• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PDB Sektor Transportasi Dan Telekomunikasi Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PDB Sektor Transportasi Dan Telekomunikasi Indonesia"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PDB SEKTOR TRANSPORTASI DAN TELEKOMUNIKASI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan oleh :

ANTONIUS SIMBOLON

070501055

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi

(2)

ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of motor vehicles, road length, population and number of telephone subscribers Telkom to GDP transportation and telecommunications sectors in Indonesia. The analysis method used was Ordinary Least Square (OLS). For the purpose of the study used secondary data in the form of time series data of 1988-2007 is the amount of gross domestic product (GDP), transportation, telecommunications, motor vehicles, road length, population and number of telephone subscribers Telkom. Data obtained from the Central Statistics Agency (BPS ), journals, books and other research results. Having conducted research in theory and test results of the hypothesis that the right diagnosis in this case can be concluded that the motor vehicle, the length of road, population, and number of telephone subscribers have influence in the formation of GDP transportation and telecommunication sectors of Indonesia. Based on the analysis of granger causality test. And from the OLS analysis results can be seen that the transport sector and telecommunications sectors have positive contributions to GDP and transport sector, the telecommunications sector. Keywords: Transport sector GDP, GDP Telecommunications sector, motor

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kendaraan bermotor, panjang jalan, jumlah penduduk dan jumlah pelanggan telepon Telkom terhadap PDB sektor transportasi dan telekomunikasi di Indonesia. Analisis yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS). Untuk tujuan penelitian digunakan data sekunder berupa time series tahun 1988-2007 yaitu data jumlah produk domestik bruto (PDB) sektor transportasi, sektor telekomunikasi, kendaraan bermotor, panjang jalan, jumlah penduduk dan jumlah pelanggan telepon Telkom.Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), jurnal, buku, dan hasil penelitian lainnya .

Setelah diadakan penelitian secara teori dan hasil uji terhadap hipotesis yang didiagnosakan dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa kendaraan bermotor, panjang jalan, jumlah penduduk, dan jumlah pelanggan telepon memiliki pengaruh dalam pembentukan PDB sektor transportasi dan telekomunikasi Indonesia. Berdasarkan analisis granger causality test. Dan dari hasil analisis OLS dapat diketahui bahwa sektor transportasi dan sektor telekomunikasi mempunyai kontibusi positif terhadap pembentukan PDB sektor transportasi dan sektor telekomunikasi.

Kata Kunci : PDB sektor Transportasi, PDB sektor Telekomunikasi,

(4)

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan berkat dan karunia-Nya saja penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian sarjana pada Fakultas Ekonomi, Departemen Ekonomi Pembangunan, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis telah berusaha untuk menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan kemampuan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna mencapai kesempurnaan tulisan ini pada masa yang datang.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan, baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan pikiran dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan, terutama kepada:

(5)

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Wahyu Aryo Pratomo, SE, MEc, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan, Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Kasyful Mahalli, SE, MSi, selaku dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu, tenaga dan pikiran di dalam membantu penulisan skripsi ini.

5. Ibu Raina Linda Sari, MSi dan Ibu Dra. Raina Linda Sari, MSi, selaku dosen Penguji I dan penguji II yang telah memberikan petunjuk dan saran hingga selesainya skripsi ini.

6. Bapak Paidi Hidayat, SE, MSi selaku Dosen Wali yang telah memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini.

7. seluruh staf pengajar dan karyawan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama di bangku kuliah.

8. Tidak lupa kepada Bang Parni, Bang Tomuan, Kak Tio, Bang Herba serta seluruh keluarga tersayang, yang telah banyak memotivasi penulis di dalam menyelesaikan skripsi ini.

(6)

10. Sahabat-sahabatku : Sofyan, Bona, Era, Teo, Yakin, Mira, Ricky, Sherly, Yan, Ade, Jumasi, Riris, Nancy, Wahyu, Indra, Daniel, Fachrul. yang telah membantu penulis di dalam menyelesaikan skripsi ini, serta yang telah memberikan motivasi dan doa rekan-rekan sekalian

11. Adik-adikku : Lena, Mely, Merlin, Hotdi, Dian, Ali, Fachri, William, Herman, Alex, yang telah memberikan motivasi dan doa kepada penulus 12. Rekan-rekan satmbuk 2007 lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu

per satu, terima kasih atas motivasi dan doa rekan-rekan sekalian.

13. Dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini

Dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2010 Penulis

ANTONIUS SIMBOLON

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ……… i

ABSTRAK ……… ii

KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR ISI ………. vi

DAFTAR TABEL ………..….. viii

DAFTAR GAMBAR ……….. x

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Perumusan Masalah ………... 7

1.3 Hipotesis ……… 7

1.4 Tujuan Penelitian ……… 7

1.5 Manfaat Penelitian ……… 8

BAB II URAIAN TEORITIS ……… 9

2.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi ……… 9

2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi ……… 10

2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi 14 2.4 Pendapatan Nasional ……… 16

2.5 Transportasi ……… 18

2.6 Telekomunikasi ……… 27

2.7 Kependudukan / Demografi ……… 31

BAB III METODE PENELITIAN ……… 37

(8)

3.2 Jenis Sumber Data ……… 37

3.3 Pengolahan Data ………. 37

3.4 Model Analisis Data ……… 38

3.5 Uji Granger Causality Test ……… 40

3.6 Test of Goodnessof Fit (uji kesesuaian) ……… 41

3.7 Uji Penyimpangan Klasik ……… 44

3.8 Defenisi Operasional ……… 46

BAB IV HASIL DAN ANALISA PEMBAHASAN ………… 47

4.1 Gambaran Umum Negara Indonesia ……….. 47

4.2 Gambaran Perekonomian Indonesia ……….. 50

4.3 Trend dan Perkembangan Transportasi di Indonesia … 54 4.4 Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Trend Industri Telekomunikasi di Indonesia ... 63

4.5 Gambaran Umum Penduduk Indonesia …………... 67

4.6 Hasil Analisis ……… 69

BAB V PENUTUP ……… 87

5.1 Kesimpulan ……… 87

5.2 Saran ………. 87 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul

4.1 Luas Wilayah Dan Jumlah Penduduk Menurut Provinsi ….. 49 4.2 Tabel Laju PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Lapangan Usaha 2004-2008 (Persentase) ………….. 51 4.3 PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut

Lapangan Usaha 2005-2009 (Miliar Rupiah) ………. 53 4.4 Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Lapangan Usaha 2005-2009 (Miliar Rupiah) …….. 53 4.5 Bongkar Muat Barang Antar Pulau dan Luar Negeri

di Pelabuhan Indonesia Tahun 2005-2008 (000 tons) ………. 59 4.6 Jumlah Penumpang Kapal di Pelabuhan Yang Diusahakan dan

Tidak Diusahakan Tahun 1995 - 2008 (000) ………... 60 4.7 Lalu Lintas Penerbangan Dalam Negeri Indonesia

Tahun 2003-2008 ... 62 4.8 Lalu Lintas Penerbangan Luar Negeri Indonesia

Tahun 2005-2008 ……….. 63 4.9 Kontribusi Sektor Transportasi dan Telekomunikasi

(10)
(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul

2.1 Sistem kegiatan transportasi secara komprehensif…………... 24

3.1 Kurva Uji F-Statistik ……….. 42

3.2 Kurva Normal……….…. 43

3.3 Kurva uji Durbin Watson ……….…... 45

4.1 Panjang Jalan Dirinci Menurut Jenis Permukaan tahun 2000-2008 (Km) ... 56

4.2 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia Menurut Jenis tahun 2000-2008 ... 57

4.3 Pertumbuhan Jumlah Pelanggan Telkom Indonesia 1988-2007 .…. 64

4.4 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Indonesia 1988-2007 ………….. 68

4.5 Uji t statistik variabel kendaraan bermotor ……….. 79

4.6 Uji t statistik variabel jumlah penduduk ……….. 81

4.7 Uji t statistik variabel pelanggan telepon ………. 82

4.8 Uji F statistik model I ………...……….. 82

4.9 Uji F statistik model II ………. 83

(12)

ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of motor vehicles, road length, population and number of telephone subscribers Telkom to GDP transportation and telecommunications sectors in Indonesia. The analysis method used was Ordinary Least Square (OLS). For the purpose of the study used secondary data in the form of time series data of 1988-2007 is the amount of gross domestic product (GDP), transportation, telecommunications, motor vehicles, road length, population and number of telephone subscribers Telkom. Data obtained from the Central Statistics Agency (BPS ), journals, books and other research results. Having conducted research in theory and test results of the hypothesis that the right diagnosis in this case can be concluded that the motor vehicle, the length of road, population, and number of telephone subscribers have influence in the formation of GDP transportation and telecommunication sectors of Indonesia. Based on the analysis of granger causality test. And from the OLS analysis results can be seen that the transport sector and telecommunications sectors have positive contributions to GDP and transport sector, the telecommunications sector. Keywords: Transport sector GDP, GDP Telecommunications sector, motor

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kendaraan bermotor, panjang jalan, jumlah penduduk dan jumlah pelanggan telepon Telkom terhadap PDB sektor transportasi dan telekomunikasi di Indonesia. Analisis yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS). Untuk tujuan penelitian digunakan data sekunder berupa time series tahun 1988-2007 yaitu data jumlah produk domestik bruto (PDB) sektor transportasi, sektor telekomunikasi, kendaraan bermotor, panjang jalan, jumlah penduduk dan jumlah pelanggan telepon Telkom.Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), jurnal, buku, dan hasil penelitian lainnya .

Setelah diadakan penelitian secara teori dan hasil uji terhadap hipotesis yang didiagnosakan dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa kendaraan bermotor, panjang jalan, jumlah penduduk, dan jumlah pelanggan telepon memiliki pengaruh dalam pembentukan PDB sektor transportasi dan telekomunikasi Indonesia. Berdasarkan analisis granger causality test. Dan dari hasil analisis OLS dapat diketahui bahwa sektor transportasi dan sektor telekomunikasi mempunyai kontibusi positif terhadap pembentukan PDB sektor transportasi dan sektor telekomunikasi.

Kata Kunci : PDB sektor Transportasi, PDB sektor Telekomunikasi,

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengukuran tingkat keberhasilan suatu pembangunan yang dilaksanakan di suatu negara ataupun daerah dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan suatu negara dan daerah khususnya di bidang ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi tersebut terbentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung akan menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi di suatu negara dan daerah tersebut.

Indikator yang paling penting dari kemajuan perekonomian suatu negara atau daerah adalah melalui pencapaian tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk tingkat daerah setiap tahun. Dimana PDB didefenisikan sebagai nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang dihasilkan baik oleh penduduk suatu negara maupun orang asing yang bermukim di negara tersebut, selama kurun waktu tertentu.

(15)

bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi.

Berbicara mengenai transportasi, maka transportasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Terdapat hubungan erat antara transportasi dengan jangkauan dan lokasi kegiatan manusia, barang-barang dan jasa. Dalam kaitan dengan kehidupan manusia, transportasi memiliki peranan signifikan dalam aspek aspek sosial, ekonomi, lingkungan, politik dan pertahanan keamanan yang natinya akan dapat meningkatkan PDB Indonesia.

Dalam aspek perekonomian, transportasi mempunyai pengaruh yang besar. Bahkan data menunjukan salah satu kendala yang dihadapi dalam kalangan industri adalah sektor transportasi. Sebagaimana dikemukakan dalam kata pertimbangan undang-undang Republik Indonesia tentang transportasi ini, pada umumnya dikemukakan bahwa transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara. Pentingnya transportasi tersebut terrcermin pada semakin meningkatnya kebutuhan akan jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang dari dan keseluruh pelosok tanah air, bahkan dari dalam negeri dan keluar negeri.

(16)

manajemen, atau pengaturan dan kebutuhan fasilitas. Transportasi juga harus mampu mewujudkan tersedianya jasa transportasi yang serasi dengan tingkat kebutuhan pelayanan yang aman, nyaman, cepat, tepat, teratur, dan dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Untuk itu perlu dikembangkan berbagai moda transportasi dengan mempertimbangkan karakteristik dan keunggulan moda yang bersangkutan, dalam kaitannya dengan jenis dan volume yang diangkut serta jarak tempuh yang harus dilayani.

Pada umumnya, infrasturuktur transportasi mengemban fungsi pelayanan publik dan misi pembangunan nasional yang mana sebagian besar pendanaannya masih tergantung pada pemerintah, dimana pemerintah pada umumnya memandang bahwa bidang transportasi adalah sangat vital untuk kepentingan Negara baik dari sudut perekonomian maupun dari sudut sosial, politik, pemerintahan, pertahanan, dan keamanan.

Infrastruktur lain yang juga sangat dibutuhkan manusia adalah sektor telekomunikasi. Berdasarkan pasal 1 Undang-undang No.36 tahun 1999 tentang telekomunikasi mengemukakan defenisi atau pengertian telekomunikasi, bahwa: Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau penerimaandari setiap informasi dalam bentuk tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya. Sedangkan alat komunikasi adalah setiap alat perlengkapan yang digunakan dalam bertelekomunikasi.

(17)

informasi saat ini begitu cepat, baik dilihat dari isi maupun teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi. Masyarakat dunia informasi menyadari hal tersebut sehingga mereka berupaya keras menciptakan infrastruktur yang mampu menyalurkan informasi secara cepat, artinya mereka sangat membutuhkan jaringan telekomunikasi yang memiliki kualifikasi sebagai information superhighway.

Pembangunan sektor telekomunikasi juga masih menghadapi berbagai tantangan, salah satu tantangan tersebut adalah kemampuan untuk mengikuti perkembangan sektor telekomunikasi beserta pemanfaatannya berdasarkan daya dukung regulasi, potensi bisnis dan tingkat kemampuan pemecahan permasalahannya. Tantangan lainnya adalah pembangunan telekomunikasi saat ini masih terkonsentrasi di kota-kota besar, dan benturan permasalahan antara kalangan industri dengan pemerintah daerah. Selain itu, untuk menghadapi perubahan sehingga kehadiran teknologi baru di bidang telekomunikasi berikut dengan pemanfaatannya di masa mendatang dapat memberikan manfaat yang semaksimal mungkin untuk mencapai peningkatan dan kemajuan bangsa serta kesejahteraan segenap lapisan masyarakat.

(18)

atau pendapatan sektor tersebut ataupun sektor-sektor lainnya yang berakhir pada peningkatan PDB.

Mengingat begitu besarnya peranan sektor tansportasi dan telekomunikasi terhadap PDB, penulis tertarik untuk meneliti seberapa besar peranan sektor tersebut dari prasarana dan pemanfaatan jasa sektor tersebut. Penulis juga ingin melihat besarnya kontribusi sektor transportasi dan telekomunikasi terhadap PDB. Dan penulis menjadikan Negara Indonesia sebagai lokasi penelitian.

Pertumbuhan sektor transportasi di Indonesia cukup pesat di mana dapat kita lihat dari perumbuhan prasarana jalan di Indonesia. Pada tahun 2005 panjang jalan di Indonesia sejauh 391.009 km dan pada tahun 2006 bertambah menjadi sejauh 403.080. dan pada tahun 2008 bertambah sebesar 43.965 km menjadi 437.759 km. Dalam hal ini, panjang jalan dapat menunjukkan tingkat keterbukaan dan perkembangan masyarakat suatu wilayah. Semakin panjang suatu jalan, maka tingkat keterbukaan dan perkembangannya semakin tinggi.

Pertumbuhan kendaraan bermotor juga cukup pesat.. Pada tahun 2005 kendaraan bermotor di Indonesia sebanyak 38,156,278 unit dan pada tahun 2006 bertambah menjadi sejauh 45,081,255 unit. Dan pada tahun 2008 bertambah menjadi 57,769,449 unit. Dalam hal ini, kendaraan bermotor dapat menunjukkan peningkatan PDB Indonesia.

(19)

bertambah menjadi 8.682.763 pelanggan dan pada tahun 2004 melonjak menjadi 10.051.547 pelanggan. Hal ini mengindikasikan bahwa telepon masih digemari di tengah gencarnya penggunaan telepon selular baik dari segi keabsahan aplikasi yang terpercaya, kesehatan, akesibilitas dan lain-lain.

