• Tidak ada hasil yang ditemukan

Trend dan Perkembangan Transportasi di Indonesia

BAB IV HASIL DAN ANALISA PEMBAHASAN

4.3 Trend dan Perkembangan Transportasi di Indonesia

Salah satu penunjang dalam perekonomian selain sektor perdagangan, lembaga keuangan dan jasa-jasa adalah sektor Transportasi. Sektor ini mempunyai peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian dan kehidupan masyarakat suatu daerah. Oleh karena itu pengembangan sektor transportasi harus diselenggarakan secara efektif dan efisien sehingga mampu memperlancar arus lalu lintas orang, barang, dan jasa serta informasi. Selain itu, diarahkan juga agar dapat menunjang pertumbuhan ekonomi memantapkan stabilitas nasional serta pemerataan dan penyebaran hasil pembangunan dengan menembus daerah terisolasi serta keterbelakangan daerah terpencil.

Sistem transportasi memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung pembangunan nasional di mana transportasi sangat dibutuhkan untuk menjamin terselenggaranya mobilitas penduduk maupun barang antar wilayah. Dengan tersedianya sistem transportasi yang baik diharapkan dapat menunjang berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat menjadi lebih efektif dan efisien. Angkutan darat sebagai bagian dari sistem transportasi secara keseluruhan turut memberikan kontribusi dalam meningkatkan perekonomian di suatu wilayah. Ini dapat dilihat bahwa pada umumnya daerah daerah yang memiliki jaringan angkutan darat sebagai sarana yang dapat menghubungkan daerah tersebut dengan daerah lain, akan memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dibandingkan daerah-daerah yang terisolasi.

4.3.1.1 Panjang Jalan

Pembangunan jalan yang dilakukan memperhatikan keserasiannya dengan perkembangan transportasi jalan raya, terutama keserasian antara beban dan kepadatan lalu lintas kendaraan dengan kemampuan daya dukung jalan, jaringan jalan di pusat pertumbuhan, pusat produksi dan yang menghubungkan pusat produksi dengan daerah pemasaran. Pembangunan jalan yang membuka daerah terpencil dan yang mendukung pengembangan permukiman, termasuk permukiman transmigrasi juga dilakukan. Pembangunan jalan bebas hambatan (tol) yang mendukung sistem transportasi cepat. Dikembangkan bersama-sama antara pemerintah dan swasta dengan tetap memperhatikan adanya jalan alternative yang memadai. Jalan merupakan prasarana pengangkutan yang penting. Dengan adanya jalan memudahkan mobilitas penduduk dan lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.

Panjang jalan diseluruh Indonesia pada PJP I menunjukkan peningkatan sebesar 5,9 persen per tahun, yakni dari 84.269 km pada tahun 1968 menjadi 344.692 km pada tahun 1993. Memasuki lima tahun pertama PJP II (1998), panjang jalan menjadi 355.363 km atau naik rata-rata 0,6% per tahun. Pada tahun 2003 panjang jalan kembali meningkat menjadi 370.516 km. Dan pada saat ini, di tahun 2007 tercatat panjang jalan yang ada di Indonesia melonjak tajam menjadi 421.535 km dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 437.759 km.

Gambar 4.1 :Panjang Jalan Dirinci Menurut Jenis Permukaan tahun 1988-2007 (Km)

4.3.1.2 Kendaraan Bermotor

Kendaraan bermotor juga merupakan salah satu bagian penting dari angkutan darat dalam memenuhi sarana sektor transportasi. Perkembangan yang terjadi pada. Sejak dilaksanakannya program pelita 1 (tahun 1969/1970) sampai dengan akhir pelita V (1993/1994) terlihat adanya kemajuan pembangunan yang dicapai dalam segala sektor. Dari sektor perhubungan, khususnya angkutan darat jalan raya, kemajuan ini ditandai dengan bertambahnya panjang jaringan jalan dan peningkatan jumlah kendaraan bermotor.

Perkembangan jumlah kendaraan bermotor meningkat pesat bila dibandingkan dengan sebelum program pembangunan lima tahun. Peningkatan ini terjadi karena peningkatan masyarakat makin besar sehingga memungkinkan mereka untuk memiliki kendaraan. Meningkatnya jalan sampai ke pelosok desa

0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000 450,000 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 TAHUN K M

memungkinkan berkembangnya perusahaan/usaha angkutan baik penumpang maupun barang.

