• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

II. PENDEKATAN TEOR

2.1 Tinjauan Pustaka 1 Kemiskinan

2.1.4 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM – MP)

Pendekatan dan cara yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah pengokohan kelembagaan masyarakat. Keberdayaan kelembagaan masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun organisasi masyarakat warga yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin, yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal, baik aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan, termasuk perumahan dan permukiman. Penguatan kelembagaan masyarakat yang dimaksud terutama juga dititikberatkan pada upaya penguatan perannya sebagai motor penggerak dalam „melembagakan' dan „membudayakan' kembali nilai-nilai kemanusiaan serta kemasyarakatan (nilai- nilai dan prinsip-prinsip di PNPM-MP), sebagai nilai-nilai utama yang melandasi aktivitas penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat setempat. Melalui kelembagaan masyarakat tersebut diharapkan tidak ada lagi kelompok masyarakat yang masih terjebak pada lingkaran kemiskinan, yang pada gilirannya antara lain diharapkan juga dapat tercipta lingkungan kota dengan perumahan yang lebih layak huni di dalam permukiman yang lebih responsif, dan dengan sistem sosial

masyarakat yang lebih mandiri melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Kepada kelembagaan masyarakat tersebut yang dibangun oleh dan untuk masyarakat, selanjutnya dipercaya mengelola dana abadi PNPM-MP secara partisipatif, transparan, dan akuntabel. Dana tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membiayai kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan, yang diputuskan oleh masyarakat sendiri melalui rembug warga, baik dalam bentuk pinjaman bergulir maupun dana waqaf bagi stimulan atas keswadayaan masyarakat untuk kegiatan yang bermanfaat langsung bagi masyarakat, misalnya perbaikan prasarana serta sarana dasar perumahan dan permukiman.

Model tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk penyelesaian persoalan kemiskinan yang bersifat multi dimensional dan struktural, khususnya yang terkait dengan dimensi-dimensi politik, sosial, dan ekonomi, serta dalam jangka panjang mampu menyediakan aset yang lebih baik bagi masyarakat miskin dalam meningkatkan pendapatannya, meningkatkan kualitas perumahan dan permukiman meraka maupun menyuarakan aspirasinya dalam proses pengambilan keputusan. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut, maka dilakukan proses pemberdayaan masyarakat, yakni dengan kegiatan pendampingan intensif di tiap kelurahan sasaran. Melalui pendekatan kelembagaan masyarakat dan penyediaan dana bantuan langsung ke masyarakat kelurahan sasaran, PNPM-MP cukup mampu mendorong dan memperkuat partisipasi serta kepedulian masyarakat setempat secara terorganisasi dalam penanggulangan kemiskinan. Artinya, Program penanggulangan kemiskinan berpotensial sebagai “gerakan masyarakat”, yakni; dari, oleh dan untuk masyarakat. (Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri,2008)

2.1.4.1 Tujuan PNPM-MP

1. Memperbaiki sarana dan prasarana dasar perumahan dan pemukiman masyarakat miskin di perkotaan.

2. Mengenalkan dan membangun upaya-upaya peningkatan pendapatan secara mandiri dan berkelanjutan untuk masyarakat miskin di perkotaan, baik masyarakat yang telah lama miskin, masyarakat yang pendapatannya menjadi tidak berarti karena inflasi, maupun masyarakat yang kehilangan sumber nafkah karena krisis ekonomi.

3. Tercipta organisasi masyarakat warga yang memiliki pola kepemimpinan kolektif yang representatif, akseptabel, inklusif, tanggap, dan akuntabel yang mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin perkotaan dan memperkuat suara masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik.

4. Memperkuat agen-agen lokal (pemerintah, dunia usaha, dan kelompok peduli) untuk membantu masyarakat miskin.

2.1.4.2 Sasaran PNPM-MP

Kelompok sasaran program PNPM Mandiri perkotaan adalah warga masyarakat miskin perkotaan, sesuai dengan rumusan kriteria kemiskinan setempat yang disepakati oleh warga, termasuk di dalamnya adalah masyarakat yang telah lama miskin, masyarakat yang penghasilannya merosot dan tidak berarti akibat inflasi serta masyarakat yang kehilangan sumber nafkah karena krisis ekonomi.

2.2 Kerangka Pemikiran

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM- MP) merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun "Gerakan Kemandirian Penanggulangan Kemiskinan dan Pembangunan Berkelanjutan”.