Peningkatan PDB telekomunikasi dan transportasi juga tidak terlepas dari banyakanya jumlah penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk, maka perkembangan kedua sektor ini akan menjadi semakin pesat. Terbukti bahwa pada tahun 2005 dimana penduduk Indonesia dengan jumlah 219.852.000 jiwa menyumbang sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar Rp 180.584,9 (dalam Miliar ). Pada tahun 2006, dengan jumlah penduduk sebanyak 222.747.000 dapat memberikan kontribusi sebesar Rp 231.523,5 (dalam Miliar). Sedangkan pada tahun 2007 dengan jumlah penduduk melonjak menjadi 225.642.000 jiwa mampu memberikan sumbangan terhadap sektor ini sebesar Rp.264.263,3 (dalam Miliar).

Hal ini mengindikasikan bahwa kedua sektor ini tidak boleh dilepaskan dari kegiatan masyarakat banyak dan Negara karena begitu pentingnya peranan mereka tersebut sehingga sektor-sektor ini sangat berpengaruh terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia.

(20)

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh kendaraan bermotor terhadap PDB sektor transportasi dan telekomunikasi di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh panjang jalan terhadap PDB sektor transportasi dan telekomunikasi di Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk berpengaruh terhadap PDB sektor transportasi dan telekomunikasi di Indonesia?

4. Bagaimana pengaruh jumlah pelanggan telepon Telkom terhadap PDB sektor transportasi dan telekomunikasi di Indonesia?

1.3 Hipotesis

1. Kendaraan bermotor berpengaruh positif terhadap PDB sektor Transportasi dan Telekomunikasi. Ceteris Paribus

2. Panjang jalan berpengaruh positif terhadap PDB sektor Transportasi dan Telekomunikasi. Ceteris Paribus

3. Jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap PDB sektor Transportasi dan Telekomunikasi. Ceteris Paribus

4. Jumlah pelanggan telepon Telkom berpengaruh positif terhadap PDB sektor Transportasi dan Telekomunikasi. Ceteris Paribus

1.4 Tujuan Penelitian

(21)

1. Mengetahui seberapa besar pengaruh kendaran bermotor terhadap PDB Transportasi dan Telekomunikasi Indonesia.

2. Mengetahui seberapa besar pengaruh panjang jalan terhadap PDB Transportasi dan Telekomunikasi Indonesia.

3. Mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah penduduk terhadap PDB Transportasi dan Telekomunikasi Indonesia.

4. Mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah pelanggan telepon terhadap PDB Transportasi dan Telekomunikasi Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan studi atau literatur tambahan terhadap penelitian yang sudah ada sebelumnya.

2. Sebagai bahan studi dan literatur bagi mahasiswa/mahasiswi ataupun peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis selanjutnya.

3. Sebagai bahan masukan yang berguna bagi pengambilan keputusan di masa yang akan datang.

(22)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika jumlah produk barang dan jasa mengalami peningkatan. Pertumbuhan output ini tercermin dalam nilai Produk Domestik Bruto.

Pertumbuhan ekonomi menurut Sumitro Jojohadi Kusumo (dalam Fitri, 2007;13) adalah proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam keadaan ekonomi masyarakat suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat ekonomi yang dicapai tahun tertentu lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Kenaikan produksi total oleh suatu perekonomian beberapa ahli didefenisikan sebagai kenaikan PDRB/GNP suatu daerah atau Negara.

Untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi digunakan formula:

g = tingkat (persentase) pertumbuhan ekonomi.

(23)

GDP0 = pendapatan nasional pada tahun sebelumnya.

Yang dimaksud dengan pendapatan nasional adalah nilai barang dan jasa yang diproduksikan dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu. Nilai tersebut dapat dihitung menurut harga berlaku (yaitu pada harga-harga berlaku pada tahun dimana PDB dihitung) dan menurut harga tetap yaitu pada harga-harga berlaku pada tahun dasar (base year), (Sukirno, 2006: 9-10)

2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi

2.2.1 Teori Adam Smith

Perhatian Adam Smith terhadap masalah pembangunan dapat dilihat dari bukunya “An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations” (1776). Tulisan tersebut terutama menganalisis sebab-sebab berkembangnya ekonomi suatu negara, dimana kebijakan Laissez-faire atau sistem mekanisme pasar akan memaksimalkan tingkat pembangunan ekonomi yang dapat dicapai oleh suatu masyarakat.

2.2.2 Teori Ricardian

(24)

2.2.3 Teori Keynes

Teori Keynes didasarkan pada adanya pengangguran siklis yang terjadi akibat depresi ekonomi. Menurut Keynes (1936) pengangguran merupakan akibat dari kurangnya permintaan efektif, dan untuk mengatasinya Keynes menyarankan agar memperbesar pengeluaran konsumsi. Dalam hal ini maka Keynes menganjurkan adanya campur tangan pemerintah melalui kebijakan fiskal dan kebijakn moneter yang dapat mempengaruhi permintaan, dalam teorinya, Keynes menganggap tabungan sebagai sifat sosial yang buruk karena kelebihan tabungan menyebabkan terjadinya kelebihan supply sehingga produsen dapat merugi yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya pemutusan kerja yang besar-besaran dan menciptakan suatu kondisi ekonomi yang buruk. Oleh sebab itu, Keynes merasa pemerintah perlu mempengaruhi tingkat suku bunga yang berkorelasi langsung dengan jumlah uang yang beredar yang dapat meningkatkan permintaan efektif.

2.2.4 Teori Rostow

Teori pembangunan ekonomi dari Rostow ini sangat populer dan paling banyak mendapatkan komentar dari para ahli. Teori ini pada mulanya merupakan artikel Rostow yang dimuat dalam Economic Journal (Maret 1956) dan kemudian dikembangkannya lebih lanjut dalam bukunya yang berjudul The Stages of Economic Growth (1960).

(25)

ekonomi, sosial dan politik yang terjadi. Pembangunan ekonomi atau proses transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern merupakan suatu proses yang multidimensional. Pembangunan ekonomi bukan berarti perubahan struktur ekonomi suatu negara yang ditunjukkan oleh menurunnya peranan sektor pertanian dan peningkatan peranan sektor industri saja.

2.2.5 Teori Harrod-Domar

Teori Harrod-Domar dikembangkan secara terpisah dalam periode yang bersamaan oleh E.S Domar (1947) dan R.F Harrod (1939). Domar mengemukakan teorinya tersebut pertama kali pada tahun 1947 dalam jurnal American Economic Review. Sedangkan Harrod mengemukakannya pada tahun 1939 dalam Economic Journal. Keduanya melihat pentingnya investasi terhadap pertumbuhan ekonomi, sebab investasi akan meningkatkan stok barang modal, yang memungkinkan peningkatan output. Sumber dana domestik untuk keperluan investasi berasal dari bagian produksi (pendapatan nasional) yang ditabung.

2.2.6 Teori Schumpeter

(26)

kelembagaan dan perubahan pandangan masyarakat yang semakin jauh dari sistem kapitalis asli.

2.2.7 Teori Neo Klasik

Teori pertumbuhan ekonomi Neo-klasik berkembang sejak tahun 1950-an. Teori ini berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai pertumbuhan ekonomi menurut pandangan ekonomi klasik. Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal dan tingkat kemajuan teknologi.

Menurut teori ini, rasio modal output (COR) bisa berubah. Dengan kata lain, untuk menciptakan sejumlah output tertentu, bisa digunakan jumlah modal yang berbeda-beda dengan bantuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-beda pula, sesuai dengan yang dibutuhkan. Jika lebih banyak modal yang digunakan, maka lebih banyak tenaga kerja yang digunakan.

Teori pertumbuhan neo klasik ini mempunyai banyak variasi, tetapi pada umumnya mereka didasarkan kepada fungsi produksi yang telah dikembangkan oleh Charles Cobb dan Paul Douglas yang sekarang dikenal dengan sebutan fungsi produksi Cobb Douglas.

