• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

2.7 Kependudukan / Demografi

Menurut Undang –Undang RI No.10 tahun 1992, Penduduk adalah orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, wara negara dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu.

Kependudukan/ Demografi Adalah ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran, territorial dan komposisi penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu, yang biasanya timbul karena natalitas (fertilitas), mortalitas, gerak territorial (migrasi) dan mobilitas sosial (perubahan status). (Mantra 2000 . Demografi Umum: 2)

Dari definisi tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Sruktur penduduk meliputi : jumlah, persebaran, dan komposisi penduduk. Struktur penduduk itu selalu berubah-ubah, dan perubahan tersebut disebabkan karena proses demografi yaitu : kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi penduduk.

Struktur penduduk merupakan aspek yang statis, merupakan gambaran atau potret penduduk dari hasil sensus penduduk (cacah jiwa) pada hari sensus yang berakhiran dengan anka kosong (0). Data penduduk pada hari sensusu penduduk (hari H) ini dijadikan sebagai basis perhitungan penduduk. Sesudah hari sensus, struktur penduduk akan berubah. Komponen kependudukan yang dapat

mengubah strutur penduduk di atas adalah komponen yang dinamis yang terdiri dari kelahiran, kematian dan migrasi penduduk.

2.7.2 Sumber Data Kependudukan a. Sensus penduduk

Merupakan suatu proses keseluruhan daripada pengumpulan, pengolahan, penganalisaan dan penyajian data kependudukan yang menyangkut cirri-ciri kependudukan, sosial ekonomi, dan lingkungan hidup.

Cara pencacahan dapat dilakukan dengan dua cara:

1. Cara mencacah responden menurut tempat tinggalnya. Cara ini disebut juga dengan cara pencacahan de jure.

2. Cara mencacah responden menurut tempat ditemui oleh petugas pada waktu pencacahan. Cara ini disebut dengan cara pencacahan de facto. Sejak Indonesia merdeka, kegiatan sensus penduduk telah dilakukan 5 (lima) kali, yaitu tahun 1961, 1971, 1980, 1990, dan tahun 2000 yang penyelenggaraannya ditangani oleh BPS (Badan Pusat Statistik).

1. Registrasi Penduduk

Sistem registrasi penduduk merupakan suatu sistem registrasi yang dilakukan oleh petugas pemerintah setempat yang meliputi pencatatan kelahiran. Registrasi penduduk memenuhi dua tujuan, yaitu: sebagai catatan resmi dari suatu peristiwa tertentu dan sebagai sumnber yang berharga bagi penyusunan statistic

yang langsung dapat digunakan dalam proses perencanaan kemasyarakatan (Mantra, 2985).

Dalam sistem registrasi penduduk, yang dicatat sebagai penduduk adalah mereka yang mencatatkan dirinya sebagai penduduk di daerah tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan diikeluarkannya Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

2. Survei Penduduk

Hasil sensus penduduk mempunyai keterbatasan karena hanya menyediakan data statistik kependudukan dan kurang memberikan informasi tentang sifat dan perilaku penduduk tersebut. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, dilakukan survey penduduk dengan informasi yang dikumpulkan lebih luas dan mendalam. Survey kependudukan ini dilakukan dengan sistem sampel atau dalam bentuk studi kasus.

Kegiatan survey kependudukan mempunyai periode tertentu, Supas misalnya sepuluh tahun sekali di antara dua sensus. SDKI dilakukan empat tahun, Susenas dilakukan setiap tahun, sedangkan sakernas pada awalnya dilakukan setiap tiga bulan sekali. Hasil-hasil survey ini melengkapi informasi yang di dapat dari Sensus Penduduk dan Registrasi Penduduk.

2.7.3 Masalah Kependudukan

Dilihat dari jumlah penduduknya Indonesia termasuk negara terbesar ketiga diantara negara-negara sedang berkembang setelah Cina dan India. Hasil

Proyeksi penduduk menunjukkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 234.181.000 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk tahun 2015 mencapai 247.623.000.

