri Tahun 2010, terdapat lima kategori status gizi menurut IMT/U. Empat diantaranya adalah kondisi status gizi yang mengalami permasalahan. Permasalahan gizi tersebut adalah gizi buruk, gizi kurang, gizi lebih, dan obesitas. 2.5.1 Gizi kurang dan gizi buruk Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berpikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Bila kondisi gizi kurang tidak segera ditangani dan dibiarkan dalam waktu yang lama, maka akan terjadi kondisi yang disebut dengan gizi buruk (Almatsier, 2013). Terdapat beberapa jenis gangguan kesehatan yang disebabkan oleh gizi kurang dan buruk, antara lain: Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(32) 15. Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin A (KVA), dan Kurang Energi Protein (KEP). Anemia didefinisikan sebagai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah sesuai batas yang direkomendasikan. Anemia gizi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi dalam tubuh, merupakan masalah gizi yang paling tinggi di Indonesia. Kekurangan zat besi dipengaruhi oleh pembentukan hemoglobin yaitu besi, protein, vitamin C, piridoksin, vitamin E (Almatsier, 2013). Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala yang ditimbulkan karena tubuh kekurangan iodium dalam jangka waktu yang lama. GAKY diketahui memiliki hubungan yang erat dengan gangguan perkembangan mental dan kecerdasan. Kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah dampak kekurangan yodium adalah Wanita Usia Subur (WUS), ibu hamil, anak balita, dan anak usia sekolah (Adriani dan Bambang, 2013). Kekurangan vitamin A adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh dua faktor, yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung KVA adalah konsumsi vitamin A dalam makanan sehari-hari tidak mencukupi kebutuhan tubuh dalam jangka waktu lama. Kekurangan vitamin A ini umumnya terjadi sejak balita karena kurangnya sumber vitamin A. Penyebab tidak langsungnya adalah penyakit infeksi yang dapat menyebabkan proses penyerapan makanan dalam tubuh terganggu (Adriani dan Bambang, 2013). Kurang energi protein atau Protein Energy Malnutrition disebabkan oleh masukan energi dan protein yang sangat kurang dalam makanan sehari-hari. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(33) 16. dengan jangka waktu yang cukup lama. Pada umumnya, KEP disebabkan oleh faktor kemiskinan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan pemberian makanan sesudah bayi disapih serta pengetahuan mengenai pemeliharaan lingkungan yang sehat (Purnamasari, 2011). Masalah gizi kurang dan gizi buruk memiliki dampak yang serupa bagi anak-anak, yaitu menghambat proses pertumbuhan, mengganggu perkembangan otak sehingga menyebabkan rendahnya tingkat kecerdasan, serta lemahnya sistem imun sehingga mudah terserang penyakit infeksi. Secara nasional prevalensi kurus (menurut IMT/U) pada anak umur 5-12 tahun adalah 11,2%., terdiri dari 4,0% sangat kurus dan 7,2% kurus. Prevalensi sangat kurus paling rendah di Bali (2,3%) dan paling tinggi di Nusa Tenggara Timur (7,8%) (Riskesdas, 2013).. Sumber: Riskesdas 2013 Gambar 2.2 Prevalensi Kurus dan Sangat Kurus Tahun Menurut Provinsi Tahun 2013 2.5.2 Gizi lebih (overweight) dan obesitas Gizi lebih merupakan keadaan gizi seseorang yang pemenuhan kebutuhannya melampaui batas lebih dari cukup (kelebihan) dalam waktu cukup. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(34) 17. lama dan dapat terlihat dari kelebihan berat badan yang terdiri dari timbunan lemak, besar tulang, dan otot atau daging. Gizi lebih dapat juga diartikan sebagai peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan fisik dan skeletal sebagai akibat akumulasi lemak yang berlebihan dalam s. ke d n dim n. lebih. o e. ed p. be. b h.. i i lebih men nj kk n. b d n be lebih.Seseo ng dik. eigh bil j ml h lem k 0. 0. di. s nil i no m l. k n be gi i lm sie. 2013). Menurut Adriani dan Bambang (2013), gizi lebih dan obesitas terjadi karena berbagai faktor, antara lain faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung gizi lebih dan obesitas ialah ketidakseimbangan asupan energi dengan keluaran energi. Asupan energi tinggi bila konsumsi makanan berlebihan, sedangkan keluaran energi jadi rendah bila metabolisme tubuh dan aktivitas fisik rendah. Faktor tidak langsung penyebab gizi lebih dan obesitas yang pertama adalah faktor genetik. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Bila kedua orang tua obesitas, sekitar 80% anak-anak mereka menjadi obesitas. Anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan gaya hidup yang dapat memicu terjadinya obesitas. Faktor yang kedua adalah lingkungan. Gen merupakan faktor penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku / gaya hidup, seperti makanan apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan dalam satu hari serta aktivitas fisiknya. Faktor lingkungan dipengaruhi oleh aktivitas dan pola. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(35) 18. makan orangtua anak, misalnya pola makan bapak dan ibunya tidak teratur, maka hal tersebut akan menurun pada anak. Faktor selanjutnya adalah psikis. Isi pikiran seseorang dapat memengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial. Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas, yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari. Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bullimia nervosa, di mana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya, kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi, dan insomnia pada malam hari. Faktor kesehatan adalah salah satu penyebab tidak langsung gizi lebih dan obesitas.. Beberapa. penyakit. bisa. menyebabkan. obesitas,. antara. lain:. Hipotiroidisme, sindroma cushing, sindroma Prader-Willi, serta beberapa kelainan syaraf yang dapat menyebabkan seseorang banyak makan. Obat-obat tertentu, misalnya steroid dan beberapa antidepresan, juga dapat menyebabkan peningkatan berat badan.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(36) 19. Faktor terakhir adalah perkembangan. Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai lima kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal Overweight atau obesitas dapat dimulai pada usia berapa pun. Beberapa periode menunjukkan kemungkinan yang besar terhadap terjadinya overweight dan obesitas. Overweight atau obesitas sejak usia belia cenderung lebih berat dan berisiko tinggi menjadi obesitas di masa dewasa. Karena itu, pencegahan overweight dan obesitas pada masa anak sangat penting (Adriani dan Bambang, 2013). Almatsier (2011) mengatakan bahwa obesitas pada anak umumnya disebabkan oleh masukan makanan yang berlebih. Selain itu, pada waktu lahir anak tidak dibiasakan mengonsumsi air susu ibu (ASI), tetapi dibiasakan pakai susu formula dalam botol. Padahal anak yang diberi ASI biasanya asupannya sesuai dengan ketentuan berat badan bayi. Obesitas memiliki beberapa dampak bagi kesehatan seseorang, salah satunya adalah meningkatkan risiko kematian seseorang. Kenaikan mortalitas di antara penderita obesitas merupakan akibat dari beberapa penyakit yang kemunculannya dapat dipicu oleh obesitas, seperti diabetes mellitus, penyakit jantung, hipertensi, artritis, dan kanker gastrointestinal. Penderita obesitas juga mempunyai risiko yang lebih besar untuk menderita beberapa gangguan kesehatan, misalnya back pain (Adriani dan Bambang, 2013).. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(37) 20. Selain gangguan kesehatan, obesitas pada anak dapat menurunkan tingkat kecerdasan anak, karena aktivitas dan kreativitas anak menjadi menurun dan cenderung malas. Banyak studi yang menunjukkan adanya kecenderungan anak obesitas untuk tetap obesitas pada masa dewasa dan berakibat pada kenaikan risiko penyakit dan gangguan kesehatan (Almatsier, 2011). Secara nasional masalah gemuk pada anak umur 5-12 tahun masih tinggi, yaitu 18,8% yang terdiri dari gemuk 10,8% dan sangat gemuk (obesitas) 8,8%. Prevalensi gemuk terendah di Nusa Tenggara Timur (8,7%) dan tertinggi di DKI Jakarta (30,1%).. Sumber: Riskesdas 2013 Gambar 2.3 Pre Tahun Menurut Provinsi Tahun 2013 2.6 Prestasi Belajar Prestasi belajar menurut Hamalik (2011) adalah berupa adanya perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rumapea (2016), tingkat prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sesuai kemampuan siswa dari proses belajar dalam waktu tertentu (raport bulanan) yang disajikan dalam bentuk nilai dari ujian bulanan. Sedangkan menurut Syah, M. (2012) prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang diharapkan dapat mencerminkan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(38) 21. perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta, dan rasa maupun yang berdimensi karsa. Menurut Sukmadinata (2011), prestasi atau hasil belajar (achievement) merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam. bentuk. penguasaan. pengetahuan,. keterampilan. berpikir. maupun. keterampilan motorik. Di sekolah, hasil belajar atau prestasi belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang telah ditempuhnya Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai sudut pandang; dari subjek yang belajar, proses belajar, dan dapat pula dari situasi belajar. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri subjek, adapun yang ada didalamnya adalah fisiologis, yaitu keadaan jasmani baik yang bersifat bawaan maupun yang bukan bersifat bawaan. Lalu psikologis, yaitu keadaan rohani atau psikis yang meliputi faktor-faktor intelektualitas seperti intelegen dan bakat, serta faktor-faktor non intelektualitas seperti, minat, motivasi, dan sikap. Faktor internal terakhir adalah kematangan, yaitu kematangan jasmani maupun rohani. Faktor eksternal, yaitu semua faktor yang ada diluar subjek, yang termasuk didalamnya adalah faktor sosial (lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah),. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(39) 22. ekonomi (penghasilan atau pendapatan yang diterima), budaya (adat istiadat, kesenian, dan sebagainya), lingkungan fisik, dan faktor spiritual. 2.7 Kebiasaan Sarapan Pagi Sarapan pagi termasuk dalam Pedoman Gizi Seimbang Tahun 2014 pada pesan ke enam. Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh dan meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Makan pagi atau sarapan mempunyai peranan penting bagi anak sekolah usia 6-14 tahun, yaitu untuk pemenuhan gizi di pagi hari, dimana anak-anak berangkat kesekolah dan mempunyai aktivitas yang sangat padat di sekolah (Arifin, 2015). Sarapan pagi bagi anak usia sekolah sangatlah penting, karena waktu sekolah adalah penuh aktivitas yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar. Untuk sarapan pagi harus memenuhi sebanyak ¼ kalori dalam sehari (Depkes RI, 2012). Kementerian Kesehatan RI (2014) menjelaskan bahwa sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian kebutuhan gizi harian (15-30% kebutuhan gizi) dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif, dan produktif. Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Hardinsyah (2016), menjelaskan bahwa alasan kenapa sarapan sebaiknya dilakukan sebelum jam 9 pagi, karena satu jam sebelum aktivitas pekerjaan dimulai, kadar gula darah dalam tubuh mulai menurun, untuk mencegah hal tersebut, diperlukan nutrisi yang diperoleh dari sarapan pagi. Pertiwi, dkk. (2014) mengatakan bahwa sarapan yang baik adalah bila selalu dilakukan pada waktu. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(40) 23. makan pagi hari bukan menjelang makan siang, dan tidak perlu dibedakan saat hari kerja / sekolah dan hari libur. S m n i d n S odih. 0. mengem k k n b h. n k si. h n. pertumbuhan fisik cenderung lamban kecuali pada akhir periode tersebut, sedangkan kecakapan motorik terus membaik. Mereka banyak makan karena kegiatannya menuntut energi yang banyak. Oleh karenanya apabila asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan tubuh, maka akan membuat aktivitas mereka berkurang, termasuk cara belajar dan konsentrasi mereka terhadap pelajaran. Sarapan membekali tubuh dengan zat gizi yang diperlukan untuk berpikir, bekerja, dan melakukan aktivitas fisik secara optimal setelah bangun pagi.Bagi anak sekolah, sarapan yang cukup terbukti dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan stamina (Kemkes RI, 2014). Pada Pedoman Gizi Seimbang Tahun 2014 dikatakan bahwa sarapan yang baik terdiri dari pangan karbohidrat, pangan lauk-pauk, sayuran atau buah-buahan dan minuman. Menurut So (2013), kebiasaan sarapan berkorelasi positif dengan prestasi akademik pada kedua remaja yang sehat pria dan wanita di Korea. Melewatkan sarapan dikaitkan dengan obesitas, nafsu makan yang tinggi sepanjang sisa hari, dan makan berlebihan di malam hari, dan obesitas juga berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif dan memori melalui perubahan dalam struktur otak, sehingga terdapat hubungan positif antara kebiasaan sarapan dan prestasi akademik. Domili (2015) menyatakan bahwa makanan yang dimakan saat sarapan sangat dibutuhkan untuk mengganti kadar gula yang kurang pada malam hari.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(41) 24. Sarapan juga dapat meningkatkan kemampuan otak dalam mengerjakan sesuatu, berpikir dan meningkatkan konsentrasi. Pada hakikatnya otak manusia akan mendapatkan nutrisi yang penuh dari sarapan. Anak yang tidak sarapan akan cenderung mengkonsumsi makanan jajanan. Jajan yang terlalu sering dapat mengurangi nafsu makan anak di rumah. Selain itu banyak makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan sehingga akan mengganggu kesehatan anak. Sebagian besar makanan jajanan terbuat dari karbohidrat sehingga lebih tepat sebagai snack antar waktu makan, bukan sebagai pengganti makanan utama (Ethasari, 2014). Makanan jajanan yang dibeli atau