• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENIMBULKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DI RANTAU PARAPAT KABUPATEN LABUHAN BATU A. Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu - Peranan Kepolisian Resor Labuhan Batu Terhadap Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan (

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENIMBULKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DI RANTAU PARAPAT KABUPATEN LABUHAN BATU A. Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu - Peranan Kepolisian Resor Labuhan Batu Terhadap Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan ("

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENIMBULKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DI RANTAU

PARAPAT KABUPATEN LABUHAN BATU A. Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu

Berdasarkan UU No.7 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Kabupaten-Kabupaten di Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara dan UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Kabupaten Labuhan Batu dilakukan pemekarannya secara resmi pada tanggal 21 Juli 2008 yang terdir dari:

1. Kabupaten Labuhan Batu Induk dengan wilayah seluas 2.562,01 Km² dengan jumlah penduduk 875.692 jiwa, yang terdiri dari 9 kecamatan (yaitu):

(2)

2. Kabupaten Labuhan Batu Selatan, dengan luas wilayah seluas 3.596 Km² dengan jumlah penduduk ± 250.173 jiwa, yang terdiri dari 5 kecamatan yaitu:98

a. Kecamatan Kampung Rakyat. b. Kecamatan Kota Pinang. c. Kecamatan Sungai Kanan. d. Kecamatan Silang Kitang. e. Kecamatan Torgamba

3. Kabupaten Labuhan Batu Utara, dengan luas wilayah seluas 3.570,982 Km² dengan jumlah penduduk ±323.740 jiwa, yang terdiri dari 8 kecamatan yaitu:99

a. Kecamatan Na. IX-X. b. Kecamatan Aek Natas. c. Kecamatan Marbau. d. Kecamatan Aek Kuo. e. Kecamatan Kualuh Selatan. f. Kecamatan Kualuh Hulu. g. Kecamatan Kualuh Leidong. h. Kecamatan Kualuh Hilir.

98

UU No.22 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

99

(3)

Sehingga Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu Induk menerapkan Struktur Organisasi Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor: 41 Tahun 2007, terdiri dari: 9 (sembilan) kecamatan; 98 (sembilan puluh depalan) desa/kelurahan (75 desa dan 23 kelurahan); 14 (empat belas) Dinas; 8 (delapan) Badan; 5 (lima) kantor; 1 (satu) Setdakab (3 asisten dan 11 bagian); dan 1 (satu) setwan.100

Wilayah Kabupaten Labuhan Batu saat ini tergabung dalam tiga kabupaten yakni:

1. Kabupaten Labuhan Batu Induk/Raya; 2. Kabuapten Labuhan Batu Utara; 3. Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

Ketiga kabupaten tersebut merupakan Jalur Lintas Timur Pulau Sumatera dengan jarak 285 Km dari Medan, 329 Km dari Propinsi Riau, dan 760 Km dari Propinsi Sumatera Barat. Kabupaten Labuhan Batu terletak pada koordinat 10, 260-20,110 Lintang Utara (LU) dan 910, 010-950,530 Bujur Timur (BT) dengan batas wilayah sebagai berikut:101

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Asahan dan Selat Malaka. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Riau.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.

100

Wawancara dengan Sekretaris Daerah Kabupaten Labuhan Batu, Hasban Ritonga, Pembina Utama Muda, tanggal 27-28 April 2012. Bupati Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu Induk saat ini adalah dr. H. Tigor Panusunan Siregar, Sp.PD.

101

(4)

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara.

Pada mulanya luas Kabupaten Labuhan Batu adalah 9.223,18 Km², sedangkan jumlah penduduknya sebanyak 1.431.605 jiwa pada tahun 2008. Dengan dibentuknya Kabupaten Labuhan Batu Selatan dan Kabupaten Labuhan Batu Utara, maka luas Kabupaten Labuhan Batu berkurang menjadi 2.562,01 Km² dan penduduknya sebanyak 875.692 jiwa pada tahun 2008.102

Wilayah hukum Polres Labuhan Batu meliputi Kabupaten Labuhan Batu Induk, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, dan Kabupaten Labuhan Batu Utara. Jika ditotal ketiga kabupaten ini, secara geografi, letak daerah ketiga kabupaten yang menjadi wilayah hukum Polres Labuhan Batu terletak pada bagian utara khatulistiwa yaitu antara koordinat 1

0

.26’-20

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera.

.11’ LU dan 97.07’-98’.53’ BT dengan batas wilayah sebagai berikut:

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan (Polres Tapanuli Selatan).

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tobasa dan Kabupaten Asahan (Polres Tobasa dan Polres Asahan).

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir (Propinsi Riau).

102

(5)

Kabupaten Labuhan Batu sesuai SK Mendagri Nomor: 135/1544/OTDA tertanggal 4 Agustus 2008 telah dibentuk menjadi 3 kabupaten yang terdiri dari 22 kecamatan. Total luas daerah ketiga kabupaten: 9.223,18 Km2 yang terdiri dari Kabupaten Labuhan Batu Induk, Labuhan Batu Utara, dan Labuhan Batu Selatan dengan pembagian wilayah yang meliputi 22 kecamatan dan 14 Polsek. Suhu rata-rata 22,4oC-32,30oC, iklimnya tropis dengan curah hujan rata-rata 2586,0 mm, banyaknya hari hujan rata-rata 140 hari per tahun. Perbedaan musim kemarau dan musim hujan hampir tidak ada kecuali pada musim penghujan ditandai dengan banyaknya curah hujan.103

Keadaan alam secara fisik di sebelah utara dan timur pada umumnya rata-rata rendah di sebelah barat dan selatan dataran tinggi bergunung-gunung yang berada di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan dengan komposisi alamnya: Dataran rendah ±40%; Dataran aliran sungai dan gambut ±30%; Dataran perbukitan dan pegunungan ±20%; Dataran Marin/jalur pantai ±10%; dan berada pada ketinggian antara 0 s/d 2.115 meter di atas permukaan air laut dengan ketinggian rata-rata 43 meter.104

Menurut data Polres Labuhan Batu tahun 2012, jumlah penduduk untuk ketiga kabupaten Labuhan Batu ±1.027.964 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut, terdiri dari beberapa suku yang ada di daerah Labuhan Batu meliputi: pertama penduduk Asli terdiri dari: suku Melayu, suku Batak (Mandailing, Toba, Simalungun, Karo, Dairi, Pak-Pak, Nias, dan Angkola). Kedua Pendatang terdiri dari: Aceh, Ambon, Jawa,

103

Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu 2012.

104

(6)

Banjar, Jambi, Minang, Makasar, Sunda, Bali, Lambok, Riau, Palembang, dan Lampung.

Jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Labuhan Batu Induk, Labuhan Batu Utara dan Labuhan Batu Selatan sebanyak ±1.027.964 jiwa sedang luas wilayah adalah ±9.223,18 Km2 sehingga kepadatan penduduk rata-rata ±111,454 jiwa/Km2. Dari perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah Kabupaten Labuhan batu, dapat dikatakan kabupaten ini masih tergolong belum padat (masih jarang). Sehingga beberapa daerah dikabupaten ini khususnya pada jalur-jalur lintas tertentu sepi dari keramaian. Kondisi inilah yang memungkinkan bagi pelaku untuk memanfaatkan peluang melakukan Curas.105

Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Labuhan Batu, mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian sebagai petani (71,13%) kemudian diikuti dengan industri pengolahan (32,42%). Berdasarkan persentase ini, dapat dikatakan bahwa penduduk di Kabupaten Labuhan Batu pada umumnya belum sejahtera sebagaimana kehidupan di kota-kota yang pada umumnya sudah berada pada tahap industrialisasi.106

Dengan beraneka ragamnya suku, agama, mata pencaharian penduduk, dan golongan penduduk di wilayah hukum Polres Labuhan Batu, maka dalam kehidupan sehari-hari terjadi penonjolan ciri-ciri adat istiadat maupun sifat kedaerahan sehingga cenderung menimbulkan gangguan kamtibmas. Pesatnya perkembangan teknologi

105

Laporan Kapolres Labuhan Batu Bulan Mei 2012..

106

(7)

dan pembangunan, baik dari dalam maupun dari luar negeri, sangat mempengaruhi kebudayaan masyarakat, sehingga merubah status sosial masyarakat Labuhan Batu yang tentu berakibat terhadap keinginan untuk menyesuaikan diri dengan menerima budaya luar yang tidak sesuai dengan kebudayaan setempat, maka sering timbul gejolak sosial seperti: perkelahian antara remaja; pemerasan; kejahatan asusila; penipuan tenaga kerja; penyalahgunaan Narkotika dan obat terlarang; tindak pidana kekerasan; Isue santet dan begu ganjang; dan lain-lain.

Apabila dilihat wilayah hukum Polres Labuhan Batu yang tergabung dalam tiga kabupaten yakni: Kabupaten Labuhan Batu Induk/Raya, Kabuapten Labuhan Batu Utara, dan Kabupaten Labuhan Batu Selatan, dengan jumlah penduduk di ketiga kabupaten ini berjumlah ±1.027.964 jiwa sedang luas wilayah adalah ±9.223,18 Km2, sangat tidak seimbang dengan sarana-sarana di atas seperti: jumlah pasar sembako hanya 14 tempat, industri kerajinan hanya 5 macam sehingga berdasarkan data ini dapat dikatakan bahwa kegiatan perekonomian masyarakat cenderung masih banyak yang tidak difungsikan.

(8)

pelaku-pelaku tindak pidana dalam melakukan aksinya sehingga merupakan tantangan tugas Polri khususnya Polres Labuhan Batu yang sangat mendesak dan komplit. Beberapa faktor kondisi wilayah, penduduk, dan kemampuan personil Polres diuraikan berikut ini.