Kepadatan di 33 Propinsi masih belum merata. Berdasarkan sensus penduduk tahun 1990 sekitar 60% penduduk tinggal di Pulau Jawa, padahal luas Pulau Jawa hanya sekitar 7% dari seluruh wilayah daratan Indonesia. Dilain pihak, Kalimantan yang memiliki 28% dari luas total, hanya dihuni oleh 5% penduduk Indonesia. Dengan demikian kepadatan penduduk secara regional juga sangat timpang, sementara kepadatan per kilometer persegi di Pulau Jawa mencapai 814 orang, di Maluku dan Irian Jaya hanya 7 orang (BPS Sumatera Utara).

Permasalahan yang timbul:

Ketidakseimbangan kepadatan penduduk ini mengakibatkan ketidakmerataan pembangunan baik phisik maupun non phisik yang selanjutnya mengakibatkan keinginan untuk pindah semakin tinggi. Arus perpindahan penduduk biasanya bergerak dari daerah yang agak terkebelakang pembangunannya ke daerah yang lebih maju, sehingga daerah yang sudah padat menjadi semakin padat.

Pemecahan Masalah:

Untuk memecahkan masalah ini dilaksanakan program pepindahan penduduk dari daerah padat ke daerah kekurangan penduduk, yaitu program transmigrasi. Sasaran utama program transmigrasi semula adalah untuk mengurangi kelebihan penduduk di Pulau Jawa. Tetapi ternyata jumlah penduduk yang berhasil di transmigrasikan keluar Jawa sangat kecil jumlahnya. Pada tahun

1953 direncanakan 100.000 penduduk, tetapi hanya sebanyak 40.000 orang yang berhasil dipindahkan. Walaupun demikian, program transmigrasi sudah menunjukan hasilnya dimana penduduk yang tinggal di Pulau Jawa turun dari 60% pada tahun 1990, diproyeksikan menjadi 57,7% pada tahun 2000. Sebaliknya diluar Jawa diproyeksikan akan terjadi kenaikan tahun 1990-2000. Di Pulau Sumatera naik dari 21% pada tahun 1990 menjadi 21,65 % pada tahun 2000 (BPS Sumatera Utara).

2.8 Penelitian Terdahulu

1. Juli Yana Silaban (020501057)

Judul : Analisis Peranan Transportasi Darat dalam Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara. Dalam penelitiannya menggunakan PDRB sebagai variabel terikat. Panjang jalan, Jumlah moda transportasi dan pajak Kendaraan bermotor sebagai variabel bebas dengan menggunakan program Eviws 4.1. Hasilnya adalah Panjang jalan, Jumlah kendaraan bermotor dan pajak kendaraan bermotor mempunyai pengaruh positif terhadap perumbuhan ekonomi dengan nilai R2 = 0,86.

2. Ikhsantono ( 050501125 )

Judul : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi di Kota Medan. Dalam penelitiannya menggunakan PDRB pada sektor transportasi untuk variabel terikat dan pengeluaran pemerintah untuk variabel bebas dengan menggunakan program

Eviews 5.1 hasilnya adalah pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB sektor transportasi pada tingkat kepercayaan 99 %.

3. Aidil Fitriadi Fahruky ( 050501105 )

Judul : Analisisis Peranan Sektor Transportasi dan Telekomunikasi Terhadap PDRB Sumatera Utara. Dalam penelitiaannya menggunakan PDRB pada sektor transportasi dan telekomunikasi sebagai variabel terikat, panjang jalan dan jumlah pengguna telepon telkom sebagai variabel bebas dengan menggunakan program Eviews 5.1 hasilnya adalah panjang jalan dan jumlah pelanggan telepon Telkom berpengaruh nyata atau signifikan terhadap PDRB sektor transportasi dan telekomunikasi Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 99%.

Dokumen terkait