• Tidak ada hasil yang ditemukan

HARAPAN DAN KEPERCAYAAN KONSUMEN APOTEK TERHADAP PERAN APOTEKER DI WILAYAH KELURAHAN TELADAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HARAPAN DAN KEPERCAYAAN KONSUMEN APOTEK TERHADAP PERAN APOTEKER DI WILAYAH KELURAHAN TELADAN TIMUR"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

HARAPAN DAN KEPERCAYAAN KONSUMEN APOTEK TERHADAP PERAN APOTEKER DI WILAYAH

KELURAHAN TELADAN TIMUR

SKRIPSI

OLEH:

SONDANG DINAR FEBRIANA SINURAT NIM 131501163

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

HARAPAN DAN KEPERCAYAAN KONSUMEN APOTEK TERHADAP PERAN APOTEKER DI WILAYAH

KELURAHAN TELADAN TIMUR SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

SONDANG DINAR FEBRIANA SINURAT NIM 131501163

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Harapan dan Kepercayaan Konsumen Apotek Terhadap Peran Apoteker di Wilayah Kelurahan Teladan Timur”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Marianne, S.Si., M.Si., Apt., dan Ibu Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan banyak memberikan bimbingan, arahan dan bantuan selama masa penelitian serta penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Wiryanto, M.S., Apt., selaku ketua penguji dan Bapak Hari Ronaldo Tanjung, S.Si., M.Sc., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan kritik, saran dan arahan untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa perkuliaan di Fakultas Farmasi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Urip Harahap, Apt., selaku dosen penasehat akademik dan kepada Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan.

Penulis juga mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada orangtua tercinta Ayahanda Drs. Edison Sinurat, Apt., M.Kes., dan Ibunda Tetty Emilda Sihite, Am.Keb., dan adik-adik saya Rio Samuel Sinarta Sinurat,

(5)

S.T, Dilmanta Sony Parsaoran Sinurat, dan Fransisco Da Brilyant Lambasarta Sinurat serta seluruh keluarga atas doa-doa, limpahan kasih sayang dan dukungan baik moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat Pejuang Farmasi, sahabat pendoa, dan teman sepelayanan di Gereja yang selalu memberi doa, dorongan dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini dan terima kasih kepada para responden yang bersedia meluangkan waktunya untuk dapat berpartisipasi pada penelitian ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 8 Januari 2021 Penulis,

Sondang Dinar Febriana Sinurat NIM 131501163

(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini,

Nama : Sondang Dinar Febriana Sinurat

Nomor Induk Mahasiswa : 131501163

Program Studi : S-1 Farmasi Reguler

Judul Skripsi : Harapan dan Kepercayaan Konsumen Apotek Terhadap Peran Apoteker di Wilayah Kelurahan Teladan Timur

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, 8 Januari 2021 Yang membuat pernyataan,

Sondang Dinar Febriana Sinurat NIM 131501163

(7)

HARAPAN DAN KEPERCAYAAN KONSUMEN APOTEK TERHADAP PERAN APOTEKER DI WILAYAH KELURAHAN TELADAN TIMUR

ABSTRAK

Latar Belakang: Pelayanan kefarmasian saat ini mengalami perubahan paradigma, tidak hanya drug oriented namun juga patient oriented yang mengacu kepada filosofi pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Apoteker dituntut untuk meningkatkan kompetensi yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien.

Tujuan Penelitian: Mengetahui perbedaan terkait harapan dan kepercayaan konsumen antara yang menerima dan tidak pernah menerima pelayanan oleh apoteker secara langsung di apotek wilayah Kelurahan Teladan Timur.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif cross sectional melalui teknik survei pada bulan Oktober - Desember 2019, menggunakan responden sebanyak 381 sampel dengan menggunakan metode accidental sampling. Teknik survei pada penelitian ini adalah dengan cara mengumpulkan informasi/data menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden yang berkunjung ke apotek. Pertanyaan dalam kuesioner tersebut menggunakan pertanyaan tertutup yang terdiri dari 4 bagian, yaitu karakteristik, pendahuluan, harapan dan kepercayaan konsumen apotekter terhadap peran apoteker di wilayah Kelurahan Teladan Timur.

Hasil: Terdapat 133 responden yang pernah mendapat pelayanan apoteker dan 248 responden yang tidak pernah mendapat pelayanan apoteker. Terdapat perbedaan terkait harapan dan kepercayaan antara konsumen yang menerima dan tidak pernah menerima pelayanan oleh apoteker secara langsung di apotek wilayah Kelurahan Teladan Timur. Dimana tingkat harapan dan kepercayaan konsumen yang menerima pelayanan oleh apoteker secara langsung lebih tinggi dari konsumen yang tidak pernah menerima pelayanan secara langsung oleh apoteker.

Kesimpulan: Terdapat perbedaan terkait harapan dan kepercayaan antara konsumen yang menerima dan tidak pernah menerima pelayanan oleh apoteker secara langsung di apotek wilayah Kelurahan Teladan Timur.

Kata Kunci: Harapan, kepercayaan, konsumen, apoteker, apotek.

(8)

CONSUMER HOPE AND TRUST OF PHARMACIST TO THE ROLE OF THE PHARMACY IN DISTRICT OF TELADAN TIMUR

ABSTRACT

Background: Pharmaceutical care is experiencing a paradigm shift, not only drug oriented but also patient oriented which refers to the philosophy of pharmaceutical care. Pharmacists are required to improve competence which includes knowledge, skills and behavior to be able to carry out direct interactions with patients

Objective: Knowing the differences related to consumer expectations and trust between those who have received and never received service by pharmacists in the pharmacy of Teladan Timur .

Methods: This study used descriptive cross sectional methods in October - December 2019, using 381 respondent who were taken accidental. The survey technique in this study was to collect information / data using a questionnaire that was distributed to respondents who visited the pharmacy. The questions in the questionnaire used closed questions which consisted of 4 parts, characteristics, introduction, expectations and trust pharmacist consumer to pharmacists in the Teladan Timur .

Results: There were 133 respondents who had received pharmacist care and 248 respondents who had never received pharmacist care. There are differences regarding expectations and trust between consumers who receive and never receive services by pharmacists directly at the pharmacy in Teladan Timur Village. Where the level of expectation and trust of consumers who received services by pharmacists directly is higher than consumers who have never receive services directly by pharmacists.

Conclusion: There is a difference regarding expectations and trust between consumers who have received and have never received service by a pharmacist directly in the pharmacy of Teladan Timur.

Keywords: Hope, trust, consumer, pharmacist , pharmacy.

(9)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

SURAT PERNYATAAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Definisi,Tugas dan Fungsi Apotek ... 6

2.2 Definisi Apoteker ... 7

2.3 Peran Apoteker di Apotek ... 7

2.4 Fungsi dan Tugas Apoteker di Apotek... 8

2.5 Pelayanan Farmasi Klinik ... 10

2.5.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep ... 11

2.5.2 Dispensing ... 12

2.5.3 Pelayanan Informasi Obat ... 13

2.5.4 Konseling ... 14

2.5.5 Pelayanan Kefarmasian di Rumah ... 16

2.5.6 Pemantauan Terapi Obat ... 16

2.5.7 Monitoring Efek Samping Obat ... 17

2.6 Asuhan Kefarmasian ... 18

2.7 Konsumen ... 18

2.8 Harapan Konsumen ... 19

2.9 Kepercayaan Konsumen... 19

BAB III METODE PENELITIAN... 20

3.1 Rancangan Penelitian ... 20

3.2 Waktu Penelitian ... 20

3.3 Populasi dan Sampel ... 21

3.3.1 Populasi ... 21

3.3.2 Sampel ... 21

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 22

3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel... 22

3.4 Alat/Instrumen Penelitian... 23

3.5 Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 23

3.5.1 Data Primer ... 23

3.5.2 Data Sekunder ... 23

(10)

3.6 Pengolahan Data Penelitian ... 23

3.7 Uji Kualitas Kuesioner ... 24

3.7.1 Uji Validitas ... 25

3.7.2 Uji Reliabilitas ... 26

3.8 Analisis Data ... 26

3.8.1 Analisis Deskriptif (Univariat) ... 27

3.9 Definisi Operasional Kuesioner Penelitian ... 28

3.10 Prosedur Penelitian ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 31

4.1.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner ... 31

4.1.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner ... 32

4.2 Karakteristik Responden ... 32

4.3 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Pendahuluan ... 34

4.4 Distribusi Frekuensi Harapan Responden ... 37

4.5 Distribusi Frekuensi Kepercayaan Responden ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1 Kesimpulan ... 42

5.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN ... 46

(11)

DAFTAR TABEL

3.1 Definisi Operasional Kuesioner Penelitian ... 28

4.1 Hasil Uji Validitas Pernyataan dan Pertanyaan Pada Kuesioner ... 31

4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 33

4.3 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Pendahuluan ... 34

4.4 Distribusi Frekuensi Harapan Responden ... 38

4.5 Distribusi Frekuensi Kepercayaan Responden ... 40

(12)

DAFTAR GAMBAR

1.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 5 3.1 Diagram Langkah Penelitian ... 30

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner Penelitian ... 46

2 Izin Komisi Etik ... 52

3 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 53

4 Analisis Univariat... 57

5 Analisis Bivariat ... 70

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hal yang sangat penting bagi manusia. Pelayanan kesehatan merupakan suatu pelayanan dalam hal menentukan pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan serta faktor lokasi atau jarak ke tempat pelayanan kesehatan, sumber daya manusia, informasi, kesesuaian program pelayanan kesehatan dengan kebutuhan masyarakat (Triwibowo, 2017).

Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau masyarakat (Menkes RI, 2017).

Pelayanan kefarmasian di era perubahan dan persaingan global saat ini, mengalami perluasan paradigma dari hanya drug oriented sekarang mencakup juga patient oriented yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang dulunya hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi sekarang berorientasi juga pada pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Apoteker dituntut untuk meningkatkan kompetensi yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat, dan hasil akhir

(15)

pengobatan sesuai harapan, serta terdokumentasi dengan baik. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pekerjaan kefarmasian, sehingga dalam menjalankan praktik harus sesuai dengan standar yang ada. Apoteker juga harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam penetapan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional (Aulia, 2016).

Perkembangan profesi apoteker di luar negeri menurut Oktavianus pada tahun 2016 berbeda dengan di Indonesia. Di luar negeri apoteker adalah profesi pertama yang didatangi oleh masyarakat untuk menceritakan semua keluhan terkait kesehatan. Profesi apoteker juga terintegrasi dengan tenaga medis lainnya sehingga memudahkan masyarakat dalam klaim asuransi. Berbeda halnya di Indonesia, profesi apoteker harus lebih dikenalkan ke masyarakat karena merupakan profesi yang paling kompeten tentang obat-obatan, namun pada kenyataannya profesi ini belum dikenal oleh masyarakat luas (Suryanto, 2013).

Hasil penelitian yang dilakukan Jacqueline Apreyeculia pada tahun 2013 terhadap 110 masyarakat di wilayah Surabaya, sebanyak 70 orang belum mengenal peran apoteker. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengenal peran apoteker sebagai pelayan kefarmasian (Apreyeculia, 2013).

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Erlin Aurelia (2013) terhadap konsumen apotek yang berada di wilayah Surabaya Barat menunjukkan bahwa peran apoteker yang diharapkan oleh konsumen yaitu apoteker memiliki pengetahuan yang lebih tentang obat serta terdapat perbedaan harapan yang signifikan antara konsumen yang pernah mendapat layanan langsung dari apoteker

(16)

dan konsumen yang tidak pernah mendapat layanan langsung dari apoteker yaitu pada aspek: apoteker memberikan penjelasan mengenai tujuan pengobatan, cara penyimpanan obat, kemungkinan adanya efek samping obat dan cara mengatasinya, pentingnya menggunakan obat secara teratur sesuai aturannya, dan apoteker memberikan saran bila diminta oleh konsumen. Jenis-jenis informasi yang dipercaya oleh konsumen adalah pemberian informasi mengenai cara mengkonsumsi obat, efek samping obat, dan harga obat yang dibeli dengan resep dokter.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang harapan dan kepercayaan konsumen apotek terhadap peran apoteker di wilayah Kelurahan Teladan Timur.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. bagaimana perbedaan harapan antara konsumen yang menerima dan tidak pernah menerima pelayanan oleh apoteker secara langsung di apotek wilayah Kelurahan Teladan Timur?

b. bagaimana perbedaan kepercayaan antara konsumen yang menerima dan tidak pernah menerima pelayanan oleh apoteker secara langsung di apotek wilayah Kelurahan Teladan Timur?

(17)

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:

a. tidak terdapat perbedaan harapan antara konsumen yang menerima dan tidak pernah menerima pelayanan oleh apoteker secara langsung di apotek wilayah Kelurahan Teladan Timur;

b. tidak terdapat perbedaan kepercayaan antara konsumen yang menerima dan tidak pernah menerima pelayanan oleh apoteker secara langsung di apotek wilayah Kelurahan Teladan Timur.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. untuk mengetahui harapan antara konsumen yang menerima dan tidak pernah menerima pelayanan oleh apoteker secara langsung di apotek wilayah Kelurahan Teladan Timur;

b. untuk mengetahui kepercayaan antara konsumen yang menerima dan tidak pernah menerima pelayanan oleh apoteker secara langsung di apotek wilayah Kelurahan Teladan Timur.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian sebagai dasar untuk langkah-langkah pembinaan ke depan dalam peningkatan mutu serta efisiensi peran apoteker dikalangan masyarakat.

(18)

1.6 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011).

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 1.6 Kerangka konsep penelitian Konsumen apotek:

- yang menerima pelayanan oleh apoteker

- yang tidak menerima pelayanan oleh apoteker

Harapan dan kepercayaan konsumen apotek terhadap

peran apoteker di wilayah Kelurahan Teladan Timur Untuk mengetahui perbedaan terkait harapan dan

kepercayaan antara konsumen yang menerima dan tidak pernah menerima pelayanan oleh apoteker secara langsung di apotek wilayah Kelurahan Teladan Timur

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi, Tugas dan Fungsi Apotek

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9 tahun 2017 tentang apotek, disebutkan bahwa apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya praktik kefarmasian oleh apoteker. Pengertian dari pelayanan kefarmasian itu sendiri adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Apotek menyelenggarakan fungsi:

a. pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai;

b. pelayanan farmasi klinik.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 tahun 2017 tentang apotek, apotek dapat menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai kepada:

a. apotek lainnya;

b. puskesmas;

c. instalasi farmasi rumah sakit;

d. instalasi farmasi klinik;

e. dokter;

f. bidan praktik mandiri;

g. pasien;

h. masyarakat.

(20)

Penyerahan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d hanya dapat dilakukan untuk memenuhi kekurangan jumlah sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dalam hal:

a. terjadi kelangkaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di fasilitas distribusi; dan

b. terjadi kekosongan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di fasilitas pelayanan kesehatan.

Penyerahan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sebagaimana dimaksud pada huruf e sampai huruf h hanya dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Menkes RI, 2017).

2.2 Definisi Apoteker

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Setiap apoteker dan tenaga teknis kefarmasian harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional, standar pelayanan kefarmasian, etika profesi, menghormati hak-hak pasien dan mengutamakan kepentingan pasien (Menkes RI, 2017) .

2.3 Peran Apoteker di Apotek

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 tahun 2017, peran apoteker di apotek meliputi:

a. apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat;

(21)

b. dalam hal obat yang diresepkan terdapat obat merek dagang, maka apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengaan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien;

c. dalam hal obat yang diresepkan tidak tersedia di apotek atau pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis di dalam resep, apoteker dapat mengganti obat setelah berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat lain;

d. apabila apoteker mengganggap penulisan resep terdapat kekeliruan atau tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep;

e. apabila dokter penulis resep sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tetap pada pendiriannya, maka apoteker tetap memberikan pelayanan sesuai dengan resep dengan memberikan catatan dalam resep bahwa dokter sesuai dengan pendiriannya.

2.4 Fungsi dan Tugas Apoteker

Fungsi dan tugas apoteker menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2017, yaitu:

a. Pemberi layanan (care giver)

Apoteker sebagai pengelola apotek dalam memberikan pelayanan kefarmasian yang profesional harus dapat menerapkan pelayanannya dalam sistem pelayanan kesehatan dan profesi lainnya secara keseluruhan sehingga dihasilkan sistem pelayanan kesehatan yang berkesinambungan.

(22)

b. Pengambil keputusan (decision maker)

Apoteker memainkan peran dalam penyusunan kebijaksanaan obat-obatan pada tingkat lokal dan nasional yang diharapkan mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan pada efikasi, efektifitas dan efisiensi terhadap penggunaan sumber daya yang tepat, bermanfaat, aman dan tepat guna seperti sumber daya manusia, obat-obatan, bahan kimia, alat kesehatan, prosedur dan pelayanan.

c. Komunikator (communicator)

Mendukung hubungan antara dokter dan pasien dan untuk memberikan informasi kesehatan dan obat-obatan pada masyarakat merupakan posisi ideal untuk seorang apoteker. Apoteker harus memiliki ilmu pengetahuan dan rasa percaya diri serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya.

d. Pemimpin (leader)

Mempunyai kemampuan menempatkan diri menjadi pemimpin dalam situasi multi disipliner, yaitu bisa mengambil keputusan yang tepat dan efektif, serta mengelola hasil keputusan tersebut dan bertanggung jawab.

e. Pengelola (manager)

Mempunyai kemampuan mengelola sumber daya (manusia,fisik dan anggaran) dan informasi secara efektif,juga harus dapat dipimpin dan memimpin orang lain dalam tim kesehatan, merupakan fungsi apoteker sebagai seorang manager.

(23)

f. Pembelajar seumur hidup (long life learner)

Apoteker harus selalu belajar, baik pada jalur formal maupun informal sepanjang kariernya dan menggali informasi terbaru sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (uptodate).

g. Pengajar (teacher)

Apoteker mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan melatih sumber daya yang ada, membagi ilmu pengetahuan pada yang lainnya, tetapi juga memberi peluang pada praktisi lainnya untuk memperoleh pengetahuan dan menyesuaikan keterampilan yang telah dimilikinya.

h. Peneliti (researcher)

Penelitian bukan hanya untuk sivitas akademika. Temuan penelitian dapat mempengaruhi semua sektor profesi farmasi. Perubahan budaya diperlukan dimana apoteker melihat penelitian sebagai bagian inti dari latihan harian normal mereka. Apoteker memiliki peran penting dalam semua aspek penelitian biomedis, dari studi pra-klinis hingga penelitian klinis.

i. Wirausahawan (enterpreneur)

Apoteker diharapkan terjun menjadi wirausaha dalam mengembangkan kemandirian serta membantu menyejahterakan masyarakat. Misal dengan mendirikan perusahaan obat, kosmetik, makanan, minuman, alat kesehatan dan sebagainya, baik skala kecil maupun skala besar.

2.5 Pelayanan Farmasi Klinik

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 tahun 2016, pelayanan farmasi klinik di apotek merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian yang

(24)

langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan farmasi klinik meliputi:

a. pengkajian dan pelayanan resep;

b. dispensing;

c. pelayanan informasi obat (PIO);

d. konseling;

e. pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care);

f. pemantauan terapi obat (PTO); dan g. monitoring efek samping obat (MESO).

2.5.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep

Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Kajian administratif meliputi:

a. nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan,

b. nama dokter, nomor surat izin praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf, dan

c. tanggal penulisan resep.

d. kajian kesesuaian farmasetik meliputi:

e. bentuk dan kekuatan sediaan, f. stabilitas, dan

g. kompatibilitas (ketercampuran obat).

h. pertimbangan klinis meliputi:

(25)

i. ketepatan indikasi dan dosis obat, j. aturan, cara dan lama penggunaan obat, k. duplikasi dan/atau polifarmasi,

l. reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain),

m. kontra indikasi, n. interaksi.

Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka apoteker harus menghubungi dokter penulis resep. Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error) (Menkes RI, 2016).

2.5.2 Dispensing

Penyiapan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan, meliputi:

a. menyiapkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan permintaan pada resep;

b. menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis maksimum;

c. mengambil obat dengan menggunakan sarung tangan/alat/spatula/sendok;

d. menutup kembali wadah obat setelah pengambilan dan mengembalikan ke tempat semula;

e. meracik obat (timbang, campur, kemas);

(26)

f. mengencerkan sirup kering sesuai takaran dengan air yang layak minum;

g. menyiapkan etiket;

h. menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai dengan permintaan pada resep.

Penyerahan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan setelah dilakukan dispensing ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan sebelum menyerahkan obat ke pasien, yaitu:

a. melakukan pemeriksaan akhir sebelum dilakukan penyerahan;

b. memanggil nama dan nomor tunggu pasien;

c. memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;

d. menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat;

e. membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan di paraf oleh apoteker;

f. menyiapkan resep pada tempatnya dan mendokumentasikan (Menkes RI, 2016).

2.5.3 Pelayanan Informasi Obat ( PIO )

Pelayanan informasi obat didefinisikan sebagai kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, terkini dan komprehensif oleh apoteker kepada pasien, masyarakat, rekan sejawat tenaga kesehatan dan pihak-pihak lain yang membutuhkannya (Kurniawan, 2010).

Informasi obat yang dijadikan sumber acuan mencakup setiap data atau pengetahuan obyektif dari uraian ilmiah yang terdokumentasi mencakup aspek farmakologi, farmakokinetika, toksikologi, dan penggunaan terapi obat. Secara detail, informasi obat yang dijadikan fokus perhatian terdiri dari nama kimia,

(27)

struktur dan sifat-sifat fisik, indikasi diagnostik/terapi, ketersediaan hayati, data bioekivalensi, toksisitas, mekanisme kerja, onset dan durasi, dosis rekomendasi dan jadwal pemberian (waktu konsumsi), absorpsi, metabolisme, ekskresi, efek samping (reaksi merugikan), kontraindikasi, interaksi obat, harga, keuntungan, pengatasan toksisitas, efikasi klinik, data uji klinik, data penggunaan obat, dan informasi lainnya (Kurniawan, 2010).

2.5.4 Konseling

Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling, apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami obat yang digunakan (Menkes RI, 2016).

Adapun tujuan dari konseling pasien adalah mengoptimalkan hasil terapi obat dan tujuan medis dari obat dapat tercapai, membina hubungan dengan pasien dan menimbulkan kepercayaan pasien, menunjukkan perhatian kita kepada pasien, membantu pasien dalam menangani obat-obatan yang digunakan, membantu pasien dalam mengatasi kesulitan yang berkaitan dengan penyakitnya, mencegah dan mengurangi efek samping, toksisitas, resistensi antibiotika, dan ketidakpatuhan pasien (Muliawan, 2008).

Konseling dapat dilakukan kepada:

(28)

a) pasien dengan penyakit kronik seperti: diabetes, TB dan asma;

b) pasien dengan sejarah ketidakpatuhan dalam pengobatan;

c) pasien yang menerima obat dengan indeks terapi sempit yang memerlukan pemantauan;

d) pasien dengan multiregimen obat;

e) pasien lansia;

f) pasien pediatrik melalui orang tua dan pengasuhnya;

g) pasien yang mengalami drug related problems.

Prosedur tentang konseling:

a. melakukan konseling sesuai dengan kondisi penyakit pasien

b. membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien/keluarga pasien

c. menanyakan tiga pertanyaan kunci menyangkut obat yang dikatakan dokter kepada pasien dengan metode open-ended question:

a) apa yang telah dokter katakan mengenai obat ini?

b) cara pemakaian, bagaimana dokter menerangkan cara pemakaian?

c) apa yang diharapkan dalam pemakaian ini?

d. memperagakan dan menjelaskan mengenai pemakaian obat-obatan tertentu (inhaler, suppositoria, dll).

e. melakukan verifikasi akhir meliputi:

a) mengecek pemahaman pasien

b) mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi

f. melakukan pencatatan konseling yang dilakukan pada kartu pengobatan (Menkes RI, 2016).

(29)

2.5.5 Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)

Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lanjut usia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Jenis pelayanan kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh apoteker, meliputi : a. penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan

pengobatan,

b. identifikasi kepatuhan pasien,

c. pendampingan pengelolaan obat dan/atau alat kesehatan di rumah, misalnya cara pemakaian obat asma, penyimpanan insulin,

d. konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum

e. monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan Obat berdasarkan catatan pengobatan pasien,

f. dokumentasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah dengan menggunakan Formulir 8 (Menkes RI, 2016).

2.5.6 Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan Medication Eror

Pemantauan terapi obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan resiko reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD). Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian pemilihan obat (dosis, cara pemberian obat, respon terapi, dan ROTD), pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat dan pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat. Tahapan pemantauan terapi obat yaitu pengumpulan

(30)

data pasien, identifikasi masalah terkait obat, rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat, pemantauan dan tindak lanjut. Medication error merupakan kesalahan pengobatan yang sesungguhnya dapat dicegah yang menyebabkan atau mendorong ke arah penggunaan obat yang tidak tepat atau membahayakan pasien, pada hal medikasi itu dikontrol oleh health care professional, pasien , atau konsumen. Peristiwa itu terkait dengan praktik profesional, produk perawatan kesehatan, prosedur, dan sistem, termasuklah peresepan, order communication, product labeling, packaging, dan nomenklatur, compounding, dispensing, distribusi, administration, edukasi, monitoring, dan penggunaan obat (Menkes RI, 2016).

2.5.7 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi.

a) menemukan ESO (efek samping obat) sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang;

b) menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah dikenal sekali, dan yang baru saja ditemukan;

c) mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi timbulnya efek samping obat atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya efek samping obat (Menkes RI, 2016).

(31)

2.6 Asuhan Kefarmasian (Pharmaceutical Care)

Asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) adalah pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien. Meliputi semua aktifitas apoteker yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah terapi pasien terkait dengan obat.

Praktek kefarmasian ini memerlukan interaksi langsung apoteker dengan pasien, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Peran apoteker dalam asuhan kefarmasian di awal proses terapi adalah menilai kebutuhan pasien. Di tengah proses terapi, memeriksa kembali semua informasi dan memilih solusi terbaik untuk DRP (drug related problem) pasien. Di akhir proses terapi, menilai hasil intervensi sehingga didapatkan hasil optimal dan kualitas hidup meningkat serta hasilnya memuaskan (keberhasilan terapi) (Rovers et al, 2003).

2.7 Konsumen

Istilah konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau consumen/konsument (Belanda). Pengertian tersebut secara harfiah diartikan sebagai orang atau perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang (Cerlina, 2009).

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen dapat dikelompokkan yakni konsumen antara dan konsumen akhir. Konsumen antara adalah distributor, agen dan pengecer. Mereka membeli barang bukan untuk dipakai, melainkan untuk diperdagangkan. Sedangkan pengguna barang adalah konsumen akhir. Yang dimaksud konsumen akhir adalah konsumen akhir

(32)

memperoleh barang atau jasa bukan untuk dijual kembali, melainkan untuk digunakan, baik bagi kepentingan dirinya sendiri, keluarga, orang lain dan makhluk hidup lain (Suryani, 2003).

2.8 Harapan Konsumen

Harapan merupakan sesuatu yang dapat dibentuk dan dapat digunakan sebagai langkah untuk perubahan. Perubahan yang menguntungkan dapat menyebabkan individu mencapai hidup yang lebih baik (Pramita, 2008).

Konsumen menciptakan harapan-harapan layanan dari pengalaman masa lalu, cerita dari mulut ke mulut, dan iklan. Konsumen membandingkan jasa yang dipersepsikan dengan jasa yang diharapkan (Mulyani, 2003).

2.9 Kepercayaan Konsumen

Dalam riset Costabile (Suhardi, 2006), kepercayaan atau trust didefinisikan sebagai persepsi akan kehandalan dari sudut pandang konsumen didasarkan pada pengalaman, atau lebih pada urutan-urutan transaksi atau interaksi yang dicirikan oleh terpenuhnya harapan akan kinerja produk dan kepuasan. Ciri utama terbentuknya kepercayaan adalah persepsi positif yang terbentuk dari pengalaman.

(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional melalui teknik survei. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan/

mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini, untuk menggambarkan/mendeskripsikan variabel karakteristik masyarakat, harapan dan kepercayaan konsumen apotek terhadap peran apoteker di wilayah Kelurahan Teladan Timur (Hidayat, 2007).

Teknik survei pada penelitian ini dimana informasi/data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden yang berkunjung ke apotek. Pernyataan dan pertanyaan dalam kuesioner tersebut menggunakan pernyataan dan pertanyaan tertutup yang terdiri dari 4 bagian, yaitu karakteristik, pendahuluan, harapan dan kepercayaan konsumen apotek terhadap peran apoteker di wilayah Kelurahan Teladan Timur.

3.2 Waktu Penelitian

Pengumpulan data penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Oktober sampai bulan Desember 2019 melalui pengisian kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada responden yang berkunjung ke apotek.

(34)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi target dalam penelitian ini adalah masyarakat di wilayah Kelurahan Teladan Timur. Berdasarkan data yang diperoleh dari Sub Bagian Administrasi Kantor Kelurahan Teladan Timur total jumlah masyarakat adalah 8000 orang.

3.3.2 Sampel

Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin dengan margin kesalahan 5%, tingkat kepercayaan 95%. Dengan rumus Slovin yaitu:

(Prasetyo dan Jannah, 2005).

Dimana : n = jumlah sampel

N = jumlah seluruh anggota (populasi)

e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel); taraf signifikasi; untuk sosial dan pendidikan lazimnya (0,05)

dengan persen kepercayaan yang diinginkan 95%, dan e = 0,05, maka diperoleh besar sampel yaitu:

(35)

Masyarakat di wilayah Kelurahan Teladan Timur = 8000 orang

380, 952 dibulatkan menjadi 381 sampel

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi a. Kriteria inklusi

a. masyarakat di wilayah Kelurahan Teladan Timur yang berkunjung dan membeli obat di apotek

b. masyarakat yang berusia ≥18 tahun b. Kriteria eksklusi

a. masyarakat yang tidak pernah dilayani oleh apoteker

b. masyarakat yang tidak bersedia mengikuti penelitian ini dan tidak mengisi kuesioner

3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Dari perhitungan dengan menggunakan rumus di atas didapat jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 381 sampel. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode accidental sampling yaitu dilakukan dengan mengambil sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan kebetulan ada disuatu keadaan tertentu sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Pengambilan sampel dilakukan di 4 apotek yang berada di Kelurahan Teladan Timur yaitu Apotek Harvest Jaya, Apotek Kimia Farma, Apotek Ratu Farma, dan Apotek Uli Parna.

(36)

3.4 Alat/Instrumen Penelitian

Alat/instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner yang berisikan pernyataan dan pertanyaan tertutup yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

3.5 Jenis dan Sumber Data Penelitian 3.5.1 Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari responden. Adapun dalam penelitian ini data primer diperoleh secara langsung dari responden melalui pengisian kuesioner.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh lewat pihak lain dan tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Adapun dalam penelitian ini data sekunder yaitu data jumlah masyarakat di wilayah Kelurahan Teladan Timur yang diperoleh dari Sub Bagian Administrasi Kantor Kelurahan Teladan Timur.

3.6 Pengolahan Data Penelitian

Tahap-tahap dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

a) Pemeriksaan data (editing)

Kegiatan editing dilakukan untuk meneliti kembali isian formulir atau kuesioner, apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan, konsisten dan sebagainya.

(37)

b) Pengkodean data (coding)

Coding merupakan kegiatan yang dilakukan untuk merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.

c) Pemprosesan data (processing)

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang sudah di entry dapat di analisis. Pemprosesan data dilakukan dengan cara mengentry data dari kuesioner ke paket program komputer.

d) Pembersihan data (cleaning)

Pembersihan data (cleaning) dilakukan untuk pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita memasukkan data ke komputer dan lainnya (Hastono, 2006).

3.7 Uji Kualitas Kuesioner

Kesimpulan penelitian yang berupa jawaban atas pemecahan masalah penelitian tergantung pada kualitas data yang dianalisis dan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut. Ada dua konsep yang mengukur kualitas instrumen penelitian yaitu reliabilitas dan validitas. Hal ini berarti bahwa, kesimpulan hasil penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya kurang reliable dan valid (Erlina, 2011).

(38)

Salah satu masalah dalam suatu penelitian adalah bagaimana data yang diperoleh akurat dan objektif. Hal ini sangat penting dalam penelitian karena kesimpulan penelitian hanya akan dapat dipercaya jika data yang diperoleh akurat dan objektif. Data yang kita kumpulkan tidak berarti jika alat pengukur yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian tidak mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi (Hastono, 2006).

3.7.1 Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Secara umum, validitas dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu validitas internal dan validitas eksternal.

Validitas internal dibagi menjadi tiga yaitu content validity (validitas isi), construct validity (validitas konstruk), dan criterion-related validity (validitas berhubungan dengan kriteria) (Erlina, 2011).

Pada penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah validitas konstruk (construct validity) yaitu menguji seberapa tinggi kesesuaian antara data yang terkumpul dengan teori yang digunakan dan dijadikan dasar dalam rancangan pengujian (Sinulingga, 2011).

Suatu variabel (pernyataan/pertanyaan) pada kuesioner dinyatakan valid apabila skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya.

Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi pearson product moment dengan keputusan uji yaitu bila r hitung lebih besar dari r tabel maka H0 ditolak, artinya variabel valid begitu juga sebaliknya (Hastono, 2006).

(39)

3.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).

Ada beberapa metode pengujian reliabilitas diantaranya, metode test- retest reliability, parallel-form reliability, formula spearman-brown, formula flanagan, formula rulon, formula hoyt, formula K-R 20, formula K-R 21 dan koefisien alpha cronbach (Sinulingga, 2011).

Pada penelitian ini, uji reliabilitas yang digunakan adalah koefisien alpha cronbach yaitu pengujian reliabilitas dilakukan dengan cara membandingkan nilai r hasil (cronbachs alpha) dengan r tabel. Pada uji reliabilitas pernyataan/pertanyaan dikatakan reliabel apabila r hasil lebih besar dari r tabel (Hastono, 2006).

3.8 Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses lanjutan dari proses pengolahan data untuk melihat bagaimana menginterpretasikan data, kemudian menganalisis data dari hasil yang sudah ada pada tahap hasil pengolahan data (Prasetyo dan Jannah, 2005).

Data yang telah dikumpulkan dari responden akan dianalisis dengan menggunakan Statistical Product and Service Solutions (SPSS). SPSS merupakan paket program statistik yang berguna untuk mengolah dan menganalisis data

(40)

penelitian. Kemampuan yang dapat diperoleh dari SPSS meliputi pemprosesan segala bentuk file data, modifikasi data, membuat tabulasi berbentuk distribusi frekuensi, analisis statistik deskriptif, analisis lanjut yang sederhana maupun komplek, pembuatan grafik dan sebagainya (Hastono, 2006).

3.8.1 Analisis Deskriptif (Univariat)

Tujuan dari analisis ini adalah untuk menggambarkan/mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Bentuknya tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean (rata-rata), median, standard deviasi, minimal dan maksimal, sedangkan untuk data kategorik hanya dapat menjelaskan angka/nilai jumlah dan persentase masing-masing kelompok yang didapat melalui perintah frequencies atau explore. Dalam analisis data kuantitatif kita dihadapkan pada kumpulan data yang besar/banyak yang belum jelas maknanya. Fungsi analisis sebenarnya adalah menyederhanakan atau meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna (Hastono, 2006).

Pengujian analisis univariat dalam penelitian digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi karateristik masyarakat di wilayah Kelurahan Teladan Timur, harapan dan kepercayaan konsumen apotek terhadap peran apoteker di wilayah Kelurahan Teladan Timur.

(41)

3.9 Definisi Operasional Kuesioner Penelitian

Definisi operasional kuesioner penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Definisi operasional kuesioner penelitian

Variabel Definisi operasional Hasil ukur Skala ukur I. Karakteristik

responden a) Jenis Kelamin

b) Usia

c) Tingkat Pendidikan

d) Pekerjaan

Jenis kelamin dari responden

Pengakuan responden mengenai usianya mulai dari lahir sampai ulang tahun terakhir

Tingkat pendidikan terakhir yang diperoleh responden

Pekerjaan yang dilakukan

responden untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

1. Laki-laki 2. Perempuan 1. 18-30 tahun 2. 31-42 tahun 3. 43-54 tahun 4. 55-70 tahun 5. Lain-lain

1. SD atau sederajat 2. SMP atau

sederajat 3. SMA atau

sederajat 4. Diploma/

Sarjana atau sederajat 5. Lain-lain 1. PNS

2. Wiraswasta 3. Ibu Rumah

Tangga 4. Pelajar/

Mahasiswa 5. Lain-lain

Nominal

Rasio

Nominal

Nominal

(42)

Variabel Definisi operasional Hasil ukur Skala ukur II. pertanyaan

pendahuluan

Hasil dari tahu/segala informasi yang telah diketahui dan dipahami oleh responden mengenai pengetahuan umum terkait harapan masyarakat terhadap peran apoteker di apotek yang dalam hal ini pengetahuan responden berdasarkan

kemampuannya dalam menanggapi 5 pertanyaan mengenai pengetahuan umum terkait harapan masyarakat terhadap peran apoteker di apotek.

1. Ya 2. Tidak

Ordinal

III. Harapan responden terhadap peran apoteker di apotek

Harapan responden terkait aspek-aspek pelayanan yang dilakukan apoteker

dalam memberikan

pelayanan secara langsung kepada konsumen apotek di wilayah Kelurahan Teladan Timur yang dalam hal ini harapan responden berdasarkan

kemampuannya dalam menanggapi 11 pertanyaan

mengenai harapan

responden terkait peran

apoteker dalam

memberikan pelayanan secara langsung kepada konsumen apotek.

1. Sangat Penting 2. Penting 3. Kurang Penting 4. Tidak

Penting

Ordinal

(43)

Variabel Definisi operasional Hasil ukur Skala ukur IV. Kepercayaan

responden terhadap peran

apoteker di apotek

Kepercayaan responden terkait jenis-jenis

informasi yang

responden percaya terhadap peran apoteker dalam memberikan pelayanan secara langsung kepada konsumen apotek di wilayah Kelurahan Teladan Timur yang

dalam hal ini

kepercayaan responden berdasarkan

kemampuannya dalam menanggapi 6 pernyataan mengenai kepercayaan responden terkait peran

apoteker dalam

memberikan pelayanan secara langsung kepada konsumen apotek.

1. Ya 2. Tidak

Ordinal

3.10 Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang diambil dalam penelititan ini adalah:

Menentukan permasalahan Menentukan tujuan penelitian

Meminta izin kepada Lurah Teladan Timur untuk melakukan penelitian dan pengambilan data

Menyiapkan dan membagikan kuesioner Mengumpulkan data

Mengolah data

Gambar 3.1 Diagram langkah penelitian Persiapan Penelititan

Izin Penelitian

Pengambilan Data

Hasil

(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 4.1.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner

Suatu variabel (pernyataan/pertanyaan) pada kuesioner dinyatakan valid apabila skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya.

Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi pearson product moment dengan keputusan uji yaitu bila r hitung lebih besar dari r tabel maka H0 ditolak, artinya variabel valid begitu juga sebaliknya (Hastono, 2006).

Hasil uji validitas dari masing-masing pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil uji validitas pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner

P r table r hitung Hasil

E1

0,3610

0,558

Valid

E2 0,558

E3 0,673

E4 0,811

E5 0,863

E6 0,861

E7 0,843

E8 0,805

E9 0,841

E10 0,861

E11 0,856

F1 0,850

F2 0,859

F3 0,874

F4 0,852

F5 0,879

F6 0,870

Keterangan:

E1 – E11 = Hasil uji validitas harapan responden F1 – F6 = Hasil uji validitas kepercayaan responden

(45)

Berdasarkan Tabel 4.1, dapat diketahui bahwa nilai r hasil dari seluruh pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner lebih besar dari nilai r tabel, maka H0 ditolak. Hal ini dapat diartikan seluruh pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner dinyatakan valid.

4.1.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner

Setelah seluruh pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner dinyatakan valid, maka selanjutnya dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan cara membandingkan nilai r hasil (cronbachs alpha) dengan nilai r tabel. Pada uji reliabilitas pernyataan dan pertanyaan dikatakan reliabel apabila nilai r hasil lebih besar dari nilai r tabel (Hastono, 2006).

Dari hasil uji reabilitas masing-masing pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner diperoleh nilai r hasil (cronbachs alpha) dari seluruh pernyataan dan pertanyaanpada kuesioner lebih besar dari nilai r tabel, yaitu pernyataan harapan responden 0,777 dan pertanyaan kepercayaan responden 0,809. Hal ini dapat diartikan seluruh pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner dinyatakan reliabel.

4.2 Karakteristik Responden

Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah masyarakat di wilayah Kelurahan Teladan Timur yang merupakan konsumen di apotek yang telah ditentukan, yaitu 381 responden. Dari keseluruhan responden, gambaran karakteristik yang diamati meliputi: jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Secara garis besar karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 4.2.

(46)

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden

No. Variabel Jumlah

responden

Persentase (%) 1. Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

106 275

27,8 72,2

Total 381 100

2. Usia

18 – 30 tahun 31 – 42 tahun 43 – 54 tahun 55 – 70 tahun

105 97 95 84

27,6 25,5 24,9 22

Total 381 100

3. Tingkat Pendidikan SD atau sederajat SMP atau sederajat SMA atau sederajat

Diploma/Sarjana atau sederajat Lain-lain

56 93 107 123 2

14,7 24,4 28,1 32,3 0,5

Total 381 100

4. Pekerjaan PNS

Wiraswasta

Ibu Rumah Tangga Pelajar/Mahasiswa Lain-lain

65 155

51 97 13

17,1 40,7 13,4 25,5 3,4

Total 381 100

Berdasarkan Tabel 4.2, dapat diketahui sebanyak 381 responden terlibat dalam penelitian ini. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, terbanyak adalah perempuan sebanyak 275 responden (72,2%), sedangkan laki- laki sebanyak 106 responden (27,8%). Berdasarkan usia yang terbanyak adalah responden dengan usia antara 18 – 30 tahun sebanyak 105 responden (27,6%).

Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang terbanyak adalah diploma/sarjana atau sederajat 123 responden (32,3%). Berdasarkan pekerjaan yang terbanyak adalah wiraswasta sebanyak 155 responden (40,7%).

(47)

4.3 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Pendahuluan

Pada penelitian ini responden diminta untuk mengisi kuesioner dan dilakukan wawancara untuk mendapatkan informasi tambahan. Responden diberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan profil harapan kepercayaan responden terkait peran apoteker di apotek dan loyalitas mereka terhadap apoteker dan apotek. Pertanyaan pendahuluan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pertanyaan pendahuluan

No. Pertanyaan Jumlah Persentase

(%) 1. Penanggung jawab kesehatan responden:

- Apoteker - Dokter - Diri sendiri - Lain-lain

23 54 301

3

6 14,2

79 0,8

Total 381 100

2. Keinginan responden untuk datang ke apotek yang sama:

- Ya - Tidak

225 156

59,1 40,9

Total 381 100

3. Hal yang membuat berpindah apotek:

- Harga yang mahal

- Pelayanan yang kurang memuaskan - Produk obat yang buruk

- Lain-lain

236 127 3 15

61,9 33,3 0,8 3,9

Total 381 100

4. Petugas yang melayani di apotek:

- Apoteker

- Tenaga Teknis Kefarmasian - Lain-lain

75 253

53

19,7 66,4 13,9

Total 381 100

5. Mendapat pelayanan langsung dari apoteker:

- Ya - Tidak

133 248

34,9 65,1

Total 381 100

(48)

Berdasarkan Tabel 4.3, dapat diketahui sebanyak 301 responden (79%) menjawab diri sendiri yang lebih bertanggung jawab atas kesehatan responden, , sangat berbeda jauh hasilnya dibandingkan dengan dokter sebanyak 54 responden (14,2%), dan apoteker sebanyak 23 responden (6%), serta lain-lain (orangtua dan pasangan) sebanyak 3 responden (0,8%).

Responden yang memilih menjawab apoteker yang bertanggungjawab akan kesehatan mengaku mengenal peran apoteker. Terlihat dari pernyataannya,

“Menurut saya apoteker lebih paham mengenai obat, jika ada gejala sakit tertentu yang saya rasakan, saya terlebih dahulu ke apotek untuk berkonsultasi dengan apoteker yang ada, jika kemungkinan hanya gejala yang butuh penanganan obat bebas maka saya tinggal langsung membeli di apotek, namun jika memang mengharuskan ke dokter, apoteker tersebut menyarankan untuk pergi ke dokter” (Ny. A- 30 Tahun). Dari pernyataan responden tersebut dapat diketahui bahwa responden tersebut juga sangat percaya kepada apoteker akan kesehatannya.

Konsumen yang puas cenderung menjadi pelanggan yang loyal dan umumnya melakukan promosi dari mulut ke mulut bagi calon konsumen lainnya yang berdampak positif bagi usaha apotek. Pada penelitian ini terlihat sebanyak 225 responden (59,1%) sering berkunjung ke apotek yang sama dan hanya 156 responden (40,9) yang tidak selalu berkunjung ke apotek yang sama, dapat dilihat bahwa tidak begitu signifikan perbedaan jumlah responden yang memilih kembali atau pindah ke apotek lain. Kebanyakan alasan responden yang memilih kembali ke apotek yang sama karena pengaruh jarak yang dekat dari rumah bukan karena peran apoteker yang memberikan pelayanan terkait obat di apotek, hal ini juga

(49)

yang mendasari ketidakpuasan responden sehingga memilih untuk pindah ke apotek lain.

Rasa ketidakpuasan akan suatu pelayanan akan membuat konsumen berpindah apotek. Faktor lain yang merupakan faktor terbesar yang menyebabkan responden berpindah ke apotek lain adalah harga yang relatif lebih mahal yaitu sebanyak 236 responden (61,9%). Menurut pengakuan sebagian besar responden, mereka membeli obat dengan merek, jenis dan kekuatan yang sama namun dengan harga yang berbeda dari satu apotek ke apotek lain yang menyebabkan mereka memilih untuk membeli ke apotek yang menjual dengan harga yang relatif lebih murah. Pada dasarnya semua orang ingin mendapatkan sesuatu yang jauh lebih murah dibandingkan yang lain tak terkecuali dengan harga obat. Responden menginginkan memperoleh harga yang jauh lebih murah dan mereka akan puas saat mendapatkannya. Beberapa responden mengaku berpindah apotek karena banyak obat yang tidak lengkap di apotek sebelumya.

Yang menarik dari penelitian ini adalah mengenai statement beberapa responden yaitu mereka memilih berpindah ke apotek lain yang apotekernya ada ditempat (stand by) ataupun memiliki jadwal praktik khusus dan menguasai perihal obat yang mereka tanyakan. Mereka memilih datang ke apotek tersebut untuk berkonsultasi mengenai gejala penyakit mereka sebelum pergi ke dokter, bahkan mereka memilih untuk menunggu apoteker tersebut jikalau kebetulan apoteker tersebut baru bisa memberikan konsultasi di waktu-waktu tertentu.

Mereka mengaku puas dengan pelayanan yang diberikan oleh apoteker tersebut karena apoteker tersebut mampu memberikan saran dan jalan keluar dari kesehatan mereka sebelum pada akhirnya mereka harus ke dokter karena penyakit

(50)

mereka butuh penanganan lanjut oleh dokter. Namun demikian hal tersebut mereka lakukan setelah berkonsultasi dengan apoteker di apotek. Peran apoteker dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat di apotek telah mengalami suatu kemajuan terlihat dengan responden yang mempercayakan kesehatannya kepada apoteker.

Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 menyatakan bahwa pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggungjawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Namun tidak demikian pada kenyataannya, apoteker hanya berada di balik layar sehingga responden kurang mengenal peran apoteker dalam pelayanan kesehatan. Sebanyak 253 responden (66,4%) mengemukakan bahwa yang biasa melayani mereka di apotek adalah asisten apoteker, namun sebanyak 53 responden (13,9%) tidak tahu siapa yang melakukan pelayanan kefarmasian di apotek. Hal ini diduga karena ketidaktahuan responden akan peran apoteker sebenarnya.

Sebanyak 133 responden (34,9%) menjawab bahwa mereka pernah mendapatkan pelayanan langsung dari apoteker di apotek. Responden tersebut adalah konsumen yang menjadi pelanggan tetap di apotek tersebut dan mereka mengerti siapa apoteker yang praktik di tempat.

4.4 Distribusi Frekuensi Harapan Responden

Pada penelitian ini dapat dilihat harapan-harapan responden yang menerima dan yang tidak menerima pelayanan apoteker terhadap peran apoteker yang diukur

(51)

dari beberapa pernyataan yang ada di kuesioner bagian E, yang dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi harapan responden Aspek peran

apoteker yang diharapkan

responden

Persentase (%) Yang menerima

pelayanan Apoteker

Yang tidak menerima pelayanan Apoteker

4 3 2 1 4 3 2 1

Apoteker memiliki pengetahuan yang lebih tentang obat

97 3 0 0 91,5 4,8 2,4 1,2

Apoteker membuat

catatan pengobatan 95,5 4,5 0 0 83,9 10,1 3,2 2,8 Apoteker peduli

pada kebutuhan konsumen

97,7 2,3 0 0 77 13,3 5,2 4,4

Apoteker memberikan

penjelasan mengenai tujuan

pengobatan

96,2 3,8 0 0 86,3 8,9 2,8 2

Apoteker memberikan

penjelasan mengenai cara penggunaan obat

99,2 0,8 0 0 89,5 7,7 1,6 1,2

Apoteker memberikan

penjelasan mengenai cara penyimpanan obat

97,7 2,3 0 0 87,1 9,3 2,0 1,6

Apoteker memberikan

penjelasan mengenai kemungkinan

adanya efek samping obat dan cara mengatasinya

95,5 4,5 0 0 87,9 8,5 2,4 1,2

Apoteker memberikan penjelasan tentang

pentingnya menggunakan obat

secara teratur

97,7 2,3 0 0 90,3 6,9 1,6 1,2

(52)

Aspek eran apoteker yang

diharapkan responden

Persentase (%) Yang menerima

pelayanan Apoteker

Yang menerima pelayanan Apoteker

4 3 2 1 4 3 2 1

Apoteker memberikan penjelasan tentang

pentingnya perubahan gaya

hidup untuk mendukung keberhasilan

pengobatan

97,7 2,3 0 0 84,7 12,5 1,6 1,2

Apoteker memberikan saran

apabila diminta oleh konsumen

96,2 3,8 0 0 89,9 8,1 1,2 0,8 Apoteker

membangun hubungan baik dengan konsumen

99,2 0,8 0 0 90,7 5,2 2,4 1,6

Keterangan:

- Sangat penting (4) - Penting (3)

- Kurang penting (2) - Tidak penting (1)

Berdasarkan Tabel 4.4, dapat diketahui bahwa dari 133 responden yang menerima pelayanan apoteker sebanyak (97%) memilih sangat penting apoteker memiliki pengetahuan yang lebih tentang obat dan menjadi harapan besar bagi responden untuk apoteker memiliki hal tersebut. Harapan agar apoteker membangun hubungan baik dengan konsumen dinilai sangat penting bagi responden sebanyak (99,2%).

Hubungan baik antara apoteker dan konsumen sangat penting dilakukan guna menunjang keberhasilan pengobatan dan kesehatan pasien. Dengan

(53)

hubungan baik antar konsumen dan apoteker memungkinkan informasi terkait obat, sediaan farmasi dan lain sebagainya dapat tersampaikan dengan baik dan tepat sasaran.

Hasil penelitian juga menunjukkan dari 248 responden yang tidak menerima pelayanan apoteker sebanyak (1,2%) memilih tidak penting apoteker memiliki pengetahuan yang lebih tentang obat. Sebanyak (4,4%) responden memilih tidak penting apoteker untuk peduli terhadap kebutuhan pasien.

4.5 Distribusi Frekuensi Kepercayaan Responden

Kepercayaan responden yang menerima pelayanan dan tidak menerima pelayanan dari apoteker akan sebuah informasi yang diperoleh saat berada di apotek menjadi aspek yang terpenting bagi kemajuan kinerja apoteker saat ini.

Kepercayaan konsumen akan jenis-jenis informasi yang ditanyakan kepada apoteker saat berada di apotek dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi kepercayaan responden

Jenis-Jenis Informasi

Persentase (%) Yang menerima

pelayanan Apoteker

Yang tidak menerima pelayanan Apoteker Ya (2) Tidak

(1)

Ya (2)

Tidak (1)

Obat non resep 100 0 17,7 82,3

Harga yang tertera di resep

dokter 100 0 20,2 79,8

Saran mengonsumsi obat 100 0 16,1 83,9

Produk-produk herbal 100 0 13,7 86,3

Efek samping obat 100 0 21,0 79,0

Saran mengenai penyakit ringan 100 0 22,6 77,4

(54)

Berdasarkan penelitian ini, dapat diketahui bahwa sebanyak 133 responden yang menerima pelayanan langsung dari apoteker mempercayai informasi dari apoteker yang berkaitan dengan produk-produk herbal, informasi berkaitan obat non resep, informasi berkaitan harga obat yang tertera di resep dokter, informasi berkaitan dengan saran mengkonsumsi obat, dan informasi berkaitan dengan efek samping obat sebanyak (100%) responden mempercayai akan hal ini.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari 248 responden yang tidak menerima pelayanan apoteker sebanyak (82,3%) tidak percaya terhadap informasi yang dijelaskan oleh apoteker yang berkaitan dengan obat non resep.

responden tidak mempercayai informasi dari apoteker terutama berkaitan dengan produk-produk herbal sebanyak (86,3%) responden tidak mempercayai akan hal ini. Pada dasarnya kepercayaan timbul dari pengalaman seseorang akan suatu objek atau hal Penyebab ketidak percayaan responden terhadap informasi yang diberikan oleh apoteker adalah responden responden tersebut belum mengenal peran apoteker.

Gambar

Gambar 1.6 Kerangka konsep penelitian Konsumen apotek:
Gambar 3.1 Diagram langkah penelitian Persiapan Penelititan
Tabel 4.1 Hasil uji validitas pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden
+4

Referensi

Dokumen terkait

Campuran diaduk di atas pemanas berpengaduk magnetik, endapan yang terbentuk disaring dengan menggunakan kaca masir dan dikeringkan dalam desikator vakum yang berisi desikan P 2 O 5

Pengawasan preventif, pengawasan detektif dan penganggaran berbasis kinerja tidak berpengaruh signfikan terhadap efektivitas pengendalian anggaran dengan studi empiris

Dari fakta alami dan uji preferensi populasi- populasi kumbang Klaten dan Malang terhadap tumbuhan'inangnya menunjukkan bahwa telah terjadi spesialisasi dalam memilih tumbuhan

Pada tahun 2011, pelaksanaan Program Bina Wilayah Perseroan banyak menyentuh kepentingan masyarakat, baik dalam rangka mendukung peningkatan kualitas

Identifikasi dan determinasi suatu biakan murni bakteri yang diperoleh dari hasil isolasi dapat dilakukan dengan cara pengamatan sifat morfologi koloni serta pengujian

2) Analisis ketercapaian KKM dilakukan dengan membandingkan persentase jumlah peserta didik yang mencapai KKM pada skor dasar dengan jumlah peserta didik yang mencapai KKM pada

Penelitian yang sudah dilakukan adalah pelelitian oleh Diana Puspita, dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi dokter dalam memilih obat generik dan obat merek