• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.9 Kepercayaan Konsumen

Dalam riset Costabile (Suhardi, 2006), kepercayaan atau trust didefinisikan sebagai persepsi akan kehandalan dari sudut pandang konsumen didasarkan pada pengalaman, atau lebih pada urutan-urutan transaksi atau interaksi yang dicirikan oleh terpenuhnya harapan akan kinerja produk dan kepuasan. Ciri utama terbentuknya kepercayaan adalah persepsi positif yang terbentuk dari pengalaman.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional melalui teknik survei. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan/

mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini, untuk menggambarkan/mendeskripsikan variabel karakteristik masyarakat, harapan dan kepercayaan konsumen apotek terhadap peran apoteker di wilayah Kelurahan Teladan Timur (Hidayat, 2007).

Teknik survei pada penelitian ini dimana informasi/data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden yang berkunjung ke apotek. Pernyataan dan pertanyaan dalam kuesioner tersebut menggunakan pernyataan dan pertanyaan tertutup yang terdiri dari 4 bagian, yaitu karakteristik, pendahuluan, harapan dan kepercayaan konsumen apotek terhadap peran apoteker di wilayah Kelurahan Teladan Timur.

3.2 Waktu Penelitian

Pengumpulan data penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Oktober sampai bulan Desember 2019 melalui pengisian kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada responden yang berkunjung ke apotek.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi target dalam penelitian ini adalah masyarakat di wilayah Kelurahan Teladan Timur. Berdasarkan data yang diperoleh dari Sub Bagian Administrasi Kantor Kelurahan Teladan Timur total jumlah masyarakat adalah 8000 orang.

3.3.2 Sampel

Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin dengan margin kesalahan 5%, tingkat kepercayaan 95%. Dengan rumus Slovin yaitu:

(Prasetyo dan Jannah, 2005).

Dimana : n = jumlah sampel

N = jumlah seluruh anggota (populasi)

e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel); taraf signifikasi; untuk sosial dan pendidikan lazimnya (0,05)

dengan persen kepercayaan yang diinginkan 95%, dan e = 0,05, maka diperoleh besar sampel yaitu:

Masyarakat di wilayah Kelurahan Teladan Timur = 8000 orang

380, 952 dibulatkan menjadi 381 sampel

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi a. Kriteria inklusi

a. masyarakat di wilayah Kelurahan Teladan Timur yang berkunjung dan membeli obat di apotek

b. masyarakat yang berusia ≥18 tahun b. Kriteria eksklusi

a. masyarakat yang tidak pernah dilayani oleh apoteker

b. masyarakat yang tidak bersedia mengikuti penelitian ini dan tidak mengisi kuesioner

3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Dari perhitungan dengan menggunakan rumus di atas didapat jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 381 sampel. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode accidental sampling yaitu dilakukan dengan mengambil sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan kebetulan ada disuatu keadaan tertentu sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Pengambilan sampel dilakukan di 4 apotek yang berada di Kelurahan Teladan Timur yaitu Apotek Harvest Jaya, Apotek Kimia Farma, Apotek Ratu Farma, dan Apotek Uli Parna.

3.4 Alat/Instrumen Penelitian

Alat/instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner yang berisikan pernyataan dan pertanyaan tertutup yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

3.5 Jenis dan Sumber Data Penelitian 3.5.1 Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari responden. Adapun dalam penelitian ini data primer diperoleh secara langsung dari responden melalui pengisian kuesioner.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh lewat pihak lain dan tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Adapun dalam penelitian ini data sekunder yaitu data jumlah masyarakat di wilayah Kelurahan Teladan Timur yang diperoleh dari Sub Bagian Administrasi Kantor Kelurahan Teladan Timur.

