21 Pekerja Bebas
2.6 Kepesertaan dan hambatan program jaminan kesehatan daerah
Sejak Rancangan Undang-Undang tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dibahas di DPR banyak wacana mengenai penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Beragam pendapat dan pandangan dilontarkan. Ada yang konstruktif dan ada pula yang lepas dari konteks UU SJSN yang seharusnya menjadi titik tolak pembahasan. Salah satu wacana yang cukup menarik ialah mengenai prinsip kepesertaan yang bersifat wajib.
Prinsip kepesertaan bersifat wajib ini merupakan salah satu unsur yang membedakan SJSN dengan sistem jaminan atau asuransi komersial. Dalam SJSN kepesertaan diwajibkan berdasarkan UU SJSN, artinya seseorang tidak bebas untuk menentukan apakah ia akan menjadi peserta atau tidak program
11
Baca kembali Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2008 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah di Jawa Timur dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2008 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah di Jawa Timur sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 55 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2008 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah di Jawa Timur.
39
jaminan sosial yang ditentukan dalam Undang-undang. Demikian pula BPJS tidak dapat memilih siapa yang diterima atau tidak diterima menjadi peserta yang akan ditanggungnya. Sebaliknya dalam sistem asuransi komersial prinsip kepesertaan yang dianut adalah kesukarelaan, berdasarkan kesepakatan tertanggung dan penanggung. Seseorang bebas menentukan pilihannya apakah akan menjadi peserta asuransi komersial atau tidak. Demikian pula penanggung bebas menentukan apakah ia akan menanggung seseorang yang ingin menjadi peserta program asuransi yang ditawarkan.
Kepesertaan bersifat wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta, sehingga dapat terlindungi untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak, apabila mereka mengalami risiko yang dapat mengakibatkan berkurang atau hilangnya pendapatan, karena menderita sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut atau pensiun. Peserta jaminan sosial menurut UU SJSN adalah setiap orang termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Setiap orang yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam UU SJSN secara imperatif wajib menjadi peserta. Undang-undang yang mewajibkan mereka. Mau tidak mau mereka harus menjadi peserta program jaminan sosial. Atau dengan kata lain perikatan antara tertangggung (peserta) dengan penanggung (BPJS) dalam jaminan sosial timbul karena Undang-undang.
Meskipun dalam UU SJSN menentukan kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan Pemerintah, serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara suka rela, sehingga dapat mencakup
40
petani, nelayan, dan meraka yang bekerja secara mandiri, sehingga pada akhirnya SJSN dapat mencakup seluruh rakyat. Cakupan kepesertaan bagi seluruh rakyat ini biasa disebut dengan universal coverage. UU SJSN juga menentukan bahwa pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta kepada BPJS, sesuai dengan program yang diikuti. Pentahapan tersebut diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden. Mengenai iuran jaminan kesehatan bagi peserta penerima upah, UU SJSN menentukan bahwa secara bertahap ditanggung bersama oleh pekerja dan pemberi kerja. Selain itu UU SJSN juga menentukan bahwa Pemerintah secara bertahap mendaftarkan penerima bantuan iuran sebagai peserta kepada BPJS. Selanjutnya ditentukan bahwa pada tahap pertama iuran program jaminan sosial bagi fakir miskin dan orang yang tidak mampu yang dibayar oleh pemerintah adalah untuk program jaminan kesehatan. Ketentuan mengenai pembayaran iuran bagi penerima bantuan iuran program jaminan sosial ini diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Selanjutnya dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2008 disebutkan pula bahwa peserta Jamkesda Jawa Timur adalah semua warga masyarakat Daerah Provinsi Jawa Timur yang telah mendaftarkan diri atau didaftarkan dan telah membayar iuran sesuai dengan ketentuan masing-masing program jaminan sosial yang diikutinya. Yang dimaksud Warga masyarakat Daerah Provinsi Jawa Timur adalah setiap orang, baik Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA) yang masuk secara sah serta bertempat tinggal di wilayah Daerah Provinsi Jawa Timur dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan Gubernur.
41
Pada prinsipnya setiap warga masyarakat Daerah Provinsi Jawa Timur wajib menjadi peserta, akan tetapi upaya penegakan hukum atas sifat kepesertaan yang wajib tersebut diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan kesiapan teknis, diantaranya dalam hal kesiapan sistem informasi kependudukan, pengumpulan iuran dan kelayakan program. Pengkajian dan perumusan tahapan kepesertaan dan jenis program jaminan kesehatan tersebut wajib diikuti warga masyarakat Daerah Provinsi Jawa Timur yang dilakukan oleh BPJKD12.
Kepesertaan program Jamkesda di Jawa Timur tersebut mencakup seluruh warga masyarakat Daerah Provinsi Jawa Timur dan dilakukan secara bertahap sesuai kesiapan penyelenggaraan dan kelayakan program Jamkesda. Oleh karena itu, Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah Provinsi Jawa Timur, Pemberi Kerja, Pekerja, Pemerintah dan Masyarakat perlu bersama-sama mengupayakan perluasan kepesertaan dimaksud dalam bentuk kepesertaan yang bersifat mandiri dengan membayar iuran (premi). Sasaran kepesertaan tersebut harus di „manage‟ secara baik agar betul-betul tepat sasaran.13.
Pada bagian proposal ini kami sajikan pula mengenai beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan hambatan dalam perluasan cakupan kepesertaan program jaminan sosial, terutama dalam jaminan kesehatan bagi pekerja sektor informal. Penelitian yang dilakukan Angelini dan Kenichi (2004) menunjukkan ada beberapa persoalan yang perlu dipertimbangkan dalam memperluas skema jaminan sosial bagi pekerja di sektor perekonomian informal,
12
Kepesertaan Jamkesda di Jawa Timur diselenggarakan secara bertahap, dimana pada tahap pertama diprioritaskan untuk peserta Maskin penerima bantuan iuran (PBI), dan tahap kepesertaan kedua adalah peserta Jamkesda mandiri (Jamkesman) yang bersifat non PBI.
13 Widodo J Pujirahardjo, 2012, Materi dipersiapkan untuk Rakor RS se Jawa Timur, tahun 2012. Pemeliharaan dan pelayanan kesehatan dasar pada era universal coverage.
42
yaitu, hambatan peraturan, ketidakmampuan membayar iuran, keengganan membayar iuran, desain tunjangan dan prioritas jaminan sosial, administrasi dan pelaksanaan, serta subsidi.
43
BAB III