Fungsi tersebut bisa dituliskan dengan cara sebagai berikut:

Qt = TtKt

Di mana

(27)

Tt = tingkat teknologi pada tahun t

Kt = jumlah stok barang modal pada tahun t

Lt = jumlah tenaga kerja pada tahun t

a = pertumbuhan output karena pertambahan satu unit modal

b = pertumbuhan output karena pertambahan satu unit tenaga kerja.

Nilai Tt , a dan b bisa diestimasi secara empiris. Tetapi pada umumnya nilai a dan b ditentukan saja besarnya dengan menganggap bahwa a + b = 1, yaitu berarti bahwa a dan b nilainya adalah sama dengan produksi batas dari masing-masing faktor produksi tersebut. Dengan kata lain, nilai a dan b ditentukan dengan melihat peranan tenaga kerja dan modal dalam menciptakan output.

2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

1. Akumulasi Modal (capital accumulation)

(28)

2. Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja

Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja (yang terjadi beberapa tahun kemudian setelah pertumbuhan penduduk) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domesticnya. Meskipun demikian, kita masih mempertanyakan apakah begitu cepatnya pertumbuhan penawaran angkatan kerja di Negara-negara berkembang (sehingga banyak diantara mereka yang mengalami kelebihan tenaga kerja) benar- benar akan memberikan dampak positif, atau justru negatif, terhadap pembangunan ekonominya.

3. Kemajuan Teknologi

(29)

4. Sumber Daya Alam

Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian adalah sumber alam atau tanah. “Tanah” sebagaimana dipergunakan dalam ilmu ekonomi mencakup sumber alam seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber lautan dan sebagainya. Tersedianya sumber alam secara melimpah merupakan hal yang penting. Suatu negara yang kekurangan sumber alam tidak akan dapat membangun dengan cepat.

2.4 Pendapatan Nasional

1. Produk Domestik Bruto (GDP)

Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.

2. Produk Nasional Bruto (GNP)

(30)

dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.

3. Produk Nasional Neto (NNP)

Produk Nasional Neto (Net National Product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement). Replacement penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan produski yang dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil.

4. Pendapatan Nasional Neto (NNI)

Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima ole pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikuran dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll.

5. Pendapatan Perseorangan (PI)

(31)

pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya.

6. Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)

Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.

2.5 Transportasi

2.5.1 Pengertian Transportasi

(32)

2.5.2 Moda Transportasi

Secara umum, moda transportasi terbagi atas tiga jenis moda, yaitu:

a. Transportasi darat: kendaraan bermotor, kereta api, gerobak yang ditarik oleh hewan (kuda, sapi, kerbau), atau manusia. Moda transportasi darat dipilih berdasarkan faktor-faktor: jenis dan spesifikasi kendaraan, jarak perjalanan, tujuan perjalanan, ketersediaan moda, ukuran kota dan kerapatan permukiman, dan faktor sosial ekonomi.

b. Transportasi air (sungai, danau, laut): kapal, tongkang, perahu, rakit.

c. Transportasi udara: pesawat terbang.

Transportasi udara dapat menjangkau tempat- tempat yang tidak dapat ditempuh dengan moda darat atau laut, di samping mampu bergerak lebih cepat dan mempunyai lintasan yang lurus, serta praktis bebas hambatan.

2.5.3 Peranan transportasi

(33)

1. Aspek Sosial dan Budaya

Dampak sosial yang dapat dirasakan dengan adanya transportasi adalah adanya peningkatan standar hidup. Transportasi menekankan biaya dan memperbesar kuantitas keanekaragaman barang, hingga terbuka kemungkinan adanya perbaikan dalam perumahan, sandang dan pangan serta rekreasi, serta adanya peningkatan pemahaman dan intelegensi masyarakat. Sedangkan untuk budaya, dampak yang dapat dirasakan adalah terbukanya kemungkinan keseragaman dalam gaya hidup, kebiasaan dan bahasa.

2. Aspek Politis dan Pertanahan

Bagi aspek politis dan pertanahan, transportasi dapat memberikan dua keuntugan yaitu :

1. Transportasi dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional. Dengan adanya sistem dan sarana perhubungan yang baik, maka akan dapat memperkokoh stabilitas politik negara kesatuan.

2. Transportasi merupakan alat mobilitas unsur pertahanan dan keamanan di mana trnasportasi dapat digunakan untuk tujuan strategis pertahanan karena adanya wahana transportasi yang efektif dalam karya bakti dalam proyek-proyek pembangunan nyata.

3. Aspek hukum

(34)

kecelakaan lalu lintas, juga terhadap penerbangan luar negeri yang melewati batas wilayah suatu negara, diatur dalam perjanjian antar negara (bilateral air agreement).

4. Aspek Ekonomi

Peranan pengangkutan tidah hanya untuk melancarkan arus barang dan mobilitas manusia. Pengangkutan juga membantu tercapainya pengalokasian sumber-sumber ekonomi secara optimal.

2.5.4 Fungsi Transportasi

(35)

Transportasi memiliki fungsi yaitu:

1. Melancarakan arus barang dan manusia

2. Menunjang perkembangan pembangunan (the promoting sector)

2.5.5 Manfaat Transportasi

1. Manfaat Ekonomi

Kegiatan ekonomi bertujuan memenuhi kebutuhan manusia dengan menciptakan manfaat. Transportasi adalah salah satu jenis kegiatan yang menyangkut peningkatan kebutuhan manusia dengan mengubah letak geografis barang dan orang sehingga akan menimbulkan adanya transaksi.

2. Manfaat Sosial

Transportasi menyediakan berbagai kemudahan, diantaranya:

1. Pelayanan untuk perorangan

2. Pertukaran atau penyampaian informasi 3. Perjalan untuk bersantai

4. Memendekkan jarak 5. Memencarkan penduduk.

3. Manfaat politik

(36)

b. keamanan negara terhadap serangan dari luar negeri yang tidak dikehendaki mungkin sekali tergantung pada pengangkutan yang efisien yang memudahkan mobilisasi segala daya (kemampuan dan ketahanan nasional), serta memungkinkan perpindahan pasukan-pasukan perang selama masa perang.

c. Sistem pengangkutan yang efisien memungkinkan negara memindahkan dan mengangkup penduduk dari daerah yang mengalami bencana ke tempat yang lebih aman.

d. pengangkutan menyebabkan pelayanan kepada masyarakat dapat dikembangkan atau diperluas dengan lebih merata pada setiap bagian wilayah suatu negara.

4. Manfaat Kewilayahan

(37)

5. Manfaat Fisik.

Transportasi mendukung perkembangan kota dan wilayah sebagai sarana penghubung. Rencana tata guna lahan kota harus didukung secara langsung oleh rencana pola jaringan jalan yang merupakan rincian tata guna lahan yang direncanakan. Pola jaringan jalan yang baik akan mempengaruhi perkembangan kota yang direncanakan sesuai dengan rencana tata guna lahan. Ini berarti transportasi mendukung penuh perkembangan fisik suatu kota atau wilayah.

2.5.6 Sistem Kegiatan Transportasi

Pendekatan secara makro (komprehensif/holistik) mengenai sistem kegiatan transportasi, dapat digambarkan sebagai berikut:

(38)

2.5.7 Permasalahan Transportasi

Permasalahan transportasi perkotaan umumnya meliputi kemacetan lalulintas, parkir, angkutan umum, polusi dan masalah ketertiban lalulintas (Munawar, 2004). Kemacetan lalulintas akan selalu menimbulkan dampak negatif, baik terhadap pengemudinya sendiri maupun ditinjau dari segi ekonomi dan lingkungan. Bagi pengemudi kendaraan, kemacetan akan menimbulkan ketegangan (stress). Selain itu juga akan menimbulkan dampak negatif ditinjau dari segi ekonomi yang berupa kehilangan waktu karena waktu perjalanan yang lama serta bertambahnya biaya operasi kendaraan (bensin, perawatan mesin) karena seringnya kendaraan berhenti.

Selain itu, timbul pula dampak negatif terhadap lingkungan yang berupa peningkatan polusi udara karena gas racun CO serta peningkatan gangguan suara kendaraan (kebisingan). Pedal rem dan gas yang silih berganti digunakan akan menyebabkan penambahan polusi udara serta kebisingan karena deru suara kendaraan. Kemudian untuk menghilangkan stress, para pengemudi akan lebih sering menggunakan klakson sehingga menimbulkan kebisingan.