Gambar 4.2 Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia Menurut Jenis tahun 1988- 2007

Jumlah kendaraan bermotor yang cenderung meningkat merupakan indikator semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap sarana transportasi yang memadai sejalan dengan mobilitas penduduk yang makin tinggi. Kendaraan bermotor yang mendominasi di Indonesia adalah sepeda motor. Hal ini ditunjukkan dari besarnya jumlah sepeda motor di Negara ini. Masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan sepeda motor di karenakan harga kendaraan yang masih dapat dijangkau oleh masyarakat kelas menengah bawah, hemat bahan baker, dan ongkos pemeliharaan yang rendah dibandingkan dengan kendaraan bermotor lainnya. Hal ini terlihat dari tingginya minat masyarakat terhadap kendaraan bermotor dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 Jumlah kendaraan bermotor yaitu sebanyak 13.563.017 unit, dan pada tahun 2006 meningkat pesat

0 10,000,000 20,000,000 30,000,000 40,000,000 50,000,000 60,000,000 70,000,000 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 TAHUN U N IT

menjadi 3.541.800 unit, serta pada tahun 2007 meningkat menjadi 4.845.937 unit. Hal ini dususul juga dengan lonjakannya pada tahun 2008 adalah sebanyak 47.683.681 unit. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang ada di Indonesia lebih memilih kendaraan yang lebih sederhana dibandingkan dengan kendaraan bermotor lainnya.

Sementara itu, kendaraan bermotor lainnya yang kurang diminati adalah Bis. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan sepeda motor yang berkembang dengan pesat. Walaupun dari tahun ke tahun jumlah kendaraan bermotor Bis mengalami peningkatan, tapi jumlah yang ada tidak pernah lebih banyak daripada jumlah kendaraan bermotor lainnya seperti sepeda motor, mobil penumpang dan truk. Hal ini disebaban karena masyarakat menganggap Bis adalah kendaraan yang susah dijangkau dan tidak sederhana seperti kendaraan yang lainnya.

4.3.1.3 Angkutan Kereta Api

Angkutan Kereta api merupakan sarana transportasi darat yang tepat untuk melayani kebutuhan masyarakat dan pengangkutan barang dalam jumlah besar secara cepat, aman dan efisien, ketersediaan sarana tersebut sangat diperlukan dalam mendukung mobilitas penduduk dan barang antar wilayah. Panjang keseluruhan jalur kereta api di Indonesia adalah 7583 Km. Lebih dari 2500 kilometer jalur telah ditutup, sebagian besarnya adalah jalur cabang yang dianggap tidak menguntungkan bila tetap dipergunakan.

Angkutan kereta api di Indonesia hanya terdapat di daerah Jawa dan Sumatera, sedangkan di daerah lainnya belum ada jaringan kereta api.

4.3.2 Transportasi Laut

Angkutan laut merupakan sarana perhubungan yang sangat penting dan strategis bagi Indonesia sebagai negara kepulauan. Untuk itu, pembangunan pelayaran nasional terus ditingkatkan dan diperluas, termasuk penyempurnaan manajemen dan dukungan fasilitas pelabuhan.

Pada tabel terlihat bahwa, bongkar muat di Pelabuhan–pelabuhan Indonesia setiap tahun mengalami kenaikan kecuali pada tahun 2006 untuk semua sektor dan pada tahun 2008 untuk luar negeri yang mengalami penurunan. Pada tahun 2005, total bongkar muat antar pulau adalah sebanyak 523.992.000 ton, sementara itu pada tahun 2006 terjadi penurunan yaitu menjadi 465.616.000 ton dan pada tahun 2007 terjadi kenaikan yang tajam yaitu sebesar 642.278.000 ton, sedangkan pada tahun 2008 terjadi penurunan yang tipis yaitu menjadi 604.252.000 ton.

