• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. PETA SOSIAL KOMUNITAS DAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN DI KELURAHAN SEMPLAK

4.2. Kependudukan di Kelurahan Semplak

Jumlah penduduk Kelurahan Semplak sampai bulan Januari 2012 sebanyak 10.589 jiwa terdiri dari 4.718 orang laki – laki dan 5.971 orang perempuan, dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 2.775 KK dan jumlah Anggota Keluarga Miskin 300 Jiwa yaitu sebesar 10,81 persen dari jumlah penduduk. Sesuai dengan kondisi alokasi dana PNPM Mandiri Perkotaan sebesar Rp. 250.000.000,-

Kriteria keluarga miskin yang akan mendapatkan dana bantuan dari PNPM adalah masyarakat yang tergolong kurang mampu. Data awal masyarakat miskin tersebut sebagai acuan dari kader atau relawan untuk melakukan cross check ke masyarakat dan selanjutnya hasil pemetaan swadaya yang dijadikan data final untuk menentukan masyarakat miskin yang akan mendapatkan bantuan PNPM.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengemukakan tentang penentuan rumah tangga miskin menyimpulkan bahwa ciri – ciri rumah tangga miskin ditentukan oleh beberapa indikator sebagai berikut :

1. Ciri tempat tinggal, dilihat dari luas lantai per kapita, jenis lantai, air minum/ ketersediaan air bersih , dan jenis jamban.

2. Kepemilikan aset; aset produktif seperti sawah, kebun, ternak,ojek, angkutan umum, perahu dan sebagainya, sedangkan aset tidak produktif seperti televisi, radio, perhiasan, mebel, sepeda, kendaraan bermotor bukan usaha.

3. Aspek pangan, adanya variasi konsumsi lauk pauk, seperti daging, ikan, telur dan ayam.

4. Aspek sandang, pernah memiliki minimal satu stel pakaian dalam satu tahun. 5. Kegiatan sosial, pernah hadir dalam kegiatan arisan, rapat di tingkat RT,

Rapat sekolah/BP3, undangan perkawinan dalam tiga bulan terakhir.

Badan Pusat Statistik (1990) juga memberikan alternatif untuk mengukur garis kemiskinan dengan cara menentukan standar kecukupan kalori per kapita per hari 2.100 kalori yang harus dipenuhi setiap orang dalam sehari – hari. Nilai rupiah per kalori diperoleh dari membagi nilai pengeluaran untuk makanan dengan banyaknya kalori yang dikonsumsi oleh masing – masing kelompok pengeluaran. Seseorang dikatakan sangat miskin apabila pendapatannya hanya mampu memenuhi kebutuhan 2.100 kalori. Diangap miskin apabila pendapatannya selain mampu memenuhi kebutuhan kalorinya tetapi juga minimum kebutuhan pokok lainnya. Kebutuhan minimum di luar makanan mencakup kebutuhan minimum untuk kesehatan, pendidikan, perumahan, pakaian dan kebutuhan minimum untuk sarana memasak dan angkutan.

Sasaran penerima bantuan PNPM adalah semua warga miskin di Kelurahan yang bersangkutan berhak menggunakan dana BLM melalui sistem pinjaman dan hibah. Untruk menjalin dana BLM dapat menjangkau kelompok sasaran yang tepat, maka kriteria miskin disusun dan disepakati bersama oleh warga melalui mekanisme pemetaan swadaya secara partisipatif.

Tabel 4.1 Jumlah dan Persentase Penduduk menurut Golongan Umur di Kelurahan Semplak Tahun 2011.

Dari tabel 4.1 menunjukan bahwa sebagian besar penduduk di Kelurahan Semplak tergolong penduduk yang termasuk kedalam golongan umur produktif menengah ( 20 – 44 tahun) yaitu sebesar 44,14 persen. Sedangkan penduduk paling sedikit adalah di golongan tidak produktif yaitu sebesar 9,24 persen. Sedangkan dari struktur umur dapat diketahui kelompok umur produktif dan kelompok umur non produktif yang selanjutnya dapat diketahui besarnya rasio

No Golongan Umur Jumlah Persentase(%)

1. 0-9 1723 16,27% 2. 10-19 1838 17,36% 3. 20-44 4674 44,14% 4. 45-54 1376 12,99% 5. >60 978 9,24% Jumlah 10589 100%

beban tanggungan kelompok umur tidak produktif. Kelompok umur tidak produktif adalah kelompok umur yang berumur 0-9 tahun dan diatas 65 tahun. Di kelurahan Semplak, penduduk yang berusia 0-9 tahun sebanyak 1723 orang dan kelompok penduduk yang berumur lebih dari 65 tahun sebanyak 978 orang, sehingga rasio beban tanggungan di Kelurahan Semplak adalah 25,50 persen artinya setiap 100 orang penduduk umur produktif di kelurahan Semplak menanggung sebanyak 26 orang penduduk non produktif.

Jumlah penduduk menurut mobilitas/mutasi penduduk digambarkan seperti tabel dibawah ini :

Tabel 4.2 Jumlah dan Persentase Penduduk menurut Mobilitas/Mutasi Penduduk di Kelurahan Semplak Tahun 2011.