Kondisi kemampuan kesatuan Polres Labuhan Batu jika ditinjau dari kemampuan jumlah personil Polres Labuhan Batu hanya berjumlah 1.024 orang yang bertugas tersebar di ketiga kabupaten ini. Jumlah tersebut terdiri dari: Personil Polri aktif 974 orang dan Personil Pegawai Negeri Sipil (PPNS) 50 orang. Dari jumlah personil ini kurang memungkinkan untuk dapat melindungi, mengayomi, dan melayani kepentingan-kepentingan masyarakat di tiga kabupaten yakni: Kabupaten Labuhan Batu Induk, Kabupaten Labuhan Batu Utara, dan Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

Kondisi kemampuan kesatuan Polres Labuhan Batu jika ditinjau dari kemampuan jumlah personil Polres Labuhan Batu hanya berjumlah 1.024 orang yang bertugas tersebar di ketiga kabupaten yakni: Kabupaten Labuhan Batu Induk/Raya, Kabuapten Labuhan Batu Utara, dan Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Kondisi ini sangat tidak berimbang antara jumlah penduduk di ketiga kabupaten berjumlah ±1.027.964 jiwa dengan kemampuan jumlah personil Polres Labuhan Batu hanya berjumlah 1.024 orang.

(9)

gerak pelaku tidak seimbang dengan kondisi wilayah yang banyak memliki jalur-jalur pelarian termasuk jalur lintas yang kurang bisa dikontrol.

Sementara sarana dan prasarana pendukung berupa material fasilitas dan logistik seperti rumah dinas, kepemilikan tanah, Senjata Api, Alat Komunikasi, Alut, Alsus, dan Amunisi, juga masih sangat terbatas dalam pelaksanaan tugas Polres Labuhan Batu untuk melindungi, mengayomi, dan melayani kepentingan-kepentingan masyarakat di ketiga kabupaten tersebut. Dalam laporan Kapolres, Hirbak Wahyu Setiawan disampaikan kepada Kapolda Sumut agar sarana dan prasarana serta kekuarangan jumlah personil tersebut perlu dipriotitaskan dalam menjalankan tugas Kepolisian di Labuhan Batu.

Anggaran Rutin untuk Polres Labuhan Batu telah dianggarkan dan diterima tepat pada waktunya sesuai dengan RKA-K/L Polres Labuhan Batu. Sedangkan Anggaran Khusus untuk operasional Polres Labuhan Batu telah dilaksanakan Operasi Kepolisian Tahun 2010 dan periode Januari s/d April 2012 sesuai dengan perintah Operasi Polda Sumut dan sampai saat ini anggaran khusus telah disalurkan sesuai dengan peruntukannya.

C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan di Labuhan Batu

(10)

dan fungsi aparat hukum, maka banyak faktor yang dapat menimbulkan kecenderungan terjadinya kejahatan atau tindak pidana khususnya Curas di Kabupaten Labuhan Batu sekaligus sebagai bibit-bibit yang dapat menimbulkan kejahatan.107

Meningkatnya angka kejahatan atau tindak pidana khususnya Curas di wilayah hukum Polres Labuhan Batu disebabkan dari faktor-faktor kondisi wilayah, hasil kekayaan, angka kemiskinan dan pengangguran ditambah dengan wilayah hukum Polres Labuhan Batu terlalu luas sampai meliputi tiga kabupaten yakni Kabupaten Labuhan Batu Induk/Raya, Kabupaten Labuhan Batu Utara, dan Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Kemudian faktor selanjutnya kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki Polres Labuhan Batu baik dari segi personil maupun alat yang digunakan. Faktorfaktor tersebut sekaligus menjadi hambatan dalam pelaksanaan tugas di Polres Labuhan Batu.

108

Dari perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah Kabupaten Labuhan batu, dapat dikatakan kabupaten ini masih tergolong belum padat (masih jarang).

109

107

Wawancara dengan Bapak Malatai Sianipar (Pengusaha Kelapa Sawit di Aek Natas) tanggal 22 Mei 2012.

Sehingga beberapa daerah dikabupaten ini khususnya pada jalur-jalur lintas tertentu sepi dari keramaian. Kondisi ini juga sebagai faktor yang memungkinkan bagi pelaku untuk memanfaatkan peluang melakukan Curas.

108

Wawancara dengan Haji Dullah (Penduduk Rantau Parapat) tanggal 21 Mei 2012.

109

(11)

Faktor kondisi kurangnya jumlah personil sebagaimana yang diuraikan di atas, sering ditemukannya masalah di lapangan misalnya dalam hal penanganan kasus-kasus kejahatan Curas dimana pelaku melarikan diri. Sementara jumlah personil untuk melakukan penyempiran ruang gerak pelaku tidak seimbang dengan kondisi wilayah yang banyak memliki jalur-jalur pelarian termasuk jalur lintas yang kurang bisa dikontrol.

Faktor-faktor diartikan di sini sebagai sebab-sebab terjadinya sesuatu hal. Semua faktor di atas dikatakan sebagai faktor kriminogen yang diartikan dari dua suku kata yakni kriminal dan gen. Kriminal (criminale) artinya hal-hal yang berhubungan dengan kejahatan atau tindak pidana atau pelanggaran hukum pidana. Sedangkan gen (genus) diartikan bibit atau bakal menjadi berpengaruh, menjadi besar dan berdampak. Sehingga kriminogen dapat diartikan sebagai bibit-bibit atau cikal bakal yang menjadi penyebab timbulnya kejahatan atau tindak pidana atau pelanggaran terhadap hukum pidana.110

Karakteristik pelaku (penjahat) yang digambarkan oleh Casero Lambroso dari perspektif biologis saat ini tidak selalu dapat dinilai dari faktor biologis semata. Walaupun menurutnya bahwa pelaku (penjahat) itu didasarkan pada ciri bilogis misalnya dilihat dari tulang tengkoraknya, warna kulit, rambut, dan lain-lain, namun telah berkembang dalam berbagai pandangan lain misalnya dipandang dari kehendak bebas oleh berbagai aspek watak secara pribadi, lingkungan, dan ekonomi.

110

(12)

Secara pribadi dapat dipandang sebagai faktor internal, mungkin pada faktor inilah yang dimaksud oleh Lambroso yang merupakan turunan secara biologis yang melekat pada diri penjahat tersebut. Jika dipandang dari sisi kondisi, keadaan yang tampak misalnya kesempatan atau peluang juga bisa menjadi faktor munculnya niat jahat pelaku. Apalagi secara yuridis (hukum), kurangnya sarana perlindungan, pengayoman, dan pelayanan aparat Kepolisian menyebabkan kesempatan atau peluang tadi menjadi efektif dilakukan oleh penjahat.111

Selain itu, dapat dipandang dari aspek letak dan strategis objek perbuatan jahat tersebut misalnya pencurian mungkin bisa saja terjadi di daerah perkotaan tetapi kecenderungan untuk mencuri barang-barang yang ada dalam truk dengan cara merampok, kecil kemungkinan, melainkan peluang terbesar terjadi di tempat pertokoan, swalayan-swalayan, dan mall. Kecenderungan untuk merampok barang-barang muatan dalam truk, mungkin besar kemungkinan terjadi di jalan-jalan khususnya jalan lintas sebagai tempat yang strategis untuk dapat menghilangkan jejak pelaku.

Faktor ekonomi misalnya kemiskinan adalah genus kriminal yang dipandang banyak orang sudah tua usianya. Namun hingga saat ini faktor kemiskinan ini juga menjadi faktor kondusif bagi seseorang untuk melakukan pencurian walaupun tidak semuanya manusia beralih menjadi pencuri karena faktor ekonomi tetapi pada umumnya menurut data yang diperoleh di Polres Labuhan Batu, faktor-faktor tersebut

111

(13)

di atas tergolong sebagai faktor kriminogen untuk melakukan pencurian bahkan pencuri tidak segan-segan melakukan tindak kekerasan terhadap korban.

1. Faktor dari Hasil Pendapatan Penduduk

Pandangan pertama dilihat dari hasil pendapatan masyarakat atau penduduk yang tinggal maupun beraktifitas khususnya kegiatan bisnis di daerah Kabupaten Labuhan Batu. Kabupaten ini tergolong masih baru dimekarkan sebagai pecahan dari Kabupaten Asahan.112

Kondisi pertumbuhan ekonomi di ketiga kabupaten ini mulai meningkat, seiring dengan krisis ekonomi yang berkepanjangan berdampak luas terhadap segala dimensi kehidupan masyarakat sehingga masyarakat sangat kritis, sensitif dan mudah terpancing untuk melakukan pelanggaran hukum. Terjadinya peningkatan kuantitas dan kualitas kejahatan serta situasi politik yang tidak menentu dapat membawa dampak pada kehidupan masyarakat sehingga Polri dituntut lebih aktif dalam memberikan perlindungan dan rasa aman kepada masyarakat baik melalui kegiatan rutin maupun operasi Kepolisian yang didukung dengan kerjasama masyarakat secara gotong-royong dengan melakukan Siskamswakarsa.

Berdasarkan perkembangan daerah ini hingga dimekarkan menjadi Kabupaten berarti laju pertumbuhan ekonomi tergolong tinggi di daerah Kabupaten Labuhan Batu.

Salah satu faktor yang membuat laju pertumbuhan ekonomi masyarakat di Kabupaten Labuhan Batu adalah hasil pendapatan masyarakat dari kegiatan bisnis

112

(14)

perkebunan Kelapa Sawit. Baik perkebunan milik Pemerintah Daerah dan Pusat maupun perkebunan milik swasta atau pribadi-pribadi (masyarakat) menjadi faktor signifikan sebagai pemasukan dari sektor pajak daerah. Perputaran uang tergolong cepat dalam kegiatan bisnis di berbagai sektor di daerah ini. Selain hasil perkebunan dari Kelapa Sawit, juga hasil-hasil dari perkebunan Karet, yang umumnya pemilik kebun swasta di daerah ini adalah orang-orang yang memiliki banyak uang atau para konglomerat yang sering disebut toke-toke sawit dan toke karet.