dikonsumsi banyak mengandung energi dan lemak seperti makanan gorengan dan lain-lain yang berpeluang menjadi gemuk atau status gizi lebih, sedangkan kalau makanan jajanan yang dibeli seperti makanan ringan, es, permen maka anak ini merupakan anak yang berisiko rendah gizi terutama kalori sehingga kalau ini dikonsumsi tiap hari maka anak akan menjadi gizi kurang (Ethasari, 2014). Anak-anak yang melewatkan waktu sarapan akan mengalami gangguan fisik terutama kekurangan energi untuk beraktivitas. Dampak lain juga akan dirasakan pada proses belajar mengajar yaitu anak menjadi kurang konsentrasi, mudah lelah, mudah mengantuk dan gangguan fisik lainnya. Anak-anak yang sarapan memiliki performa yang lebih baik dalam perkembangan kognitif di sekolah dibandingkan mereka yang tidak sarapan (Susanto, 2011). Sukiniarti (2015) mengungkapkan bahwa anak usia sekolah dasar (SD), yang dikategorikan masih dalam taraf perkembangan dan pertumbuhan, sangat. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(42) 25. memerlukan sarapan pagi untuk menunjang aktivitasnya. Terutama di jam-jam belajar di sekolah, energi yang diperlukan untuk belajar sangat bergantung dari asupan gizi yang diperoleh dari makanan yang dimakan. Apabila anak tidak sarapan maka energi yang dibutuhkan untuk berpikir tidak mendukung, dampaknya anak tidak konsentrasi untuk belajar karena perut kosong sehingga berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Penyebab anak tidak mau makan terutama dikarenakan tidak ada waktu untuk makan pagi, karena anak sering bangun kesiangan, sehingga hanya bekal uang saku sekedarnya. Oleh karena itu sebagai orang tua harus membiasakan anak tidur secara teratur, dan bangun pagi setiap hari, karena bangun pagi baik untuk kesehatan. Selain karena tidak sempat untuk sarapan pagi, ada beberapa faktor yang menyebabkan anak tidak terbiasa sarapan pagi, yaitu tidak dibiasakan sarapan oleh orangtua juga pemberian uang jajan yang melebihi kebutuhan sehingga anak cenderung memilih untuk jajan di sekolah dibandingkan melakukan sarapan pagi di rumah (Sukiniarti, 2015). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Domili (2015) menunjukkan hubungan yang signifikan antara sarapan dan konsentrasi belajar pada siswa SD Negeri 76 Kota Tengah Kota Gorontalo. Penelitian Widyanti (2013) di SD 1 Taro Bali juga menunjukkan hasil yang signifikan pada hubungan kebiasaan sarapan dan prestasi belajar, sebab mengkonsumsi sarapan meningkatkan fungsi kognitif sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(43) 26. Susanto (2011) menyatakan bahwa sarapan menjadi perilaku yang baik apabila dilakukan secara rutin atau menjadi kebiasaan. Kebiasaan sarapan terutama pada anak sangat dipengaruhi oleh perilaku orang tua dalam membiasakan anaknya sarapan di pagi hari. Jenis makanan untuk sarapan dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan dan akan lebih baik bila terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan dan minuman dalam jumlah yang seimbang (Kemkes, 2014). 2.8 Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan utama penelitian ini, yaitu untuk mengetahui hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan status gizi dan prestasi belajar murid serta mengetahui hubungan status gizi dengan prestasi belajar, maka penelitian ini memiliki tiga variabel, yaitu satu variabel independen dan dua variabel dependen. Variabel independen pada penelitian ini adalah kebiasaan sarapan pagi dan dua variabel dependennya adalah status gizi dan prestasi belajar. Variabel Independen. Variabel Dependen. Status Gizi Kebiasaan Sarapan Pagi Prestasi Belajar Gambar 2.4 Kerangka Konsep. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(44) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik dan menggunakan desain penelitian cross-sectional. Dalam penelitian cross-sectional peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu. Pengukuran variabel dalam satu saat bukan berarti semua subyek diamati tepat dalam waktu yang sama, tetapi artinya tiap subyek hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut (Sastroasmoro & Ismael, 2011). 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta. Lokasi ini terletak di Jalan Raya Kodam Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret hingga April 2017. 3.3 Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah seluruh murid yang bersekolah di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta yang berjumlah 625 orang. Pada populasi ini akan dipilih sampel untuk penelitian, yaitu sebagian murid yang bersekolah di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta. Jumlah sampel yang dibutuhkan dihitung dengan menggunakan rumus cross-sectional sebagai berikut:. Keterangan:. 