Program ini memiliki tujuan yaitu: (1) memperbaiki sarana dan prasarana dasar perumahan dan pemukiman masyarakat miskin di perkotaan, (2) mengenalkan dan membangun upaya-upaya peningkatan pendapatan secara mandiri dan berkelanjutan untuk masyarakat miskin di perkotaan, (3) tercipta organisasi masyarakat warga yang memiliki pola kepemimpinan kolektif yang representatif, akseptabel, inklusif, tanggap, dan akuntabel yang mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin perkotaan dan memperkuat suara masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik dan (4) memperkuat agen-agen lokal (pemerintah, dunia usaha, dan kelompok peduli) untuk membantu masyarakat miskin.

Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam setiap kegiatan di dalam PNPM-MP tersebut. Salah satu program (kegiatan) PNPM-MP yang sasarannya ditujukan pada perempuan miskin adalah program dana bergulir. Partisipasi perempuan peserta program dana bergulir dipengaruhi oleh faktor tingkat kemauan, kemampuan, dan kesempatan peserta program. Tingkat kemauan peserta program meliputi persepsi dan sikap peserta terhadap program dan motivasi peserta untuk terlibat dalam program. Tingkat kemampuan peserta program meliputi tingkat pendidikan dan pendapatan peserta. Tingkat kesempatan peserta program meliputi tingkat keterdedahan informasi peserta dan tingkat pendampingan yang diterima peserta dari pihak perusahaan. Serta mencakup faktor demografi: usia dan status perkawinan.

Partisipasi perempuan diukur dari tingkat partisipasi Arnstein, yaitu: manupulasi, terapi, pemberitahuan, konsultasi, penentraman, kemitraan, pendelegasian kekuasaan dan kontrol masyarakat. Selanjutnya digolongkan menjadi tiga tingkat partisipasi: rendah, sedang, dan tinggi. Partisipasi perempuan dalam program ini berpengaruh terhadap tingkat keberdayaan ekonomi perempuan peserta program, mencakup: akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat program. Akses mencakup: Akses terhadap pelayanan keuangan mikro, Akses terhadap pendapatan, Akses terhadap aset-aset produktif dan kepemilikan rumahtangga, Akses terhadap pasar, Penurunan beban dalam pekerjaan domestik, termasuk perawatan anak. Serta kontrol mencakup: Kontrol atas penggunaan pinjaman dan tabungan serta keuntungan yang dihasilkannya,

kontrol atas aset produktif dan kepemilikan keluarga, kontrol atas alokasi tenaga kerja keluarga. (Gambar 1)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Keterangan:

:mempengaruhi - - - : variabel yang diteliti

Tingkat Keberdayaan Ekonomi Perempuan

Akses : Akses terhadap pelayanan keuangan mikro, Akses terhadap pendapatan, Akses terhadap pasar, Penurunan beban dalam pekerjaan domestik, termasuk perawatan anak

Kontrol : Kontrol atas penggunaan pinjaman dan tabungan serta keuntungan yang dihasilkannya, Kontrol atas alokasi tenaga kerja keluarga.

Keberhasilan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Perkotaan (PNPM-MP)

Faktor-faktor Pendorong Partisipasi Tingkat Kemauan

Persepsi terhadap manfaat program Sikap terhadap program

Motivasi untuk terlibat dalam program Tingkat Kemampuan

Tingkat pendidikan Tingkat pendapatan Tingkat Kesempatan

Tingkat keterdedahan informasi Tingkat pendampingan yang diterima Faktor Demografi Usia Status Perkawinan Tingkat Partisipasi Perempuan Manipulasi Terapi Pemberitahuan Konsultasi Penenangan Kemitraan Pendelegasian Kontrol masyarakat

2.3 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan antara tingkat kemauan perempuan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan dengan tingkat partisipasi.

2. Terdapat hubungan antara tingkat kemampuan perempuan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan dengan tingkat partisipasi

3. Terdapat hubungan antara tingkat kesempatan perempuan dalam program PNPM Perkotaan dengan tingkat partisipasi.

4. Terdapat hubungan antara tingkat partisipasi perempuan dalam program PNPM dengan tingkat keberdayaan ekonominya.

2.4 Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini mengenai faktor pendorong partisipasi dan tingkat partisipasi untuk mengukur sejauh mana partisipasi peserta program dan pengaruhnya terhadap tingkat keberhasilan program terkait dengan penanggulangan kemiskinan.

