(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh
IHSAN HAGIANTARAGA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Think Pair Share (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM
( Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh
IHSAN HAGIANTARAGA
Hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi yang mengajar di kelas X
SMA Gajah Mada Bandar Lampung, diketahui bahwa hasil belajar siswa masih
rendah. Hal ini dikarenakan guru masih sering menggunakan metode ceramah
akibatnya kurang merangsang aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.
Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental dengan desain pretes postes
kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas X1 dan X2 yang
dipilih dari populasi secara cluster random sampling. Data penelitian ini berupa
data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar siswa
yaitu rata-rata nilai pretes, postes, dan N-gain yang dianalisis dari SPSS 17
iii
tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
yang dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada kelas eksperimen
mengalami peningkatan yakni 70,63% lebih tinggi dibanding kelas kontrol yakni
59,95%. Hasil belajar juga mengalami peningkatan, pada kelas eksperimen
dengan rata-rata N-gain 0,60 lebih tinggi dari pada kelas kontrol yakni dengan
rata-rata N-gain 0,50. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa.
Halaman
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)... 9
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37
xiv
B. Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
LAMPIRAN 1. Silabus ... 53
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 57
3. Soal Pretes dan Postes ... 75
4. Lembar Kerja Siswa ... 82
5. Data Hasil Penelitian ... 108
6. Angket Tanggapan Siswa ... 118
7. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 119
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang
dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan
pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai
antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).
Biologi termasuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Biologi
memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di
dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia Indonesia
yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis, dan berinisiatif dalam menanggapi
isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan Ilmu
Pengetahuan Alam (BSNP, 2006:iv).
Melihat pentingnya biologi dan peranannya tersebut, maka peningkatan mutu
pembelajaran harus selalu diupayakan. Salah satunya adalah kecakapan hidup
(life skill) yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah
dimiliki oleh setiap manusia, sehingga siswa yang memiliki kecakapan hidup
(life skill) berani menghadapi problema kehidupan dan mampu
memecahkannya (Tim BBE, 2002:2).
Dalam hubungannya dengan kompetensi dasar biologi kelas X (sepuluh)
semester genap yaitu mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam
aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem
bagi kehidupan, maka materi tersebut lebih menuntut melibatkan aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran. Materi pokok Ekosistem memuat tentang
peran komponen penyusun ekosistem dan manfaatnya. Materi ini
membutuhkan daya berfikir dan pengetahuan yang baik sehingga siswa dapat
mengetahui dengan jelas tentang ekosistem.
Berdasarkan obeservasi di SMA Gajah Mada Bandar Lampung didapatkan
bahwa di dalam pembelajaran biologi guru selalu menggunakan metode
ceramah dan diskusi, guru tidak mengajak siswa berlatih untuk menganalisis,
mensintesis, mengevaluasi suatu informasi data atau argumen, sehingga
aktivitas siswa berlangsung secara pasif dan tidak begitu menarik bagi siswa.
Rendahnya aktivitas belajar siswa memberi dampak terhadap hasil belajarnya.
Hal ini ditunjukkan dari nilai rata-rata kelas X SMA Gajah Mada Bandar
Lampung untuk materi pokok Ekosistem tahun pelajaran 2011/2012 yakni
62,5. Nilai tersebut belum memenuhi standar KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimum) yang ditentukan oleh sekolah pada mata pelajaran biologi materi
Ketidaktuntasan belajar siswa tersebut terjadi karena metode pembelajaran
yang digunakan guru belum tepat dengan materi yang diajarkan. Sebagian
besar siswa mengalami kesulitan dalam belajar biologi, kondisi seperti ini
menyebabkan siswa kebanyakan diam (pasif), kurang aktif dalam bertanya
maupun dalam menjawab pertanyaan dalam proses belajar mengajar. Salah
satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah menerapkan metode
pembalajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.
Keterlibatan secara aktif tersebut mencakup keterlibatan fisik maupun
intelektual emosional.
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar dan juga dapat meningkatkan
solidaritas sosial siswa yang dapat memberikan dampak positif terhadap hasil
belajar siswa. Salah satunya adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para
siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama
lainnya dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin, 2008:4).
Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat efektif membangkitkan
aktivitas, semangat belajar dan hasil belajar siswa siswa yaitu model
Think-Pair-Share (TPS). TPS adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif
yang pada pelaksanaannya mengutamakan siswa dalam berbuat untuk
menemukan sendiri konsep-konsep materi dalam pembelajaran dengan jalan
berfikir (Think), berpasangan (Pair), dan mengemukakan pendapat (Share)
penelitian Pramudiyanti (dalam Wulandari, 2009:5) menyimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dari pasif
menjadi lebih aktif.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS ini, siswa belajar dengan cara
berpasangan sehingga siswa memiliki kesempatan untuk bertukar pikiran
dengan teman sebaya (pasangannya). Dengan cara tersebut maka siswa akan
terdorong untuk menganalisis dan mengevaluasi suatu informasi data atau
argumen, sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa akan meningkat, karena
mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan
pasangannya. Melalui pembelajaran kooperatif tipe TPS ini, diharapkan siswa
dapat menjadi lebih aktif dalam pembelajaran sehingga dapat membangkitkan
aktivitas, semangat belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa kelas X pada penerapan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS)dalammateri pokok Ekosistem
SMA Gajah Mada ?
