• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INTENSITAS PEMBINAAN MENTAL AGAMA TERHADAP KEPRIBADIAN SEHAT NARAPIDANA DI RUTAN KELAS II B KOTA SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH INTENSITAS PEMBINAAN MENTAL AGAMA TERHADAP KEPRIBADIAN SEHAT NARAPIDANA DI RUTAN KELAS II B KOTA SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INTENSITAS PEMBINAAN MENTAL

AGAMA TERHADAP KEPRIBADIAN SEHAT

NARAPIDANA DI RUTAN KELAS II B KOTA

SALATIGA TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Sri Wulan NIM. 111 13 134

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

Jadikanlah dirimu sebagai lautan yang luas, apapun

kejadian itu harus di terima dengan tawakal dan

dengan iman yang tebal

##

( Saat membuat keputusan sulit, akan sangat

bermakna untuk tahu bahwa ada orang yang

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini di persembahkan kepada :

1.Mama terimakasih atas limpahan doa dan kasih sayang yang tak

terhingga dan selalu memberikan yang terbaik.

2.Alm.bapak dan Alm. Abah (bapak tiri) terimaksih limpahan kasih

sayang semasa hidupnya dan memberikan rasa rindu yang berarti.

3.Mas Nino dan adekku April yang sangat aku cintai dan sayangi

terimakasih yang selalu mendukung dan nasehatnya yang menjadi

jembatan perjalanan hidupku.

4.Keluarga besar Brayat Wongso Kromo (Mbah Bawon, Mbah

Manut, mbah girah, mbah manisem, mbah Pon, Mbah paring, mbah

karijan) yang selalu memberikan dukungan berupa materi maupun

non materi.

5.Om dan tante dari keluarga besar Brayat Wongso Kromo yang

selalu memberikan perhatian dan nasehatnya.

6.Bu Yahya (Dokter Klinik Kampus) terimaksih telah sabar

membimbing dan memberikan motivasi untuk segera

menyelesasikan segala persoalan hidup.

7. Keluarga besar Panti Asuhan Putri Aisyiyah Kota Salatiga yang

telah memberikan kesempatan untuk menjadi anggota keluarga di

(7)

8.Immawan Nurul Fazri. terimaksih yang selalu sabar mendengarkan

celoteh-celoteh.Terimakasih nasehat-nasehat supaya menjadi

Immawati tangguh dan segera menyelesaikan skripsi ini dengan

penuh semangat.

9.Sahabat yang awal jumpa masuk kuliah Immawati azkia,

terimaksih telah sabar mendampingi dan banyak membantu sampai

skripsi selesai.

10.Terimakasin Keluarga besar IMM Kota Salatiga yang telah

memberikan banyak ilmu yang tak mungkin saya dapatkan

dibangku perkuliahan. Bangga Jadi kader IMM Kota Salatiga

11.Terimakasih keluarga besar PD IPM Kota Salatiga. BANGGA

JADI KADER IPM.

12.Terimaksih keluarga besar Asrama IMMawati Kauman yang telah

bersedia menampung saya untuk mengerjakan skripsi sampai

akhir.

13.Makasih banget buat Immawati Rahil, Immawati Yayah,

Immawati Ummah dan Immwati Afifah yang menemani saat

penelitian di Rumah tahanan

14.Makasih untuk semua para kawan IMM dan lainnya yang telah

mengantar dan jemput saat penelitian, bimbingan dll, yang

membantu sampai skripsi selesai.

15.Yang tak terlupakan saya ucapkan banyak terimakasih kepada

(8)

Sauqi, Immawan Shaleh, Immawati Hajar dan Immawati Gita.

Semoga kebaikan kalian dibalas oleh Allah dengan balasan yang

terbaik.

16.Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun

tidak langsung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari

sempurna. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran

yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi

kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dari air yang hina

kemudian memuliakannya dengan akal dan ilmu pengetahuan lalu

mengangkatnya sebagai pemimpin yang terhormat dan dihormati.

Solawat dan salam semoga selalu diberikan kepada junjungan kita, Nabi

Muhammad saw, yang telah memberikan keteladan paling sempurna tentang

bagaimana seharusnya meniti kehidupan: dengan segala ketulusan ibadah,

kesungguhan dalam usaha, dan pengorbanan dalam perjuangan. Salam dan doa

semoga terlimpah juga kepada keluarganya, para sahabat, dan

para`pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Skripsi dengan judul “PENGARUH INTENSITAS PEMBINAAN MENTAL AGAMA TERHADAP KEPRIBADIAN SEHAT NARAPIDANA

DI RUTAN KELAS IIB KOTA SALATIGA” ini diajukan untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Institut Agama Islam Negeri ( IAIN)

Salatiga.

Penulis menyadari dalam mengerjakan skripsi ini banyak bimbingan,

bantuan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh kesempatan itu penulis

menyampaikan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Dr.Rahmat Haryadi,M.Pd

(10)

3. Bapak Dr.H.Sa‟adi,M.Ag selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, serta pemikiran selama proses bimbingan

, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

4. Segenap dosen dan karyawan Institut Agama Islam Negeri Salatiga,

yang dengan sengaja maupun tidak disengaja turut mempelancar

proses penyusunan skripsi ini.

5. Terimakasih kepada Bapak Ruwiyanto yang telang menjadi

pendamping pelenilitian di Rumah tahanan Salatiga.

6. Segenap keluarga besar dan sahabat–sahabat terbaik yang dikirim Allah untuk selalu mendampingiku.

Tiada balasan bagi kita kebaikan kalian itu sendiri. Semoga apa yang

pernah penulis dapatkan dari kalian menjadi manfaat dan barokah

bagi kita semua. Amiiin. Skripsi ini belum sempurna maka, kritik dan

saran yang memabngun kami harapkan dan semoga skripsi ini

(11)

ABSTRAK

Wulan, Sri,2017 Pengaruh Intensitas Pembinaan Mental Terhadap Kepribadian Sehat Narapidana Di Rutan Kelas IIB Kota Salatiga.Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Sa‟adi, M.Ag.

Kata Kunci : Pembinaan Mental , Kepribadian Sehat.