A. Faktor pendorong partisipasi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi responden sehingga untuk turut serta dalam program, diantaranya:

1. Tingkat kemauan adalah keinginan responden untuk berpartisipasi dalam program. Tingkat kemauan diukur melalui akumulasi skor dari aspek psikologis individu, meliputi persepsi dan sikap responden terhadap program. Sedangkan motivasi untuk berpartisipasi digunakan untuk melihat alasan keterlibatan komunitas dalam program.

a. Persepsi terhadap manfaat program adalah pemberian makna oleh responden terhadap manfaat program dengan mengenali dan memahami stimulus yang diterima responden. Responden diberikan pernyataan dengan pilihan dibuat berjenjang mulai dari yang terrendah sampai tertinggi, yaitu sangat tidak setuju (skor 1), tidak setuju (skor 2), setuju (skor 3), sampai sangat setuju (skor 4). Pengukurannya akan dikategorikan menjadi tidak bermanfaat, bermanfaat, dan sangat bermanfaat dengan mengakumulasi jumlah skor persepsi.

b. Sikap terhadap program adalah pernyataan evaluatif yang mengindikasikan kecenderungan responden dalam menanggapi program, berupa penerimaan atau penolakan. Responden diberikan pernyataan dengan pilihan dibuat berjenjang mulai dari yang terrendah sampai tertinggi, yaitu sangat tidak setuju (skor 1), tidak setuju (skor 2), setuju (skor 3), sampai sangat setuju (skor 4). Pengukurannya akan dikategorikan menjadi positif, netral, dan negatif dengan mengakumulasi jumlah skor persepsi.

c. Motivasi adalah dorongan dari dalam diri responden untuk terlibat dalam program. Motivasi mencakup faktor-faktor yang melatarbelakangi responden untuk berpartisipasi dalam program. Responden diberikan pernyataan dengan pilihan dibuat berjenjang mulai dari yang terrendah sampai tertinggi, yaitu sangat tidak setuju (skor 1), tidak setuju (skor 2), setuju (skor 3), sampai sangat setuju (skor 4). Pengukurannya akan dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi dengan mengakumulasi jumlah skor motivasi.

Penilaian terhadap tingkat kemauan yaitu dengan mengakumulasi jumlah skor persepsi, sikap, dan motivasi dan dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi.

Penentuan selang skor tingkat kemauan menurut rumus sebagai berikut:

2. Tingkat kemampuan adalah daya yang dimiliki responden sehingga sanggup berpartisipasi dalam program karena adanya pengetahuan, pendapatan, dan lokasi tempat tinggal yang berada di Kelurahan Semplak, Kabupaten Kemang, Kota Bogor.

a. Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang penuh ditamatkan oleh responden. Pengukurannya akan dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi.

b. Tingkat pendapatan adalah besarnya penghasilan responden dalam waktu satu bulan yang dinyatakan dalam rupiah. Pengukurannya akan dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi.

Penilaian terhadap tingkat kemampuan yaitu dengan mengakumulasi jumlah skor pendidikan dan pendapatan dan dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi.

3. Tingkat kesempatan adalah faktor luar yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi responden sehingga mempunyai peluang untuk berpartisipasi dalam program meliputi tingkat keterdedahan informasi dan tingkat pendampingan yang diterima responden.

a. Tingkat keterdedahan informasi adalah besarnya informasi mengenai program yang diterima responden. Responden diberikan pernyataan dengan pilihan jawaban “tidak” (skor 1) dan “ya” (skor 2). Pengukurannya akan dikategorikan menjadi rendah dan tinggi dengan mengakumulasi jumlah skor keterdedahan informasi.

b. Tingkat pendampingan yang diterima adalah frekuensi pendampingan pelaksana program yang diterima responden dalam pelaksanaan program. Responden diberikan pernyataan dengan pilihan jawaban “tidak” (skor 1) dan “ya” (skor 2). Pengukurannya akan dikategorikan menjadi rendah dan tinggi dengan mengakumulasi jumlah skor pendampingan. Penilaian terhadap tingkat kesempatan yaitu dengan mengakumulasi jumlah skor keterdedahan informasi dan pendampingan yang diterima dan dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi.

Penentuan selang skor tingkat kemauan menurut rumus sebagai berikut:

B.Tingkat partisipasi adalah tingkat keterlibatan responden dalam tahapan program.