2. Adakah pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran
Think Pair Share (TPS)dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas X
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Mengetahui aktivitas belajar siswa kelas X pada penerapan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) dalammateri pokok Ekosistem
SMA Gajah Mada.
2. Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Think Pair Share
(TPS) dalam meningkatkan Hasil belajar siswa pada materi pokok
Ekosistem SMA Gajah Mada.
D. Kegunaan Penelitian
Setelah dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1. Siswa yaitu untuk memberikan pengalaman belajar yang berbeda dalam
membantu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.
2. Guru yaitu sebagai sumbangan pemikiran dan alternatif pembelajaran
dalam memilih model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
3. Peneliti yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman sebagai
calon guru tentang penggunaan model pembelajaran khususnya model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa
4. Sekolah yaitu memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan
pembelajaran biologi disekolah melalui pemilihan model pembelajaran
E. Ruang lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pembelajaran
yang menuntut siswa untuk bekerja sama dalam kelompok membangun
pemahaman terhadap konsep-konsep dalam materi pelajaran.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan suatu strategi diskusi
kooperatif dengan cara memproses informasi dengan mengembangkan
cara berpikir dan komunikasi. Siswa diberi kesempatan untuk berpikir
(Thinking) atas informasi yang diberikan guru, berpasangan (Pairing)
dengan teman sebangku untuk berdiskusi, dan berbagi (Sharing) dengan
seluruh kelas atas hasil diskusinya.
3. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah ranah kognitif yang
diperoleh dari hasil pretes dan postes.
4. Aktivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas belajar siswa dengan
indikator, mengemukakan pendapat, bekerjasama dengan teman, dan
mempresentasikan hasil diskusi.
5. Siswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas X1 dan X2
semester genap di SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran
2012/2013.
6. Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah Ekosistem dengan
kompetensi dasar mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam
aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen
F. Kerangka Pikir
Biologi merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan, sehingga
siswa harus dapat menguasainya dengan baik. Dalam mempelajari biologi
tidak hanya membutuhkan kemampuan menghafal, tetapi juga membutuhkan
kemampuan untuk menganalisis, mensintesis, mengevaluasi suatu informasi
data atau argument. Kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna dan
mendalam apabila siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran TPS merupakan model pembelajaran yang berpusat
kepada siswa (student centered) dirasa lebih tepat untuk mengaktifkan siswa
dalam mangkonstruksi pengetahuan sehingga pengetahuan yang baru
diperoleh siswa dikonstruksi dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh
siswa. Pengetahuan yang diperoleh siswa tidak harus berasal dari guru, tetapi
juga dapat diperoleh dari lingkungan. Pada pembelajaran dengan
menggunakan modelTPS ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling
tepat. Selain itu juga model ini mendorong siswa untuk meningkatkan
semangat kerja sama mereka dan mengasah kemampuan siswa dalam
memahami suatu permasalahan sehingga model ini diduga dapat memberikan
hasil yang memaksimalkan aktivitas belajar dan penguasaan materi siswa.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel X dan variabel Y. Variabel X
adalah variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan
Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam diagram dibawah ini:
Keterangan : X = Model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Y1 = Aktivitas siswa.
Y2 = Hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel
G. Hipotesis Penelitian
1. Penerapan model TPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
2. Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi pokok Ekosistem kelas X SMA Gajah Mada
Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.
H1 : Ada pengaruh yang signifikan terhadap penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi pokok Ekosistem kelas X SMA Gajah Mada
Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013. X
Y1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)
Model kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan unsur siswa itu sendiri
sehingga siswa dapat berinteraksi dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sulit
dan setiap anggota saling memunculkan pemecahan masalah dengan selektif
dalam masing-masing kelompok, selain itu siswa juga saling mengajar sesama
siswa lainnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu
sebagai siswa ataupun sebagai guru. Bahkan, banyak peneliti menunjukkan
bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif
daripada pengajaran oleh guru (Lie, 2002:31).
Lie (2002:31) mengemukakan bahwa terdapat lima unsur dasar kooperatif
yang harus diterapkan yaitu : 1. Saling ketergantungan positif, 2. Tanggung
jawab perseorangan, 3. Tatap muka, 4. Komunikasi antar anggota, dan 5.
Evaluasi proses kelompok.