27 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(45) 28. n. = jumlah sampel minimal yang diperlukan. N. = jumlah populasi. Z. = score Z, berdasarkan nilai α yang diinginkan. α. = derajat kepercayaan. d. = toleransi kesalahan. p. = proporsi kasus yang diteliti dalam populasi, jika p tidak diketahui maka gunakan p terbesar. p terbesar yaitu p = 0.5. 1-p = q, yaitu proporsi untuk terjadinya suatu kejadian. Jika penelitian ini menggunakan p terbesar, maka q = 1-p = 1=0.5 Berdasarkan rumus tersebut, perhitungan jumlah sampel (responden) minimal yang diperlukan pada penelitian ini adalah: n=. 1,642 x 0,5 x 0,5 x 625 0,052 x 624 + 1,642 x 0,5 x 0,5. n=. 420,25 2,23. n=. ≈. esponden. Dari hasil perhitungan jumlah sampel minimal tersebut, peneliti memutuskan untuk mengambil sebanyak 188 sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah proportionate stratified random sampling. Proportionate stratified random sampling digunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2013). Rumus pengambilan sampelnya adalah:. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(46) 29. ni =. Ni N. ×n. Keterangan: ni = jumlah anggota sampel per kelas n = jumlah anggota sampel seluruhnya Ni = jumlah anggota populasi per kelas N = jumlah anggota populasi seluruhnya Maka jumlah anggota sampel berdasarkan kelas adalah: Kelas I. =. × 188 = 29 responden. Kelas II. =. × 188 = 29 responden. Kelas III. =. Kelas IV. =. × 188 = 27 responden. Kelas V. =. × 188 = 35 responden. Kelas VI. =. × 188 = 36 responden. 0. × 188 = 32 responden. 3.4 Metode Pengumpulan Data Data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Peneliti akan menggunakan data primer untuk mengukur kebiasaan sarapan pagi dan status gizi responden. Data sekunder yang diambil adalah data mengenai gambaran lokasi penelitian, karakteristik orangtua responden dan rapor hasil belajar murid untuk penilaian prestasi belajar responden.. 3.4.1 Data primer. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(47) 30. Pengumpulan data primer akan dilakukan langsung oleh peneliti dengan dua cara, yaitu pengukuran dan wawancara. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui status gizi responden. Pengukuran status gizi akan dilakukan dengan perhitungan berat badan dan tinggi badan responden sehingga dapat diketahui nilai IMT/U masing-masing responden. Penentuan kebiasaan sarapan pagi akan dilakukan dengan melakukan wawancara dengan masing-masing responden menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitiannya. Kuesioner tersebut akan berisi karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tempat/tanggal lahir, kelas), serta beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan kebiasaan sarapan pagi responden (frekuensi sarapan dalam satu minggu, ketersediaan sarapan, waktu sarapan, serta pemilihan makanan). Kuesioner kebiasaan sarapan pagi yang peneliti gunakan merupakan kuesioner dari penelitian yang telah dilakukan oleh Rani Gartika pada tahun 2011 sehingga telah teruji validitas dan reliabilitasnya. 3.4.2 Data sekunder Data gambaran sekolah dan karakteristik orangtua responden, berupa pekerjaan dan pendidikan terakhir, akan didapatkan dari bagian tata usaha Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta. Prestasi belajar responden akan dilihat dari rata-rata nilai responden pada rapor semester ganjil T.A. 2016/2017 yang juga akan didapatkan dari bagian tata usaha Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta.. 3.5 Variabel dan Definisi Operasional. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(48) 31. Penelitian ini memiliki satu variabel independen dan dua variabel dependen. Variabel independen pada penelitian ini adalah kebiasaan sarapan pagi dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah status gizi dan prestasi belajar. Definisi operasional untuk ketiga variabel tersebut, yaitu: 1.. Status gizi adalah keadaan tubuh yang diukur dengan cara menghitung. indeks massa tubuh berdasarkan usia (IMT/U) 2.. Prestasi belajar adalah hasil belajar murid di sekolah yang diambil. berdasarkan rata-rata nilai seluruh mata pelajaran pada rapor semester ganjil tahun ajaran 2016/2017. 3.. Kebiasaan sarapan pagi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah. tindakan mengonsumsi makanan pada pagi hari yang mencakup frekuensi dalam satu minggu, ketersediaan sarapan, waktu dilakukannya sarapan pagi, dan pemilihan makanan. 