No Perubahan Jumlah Persentase

(%) Laki-laki Perempuan

1 Lahir 37 28 17,06%

2 Meninggal Dunia 15 16 8,14%

3 Penduduk Masuk (Datang) 57 70 33,33%

4 Penduduk Keluar (Pergi) 75 83 41,46%

Jumlah 184 197 100%

Data di Tabel 4.2 menunjukan bahwa perubahan penduduk cukup tinggi, dimana jumlah perubahan penduduk dapat dilihat dari jumlah penduduk yang lahir lebih besar daripada penduduk yang meninggal dunia yaitu sebesar 8,14 persen. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa penduduk yang lahir kebanyakan laki-laki dari pada perempuan sedangkan jumlah kematian lebih banyak untuk perempuan. Hali ini diakibatkan perempuan lebih mudah terkena penyakit dibanding laki-laki untuk di wilayah Semplak. Namun untuk jumlah perunahan penduduk yang cukup rendah dapat dilihat dari banyaknya penduduk yang keluar yaitu sebesar 41,46 persen diakibatkan arus urbanisasi. Jumlah penduduk yang melakukan urbanisasi biasannya laki-laki dikarenakan mereka sulit mencari pekerjaan selain sebagai pedagang di daerah Semplak oleh karena itu, mereka lebih memilih untuk keluar kota untuk bekerja menjadi PNS maupun buruh.

Penduduk asli (lokal) merupakan masyarakat Bogor dan beberapa masyarakat berasal dari daerah luar Jawa yaitu Sumatra dan Sulawesi. Masyarakat sangat erat kekompakannya dan memperhatikan masalah lingkungan seperti gotong royong, menjaga keamanan dan lain – lainnya. Masyarakat asli yang

tinggal di perkampungan sebagian besar adalah penduduk asli yaitu masyarakat Bogor. Ada juga diantara masyarakat yang tinggal diperkampungan merupakan pendatang dari Jawa dan Sumatra, namun jumlahnya tidak banyak. Diantara penduduk asli ada yang mampu keadaan ekonominya, namun jumlah mereka tidak banyak. Kebanyakan dari mereka kaya karena warisan dari orang tua.

Sebagian besar penduduk asli tergolong dalam keadaan kurang mampu. Mereka hanya memiliki rumah dan lahan yang sempit. Perbedaan struktur komunitas antara masyarakat yang tinggal dalam perumahan dan perkampungan menyebakan rawannya kecemburuan sosial. Masyarakat perkampungan menggangap masyarakat perumahan kaya, sehingga harus baik hati kepada masyarakat kampung dan member bantuan kepada mereka. Segala sesuatu yang diberikan oleh orang kampung harus ada imbalannya.

Penduduk yang tinggal di perumahan umumnya merupakan penduduk pendatang yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa di Indonesia. Rumah yang ada di perumahan lingkungannya tertata dengan baik. Kondisi sosial ekonomi mereka tergantung pada mata pencarian sehari – hari. Namun sebagian besar yang tinggal di perumahan adalah pegawai negri dan karyawan swasta. Oleh karena itu keadaan ekonomi nya lebih baik dibandingkan keadaan komunitas yang tinggal diperkampungan.

Kepemimpinan yang ada dapat dibedakan sebagai kepemimpinan formal dan informal. Kepemimpinan formal dapat dilihat dari patuhnya masyarakat kepada Lurah sebagai pemimpin formal di masyarakat. Pemimpin informal lahir dari aktifitas keagamaan seperti Majelis Ta‟lim. Pemimpin informal ini sangat dihormati oleh masyarakat yang sebagian besar (mayoritas) beragama Islam.

Tabel 4.3. Jumlah dan Persentase Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Semplak Tahun 2011

No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1. Taman kanak-kanak 230 8,24% 2. Sekolah Dasar/MI 2300 82,4% 3. SMP/SLTP/MTS 50 1,79% 4. SMA/SLTA/Aliyah 210 7,52% 5. Akademi/DI-D3 - - 6. Sarjana(S1-S3) - - Jumlah 2790 100%

Dapat dilihat di tabel 4.3 bahwa jumlah tingkat pendidikan SLTA/MA sebanyak 1,79 persen dari total jumlah penduduk, dan tidak ada yang memiliki

gelar sarjana. Penduduk di Kelurahan Semplak pada saat ini telah meningkat dengan pesat. Hal ini dikarenakan banyak pendatang yang pindah ke wilayah pemukiman penduduk di wilayah Kelurahan Semplak.

Tabel 4.4. Jumlah dan Persentase Penduduk menurut Kepercayaannya di Kelurahan Semplak Tahun 2011.

No Agama/Kepercayaan Jumlah Persentase(%)

1. Islam 9.143 94,77% 2. Kristen 337 3,49% 3. Katholik 82 0,85% 4. Hindu 17 0,17% 6. Budha 32 0,33% 7. Konghuchu 36 0,37% Jumlah 9647 100 %

Dari tabel 4.4 diatas dapat dipaparkan bahwa hampir keseluruhan penduduk dikelurahan ini beragama Islam. Hal ini disebabkan karena agama Islam merupakan kepercayaan yang paling anyak dianut oleh orang Indonesia, begitu juga dengan kelurahan ini, hingga mencapai 94,77 persen.

Dari tabel dibawah ini dapat dijelaskan bahwa mayoritas penduduk beragama Islam dan sedikit yang beragama Hindu, agama Kristen merupakan agama mayoritas kedua selain Islam. Kehidupan antar umat beragama dari pengamatan lapangan sangat tinggi toleransinya,konflik – konflik antar umat beragama tidak ditemukan dari beberapa keterangan responden yang dijadikan sample.