Salah satu tipe pembelajaran dalam pembelajaran model kooperatif adalah tipe
TPS. TPS adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang pada
pelaksanaannya mengutamakan siswa dalam berbuat untuk menemukan
(Think), berpasangan (Pair), dan mengemukakan pendapat (Share). Pada
pembelajaran kooperatif tipe TPS ini, siswa belajar dengan cara berpasangan
sehingga siswa memiliki kesempatan untuk bertukar pikiran dengan teman
sebaya (pasangannya). Dengan cara tersebut maka siswa akan terdorong untuk
menganalisis dan mengevaluasi suatu informasi data atau argument, sehingga
keterampilan berpikir rasionalnya akan meningkat, karena mereka dapat saling
mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan pasangannya (Ibrahim dkk,
2000:26).
TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa agar tercipta suatu pembelajaran
kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan
siswa. Prosedur pembelajaran yang digunakan dalam TPS ini dapat
memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berpikir, untuk merespon
dan saling membantu satu sama lain. TPS memiliki keunggulan dibanding
dengan metode tanya jawab, karena TPS mengedepankan aspek berpikir
secara mandiri, tanggung jawab terhadap kelompok, kerjasama dengan
kelompok kecil, dan dapat menghidupkan suasana kelas (Nurhadi dan Senduk,
2004:67).
Menurut Anonim (2001:1) ada empat prinsip kerja dari TPS yang sesuai
dengan pembelajaran kooperatif yaitu:
1. Saling ketergantungan positif diantara siswa sehingga siswa mampu
belajar dari siswa lain.
Setiap siswa bertanggung jawab pada gagasannya karena akan
dipaparkan pada pasangannya dan pada seluruh kelas.
3. Partisipasi yang seimbang.
Setiap siswa akan mempunyai kesempatan yang sama untuk berbagi
(mengemukakan pendapatnya) dengan pasangannya dan pada seluruh
kelas.
4. Interaksi bersama
Semua siswa akan aktif dalam mengemukakan pendapat dan
mendengarkan sehingga menciptakan interaksi tingkat tinggi. Hal ini
akan menciptakan pembelajaran yang aktif jika dibandingkan dengan
cara Tanya jawab yang sudah biasa dilakukan oleh guru, dimana hanya
satu atau dua siwa saja yang aktif .
TPS dapat mengoptimalisasikan partisipasi siswa. Siswa diberi kesempatan
untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Waktu berpikir
akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan jawaban. Siswa akan dapat
memberikan jawaban yang lebih panjang dan lebih berkaitan. Jawaban yang
dikemukakan juga telah dipikirkan dan didiskusikan. Siswa akan lebih berani
mengambil resiko untuk mengemukakan jawabannya di depan kelas karena
mereka telah “mencoba” dengan pasangannya. Proses pelaksanaan TPS akan
membatasi munculnya aktivitas siswa yang tidak relevan dengan pembelajaran
karena siswa harus mengemukakan pendapatnya, minimal pada pasangannya
Menurut Nurhadi dan Senduk (2004:67) tahapan-tahapan dalam TPS dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Thinking (berfikir)
Guru mengajukan pertanyaan/permasalahan yang berkaitan dengan materi
yang baru dipelajari, kemudian memberi kesempatan kepada seluruh siswa
untuk memikirkan jawabannya secara mandiri dalam 1 menit.
2. Pairing (berpasangan)
Jawaban yang telah difikirkan secara mandiri, kemudian disampaikan
kepada pasangannya masing-masing (teman sebangkunya). Pada tahap ini,
siswa dapat menuangkan idenya, menambahkan gagasan, dan berbagi
jawaban dengan pasangan. Tahap ini berlangsung dalam 4 menit.
3. Sharing (berbagi)
Guru membimbing kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi secara
bergantian. Sampai sekitar seperempat kelompok menyampaikan
pendapat. Pada tahap ini seluruh kelompok dapat mendengarkan pendapat
yang akan disampaikan oleh perwakilan tiap kelompok. Kelompok yang
menyampaikan pendapatnya harus bertanggung jawab atas jawaban dan
pendapat yang disampaikan. Pada akhir diskusi guru memberi tambahan
materi yang belum terungkapkan oleh kelompok diskusi.
Tahapan pelaksanaan TPS tersebut efektif dalam membatasi aktifitas siswa
yang tidak relevan dengan pembelajaran, serta dapat memunculkan
kemampuan dan keterampilan siswa yang positif. Pada akhirnya TPS akan
mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir secara terstruktur dalam
dengan orang lain melalui keterampilan berkomunikasi. Hasil penelitian
Pramudiyanti (dalam Wulandari, 2009:5) menyimpulkan bahwa penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ariansyah
(2009:37) bahwa pembelajaran TPS memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap penguasaan materi pokok Sistem Reproduksi Manusia. Hal yang
sama juga diungkapkan oleh Wulandari (2011:48) bahwa model TPS dapat
meningkatkan penguasaan konsep dan siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
B. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam
proses pembelajaran. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam
belajar maka semakin baik proses pembelajaran yang terjadi. Dengan demikian
belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas
fisik maupun psikis Holt (dalam Wardani, 2007:9).
Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat
sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan,
melihat atau hanya pasif. Aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya
bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka
pembelajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya
daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal
sekaligus mengikuti proses pengajaran secara aktif. Siswa mendengarkan,
mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan, mengasosiasikan ketentuan
(dalam Rohani, 2004:9) terdapat macam-macam kegiatan peserta didik yang
meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa sebagai berikut:
1. Visual activities, membaca,memperhatikan gambar, demonstrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.
2. Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan
sebagainya.
3. Listening activities, mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi,musik,
pidato dan sebagainya.
4. Writing activities, menulis : cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin
dan sebagainya.
5. Drawing activities, menggambar, membuat grafik,peta, diagram, pola dan
sebagainya.
6. Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model,
mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya.
7. Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
8. Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani
tenang, gugup dan sebagainya.
Aktivitas-aktivitas tersebut tidaklah terpisah satu sama lain. Dalam setiap
aktivitas motoris terkandung aktivitas mental disertai oleh perasaan tertentu
Menurut Memes (dalam Andra, 2007:38), terdapat beberapa indikator yang
relevan dalam pembelajaran, yang meliputi:
1. Interaksi siswa dalam mengikuti pembelajaran
2. Kecakapan komunikasi siswa selama mengikuti proses belajar mengajar.
3. Partisipasi siswa dalam proses belajar
4. Motivasi dan kegairahan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar
5. Interaksi antar siswa selama proses belajar mengajar.
6. Interaksi siswa dengan guru selama proses belajar mengajar.
Seseorang dikatakan aktif belajar jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu
yang sesuai dengan tujuan belajarnya, memberi tanggapan terhadap suatu
peristiwa yang terjadi dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam
proses belajarnya. Dengan melakukan banyak aktivitas yang sesuai dengan
pembelajaran, maka siswa mampu mengalami, memahami, mengingat dan
mengaplikasikan materi yang telah diajarkan. Adanya peningkatan aktivitas
belajar maka akan meningkatkan hasil belajar (Hamalik, 2004:12).
C. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses
belajar (Dimyati dan Mujiono, 2002: 3).
Suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi
mengajar tersebut. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Djamarah
dan Zain (2006: 105) sebagai berikut:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi , baik secara individual maupun kelompok.
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran yang telah dicapai, baik
secara individual maupun kelompok.
Berakhirnya suatu proses pembelajaran, maka siswa memperoleh hasil
belajar. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang
disampaikan. Dengan kata lain, hasil belajar merupakan bukti adanya proses
belajar- mengajar antara guru dan siswa. Hasil belajar yang bisa diperoleh
siswa setelah pembelajaran dapat berupa informasi verbal, keterampilan
intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif Djamarah dan Zain
(2006: 105).
Gagne (dalam Dimyati dan Mujiono, 2002: 10) menyatakan kelima hasil
belajar tersebut merupakan kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa tersebut
berupa:
1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilihan informasi
verbal memungkinkan individu berperanan dalam kehidupan.
2. Keterampilan intelektualadalah kecakapan yang berfungsi untuk
dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak,
konsep konkret dan definisi, dan prinsip.
3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikapadalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan
penilaian terhadap obyek tersebut.
Hasil belajar dari ranah kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan dalam
pencapaiannya. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi
non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan
prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal
dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan
peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan
verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan
dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-
konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-
prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan
Menurut Anderson, dkk (2000: 67-68), ranah kognitif terdiri dari 6 jenis
perilaku sebagai berikut:
1) Remember mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajaridan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu meliputi fakta
peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, dan metode.
2) Understand mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang
dipelajari.
3) Apply mencakup kemampuan menerapkam metode dan kaidah untuk
meghadapi masalah yang nyata dan baru.
4) Analyze mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian
bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
Misalnya mengurai masalah menjadi bagian yang lebih kecil.
5) Evaluate mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa
hal berdasarkan kriteria tertentu.
6) Create mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
Untuk menilai dan mengukur keberhasilan siswa dipergunakan tes hasil
belajar. Terdapat beberapa tes yang dilakukan guru, diantaranya: uji blok,
ulangan harian, tes lisan saat pembelajaran berlangsung, tes mid semester dan
tes akhir semester. Hasil dari tes tersebut berupa nilai-nilai yang pada
akhirnya digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran yang
terjadi. Tes ini dibuat oleh guru berkaitan dengan materi yang telah diajarkan.
Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar setiap
siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Bahan mentah
dan yang berwujud karya atau benda. Semua hasil belajar tersebut merupakan
bahan yang berharga bagi guru dan siswa.
Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan perbaikan
tindak mengajar atau evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut berguna
untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Proses pembelajaran
diharapkan dapat memberikan keberhasilan yang memuaskan baik bagi sistem
pengajaran, guru dan terutama peserta didik. Akan tetapi pada kenyataannya
dalam usaha pencapaian tujuan tersebut terkadang tidak berjalan dengan
lancar, sehingga dapat menghambat kemajuan belajar. Hambatan inilah yang
harus diketahui agar dapat dihindarkan sehingga tidak menimbulkan
kegagalan. Menurut Syah (2002:132) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut :
a. Faktor Internal (faktor-faktor yang berasl dari dalam diri peserta didik)
1. Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) diantaranya kondisi
kesehatan, daya pendengaran dan penglihatan dan sebagainya.
2. Aspek psikologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas
perolehan pembelajaran peserta didik, diantaranya yaitu kondisi
rohani peserta didik, tingkat kecerdasan/intelegensi, sikap, bakat,
minat, dan motivasi peserta didik.
b. Faktor Eksternal (faktor-faktor yang berasal dari luar diri peserta didik)
1. Lingkungan sosial, seperti para guru, staf administrasi, dan
teman-teman sekelas, masyarakat, tetangga, teman-teman bermain, orang tua dan
2. Lingkungan non sosial, seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah
tempat keluarga peserta didik dan letaknya, alat-alat belajar,
keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta didik.
c. Faktor pendekatan belajar, dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang
digunakan peserta didik dalam menunjang dan efisiensi proses
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2013 di SMA Gajah Mada Bandar
Lampung.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester genap SMA
Gajah Mada tahun pelajaran 2012/2013. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa
kelas X2 berjumlah 28 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas X1 berjumlah 29
sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random
sampling. Cluster random sampling adalah populasi tidak terdiri dari
individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster misalnya
kelas sebagai cluster (Margono, 2005:127). Pertama, dengan mengundi 5 kelas X
yang tersedia untuk di ambil 2 kelas, kemudian 2 kelas yang terpilih diundi kembali
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes kelompok
non ekuivalen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran
TPS, sedangkan kelas kontrol menggunakan metode diskusi kelompok. Hasil pretes
dan postes pada kedua kelas subyek dibandingkan.
Struktur desainnya sebagai berikut:
Keterangan: I = kelompok eksperimen; II = kelompok kontrol; O1 = pretest;
O2 = post test;
X = perlakuan model Think Pair Share; C = metode diskusi;
Sumber : Dimodifikasi dari Riyanto (2001:43)
Gambar 2. Desain pretes postes kelompok non ekuivalen
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian.
Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan waktu penelitian; Mengurus surat penelitian pendahuluan
(observasi) ke FKIP untuk sekolah (tempat penelitian);
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti; I O1 X O2
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol;
d. Menetapkan waktu penelitian;
e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS);
f. Membuat instrumen yang terdiri dari soal tes dalam bentuk essai pretest dan
postest
g. Membuat lembar observasi kegiatan belajar mengajar berupa lembar
observasi aktivitas siswa dan catatan lapangan.
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan model TPS untuk kelas eksperimen
dan dengan metode diskusi biasa untuk kelas kontrol. Penelitian ini dirancang
sebanyak dua kali pertemuan. Pretes diberikan sebelum pembelajaran dan postes
diberikan setelah pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran kelas eksperimen dengan menggunakan model
TPS sebagai berikut:
a. Pendahuluan
1. Siswa menerima lembar soal pretes untuk mengukur kemampuan awal
(pertemuan I) .
2. Siswa mendengarkan informasi mengenai indikator/tujuan pembelajaran
yang disampaikan guru.
4. Pertemuan pertama: Memberikan pertanyaan “ pernahkah kalian bermain
di sawah? Komponen apa saja yang menyusun ekosistem sawah
tersebut?
Pertemuan kedua: Memberikan pertanyaan “ pernahkan kalian berfikir
bagaimana proses terjadinya hujan ? apa yang terjadi jika di suatu tempat
tidak ada hujan dalam waktu yang lama?
5. Siswa diberi motivasi
Pertemuan pertama: “ kita hidup dalam suatu ekosistem, yang di
dalamnya saling membutuhkan antara organisme satu dengan organisme
lainnya, oleh karena itu kita harus mengetahui peran dari masing –
masing komponen penyusun ekosistem agar ekosistem tetap terjaga
dengan baik”.
Pertemuan kedua: “ Di dalam suatu ekosistem air merupakan komponen
abiotik yang penting begitu pula dengan fosfor, nitrogen, karbon, sulfur.
Untuk menjaga ekosistem dengan baik maka kita perlu mengetahui
tentang daur dari masing – masing komponen abiotik tersebut.
b. Kegiatan Inti
1. Siswa mendengarkan penjelasan tahapan pembelajaran dengan
menggunakan model TPS yang disampaikan oleh guru.
2. Siswa mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan secara singkat
oleh guru.
3. Siswa menerima LKS kemudian diberi waktu berfikir (thinking) selama
4. Siswa berpasangan (pairing) dengan teman sebangkunya untuk saling
mengutarakan hasil pemikirannya, jawaban, atau gagasan atas
pertanyaan yang ada dalam LKS selama 15 menit.
