• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepentingan dan Pengaruh Stakeholders

areal budidaya, terutama kebun sawit serta aktivitas penambangan tanpa izin (PETI)

5.2.2 Kepentingan dan Pengaruh Stakeholders

Ketiga LSM tersebut melaksanakan kegiatannya dibidang pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan, pendidikan, pelatihan dan advokasi pada catchmen area (hutan). Walhi dan Warsi merupakan LSM yang dipengaruhi oleh kebijakan pengelolaan sungai. Akan tetapi kedua LSM ini tetap kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah daerah dalam pengelolaan sungai.

Selanjutnya, stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan sungai inilah yang memegang peranan penting dalam perencanaan pengembangan Kota Jambi menuju riverfront city. Peranan masing-masing stakeholders dijabarkan lebih lanjut dalam konteks kepentingan (importance) dan pengaruh (influence).

5.2.2 Kepentingan dan Pengaruh Stakeholders

Kepentingan (importance) dan pengaruh (influence) dalam perencanaan pengembangan Sungai Batanghari menuju riverfront city disajikan pada Tabel 16 dan 17, kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk gambar dengan menempatkan posisi masing-masing stakeholders ke dalam empat kategori yaitu kelompok Subject (kuadran I), kelompok Key Players (kuadran II), kelompok Context Setters (kuadran III), kelompok Crowd (kuadran IV) yang disajikan dalam Gambar 18.

59

Tabel 16 Kepentingan (interest) stakeholders terkait dengan pengembangan Kota Jambi menuju riverfront city

Sumber: Hasil olahan data kuisioner (2011) n= 21 responden

Keterangan: 5 = sangat tinggi; 4 = tinggi; 3 = biasa; 2 = agak rendah; 1 = rendah

No Stakeholders

Kepentingan

Perencana Pelaksana Pemanfaatan Monitoring dan

Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat Jumlah Pemerintah Pusat 1 BWSS VI 4 4 1 4 4 17 2 BPDAS 4 4 1 4 4 17 Pemerintah Provinsi 3 BAPPEDA 5 1 1 4 1 13 4 BAPPEDALDA 3 1 1 4 2 11

5 Dinas Kehutanan Provinsi 1 1 1 1 1 5

6 Dinas PU 2 4 1 2 1 10

7 Dinas Pariwisata 3 3 4 3 4 17

Pemerintah Kota

8 BAPPEDA 5 4 3 5 4 21

9 BLHD 1 1 1 5 4 12

10 Dinas Tata Ruang dan Perumahan 5 2 1 5 3 16

11 Dinas PU 4 5 4 4 3 20

12 Dinas Perindag 2 3 5 3 3 16

13 Dinas Pariwisata 4 4 5 3 4 20

14 Dinas Perikanan 3 3 4 3 4 17

Perguruan Tinggi

15 PPM DAS Universitas Jambi 2 2 3 4 3 14

Masyarakat

16 Lembaga Adat Jambi 1 1 1 3 4 10

17 Masyarakat 2 4 5 2 3 16

LSM

18 Walhi 2 2 2 4 4 14

19 Warsi 2 2 2 4 4 14

Swasta

20 Industri crumb rubber 1 4 5 1 3 14

60

Tabel 17 Pengaruh stakeholders dalam pengembangan Kota Jambi menuju riverfront city

No Stakeholders

Instrumen kekuatan Sumber kekuatan

Jumlah

Condign

Compen-satory

Condi-tioning Personality Organisasi

1 BWS VI Wilayah Sumatera 1 1 1 2 4 9

2 BPDAS 1 1 1 2 4 9

3 Bappeda Prov. Jambi 3 4 1 3 4 15

4 Bapedalda Prov. Jambi 1 1 1 2 4 9

5 Dinas Kehutanan Prov. Jambi 1 3 1 2 4 11

6 Dinas PU Prov. Jambi 1 2 1 2 4 10

7 Dinas Pariwisata Prov. Jambi 1 2 4 2 4 13

8 Bappeda Kota Jambi 5 5 4 3 5 22

9 BLHD Kota Jambi 1 2 2 2 2 9

10 Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Jambi 4 5 4 2 5 20

11 Dinas PU Kota Jambi 3 5 3 3 5 19

12 Dinas Perindag Kota Jambi 1 1 1 2 1 6

13 Dinas Pariwisata Kota Jambi 4 5 4 2 4 19 14 Dinas Perikanan Kota Jambi 1 1 1 2 4 9

15 PPM-DAS Universitas Jambi 1 1 4 2 4 12

16 Lembaga Adat Jambi 1 4 4 3 4 16

17 Masyarakat 1 2 3 2 2 10

18 Walhi 1 4 4 2 3 12

19 Warsi 1 4 4 2 3 12

20 Industri crumb rubber 1 3 4 1 1 10

21 Industri saw mill 1 3 4 1 1 10

Sumber: Hasil olahan data kuisioner (2011) n= 21 responden

Keterangan: 5 = sangat tinggi; 4 = tinggi; 3 = biasa; 2 = agak rendah; 1 = rendah

Terkait dengan hasil dari analisis kepentingan (interest) stakeholders tersebut, pada prinsipnya masing-masing stakeholders memiliki kepentingan yang bersifat spesifik. Hal ini berhubungan dengan kewenangan, otoritas, peran, manfaat yang diinginkan dan tanggung jawab yang terdapat pada masing-masing stakeholders terkait pengembangan Kota Jambi berdasarkan tupoksi masing-masing kelembagaan.

61

Posisi pada kuadran I (Subjects) merupakan stakeholders yang memiliki tingkat kepentingan tinggi dan pengaruh rendah. Posisi Kuadran I ditempati oleh sepuluh stakeholders yaitu Balai Wilayah Sungai Sumatera VI (BWSS VI), BPDAS Batanghari, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Jambi, Dinas Perikanan Kota Jambi, Badan Pengendali Dampak Lingkungan Daerah Prov. Jambi (BAPEDALDA), Balai Lingkungan Hidup Daerah Kota Jambi (BLHD), PPM-DAS Unja, masyarakat sekitar sempadan sungai, industri crumbrubber dan sawmill. Masyarakat sekitar sungai memiliki kepentingan tinggi terhadap sungai karena aktivitas sehari-harinya masih memanfaatkan sungai selain karena masyarakat asli Jambi sendiri adalah masyarakat yang berkembang dimulai dari sungai (budaya sungai). Sedangkan industri crumbrubber memiliki kepentingan dalam memanfaatkan air sungai dalam proses produksi dan sungai sebagai tempat akhir pembuangan limbah cairnya. Untuk sawmill memiliki kepentingan yang tinggi karena memanfaatkan sungai sebagai jalur transportasi pengiriman kayu melalui jalur sungai dan membuang limbah padatnya di sempadan sungai. PPM-DAS Unja memiliki ekspetasi dan komitmen yang tinggi terhadap Sungai Batanghari dalam rangka keberlanjutan

rendah

Gambar 18 Posisi stakeholders dalam pengembangan Kota Jambi menuju riverfront city

BWS Masyarakat

BPDAS Industri swamill &

crumbrubber BAPEDALDA Disperindag BLHD Dinas Perikanan PPM-DAS UNJA WARSI WALHI Dishut Bappeda Prov PU Prov

Lembaga Adat Jambi Dinas PU Kota

Dinas Tata Ruang Kota

Dinas Pariwisata Kota BAPEDA Kota

Dinas Pariwisata Prov

Crowd

tinggi

PENGARUH

Context setters

Subjects Key players

re nda h ti n ggi K E P E N T IN G A N

62

ekologis sungai melalui penelitian-penelitian yang telah dilakukannya.

Disperindag Kota Jambi memiliki kepentingan yang tinggi terhadap keberadaan industri sepanjang Sungai Batanghari. BPDAS, BWSS VI merupakan stakeholders pemerintah pusat yang mempunyai kepentingan tinggi dalam pengelolaan DAS Batanghari yakni dalam perencanaan pengelolaan sumberdaya air dan pelaksanaan pengelolaan kawasan lindung pada WS Batanghari. BAPEDALDA dan BLH Kota Jambi merupakan stakeholders pemerintah daerah dalam pengendalian dan pengawasan pencemaran dan kerusakan lingkungan dan penyelenggaraan pelayanan bidang lingkungan hidup. Akan tetapi sangat disayangkan pengaruh kedua instansi memiliki pengaruh yang kecil dalam memberikan sanksi terhadap kasus-kasus pelanggaran lingkungan hidup oleh karena itu tupoksi dari kedua instansi ini harus ditingkatkan agar mampu berpengaruh dalam pemberian izin dan pemberian sanksi yang menyangkut pelanggaran lingkungan.

Pengaruh stakeholders seperti masyarakat, industri dan PPM DAS Unja ini rendah karena tidak mempunyai fungsi dan kewenangan dalam penentuan kebijakan dalam pengembangan Sungai Batanghari. Stakeholders ini dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah daerah. Sedangkan pengaruh dari lembaga pemerintah pusat dan daerah (provinsi dan kota) masih lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga stakeholders tersebut karena memiliki kewenangan dalam perencanaan dan pengelolaan konservasi sungai akan tetapi bukan sebagai pengambil kebijakan. Stakeholders pada kuadran I merupakan stakeholders penting dalam pengembangan Kota Jambi menuju riverfront city. Oleh karena itu harus diberdayakan dengan berbagai cara terutama penguatan kelembagaan dan regulasi, hingga kompetensi teknis dan keterwakilannya dalam pengembangan.

Posisi pada Kuadran II (Key Players) merupakan stakeholders yang paling kritis karena memiliki pengaruh dan kepentingan yang sama-sama tinggi. Posisi pada kuadran II ditempati oleh lima stakeholders yaitu Bappeda Kota Jambi, Dinas Tata Ruang Kota Jambi, PU Kota Jambi, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Prov. Jambi. Bappeda Kota Jambi memiliki kepentingan dan pengaruh tinggi dalam pengembangan Kota Jambi menuju riverfront city karena menentukan kebijakan bidang perencanaan pembangunan daerah, merumuskan kebijakan dan rencana teknis dibidang perencanaan pembangunan, koordinasi perencanaan

63

pembangunan serta perencana anggaran dalam wilayah Kota Jambi. PU Kota Jambi berdasarkan peraturan Walikota Jambi Nomor 9 Tahun 2009 memiliki kepentingan tinggi dalam memanfaatkan Sungai Batanghari sebagai drainase Kota Jambi dan memiliki pengaruh yang besar sebagai pelaksana pembangunan teknis sungai dan kota, Dinas Tata Ruang berdasarkan peraturan Walikota Jambi Nomor 10 Tahun 2009 memiliki kepentingan dan pengaruh yang tinggi dalam menentukan perencanaan program penataan ruang wilayah Kota Jambi. Disparbud Kota dan Provinsi memiliki kepentingan tinggi dalam pemanfaatan sungai sebagai wisata air dan berpengaruh dalam mempromosikan wisata air yang ada di Kota Jambi.

Stakeholders pada kuadran II merupakan stakeholders kunci dalam pengembangan Sungai Batanghari di Kota Jambi. Oleh karena itu dalam konteks pengembagan riverfront city kelima stakeholders ini harus saling berkoordinasi secara intensif dari tahap pra pengembangan hingga pasca pengembangan. Koordinasi kelima stakeholders ini diperlukan dalam hal menyamakan persepsi dan arah perencanaan pengembangan riverfront city dimana didalamnya tetap memperhatikan prinsip keberlanjutan (sustainable) baik ekologis, sosial dan ekonomi.

Posisi pada Kuadran III (Context setters) merupakan stakeholders yang memiliki tingkat kepentingan rendah dan tingkat pengaruh tinggi. Posisi pada kuadran II ditempati oleh tiga stakeholders yaitu Bappeda Prov. Jambi, PU Prov. Jambi, dan Lembaga Adat Jambi.Dengan adanya otonomi daerah kepentingan provinsi di kota tidaklah tinggi akan tetapi pengaruh pemerintah provinsi khususnya yang terjadi di Jambi, pengaruh pemerintah provinsi masih sangat tinggi yakni dalam pemberian anggaran ke pemerintah kota. Selain itu keberadaan aset provinsi berupa kawasan sepanjang 1 km (daerah Tanggo Rajo) yang berada dalam wilayah administratif Kota Jambi menyebabkan pengaruh pemerintah provinsi masih dominan. Maka sebaiknya keberadaan aset pemerintah provinsi tersebut dihibahkan kepada pemerintah kota sehingga pemerintah kota dapat lebih mengatur secara mandiri penataan ruang kota. Kepentingan Lembaga Adat Jambi terhadap pengembangan Sungai Batanghari tidaklah tinggi tetapi keberadaannya sebagai representatif dari suara masyarakat lokal khususnya masyarakat asli Jambi yang pada umumnya bermukim di sepanjang sungai sangatlah tinggi. Tingkat pengaruh Lembaga Adat Jambi berada pada pembentukan opini dan informasi serta memiliki jejaring massa.

64

Kelompok stakeholders yang menempati kuadran III ini bermanfaat untuk perumusan atau menjembatani keputusan dan opini dalam pengembangan Kota Jambi menuju riverfront city. Dalam penelitian ini diketahui bahwa pemerintah provinsi sangat mendukung pengembangan Kota Jambi sebagai riverfront city dengan demikian koordinasi perlu terus dilakukan guna meningkatkan hubungan kerja yang baik dengan stakeholders kunci (kuadran 2).

Posisi pada Kuadran IV (Crowd) merupakan stakeholders yang memiliki tingkat kepentingan dan tingkat pengaruh rendah. Posisi pada kuadran IV dtempati oleh tiga stakeholders yaitu Dinas Kehutanan Prov Jambi, Warsi dan Walhi (LSM). Sebenarnya, stakeholders pada kategori crowd dapat diabaikan dalam pengembangan sungai, akan tetapi mengingat keberadaan Sungai Batanghari sebagai bagian dari DAS Batanghari dan penanganannya bersifat multistakeholders, maka keberdaan ketiga stakeholders ini tidak dapat diabaikan dan diperlukan koordinasi yang baik dimasa yang akan datang. Dalam hal ini, Dishut berfungsi dalam konservasi hutan dan LSM berupaya meningkatkan kesejahteraan dan kapasitas masyarakat khususnya masyarakat di wilayah catchment area (hutan), maka perannya perlu mendapatkan perhatian, yaitu agar turut membantu mengurangi beban Sungai Batanghari di Kota Jambi yang merupakan hilir. Hal tersebut perlu dilakukan karena kerusakan pada daerah hulu akan mempengaruhi kualitas dan kondisi fisik pada daerah hilir.

Bentuk dan posisi nilai penting (importance) dan pengaruh stakeholders akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu (Reed et al. 2009), sehingga hal ini perlu menjadi bahan pertimbangan dalam melaksanakan pengembangan Kota Jambi kedepannya. Disamping itu, dimungkinkan juga munculnya stakeholders baru yang belum teridentifikasi pada penelitian ini, terkait dengan dinamika sosial yang terus berkembang di lokasi penelitian.

Berdasarkan analisis kepentingan dan pengaruh tersebut ada beberapa hal yang dapat direkomendasikan dalam pengembangan Sungai Batanghari menuju riverfront city yaitu jika dilakukan pengembangan diperlukan koordinasi dan kerjasama yang solid antar stakeholders seuai dengan peran dan fungsinya. Khususnya dalam pelaksanaannya pemerintah provinsi maupun kota sebaiknya melakukan beberapa pendekatan yang dapat mengakomodasi kepentingan kedua belah pihak tanpa mengurangi tingkat pengaruhnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Asikin (2001) dalam pembangungan perlu di berdayakannya bentuk-bentuk partisipasi stakeholders. Derajat partisipasi ini dibedakan menjadi empat

65

tingkat yaitu: 1) Diseminasi informasi adalah aliran informasi satu arah kepada publik. Hal ini menyangkut kepentingan publik terhadap keberadaan sungai, seperti masyarakat, Perguruan Tinggi, maupun Lembaga Swadaya Masyarakat;

2) Konsultasi merupakan pertukaran informasi dua arah antara kordinator

pelaksana dan publik atau sebaliknya. Dalam pengembangan riverfront ini adalah kelompok kuadran I dan kuadran II atau sebaliknya. Key players harus menjalin komunikasi yang aktif dan membangun dengan subject yang memiliki kepentingan tinggi terhadap keberadaan sungai. Sehingga arah pengembangan riverfront city dapat mengakomodir kepentingan stakeholders kuadran II terutama dalam kelestarian ekologis Sungai Batanghari; 3) Kolaborasi merupakan pembagian hak dan kerjasama di dalam penetapan keputusan. Pada tahap ini stakeholders yang berada di kuadran II dan kuadran III. Pada tahap kolaborasi stakeholders terkait lebih menitikberatkan pada bentuk kewenangan yang diambil terkait pengembangan sungai, baik sistem perizinan maupun pengganggaran, serta arah pengembangan riverfront city yang akan dikembangkan di Kota Jambi;

4) Delegasi adalah pemberian kewenangan bagi pengambilan keputusan dan

pengelolaan sumberdaya pada stakeholders. Stakeholders yang berperan dalam pendelegasian ini adalah kuadran III kepada kuadran II sesuai UU 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah dalam pembagian kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Seperti yang telah dilakukan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Jambi dalam pembangunan dam di Sungai Batanghari dimana pembangunan dam tersebut dilakukan oleh Dinas PU Provinsi Jambi kemudian pengelolaannya diserahkan kembali ke daerah dalam hal ini adalah PU Kota Jambi. Dalam konteks pengembangan riverfront city, pendelegasian seperti ini dapat dilakukan dengan syarat telah ada kejelasan dan kewenangan antar stakeholders terkait.

Dokumen terkait