Penelitian ini membahas Pengarus Intensitas Pembinaan Mental Agama Terhadap Kepribadian Sehat Narapidan di Rutan Kelas IIB Salatiga Tahun 2017. Fokus penelitian yang dikaji : 1. Kondisi mental narapidan di Rutan; 2.Usaha pembinaan mental terhadap tingkat kepribadian sehat narapidana di Rutan kelas IIB Salatiga.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan angket. Subjek penelitian sebanyak 30 responden, menggunakan teknik populasi, sempel dan dokumentasi. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner untuk menjaring data X dan Y.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

PENGESAHAN KELULUSAN ...iii

DEKLARASI ...iv

MOTTO ...v

PERSEMBAHAN ...vi

KATA PENGANTAR ...ix

ABSTRAKSI ... xi

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR TABEL ...xv

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah ...2

C. Tujuan Penelitian ...2

D. Hipotesis Penelitian ...3

E. Manfaat Penelitian ...3

F. Definisi Operasional ...4

G. Metode Penelitian ...7

(13)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembinaan mental Narapidana

1.Pengertian Pembinaan Mental Narapidana...13

2.Tujuan Pembinaan Mental Narapidana...14

3.Rumah Tahanan Negara...16

B. Kepribadian Sehat

1.Pengertian Kepribadian Sehat...16

2.Kepribadian Sehat Dalam Agama Islam...21

BAB III LAPORAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Rumah Tahanan Negara...24

B. Pembinaan Mental Narapidana di Rutan Kelas IIB Kota

Salatiga...30

C. Penyajian Data ...32

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Pertama ...42

B. Analisis Kedua...45

(14)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...49

B. Saran ...50

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel I Data Sarana dan Prasarana di Rutan Salatiga

Tabel II Daftar Nama Responden

Tabel III Jawaban Angket Intensitas Pembinaan Mental Narapidana

Tabel IV Jawaban Angket Kepribadian Sehat

Tabel V Frekuensi dan Prosentase Intensitas Pembinaan Mental Narapidana

Table VI Frekuensi dan Prosentase Kepribadian Sehat

Tabel VII Pembantu Analisis Product Moment

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Mental adalah kondisi jiwa yang terpantul dalam perilaku seseorang

terhadap berbagai situasi. Keadaan mental seseorang sangat rentan terhadap

kondisi dan situasi yang sedang dihadapinya. Maka, pembinaan mental sangat

penting untuk semua orang, bahkan pembinaan mental harus dilakukan sejak

dalam kandungan walaupun secara tidak langsung. Pembinaan mental idealnya

di mulai dari dalam keluarga (Anggraini,2013:2). Karena keluarga merupakan

pembinaan pertama bagi seseorang sejak orang itu lahir. Dalam keluarga

pembinaan mental agama telah dilakukan dengan baik, maka seseorang akan

mampu bersikap dan berperilaku dengan baik pula dalam lingkungannya.

Pembinaan mental merupakan komponen yang sangat penting dalam

kerangka pembinaan, karena yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu

pembinaan tentu haruslah ada tenaga Pembina (Rohaniawan), Pembina yang

dimaksudkan dalam hal ini adalah rohaniawan yang bertugas diseksiBintal itu

sendiri (Buku RUTAN Kelas IIB Salatiga)

Pembinaan mental berfungsi untuk memberi bekal bagi narapidana agar

kelak setelah bebas menjalani masa pidana menjadi orang yang lebih baik,

maka pihak Rumah Tahanan Negara kelas IIB Kota Salatiga

menyelenggarakan program pembinaan bagi narapidan, yang meliputi

(17)

meliputi pembinaan keterampilan dan pembinaan fisik, sedangkan untuk

pembinaan kepribadian meliputi pembinaan kesadaran beragama dan

pembinaan intelektual.

Manusia adalah makhluk yang berkepribadian, dan kepribadian tersebut

memberinya ciri khusus yang membedakanya dari manusia lainnya (Sumarna,

2014: 10).Tanpa memiliki kepribadian, manusia tidak akan memiliki identitas

diri, tidak arah dan tujuan hidup, dan tidak akan bisa memaknai eksistensinya

di dunia ini.

Setiap manusia memiliki watak yang berbeda atau sikap kepribadian yang

merupakan salah satu ciri khas yang dimilki seseorang untuk membedakan

dirinya dengan orang lain. Kepribadian yang sehat merupakan karakter pribadi

seseorang yang mempunyai nilai positif (Sumarna, 2014: 22).

Setiap manusia didunia ini pasti memerlukan orang lain, oleh karena itu

terjadi sosialisasi antar sesama manusia tersebut, yang mana berfungsi sebagai

sarana kedekatan antar sesama.

Berdasarkan uarian di atas, penulis mencoba menuangkan dalam suatu

penelitian dengan menyusun sebuah judul : PENGARUH INTENSITAS

PEMBINAAN MENTAL AGAMA TERHADAP KEPRIBADIAN SEHAT

(18)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, rumusan masalah

dalam penelitian :

1. Bagaiman Inensitas pembinaan mental agama terhadap narapidana di

RUTAN Kelas IIB Kota Salatiga?

2. Bagaimana tingkat kepribadian sehat terhadap narapidana?.

3. Adakah pengaruh usaha pembinaan mental agama terhadap tingkat

kepribadian sehat narapidana di RUTAN Kelas IIB kota Salatiga?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui usaha pembinaan mental terhadap narapidana di RUTAN

Kelas IIB Kota Salatiga.

2. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kepribadian sehat terhadap

narapidana

3. Untuk mengeahui pengaruh usaha pembinaan mental terhadap kepribadian

sehat narapidana.

D.Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara yang hendak diuji kebenarannya

(Darmawan, 2013: 22).Atau jawaban bersifat sementara terhadap permasalahan

(19)

E. Manfaat Penelitia

Dalam ini terdapat dua manfaat yang penulis paparkan :

1. Secara teoritis

Hasil penilitian diharapakan memperoleh temuan baru di bidang

pembinaan mental khususnya dapat memperbaiki kepribadian supaya lebih

sehat.

2. Secara Praktis

a. Bagi Narapidana: Pembinaan mental di harapkan dapat mengarahkan

narapidana mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tanpa

kehilangan identitas

b. Bagi Lembaga: dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap pola

pembinaan yang selama ini telah dilakukan dan juga sebagai acuan

untuk perkembangan pembinaan dimasa yang akan datang.

F. Definisi Operasinal

Untuk memberikan pemahaman dan menjaga agar tidak terjadi kesalah

pahaman tentang judul skripsi ini maka diperlukan penegasan istilah. Adapun

penegasan istilah yang dimaksud antara lain :

1. Intensitas Pembinaan mental

Intensitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti

(20)

Pembinaan mental adalah usaha atau kegiatan yang berdayaguna

dan berhasil pada batin seseorang ( Daradjat, 1982: 11). Tujuan pembinaan

adalah untuk memperoleh “Kesehatan mental“. Kesehatan mental

merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan

tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin

dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secarare signasi

(penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan).

Maka untuk mengukur intensitas pembinaan mental narapidana

memerlukan Indikator sebagai berikut :

a. Kepribadian

b. Kemandirian

c. Kegiatan Kedisiplinan.

2. Narapidana

Orang yang telah terbukti melakukan tindak pidana dan kemudian

oleh pengadilan dijatuhi hukum dan pidana (Gunakarya, 1988: 8).

Selanjutnya dalam UU No.12 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (6) dijelaskan

bahwa Terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memporelah kekuatan hukum tetap.

3. RumahTahanan Negara

Rumah Tahanan Negara Merupakan suatu tempat bagi

penampungan dan pembinaan narapidana yang karena perbuatannya yang

(21)

Berdasarkan pasal 38 ayat (1). Penjelasan PP No. 27 Tahun 1983

Tentang Pelaksanaan KUHAP, Menteri dapat menetapkan Lapas tertentu

sebagai Rutan. Kemudian, dengan adanya Surat Keputusan Menteri

Kehakiman No. M.04.UM.01.06 Tahun 1983 tentang Penetapan Lembaga

Pemasyarakatan Tertentu sebagai Rumah Tahanan Negara, Lapas dapat

beralih fungsi menjadi Rutan, dan begitu pula sebaliknya.