5. Siswa mengemukakan (sharing) hasil diskusinya di depan kelas.
6. Siswa yang lain menanggapi hasil diskusi.
7. Guru memberikan respon terhadap jawaban siswa dengan menambahkan
materi yang belum diungkapkan siswa.
8. Guru mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang telah
disampaikan.
c. Penutup
1. Siswa dibimbing oleh guru untuk menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
2. Siswa mengerjakan postes (pertemuan II).
Langkah-langkah pembelajaran kelas kontrol dengan menggunakan metode
diskusi sebagai berikut:
a. Pendahuluan
1. Siswa diberi penjelasan mengenai tujuan pembelajaran.
2. Siswa menerima lembar soal pretes untuk mengukur kemampuan awal
(pertemuan I).
3. Siswa diberi apersepsi
Pertemuan pertama: Memberikan pertanyaan “ pernahkah kalian bermain
di sawah? Komponen apa saja yang menyusun ekosistem sawah
Pertemuan kedua: Memberikan pertanyaan “ pernahkan kalian berfikir
bagaimana proses terjadinya hujan ? apa yang terjadi jika di suatu tempat
tidak ada hujan dalam waktu yang lama?
4. Siswa diberi motivasi
Pertemuan pertama: “ kita hidup dalam suatu ekosistem, yang di
dalamnya saling membutuhkan antara organisme satu dengan organisme
lainnya, oleh karena itu kita harus mengetahui peran dari masing –
masing komponen penyusun ekositem agar ekosistem tetap terjaga
dengan baik”.
Pertemuan kedua: “ Di dalam suatu ekosistem air merupakan komponen
abiotik yang penting begitu pula dengan fosfor, nitrogen, karbon, sulfur.
Untuk menjaga ekosistem dengan baik maka kita perlu mengetahui
tentang daur dari masing – masing komponen abiotik tersebut.
5. Siswa menerima informasi dari guru bahwa pada pembelajaran ini akan
dilakukan dengan metode diskusi kemudian akan dipresentasikan di
depan kelas.
b) Kegiatan Inti
1. Siswa mendengarkan penjelasan materi secara singkat yang disampaikan
oleh guru.
2. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok.
3. Setiap kelompok menerima LKK yang di berikan oleh guru dan
menjawab pertanyaan yang ada pada LKK.
5. Guru memberikan penguatan dengan menjelaskan materi yang belum
dipahami siswa.
6. Siswa mengumpulkan hasil diskusi kelompoknya.
c) Penutup
1. Siswa dibimbing oleh guru untuk menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
2. Siswa menjawab soal postes (pertemuan II).
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data
1. Jenis Data
a. Aktivitas siswa
Jenis data aktivitas siswa berupa data kualitatif yang diperoleh dari lembar
observasi aktivitas siswa.
b. Hasil belajar
Jenis data Hasil Belajar berupa data kuantitatif yang diperoleh dari nilai
pretest dan postest pada materi pokok ekosistem
2. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah:
a. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa diperoleh dengan lembar observasi aktivitas siswa yang
berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran.
Lembar observasi ya
b. Bekerjasama dengan 1. Tidak bekerjasam 1. Siswa dalam kelo kelompok secara 2. Siswa dalam kelo kelompok denga dengan permasala 3. Siswa dalam kelo sistematis dan me
i yang digunakan dalam pengambilan data aktivitas
ajaran sebagai berikut:
i Aktivitas Siswa
emukakan pendapat/ ide : ukakan pendapat /ide (diam saja).
n pendapat/ ide namun tidak sesuai dengan pemba kok Ekosistem.
n pendapat/ide sesuai dengan pembahasan pada m em.
an teman :
ama dengan teman (diam saja).
engan anggota kelompok tetapi tidak sesuai denga pada materi Ekosistem.
engan semua anggota kelompok sesuai dengan pada materi pokok Ekosistem.
hasil diskusi kelompok :
ompok kurang dapat mempresentasikan hasil di ara sistematis dan tidak dapat menjawab pertanyaa elompok kurang dapat mempresentasikan hasil dis
gan secara sistematis dan menjawab pertanyaan se alahan materi pokok Ekosistem.
Menafsirkan atau menentukan kategori Persentase Aktivitas Siswa sesuai kriteria pada tabel 2.
Tabel 2. Kriteria persentase aktivitas siswa
Persentase (%) Kriteria
87,50 – 100 75,00 – 87,49 50,00 – 74,99
0 – 49,99
Sangat baik Baik Cukup Kurang Sumber : Dimodifikasi dari Hidayati (2011:17)
a. Hasil Belajar
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pretest dan postest. Pretest
dilakukan di awal pertemuan I, dan postest dilakukan di akhir pertemuan II.