Tabel 4.5: Bongkar Muat Barang Antar Pulau dan Luar Negeri di Pelabuhan Indonesia Tahun 2005-2008 (000 tons)

Tahun Muat Bongkar

Antar Pulau Luar Negeri Antar Pulau Luar Negeri 2005 150 331 160 743 162 533 50 385 2006 123 135 145 891 151 417 45 173 2007 161 046 240 767 185 108 55 357 2008 170 895 145 120 243 312 44 925 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara 2009

Tabel 4.6: Jumlah Penumpang Kapal di Pelabuhan Yang Diusahakan dan Tidak Diusahakan Tahun 1995 - 2008 (000)

Tahun Berangkat Datang

2005 14 737.0 13 664.0

2006 13 664.0 14 136.8

2007 14 762.0 15 245.8

2008 18 705.5 18 919.0

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara 2009

Terlihat juga bahwa untuk jumlah penumpang kapal di pelabuhan baik yang diusahakan maupun yang tidak diusahakan mengalami kenaikan bahkan pada tahun 2008 terjadi lonjakan jumlah penumpang. Pada tahun 2005 jumlah penumpang yang berangkat sebanyak 14.737.000 sedangkan jumlah penumpang yang datang adalah sebanyak 13.664.000, sedangkan pada tahun 2006 total jumlah penumpang yang berangkat mengalami penurunan menjadi 13 664.000 sedangkan yang datang meningkat menjadi 14.136.800 jiwa. Dan dari tahun 2007 – 2008 baik untuk penumpang yang berangkat maupun yang datang terus mengalami peningkatan.

Peningkatan yang tajam terjadi pada tahun 2008 yaitu total jumlah penumpang yang berangkat adalah 18 705.500 jiwa dan jumlah penumpang yang datang ke pelabuhan adalah 18 919.000 jiwa orang. Besarnya bongkar muat barang di pelabuhan yang diusahakan maupun yang tidak diusahakan menunjukkan besarnya barang yang masuk ke Indonesia. Hal ini menunjukkan tingkat konsumsi di Indonesia akan barang luar negeri cukup besar.

4.3.3 Transportasi Udara

Transportasi udara merupakan sarana yang dapat menghubungkan Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Transportasi udara tumbuh dan berkembang mengikuti kemajuan teknologi pesawat terbang. Jasa penerbangan menunjukkan kelebihan dari jasa transportasi lainnya dalam kecepatan dan keluwesan penggunanya. Pesawat udara dapat mengatasi hambatan alam, kecuali cuaca dan bisa mencapai lokasi yang tidak dapat ditembus oleh kendaraan bermotor/kereta api asalkan memiliki landasan tempat pesawat melakukan landing.

Seperti pada umumnya, Bandar udara adalah salah satu tempat/area yang memiliki fasilitas dan peralatan untuk menampung kedatangan, keberangkatan, dan pergerakan pesawat terbang beserta penumpang dan barang yang diangkatnya. Namun, jika dikaji lebih jauh, saat ini pelabuhan udara sudah merupakan kawasan tersendiri baik dilihat dari sudut penerbangan, sudut sosial ekonomi maupun dari sudut ketahanan dan keamanan negara. Produksi suatu bandara dapat dilihat dari indikator-indikator yang dihasilkan seperti jumlah pesawat yang berangkat dan datang, penumpang yang berangkat dan datang maupun transit serta bagasi/barang dan pos/paket yang dibongkar muat di suatu Bandar udara. Makin tinggi tingkat kesibukan atau aktifitas yang terjadi di suatu Bandar udara akan tergambarkan melalui indikator karena semakin besar tingkat produksi, demikian pula dengan tingkat utilisai fasilitas bandara tersebut.

Berdasarkan tabel terlihat bahwa jumlah penumpang domestik yang berangkat dari Indonesia melalui bandara bandara yang ada selama tahun 2008

mencapai 36.114.035 jiwa sementara yang datang adalah sebanyak 36.854.040 jiwa. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2007, total penumpang berangkat adalah 34.864.507 jiwa dan yang datang adalah 36.418.333 jiwa.