3.6 Metode Pengukuran Pengukuran pada penelitian ini terdiri dari 3 macam pengukuran, yaitu pengukuran untuk status gizi, prestasi belajar, dan pengukuran kebiasaan sarapan pagi. 3.6.1 Status gizi Pengukuran indeks massa tubuh dilakukan dengan cara mengukur berat dan tinggi badan. Berat badan akan diukur dengan timbangan digital dengan ketelitian 0,1 kg, sedangkan pengukuran tinggi badan akan dilakukan dengan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm. Setelah hasil pengukuran diketahui, maka. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(49) 32. IMT/U dapat dihitung dengan WHO Anthroplus. Hasil Z-Score akan menentukan pada kategori status gizi apa responden berada. . Kategori Status Gizi Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas Sumber: SK Antropometri, Tahun 2010. Z-Score < -3 SD -3 SD s/d < -2 SD -2 SD s/d 1 SD > 1 SD s/d 2 SD > 2 SD. 3.6.2 Prestasi belajar Pengukuran prestasi belajar akan dilakukan dengan menghitung rata-rata seluruh nilai mata pelajaran dari masing-masing responden. Prestasi belajar akan dikategorikan baik bila rata-. nil i ≥. sed ngk n. -rata nilai rapor yang. berada di bawah 74 akan dikategorikan kurang. Peneliti memilih 74 sebagai batas antar kategori karena rata-rata kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan bagi seluruh mata pelajaran adalah 74. 3.6.3 Kebiasaan sarapan pagi Kebiasaan sarapan pagi akan diukur berdasarkan skor yang didapat dari kuesioner yang telah dijawab oleh tiap responden. Kuesioner yang peneliti gunakan terdiri dari karakteristik responden, karakteristik orangtua, dan 6 pertanyaan. Tiap pertanyaan memiliki tiga pilihan jawaban. Karena kuesioner yang peneliti gunakan memiliki lebih dari 2 pilihan jawaban, maka peneliti menggunakan pendekatan dengan skala Likert untuk memberikan penilaian terhadap kuesioner.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(50) 33. Penilaian kuesioner tersebut adalah setiap pilihan jawaban (a) pada kuesioner akan diberi skor 3, pilihan jawaban (b) pada kuesioner akan diberi skor 2, dan pilihan jawaban (c) pada kuesioner akan diberi skor 1. Skor kuesioner didapat dengan menjumlahkan skor dari tiap pertanyaan, lalu hasilnya akan dibagi dengan jumlah pertanyaan dan dikalikan 100%. Sebelumnya, yang dilakukan adalah menentukan jumlah skor tertinggi dan terendah dari kuesioner dengan rumus: Jumlah skor tertinggi = Skor tertinggi × Jumlah pertanyaan pada kuesioner =3× =. → 00. Jumlah skor terendah = Skor terendah × Jumlah pertanyaan pada kuesioner = × = →. × 100% = 33,3%. Setelah menentukan jumlah skor tertinggi dan terendah, hal yang dilakukan selanjutnya. adalah. menentukan. interval.. Interval. dibutuhkan. untuk. pengkategorian. Rumus interval adalah:. I=. R. K. Keterangan: I = Interval R = Range = Jumlah sko. e inggi. J ml h sko. e end h = 00. 33 3. =. 66,7% K = Jumlah kategori yang ditetapkan (3 kategori: baik, cukup, dan kurang) Maka, interval pada penelitian ini adalah: I=. = 22,2%. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(51) 34. Kriteria penilaian akan didapatkan dengan cara mengurangi jumlah skor tertinggi dengan interval, sehingga didapatkan kriteria penilaian kebiasaan sarapan pagi yang terbagi atas 3 kategori, yaitu: 1.. ik. 00. bil sko k esione n 2.. = ≥. k p. 22,2% = 55,6%), responden akan berada pada kategori ini. bil sko k esione ≥ 3.. esponden k n be d p d k ego i ini. d n<. Kurang, apabila skor kuesioner responden < 55,6%.. 3.7 Metode Analisis Data Dalam pengolahan data, ada empat tahapan yang harus dilakukan, yaitu: editing, coding, data entry, dan tabulasi. Editing atau penyuntingan data dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan kelengkapan isian pada kuesioner dan ketepatan data hasil pengukuran sebelum dimasukkan ke dalam pengolah data. Setelah semua data selesai diperiksa kebenaran dan kelengkapannya, selanjutnya akan dilakukan coding, yaitu mengubah data yang berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Langkah ini akan memudahkan dalam pengentrian data. Data yang telah diubah menjadi bentuk kode angka atau bilangan dimasukkan ke dalam program komputer. Peneliti akan menggunakan program SPSS untuk mengolah data penelitian ini. Setelah data dimasukkan ke dalam program SPSS, langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil penelitian. Hasil dari analisis tersebut akan ditampilkan pada program SPSS dalam bentuk tabel.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(52) 35. Penelitian ini menggunakan dua teknik analisis data, yaitu analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat, yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel penelitian. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dari tiap variabel. Analisis bivariat, ialah analisis yang digunakan untuk menguji hubungan antara dua variabel penelitian, yaitu variabel independen dan dependen serta menguji hubungan kedua variabel dependen. Pada analisis ini peneliti akan menggunakan uji chi-square. Hipotesis akan diterima apabila nilai p < 0,05 dan sebaliknya hipotesis akan ditolak jika nilai p > 0,05.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(53) BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta berlokasi di Jalan Raya Kodam Jaya Bintaro RT/RW 006/03, Kelurahan Pesanggrahan, Kecamatan Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta. Luas wilayah sekolah ini adalah sebesar 2.668 m2. Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah dan dibantu oleh 27 orang guru dan 10 staf lain yang ditempatkan di berbagai bidang. Jumlah murid yang bersekolah di SD Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta berjumlah 625 orang. Tabel 4.1 Distribusi Murid Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin Murid Kelas Jumlah Laki-Laki Perempuan 96 I 42 54 II 52 45 97 III 56 50 106 IV 60 31 91 V 52 64 116 VI 56 63 119 Jumlah 625 Sumber: SDN Pesanggrahan 02 Jakarta Lokasi sekolah yang terletak di antara 2 sekolah lain, yaitu SMP Negeri 177 Jakarta dan SD Negeri Pesanggrahan 03 Jakarta, menyebabkan padatnya jalan menuju sekolah ini, terutama di pagi hari. Kepadatan jalan menjadi salah satu faktor penyebab murid akan berusaha untuk datang lebih pagi agar tidak terlambat. Hal ini akan meningkatkan risiko murid melewatkan sarapan pagi di. 36 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(54) 37. rumah. Bila hal ini terjadi di setiap hari sekolah, maka murid jadi tidak terbiasa melakukan sarapan pagi dengan baik. Sekolah ini memiliki fasilitas yang dapat menunjang asupan makanan bagi murid berupa kantin sekolah. Namun, kantin sekolah ini baru mulai dibuka 30 menit sebelum jam istirahat pertama murid, yaitu jam 9 pagi, sedangkan waktu sarapan pagi yang dianjurkan adalah sebelum jam 9 pagi. Sehingga apabila murid mengonsumsi sarapan pagi yang dibeli dari kantin sekolah, maka sarapan pagi mereka bukanlah kebiasaan sarapan pagi yang disarankan. 4.2 Karakteristik Responden Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari usia dan jenis kelamin. Rentang usia murid pada penelitian ini dimulai dari usia 7 tahun hingga 13 tahun. Pada penelitian ini murid terbanyak berada pada rentang usia 7 hingga 10 tahun, yaitu sebanyak 124 orang (66,0%). Murid yang paling sedikit ada pada usia 11 hingga 14 tahun, yaitu sebanyak 64 orang (34,0%). Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Murid Berdasarkan Usia Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta Jumlah Persentase Usia (Tahun) (n) (%) 7 – 10 124 66,0 11 – 14 64 34,0 Jumlah 188 100,0 Pada kategori jenis kelamin, murid dibagi menjadi laki-laki dan perempuan. Jumlah murid terbanyak pada penelitian ini adalah perempuan, yaitu sebanyak 96 orang (51,1%), sedangkan untuk murid laki-laki berjumlah 92 orang (48,9%).. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(55) 38. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Murid Berdasarkan Jenis Kelamin Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta Jenis Kelamin n % Laki – laki 92 48,9 Perempuan 96 51,1 Jumlah 188 100,0 4.3 Karakteristik Orangtua Responden Pada penelitian ini, karakteristik orangtua murid yang diteliti adalah pekerjaan dan pendidikan orangtua. Dapat dilihat pada tabel 4.4 bahwa pekerjaan ayah murid yang paling banyak adalah sebagai pegawai swasta, yaitu sebanyak 86 orang (45,8%), sedangkan untuk ibu murid, sebanyak 85 orang (45,2%) mengaku tidak bekerja. Berdasarkan karakteristik pendidikan orangtua, kategori terbanyak yang dipilih adalah tamat SMA / sederajat, yaitu sebanyak 96 orang (51,1%) untuk kelompok ayah, serta sebanyak 110 orang (58,5%) pada kelompok ibu. Tabel. 4.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Orangtua Murid Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta Ayah Ibu No. Karakteristrik Orangtua n % n % 1. Pekerjaan a. Wiraswasta 64 34,0 45 23,9 b. PNS 38 20,2 21 11,2 c. Pegawai Swasta 86 45,8 37 19,7 d. Tidak Bekerja 0 0,0 85 45,2 2. Pendidikan a. Tamat SMA / 96 51,1 110 58,5 Sederajat b. Tamat D1/D3/S1 92 48,9 78 41,5 Jumlah 188 100,0 188 100,0. 4.4 Status Gizi Murid Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan status gizi murid yang terbagi atas empat kategori, yaitu kurus, normal, gemuk, dan obesitas. Murid terbanyak berada pada kategori normal, yaitu sebanyak 88 orang. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(56) 39. (46,8%), sedangkan yang paling sedikit berada pada kategori obesitas, yaitu sebanyak 13 orang (6,9%). Murid dengan kategori kurus berjumlah sebanyak 58 orang (30,9%) dan dengan kategori gemuk sebanyak 29 orang (15,4%). Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Status Gizi (Indeks Massa Tubuh Berdasarkan Usia) Murid Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta Status Gizi n % Sangat Kurus 0 0,0 Kurus 58 30,9 Normal 88 46,8 Gemuk 29 15,4 Obesitas 13 6,9 Jumlah 188 100,0 4.5 Prestasi Belajar Murid Pada penelitian yang telah dilakukan, didapatkan prestasi belajar murid yang terbagi atas 2 kelompok, yaitu baik, bila nilai berada di atas rata-rata, dan kurang, bila nilai berada di bawah rata-rata. Murid dengan prestasi belajar baik berjumlah sebanyak 114 orang (60,6%), sedangkan murid yang memiliki prestasi belajar kurang yaitu sebanyak 74 orang (39,4%). Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Murid Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta Prestasi Belajar n % Baik 114 60,6 Kurang 74 39,4 Jumlah 188 100,0 4.6 Kebiasaan Sarapan Pagi Murid Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan menggunakan kuesioner penelitian, didapatkan kebiasaan sarapan pagi murid yang terbagi menjadi 2 kategori, yaitu cukup dan kurang. Kategori yang ditetapkan oleh peneliti ada tiga, tetapi tidak ada murid yang berada pada kategori kebiasaan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(57) 40. sarapan pagi baik, Murid yang memiliki kebiasaan sarapan pagi cukup, yaitu sebanyak 103 orang (54,8%), sedangkan yang berada pada kategori kebiasaan sarapan pagi kurang adalah 85 orang (45,2%). Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Sarapan Pagi Murid Di Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 02 Jakarta Kebiasaan n % Sarapan Pagi Baik 0 0,0 Cukup 103 54,8 Kurang 85 45,2 Jumlah 188 100,0 esione. peneli i n kebi s n s. peneli i n ini memiliki J. pe. n. p n p gi. ng dig n k n p d. n deng n m sing-m sing 3 pilih n j. b n m id mengen i f ek ensi s. p n p gi. b n.. ng e b n k d l h se ing. 7 kali dalam satu minggu), yaitu dijawab oleh 105 orang (55,9%). Pada pertanyaan kedua mengenai pelaksanaan sarapan pagi, jawaban murid terbanyak adalah setiap hari sekolah sebanyak 99 orang (52,7%). Ini artinya meskipun lebih dari 50% murid mengatakan bahwa mereka sering melakukan sarapan pagi, tetapi hanya 6 murid (3,2%) yang melakukan sarapan pagi setiap hari, tidak hanya di hari sekolah saja. Pada pertanyaan ketiga tentang waktu sarapan pagi, jawaban terbanyak yang didapatkan adalah tidak menentu, yang dijawab oleh 106 orang (56,4%). Maka, dapat dikatakan bahwa meskipun lebih dari 50% murid sudah melakukan sarapan pagi minimal 5 kali dalam satu minggu, tetapi yang melakukannya di waktu yang dianjurkan masih kurang dari 50%. Padahal, apabila dilihat dari ketersediaan sarapan paginya, 59,6% orangtua selalu menyediakan sarapan pagi di. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor Penyebab dan Dampak Malnutrisi  Pada Anak
Gambar 2.2 Prevalensi Kurus dan Sangat Kurus                        Tahun Menurut Provinsi Tahun 2013
Gambar 2.3 Pre                                                      Tahun Menurut Provinsi Tahun 2013
Gambar 2.4 Kerangka Konsep
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data primer penelitian diambil dari kuesioner untuk mengetahui kebiasaan sarapan pagi. Data sekunder penelitian diambil dari nilai rata-rata raport pada

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN.. BANYUANYAR

prestasi belajar selain status gizi adalah kebiasaan sarapan pagi pada anak, dimana. gizi untuk menunjang aktivitas sekolah agar tetap fit sangat dipengaruhi

Hubungan Antara kebiasaan Sarapan Pagi dan Asupan Zat Gizi Makro (Energi dan Protein) dengan Status Gizi Anak yang Memperoleh PMT-AS di SD Negeri Plalan 1

Judul yang dipilih dalam penelitian ini yang mulai dilaksanakan sejak Bulan Februari tahun 2015 ini adalah Hubungan Kebiasaan Sarapan dan Status Gizi dengan Prestasi

Hasil penelitian diketahui kebiasaan sarapan pagi pada anak sekolah dasar di SD Negeri Kledokan, Depok, Sleman, Yogyakarta sebagian besar dalam kategori biasa sarapan sebesar

GAMBARAN STATUS GIZI, ASUPAN ENERGI, PROTEIN, LEMAK SERTA KEBIASAAN SARAPAN PAGI PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 84 KENDARI Tugas Akhir Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

68 LAMPIRAN 7 MASTER TABEL PENGOLAHAN DATA GAMBARAN STATUS GIZI, ASUPAN ENERGI, PROTEIN, LEMAK SERTA KEBIASAAN SARAPAN PAGI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI 84 KENDARI No Nama JK