Pretest dan postest dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dengan bentuk dan jumlah soal yang sama. Bentuk soal adalah soal
uraian. Pretest yang diberikan pada awal pertemuan I, mempunyai bentuk dan
jumlah yang sama dengan postest yang diberikan di akhir pertemuan II.
Untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan dalam penelitian ini,
diperlukan suatu analisis data untuk memperoleh kesimpulan. Uji hipotesis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t menggunakan software SPSS
17. Untuk mendapat N-gain yakni dengan menggunakan rumus sebagai
Data penelitian kuantitatif berupa nilai pretes, postes, dan skor N-gain. Untuk
mendapatkan skor N-gain menggunakan rumus Hake (1999:1) yaitu:
Keterangan: Spost = skor postes; Spre = skor pretes; Smax = skor maksimum
Dengan kriteria:
• tinggi jika G > 0,7
• sedang jika 0,7 > G > 0,3
• rendah jika G < 0,3
F. Teknik Analisis Data
a. Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data
yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan
indeks aktivitas siswa dengan menghitung rata–rata skor aktivitas siswa
menggunakan rumus sebagai berikut:
n x100
x
X =
∑
iKeterangan : X = Rata-rata skor aktivitas siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh n = Jumlah skor maksimum
b. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan
yang dipelajari. Penguasaan materi bukan hanya sekedar mengingat
mengenai apa yang dipelajari tetapi menguasai lebih lebih dari itu, yakni
melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis
(Arikunto, 2003:131).
1. Uji normalitas data
Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Lilliefors dengan
menggunakan softwere SPSS 17.
a. Rumusan hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data tidak berdistribusi norma
b. Kriteria pengujian
Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk harga
yang lainnya (Sudjana, 2002:466)
2. Uji kesamaan dua varians
Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan
uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS 17.
a. Rumusan Hipotesis
H0 = kedua data mempunyai varians yang sama
b. Kriteria Uji
- Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima
- Jika F hitung> F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak
(Pratisto, 2004:18).
3. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji
perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS 17.
a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
1) Hipotesis
H0 = Rata-rata N-Gain kedua sampel sama
H1 = Rata-rata N-Gain kedua sampel tidak sama
2) Kriteria Uji
- Jika –t tabel< t hitung< t tabel, maka H0diterima
- Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel maka H0ditolak
(Pratisto, 2004:18)
b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
1) Hipotesis
H0 = rata-rata N-Gainpada kelompok eksperimen sama dengan
kelompok kontrol.
H1 = rata-rata N-Gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari
2) Kriteria Uji :
- Jika –t tabel < t hitung< t tabel, maka H0 diterima
- Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel, maka H0 ditolak
(Pratisto, 2004:12).
c. Uji hipotesis dengan uji U
1. Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama
H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama
2. Kriteria Uji
- Jika –Ztabel < Zhitung < Ztabel atau p-value > 0,05, maka Ho diterima
- Jika Zhitung < -Ztabel atau Zhitung > Ztabel atau p-value < 0,05, maka Ho
ditolak (Martono, 2010:158).
E. Pengolahan Data Kemenarikan model pembelajaran TPS
Penyebaran angket dilakukan untuk mengetahui kemenarikan model pembelajaran
TPS. Angket ini berisikan 10 pernyataan, 4 pernyataan negatif, dan 6 pernyataan
1. Item pernyataan
Tabel 3. Pernyataan angket tanggapan siswa
No Pernyataan Pilihan
S TS
1 Saya senang mempelajari materi pokok ekosistem
melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru
2 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari
melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru.
3 Saya bingung dalam menyelesaikan masalah
melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru.
4 Saya lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah
belajar dengan pembelajaran yang diberikan oleh guru.
5 Saya merasa bosan dalam proses belajar melalui
pembelajaran yang diberikan oleh guru.
6 Pembelajaran yang diberikan kepada saya dapat
meningkatkan semangat/motivasi belajar saya .
7 Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri
melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru.
8 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam
proses pembelajaran yang berlangsung.
9 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS
melalui pembelajaran diberikan oleh guru.
10 Saya dapat berinteraksi dengan teman dalam proses
2. Skor angket
Tabel 4. Skor tiap pernyataan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TPS
No Pernyataan Skor
1 0
1 Saya senang mempelajari materi pokok ekosistem
melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru
S TS
2 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari
melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru.
S TS
3 Saya bingung dalam menyelesaikan masalah
melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru.
TS S
4 Saya lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah
belajar dengan pembelajaran yang diberikan oleh guru.
S TS
5 Saya merasa bosan dalam proses belajar melalui
pembelajaran yang diberikan oleh guru.
TS S
6 Pembelajaran yang diberikan kepada saya dapat
meningkatkan semangat/motivasi belajar saya .
S TS
7 Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri
melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru.
S TS
8 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam
proses pembelajaran yang berlangsung.
TS S
9 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS
melalui pembelajaran diberikan oleh guru.
TS S
10 Saya dapat berinteraksi dengan teman dalam proses
pembelajaran melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru.
S TS
Skor 1 (satu) untuk menyatakan setuju bagi pernyataan positif dan tidak setuju bagi
positif dan setuju bagi pernyataan negatif. Jumlah skor setiap angket dihitung
untuk mengetahui tanggapan masing-masing siswa tentang kemenarikan model
pembelajaran TPS. Menghitung skor yang diperoleh dalam bentuk persentase.
Teknik ini sering disebut dengan teknik deskriptif kualitatif dengan persentase.
Adapun rumus untuk analisis deskriptif persentase menurut Ali (1992: 46) adalah :
Presentase kemenarikan model pembelajaranTPS(%) =
N n
× 100%
Keterangan: n = Nilai yang diperoleh sampel
N = Nilai yang semestinya diperoleh sampel
% = Persentase kemenarikan model pembelajaran TPS
Tabel 5 : Kriteria Tingkat Kemenarikan model pembelajaran TPS
No Rentang skor Interval Kriteria 1 16 - 23 76< % ≤ 100% Tinggi
2 8 - 15 51< % ≤ 75% Sedang
3 0 - 7 25< % ≤ 50% Rendah
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan model pembelajaran TPS berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan hasil belajar siswa kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung
pada materi pokok Ekosistem
2. Penggunaan model pembelajaranTPS berpengaruh dalam meningkatkan
aktivitas belajar siswa kelas kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung pada
materi pokok Ekosistem.
3. Sebagian besar 28 siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap
penerapan model pembelajaran kooperatif tipeTPS pada materi pokok
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, penulis menyampaikan saran sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat dijadikan salah satu model
pembelajaran alternatif untuk merangsang agar siswa aktif dalam pembelajaran,
khususnya pada materi pokok ekosistem.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS erat berhubungan dengan waktu untuk
setiap tahapan pembelajaran. Maka dari itu hendaknya memperhatikan alokasi
waktu, karakteristik bahan ajar, dan pengelolaan kelas yang baik pada saat akan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.
3. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS,
dimana terdapat banyak kelompok dibutuhkan pengawasan dan observer yang
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 1992. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung.
Andra, D. 2007. Penerapan Mastery Learning Melalui discovery Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Pencapaian Kompetensi Belajar Siswa Materi Gerak (PTK Pada Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Unila. Bandar Lampung
Anderson. at all. 2000. A Taxonomy For Learning, Teaching, ans Assesing, (A Revision of Bloom Taxonomy of Educational Objectives, Abridged Edition). Longman: Newyork
Anonim. 2001. Think Pair Share. Google.Networked Learning
Community.http://www.eazhul.org.uk/nlc/think,pair,share.htm.(13 desember 2012)
Ariansyah. 2009. Penguasaan Materi Pokok Sistem Reproduksi Manusia Oleh Siswa Pada Penggunaan Animasi Multimedia Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). FKIP Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
Ariyanti, M. 2012.Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ( Think Pair Share) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Pokok Sistem Pernapasan. FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arsyad, A. 2008. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Belina, W.W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung). (Skripsi) Jurusan
BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus
SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S. B dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta
Depdiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta
Hidayati, A. N. Rustaman, N. Redjeki, S. dan Munandar. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011).Kerjasama FKIP Unila HEPL Bandar Lampung.
Ibrahim., M. R. Fida., M. Nur dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.
Lie, A. 2002. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. PT Grasindo. Jakarta
Lyman, F. 2002. Strategies For Reading Comprehension Think-Pair-Share. Cooperative Learning Community. Jones, Raymon C. Reading Quest. Org.
http://curry.Edschool.virginia.edu/go/readquest/strat/tps/html (28 desember 2011).
Nurhadi. B.Y. dan A.G. Senduk. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan
Percobaan Dengan SPSS Versi 12. Gramedia. Jakarta.
Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya.
Roestiyah, N. K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta
Rohani, A. 2004. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudjana. 2002. Metode Penelitian. Bandung: Tarsito 466 hlm.
Sudrajat, W. 2012.Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ( Think Pair Share) Terhadap Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa
Pada Materi Pokok Ekosistem. FKIP Universitas Lampung. Bandar
Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R.E. 2008. Cooperatif Learning : Teori, Riset dan Praktek. Nusa Media. Bandung.
Syah, M. 2002. Psikologi Belajar. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Tim BBE. 2002. Pendidikan Berorientasi Pada Kecakapan Hidup (Life Skill) Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas Broad Best Education (BBE).Surabaya: SIC.
Trianto. 2009. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.
Wardani, A. 2007. Meningkatkan Aktivitas, Kreativitas dan Hasil belajar Melalui pembelajaran berbasis Produk (PTK di SMP YBL Natar). Skripsi. Unila. Bandar Lampung
Wulandari, E. 2009. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TPS ( Think Pair Share) Terhadap Penguasaan Konsep Sistem Pernapasan.