(39)
(40)

2.6 Telekomunikasi

Pada BAB I telah disebutkan bahwa berdasarkan pasal 1 Undang-undang No.36 tahun 1999 tentang telekomunikasi mengemukakan defenisi atau pengertian telekomunikasi, yaitu: Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau penerimaandari setiap informasi dalam bentuk tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya. Sedangkan alat komunikasi adalah setiap alat perlengkapan yang digunakan dalam bertelekomunikasi.

Dewasa ini telekomunikasi sangat berperan penting sebagai alat komunikasi untuk mengetahui berbagai informasi yang ada di dunia. Reformasi telekomunikasi dilaksanakan praktis oleh semua negara-negara tersebut. Hal ini terutama disebabkan oleh perubahan drastis lingkungan ekonomi global dan kepesatan kemajuan teknologi telekomunikasi dan informasi. Karena perbedaan yang spesifik dalam keadaan ekonomi, politik dan sosial masing-masing negara, manifestasi reformasi tersebut berbeda antara negara yang satu dengan yang lain. Lagi pula, perbedaan dalam sasaran yang ingin dituju oleh strategi reformasi, membuat corak reformasi telekomunikasi juga beraneka ragam.

(41)

telekomunikasi dan informatika yang berlangsung sangat dinamis, telah mendorong lahirnya lingkungan telekomunikasi yang jauh berbeda dengan keadaan yang telah berlaku begitu lama sebelumnya. Perubahan yang amat mendasar ini menimbulkan realita baru pada penyelenggaraan telekomunikasi di seluruh dunia.

Dalam garis besar, wujud perubahan dan realita baru ini berupa :

1. beralihnya fungsi telekomunikasi dari utilitas menjadi komoditi perdagangan;

2. bergesernya fungsi pemerintah dari memiliki, membangun dan menyelenggarakan telekomunikasi ke menentukan kebijakan, mengatur, mengawasi dan mengendalikannya;

3. peningkatan peran swasta sebagai investor prasarana dan penyelenggara jasa telekomunikasi;

4. transformasi struktur pasar telekomunikasi dari monopoli ke persaingan, dan

5. diakuinya secara umum bahwa di era informasi, telekomunikasi berperan sebagai salah satu faktor penting dan strategis dalam menunjang dan meningkatkan daya saing ekonomi suatu bangsa.

(42)

(i) haluan negara yang baru ditetapkan MPR dalam Sidang Istimewa November 1998;

(ii) kehendak untuk mengadakan perbaikan dan pembaharuan di segala bidang, termasuk di bidang telekomunikasi.

2.6.1 Undang – Undang Tentang Telekomunikasi

Undang-Undang No. 3 tahun 1989 tentang telekomunikasi menyatakan antara lain bahwa: Penyelenggaraan telekomunikasi dilaksanakan oleh Pemerintah, yang selanjutnya untuk penyelenggaraan jasa telekomunikasi dapatdilimpahkan kepada badan penyelenggara. Badan penyelenggara adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dibentuk untuk itu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(43)

peran serta masyarakat dan pembentukan lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah dan Menteri bertindak sebagai penanggung jawab administrasi telekomunikasi Indonesia.

2.6.2 Produk Telekomunikasi

Perusahaan telekomunikasi di Indonesia pada umumnya menyediakan produk berupa jasa-jasa telekomunikasi, baik domestik maupun internasional. Jasa-jasa telekomunikasi yang ditawarkan meliputi sambungan tetap dan bergerak, komunikasi data, dan sewa sambungan, dan berbagai jasa bernilai tambah.

Jasa-jasa tersebut secara rinci sebagai berikut:

1. Jaringan telepon umum / public switched telephone network 1. Jasa pelanggan telepon / telephone subscriber services

2. Jasa interkoneksi operator telekomunikasi/ interconnection services to other telecommunications operators

1. Interkoneksi jarak jauh internasional / international long distance interconnection

2. Interkoneksi sambungan tetap dan bergerak / mobile and fixed cellular interconnection

2. Jasa sambungan bergerak / mobille cellular services 1. Jasa sambungan GSM / GSM cellular services 2. Jasa sambungan PCN / PCN cellular services 3. Jasa satelit / satellite services

(44)

2.7 Kependudukan / Demografi

2.7.1 Definisi

Menurut Undang –Undang RI No.10 tahun 1992, Penduduk adalah orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, wara negara dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu.

Kependudukan/ Demografi Adalah ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran, territorial dan komposisi penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu, yang biasanya timbul karena natalitas (fertilitas), mortalitas, gerak territorial (migrasi) dan mobilitas sosial (perubahan status). (Mantra 2000 . Demografi Umum: 2)

Dari definisi tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Sruktur penduduk meliputi : jumlah, persebaran, dan komposisi penduduk. Struktur penduduk itu selalu berubah-ubah, dan perubahan tersebut disebabkan karena proses demografi yaitu : kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi penduduk.

(45)

mengubah strutur penduduk di atas adalah komponen yang dinamis yang terdiri dari kelahiran, kematian dan migrasi penduduk.

2.7.2 Sumber Data Kependudukan

a. Sensus penduduk

Merupakan suatu proses keseluruhan daripada pengumpulan, pengolahan, penganalisaan dan penyajian data kependudukan yang menyangkut cirri-ciri kependudukan, sosial ekonomi, dan lingkungan hidup.

Cara pencacahan dapat dilakukan dengan dua cara:

1. Cara mencacah responden menurut tempat tinggalnya. Cara ini disebut juga dengan cara pencacahan de jure.

2. Cara mencacah responden menurut tempat ditemui oleh petugas pada waktu pencacahan. Cara ini disebut dengan cara pencacahan de facto.

Sejak Indonesia merdeka, kegiatan sensus penduduk telah dilakukan 5 (lima) kali, yaitu tahun 1961, 1971, 1980, 1990, dan tahun 2000 yang penyelenggaraannya ditangani oleh BPS (Badan Pusat Statistik).

1. Registrasi Penduduk

(46)

yang langsung dapat digunakan dalam proses perencanaan kemasyarakatan (Mantra, 2985).

Dalam sistem registrasi penduduk, yang dicatat sebagai penduduk adalah mereka yang mencatatkan dirinya sebagai penduduk di daerah tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan diikeluarkannya Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

2. Survei Penduduk

Hasil sensus penduduk mempunyai keterbatasan karena hanya menyediakan data statistik kependudukan dan kurang memberikan informasi tentang sifat dan perilaku penduduk tersebut. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, dilakukan survey penduduk dengan informasi yang dikumpulkan lebih luas dan mendalam. Survey kependudukan ini dilakukan dengan sistem sampel atau dalam bentuk studi kasus.

Kegiatan survey kependudukan mempunyai periode tertentu, Supas misalnya sepuluh tahun sekali di antara dua sensus. SDKI dilakukan empat tahun, Susenas dilakukan setiap tahun, sedangkan sakernas pada awalnya dilakukan setiap tiga bulan sekali. Hasil-hasil survey ini melengkapi informasi yang di dapat dari Sensus Penduduk dan Registrasi Penduduk.

2.7.3 Masalah Kependudukan

(47)

Proyeksi penduduk menunjukkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 234.181.000 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk tahun 2015 mencapai 247.623.000.

Kepadatan di 33 Propinsi masih belum merata. Berdasarkan sensus penduduk tahun 1990 sekitar 60% penduduk tinggal di Pulau Jawa, padahal luas Pulau Jawa hanya sekitar 7% dari seluruh wilayah daratan Indonesia. Dilain pihak, Kalimantan yang memiliki 28% dari luas total, hanya dihuni oleh 5% penduduk Indonesia. Dengan demikian kepadatan penduduk secara regional juga sangat timpang, sementara kepadatan per kilometer persegi di Pulau Jawa mencapai 814 orang, di Maluku dan Irian Jaya hanya 7 orang (BPS Sumatera Utara).