3.6 Pengolahan Data Penelitian

Tahap-tahap dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

a) Pemeriksaan data (editing)

Kegiatan editing dilakukan untuk meneliti kembali isian formulir atau kuesioner, apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan, konsisten dan sebagainya.

b) Pengkodean data (coding)

Coding merupakan kegiatan yang dilakukan untuk merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.

c) Pemprosesan data (processing)

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang sudah di entry dapat di analisis. Pemprosesan data dilakukan dengan cara mengentry data dari kuesioner ke paket program komputer.

d) Pembersihan data (cleaning)

Pembersihan data (cleaning) dilakukan untuk pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita memasukkan data ke komputer dan lainnya (Hastono, 2006).

3.7 Uji Kualitas Kuesioner

Kesimpulan penelitian yang berupa jawaban atas pemecahan masalah penelitian tergantung pada kualitas data yang dianalisis dan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut. Ada dua konsep yang mengukur kualitas instrumen penelitian yaitu reliabilitas dan validitas. Hal ini berarti bahwa, kesimpulan hasil penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya kurang reliable dan valid (Erlina, 2011).

Salah satu masalah dalam suatu penelitian adalah bagaimana data yang diperoleh akurat dan objektif. Hal ini sangat penting dalam penelitian karena kesimpulan penelitian hanya akan dapat dipercaya jika data yang diperoleh akurat dan objektif. Data yang kita kumpulkan tidak berarti jika alat pengukur yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian tidak mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi (Hastono, 2006).

3.7.1 Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Secara umum, validitas dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu validitas internal dan validitas eksternal.

Validitas internal dibagi menjadi tiga yaitu content validity (validitas isi), construct validity (validitas konstruk), dan criterion-related validity (validitas berhubungan dengan kriteria) (Erlina, 2011).

Pada penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah validitas konstruk (construct validity) yaitu menguji seberapa tinggi kesesuaian antara data yang terkumpul dengan teori yang digunakan dan dijadikan dasar dalam rancangan pengujian (Sinulingga, 2011).

Suatu variabel (pernyataan/pertanyaan) pada kuesioner dinyatakan valid apabila skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya.

Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi pearson product moment dengan keputusan uji yaitu bila r hitung lebih besar dari r tabel maka H0 ditolak, artinya variabel valid begitu juga sebaliknya (Hastono, 2006).

3.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).

Ada beberapa metode pengujian reliabilitas diantaranya, metode test- retest reliability, parallel-form reliability, formula spearman-brown, formula flanagan, formula rulon, formula hoyt, formula K-R 20, formula K-R 21 dan koefisien alpha cronbach (Sinulingga, 2011).

Pada penelitian ini, uji reliabilitas yang digunakan adalah koefisien alpha cronbach yaitu pengujian reliabilitas dilakukan dengan cara membandingkan nilai r hasil (cronbachs alpha) dengan r tabel. Pada uji reliabilitas pernyataan/pertanyaan dikatakan reliabel apabila r hasil lebih besar dari r tabel (Hastono, 2006).

3.8 Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses lanjutan dari proses pengolahan data untuk melihat bagaimana menginterpretasikan data, kemudian menganalisis data dari hasil yang sudah ada pada tahap hasil pengolahan data (Prasetyo dan Jannah, 2005).

Data yang telah dikumpulkan dari responden akan dianalisis dengan menggunakan Statistical Product and Service Solutions (SPSS). SPSS merupakan paket program statistik yang berguna untuk mengolah dan menganalisis data

penelitian. Kemampuan yang dapat diperoleh dari SPSS meliputi pemprosesan segala bentuk file data, modifikasi data, membuat tabulasi berbentuk distribusi frekuensi, analisis statistik deskriptif, analisis lanjut yang sederhana maupun komplek, pembuatan grafik dan sebagainya (Hastono, 2006).

3.8.1 Analisis Deskriptif (Univariat)

Tujuan dari analisis ini adalah untuk menggambarkan/mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Bentuknya tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean (rata-rata), median, standard deviasi, minimal dan maksimal, sedangkan untuk data kategorik hanya dapat menjelaskan angka/nilai jumlah dan persentase masing-masing kelompok yang didapat melalui perintah frequencies atau explore. Dalam analisis data kuantitatif kita dihadapkan pada kumpulan data yang besar/banyak yang belum jelas maknanya. Fungsi analisis sebenarnya adalah menyederhanakan atau meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna (Hastono, 2006).

