• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

B. Kepribadian Sehat

1. Pengertian kepribadian sehat

Kata personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani- kuno prosopon atau persona yang artinya “ topeng" yang biasa dipakai artis dalam teater. Jadi, konsep awal dari pengertian personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku yang ditampakkan pada lingkungan sosial, kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial (Alwisol, 2009: 7). Menurut GW. Allport personality adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisiss individu yang

menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas (Koswara, 1991: 11).

Kepribadian yang sehat merupakn karakter pribadi seseorang yang mempunyai nilai positif (Sumarna, 2014: 22). Dalam hal ini, seseorang tersebut selalu berfikir dan berperilaku positif. Kepribadian sehat merupakan proses yang berlangsung terus-menerus dalam kehidupan manusia, sehingga kualitasnya dapat menurun atau naik. Hal inilah yang akan mempengaruhi kondisi kesehatan mental individu.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya kepribadian yang sehat berarti juga kepribadian yang matang, dan kepribadian yang matang berarti kepribadian yang dewasa. Kedewasaan itu sendiri mempunyai berbagai arti.

Pada umumnya, dewasa berarti tumbuh atau besar, sesuai dengan umur seseorang. Ia mampu memenuhi keperluan-keperluan yang wajar pada umur itu dan mampu memenuhi tuntutan masyarakat, ia dapat memecahkan dengan tepat dan benar secara moril.

Secara lebih rinci, Dahler (1983) mengemukakan pandangannya tentang tanda-tanda kepribadian orang yang sehat, di antaranya:

1.Kepercayaan mendalam pada diri sendiri dan orang lain.

3 Inisiatif berkembang dan tidak selalu merasa dirinya bersalah atau berdosa.

4.Tidak merasa minder, tetapi mempunyai semangat kerja.

5.Bersikap jujur terhadap diri sendiri.

6.Mampu berdedikasi-penyerahan diri sendiri.

7.Senang kontak dengan sesama.

8.Integritas, yakni:

a. Mempunyai kontinuitas dalam hidupnya, masa lampau tak sangkal, dan dengan gairah memandang masa depan,

b.Kesanggupan untuk memperjuangkan nilai-nilai hidup yang nyata, bukan seorang penjual diri, oportunis, pengkhianat,

c. Berani memimpin/bertanggungjawab, berani menanggung resiko, mempunyai jiwa kepemimpinan, hidupnya sebagai tantangan (Sobur, 2000: 355-356)

Allport lebih optimis mengenai kodrat manusia daripada pandangan dari Freud. Ia memperlihatkan suatu keharuan yang luar biasa terhadap manusia. Pengalaman-pengalaman pribadinya kelak tercemin dalam pandangan-pandangan teoritisnya tentang kodrat kepribadian manusia. Kodrat manusia yang diutarakan Allport adalah positif, penuh harapan dan menyanjung-nyajung. Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang

matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar- kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Ia percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang penting pada tingkah laku orang dewasa yang neuritis. Orang-orang yang neuritis terikat atau terjalin erat pada pengalaman-pengalaman masa kanak- kanak (Koswara, 1991: 40) .

Menurut Alport ( Koswara, 1991: 40-50) perkembangan proparium sebagai dasar perkembangan kepribadian yang sehat proparium berkembang dari masa bayi sampai masa remaja melalui tujuh tingkat diri. Proparium merupakan suatu syarat munculnya kepribadian yang sehat. 7 tingkat tersebut adalah:

1. Perluasan perasaan diri.

Ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat pada individu. Kemudian ketika pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak.

2. Hubungan diri yang hangat dengan orang-orang lain

Mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang tua, anak, partner, teman akrab. Hasil dari kapasitas keintiman adalah suatu perluasan diri, yang kapasitas untuk perasaan terharu . Orang yang sehat mental memiliki kapsitas untuk memahami

kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-

penderitaan, ketakutan-ketakutan, kegagalan-kegagalan yang

merupakan ciri kehidupan manusia.

3. Keamanan emosional

Kepribadian sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia, sehingga emosi-emosi ini tidak menggangu aktivitas- aktivitas antar pribadi.

4. Persepsi realistis

Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang- orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.

5. Keterampilan–keterampilan dan tugas–tugas

Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu suatu tingkatan kemampuan. Menggunakan keterampilan itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya terhadap pekerjaan kita.