Perbandingannya dari sisi kepemilikan atas barang-barang mewah seperti mobil-mobil pribadi, rata-rata dimiliki masyarakat di daerah Kabupaten Labuhan Batu dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya seperti Kisaran, Tanjung Balai, Batu Bara, dan lain-lain, khususnya pada toke-toke sawit dan karet tidak terlalu memperhitungkan kemewahan jenis mobil ini jika digunakan untuk mobil pengangkut sawit atau karet.113

Apabila dibandingkan antara pendapatan dari sektor perkebunan dibanding sektor lain seperti pendapatan perikanan atau kelautan, tampaknya lebih maju dan sejahtera masyarakat yang berada dalam sektor perkebunan. Misalnya jika dibandingkan antara daerah Labuhan Batu dengan Tanjung Balai tampak bahwa keseahteraan masyarakat di Labuhan Batu jauh lebih meningkat daripada masyarakat yang tinggal sebagai pelaut di daerah Tanjung Balai. Masyarakat yang tinggal di daerah Perdagangan, Lima Puluh, dan Gunung Bayu umumnya menjadi karyawan

113

(15)

atau staf di PTPN IV dan di PTPN III Sei Mangke sedangkan di daerah Labuhan Batu umumnya masyarakatnya berposisi sebagai toke-toke sawit dan karet yang banyak uang untuk menampung serta mengorder hasil-hasil kebun ke daerah-daerah lain untuk diolah.

Hasil perkebunan Kelapa Sawit dan Karet di Kabupaten Labuhan Batu lebih menonjol dibandingkan dengan hasil-hasil perkebunan lainnya seperti perkebunan Kopi Coklat yang rata-rata dimiliki oleh masyarakat kelas menengah ke bawah. Ada juga masyarakat yang memiliki kegiatan ternak unggas seperti ayam dan bebek tetapi hasilnya tidak signifikan diperoleh jika dibandingkan dengan pendapatan dari hasil kebun Kelapa Sawit dan Karet. Selain itu juga ditemukan masyarakat yang beternak Lembu, dimana hasil perolehan untung dari ternak Lembu relatif lama baru dapat menghasilkan tetapi hasilnya tidak signifikan dibandingkan dengan hasil perkebunan Kelapa Sawit dan Karet yang walaupun proses penanamannya lama tetapi proses produksi buahnya atau getahnya dapat dirasakan dan dipanen bertahun-tahun oleh masyarakat.

(16)

perkebunan Negara, Swasta, Nasional, Swasta Asing, yang pada umumnya ditanami karet dan kelapa sawit, antara lain sebagai berikut:114

Skala prioritas di atas sangat menjanjikan pendapatan penduduk di daerah ini yang berasal dari hasil-hasil perkebunan baik perkebunan Negara, Swasta, Nasional, Swasta Asing, yang pada umumnya ditanami karet dan kelapa sawit. Kondisi pertumbuhan perkebunan Negara di tiga kabupaten ini cenderung menjadi objek palaku Curas untuk memanfaatkan peluang melakukan perampokan di jalan-jalan lintas Sumatera terutama jika truk-truk yang membawa biji sawit olahan tidak didukung dengan pengawalan dari aparat.

Demikian juga pertumbuhan perkebunan Asing di tiga kabupaten ini terus meningkat. Banyaknya jumlah perkebunan Asing di tiga kabupaten ini juga cenderung menjadi objek palaku Curas untuk memanfaatkan peluang melakukan perampokan di jalan-jalan lintas Sumatera terutama jika truk-truk yang membawa biji sawit olahan tidak didukung dengan pengawalan dari aparat.

Banyaknya perusahaan-perusahaan perkebunan di wilayah Kabupaten Labuhan Batu, menjadi perhatian dan gambaran bagi pelaku (penjahat) atau pencuri bahwa dengan menduga terhadap orang-orang para pengusaha atau toke-toke sawit dan karet atau pemilik perkebunan adalah orang-orang yang berduit (banyak uang). Orang-orang seperti ini menjadi target para pelaku (pencuri) kapan orang-orang tersebut lalai, atau tanpa kawalan, maka para pencuri dengan mudah melakukan

114

(17)

aksinya. Bahkan pelaku melakukan perampokan terhadap targetnya bukan saja diarahkan oleh pelaku pada harta benda seperti uang, perhiasan, hasil penjualan tetapi juga mereka melakukan aksi perampokan dengan tidak segan-segan membunuh korban.115

Jumlah Tindak Pidana pencurian dengan kekerasan (JTP Curas) di Polres Labuhan Batu dari Tahun 2009 s/d Tahun 2011 meningkat dari 62 kasus menjadi 101 kasus. Korban dari jumlah kasus Curas tersebut pada umumnya terakit dengan hasil-hasil perkebunan sawit dan karet oleh orang-orang atau para pengusaha atau toke-toke atau pemilik perkebunan atau supir-supir truk perkebunan yang tanpa pengawalam dari aparat sedang membawa dan melintas di sepanjang jalan lintas Sumatera yang melalui Kabupaten Labuhan Batu.

Selain aksi perampokan yang menggunakan senjata api, juga baru-baru ini terjadi perampokan bersenjata api hingga korbannya tewas di wilayah hukum Polres Labuhan Batu sudah berulang kali terjadi. Dalam satu tahun terakhir di tahun 2012, tercatat sudah 4 (empat) kasus perampokan bersenjata api yang korbannya ditembak mati di tempat. Sasaran pelaku pada umumnya adalah pengusaha perkebunan yang baru saja menjual hasil panennya.116

115

Wawancara dengan Bapak Ibran Sitorus (Pengusaha Perkebunan Kelapa Sawit) di Rantau Parapat tanggal 23 Mei 2012.

116

(18)

2. Faktor Kesadaran Masyarakat akan Pentingnya Penjagaan dan Pengawalan dari Aparat Kepolisian

Ada semacam model berfikir masyarakat di Kabupaten Labuhan Batu khususnya para orang-orang yang tergolong memiliki banyak uang seperti anggapan bahwa dirinya adalah segalanya karena banyak memiliki uang sehingga menurutnya semuanya bisa diukur dengan uang. Pernyataan demikian dapat diketahui dari tingkat kesadaran masyarakat para pelaku bisnis akan pentingnya pengawalan atas harta benda miliknya dari aparat baik Kepolisian maupun Militer.117

Apabila dianalisa ketentuan Pasal 14 ayat (1) huruf a UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian, secara tegas ditentukan bahwa salah satu tugas pokok Kepolisian adalah melaksanakan penjagaan dan pengawalan terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan. Ketentuan dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a ini mengeaskan ”sesuai kebutuhan”. Jika masyarakat tidak butuh penjagaan dan pengawalan terhadap harta benda miliknya, Kepolisian tidak perlu melakukan penjagaan atau pengawalan.

Faktor inilah salah satu yang menyebabkan truk-truk yang membawa buah Kelapa Sawit, minyak CPO, ataupun Karet tidak dikawal oleh aparat Kepolisian.

Kepolisian sebagai pengayom, pelindung, dan pelayan masyarakat memiliki prosedural sesuai dengan ketentuan dalam perundang-undangan. Persoalan yang kemudian muncul adalah ketika masyarakat mengalami pencurian di jalan-jalan,

117

(19)

maka yang disalahkan adalah pihak aparat yang kurang melaksanakan tugas dan fungsinya.118

Pada faktanya sudah sering terjadi peristiwa pencurian terhadap barang-barang mewah di Labuhan Batu, perampokan terhadap truk yang membawa hasil-hasil perkebunan yang melintas di jalanan, tetapi masyarakat tidak sadar bahwa perisitiwa demikian perlu aparat untuk melakukan penjagaan dan pengawalan. Bahkan suatu tempat yang sudah dijaga atau dikawal oleh aparat Kepolisian pada tempat-tempat tertentu sekalipun seperti bank, pencuri atau perampok tidak segan-segan melakukan aksinya.

Padahal khusus dalam hal penjagaan dan pengawalan jelas-jelas ditegaskan dalam ketentuan dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian yang mengeaskan ”sesuai kebutuhan”. Jadi, terlebih dahulu harus ada permintaan dari masyarakat kepada Kepolisian untuk melakukan penjagaan atau pengawalan.

119

Apabila dipandang dari sisi finansial para pelaku bisnis di daerah Kabupaten Labuhan Batu, umumnya memiliki uang yang mampu untuk meminta bantuan dari pihak Kepolisian dalam hal penjagaan dan pengawalan, namun karena anggapan atau tradisi cara berfikir masyarakat seperti yang diutarakan di atas, menganggap tidak perlu membutuhkan bantuan dari pihak aparat Kepolisian.

120

Faktor dari sisi penjagaan dan pengawalan terhadap harta benda yang tergolong besar nominalnya adalah sesuatu yang penting dilakukan oleh masyarakat

(20)

dengan meminta bantuan kepada pihak Kepolisian setempat. Dapat diprediksi dengan mudah, jika truk-truk yang membawa hasil-hasil perkebunan melintas di jalan-jalan yang sunyi dari keramaian cenderung menjadi target atau sasaran pencuri atau perampok.

3. Faktor Jalan Lintas Sumatera yang Strategis

Kabupaten Labuhan Batu merupakan Jalur Lintas Timur Pulau Sumatera dengan jarak 285 Km dari Medan, 329 Km dari Propinsi Riau, dan 760 Km dari Propinsi Sumatera Barat. Kabupaten Labuhan Batu terletak pada koordinat 10, 260-20,110 Lintang Utara (LU) dan 910, 010-950,530 Bujur Timur (BT) dengan batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Asahan dan Selat Malaka. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Riau.

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara.