4. Kepribadian Sehat

Kepribadian merupakan kesatuan yang komplek, yang terdiri dari

aspek psikis, seperti : intelegensi, sifat, sikap, minat, cita-cita, dst. Serta

aspek fisik, seperti : bentuk tubuh, kesehatan jasmani, kesehatan mental,

dst.(Kuntjojo, 2009: 4).

Kepribadian manusia bersifat khas. Setiap orang memiliki ciri-ciri

kepribadian tersendiri. Secara umum kepribadian manusia di pisahkan

dalam dua kelompok, yaitu : kepribadian sehat dan kepribadian tidak

sehat.

Kepribadian yang sehat merupakan karakter pribadi seseorang

yang mempunyai nilai positif (Sumarna, 2014: 22). Dalam hal ini,

seseorang tersebut selalu berfikir dan berperilaku positif.

Untuk mengetahui ukuran kepribadian sehat perlu indikator

sebagai berikut :

a. Kemauan untuk menilai diri sendiri dan bersikap realistik

(22)

c. Bereaksi secara rasional atas prestasi maupun kesuksesan hidup

yang dihadapinya.

d. Bersikap dan berperilaku mandiri dalam cara berfikir, bertindak

maupun mengambil keputusan

e. Mampu mengontrol emosi

f. Mampu merumus tujuan-tujuan yang ingin diraih di setiap

aktivitas hidup (Sumarna, 2014: 23).

G.Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis Penelitian

a. Pendekatan penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif

kuantitatif.

b. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Pada

penelitian studi kasus adalah penelitian yang menggali fenomena

(kasus) dari suatu masa tertentu dan aktivitas, serta mengumpulkan

detail informasi dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan

data selama kasus itu terjadi (Afifudin dan Saebani, 2009: 87)

2. LokasiPenelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di RumahTahanan Negara kelas IIB

(23)

3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalsasi yang terdiri dari atas :

objek/subjek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian diambil kesimpulannya

(Sugiyono, 2010: 81). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini

adalah semua narapidana Muslim di Rumah Tahanan Negara kelas IIB

Kota Salatiga.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Sugiono, 2010: 62). Sampel yang diambil oleh populasi

harus representatif. Berdasarkan jumlah subjeknya dapat diambil antara

10-15% atau 20-25%. Jadi peneliti menggunakan 25% dari 133 responden

adalah 33 responden yang mengikuti pembinaan mental.

4. Metode Pengumpulan data

Teknik Pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

adalah :

a. Metode Observasi

Metode ini diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan yang

sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti (Arikunto, 2010: 54).

Metode ini dipergunakan untuk memperoleh data seperti situasi

(24)

b. Metode Angket

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010: 124).

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010: 1999).

Dalam penelitian ini item-item angket diambil dari

indikator-indikator dari variabel X dan Y.

c. Metode Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah

pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen – dokumen

(Arikunto, 2010: 73). Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan

data mengenai situasi umum lokasi penelitian. Dokumentasi kegiatan

penelitian dan dokumentasi pendukung lainnya, sebagai penguat

seluruh informasi yang didokumentasikan adalah semua aktifitas yang

berhubungan dengan pembinaan mental kepribadian. Dengan

dokumentasi maka data yang kita peroleh akan lebih yakin dan terbukti

kebenarannya. Metode ini berfungsi untuk mendapatkan data-data

yang diperoleh dilapangan, adapun dalam data yang dilakukan untuk

(25)

kepribadian serta foto-foto saat kegiatan di Rumah Tahanan Negara

kelas IIB Kota Salatiga.

5. Instrument Penelitian

Instrumen adalah “alat untuk fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data“ (Arikunto, 2010: 135). Instrumen yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah lembar angket yang digunakan

untuk mengetahui intensitas pembinaan mental terhadap kepribadian

narapidana ( X ) dan kepribadian sehat ( Y ). Angket dirancang dalam 25

pertanyaan di tujukan kepada Narapidana.

a. Merupakan angket tertutup dimana peneliti telah menyediakan

jawabanya dalam emapat jawabanya itu selalu, sering, jarang, atau

tidak pernah. Dengan demikian, peneliti menggunakan skala richter

dengan skor untuk masing-masing jawaban positif :

1. sangat setuju/ selalu :skor 4

2. setuju/ sering :skor 3

3. tidak setuju/ kadang-kadang :skor 2

4. sangat tidak setuju/ tidak pernah : skor 1

Adapun penelitian instrument ( angket) yang peneliti buat, mengacu

pada variable-variabel di bawah ini :

Variabel pengaruh (X): variable pengaruh dalam penelitian ini adalah

(26)

Variabel pengaruh (y): variable terhadap dalam penelitian ini adalah

usaha pembinaan mental narapidana di Rumah Tahanan Negara kelas IIB

Kota Salatiga.

Variabel Pengaruh (xy): Variabel terdapat dalam penelitian ini adalah

Pengaruh usaha pembinaan mental Narapidana di Rumah Tahanan Negara

Kela IIB Kota Salatiga.

6. Analisis Data

Dalam menganalisis peneliti melakukan dua langkahan alisis, yaitu:

a. Analisi Pendahuluan

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kepribadian narapidana.

1) Pembinaan Mental Narapidana

2) Kepribadian Sehat

3) Pembinaan mental dengan menggunakan rumus :

P = F : N X 100%

Keterangan :

P :Presentase

F :Frekuensi

N :Jumlah responden (Hadi, 2004: 300)

b. Analisis Lanjutan

Dalam analisis ini penulis bermaksud untuk mengetahaui

hubungan antara pembinaan mental terhadap kepribadian narapidana

(27)

Teknik Analisis yang penulis gunakan adalah teknik korelasi product

moment dengan rumus :

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara X dan Y

XY : Produk dari X kali Y

X2 : Variabel skor 1

Y : Variabel skor 2

N : Jumlah sampel yang diteliti

H.Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya sebagai

berikut : Bab I, sebelum memasuki inti permasalahan yang dibahas bab- bab

selanjutnya dapat skripsi ini, maka penulis terlebih dahulu mengemukakan latar

belakang masalah, kemudian untuk mengetahui sejauh mana penelitian ini

dibuat, dapat dilihat dalam perumusan masalah dan tujuan penelitian serta

manfaat hasil penelitian, untuk menghindari pemahaman yang salah dalam

judul skripsi ini maka penulis menjelaskan pada definisi operasional dan untuk

memudahkan dalam memahami isi skripsi ini, maka penulis tampilkan metode

(28)

Bab II, penulis menjabarkan kajian pustaka tentang pengaruh Intensitas

Pembinaan Mental Terhadap Kepribadian Sehat Narapidana di RUTAN Kelas

IIB Kota Salatiga.

Bab III, membahas tentang gambaran umum Intensitas Pembinaan Mental

(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Pembinaan Mental Narapidana

1. Pengertian Pembinaan Mental Narapidana

Menurut PP No. 31 Tahun 1999 ayat 1, pembinaan adalah suatu

kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha

Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan

rohani narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Jadi, pembinaan dapat

dipahami sebagai suatu kegiatan membangun yang dilakukan secara

berdaya guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik terhadap warga

binaan pemasyarakatan yang bertujuan agar warga binaan menyadari

kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga

dianggap berguna serta berperan aktif bagi pembangunan bangsa dan

negara.

Zakiyah Daradjat (1975: 59) mengemukakan bahwa mental sering

digunakan sebagai ganti dari kata personality ( kepribadian) yang berarti

bahwa mental adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, dan

(30)

tingkah laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan

mengecewakan, menggembirakan, dan sebagainya.

Menurut Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 1995 pasal 2 tentang

pemasyarakatan, narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang

kemerdekaanya di Lembaga Pemasyarakatan. Narapidana merupakan orang

yang memiliki cacat hukum karena telah melanggar norma-norma hukum

yang berlaku. Adapun hukuman yang diterima adalah berupa kurungan atau

penjara. Hukuman yang diberikan bukan semata-mata untuk mengasingkan

agar tidak melakukan kejahatan lagi. Akan, selama dipenjara diberikan

pembinaan dengan baik.

Pada penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan mental

narapidana adalah suatu usaha membangun atau memperbaharui

unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, dan perasaan menjadi lebih baik

sehingga semua itu dapat ditampilkan dalam bentuk tingkah laku yang

wajar.

2. Tujuan Pembinaan Mental Narapidana

Menurut Pasal 20 UU No. 12 Tahun 1995 tujuan pembinaan

narapidan adalah membentuk narapidana agar menjadi manusia seutuhnya,

menyadari kesalahanya, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak

pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat

aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai

(31)

Pembinaan mental narapidana dilakukan secara terus menerus sejak

narapidana masuk ke dalam rumah tahanan. Dalam pembinaan narapidana

dikembangkan keadaan jasmani, rohani, serta kemasyarakatanya dan

dibutuhkan pula elemen-elemen yang berkaitan untuk mendukung

keberhasilan dalam pembinaan. Elemen-elemen tersebut adalah

lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pengembangan semua segi kehidupan

narapidana dan tenaga-tenaga pembina yang cukup cakap dan penuh dengan

rasa pengabdian (Priyanto, 2006: 106).

Menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang

pembinaan dan pembimbingan narapidana menyatakan bahwa program

pembinaan dan pembimbingan meliputi kegiatan pembinaan dan

pembimbingan kepribadian serta kemandirian yang meliputi hal-hal yang

berkaitan dengan:

a. Ketaqwaan kepada tuhan Yang Maha Esa

b. kesadaran berbangsa dan bernegara

c. intelektual

d. sikap dan tingkah laku

e. kesehatan jasmani dan rohani

f. kesdaran hukum

g. reintregrasi sehat dengan masyarakat

(32)

3. Rumah Tahanan Negara

Berdasarkan pasal 38 ayat (1). Penjelasan PP No. 27 Tahun 1983

tentang pelaksanaan KUHP, Menteri dapat menetapkan lapas tertentu

sebagai RUTAN. Kemudian, dengan adanya Surat Keputusan Menteri

Kehakiman No. M.04.UM.01.06 Tahun 1983 tentang penetapan Lembaga

Pemasyarakatan tertentu sebagai Rumah Tahanan Negara, lapas beralih

fungsi menjadi RUTAN, dan begitu sebaliknya.

Menurut keputusan mentri kehakiman nomor: M.02-PK.04.10 Tahun

1990 tentang Pembinaan Narapidana / Tahanan menyatakan bahwa : Rumah

Tahanan Negara adalah unit ditahan selama proses penyelididkan,

penuntutan, dan pemeriksaan disidang pengadilan.

B. Kepribadian Sehat

1. Pengertian kepribadian sehat

Kata personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa

Yunani-kuno prosopon atau persona yang artinya “ topeng" yang biasa dipakai artis dalam teater. Jadi, konsep awal dari pengertian personality (pada

masyarakat awam) adalah tingkah laku yang ditampakkan pada lingkungan

sosial, kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh

lingkungan sosial (Alwisol, 2009: 7). Menurut GW. Allport personality

(33)

menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas (Koswara,

1991: 11).

Kepribadian yang sehat merupakn karakter pribadi seseorang yang

mempunyai nilai positif (Sumarna, 2014: 22). Dalam hal ini, seseorang

tersebut selalu berfikir dan berperilaku positif. Kepribadian sehat

merupakan proses yang berlangsung terus-menerus dalam kehidupan

manusia, sehingga kualitasnya dapat menurun atau naik. Hal inilah yang

akan mempengaruhi kondisi kesehatan mental individu.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya kepribadian

yang sehat berarti juga kepribadian yang matang, dan kepribadian yang

matang berarti kepribadian yang dewasa. Kedewasaan itu sendiri

mempunyai berbagai arti.

Pada umumnya, dewasa berarti tumbuh atau besar, sesuai dengan

umur seseorang. Ia mampu memenuhi keperluan-keperluan yang wajar pada

umur itu dan mampu memenuhi tuntutan masyarakat, ia dapat memecahkan

dengan tepat dan benar secara moril.

Secara lebih rinci, Dahler (1983) mengemukakan pandangannya

tentang tanda-tanda kepribadian orang yang sehat, di antaranya:

1.Kepercayaan mendalam pada diri sendiri dan orang lain.

(34)

3 Inisiatif berkembang dan tidak selalu merasa dirinya bersalah atau

berdosa.

4.Tidak merasa minder, tetapi mempunyai semangat kerja.

5.Bersikap jujur terhadap diri sendiri.

6.Mampu berdedikasi-penyerahan diri sendiri.

7.Senang kontak dengan sesama.

8.Integritas, yakni:

a. Mempunyai kontinuitas dalam hidupnya, masa lampau tak

sangkal, dan dengan gairah memandang masa depan,

b.Kesanggupan untuk memperjuangkan nilai-nilai hidup yang

nyata, bukan seorang penjual diri, oportunis, pengkhianat,

c. Berani memimpin/bertanggungjawab, berani menanggung

resiko, mempunyai jiwa kepemimpinan, hidupnya sebagai

tantangan (Sobur, 2000: 355-356)

Allport lebih optimis mengenai kodrat manusia daripada pandangan

dari Freud. Ia memperlihatkan suatu keharuan yang luar biasa terhadap

manusia. Pengalaman-pengalaman pribadinya kelak tercemin dalam

pandangan-pandangan teoritisnya tentang kodrat kepribadian manusia.

Kodrat manusia yang diutarakan Allport adalah positif, penuh harapan dan

(35)

matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar-

kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Ia percaya

bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang

penting pada tingkah laku orang dewasa yang neuritis. Orang-orang yang

neuritis terikat atau terjalin erat pada pengalaman-pengalaman masa

kanak-kanak (Koswara, 1991: 40) .

Menurut Alport ( Koswara, 1991: 40-50) perkembangan proparium

sebagai dasar perkembangan kepribadian yang sehat proparium berkembang

dari masa bayi sampai masa remaja melalui tujuh tingkat diri. Proparium

merupakan suatu syarat munculnya kepribadian yang sehat. 7 tingkat

tersebut adalah:

1. Perluasan perasaan diri.

Ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau

banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat pada individu.

Kemudian ketika pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas

meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak.

2. Hubungan diri yang hangat dengan orang-orang lain

Mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang

tua, anak, partner, teman akrab. Hasil dari kapasitas keintiman

adalah suatu perluasan diri, yang kapasitas untuk perasaan terharu .

(36)

kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan,

penderitaan-penderitaan, ketakutan-ketakutan, kegagalan-kegagalan yang

merupakan ciri kehidupan manusia.

3. Keamanan emosional

Kepribadian sehat juga mampu menerima emosi-emosi

manusia, sehingga emosi-emosi ini tidak menggangu

aktivitas-aktivitas antar pribadi.

4. Persepsi realistis

Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara

objektif. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa

orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau baik menurut

suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima

realitas sebagaimana adanya.

5. Keterampilan–keterampilan dan tugas–tugas

Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan

keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu suatu tingkatan

kemampuan. Menggunakan keterampilan itu secara ikhlas,

antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya terhadap

(37)

6. Pemahaman diri.

Orang yang memiliki suatu pemahaman diri yang tinggi tidak

mungkin memproyeksikan kualitas pribadinya yang negatif kepada

orang lain. Orang yang matang akan menjadi hakim yang saksama

terhadap orang orang lain, dan dapat diterima dengan lebih baik

oleh orang lain.

7. Filsafat hidup yang mempersatukan .

Allport ( Koswara, 1991 : 49) menekankan bahwa nilai-nilai

adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang

mempersatukan. Individu dapat memilih yang berhubungan dengan

dirinya sendiri atau mungkin nilai itu luas dan dimiliki oleh banyak

orang. Orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan

dan rencana jangka panjang. Ia memiliki perasaan akan tujuan,

perasaan akan tugas untuk bekerja sampai tuntas sebagai batu sendi

kehidupannya. Allport ( Koswara, 1991: 50) menyebut

dorongan-dorongan tersebut sebagai keterarahan (directness). Keterarahan

itu membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu

atau serangkaian tujuan, serta memberikan alasan untuk hidup. Kita

membutuhkan tarikan yang tetap dari tujuan yang bermakna. Tanpa

itu mungkin kita mengalami masalah kepribadian. Kerangka dari

tujuan-tujuan itu adalah nilai, yang bersama dengan tujuan sangat

(38)

nilai-nilai yang kuat merupakan salah satu ciri orang matang.

Orang-orang neurotis tidak memiliki nilai atau memiliki nilai yang

terpecah-pecah dan bersifat sementara, yang tidak cukup kuat

untuk mempersatukan semua segi kehidupan (koswara, 1991:50).

2. Kepribadian sehat dalam agama Islam

Agama berasal dari Bahasa Sansekerta yang artinya tidak acau,

diambil dari dua suku kata “a” berarti tidak ada dan “gama” berarti kacau, secara lengkapnya agama ialah peraturan yang mengatur manusia agar tidak

kacau (Dadang Kahmad, 2000: 21).

Manusia mengingkari agama karena ada faktor-faktor tertentu yang

disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Apabila

agama tidak masuk dalam pembinaan pribadinya, maka pengetahuan agama

yang dicapainya kemudian merupakan ilmu pengetahuan yang tidak ikut

mengendalikan tingkah laku dan sikapnya dalam hidup.

Agama berfungsi untuk memelihara integritas manusia dalam

membina hubungan dengan Tuhan dengan sesama manusia dan dengan

alam yang mengitarinya. Dengan kata lain, agama pada dasarnya berfungsi

sebagai alat penguur untuk terwujudnya integritas hidup manusia dalam

hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan alam yang mengitarinya (

(39)

Agama mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kepribadian

sehat individu. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa individu tidak

akan mencapai atau memiliki pribadi yang sehat tanpa agama.

Agama Islam sebagai terapi dalam kepribadian sehat atau kesehatan

mental, didalam islam ditunjukan dengan jelas dalam QS an Nahl ayat 97 :

Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki

maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan

Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan

Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa

yang telah mereka kerjakan ( Al Qur‟an Karim Al Hafidz Cordoba, 2016:

278).

Dari ayat di atas ditekankan bahwa laki-laki dan perempuan dalam

Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai

Iman. Keimanan dapat menghasilkan ketenangan jiwa yang merupakan

salah satu indikasi mental yang sehat.

Suatu tindakan atau sikap adalah hasil dari kerja sama segala

(40)

Jadi bukan pengertian saja. Demikian pulalah halnya dengan agama, ia akan

menjadi pengendali moral, apabila ia dimengerti, dirasakan dan dibiasakan (

rationil, emotionil, dan dipraktekkan) ( Zakiah Daradjat, 1975: 60-61).

Kondisi mental sangat menentukan dalam hidup ini. Hanya orang

yang sehat mentalnya saja yang dapat merasa bahagia, mampu berguna dan

sanggup menghadapi kesukaran atau rintangan dalam hidup.

Kepribadian sehat itu sebaiknya dibina sejak kecil agar pertumbuhan

berjalan wajar dan tidak terganggu. Terkadang manusia bernasib tidak baik,

terlahir dan dibesarkan oleh orangtua yang kurang mengerti dan

memberikan kesempatan untuk berkepribadian yang sehat.

Agama mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan

mental individu. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa individu tidak

akan mencapai atau memiliki mental yang sehat tanpa agama. Dalam

melakukan perawatan jiwa maka harus memperhatikan aspek agama

(41)

BAB III

LAPORAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Rumah Tahanan Negara

1. Sejarah Singkat Lembaga

Rumah Tahanan Negara (Rutan) kelas IIB Kota Salatiga, berada

di tengah kota Salatiga Jawa Tengah yang berhawa sejuk dan dikenal

sebagai kota pelajar yang memiliki beberapa Perguruan Tinggi

ternama dengan mahasiswa berasal dari seluruh pelosok Indonesia.

Secara fisik, bangunan Rutan Salatiga merupakan peninggalan

dari pemerintah kolonial Hindia Belanda yang ketika itu bangunan

tersebut juga sebagai penjara di jaman penjajahan pemerintah kolonial

dan baru sekali dilaksanakan renovasi dan penambahan lantai pada

tahun 1995 (Buku Profil Rumah tahanan Kelas IIB Salatiga).

2. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Motto

a. Visi

Memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan

penghidupan tahanan/napi sebagai individu, anggota masyarakat

dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa dalam Rangka membangun

(42)

b. Misi

1).Mengemban melaksanakan perawatan tahanan, pembinaan

terhadap narapidana dalam kerangka penegakkan hukum,

pencegahan dan penanggulangan kejahatan serta pemajuan dan

perlindungan hak asasi manusia mewujudkan tertib.

2).Mengembangkan kerjasama dengan mengoptimalkan

keterlibatan stakeholder

3). Melaksanakan tugas pokok dan fungsi pemasyarakatan secara

konsisten dengan mengedepankan penghormatan terhadap

Hukum dan Hak Asasi Manusia yang Adil dan Beradab

4). Mengembangkan kompetensi dan potensi sumber daya petugas

secara konsisten dan berkesinambungan ( Buku Profil Rumah

tahanan Kelas IIB Salatiga).

c. Tujuan

1).Membetuk narapidan agar menjadi manusia seutuhnya,

menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi

tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan

masyarakat, dapat berperan aktif dalam pembangunan dan dapat

hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan

(43)

2). Memberikan jaminan perlindungan hak asasi manusia tahanan

yang ditahan Rutan Salatiga dalam rangka memperlancar proses

penyelidikan dan bertanggung jawab.

3).Memberikan jaminan perlindungan hak asasi

tahanan/pihak-pihak yang berperkara serta keselamatan dan keamanan serta

kelancaran dalam proses penyelidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan di sidang pengadilan ( Buku Profil Rumah tahanan

Kelas IIB Salatiga).

d. Sasaran

Sasaran perawatan dan pembinaan tahanan/napi di Rutan

Salatiga adalah meningkatkan kualitas yang sebelumnya/awalanya

sebagian atau seluruhnya dalam kondisi kurang, aspek tersebut

meliputi antara lain :

1). Kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

2). kualitas intelektual

3). kualitas sikap perilaku

4). Kualitas profesionalisme/keterampilan

5). Kesehatan jasmani dan rohani

e. Motto

BERKARYA ( Bersih, Kreatif, Yakin ). Maksud dari

semboyan tersebut adalah :

1). Bersih dalam fikiran, tindakan dan perkataan

(44)

3). Yakin pasti bisa ( Buku Profil Rumah tahanan Kelas IIB

Salatiga).

3. Struktural Organisasi

4. Lamdasan Operasional

a. Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHP.

b. Undang-undang No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

c. Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (

HAM ).

KEPALA RUTAN

Hero Sulistiyono, Bc, IP, SH,M.Si.

NIP. 19690116 199303 1001

PETUGAS TATA USAHA

(45)

d. Undang-undang No. 43 Tahun 1999tentang pokok-pokok

kepegawaian

e. Peraturan Pemerintah RI. No. 27 Tahun 1983 tentang pelaksanaan

KUHAP

f. Peraturan pemenrintah RI No.31 Tahun 1999 tentang pembinaan

dan Pembimbing Warga Binaan Pemasyarakatan.

g. Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 1999 tentang syarat dan

tata cara pelaksanaan Hak Binaan Pemasyarakatan.

h. Peraturan pemerintah RI No. 59 tahun 1999 tentang kerja sama

penyelenggaraan pembinaan dan pembimbingan warga binaan

pemasyarakatan

i. Peraturan Pemeintah RI No. 58 Tahun 1999 tentang syarat-syarat

dan tata cara pelaksanaan, wewenang, tugas, dan tanggung jawab

perawatn tahanan.

j. Keputusan mentreri kehakiman RI No. M.01.KP.09.05 Tahun 1991

tentang penetapan uraian jabatan di lingkungan departemen

kehakiman RI.

k. Keputusan menteri kehakiman RI NO. M.UM.06.05 Tahun 1996

tentang penerbitan pola bindalmin Departemen Kehakiman RI (

(46)

5. Data Eksistensi RUTAN Salatiga

a. Demografi

Nama UPT :RUMAH TAHANAN NEGARA

SALATIGA

Tahun Berdiri : 1945

Kapasitas : 100 Orang

Alamat Lengkap : Jl. Yos Sudarso No. 2 Salatiga

Kode Pos : Salatiga 50713

Phone : 0289-325601

Fax : 0289-328296

Email : rutan.salatiga@yahoo.com.

b. Struktur Bangunan

Luas Tanah : 2.400m2

Luas Bangunan : 1.169m2

Jumlah Blok : 3 Blok ( blok muka, blok belakang dan

wanita )

c. Data Saran dan Prasarna di RUTAN Salatiga

Tabel I

No Fasilitas Ada/tidak Keterangan

1. Ruamah Dinas √ Baik

(47)

3. Ruang Ka. Rutan √ Baik

4. Ruang Registrasi √ Baik

5 Ruang Bimkesmas √ Baik

6 Ruang Kasub sie Peltah √ Baik

7 Ruang Klinik √ Baik

8 Ruang Operasi √ Baik

9 Ruang Dapur √ Baik

10 Gereja √ Baik

11 Mushola √ Baik

12 Gudang √ Baik

13 Ruang Penjagaan √ Baik

14 Ruang Kunjungan √ Baik

B. Pembinaan Mental Narapidana di Rutan Kelas IIB Kota Salatiga

Pembinaan mental yangn dilakukan di Rumah tahanan kelas IIB Kota

Salatiga meliputi beberapa kegiatan yang bermanfaat selama berada di

Rumah Tahanan dan juga membangun kepribadian agar dapat diterima

(48)

dimulai pukul 08.00 sampai 10.00. Adapun kegiatan yang dilakukan

narapidana sehari-hari di dalam Rumah Tahanan Negara kelas IIB Kotas

Salatiga :

1. Jam 07.00 WIB kamar hunian di buka oleh petugas jaga apel

kamar, membersihkan diri dan lingkungan

2. Jam 08.00 s/d 09.00 WIB semua tahanan dan narapidana

masing-masing blok hunian mengikuti kegiatan yang telah di tentukan

berdasarkan jadwal yang telah di buat petugas, ada yang olahrga,

bimbingan mental rohani, pelatihan kerajinan tangan, dan

kebersihan lingkungan blok hunian.

3. Jam 09.00 s/d 11.00 WIB masing-masing narapidan melakukan

kegiatan rutin berdasarkan minat dan bakat, ada yang bimbingan

iqro‟ dan baca Alqur‟an di Masjid Rutan, ada juga yang BIMTEK

( Bimbingan Kerja) dengan menjaga koperasi yang didirikan untuk

melatih para narapidana wanita untuk berwirausaha, sedang untuk

narapidan laki-laki di latih untuk membuat aksesoris, sertakegiatan

kebaktian di Gereja di dalam Rutan.

4. Jam 12.00 WIB semua tahanan dan narapidana muslim harus

(49)

5. Mulai jam 09.00 s/d 14.00 sebagian tahanan dan narapidan juga da

yang menerima kunjungna dari keluarganya bergantian sesuai

jadwal yang telah di tentukan.

Adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Keagamaan

Untuk meningkatkan pengetahuan agama dan

memberikan siraman rohani, RUTAN Kelas IIB Kota

Salatiga mengupayakan agar setiap hari secara bergilir

para narapidana mendapatkan pembinaan keagamaan

sesuai kepercayaan masing-masing. Kegiatan ini terdri

dari : untuk narapidana yang muslim terdiri dari :

Pengajian oleh coordinator dan baca tulis Al Qur‟an.

Sedangkan untuk narapidana yang nasrani mendapatkan

pembinaan keagamaan berupaka pembahasan Al

kitab,renungan puji- pujian, doa bersama dll.

2. Bimbingan Kerja ( BIMTEK )

Bimbingan kerja ini diberikan kepada narapidan untuk

melatih supaya narapidana setelah keluar dari RUTAN

bisa lebih madiri dan berwirausaha. Dianataranya

Bimbingan kerja yang dikelola khusus narapidana

(50)

para Narapidana laki-laki adalah pembuatan aksesoris

yang nanti kalau sudah jadi exspor ke luar negeri,

diantara negara australia (Wawancara dengan pak

Ruwiyanto, SH,).

C. Penyajian Data

1. Daftar Nama Responden

Tabel II

Daftar nama responden narapidana Rutan Kelas IIB Kota Salatiga

No Nama Jenis kelamin

L P

1 SA ( Slamet ) √

2 David Arthur.J.L √

3 Wijaksono √

4 Tri Hasporo S.B √

5 The Martin √

6 Agus jatmiko √

7 Yendy B √

(51)

9 Ragil Sulistyo Putra √

10 Hanif Firman Syah √

11 Adiguna Andoko √

12 Sholikhin Nur.A √

13 Handrik L √

14 Dewi Sratika Yani √

15 Tri Haryani √

16 Giyarti √

17 Clara Yunita Ayu P √

18 Sutono √

19 Randy Ananta √

20 Hery Purwanto √

21 Saebi KMR. H √

22 Parwanta Aldy Saputra √

23 Purtanto √

(52)

25 Herman prabowo √

26 Nando √

27 Eko Budianto √

28 Beni Agung Susanto √

29 Indra √

30 Bagas Dwitya Pradipta √

2. Hasil Angket

a. Intensitas Pembinaan Mental

Untuk mengetahui jawaban-jawaban dari pertanyaan

angket yang terdiri dari 10 item pertanyaan yang masing

pertanyaan disediakan alternatif jawaban yaitu :

1. Sangat setuju /Selalu : skor 4

2. Setuju/ sering : skor 3

3. Tidak setuju/ Kadang-kadang : skor 2

(53)

Tabel III

Jawaban angket Intensitas Pembinaan Mental Narapidana

No Nama Jumlah item Total

SS/S S/S TS/KD STS/TP

1. SA ( Slamet ) 20 9 2 1 32

2. David Arthur.J.L 16 9 - 3 28

3. Wijaksono 24 6 4 - 34

4. Tri Hasporo S.B 24 3 4 1 32

5. The Martin 16 9 6 - 31

6. Agus jatmiko 24 3 4 1 32

7 Yendy B 24 6 2 1 33

8 Pitoyo 12 12 4 1 29

9 Ragil Sulistyo Putra 24 3 2 2 31

10 Hanif Firman Syah 32 3 - - 35

11 Adiguna Andoko 12 12 4 1 27

(54)

13 Handrik L 4 15 6 1 26

14 Dewi Sratika Yani 36 3 - - 39

15 Tri Haryani 8 18 2 1 29

16 Giyarti 4 21 2 1 28

17 Clara Yunita Ayu P 4 18 4 1 27

18 Sutono 24 9 - 1 34

19 Randy Ananta 12 12 6 - 30

20 Hery Purwanto 12 9 6 - 27

21 Saebi KMR. H - 24 2 - 26

22 Parwanta Aldy Saputra 24 6 2 1 33

23 Purtanto 12 12 4 1 25

24 Yohanis kumbuoyo 4 27 - - 31

25 Herman prabowo 28 3 2 1 34

26 Nando 8 18 2 - 28

27 Eko Budianto 12 12 8 - 32

(55)

29 Indra 24 3 6 - 33

30 Bagas Dwitya Pradipta 24 3 2 2 30

Dapat diketahui bahwa nilai yang tertinggi adalah 40 dan

nilai yang terendah adalah 10, untuk mencari interval di tempuh

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

I = (nilai tertinggi – nilai terendah) + 1 4

I = ( 40 – 10 ) + 1 4

I = 7,75

I = 8

Dari hasil di atas diperoleh intervalnya 8, maka untuk

mengkategorikan sebagai berikut :

a. Kategori sangat tinggi : 34-40

b. Kategori tinggi : 26-33

c. Kategori sedang : 18-25

d. Kategori rendah : 10-17

a. Kepribadian Sehat

Untuk mengetahui jawaban-jawaban dari pertanyaan

angket yang terdiri dari 15 item pertanyaan yang masing

(56)

1. Sangat setuju /Selalu : skor 4

2. Setuju/ sering : skor 3

3. Tidak setuju/ Kadang-kadang : skor 2

4. Sangat tidak setuju/ tidak pernah : skor 1

Tabel IV

Keprinadian sehat

No Nama Jumlah item Total

SS/S S/S TS/KD STS/TP

1. SA ( Slamet ) 16 21 6 1 44

2. David Arthur.J.L 4 33 2 1 40

3. Wijaksono 28 6 4 2 40

4. Tri Hasporo S.B 20 12 6 3 39

5. The Martin 36 6 4 2 48

6. Agus jatmiko 36 3 8 3 50

7 Yendy B 24 15 6 1 46

8 Pitoyo 24 6 6 3 39

(57)

10 Hanif Firman Syah 36 6 2 3 47

11 Adiguna Andoko 16 12 4 6 38

12 Sholikhin Nur.A 12 12 4 5 33

13 Handrik L 28 6 6 3 43

14 Dewi Sratika Yani 40 6 4 - 50

15 Tri Haryani 24 15 2 4 45

16 Giyarti 8 24 12 2 46

17 Clara Yunita Ayu P 24 12 - 5 41

18 Sutono 28 3 10 2 43

19 Randy Ananta 16 18 10 1 45

20 Hery Purwanto 32 12 6 - 50

21 Saebi KMR. H - 24 4 4 32

22 Parwanta Aldy Saputra 20 12 6 3 41

23 Purtanto 16 18 6 2 42

24 Yohanis kumbuoyo 20 3 2 8 33

(58)

26 Nando 1 24 6 2 33

27 Eko Budianto 28 12 8 - 48

28 Beni Agung Susanto 16 9 4 6 35

29 Indra 36 6 4 1 47

30 Bagas Dwitya Pradipta 36 - 8 2 46

Dapat diketahui bahwa nilai yang tertinggi adalah 60 dan

nilai yang terendah adalah 15, untuk mencari interval di tempuh

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

I = (nilai tertinggi – nilai terendah) + 1 4

I = ( 60 – 15) + 1 4

I = 11,5

I = 12

Dari hasil di atas diperoleh intervalnya 12 , maka untuk

mengkategorikan sebagai berikut :

a. Kategori sangat baik : 51-60

b. Kategori baik : 39-50

c. Kategori cukup : 27-38

(59)

BAB IV

ANALISIS DATA

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis

data tersebut. Hal ini dilakukan untuk memperoleh jawaban-jawaban dari

pokok permasalahan sebagaimana yang termuat pada bab sebelumnya. Untuk

memudahkan menganalisis, maka ada tahap-tahap untuk menganalisis data

tersebut agar berjalanan dengan benar sesuai dengan data yang akan diteliti.