1. Tingkat manipulasi dinyatakan sebagai bentuk partisipasi yang tidak menuntut responden untuk terlibat banyak dalam suatu kegiatan dan pihak perusahaan yang aktif karena ingin kepentingannya tercapai melalui program.

2. Tingkat terapi, sudah terjadi kegiatan dengar pendapat antara responden dengan perusahaan, namun pendapat dari responden tidak akan mempengaruhi kebijakan program.

3. Tingkat pemberitahuan, komunikasi sudah banyak terjadi namun hanya satu arah dan sifatnya sosialisasi dari perusahaan kepada responden. 4. Tingkat konsultasi, responden diberikan pendampingan dan konsultasi

sehingga terjadi komunikasi dua arah dimana wakil dari responden dapat menyampaikan pandangannya dan aspirasi akan didengar, namun belum ada jaminan aspirasi tersebut akan dilaksanakan.

5. Tingkat penenangan, dalam komunikasi sudah ada negosiasi antara pihak yang terlibat, dicirikan dengan pemberian insentif kepada responden tetapi sebatas untuk meredam keinginan responden menolak program. 6. Tingkat kemitraan, dimana responden dan perusahaan bersama

stakeholder lainnya bertindak sebagai mitra sejajar sehingga dapat mewujudkan keputusan bersama melalui negosiasi.

7. Tingkat pendelegasian, perusahaan sudah memberikan kewenangan kepada responden untuk mengelola program mulai dari perencanaan, implementasi, dan monitoring terhadap program tetapi tetap dipantau oleh perusahaan.

8. Tingkat kontrol masyarakat, sudah terbentuk independensi dari responden untuk mengelola program tanpa intervensi dari perusahaan. 9. Responden diberikan pertanyaan dengan pilihan jawaban tidak (skor 1)

dan ya (skor 2). Pengukurannya akan dikategorikan menjadi rendah (tidak ada partisipasi), sedang (tokenisme), dan tinggi (kontrol pada masyarakat).

Penentuan selang skor tingkat kemauan menurut rumus sebagai berikut:

C.Tingkat keberdayaan ekonomi perempuan sebagai indikator keberhasilan program pemberdayaan ekonomi yang mencangkup akses terhadap keuangan mikro, Akses terhadap pendapatan, Akses terhadap aset-aset produktif dan kepemilikan rumahtangga, Akses terhadap pasar, Penurunan beban dalam pekerjaan domestik, termasuk perawatan anak. Serta kontrol yang mencakup: Kontrol atas penggunaan pinjaman dan tabungan serta keuntungan yang dihasilkannya, Kontrol atas aset produktif dan kepemilikan keluarga, Kontrol atas alokasi tenaga kerja keluarga.

1. Akses yang mencangkup akses terhadap keuangan mikro adalah responden dapat memperoleh pinjaman modal dari bank atau lembaga keuangan sejenis.

2. Akses terhadap pendapatan adalah pendapatan yang responden peroleh dari usaha yang dijalankan yang modalnya berasal dari program.

3. Akses terhadap pasar adalah responden dapat menjual barang yang diusahakan

4. Penurunan beban dalam pekerjaan domestik adalah pengurangan intensitas pekerjaan rumah responden setelah penerimaan program

5. Kontrol atas penggunaan pinjaman dan tabungan serta keuntungan yang dihasilkan adalah responden dapat menggunakan pinjaman modal dari program untuk membuka usaha dan mengembangkannya serta mampu mengembalikan dana pinjaman secara teratur dan tepat waktu.

6. Kontrol atas alokasi tenaga kerja keluarga teratur dan tepat waktu adalah responden dapat mengontrol dan membagi alokasi waktu dalam bekerja dalam rumah tangga secara teratur dan tepat waktu.

7. Responden diberikan pertanyaan dengan pilihan jawaban tidak (skor 1) dan ya (skor 2). Pengukurannya akan dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi.

III.

PENDEKATAN LAPANG

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode survai. Pendekatan kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode survai, yaitu dengan menggunakan pertanyaan terstruktur atau sistematis yang sama kepada banyak orang (kuesioner), untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah dan dianalisis.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Semplak Kota Bogor yang berada di Jalan Raya Semplak RT 01/04 Nomor 90. Penelitian dilakukan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan Februari Tahun 2012.