Tabel 4.7: Lalu Lintas Penerbangan Dalam Negeri Indonesia Tahun 2003-2008

Deskripsi Unit 2005 2006 2007 2008 1. Pesawat Berangkat Unit 453 177 475 728 454 041 328 775 Datang Unit 440 520 470 956 454 264 430 961 2. Penumpang Berangkat Orang 29 817 126 32 687 079 34 864 507 36 114 035 Datang Orang 24 812 276 33 816 344 36 418 333 36 854 040 Transit Orang 1 156 249 2 856 287 4 271 062 4 227 022 3. Barang Muat Ton 260 354 265 940 297 683 300 170 Bongkar Ton 235 575 255 204 274 392 331 517 4. Bagasi Muat Ton 292 662 323 346 368 934 352 245 Bongkar Ton 287 318 216 440 364 691 357 494 5. Pos/ Paket Muat Ton 8 449 7 039 7 881 16 640 Bongkar Ton 7 944 8 931 7 804 19 398

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara 2009

Untuk lalu lintas penerbangan Luar Negeri terlihat berdasarkan tabel total penumpang yang berangkat pada tahun 2008 adalah 7.297.757 sementara yang datang yaitu 7.303.343. jumlah ini juga mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2007 di mana jumlah penumpang yang berangkat adalah sebanyak 6.581.348 jiwa sedangkan penumpang yang datang adalah 6.552.583 jiwa. Mengingat frekuensi penerbangan dan jumlah penumpang yang terus mengalami peningkatan, maka pada tahun 2010 ini pemerintah rencananya

akan terus membangun proyek Bandar udara di berbagai provinsi yang ada di Indonesia khususnya provinsi provinsi yang sudah mapan ekonominya dan dalam hal, provinsi-provinsi yang ada nantinya akan terus mengalami peningkatan.

Tabel 4.8: Lalu Lintas Penerbangan Luar Negeri Indonesia Tahun 2005-2008

Deskripsi Unit 2005 2006 2007 2008 1. Pesawat Berangkat Unit 56 322 56 453 49 406 56 255 Datang Unit 56 203 55 610 47 971 55 786 2. Penumpang Berangkat Orang 5 744 631 5 672 214 6 581 348 7 297 757 Datang Orang 5 812 458 5 748 730 6 552 583 7 303 343 Transit Orang 301 269 277 033 236 943 251 374 3. Barang Muat Ton 135 156 141 676 174 418 169 181 Bongkar Ton 94 876 107 567 148 450 150 814 4. Bagasi Muat Ton 74 282 71 226 83 792 90 730 Bongkar Ton 92 718 96 708 105 785 116 091 5. Pos/ Paket Muat Ton 588 789 812 1 297 Bongkar Ton 1 171 1 696 1 939 1 947

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara 2009

4.4 Perkembangan jumlah pelanggan dan Trend Industri Telekomunikasi di Indonesia

Jumlah pelanggan telekomunikasi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Sebagai contoh, proyeksi P.T. Telkom untuk tahun 1997, permintaan telepon diperkirakan mencapai 1,3 juta. Namun ternyata baru bisa dipasok sekitar 1,2 juta dengan pembangunan sebanyak 184.000 SST. Artinya dengan penduduk sebanyak 33,5 juta jiwa, maka diproyeksikan pada akhir tahun nanti densitas

telepon akan mencapai 2,45 SST per 100 penduduk. Sedangkan target pemerintah sampai akhir pelita VII (2005) akan memasang 14 juta saluran telepon , berarti ratio telepon akan mencapai 6,3 untuk 100 orang. Sedangkan untuk akhir pelita VIII (2009) bakal memiliki 21 juta saluran telepon dengan ratio 9 per seratus orang. Kalau dibandingkan misalnya padatahun 1996 Swedi (tertinggi dunia) sudah mencapai 68 per seratus orang, dan hongkong 54 per seratus orang.

Gambar 4.3: Pertumbuhan Jumlah Pelanggan Telkom Indonesia 1988-2007 Melihat dari data-data di atas jelas potensi pasar jasa telekomunikasi cukup besar dan meningkat dari tahun ke tahun, apalagi di Indonesia banyak potensi pelanggan yang belum digarap. Bisnis pertelekomunikasian merupakan bisnis yang dinamik, menarik, multi aspek,dan pelopor dalam ekspansi global. Di sisi lain pelbagai bukti empirik secara tak langsung telah membuktikan bahwa sektor telekomunikasi merupakan sektor bisnis yang paling diminati oleh perusahaan multi nasional dalam kerangka ekspansi dan globalisasinya Ini terjadi baik dalam rangka swastanisasi maupun dalam konteks aliansi strategis antar pelaku di negara

0 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 TAHUN J IW A

maju maupun dalam ekspansi ke negara berkembang. Berdasarkan kebijakan pemerintah struktur pasar jasa telekomunikasi sudah diatur sedemikian rupa sehingga perusahaan-perusahaan yang akan masuk dalam industri ini akan mengalami kesulitan. Di samping itu perusahaan-perusahaan yang ada sudah memiliki identitas merek yang biasanya merupakan nama dari perusahaan itu sendiri ataupun jasa yang ditawarkan sebagai unggulan. Misalnya : 001 Indosat, 008 Satelindo, Satelindo GSM, Telkomsel GSM, Pasopati, dan lain-lainnya.