Permasalahan yang timbul:

Ketidakseimbangan kepadatan penduduk ini mengakibatkan ketidakmerataan pembangunan baik phisik maupun non phisik yang selanjutnya mengakibatkan keinginan untuk pindah semakin tinggi. Arus perpindahan penduduk biasanya bergerak dari daerah yang agak terkebelakang pembangunannya ke daerah yang lebih maju, sehingga daerah yang sudah padat menjadi semakin padat.

Pemecahan Masalah:

(48)

1953 direncanakan 100.000 penduduk, tetapi hanya sebanyak 40.000 orang yang berhasil dipindahkan. Walaupun demikian, program transmigrasi sudah menunjukan hasilnya dimana penduduk yang tinggal di Pulau Jawa turun dari 60% pada tahun 1990, diproyeksikan menjadi 57,7% pada tahun 2000. Sebaliknya diluar Jawa diproyeksikan akan terjadi kenaikan tahun 1990-2000. Di Pulau Sumatera naik dari 21% pada tahun 1990 menjadi 21,65 % pada tahun 2000 (BPS Sumatera Utara).

2.8 Penelitian Terdahulu

1. Juli Yana Silaban (020501057)

Judul : Analisis Peranan Transportasi Darat dalam Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara. Dalam penelitiannya menggunakan PDRB sebagai variabel terikat. Panjang jalan, Jumlah moda transportasi dan pajak Kendaraan bermotor sebagai variabel bebas dengan menggunakan program Eviws 4.1. Hasilnya adalah Panjang jalan, Jumlah kendaraan bermotor dan pajak kendaraan bermotor mempunyai pengaruh positif terhadap perumbuhan ekonomi dengan nilai R2 = 0,86.

2. Ikhsantono ( 050501125 )

(49)

Eviews 5.1 hasilnya adalah pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB sektor transportasi pada tingkat kepercayaan 99 %.

3. Aidil Fitriadi Fahruky ( 050501105 )

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan cara sebagai berikut:

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dititiberatkan pada pengaruh sektor transportasi dan telekomunikasi terhadap Produk Domestik Bruto di Indonesia.

3.2 Jenis Sumber Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk data berkala atau time series yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka angka selama kurun waktu 20 tahun (1988-2007) sedangkan sumber data diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara serta bahan-bahan kepustakaan berupa bacaan yang berhubungan dengan penelitian, website, artikel dan jurnal-jurnal.

3.3 Pengolahan Data

(51)

3.4 Model Analisis Data

Model analisis data yang digunakan adalah model Ekonometrika sedangkan metode yang dipakai adalah menggunakan pendekatan Granger Causality Test dengan memisahkannya menjadi 2 model sehingga dapat terhindar dari multikolinieritas yaitu dengan melihat hubungan kausalitas antara kendaraan bermotor, panjang jalan dan jumlah penduduk dan jumlah pengguna telepon Telkom terhadap PDB Indonesia dengan metode OLS (Ordinary Least Square) atau metode kuadrat terkecil biasa. Metode ini dikemukakan oleh Carls Friedrich Gauss. Data-data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik yaitu persamaan regresi linear berganda. Variabel-variabel independen yang mempengaruhi Variabel-variabel dependen dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut:

Sektor Transportasi:

Y = f (X1, X2, X3, ) ………(1)

Dari persamaan fungsi di atas dispesifikasikan ke dalam model linier

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + µ …………...(2)

Keterangan

Y = PDB sektor transportasi dan telekomunikasi (dalam milyar rupiah)

α = Intercept

X1 = Kendaraan Bermotor (unit)

(52)

X3 = Jumlah Penduduk (jiwa)

β1 β2 β3 = Koefisien regresi

µ = Term of error

Berdasarkan model analisis di atas, maka hipotesis yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

0, artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (kendaraan bermotor) maka Y (PDB sektor transportasi dan telekomunikasi) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

>0, artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (panjang jalan) maka Y (PDB sektor

transportasi dan telekomunikasi) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

>0, artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (Jumlah Penduduk) maka Y (PDB

sektor transportasi dan telekomunikasi akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

Sektor Telekomunikasi:

Y = f (x) ………(1)

Dari persamaan fungsi di atas dispesifikasikan ke dalam model linier

Y = α + βx+ µ ………...(2)

X1 = Jumlah pengguna telepon Telkom (pelanggan)

(53)

µ = Term of error

Berdasarkan model analisis di atas, maka hipotesis yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

>0, artinya jika terjadi kenaikan pada X (Jumlah pelanggan telepon) maka Y (PDB sektor transportasi dan telekomunikasi akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

3.5 Uji Granger Causality Test

Pengujian ini untuk melihat hubungan kausalitas antara kendaraan bermotor, panjang jalan, jumlah penduduk dan jumlah pelanggan telepon Telkom terhadap PDB Transportasi dan Telekomunikasi Indonesia sehingga dapat diketahui keempat variabel tersebut saling mempengaruhi (hubungan dua arah), memiliki hubungan searah atau sama sekali tidak ada hubungan (tidak saling mempengaruhi).

Berikut ini metode Granger Causality Test seperti berikut ini :

It = Kt-j + j It-j + µt ………..(1)

Kt = It-j + j Kt-j + Vt ………..(2)

(54)

3.6 Test of Goodnessof Fit (uji kesesuaian)

3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama-sama mampu memberi penjelasan terhadap variabel dependen, R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0<R2<1).

3.6.2 Uji F- Statistik (Uji keseluruhan)

Uji F-Statistik dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini, digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : ……= 0 (tdak signifikan)

Ha :……...≠ 0 (signifikan)

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak yang artinya variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:

Dimana :

(55)

K = Jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan

N = Jumlah Sampel

Dengan kriteria pengambilan keputusan,

H0 diterima jika F hitung < Fα

H0 ditolak jika F hitung > Fα

H0 diterima H0 ditolak

Gambar 3.1 Kurva Uji F-Statistik

3.6.3 Uji t-Statistik (Uji Parsial)

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan, dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai :

H0 : bi = b

(56)

Di mana b1 adalah koefisien variabel independen ke-I nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y bila nilai t-hitung > t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang di uji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumu

Dimana :

bi = koefisien variabel ke-i

b = nilai hipotesis nol

Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-i

H0 ditolak H0 diterima H0 ditolak

(57)

3.7 Uji Penyimpangan Klasik

3.7.1 Multikolinearitas (multikolinearity)

Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi apakah terdapat korelasi independen di antara satu sama lain. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari R-square, F-hitung, t-hitung, serta standard error.

Kemungkinan adanya multikolinearity jika nilai R-square dan F-hitung tinggi, sedangkan nilai t-hitung banyak yang tidak signifikan. Standard error tidak terhingga, tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 1%, α = 5%, α = 10%, terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori.

3.7.2 Autokorelasi (serial correlation)

Autokorelasi terjadi apabila error term (µ) dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa error term berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila variabel (ei, ej) ≠ 0 unt uk i = j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah autokorelasi. Adapun cara yang digunakan untuk mengetahui keberadaan auto korelasi yaitu :

1. Dengan memplot grafik

2. Dengan Durbin Watson (uji D-W)

(58)

Dw – hitung =

H0 : p = 0, artinya tidak ada autokorelasi

Ha : p ≠ 0, artinya terdapat autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah :

inconclusif

Positif autokorelasi Negatif autokorelasi

H0 diterima

[image:58.595.125.444.339.547.2]

dl du 4-du 4-dl Gambar 3.3 kurva uji Durbin Watson Keterangan

Ho : tidak ada autokorelasi (tolak H0)

Dw<dl : tolak H0 (Ada Korelasi Positif)

Dw>4-dl : tolak H0 (Ada Korelasi Negatif)

(59)

dl≤dw≤du : pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive)

(4-du)≤dw≤(4-dl) : pengujian tidak dapt disimpulkan (inconclusive)

3.8 Defenisi Operasional

1. Kendaraan bermotor merupakan banyaknya berbagai jenis angkutan darat yang ada di Indonesia (unit)

2. Panjang jalan merupakan prasarana utama untuk sarana transportasi darat yang menghubungkan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain yang diukur dalam satuan Km.