Pengujian analisis univariat dalam penelitian digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi karateristik masyarakat di wilayah Kelurahan Teladan Timur, harapan dan kepercayaan konsumen apotek terhadap peran apoteker di wilayah Kelurahan Teladan Timur.

3.9 Definisi Operasional Kuesioner Penelitian

Definisi operasional kuesioner penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Definisi operasional kuesioner penelitian

Variabel Definisi operasional Hasil ukur Skala ukur mengenai usianya mulai dari lahir sampai ulang tahun terakhir

Tingkat pendidikan terakhir yang diperoleh responden

Pekerjaan yang dilakukan

responden untuk

Variabel Definisi operasional Hasil ukur Skala ukur II. pertanyaan

pendahuluan

Hasil dari tahu/segala informasi yang telah diketahui dan dipahami oleh responden mengenai pengetahuan umum terkait harapan masyarakat menanggapi 5 pertanyaan mengenai pengetahuan umum terkait harapan masyarakat terhadap peran apoteker di apotek.

Harapan responden terkait aspek-aspek pelayanan yang dilakukan apoteker

dalam memberikan

pelayanan secara langsung kepada konsumen apotek di wilayah Kelurahan Teladan Timur yang dalam hal ini harapan responden berdasarkan

kemampuannya dalam menanggapi 11 pertanyaan

mengenai harapan

responden terkait peran

apoteker dalam

memberikan pelayanan secara langsung kepada konsumen apotek.

Variabel Definisi operasional Hasil ukur Skala terhadap peran apoteker dalam memberikan responden terkait peran

apoteker dalam

memberikan pelayanan secara langsung kepada konsumen apotek.

1. Ya 2. Tidak

Ordinal

3.10 Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang diambil dalam penelititan ini adalah:

Menentukan permasalahan Menentukan tujuan penelitian

Meminta izin kepada Lurah Teladan Timur untuk melakukan penelitian dan pengambilan data

Menyiapkan dan membagikan kuesioner Mengumpulkan data

Mengolah data

Gambar 3.1 Diagram langkah penelitian Persiapan Penelititan

Izin Penelitian

Pengambilan Data

Hasil

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 4.1.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner

Suatu variabel (pernyataan/pertanyaan) pada kuesioner dinyatakan valid apabila skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya.

Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi pearson product moment dengan keputusan uji yaitu bila r hitung lebih besar dari r tabel maka H0 ditolak, artinya variabel valid begitu juga sebaliknya (Hastono, 2006).

Hasil uji validitas dari masing-masing pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil uji validitas pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner

P r table r hitung Hasil

E1 – E11 = Hasil uji validitas harapan responden F1 – F6 = Hasil uji validitas kepercayaan responden

Berdasarkan Tabel 4.1, dapat diketahui bahwa nilai r hasil dari seluruh pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner lebih besar dari nilai r tabel, maka H0 ditolak. Hal ini dapat diartikan seluruh pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner dinyatakan valid.

4.1.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner

Setelah seluruh pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner dinyatakan valid, maka selanjutnya dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan cara membandingkan nilai r hasil (cronbachs alpha) dengan nilai r tabel. Pada uji reliabilitas pernyataan dan pertanyaan dikatakan reliabel apabila nilai r hasil lebih besar dari nilai r tabel (Hastono, 2006).

Dari hasil uji reabilitas masing-masing pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner diperoleh nilai r hasil (cronbachs alpha) dari seluruh pernyataan dan pertanyaanpada kuesioner lebih besar dari nilai r tabel, yaitu pernyataan harapan responden 0,777 dan pertanyaan kepercayaan responden 0,809. Hal ini dapat diartikan seluruh pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner dinyatakan reliabel.