Modal yang dibutuhkan untuk memasuki industri ini sangat besar, mengingat mahalnya teknologi yang digunakan dan biaya pembangunan jaringan yang luas. Sehingga yang dapat masuk ke industri ini adalah pengusaha- pengusaha bermodal besar ataupun perusahaan-perusahaan raksasa yang telah mapan. Jadi dengan kondisi tersebut di atas, maka kecil kemungkinannya pendatang baru untuk dapat memasuki industri ini, karena banyaknya barrier to entry, yang sengaja dibuat agar tidak meruntuhkan pemain yang sudah ada.

Kontribusi Sektor Transportasi dan Telekomunikasi

Sektor transportasi maupun telekomunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang kegiatan perekonomian dam masyarakat suatu daerah. Oleh karena itu, pengembangan sektor transportasi dan telekomunikasi harus diselenggarakan secara efektif dan efisien sehingga mampu memperlancar arus lalu lintas orang, barang dan jasa serta informasi. Selain itu, diarahkan juga agar dapat menunjang pertumbuhan ekonomi memantapkan stabilitas nasional serta pemerataan dan penyebaran hasil pembangunan dengan menembus daerah terisolasi serta keterbelakangan daerah terpencil.

Tabel 4.9: Kontribusi Sektor Transportasi dan Telekomunikasi terhadap PDB Indonesia 1988-2007 No Tahun PDB Sektor Transportasi Dan Telekomunikasi PDB Indonesia Kontribusi Sektor Transportasi dan Telekomunikasi 1 1988 8.139,7 142.104,8 5,7 2 1989 9.305,5 167.494,7 5,6 3 1990 10.999,6 195.597,22 5,6 4 1991 13.908,0 227.450,18 6,1 5 1992 17.099,3 259.884,52 6,6 6 1993 20.728,2 329.775,80 6,9 7 1994 27.352,7 382.219,90 7,0 8 1995 30.795,1 454.514,20 7,2 9 1996 34.926,3 532.567,50 6,8 10 1997 38.530,9 627.695,90 6,5 11 1998 51.937,2 955.753,90 6,1 12 1999 55.189,6 1.099.731,90 5,4 13 2000 62.305,6 1.389.769,90 5,0 14 2001 77.187,6 1.646.322,00 4.9 15 2002 97.970,3 1.821.833,40 4,7 16 2003 118.267,3 2.013.674,60 4,6 17 2004 142.292,0 2.295.826,2 5,3 18 2005 180.584,9 2.774.281,1 5,8 19 2006 231.523,5 3.339.216,8 6,1 20 2007 264.263,3 3.950.893,2 6,1

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara 2009

Dari tabel terlihat bahwa kontribusi sektor transportasi dan telekomunikasi terhadap PDB Indonesia pada tahun 1988-2007 adalah fluktuatif, di mana terlihat bahwa kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 1995 yaitu sebesar 7,2% serta kontribusi terendah yaitu pada tahun 2003 hanya sebesar 4,6%. Pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 kontribusi ini mengalami peningakatan yang signifikan yaitu 5,3% sampai dengan 6,1%, sementara itu pada tahun 2007 kontribusi pada sektor tidak berubah yaitu masih 6,1%. Peningkatan ini disebabkan karena

tingginya minat masyarakat dalam memanfaatkan maupun mengelola kegiatan baik di bidang transportasi maupun di bidang telekomunikasi.

Peningkatan ini juga terjadi karena meningkatnya tingkat mobilitas di Indonesia. Penggunaan jasa Telekomunikasi yang meningkat serta perkembangan teknologi maupun pembangunan sarana dan prasarana transportasi maupun telekomunikasi yang meningkat setiap tahunnya.

Dokumen terkait