6. Pemahaman diri.

Orang yang memiliki suatu pemahaman diri yang tinggi tidak mungkin memproyeksikan kualitas pribadinya yang negatif kepada orang lain. Orang yang matang akan menjadi hakim yang saksama terhadap orang orang lain, dan dapat diterima dengan lebih baik oleh orang lain.

7. Filsafat hidup yang mempersatukan .

Allport ( Koswara, 1991 : 49) menekankan bahwa nilai-nilai adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Individu dapat memilih yang berhubungan dengan dirinya sendiri atau mungkin nilai itu luas dan dimiliki oleh banyak orang. Orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang. Ia memiliki perasaan akan tujuan, perasaan akan tugas untuk bekerja sampai tuntas sebagai batu sendi kehidupannya. Allport ( Koswara, 1991: 50) menyebut dorongan- dorongan tersebut sebagai keterarahan (directness). Keterarahan itu membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu atau serangkaian tujuan, serta memberikan alasan untuk hidup. Kita membutuhkan tarikan yang tetap dari tujuan yang bermakna. Tanpa itu mungkin kita mengalami masalah kepribadian. Kerangka dari tujuan-tujuan itu adalah nilai, yang bersama dengan tujuan sangat penting dalam rangka mengembangkan filsafat hidup. Memiliki

nilai-nilai yang kuat merupakan salah satu ciri orang matang. Orang-orang neurotis tidak memiliki nilai atau memiliki nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara, yang tidak cukup kuat untuk mempersatukan semua segi kehidupan (koswara, 1991:50).

2. Kepribadian sehat dalam agama Islam

Agama berasal dari Bahasa Sansekerta yang artinya tidak acau, diambil dari dua suku kata “a” berarti tidak ada dan “gama” berarti kacau, secara lengkapnya agama ialah peraturan yang mengatur manusia agar tidak kacau (Dadang Kahmad, 2000: 21).

Manusia mengingkari agama karena ada faktor-faktor tertentu yang disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Apabila agama tidak masuk dalam pembinaan pribadinya, maka pengetahuan agama yang dicapainya kemudian merupakan ilmu pengetahuan yang tidak ikut mengendalikan tingkah laku dan sikapnya dalam hidup.

Agama berfungsi untuk memelihara integritas manusia dalam membina hubungan dengan Tuhan dengan sesama manusia dan dengan alam yang mengitarinya. Dengan kata lain, agama pada dasarnya berfungsi sebagai alat penguur untuk terwujudnya integritas hidup manusia dalam hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan alam yang mengitarinya ( Famularsih dan Billah,2014: 94)

Agama mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kepribadian sehat individu. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa individu tidak akan mencapai atau memiliki pribadi yang sehat tanpa agama.

Agama Islam sebagai terapi dalam kepribadian sehat atau kesehatan mental, didalam islam ditunjukan dengan jelas dalam QS an Nahl ayat 97 :







































Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa

yang telah mereka kerjakan ( Al Qur‟an Karim Al Hafidz Cordoba, 2016:

278).

Dari ayat di atas ditekankan bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai Iman. Keimanan dapat menghasilkan ketenangan jiwa yang merupakan salah satu indikasi mental yang sehat.

Suatu tindakan atau sikap adalah hasil dari kerja sama segala fungsi- fungsi jiwa, yang tercakup di dalamnya pengertian, perasaan dan kebiasaan.

Jadi bukan pengertian saja. Demikian pulalah halnya dengan agama, ia akan menjadi pengendali moral, apabila ia dimengerti, dirasakan dan dibiasakan ( rationil, emotionil, dan dipraktekkan) ( Zakiah Daradjat, 1975: 60-61).

Kondisi mental sangat menentukan dalam hidup ini. Hanya orang yang sehat mentalnya saja yang dapat merasa bahagia, mampu berguna dan sanggup menghadapi kesukaran atau rintangan dalam hidup.

Kepribadian sehat itu sebaiknya dibina sejak kecil agar pertumbuhan berjalan wajar dan tidak terganggu. Terkadang manusia bernasib tidak baik, terlahir dan dibesarkan oleh orangtua yang kurang mengerti dan memberikan kesempatan untuk berkepribadian yang sehat.

Agama mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan mental individu. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa individu tidak akan mencapai atau memiliki mental yang sehat tanpa agama. Dalam melakukan perawatan jiwa maka harus memperhatikan aspek agama seseorang tersebut.

BAB III

Dokumen terkait