4.2 Karakteristik Responden

Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah masyarakat di wilayah Kelurahan Teladan Timur yang merupakan konsumen di apotek yang telah ditentukan, yaitu 381 responden. Dari keseluruhan responden, gambaran karakteristik yang diamati meliputi: jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Secara garis besar karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden

Berdasarkan Tabel 4.2, dapat diketahui sebanyak 381 responden terlibat dalam penelitian ini. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, terbanyak adalah perempuan sebanyak 275 responden (72,2%), sedangkan laki-laki sebanyak 106 responden (27,8%). Berdasarkan usia yang terbanyak adalah responden dengan usia antara 18 – 30 tahun sebanyak 105 responden (27,6%).

Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang terbanyak adalah diploma/sarjana atau sederajat 123 responden (32,3%). Berdasarkan pekerjaan yang terbanyak adalah wiraswasta sebanyak 155 responden (40,7%).

4.3 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Pendahuluan

Pada penelitian ini responden diminta untuk mengisi kuesioner dan dilakukan wawancara untuk mendapatkan informasi tambahan. Responden diberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan profil harapan kepercayaan responden terkait peran apoteker di apotek dan loyalitas mereka terhadap apoteker dan apotek. Pertanyaan pendahuluan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pertanyaan pendahuluan

No. Pertanyaan Jumlah Persentase

(%) 1. Penanggung jawab kesehatan responden:

- Apoteker

3. Hal yang membuat berpindah apotek:

- Harga yang mahal

- Pelayanan yang kurang memuaskan - Produk obat yang buruk

4. Petugas yang melayani di apotek:

- Apoteker

- Tenaga Teknis Kefarmasian - Lain-lain

Berdasarkan Tabel 4.3, dapat diketahui sebanyak 301 responden (79%) menjawab diri sendiri yang lebih bertanggung jawab atas kesehatan responden, , sangat berbeda jauh hasilnya dibandingkan dengan dokter sebanyak 54 responden (14,2%), dan apoteker sebanyak 23 responden (6%), serta lain-lain (orangtua dan pasangan) sebanyak 3 responden (0,8%).

Responden yang memilih menjawab apoteker yang bertanggungjawab akan kesehatan mengaku mengenal peran apoteker. Terlihat dari pernyataannya,

“Menurut saya apoteker lebih paham mengenai obat, jika ada gejala sakit tertentu yang saya rasakan, saya terlebih dahulu ke apotek untuk berkonsultasi dengan apoteker yang ada, jika kemungkinan hanya gejala yang butuh penanganan obat bebas maka saya tinggal langsung membeli di apotek, namun jika memang mengharuskan ke dokter, apoteker tersebut menyarankan untuk pergi ke dokter” (Ny. A- 30 Tahun). Dari pernyataan responden tersebut dapat diketahui bahwa responden tersebut juga sangat percaya kepada apoteker akan kesehatannya.

Konsumen yang puas cenderung menjadi pelanggan yang loyal dan umumnya melakukan promosi dari mulut ke mulut bagi calon konsumen lainnya yang berdampak positif bagi usaha apotek. Pada penelitian ini terlihat sebanyak 225 responden (59,1%) sering berkunjung ke apotek yang sama dan hanya 156 responden (40,9) yang tidak selalu berkunjung ke apotek yang sama, dapat dilihat bahwa tidak begitu signifikan perbedaan jumlah responden yang memilih kembali atau pindah ke apotek lain. Kebanyakan alasan responden yang memilih kembali ke apotek yang sama karena pengaruh jarak yang dekat dari rumah bukan karena peran apoteker yang memberikan pelayanan terkait obat di apotek, hal ini juga

yang mendasari ketidakpuasan responden sehingga memilih untuk pindah ke apotek lain.