(21)

Kabupaten Labuhan Batu mempunyai kedudukan yang cukup strategis, berada pada Jalur Lintas Timur Sumatera dan berada pada persimpangan menuju Propinsi Sumatera Barat dan Riau, yang menghubungkan pusat-pusat perkembangan wilayah di Sumatera dan Jawa serta mempunyai akses yang memadai ke luar negeri karena berbatasan langsung dengan Selat Malaka.

Globalisasi menjadi isu sentral dan menjadi faktor yang berpengaruh terhadap perubahan dalam masyarakat. Sehingga menimbulkan masyarakat global seperti yang dikatakan Esmi Warassih, globalisasi yang berlangsung saat ini semakin kuat dan semakin luas cakupannya. Kecenderungan suatu wilayah di dunia menjadi satu dalam format sosial-politik-ekonomi yang pada satu sisi menciptakan pertumbuhan ekonomi dan materil, di sisi lain membawa masalah sosial, memicu peningkatan kriminali, korupsi, gaya hidup baru, kerusakan ekologi, dan sebagainya.121

Globalisasi menjadi sebuah faktor peluang untuk melakukan kriminali bagi pelaku perampokan atau pencurian dengan kekerasan, sebab dengan globalisasi membuka jalur-jalur internasional masuk dan keluarnya manusia, barang-barang dan jasa secara terus-menerus. Pembukaan akses melalui perbatasan-perbatasan sehingga mempermudah para pelaku kriminal untuk melarikan diri ke luar negeri, menghilangkan jejak kriminalnya agar tidak mudah dilacak oleh aparat Kepolisian.

122

121

Esmi Warassih, Op. cit, hal. 72. Masyarakat global dengan berbagai bentuk seperti: global economy, global education, global human condition, global humanity, global order, dan global village.

122

(22)

BAB IV

PERANAN KEPOLISIAN RESOR LABUHAN BATU TERHADAP PENCURIAN DENGAN KEKERASAN

A. Peranan Kepolisian Berdasarkan Undang-Undang Kepolisian

Sedemikian rincinya disebutkan peranan Polri dalam UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolsian (UU Kepolisian). Menurut Awaloedin Djamin, menjadikan Polri memiliki tugas mulai dari proses pre-emptif, preventif, dan refresif. Keseluruhan tugas dan wewenang tersebut, merupakan fungsi Polisi yang bersifat universal.123

Upaya preemtif Polres Labuhan Batu seperti:

Peran Polri dalam memberantas kejahatan-kejahatan termasuk Curas di wilayah hukum Polres Labuhan Batu dilakukan melalui tindakan-tindakan preemptif, preventif dan refresif.

1. Kegiatan penyuluhan seperti pencerahan ajaran dan pandangan melalui tokoh-tokoh keagamaan untuk memberikan pemahaman ajaran agama akan pentingnya nilai-nilai Ketuhanan sehingga dapat meminimalisir tindakan-tindakan masyarakat untuk berbuat jahat.

2. Turut serta berdampingan dengan masyarakat dalam hal penyelesaian konflik antar masyarakat secara damai melalui dialog, negosiasi, dan sebagainya sehingga dapat menambah kedekatan Polri dengan masyarakat setempat. 3. Upaya resosialisasi akan dampak bahaya dari tindakan-tindakan kriminal

melalui iklan-iklan di sepanjang jalan lintas dengan menekankan

123

(23)

kewaspadaan kepada masyarakat Labuhan Batu terhadap tindakan-tindakan kriminalitas di jalan-jalan.

4. Kegiatan penyuluhan melalui redukasi terhadap para siswa-siswi ke sekolah-sekolah dengan menanamkan cara-cara berfikir normal dalam kehidupan masyarakat dan menanamkan sikap ketauladanan pelajar dalam mengemban perannya sebagai generasi penerus bangsa.

5. Turut serta bersama dinas-dinas Pemerintah Kabupaten Labuhan batu untuk memperbaiki sarana dan prasarana termasuk infrastruktur serta fasilitas publik yang rusak guna menormalisasi pelayanan publik dan kegiatan masyarakat. Upaya-upaya preemtif ini lebih berfokus pada kegiatan-kegiatan yang bersifat penyuluhan sebagai langkah dini (dilakukan jauh sebelum kejahatan terjadi) untuk menghambat faktor-faktor kondusif atau bibit-bibit yang berkemungkinan tumbuh menjadi sumber kejahatan. Dilakukan melalui pendekatan tokoh-tokoh masyarakat, sekolah-sekolah, tokoh pemuda, dan lain-lain untuk diajak dan menanamkan sikap menjadi warga negara yang baik dan menumbuhkan kontrol terhadap individu dan masyarakat.124

Upaya preventif (pencegahan) terhadap kejahatan-kejahatan dilakukan oleh Polres Labuhan Batu melalui hal-hal berikut:

1. Melakukan peningkatan pengamanan dan pengawasan melalui operasi-operasi kegiatan rutin misalnya Patroli, Gatur Lantas, Razia pada siang dan malam

124

(24)

hari terhadap penggunaan senjata api illegal, kepemilikan Narkotika, atribut transprotasi.

2. Pengawasan terhadap perbatasan atau pintu-pintu keluar dan masuk, pengawasan dalam pemberian dokumen perjalanan (paspor, visa, dan sebagainya), pengawasan dalam hal pengeluaran Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan administrasi kependudukan.

3. Intensifikasi kegiatan pengamanan swakarsa. Pengamanan swakarsa adalah suatu bentuk pengamanan yang diadakan atas kemauan, kepentingan, dan kesadaran masyarakat sendiri yang kemudian memperoleh pengukuhan dari Kepolisian, misalnya: permintaan untuk pengamanan di lingkungan permukiman, perkantoran, pertokoan, lingkungan pendidikan, tempat-tempat rekreasi, dan lain-lain. Model pengamanan swakarsa ini misalnya dengan menempatkan satpam termasuk pula pengadaan siskamling.125

4. Penyelenggaraan latihan-latihan simulasi penggunaan alat canggih dan keterampilan bagi aparat Kepolisian.

5. Pembentukan Perpolisian Masyarakat (Polmas) atau disebut dengan Giat Polisi Desa yang berada di setiap kelurahan (kota) dan di desa-desa untuk melakukan pendataan terhadap warga masyarakat berkaitan dengan penduduk yang menetap dan pendatang.

6. Pengamanan kegiatan-kegiatan masyarakat dan Pemerintahan misalnya acara pernikahan, konser-konser, dan lain-lain.

125

(25)

7. Melakukan pengembangan sistim deteksi dini misalnya deteksi dini terhadap provokasi permusuhan bernuansa SARA dan kebencian terhadap kelompok-kelompok tertentu.

8. Penetapan dan pelarangan secara tegas terhadap organisasi-organisasi atau kelompok-kelompok masyarakat yang terkait sebagai organisasi premanisme dan sejenisnya serta melakukan razia terhadap tindakan-tindakan preman. Tindakan refresif terhadap Curas dilakukan melalui penggunaan sarana penal dengan mengoptimalkan hukum pidana mencakup hukum materil (KUH Pidana) maupun formil (KUHAP) untuk melakukan proses hukum terhadap pelaku Curas. Konteks refresif ini dapat dilakukan melalui pendekatan sarana perundang-undangan yang bersifat menekan, mengekang, menahan, memberantas atau menindak pelaku Curas agar pelaku menjadi jera.

Tindakan refresif yang dilakukan Polres Labuhan Batu dengan menggunakan sarana penal sebagai berikut:

1. Melakukan penyelidikan dan penyidikan.

a. Polri melakukan pengolahan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) secara cepat dan profesional.

(26)

c. Melakukan kerja sama dengan masyarakat setempat dalam melakukan penyelidikan, penyidikan, mengidentifikasi pelaku, dan dukungan teknis lainnya serta memperbanyak jaringan dan mengintensifkan informan. d. Melakukan kegiatan intelijen atau pengintaian yang meliputi: pemantauan

melalui penggunaan teknologi kamera pengintai (misalnya CCTV) di tempat atau objek-objek vital, melakukan penyusupan ke tempat-tempat yang diduga kuat terindikasi dengan kejahatan, dan saling pertukaran informasi antar intelijen.

e. Penggunaan poster-poster bergambar orang (pelaku) dan bertulis ”wanted” untuk publikasi pelaku terhadap masyarakat.

2. Mengoptimalkan sistem peradilan pidana dan perundang-undangan.

a. Mengoptimalkan KUH Pidana sebagai alat yang ditujukan untuk mengenakan sanksi terhadap pelaku Curas.

b. Pelaksanaan perundang-undangan secara konsisten.

c. Menjalin koordinasi antara sesama aparat penegak hukum dalam Sistem Peradilan Pidana.

d. Pemberian perlindungan saksi dan korban Curas. e. Mengoptimalkan proses peradilan.

3. Menggunakan diskresi Kepolisian jika diperlukan.

(27)

atau mempertimbangkan kemungkinan sanksi yang dikenakan terhadap dirinya jika tidak menaati hukum, maka bisa saja seseorang menaati hukum, karena adanya tekanan individu lain atau tekanan kelompok.126

Apabila suatu kelompok anutan misalnya menentang keras suatu tindakan yang melanggar hukum, maka akan dapat mencegah seseorang untuk melakukan pelanggaran hukum. Juga mungkin saja, seseorang individu memutuskan untuk menaati suatu aturan hukum karena alasan moral personalnya. Sebaliknya, seorang individu lainnya, dapat memutuskan tidak menaati suatu aturan hukum, juga karena alasan moral.127

Untuk menjalankan upaya-upaya tersebut di atas, peran Polres Labuhan Batu didasarkan pada UU Kepolisian sebagai acuan legalitas Polri dalam memberantas dan menanggulangi semua tindak pidana termasuk Curas. UU Kepolisian sebagai dasar hukum bekerjanya Kepolisian Republik Indonesia (Polri),128

126

Achmad Ali, Op. cit, hal. 345.

sebagaimana juga telah diamanatkan dalam UUD 1945 khususnya Perubahan Kedua, Ketetapan MPR RI No. VI/MPR/2000 dan Ketetapan MPR RI No. VII/MPR/2000. Keamanan dalam negeri dirumuskan sebagai format tujuan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan secara konsisten dinyatakan dalam perincian tugas pokok yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta melindungi, mengayomi, dan

127

Ibid.