3. Pengguna telepon Telkom adalah jumlah pelanggan yang menggunakan jasa telepon tetap Telkom (dalam jiwa)

4. Jumlah Penduduk adalah total himpunan manusia yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu (dalam jiwa).

(60)

BAB IV

HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Negara Indonesia

4.1.1 Keadaan Geografis

Indonesia adala 17.504 pulau besar dan kecil, sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni, yang menyebar disekitar terletak pada koordinat terletak di antara dua

Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara luas perairannya 3.257.483 km². Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, dimana setengah populasi Indonesia bermukim. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: dengan menggunakan territorial laut:

Utara : Negar

(61)

Barat : Samudera Indonesia

Timur : Negar

4.1.2 Kondisi Demografi Indonesia

Menurut sensus penduduk 2000, Indonesia memiliki populasi sekitar 206 juta, dan sensus penduduk 2010 yang baru dirilis mnunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah sebanyak 237.556.363 orang yang terdiri dari 119.507.580 laki laki dan 118.048.783 perempuan. Distribusi penduduk Indonesia masih terkonsentrasi di Pulau Jawa yaitu sebesar 58 persen, yang diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21 persen. Selanjutnya untuk pulau-pulau/kelompok kepulauan lain berturut-turut adalah sebagai berikut: Sulawesi sebesar 7 persen; Kalimantan sebesar 6 persen; Bali dan Nusa Tenggara sebesar 6 persen, serta Maluku dan Papua sebesar 3 persen. Sebagian besar (95%) penduduk Indonesia adalah

(62)

Tabel 4.1 Luas Wilayah Dan Jumlah Penduduk Menurut Provinsi

No. Provinsi Ibukota Luas

Wilayah

Jumlah Penduduk

2010

1 Aceh 56.500,51 4.486.570

2 Sumatera Utara 72.427,81 12.985.075

3 Sumatera Barat 42.224,65 4.845.998

4 Riau 87.844,23 5.543.031

5 Jambi 45.348,49 3.088.618

6 Sumatera Selatan 60.302,54 7.446.401 7 Bengkulu Bengkulu 19.795,15 1.713.393

8 Lampung 37.735,15 7.596.115

9 Kep.Bangka Belitung 16.424,14 1.223.048

10 Kep.Riau 8.084,01 1.685.698

11 DKI. Jakarta .Jakarta 740,29 9.588.198 12 Jawa Barat Bandung 36.925,05 43.021.826

13 Jawa Tengah 32.799,71 32.380.687

14 DI Yogyakarta 3.133,15 3.452.390

15 Jawa Timur 46.689,64 37.476.011

16 Banten 9.018,64 10.644.030

17 Bali 5.449,37 3.891.428

18 Nusa Tenggara Barat 19.708,79 4.496.855 19 Nusa Tenggara Timur 46.137,87 4.679.316 20 Kalimantan Barat 120.114,32 4.393.239 21 Kalimantan Tengah 153.564,50 2.202.599 22 Kalimantan Selatan 37.530,52 3.626.119 23 Kalimantan Timur 194.849,08 3.550.586

24 Sulawesi Utara 13.930,73 2.265.937

25 Sulawesi Tengah 68.089,83 2.633.420 26 Sulawesi Selatan 46.116,45 8.032.551 27 Sulawesi Tenggara 36.757,45 2.230.569 28 Gorontalo Gorontalo 12.165,44 1.038.585

29 Sulawesi Barat 16.787,19 1.158.336

30 Maluku 47.350,42 1.531.402

31 Maluku Utara Sofifi 39.959,99 1.035.585

32 Papua Barat 114.566,40 760.855

33 Papua 309.934,40 2.851.999

TOTAL 1.922.570 237.556.363

(63)

4.2 Gambaran Perekonomian Indonesia

Sistem ekonomi Indonesia awalnya didukung dengan diluncurkannya Indonesia, yang selanjutnya berganti menjadi Rupiah. Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya dengan nasionalisme ekonomi. Pemerintah yang belum berpengalaman, masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang berpengaruh bagi masyarakat banyak. Hal tersebut, ditambah pula kemelut politik, mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada ekonomi negara.

Pemerintahaan Orde Baru segera menerapkan disiplin ekonomi yang bertujuan meneka tahun 1970-an harga nilai ekspor, dan memicu tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata yang tinggi sebesar 7% antara tahun 1968 sampai 1981. Reformasi ekonomi lebih lanjut menjelang akhir tahun 1980-an, antara lain berupa deregulasi sektor keuangan dan pelemahan nilai rupiah yang terkendali, selanjutnya mengalirkan investasi asing ke Indonesia khususnya pada industri-industri berorientasi ekspor pada antara tahun 1989 sampai 1997. Ekonomi Indonesia mengalami kemunduran pada akhir tahun itu, yang disertai pula berakhirnya masa Orde Baru dengan pengunduran diri Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998.

(64)

berlanjut. Namun demikian, dampak pertumbuhan itu belum cukup besar dalam mempengaruhi tingkat pengangguran, yaitu sebesar 9,75%. Perkiraan tahun 2006, sebanyak 17,8% masyarakat hidup di bawah masyarakat yang hidup dengan penghasilan kurang dari AS$ 2 per hari.

[image:64.595.115.568.541.729.2]

Indonesia mempunya termasuk pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah mulai menjadi pengimpor bersih terbesar PDB, yang mencapai 45,3% untuk PDB 2005. Sedangkan menyumbang 40,7%, dan demikian, sektor pertanian mempekerjakan lebih banyak orang daripada sektor-sektor lainnya, yaitu 44,3% dari 95 juta orang tenaga kerja. Sektor jasa mempekerjakan 36,9%, dan sisanya sektor industri sebesar 18,8%.

Tabel 4.2: Tabel Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004-2008 (Persentase)

Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008

Pertanian 2,82 2,72 3,36 3,43 4,77

Pertambangan dan penggalian -4,48 3,20 1,70 2,02 0,51 Industri Pengolahan 6,38 4,60 4,56 4,67 3,66 Listrik, Gas, dan Air Bersih 5,3 6,30 5,76 10,33 10,92

Konstruksi 7,49 7,54 8,34 8,61 7,31

Perdagangan, Hotel Dan Restoran 5,7 8,30 6,42 8,41 7,23 Pengangkutan Dan Komunikasi 13,38 12,76 14,23 14,04 16,69 Keuangan, Real Estate Dan Jasa

Perusahaan 7,66 6,70 5,47 7,99 8,24

Jasa Jasa 5,38 5,16 6,16 6,60 6,45

PDB 5,03 5,69 5,50 6,28 6,06

PDB Tanpa Migas 5,97 6,57 6,11 6,87 6,52

(65)

Dari tabel yang disajikan di atas bahwa kondisi perekonomian sejak tahun 2004 di dominasi oleh sektor transportasi dan komunikasi. Persentase Sektor Transportasi dan Telekomunikasi selalu memperoleh angka dua digit dari tahun ke tahun walaupun pada tahun 2005 dan 2007 mengalami penurunan. Penurunan tersebut pun hanya sedikit dan tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi perekonomian Indonesia.

Selain sektor transportasi dan telekomunikasi, PDB Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh kekuatan pada sektor Listrik, Gas Dan Air Bersih. Lonjakan pada sector ini terjadi pada dua tahun terakhir yaitu tahun 2007 dan 2008 yang mencapai 10,33 dan 10,92. Sektor industri di dominasi oleh sub sektor industri tanpa migas khususnya industri makanan, minuman, dan tembakau yang memiliki andil.