Rasa ketidakpuasan akan suatu pelayanan akan membuat konsumen berpindah apotek. Faktor lain yang merupakan faktor terbesar yang menyebabkan responden berpindah ke apotek lain adalah harga yang relatif lebih mahal yaitu sebanyak 236 responden (61,9%). Menurut pengakuan sebagian besar responden, mereka membeli obat dengan merek, jenis dan kekuatan yang sama namun dengan harga yang berbeda dari satu apotek ke apotek lain yang menyebabkan mereka memilih untuk membeli ke apotek yang menjual dengan harga yang relatif lebih murah. Pada dasarnya semua orang ingin mendapatkan sesuatu yang jauh lebih murah dibandingkan yang lain tak terkecuali dengan harga obat. Responden menginginkan memperoleh harga yang jauh lebih murah dan mereka akan puas saat mendapatkannya. Beberapa responden mengaku berpindah apotek karena banyak obat yang tidak lengkap di apotek sebelumya.

Yang menarik dari penelitian ini adalah mengenai statement beberapa responden yaitu mereka memilih berpindah ke apotek lain yang apotekernya ada ditempat (stand by) ataupun memiliki jadwal praktik khusus dan menguasai perihal obat yang mereka tanyakan. Mereka memilih datang ke apotek tersebut untuk berkonsultasi mengenai gejala penyakit mereka sebelum pergi ke dokter, bahkan mereka memilih untuk menunggu apoteker tersebut jikalau kebetulan apoteker tersebut baru bisa memberikan konsultasi di waktu-waktu tertentu.

Mereka mengaku puas dengan pelayanan yang diberikan oleh apoteker tersebut karena apoteker tersebut mampu memberikan saran dan jalan keluar dari kesehatan mereka sebelum pada akhirnya mereka harus ke dokter karena penyakit

mereka butuh penanganan lanjut oleh dokter. Namun demikian hal tersebut mereka lakukan setelah berkonsultasi dengan apoteker di apotek. Peran apoteker dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat di apotek telah mengalami suatu kemajuan terlihat dengan responden yang mempercayakan kesehatannya kepada apoteker.

Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 menyatakan bahwa pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggungjawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Namun tidak demikian pada kenyataannya, apoteker hanya berada di balik layar sehingga responden kurang mengenal peran apoteker dalam pelayanan kesehatan. Sebanyak 253 responden (66,4%) mengemukakan bahwa yang biasa melayani mereka di apotek adalah asisten apoteker, namun sebanyak 53 responden (13,9%) tidak tahu siapa yang melakukan pelayanan kefarmasian di apotek. Hal ini diduga karena ketidaktahuan responden akan peran apoteker sebenarnya.

Sebanyak 133 responden (34,9%) menjawab bahwa mereka pernah mendapatkan pelayanan langsung dari apoteker di apotek. Responden tersebut adalah konsumen yang menjadi pelanggan tetap di apotek tersebut dan mereka mengerti siapa apoteker yang praktik di tempat.

4.4 Distribusi Frekuensi Harapan Responden

Pada penelitian ini dapat dilihat harapan-harapan responden yang menerima dan yang tidak menerima pelayanan apoteker terhadap peran apoteker yang diukur

dari beberapa pernyataan yang ada di kuesioner bagian E, yang dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi harapan responden Aspek peran

Aspek eran menerima pelayanan apoteker sebanyak (97%) memilih sangat penting apoteker memiliki pengetahuan yang lebih tentang obat dan menjadi harapan besar bagi responden untuk apoteker memiliki hal tersebut. Harapan agar apoteker membangun hubungan baik dengan konsumen dinilai sangat penting bagi responden sebanyak (99,2%).

Hubungan baik antara apoteker dan konsumen sangat penting dilakukan guna menunjang keberhasilan pengobatan dan kesehatan pasien. Dengan

hubungan baik antar konsumen dan apoteker memungkinkan informasi terkait obat, sediaan farmasi dan lain sebagainya dapat tersampaikan dengan baik dan tepat sasaran.

Hasil penelitian juga menunjukkan dari 248 responden yang tidak menerima pelayanan apoteker sebanyak (1,2%) memilih tidak penting apoteker memiliki pengetahuan yang lebih tentang obat. Sebanyak (4,4%) responden memilih tidak penting apoteker untuk peduli terhadap kebutuhan pasien.

4.5 Distribusi Frekuensi Kepercayaan Responden

Kepercayaan responden yang menerima pelayanan dan tidak menerima pelayanan dari apoteker akan sebuah informasi yang diperoleh saat berada di apotek menjadi aspek yang terpenting bagi kemajuan kinerja apoteker saat ini.

Kepercayaan konsumen akan jenis-jenis informasi yang ditanyakan kepada apoteker saat berada di apotek dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi kepercayaan responden

Jenis-Jenis Informasi

Harga yang tertera di resep

dokter 100 0 20,2 79,8

Saran mengonsumsi obat 100 0 16,1 83,9

Produk-produk herbal 100 0 13,7 86,3

Efek samping obat 100 0 21,0 79,0

Saran mengenai penyakit ringan 100 0 22,6 77,4

Berdasarkan penelitian ini, dapat diketahui bahwa sebanyak 133 responden yang menerima pelayanan langsung dari apoteker mempercayai informasi dari apoteker yang berkaitan dengan produk-produk herbal, informasi berkaitan obat non resep, informasi berkaitan harga obat yang tertera di resep dokter, informasi berkaitan dengan saran mengkonsumsi obat, dan informasi berkaitan dengan efek samping obat sebanyak (100%) responden mempercayai akan hal ini.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari 248 responden yang tidak menerima pelayanan apoteker sebanyak (82,3%) tidak percaya terhadap informasi yang dijelaskan oleh apoteker yang berkaitan dengan obat non resep.

responden tidak mempercayai informasi dari apoteker terutama berkaitan dengan produk-produk herbal sebanyak (86,3%) responden tidak mempercayai akan hal ini. Pada dasarnya kepercayaan timbul dari pengalaman seseorang akan suatu objek atau hal Penyebab ketidak percayaan responden terhadap informasi yang diberikan oleh apoteker adalah responden responden tersebut belum mengenal peran apoteker.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

a. terdapat perbedaan terkait harapan antara konsumen yang menerima dan tidak pernah menerima pelayanan oleh apoteker secara langsung di apotek wilayah Kelurahan Teladan Timur. Tingkat harapan responden yang menerima pelayanan langsung dari apoteker lebih tinggi dari responden yang tidak pernah menerima pelayanan langsung dari apoteker.

b. terdapat perbedaan terkait kepercayaan antara konsumen yang menerima dan tidak pernah menerima pelayanan oleh apoteker secara langsung di apotek wilayah Kelurahan Teladan Timur. Tingkat kepercayaan responden yang menerima pelayanan langsung dari apoteker lebih tinggi dari responden yang tidak pernah menerima pelayanan langsung dari apoteker.

5.2 Saran

a. bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian mengenai harapan dan kepercayaan konsumen apotek terhadap tingkat kehadiran apoteker di apotek.

b. pada kuesioner bagian pendahuluan, sebaiknya ditambahkan pertanyaan terkait pengetahuan konsumen terhadap apoteker yaitu misalnya apakah konsumen mengetahui siapa apoteker itu.

c. sebagian besar konsumen menyatakan yang melayani saat di apotek adalah tenaga teknis kefarmasian bukan apoteker. Namun mereka tidak mengerti siapa itu apoteker, sehingga sulit membedakan antara tenaga teknis kefarmasian dengan apoteker, maka perlu dijelaskan kepada konsumen agar konsumen mengetahui keberadaan apoteker.

DAFTAR PUSTAKA

Apreyeculia, J. 2013. Harapan dan Kepercayaan Konsumen Apotek yang Berada di Wilayah Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya.

Apreyeculia, J. 2013. Harapan dan Kepercayaan Konsumen Apotek yang Berada di Wilayah Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya.

Dokumen terkait