128

(28)

melayani masyarakat. Namun, dalam penyelenggaraan fungsi kepolisian, Kepolisian Negara Republik Indonesia secara fungsional dibantu oleh kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa melalui pengembangan asas subsidiaritas dan asas partisipasi.

Amanat tersebut di atas telah didasarkan format baru sehingga diharapkan dapat lebih memantapkan kedudukan dan peranan serta pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai bagian integral dari reformasi menyeluruh segenap tatanan kehidupan bangsa dan negara dalam mewujudkan masyarakat madani yang adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

UU No.2 Tahun 2002 secara tegas menentukan perincian peran Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat. Tindakan pencegahan tetap diutamakan melalui pengembangan asas preventif dan asas kewajiban umum Kepolisian, yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Bahkan sekalipun itu tindak pidana pencurian dengan kekerasan Polri memiliki kewenangan diskresi, yaitu kewenangan untuk bertindak demi kepentingan umum berdasarkan penilaian sendiri.

(29)

Kepolisian: Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; Menegakkan hukum; dan Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Rumusan tersebut bukan skala prioritas, ketiga-tiganya sama penting yang dapat dibagi lagi secara khusus sesuai dengan kondisi tertentu. Dalam pelaksanaan tugas pokok tersebut mana yang perlu dikedepankan, bergantung pada situasi masyarakat dan lingkungan yang dihadapi karena pada dasarnya ketiga tugas pokok tersebut dilaksanakan secara simultan dan dapat dikombinasikan. Dalam pelaksanaan tugas ini harus berdasarkan norma hukum, mengindahkan norma agama, kesopanan, dan kesusilaan, serta menjunjung tinggi HAM.

Lebih khusus ditentukan dalam Pasal 14 ayat (1) UU No.2 Tahun 2002 dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepolisian bertugas:

1. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

2. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;

3. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

4. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

5. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

6. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;

7. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;

8. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;

(30)

10.Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

11.Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta

12.Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 15 ayat (1) UU No.2 Tahun 2002 ditentukan kewenangan Kepolisian secara umum:

1. Menerima laporan dan/atau pengaduan;

2. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum;

3. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;

4. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;

5. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian;

6. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;

7. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

8. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang; 9. Mencari keterangan dan barang bukti;

10.Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;

11.Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;

12.Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;

13.Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

Pasal 15 ayat (2) UU No.2 Tahun 2002 ditentukan pula kewenangan Kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undangan lainnya berwenang:

1. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya;

2. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor; 3. Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor;

4. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;

5. Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam;

(31)

7. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian;

8. Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan internasional;

9. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait;

10.Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional;

11.Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian.

Kewenangannya dalam bidang penegakan hukum pidana ditentukan dalam Pasal 16 ayat (1) UU No.2 Tahun 2002 menentukan Kepolisian berwenang untuk:

1. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;

2. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;

3. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;

4. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;

5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

6. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; 7. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara;

8. Mengadakan penghentian penyidikan;

9. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;

10.Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;

11.Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan

12.Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

(32)

sewenang-wenang dalam menangani setiap perkara atau peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Polri harus mengindahkan norma-norma yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat.

Menganalisa salah satu faktor penghambat bagi Polri khususnya Polres Labuhan Batu dalam melaksanakan perannya, bahwasanya jauh hari Plato, sudah menyebutkan ada 3 (tiga) kekuatan yang sangat mempengaruhi stabilitas suatu negara yaitu: Militer; Kaum intelektual; dan Kaum Interpreneur (pengusaha).129 Kadang-kadang secara tidak disadari kekuatan ini masih terjadi sampai saat ini, dimana hukum kadang-kadang atau cenderung terhambat untuk ditegakkan oleh karena faktor orang-orang berkuasa baik secara finansial maupun dalam hal lain seperti kekuatan militer sebagai beking atau bahkan pihak tertentu (oknum) Kepolisian bisa terlibat di dalamnya. Hal ini telah dikemukakan oleh Sanoesi sejak dirinya pernah diangkat menjadi Kapolri pada tahun 1987. Beliau mengatakan belajar dari teori Plato bisa dibenarkannya dan diterapkannya dalam tubuh Polri dimana dijadikannya sebagai langkah untuk menuyusun strategi baru.130

Strategi baru di tubuh Polres Labuhan Batu perlu suatu pembinaan khusus mengingat perkembangan kemajuan masyarakat di Labuhan Batu yang cukup pesat, seiring dengan meningkatnya jumlah tindak pidana (baik kejahatan dan pelanggaran) khususnya Curas yang masih tergolong kasus menonjol di wilayah hukum Polres Labuhan Batu hingga kini. Paradigma baru dalam melihat tujuan, tugas, fungsi,

129

Sanoesi, Almanak Kepolisian Republik Indonesia, (Jakarta: PT. Dutarindo ADV, 1987), hal. 342.

130

(33)

wewenang dan tanggung jawab Kepolisian berdasarkan undang-undang memiliki relevansi dengan tumbuhnya berbagai tuntutan dan harapan masyarakat terhadap pelaksanaan tugas Kepolisian yang makin meningkat dan lebih berorientasi kepada perlindungan, pelayanan, dan pengayoman masyarakat.131

B. Peranan Polres Labuhan Batu Dalam Penanganan Kasus Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan

Salah satu tindak pidana pencurian dengan kekerasan dari jumlah 67 kasus pada tahun 2011 yang ditangani oleh Polres Labuhan Batu adalah kasus pencurian dengan kekerasan terhadap dua orang supir (Maratogu Harahap dan Parenta Siregar) truk jenis Mithsubishi Cold Diesel yang bermuatan getah (karet) gumpalan sebanyak 4000 Kg (Empat Ribu Kilogram) oleh para pelaku yang terdiri dari 5 (lima) orang yakni: Ahmad Dahlan Pasaribu alias Dahlan, Hukban Sagala alias Ban, Ali Tua Tanjung alias Tua, Nurdin Sipahutar alias Nurdin (tersangka), dan Mail Siregar alias Mail, Ipong alias Ipo (masuk Daftar Pencarian Orang/DPO) termasuk DPO Polres Labuhan Batu adalah Ramli Sitorus yang diduga sebagai pihak yang membeli getah.

Tindak pidana pencurian dengan kekerasan tersebut diterima oleh Polres Labuhan Batu berdasarkan laporan dari Maratogu Harahap (supir) pada tanggal 15 April 2011. Dalam uraian singkat perkara Curas tersebut dijelaskan:

131

(34)

Telah terjadi pencurian dengan kekerasan pada hari Jumat tanggal 15 April 2011 sekitar pukul 01.00 WIB di Simpang Hockly Jalan Baru By Pass Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu yang dilakukan oleh tersangka Nurdin Sipahutar alias Udin (berkas terpisah), Ahmad Dahlan Pasaribu alias Dahlan, Hukban Sagala alias Ban, Ali Tua Tanjung alias Tua, Mail Siregar alias Mail, Ipong alias Ipo. Pada saat korban Maratogu Harahap melintas di Simpang Hockly Jalan Baru By Pass Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu dengan mengendarai mobil Mithsubisi Cold Diesel BB 8242 KA dengan muatan getah (karet) gumpalan sebanyak 4000 kg (empar ribu kilogram) bersama-sama dengan Parenta Siregar, mobil Mithsubisi Cold Diesel yang dikendarai oleh Maratogu Harahap dihadang oleh satu unit mobil Daihatsu Terios BK 1310 YL warna silver. Dari dalam mobil tersebut keluar tersangka Ahmad Dahlan Pasaribu alias Dahlan, Cs kemudian menarik korban Maratogu Harahap dan Parenta Siregar dari dalam mobil Mithsubisi Cold Diesel kemudian ditodong dengan menggunakan senjata api dan selanjutnya mengikat tangan dan kaki serta menutup mata Maratogu Harahap dan Parenta Siregar dibawa ke Air Batu Kabupaten Asahan dan diturunkan di sebuah parit bekoan dengan keadaan tangan dan kaki terikat serta mata tertutup. Akibat dari pencurian dengan kekerasan tersebut kerugian materi yang dialami oleh Maratogu Harahap adalah sebesar Rp.320.000.000,- (tiga ratus dua puluh juta rupiah).132

Berdasarkan uraian singkat dalam Laporan Polisi tersebut di atas, pihak Kepolisian langsung melakukan penyelidikan terhadap kasus ini dengan mencari pihak-pihak yang diduga kuat sebagai pelaku dan melakukan Olah Tempat Kejadian Perkara serta mencari bukti-bukti yang berkenaan dengan peristiwa pencurian dengan kekerasan yang dilaporkan oleh Maratogu Harapap. Sejalan dengan itu, pihak Kepolisian juga mengambil sikap pada hari itu juga dengan mengeluarkan Surat Perintah Penyidikan yang memerintahkan kepada para penyidik.133

132

Laporan Polisi Nomor: LP/590/IV/2011/SU/RES-LBH, tertanggal 15 April 2011.

133

Nama-nama para penyidik dalam kasus ini adalah: a. Torang Sitompul; pangkat Aiptu; jabatan penyidik; b. TP. Situmorang; pangkat Aipda; jabatan penyidik; c. L. Pandiangan, SH; pangkat Aipda; jabatan penyidik;

(35)

Surat Perintah Penyidikan (SP2) tersebut sebagaimana telah diamanatkan dalam KUHAP, UU Kepolisian, sehubungan dengan Laporan Polisi Nomor: LP/590/IV/2011/SU/RES-LBH, tertanggal 15 April 2011 atas nama pelapor Maratogu Harahap, untuk melaksanakan penyidikan tindak pidana pencurian dengan kekerasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 365 KUH Pidana dan melaporkan setiap perkembangan penyidikan kepada Kasat Reskrim Polresta Labuhan Batu.

Kemudian setelah kurang lebih 14 (empat belas) hari setelah dikeluarkannya SP2, pada tanggal 9 Mei 2011 Kasat Reskrim mengeluarkan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) terhadap tersangka Nurdin Sipahutar alias Udin,134 yang telah ditangkap pada hari Senin tanggal 25 April 2011 pukul 05.00 WIB di Dusun Lubuk Nor-Nor Desa Janji Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu, di rumah tempat atau di kampung kelahirannya sendiri.135

Langkah-langkah tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 16 dan Pasal 17 KUHAP. Ditegaskan dalam Pasal 16 bahwa: Untuk kepentingan penyidikan, penyelidik atas perintah penyidik berwenang melakukan penangkapan; dan Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dan penyidik pembantu berwenang melakukan penangkapan. Ketentuan ini memperkuat dasar hukum pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh Yusuf Ibrahim sebagai penyelidik (dan kawan-kawan) dalam hal menangkap Nurdin Sipahutar berdasarkan surat perintah penangkapan. Sesuai pula

134

Berdasarkan surat nomor: SPDP/266/V/2011/Reskrim, tertanggal 9 Mei 2011.

135

(36)

dengan ketentuan Pasal 17 KUHAP, dimana tersangka ditangkap karena diduga keras telah melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.

KUHAP menentukan lamanya penahanan di tingkat penyidikan (Kepolisian) hanya maksimal 20 (dua puluh) hari136 dan dapat diperpanjang kembali jika lama penahanan tersebut tidak cukup untuk mengumpulkan bukti-bukti paling lama 40 (empat puluh) hari.137 Guna mengefektifkan masa penahanan yang relatif singkat tersebtu, maka pada hari penangkapan terhadap tersangka, pada hari itu juga, Kasat Reskrim mengeluarkan Surat Perintah Penahanan yaitu tanggal 25 April 2011 bersamaan dengan hari penangkapan tersangka.138 Namun masa tenggang waktu penahanan selama 20 (dua puluh) hari tersebut tidak cukup untuk mengumpulkan bukti-bukti dan pemeriksaan terhadap tersangka belum selesai dilaksanakan, maka penyidik meminta perpanjangan masa penahanan kepada pihak Kejaksaan Negeri Rantau Prapat, terhitung sejak tanggal 15 Mei 2011 sampai dengan 23 Juni 2011.139

Permintaan masa perpanjangan penahanan tersebut dilakukan karena berhubungan dengan pemeriksaan terhadap para saksi lebih dari satu orang diantaranya adalah: pemeriksaan terhadap Nurdin Sipahutar (tersangka dalam perkara

136

Lihat Pasal 24 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1) KUHAP.

137

Pasal 24 ayat (2) KUHAP. Pihak Penyidik (Kepolisian) dapat meminta kepada pihak Penuntut Umum (Kejaksaan) untuk memperpanjang masa penahanan tersangka melalui Surat Permintaan Perpanjangan Penahanan.

138

Surat Perintah Penahanan Nomor: SP.Han/282/IV/2011/Reskrim, tertanggal 25 April 2011.

139

(37)

ini), beserta saksi-saksi Ahmad Dahlan Pasaribu, Hukban Sagala, Ali Tua Tanjung alias Tua )dalam perkara yang terpisah) belum selesai dilakukan pemeriksaan.

Sementara selama proses pemeriksaan terhadap tersangka dan para saksi, Kepolisian juga telah melakukan penyitaan tahap pertama tanggal 15 April 2011 terhadap barang-barang berupa benda-benda yang diduga kuat digunakan untuk mempermudah dilakukaknnya tindak pidana pencurian dengan kekerasan tersebut. Bukti-bukti itu berupa: tali nilon yang panjangnya lebih kurang 5 (lima) meter, 2 (dua) buah karet guntingan ban, dan 1 (satu) buah kemeja warna hitam dari Maratogu Harahap.140

Penyitaan terhadap benda-benda tersebut disaksikan oleh Maratogu Harahap (pemiliknya) dengan pihak Kepolisian: L. Pandiangan, SH, TP. Situmorang, dan P. Silalahi pada hari Jumat tanggal 15 April 2011 sekitar pukul 17.15 WIB di Polres Labuhan Batu dari saksi korban Maratogu Harahap untuk diserahkan kepada pihak penyidik Polres Labuhan Batu. Sesuai dengan ketentuan Pasal 38 ayat (1) KUHAP bahwa, ”Penyitaan hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin Ketua Pengadilan Negeri setempat”. Oleh karenanya, penyitaan itu juga diberitahukan kepada Ketua Pengadilan Negeri Rantau Prapat melalui Surat Persetujuan Izin Penyitaan.

141

Penyitaan tahap kedua dilakukan tanggal 24 April 2011 yang ternyata berupa: 1 (satu) unit mobil Daihatsu Terrios warna Silver Nomor Polisi BK 1310 YL dan 1

140

Surat Perintah Penyitaan Nomor: SP.Sita/554/IV/2011/Reskrim, tertanggal 15 April 2011.

141

(38)

(satu) unit Handpon merek Mito tipe 320 warna hitam diketahui setelah dilakukan pemeriksaan terhadap saksi atas nama Ahmad Dahlan sebagai pemilik barang-barang bukti tersebut.142 Penyitaan tahap kedua ini dilakukan pada tanggal 24 April 2011 sekitar pukul 14.30 WIB dari pemiliknya Ahmad Dahlan Pasaribu alias Dahlan di hadapan penyidik L. Pandiangan, TP. Situmorang, dan P. Silalahi penyidik Polres Labuhan Batu dan disetujui oleh Ketua Pengadilan Negeri Rantau Prapat.143

Polres Labuhan Batu tetap berkomitmen melaksanakan tugas dan fungsinya dalam mengungkap tindak pidana pencurian dengan kekerasan di Labuhan Batu yang dilakukan lebih dari satu orang secara bersama-sama. Ketika dilakukan penelitian ini, proses hukum yang telah diputus oleh pengadilan adalah terhadap terdakwa Nurdin Sipahutar alias Nurdin dan ditetapkan beberapa orang tersangka:

1. Maratogu Harahap (Supir Truk); 2. Parenta Siregar (Supir Truk); 3. Jahrul Hasibuan (Wiraswasta);

4. Ahmad Dahlan Pasaribu (Bertani, dalam hal ini bertindak sebagai pemberi perintah;

5. Hukban Sagala (Bertani, dalam hal ini bertindak sebagai turut serta membantu melakukan); dan

6. Ali Tua Tanjung (Bertani, dalam hal ini bertindak sebagai turut serta membantu melakukan).

142

Surat Perintah Penyitaan Nomor: SP. Sita/651/IV/2011/Reskrim, tertanggal 24 April 2011.

143

(39)

Berkas Acara Pemeriksaan Nurdin Sipahutar, oleh Kepolisian dibuat secara terpisah dengan kawan-kawannya serta menetapkan pencarian terhadap barang-barang bukti: satu unit mobil Cold Diesel dengan Nomor Polisi BB 8242 KA warna kuning yang dibawa pergi oleh Ramli Sitorus144, sejumlah 4000 Kg (empat ribu kilogram) Getah (karet gumpalan) dibawa pergi oleh Ramli Sitorus.145

1. Ramli Sitorus (membawa kabur mobil truk Cold Diesel BB 8242 KA warna kuning yang membawa Getah (gumpalan karet) 4000 Kg;

Kepolisian juga menetapkan beberapa orang yang terlibat dalam tindak pidana pencurian dengan kekerasan ini sebagai Daftar Pencarian Orang (DPO) Polres Labuhan Batu yakni:

146

2. Mail Siregar (dalam hal ini turut serta membantu melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan);147

3. Ipong (dalam hal ini turut serta membantu melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan).

dan

148

Menurut keterangan dari tersangka Nurdin Sipahutar alias Udin bahwa dirinya tidak mengetahui rencana apa yang akan dilakukan Ahmad Dahlan Pasaribu ketika dia disuruh datang ke simpang Aek Buruh, setelah tiba di tempat ketika menjumpai Ahmad Dahlan Pasaribu, Udin disuruh bertindak sebagai supir mobil Terrios BK

144

Daftar Pencarian Barang Nomor: DPB/76/V/2011/Reskrim Polres Labuhan Batu tanggal 13 Mei 2011.

145

Daftar Pencarian Barang Nomor: DPB/77/V/2011/Reskrim Polres Labuhan Batu tanggal 13 Mei 2011.

146

Daftar Pencarian Orang Nomor: DPO/205/V/2011/Reskrim Polres Labuhan Batu tanggal 13 Mei 2011.

147

Daftar Pencarian Orang Nomor: DPO/206/V/2011/Reskrim Polres Labuhan Batu tanggal 13 Mei 2011.

148

(40)

1310 YL warna silver yang sengaja dirental oleh Ahmad Dahlan Pasaribu. Ketika aksi perampokan (pencurian) itu dilakukan, Nurdin Sipahutar bertindak sebagai supir mobil truk Cold Diesel BB 8242 KA warna kuning yang membawa Getah (gumpalan karet) 4000 Kg, pada saat itulah Udin mulai curiga bahwa rencana Ahmad Dahlan Pasaribu dan kawan-kawan termasuk dirinya adalah untuk melakukan perampokan.

Sesampainya di tempat tujuan yakni di Simangga-Mangga tepatnya dekat sebuah warung nasi, mereka berdua kemudian turun dari truk tersebut. Udin disuruh Dahlan mengantarkan teman-teman yang lain ke arah Medan dan menurunkan supir dan kernet truk tersebut di pinggir jalan menuju Medan (di sebuah parit bekoan) lalu Udin kembali ke pulang ke arah Rantau Prapat dan menginap di rumah Dahlan.

Ternyata keesokan harinya (Jumat tanggal 15 April 2011) Dahlan dan Udin kembali ke tempat dekat warung nasi tersebut untuk bertemu dengan seseorang yang berpakaian dinas Loreng Provos Tentara dan memberikan uang kepada Dahlan sejumlah Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah). Umumnya pencurian, perampokan diduga kuat dibeking oleh orang-orang tertentu yang memiliki kekuasaan misalnya kekuasaan itu mungkin dinilai dari banyak uang (berdiut) atau dibeking oleh aparat itu sendiri. Hal inilah salah satu faktor penghambat dalam bagi Polres Labuhan Batu dalam menjalankan tugasnya. Faktor ini sekaligus sebagai faktor eksternal yang sangat kondusif.

(41)

Nurdin Sipahutar alias Udin dan kawan-kawan adalah salah satu tindak pidana yang tergolong sangat menonjol di wilayah hukum Polres Labuhan Batu dari tahun 2009 sampai tahun 2011. Pada tahun 2009 jumlah Curas 62 kasus, tahun 2010 jumlahnya naik secara drastis menjadi 101 kaus, dan pada tahun 2011 jumlahnya 67 kasus, sedikit turun dari tahun 2010 dan jumlahnya masih tetap di atas tahun 2009. Sebagaimana menurut data Polda Sumut pada tahun 2009 yang menunjukkan jumlah Curas untuk wilayah hukum Polres Labuhan Batu mencapai 21 kasus di Polres Labuhan Batu, namun menurut perolehan data di Polres Labuhan Batu data tersebut mencapai 62 kasus dan yang sudah diselesaikan 18 kasus. Untuk tahun 2010, jumlah Curas di Polres Labuhan Batu meningkat dari 62 kasus menjadi 101 kasus. Data tersebut sesuai dengan data Polda Sumut pada tahun 2010. Hingga pada tahun 2011, jumlah Cyras menurun dari 101 menjadi 67 kasus.149

Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa di wilayah hukum Polres Labuhan Batu belum ditemukan atau mungkin belum dilakukan penanganan Curas yang diprioritaskan untuk dapat menurunkan jumlah kasus Curas tersebut. Hal ini berarti Curas di Labuhan Batu masih tetap menjadi permasalahan yang hingga saat ini sangat diperlukan model atau cara baru dalam penangannya agar para pelaku menjadi jera.

149

(42)

C. Upaya-Upaya yang Telah Dilakukan Polres Labuhan Batu

Dalam mengantisipasi gangguan Kamtibmas Polres Labuhan Batu melakukan upaya-upaya tindakan Kepolisian untuk meminimalkan angka-angka kejahatan karena wilayah hukum Polres Labuhan Batu sangat luas dan berada di lintas timur sumatera dengan demikian maka harus dilakukan kegiatan-kegiatan rutin yang ditingkatkan untuk mendapatkan rasa aman dengan:

1. Tindakan Preemtif

Sebenarnya tindakan preemtif merupakan tindakan yang dilakukan jauh haris sebelum terjadinya kejahatan, sehingga lebih tepatnya disebut kegiatan ini merupakan kegiatan pembinaan masyarakat. Mahmud Mulyadi memasukkan kegiatan penyuluhan dan kegiatan pengamana swakarsa sebagai tindakan preemtif. Beliau juga menyatakan tindakan preemtif ini merupakan tindakan non penal (di luar hukum pidana) yang pada intinya untuk mencegah pelaku-pelaku potensial untuk melakukan kejahatan.150

Tindakan preemtif adalah kegiatan atau langkah-langkah yang dilakukan agar tidak terjadi kejahatan di masing-masing wilayah, kegiatan preemtif ini dilakukan dengan memberdayakan potensi masyarakat yang ada, misalnya dengan melakukan kegiatan-kegiatan pos kamling, patroli desa dengan memberdayakan hansip dan pemberdayaan sat pol PP serta memberdayakan Satuan Pengaman (Satpam) pada masing-masing instansi maupun lembaga-lembaga, perusahaan-perusahaan. Potensi yang ada tersebut dilakukan pembinaan oleh Kepolisian khususnya fungsi Binmas

150

(43)

untuk memanfaatkan potensi sebelum adanya suatu tindakan kejahatan. Potensi masyarakat tersebut sangat vital dan bermanfaat bagi keamanan di masing-masing lingkungannya dengan demikian tindakan preemtif ini akan sangat bermanfaat untuk menekan terhadinya suatu tindak pidana.

Fungsi preemtif sebagaimana yang dilakukan oleh Polresta Labuhan Batu di atas, lebih bersifat kepada pemberian bimbingan, penyuluhan, dan pembinaan yang mengarah kepada pembentukan masyarakat yang patuh dan taat hukum, serta mampu menolak setiap bentuk kejahatan. Tindakan preemtif lebih mengarah pada penciptaan kondisi masyarakat yang memiliki daya tangkal tinggi terhadap semua jenis kejahatan. Pelaksanaan fungsi preemtif dilaksanakan oleh Bimmas atau bimbingan masyarakat yang sekarang sekarang diganti menjadi Binamitra.151

2. Tindakan Preventif

Tindakan preemtif ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan keamanan, baik di wilayah perkotaan maupun di desa-desa di Kabupaten Labuhan Batu sebagai langka antisipasi munculnya faktor kondusif kejahatan.

Berbeda dengan tindakan preventif, jika preemtif dilakukan jauh lebih awal sebelum terjadinya kejahatan atau belum ada tanda-tanda kejahatan akan terjadi, maka dalam hal tindakan preventif dilakukan sudah mengarah pada akan terjadinya kejahatan atau diduga kuat akan terhadi kejahatan. Tindakan prventif misalnya dilakukan menjelang hari raya besar keagamaan, acara-cara resmi kenegaaraan

151

(44)

maupun acara yang diselenggarakan oleh masyarakat, atau tempat-tempat objek vital, patroli, razia rutin maupun gabungan, dan lain-lain. Hal ini dilakukan sehubungan dengan suatu peristiwa penting yang diduga akan munculnya kekacauan atau berupa kejahatan-kejahatan, maka untuk mencegah terjadinya kejahatan itu dilakukan tindakan berupa langkah-langkah preventif.152

Polres Labuhan Batu melakukan tindakan preventif untuk mencegah terjadinya suatu tindak pidana di wilayah hukum Polres Labuhan Batu dengan menempatkan personil Kepolisian di daerah-daerah atau di tempat-tempat yang rawan terjadinya kejahatan, daerah yang rentan terjadinya kejahatan di wilayah Polres Labuhan Batu sangat banyak di mana Polres Labuhan Batu membawahi tiga kabupaten sekaligus, dengan demikian banyak tempat-tempat vital yang bisa menjadi sasaran para pelaku kejahatan seperti bank-bank, perusahaan, kantor pos, serta Jalinsum yang sangat panjang yang merupakan jalur-jalur daripada para pengusaha dan pihak perkebunan melaksanakan aktivitas pengangkutan hasil kebun serta penjualan hasil kebun serta pembayaran gaji-gaji para karyawan perkebunan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh masyarakat dan rentan menjadi korban para pelaku tindak pidana.153

Dengan demikian maka Polres Labuhan Batu melakukan kegiatan antisipasi (tindakan preventif) melalui pengembangan patroli-patroli di daerah-daerah yang rawan kejahatan dengan membuat pos-pos penjagaan di perkebunan, membentuk

152

Mahmud Mulyadi, Criminal Policy,.... Op. cit., hal. 139-144.

153

(45)

patroli roda dua dengan sebutan team macan serta melakukan pengawalan-pengawalan terhadap perusahaan jasa keuangan serta penempatan personil di objek-objek vital lainnya seperti bank, kantor pos, kantor-kantor perkebunan, pegadaian, dan lain-lain.

Melalui upaya-upaya preventif ini sebagai upaya antisipasi terhadinya kejahatan yang dikondisikan dengan keadaan-keadaan tertentu misalnya di mana kondisi itu bersamaan dengan pengamanan bank-bank yang melakukan transaksi rutin. Dengan adanya patroli dari personil Kepolisian maka para nasabah bank dapat merasa nyaman melakukan aktivitasnya.154

3. Tindakan Refresif

Tindakan refresif lebih mengarah pada penerapan hukum yang ada untuk diterapkan pada kejahatan-kejahatan yang sudah terjadi. Tindakan ini melibatkan sistem peradilan pidana dimulai dari proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan, hingga pemeriksaan di pengadilan dan penyerahan terpidana ke Lapas. Polres Labuhan Batu berperan dalam hal ini melaksanakan proses penyelidikan dan penyidikan (lidik dan sidik) terhadap kasus curas yang menimpa Maratogu Harahap:

Telah terjadi pencurian dengan kekerasan pada hari Jumat tanggal 15 April 2011 sekitar pukul 01.00 WIB di Simpang Hockly Jalan Baru By Pass Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu yang dilakukan oleh tersangka Nurdin Sipahutar alias Udin (berkas terpisah), Ahmad Dahlan Pasaribu alias Dahlan, Hukban Sagala alias Ban, Ali Tua Tanjung alias Tua, Mail Siregar alias Mail, Ipong alias Ipo. Pada saat korban Maratogu Harahap melintas di Simpang Hockly Jalan Baru By Pass Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu dengan mengendarai mobil Mithsubisi Cold Diesel BB 8242 KA dengan muatan getah (karet) gumpalan sebanyak 4000 kg

154

(46)

(empar ribu kilogram) bersama-sama dengan Parenta Siregar, mobil Mithsubisi Cold Diesel yang dikendarai oleh Maratogu Harahap dihadang oleh satu unit mobil Daihatsu Terios BK 1310 YL warna silver. Dari dalam mobil tersebut keluar tersangka Ahmad Dahlan Pasaribu alias Dahlan, Cs kemudian menarik korban Maratogu Harahap dan Parenta Siregar dari dalam mobil Mithsubisi Cold Diesel kemudian ditodong dengan menggunakan senjata api dan selanjutnya mengikat tangan dan kaki serta menutup mata Maratogu Harahap dan Parenta Siregar dibawa ke Air Batu Kabupaten Asahan dan diturunkan di sebuah parit bekoan dengan keadaan tangan dan kaki terikat serta mata tertutup. Akibat dari pencurian dengan kekerasan tersebut kerugian materi yang dialami oleh Maratogu Harahap adalah sebesar Rp.320.000.000,- (tiga ratus dua puluh juta rupiah).155

Polres Labuhan Batu langsung melakukan tindakan refresif berupa tindakan upaya paksa dengan menerapkan hukum pidana (penerapan penal) jika telah terjadi tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam kasus tindak pidana curas yang dialami oleh Maratogu Harahap yang telah menjadi korban kejahatan. Setelah Polres Labuhan Batu menerima laporan, langsung melakukan olah TKP dan melakukan penyelidikan. Selanjutnya berdasarkan informasi-informasi yang diterima dan hasil olah TKP tersebut dilakukan upaya paksa untuk menangkap para pelaku Nurdin Sipahutar dan kawan-kawan yang kemudian dilanjutkan ke proses penyidikan untuk dibuat berkas perkaranya.

Berkas perkara yang sudah lengkap dikirim ke JPU dan setelah dinyatakan lengkap (P-21) maka Polres Labuhan Batu menyerahkan tersangka beserta barang bukti dengan demikian maka proses selanjutnya Jaksa melakukan menuntutan dan para tersangka ditingkatkan statusnya menjadi terdakwa untuk disidangkan di sidang pengadilan.

155

(47)

Sesuai dengan amanat dalam UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian, terhadap anggota Kepolisian harus dilaksanakan pembinaan agar dalam pelaksanakan tugas pokok dapat dijalankan sesuai dengan amanat undang-undang156 dan etika profesi Kepolisian dan menjunjung tinggi HAM. Dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan tugas, Polres Labuhan Batu melaksanakan pembinaan sikap, mental, dan disiplin para personil/anggota yang dilaksanakan melalui:157

1. Pembinaan rohani dan mental dalam sebulan dilaksanakan 4 (empat ) kali. 2. Upacara bendera kemudian dilanjutkan pemeriksaan terhadap sikap, tampang,

dan kelengkapan atribut anggota (KTA, Kartu Senpi, KTP, SIM) yang dilakukan 1 (satu) kali dalam sebulan.

3. Memberikan hukuman kepada para anggota Polres Labuhan Batu yang melanggar ketentuan dan memberikan penghargaan bagi anggota yang berprestasi.

Tindakan atau hukuman yang telah dilakukan terhadap anggota yang melanggar ketentuan Periode Januari-Maret 2011 misalnya: GAR PLIN ada 3 (tiga) perkara, GAR KEPP ada 1 (satu) perkara, dan bentuk-bentuk tinda pidana lainnya termasuk Curas. Dalam rangka meningkatkan kemampuan profesional aparat Kepolisian (trampil dan mahir hukum) dilaksanakan kegiatan antara lain: penataran-penataran; pelatihan yang terprogram sesuai dengan fungsi opsnal masing-masing (dril-dril di lapangan dan simulasi).

Beberapa upaya yang telah dilaksanakan oleh kesatuan-kesatuan di Polres Labuhan Batu melalui operasional seperti:

156

Pasal 9 ayat (2) huruf b, Pasal 14 ayat (1) huruf d, f, Pasal 21 ayat (2), dan Bab V UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian.

157

(48)

1. Sat Intelkam

Upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh Kesatuan Intelijen dan Keamanan (Sat Intelkam) Polres Labuhan Batu seperti:158

a. Melaksanakan penyelidikan dalam rangka deteksi dini terhadap kecenderungan perkembangan sosial masyarakat yang meliputi aspek Ipoleksosbudkam yang dapat mengancam stabilitas Kamtibmas dengan cara membentuk personil Pemantau Wilayah dari Sat Intelkam Polres Labuhan Batu dan bekerjasama dengan Bintara pelaksana Intel Polsek.

b. Meningkatkan kemampuan analisis dalam kegiatan produksi dan dokumentasi dari setiap personil Intelijen sehingga mampu menghasilkan produk Intel yang lebih berkualitas dan mampu mengantisipasi situasi yang terus berkembang. c. Meningkatkan kegiatan deteksi di daerah-daerah yang rawan

kerusuhan/konflik baik vertikal maupun horizontal untuk menghindari terjadinya disintegrasi bangsa.

d. Melaksanakan penyelidikan terhadap sasaran atau Target Operasi (TO) dalam rangka mendukung operasi Kepolisian.

e. Melaksanakan pengawasan dan pengamanan terhadap personil, Materil, dan Pengumpulan Baket.

f. Melaksanakan penggalangan dan kerjasama terhadap Lembaga Keamanan Masyarakat, Tokoh-tokoh Masyarakat/Agama, dan Organisasi lainnya.

g. Menjalin kerjasama dengan masyarakat dan TNI serta Pemda setempat.

158

(49)

Tabel 9

Kegiatan Sat Intelkam Tahun 2009 s/d Tahun 2011

No Jenis Produk Bulan Jumlah

Januari Pebruari Maret

1. Penyelidikan 12 9 5 26

Sumber: OPS Polres Labuhan Batu 2012

Berdasarkan data tersebut di atas, dengan jumlah kegiatan 921 kali dilakukan oleh Sat Intelkam Polres Labuhan Batu yang hanya berjumlah 43 (empat puluh tiga) orang dalam satu tahun. Jika dibandingkan dengan luasnya wilayah hukum Polres Labuhan yang terdiri dari tiga kabupaten, tidak sebanding dengan jumlah kemampuan personil Sat Intelkan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagaimana pada tabel di atas.

2. Sat Reskrim

Upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh Kesatuan Reskrim Polres Labuhan Batu seperti:159

a. Mengendalikan Crime Total dan berusaha meningkatkan angka penyelesaian perkara yang termasuk kasus-kasus lama dan belum terungkap.

159

(50)

b. Mempercepat penyelesaian perkara yang termasuk tindak pidana ringan. c. Mencermati kasus-kasus yang menonjol sesuai Crime Index.

d. Menggunakan alut/alsus Kepolisian (identifikasi) untuk mengungkap pelaku kejahatan atau tindak pidana apapun jenisnya.

e. Seluruh anggota Reskrim bertekad sebagai Crime Hunter.

Sedangkan data yang menunjukkan persentase kriminalitas yang telah selesai ditangani oleh Sat Reskrim Polres Labuhan Batu pada tahun 2011 disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 10

GKTM Bulan Januari-Maret Tahun 2009 s/d Tahun 2011

No Bulan Jumlah

JTP PTP % C. RATE C. CLOCK 1. Januari 303 145 47,85 29,47 2.27’18” 2. Pebruari 289 130 44,98 28,11 2.19’30” 3. Maret 311 161 51,76 30,25 2.23’31” Sumber: OPS Polres Labuhan Batu 2012

Berdasarkan data kriminalitas di atas, dari total 311 Jumlah Tindak Pidana (JTP), Sat Reskrim Polres Labuhan Batu telah melakukan terhadap jumlah 161 Penyelesaian Tindak Pidana (PTP). Jumlah tindak pidana yang telah diselesaikan separuh dari JTP yang ada pada tahun 2011. Hal ini berarti dengan segala kemampuan yang dimiliki Polres Labuhan Batu belum signifikan mampu menyelesaikan kasus-kasus yang ada.

Tabel 11

Kasus Menonjol (Crime Index) Bulan Januari s/d Maret Tahun 2011

No Jenis kasus Januari Pebruari Maret JTP PTP JTP PTP JTP PTP

1. Curas 6 - 6 1 9 1

Gambar

Tabel 9 Kegiatan Sat Intelkam Tahun 2009 s/d Tahun 2011
Tabel 10 GKTM Bulan Januari-Maret Tahun 2009 s/d Tahun 2011
Tabel 12 Kasus Narkotika Tahun Tahun 2009 s/d 2011
Tabel 13 Laka Lantas Bulan Januari-Maret 2011
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Instruksi Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.03- UM.06.02 Tahun 1999 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Bantuan Hukum Bagi

Terjemahan : Allah meninggikan orang-orang yang beriman dalam kalangan kamu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dengan beberapa darjat. Pembelajaran yang berterusan di

Dengan dibuatnya sistem informasi digital raport berbasis android pada SMK Negeri 13 Kota Bekasi , agar dalam penyampaian informasi lebih efisien.. Sistem informasi digital

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Ilmu Pendidikan.. Universitas

Ciri khas Perangkat Lunak pengolah kata secara umum adalah mengolah mulai dari karakter, kata, kalimat, yang akhirnya membentuk suatu paragraf, sekumpulan paragraf membentuk

Pada perancangan digunakan tema rancangan “ Open - Dynamic Space ” untuk Panti Asuhan Anak Jalanan Kabupaten Gresik. Berdasarkan teori yang telah dijabarkan,

Penelitian ini akan meneliti variabel profesionalisme guru khususnya kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Dalam penelitian ini peneliti

diketahui apakah ada perbedaan dari hasil keaktifan belajar siswa dikelas eksperimen dan kelas kontrol. g) Kesimpulan : Setelah melakukan analisis / evaluasi yang