(66)
[image:66.595.114.546.126.355.2]

Tabel 4.3: Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha 2005-2009 (Miliar Rupiah)

Lapangan Usaha 2006 2007 2008* 2009*

Pertanian 433,223.4 541,931.5 716,065.30 858,252.00 Pertambangan dan

penggalian 366,520.8 440,609.6 540,605.30 591,531.70 Industri Pengolahan 919,539.3 1,068,653.9 1,380,713.10 1,480,905.40 Listrik, Gas, dan Air Bersih 30,354.8 34,723.8 40,846.10 46,823.10 Konstruksi 251,132.3 304,996.8 419,642.40 554,982.20 Perdagangan, Hotel Dan

Restoran 501,542.4 592,304.1 691,494.70 750,605.00 Pengangkutan Dan

Komunikasi 231,523.5 264,263.3 312,190.20 352,407.20 Keuangan, Real Estate Dan

Jasa Perusahaan 269,121.4 305,213.5 368,129.70 404,116.40 Jasa Jasa 336,258.9 398,196.7 481,669.90 573,818.70 PDB 3,339,216.8 3,950,893.2 4.951.356.7 5,613,441.70 PDB Tanpa Migas 2,967,040.3 3,534,406.5 4,427,193.30 5,146,512.10

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara 2009

Tabel 4.4: Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha 2005-2009 (Miliar Rupiah)

Lapangan Usaha 2006 2007 2008* 2009*

Pertanian 262,402.8 271,509.3 284,620.7 296,369.3 Pertambangan dan

penggalian 168,031.7 171,278.4 172,442.7 179,974.9 Industri Pengolahan 514,100.3 514,100.3 557,764.4 569,550.8 Listrik, Gas, dan Air Bersih 12,251.0 13,517.0 14,993.6 17,059.8 Konstruksi 112,233.6 121,808.9 130,951.6 140,184.2 Perdagangan, Hotel Dan

Restoran 312,518.7 340,437.1 363,813.5 367,958.8 Pengangkutan Dan

Komunikasi 124,808.9 142,326.7 165,905.5 191,674.0 Keuangan, Real Estate Dan

Jasa Perusahaan 170,074.3 183,659.3 198,799.6 208,832.2 Jasa Jasa 170,705.4 181,706.0 193,024.3 205,371.5 PDB 1,847,126.7 1,964,327.3 2,082,315.9 2,176,975.5 PDB Tanpa Migas 1,703,422.4 1,821,757.7 1,939,482.9 2,035,125.1

[image:66.595.116.545.442.676.2]
(67)

4.3 Trend dan Perkembangan Transportasi di Indonesia

4.3.1 Transportasi Darat

Salah satu penunjang dalam perekonomian selain sektor perdagangan, lembaga keuangan dan jasa-jasa adalah sektor Transportasi. Sektor ini mempunyai peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian dan kehidupan masyarakat suatu daerah. Oleh karena itu pengembangan sektor transportasi harus diselenggarakan secara efektif dan efisien sehingga mampu memperlancar arus lalu lintas orang, barang, dan jasa serta informasi. Selain itu, diarahkan juga agar dapat menunjang pertumbuhan ekonomi memantapkan stabilitas nasional serta pemerataan dan penyebaran hasil pembangunan dengan menembus daerah terisolasi serta keterbelakangan daerah terpencil.

(68)

4.3.1.1 Panjang Jalan

Pembangunan jalan yang dilakukan memperhatikan keserasiannya dengan perkembangan transportasi jalan raya, terutama keserasian antara beban dan kepadatan lalu lintas kendaraan dengan kemampuan daya dukung jalan, jaringan jalan di pusat pertumbuhan, pusat produksi dan yang menghubungkan pusat produksi dengan daerah pemasaran. Pembangunan jalan yang membuka daerah terpencil dan yang mendukung pengembangan permukiman, termasuk permukiman transmigrasi juga dilakukan. Pembangunan jalan bebas hambatan (tol) yang mendukung sistem transportasi cepat. Dikembangkan bersama-sama antara pemerintah dan swasta dengan tetap memperhatikan adanya jalan alternative yang memadai. Jalan merupakan prasarana pengangkutan yang penting. Dengan adanya jalan memudahkan mobilitas penduduk dan lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.

(69)
[image:69.595.122.505.93.300.2]

Gambar 4.1 :Panjang Jalan Dirinci Menurut Jenis Permukaan tahun 1988-2007 (Km)

4.3.1.2 Kendaraan Bermotor

Kendaraan bermotor juga merupakan salah satu bagian penting dari angkutan darat dalam memenuhi sarana sektor transportasi. Perkembangan yang terjadi pada. Sejak dilaksanakannya program pelita 1 (tahun 1969/1970) sampai dengan akhir pelita V (1993/1994) terlihat adanya kemajuan pembangunan yang dicapai dalam segala sektor. Dari sektor perhubungan, khususnya angkutan darat jalan raya, kemajuan ini ditandai dengan bertambahnya panjang jaringan jalan dan peningkatan jumlah kendaraan bermotor.

Perkembangan jumlah kendaraan bermotor meningkat pesat bila dibandingkan dengan sebelum program pembangunan lima tahun. Peningkatan ini terjadi karena peningkatan masyarakat makin besar sehingga memungkinkan mereka untuk memiliki kendaraan. Meningkatnya jalan sampai ke pelosok desa

0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000 450,000

1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

TAHUN

K

(70)
[image:70.595.125.505.161.375.2]

memungkinkan berkembangnya perusahaan/usaha angkutan baik penumpang maupun barang.

Gambar 4.2 Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia Menurut Jenis tahun 1988-2007

Jumlah kendaraan bermotor yang cenderung meningkat merupakan indikator semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap sarana transportasi yang memadai sejalan dengan mobilitas penduduk yang makin tinggi. Kendaraan bermotor yang mendominasi di Indonesia adalah sepeda motor. Hal ini ditunjukkan dari besarnya jumlah sepeda motor di Negara ini. Masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan sepeda motor di karenakan harga kendaraan yang masih dapat dijangkau oleh masyarakat kelas menengah bawah, hemat bahan baker, dan ongkos pemeliharaan yang rendah dibandingkan dengan kendaraan bermotor lainnya. Hal ini terlihat dari tingginya minat masyarakat terhadap kendaraan bermotor dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 Jumlah kendaraan bermotor yaitu sebanyak 13.563.017 unit, dan pada tahun 2006 meningkat pesat

0 10,000,000 20,000,000 30,000,000 40,000,000 50,000,000 60,000,000 70,000,000

1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

TAHUN

U

N

(71)

menjadi 3.541.800 unit, serta pada tahun 2007 meningkat menjadi 4.845.937 unit. Hal ini dususul juga dengan lonjakannya pada tahun 2008 adalah sebanyak 47.683.681 unit. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang ada di Indonesia lebih memilih kendaraan yang lebih sederhana dibandingkan dengan kendaraan bermotor lainnya.

Sementara itu, kendaraan bermotor lainnya yang kurang diminati adalah Bis. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan sepeda motor yang berkembang dengan pesat. Walaupun dari tahun ke tahun jumlah kendaraan bermotor Bis mengalami peningkatan, tapi jumlah yang ada tidak pernah lebih banyak daripada jumlah kendaraan bermotor lainnya seperti sepeda motor, mobil penumpang dan truk. Hal ini disebaban karena masyarakat menganggap Bis adalah kendaraan yang susah dijangkau dan tidak sederhana seperti kendaraan yang lainnya.

4.3.1.3 Angkutan Kereta Api

Angkutan Kereta api merupakan sarana transportasi darat yang tepat untuk melayani kebutuhan masyarakat dan pengangkutan barang dalam jumlah besar secara cepat, aman dan efisien, ketersediaan sarana tersebut sangat diperlukan dalam mendukung mobilitas penduduk dan barang antar wilayah. Panjang keseluruhan jalur kereta api di Indonesia adalah 7583 Km. Lebih dari 2500 kilometer jalur telah ditutup, sebagian besarnya adalah jalur cabang yang dianggap tidak menguntungkan bila tetap dipergunakan.

(72)

4.3.2 Transportasi Laut

Angkutan laut merupakan sarana perhubungan yang sangat penting dan strategis bagi In

Gambar

Gambar  Judul
Gambar 3.3 kurva uji Durbin Watson
Tabel 4.2: Tabel Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan  2000  Tahun 2004-2008 (Persentase)
Tabel 4.3: Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut    Lapangan Usaha  2005-2009 (Miliar Rupiah)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Pokja ULP tidak boleh menggugurkan penawaran pada waktu pembukaan penawaran, kecuali untuk file penawaran yang sudah dipastikan tidak dapat dibuka

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Personalisasi reward dalam penelitian ini masih terbatas karena menggunakan Finite State Machine yang perilakunya terbatas, sehingga jika dimainkan berulangkali maka

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

Penegakan s Penegakan sanksi anksi pidana pidana pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun