• Tidak ada hasil yang ditemukan

Verifikasi dan Validasi

4.5 Kependudukan dan Sosial

8.661, 64 9.236, 50 7.165, 30 8.820, 70 11.012, 20 Sumber: BPS, 2002

Salah satu sumber alam Riau yang berperan dalam menunjang ekspor negara kita adalah minyak bumi dan hasil tambang lainnya. Ekspor Provinsi Riau tahun 2006 tercatat sebesar US$ 8.694,70 juta. Perkembangan ekspor Provinsi Riau dari tahun 1995 sampai dengan tahun 1997 relatif baik yaitu tahun 1995 US$ 7.360,46 juta, naik menjadi US$ 8.661,64 juta pada tahun 1996, selanjutnya pada tahun 1997 menjadi sebesar US$ 9.236,5 juta. Pada tahun 1998 ekspor mengalami penurunan dibanding dengan tahun 1997. Nilai ekspor tahun 1998 sampai dengan tahun 2000 mengalami kenaikan masing-masing sebesar US$ 7.165,3 juta, US$ 8. 820,7 juta dan US$ 11.012,2 juta.Pada tahun 2006, ekspor minyak mengalami peningkatan nilai dibanding dengan tahun 2005 sebesar 19,21persen. Nilai ekspor tahun 2001 sebesar US$ 8.977 juta. Sementara itu nilai ekspor Provinsi Riau terbesar dimuat pada Pelabuhan Dumai yaitu sebesar US$ 6.582,19 juta atau 75,16 persen, Pelabuhan Buatan sebesar US$ 798,42 juta atau 9,18 persen dan Perawang sebesar US$ 702,47 juta atau 8,08 persen

4.5 Kependudukan dan Sosial

Jumlah penduduk Provinsi Riau menurut hasil sensus penduduk 2000 sebesar 4.755.176 jiwa. Kepadatan penduduk di Provinsi Riau tahun 2000 sebesar 50,29 jiwa per km2. Berdasarkan hasil Susenas 2006, jumlah penduduk Provinsi Riau sebesar 4.764.205 jiwa, terpadat keempat diseluruh Pulau Sumatra. Kabupaten. Kota yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah kota Pekanbaru dengan jumlah penduduk 754.448 jiwa, sedangkan kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kota Dumai sebesar 230.191 jiwa.

Wilayah Provinsi Riau merupakan daerah dengan penduduk yang heterogenitasnya tinggi. Selain masyarakat asli Melayu Riau, juga terdapat berbagai suku bangsa lainnya semisal Minangkabau, Batak, Jawa, Cina, Arab dan India. Pada tahun 2003 tercatat migrasi penduduk ke wilayah ini sebanyak 240.729 orang (5,45 persen). Hal ini berakibat langsung pada laju pertumbuhan penduduk meningkat sebesar 3,65 persen pada tahun 2000-2004. Walaupun migrasi tinggi, namun karena budaya dasar masyarakat Melayu Riau yang hangat,

62 dan terbuka maka solidaritas diantara warga terjalin dengan baik melalui kesamaan agama (Islam) dan kekompakan para tokoh masyarakat lokal disana. Pernyataan Visi Riau sebagai “Pusat Kebudayaan Melayu” diterjemahkan oleh masyarakat di wilayah ini sebagai ‘Riau sebagai sebuah wilayah yang nyaris penduduknya semua beragama Islam.’ Faktor inilah menurut sosiolog Lawang (2005) merupakan faktor kunci pengikat utama social capital

masyarakat Melayu Riau di Provinsi Riau. Kesamaan pandangan para tokoh masyarakat di Provinsi Riau merupakan kunci pemersatu berikutnya. Kesamaan pandang ini membentuk tiga pilar adat budaya Riau yaitu; (1) tokoh adat atau lembaga adat; (2) tokoh agama atau MUI; (3) tokoh cendekiawan.

Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2006 mencatat bahwa di Provinsi Riau komposisi antara angkatan kerja dan bukan angkatan kerja untuk penduduk berusia 10 tahun ke atas tidak jauh berbeda di semua kabupaten/kota. Persamaan ini terlihat pada nilai persentaese angkatan kerja yang tidak jauh berbeda dengan persentaese bukan angkatan kerja yang berkisar sekitar 50 persen. Kabupaten dengan persentase angkatan kerja terbesar adalah Kabupaten Indragiri Hilir dan Kuantan Singingi, masing-masing sebesar 61,01 persen dan 58,97 persen. Nilai persentase angkatan kerja terkecil adalah Kabupaten Rokan Hilir dan Kota Dumai, masing-masing sebesar 51,02 persen dan 52,81 persen. Dari total angkatan kerja yang bekerja, sebagian besar terserap pada sektor pertanian 52,93 persen, diikuti oleh sektor perdagangan, rumah makan, dan hotel serta jasa-jasa, masing-masing sebesar 13,98 persen dan 10,40 persen.

Pembangunan bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara merata dan murah. Adanya tujuan tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang baik, yang pada gilirannya memperoleh kehidupan yang sehat dan produktif. Berdasarkan Indikator Kesejahteraan Rakyat 2004 (BPS, 2005), angka harapan hidup penduduk Provinsi Riau rata-rata adalah 68,1 tahun. Angka ini di pulau Sumatra termasuk tinggi dibandingkan dengan angka rata-rata nasional 66,2 tahun, bahkan jauh lebih baik daripada rata-rata masyarakat penduduk di Pulau Jawa seperti misalnya di Jawa Timur (66 tahun) , di Jawa Barat (64,5 tahun) dan Banten (62,4 tahun).

Sekitar tahun 1980-an dinyatakan bahwa Riau adalah provinsi terkaya karena sumberdaya alam dan lingkungannya, sehingga terjadi eksploitasi secara besar-besaran bagi pemasukan ekonomi pemerintah pusat dan pemenuhan biaya pembangunan di Indonesia.

63 Menurut Mubyarto (2002) dalam Jabbar (2008) mengatakan bahwa kekayaan alam Riau dibawa keluar Riau, sementara kondisi Riau dibandingkan provinsi lain tidak banyak berubah.

Lama usia sekolah rata-rata penduduk Riau adalah 8,2 tahun. Angka ini masih lebih baik dibandingkan angka rata-rata penduduk secara nasional di Indonesia yang hanya 7,2 tahun saja. Walau persentase penduduk miskin Provinsi Riau berada pada urutan ke empat di seluruh Sumatra, namun untuk angka lama sekolah masyarakat di Provinsi Riau menempati

ranking ke 3 setelah Provinsi Sumatra Utara dan Aceh. Secara umum, kesejahteraan masyarakat Provinsi Riau termasuk baik. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2006 mencatat bahwa di Provinsi Riau komposisi antara angkatan kerja dan bukan angkatan kerja untuk penduduk berusia 10 tahun ke atas tidak jauh berbeda di semua kabupaten dan kota. Persamaan ini terlihat pada nilai persentase angkatan kerja yang tidak jauh berbeda dengan persentase bukan angkatan kerja yang berkisar sekitar 50 persen.

Kabupaten dengan persentase angkatan kerja terbesar adalah Kabupaten Indragiri Hilir dan Kuantan Singingi, masing-masing sebesar 61,01 persendan 58,97 persen. Nilai persentase angkatan kerja terkecil adalah Kabupaten Rokan Hilir dan Kota Dumai, masing-masing sebesar 51,02 persen dan 52,81 persen. Dari total angkatan kerja yang bekerja, ternyata sebagian besarnya terserap di sektor pertanian 52,93 persen, diikuti oleh sektor perdagangan, rumah makan, dan hotel serta jasa-jasa, masing-masing sebesar 13,98 persen dan 10,40 persen.

Ketika terjadi kenaikan harga minyak ditahun 2006 ketika ekspor minyak mengalami peningkatan nilai dibanding dengan tahun 2005 sebesar 19,21 persen nilai ekspor tahun 2001 sebesar US$ 8.977 juta. Sementara itu nilai ekspor Provinsi Riau terbesar terdapat pada Pelabuhan Dumai yaitu sebesar US$ 6.582,19 juta atau 75,16 persen, Pelabuhan Buatan sebesar US$ 798,42 juta atau 9,18persen dan Perawang sebesar US$ 702,47 juta atau 8,08 persen.

Walaupun Provinsi Riau kaya akan sumberdaya alam, namun penduduk miskin di Provinsi Riau di setiap kabupaten dan kota jumlahnya cukup banyak, seperti yang tertera pada Tabel 4.7 sebagai berikut:

64 Tabel 4.7 Jumlah Penduduk dan Persentase Keluarga Miskin per Kabupaten dan Kota

di Propinsi Riau

Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Penduduk Miskin (%)

Kuantan Singingi 249.606 27,45 Indragiri Hulu 295.291 31,44 Indragiri Hilir 647.512 31,95 Pelalawan 253.308 18,39 Siak 302.182 21,91 Kampar 555.146 23,01 Rokan Hulu 346.848 20,84 Bengkalis 708.363 22,02 Rokan Hilir 421.310 21,76 Pekanbaru 754.448 10,91 Dumai 230.191 17,95 Provinsi Riau 4.764.205 122,19

65