3.3 Teknik Penentuan Responden

Pengambilan sampel untuk menentukan jumlah perempuan peserta dalam program ini dilakukan secara acak sederhana. Populasi adalah seluruh perempuan peserta di kelurahan Semplak, dan kerangka sampling (sub populasi) adalah perempuan peserta program PNPM-MP. Kerangka sampling adalah perempuan peserta program PNPM Mandiri Perkotaan yang berjumlah sebanyak 362 orang di Kelurahan Semplak. Berhubung kerangka sampling besar (jumlahnya lebih dari 100 orang) maka digunakan rumus Slovin terlebih dahulu, sehingga didapat jumlah kerangka sampling sebesar 190 orang. Dari kerangka sampling 190 orang tersebut kemudian dipilih secara acak sederhana sebanyak 60 orang. Hal ini dikarenakan faktor keterbatasan waktu dan biaya peneliti.

Gambar 2. Teknik Sampling dalam Pengambilan Responden

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara terstruktur dan menggunakan kuesioner yang disebarluaskan, kemudian diisi oleh responden dan panduan wawancara untuk informan. Data yang didapat dari penelitian survai ini mencakup karakteristik individu, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi responden yaitu kemauan, kemampuan, dan kesempatan, tingkat partisipasi serta tingkat keberdayaan ekonomi masyarakat perempuan peserta program.

Penelitian ini menggunakan wawancara mendalam (in depth interview) kepada informan dengan menggunakan panduan pertanyaan. Data deskriptif berupa kutipan langsung kata-kata atau tulisan dari informan juga memungkinkan untuk digunakan. Informan yang dimaksud ialah ibu Zubaidah yaitu ketua pengurus sekretariat BKM PNPM Mandiri Perkotaan di Semplak.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dokumen- dokumen tertulis yang berupa dokumen resmi dari PNPM Perkotaan di Kelurahan Semplak seperti profil PNPM Perkotaan, sejarah berdirinya PNPM Perkotaan, Struktur Organisasi pengurus PNPM Perkotaan. Berkaitan dengan macam data yang diperlukan tersebut, teknik pengumpulan data yang dilakukan di lapangan adalah dengan wawancara, kuesioner, observasi langsung di lapangan, dan dokumentasi.

Kota Bogor Total 362 Perempuan Peserta di Kelurahan

Semplak (kerangka sampling)

Penentuan perempuan peserta : Rumus Slovin kerangka sampling : 190 orang Secarasimple random sampling dipilih 60 responden

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan Tabulasi Silang didukung dengan Uji Korelasi Rank Spearman untuk mengukur tingkat kemauan, tingkat kemampuan dan kesempatan dan hubungannya dengan tingkat partisipasi, serta mengukur hubungan antara tingkat partisipasi dengan tingkat keberdayaan ekonomi. Tabel Frekuensi digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik sosial ekonomi masyarakat, tingkat kemauan, kemampuan, kesempatan, tingkat partisipasi dan tingkat keberdayaan ekonomi. Pengujian ini menggunakan program komputer SPSS 16.0 for Windows dan Microsoft Excel 2007. Data kualitatif berupa hasil wawancara dengan responden dan informan dianalisis untuk mendukung data kuantitatif.

IV.

PETA SOSIAL KOMUNITAS DAN PROGRAM PNPM

MANDIRI PERKOTAAN DI KELURAHAN SEMPLAK

4.1. Kondisi Geografis di Kelurahan Semplak

Kelurahan Semplak adalah suatu kelurahan di Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Semplak memiliki nama lain “Semflagh” yang berasal dari bahasa Belanda yang memiliki sejarah bahwa batas wilayah kekuatan militer Belanda dengan ciri batas adalah Tugu yang terletak di ATS dan di depan Kantor Kecamatan tepatnya di Gang Mesjid Al-Amin. Batas wilayah kelurahan Semplak adalah sebagai berikut, sebelah Utara Kelurahan Atang Sanjaya, sebelah Selatan dengan Kelurahan Cilendek Barat, sebelah Barat dengan Kelurahan Bubulak dan sebelah Timur dengan Kelurahan Curug Mekar. Kelurahan Semplak secara administrasi terbagi atas 10 Rukun Warga (RW) dan 37 Rukun Tetangga (RT) dengan luas wilayah mencapai 90,051 Ha. Dari luas wilayah tersebut merupaka wilayah pemukiman penduduk dan fasilitas umum.

Kelurahan Semplak sesuai letak geografisnya digolongkan sebagai daratan dengan ketingian tanah dan permukaan laut 235 Meter, keadaan suhu udara rata- rata 29˚ C – 30˚C, dengan banyaknya curah hujan sekita 3000/4000 mm/tahun. Tidak dijumpai lagi adanya aktifitas pertanian seperti berladang dan bercocok tanam karena wilayahnya merepakan pemukiman yang padat penduduk.

Kelurahan Semplak berada di wilayah Barat Kota Bogor, dimana jarak tempuh ke pusat pemerintahan Kecamatan sejauh 0,5 Km. Sedangan jarak dari Kantor Walikota 6 Km, jarak dari Ibukota Provinsi 120 Km dan jarak dari ibukota Negara 60 Km. Dengan kondisi tersebut Kelurahan Semplak dapat dicapai dengan berbagai jenis alat transportasi darat, berupa kendaraan roda dua dan roda empat. Sarana transportasi menuju ke lokasi sangat mudah. Hal ini bisa dilihat dengan adanya sarana transportasi yang sangat banyak dan bahkan melayani 24 jam nonstop, seperti : Angkutan umum dan ojek.

Kelurahan Semplak secara administratif terbagi dalam 10 RW dan 37 RT. Pembagian wilayah administratif tersebut secara tidak langsung juga membagi wilayah dalam dua kelompok yaitu perumahan yang terletak di RW 2 (Bogor

View) dan di daerah RW 3 (kavling) serta perkampungan. Luas wilayah kelurahan Semplak adalah 90,051 Ha. Pemanfaatan wilayah tersebut banyak digunakan untuk pemukiman dan perumahan. Terdapat pula bangunan-bangunan seperti perkantoran,sekolah, pertokoan, kuburan dan tempat peribadatan.

Perubahan fungsi peruntukan lahan yang semula lahan pertanian ke pemukiman menyebabkan masyarakatnya juga berpindah dari pekerja sawah ke jasa lainnya. Lebih dari setengah luas wilayah di Kelurahan Semplak telah digunakan untuk pemukiman penduduk.

4.2. Kependudukan di Kelurahan Semplak

Jumlah penduduk Kelurahan Semplak sampai bulan Januari 2012 sebanyak 10.589 jiwa terdiri dari 4.718 orang laki – laki dan 5.971 orang perempuan, dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 2.775 KK dan jumlah Anggota Keluarga Miskin 300 Jiwa yaitu sebesar 10,81 persen dari jumlah penduduk. Sesuai dengan kondisi alokasi dana PNPM Mandiri Perkotaan sebesar Rp. 250.000.000,-

Kriteria keluarga miskin yang akan mendapatkan dana bantuan dari PNPM adalah masyarakat yang tergolong kurang mampu. Data awal masyarakat miskin tersebut sebagai acuan dari kader atau relawan untuk melakukan cross check ke masyarakat dan selanjutnya hasil pemetaan swadaya yang dijadikan data final untuk menentukan masyarakat miskin yang akan mendapatkan bantuan PNPM.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengemukakan tentang penentuan rumah tangga miskin menyimpulkan bahwa ciri – ciri rumah tangga miskin ditentukan oleh beberapa indikator sebagai berikut :

1. Ciri tempat tinggal, dilihat dari luas lantai per kapita, jenis lantai, air minum/ ketersediaan air bersih , dan jenis jamban.

2. Kepemilikan aset; aset produktif seperti sawah, kebun, ternak,ojek, angkutan umum, perahu dan sebagainya, sedangkan aset tidak produktif seperti televisi, radio, perhiasan, mebel, sepeda, kendaraan bermotor bukan usaha.

3. Aspek pangan, adanya variasi konsumsi lauk pauk, seperti daging, ikan, telur dan ayam.

4. Aspek sandang, pernah memiliki minimal satu stel pakaian dalam satu tahun. 5. Kegiatan sosial, pernah hadir dalam kegiatan arisan, rapat di tingkat RT,

Rapat sekolah/BP3, undangan perkawinan dalam tiga bulan terakhir.

Badan Pusat Statistik (1990) juga memberikan alternatif untuk mengukur garis kemiskinan dengan cara menentukan standar kecukupan kalori per kapita per hari 2.100 kalori yang harus dipenuhi setiap orang dalam sehari – hari. Nilai rupiah per kalori diperoleh dari membagi nilai pengeluaran untuk makanan dengan banyaknya kalori yang dikonsumsi oleh masing – masing kelompok pengeluaran. Seseorang dikatakan sangat miskin apabila pendapatannya hanya