Adapun tahap-tahap sebagai berikut :

A.Analisis Pertama

Pada analisis pertama penulis akan menganalisis data dengan

menggunakan teknik analisis presentase frekuensi untuk melakukan analisis

data tiap variabel. Adapun analisisnya dengan rumus sebagai berikut :

P = F x 100%

N

Keterangan :

P = Persentase

F = Frekuensi

N = Jumlah responde

Kemudian langkah yang ditempuh adalah membuat tabulas data dari

(60)

1. Untuk mengetahui nilai kategori intesitas pembinaan mental

narapidana dengan jalan mencari interval nilai dengan rumus :

I = ( nilai tertinggi – nilai terendah ) + 1 4

I = ( 40 – 10 ) + 1 4

= 7,75

= 8

Dari hasil di atas diperoleh intervalnya 8, maka untuk mengkategorikan

sebagai berikut

Tabel V

Frekuensi dan Prosentase Intensitas Pembinaan Mental

Agama

No Interval Frekuensi Prosentase Kategori

1 34-40 5 16,67% Sangat tinggi

2 26-33 23 76,67% Tinggi

3 18-25 2 6,67% Sedang

(61)

30 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa intesitas pembinaan mental

narapidana di Rutan Kelas IIB Salatiga termasuk kategori Tinggi dengan

prosentase 76,67%.

2. Untuk mengetahui kategori Kepribadian Sehat dengan jalan mencari interval

nilai dengan rumus :

I = ( nilai tertinggi – nilai terendah ) + 1 4

I = ( 60– 15 ) + 1 4

= 11,5

= 12

Dari hasil diatas diperoleh intervalnya 12, maka untuk mengkategorikan

sebagai berikut

Tabel VI

Frekuensi dan prosentase Kepribadian Sehat

No Interval Frekuensi Prosentase Kategori

(62)

2 39-50 24 80% Baik

3 27-38 6 20% Cukup

4 15-26 0 0% Tidak baik

30 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kepribadian sehat narapidana di

Rutan Kelas IIB Salatiga termasuk kategori baik dengan prosentase 80%.

B.Analisis Kedua

Analisi kedua ini berfungsi untuk menjawab permasalahan tentang

pengaruh intensitas pembinaan mental narapidana terhadap kepribadian sehat

dengan menggunakan rumus statistik korelasi product momen.

Adapun yang menjadi variabel X adalah kondisi mental narapidana di

Rutan dan untuk variabel Y adalah usaha pembinaan mental narapidana di

Rutan.

TABEL VII

Pembantu Analisis Product Moment

No X Y XY X2 Y2

1 32 44 1408 1024 1936

(63)

3 34 40 1360 1156 1600

4 32 39 1248 1024 1521

5 31 48 1488 961 2304

6 32 50 1600 1024 2500

7 33 46 1518 1089 2116

8 29 39 1131 841 1521

9 31 44 1364 961 1936

10 35 47 1645 1225 2209

11 27 38 1026 729 1444

12 24 33 792 576 1089

13 26 43 1118 676 1849

14 39 50 1950 1521 2500

15 29 45 1305 841 2025

16 28 46 1288 784 2116

17 27 41 1134 729 1681

(64)

19 30 45 1350 900 2025

20 27 50 1350 729 2500

21 26 32 832 676 1024

22 33 41 1353 1089 1681

23 25 42 1050 625 1764

24 31 33 1023 961 1089

25 34 46 1564 1156 2116

26 28 33 924 784 1089

27 32 48 1536 1024 2304

28 27 35 945 729 1225

29 33 47 1551 1089 2209

30 30 46 1380 900 2116

Ʃ 907 1274 38815 27763 54758

rxy = N.Ʃ xy –( Ʃ x ) ( Ʃ y )

√{(N Ʃ x2–( N.Ʃ y)2 . ( N.Ʃ y2–( Ʃ y )2 )} rxy = 30 . 38815 – ( 907 ) ( 1274 )

(65)

rxy = 1164450 – 1155518

√{832890 – 822649 } . {1642740 – 1623076 }

rxy = 8932

( 10.241 ) ( 19664)

rxy = 8932

√ 201379024

rxy = 8932

14190

(66)

C.PEMBAHASAN

Setelah hasil dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi product

moment dan diperoleh nilai rxy = 0,629. Kaidah uji yang digunakan adalah :

1. Bila nilai rxy > r tabel pada taraf signifikasi 1%, maka hasilnya

dinyatakan signifikasi

2. Bila nilai rxy < r tabel , maka hasilnya dinyatakan tidak signifikasi

Dari hasil analisis, diproleh nilai rxy = 0,629, kemudian dikonsultasikan

dengan product moment dengan N = 30 pada taraf signifikasi 1% diperoleh

nilai 0,463. Dengan demikian nilai rxy = 0,629 lebih besar dari tabel.

Dari hasil di atas dapat dinyatakan bahwa hasilnya signifikan. Jadi ada

pengaruh intensitas pembinaan mental narapidana terhadap kepribadian sehat

di Rutan kelas IIB Kota Salatiga. Dengan demikian hasil hipotesis bahwasanya

semakin tinggi pembinaan mental narapidana semakin tinggi kepribadian sehat

(67)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis angket dari responden, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil tabel V dapat diketahui bahwa intensitas pembinaan

mental narapidana di Rutan kelas IIB Kota Salatiga tinggi dengan

prosentase 76,67%.

2. Berdasarkan hasil tabel VI dapat diketahui bahwa kepribadian sehat

narapidana di Rutan kelas IIB Kota Salatiga termasuk kategori tinggi

dengan prosentase 80%.

3. Berdasarkan hasil penelitian yang dianalisis secara statistik diperoleh

kesimpulan bahwa ada pengaruh intensitas pembinaan mental

narapidana terhadap kepribadian sehat di Rutan kelas IIB Kota

Salatiga. Hal ini terbukti dengan koefisiensi korelasi product moment

dari hasil rxy hitung 0,629 lebih besar dari 0,463 product moment pada

taraf signifikansi = 1% dengan N = 30. Dengan demikian hipotesis

(68)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diporeh pada hasil penelitian maka

peneliti mengajukan saran sebagai berikut :

1. Kepada kepala Rutan kelas IIB kota Salatiga kegiatan–kegiatan positif lebih ditingkat dan para narapidana telah memanfaatkan secara

maksimal dalam pembinaan mental sehingga terwujud narapidana

yang berperilaku sesuai dengan yang telah dianjurkan oleh Tuhan

Yang Maha Esa.

2. Kepada seluruh narapidana agar tidak bosan mengikuti kegiatan

(69)

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2009. Kepribadian Sehat. Malang: UMM Press

Anggreani, Lela. 2013. Pengaruh Intensitas Pembinaanmental Islami Terhadap Kedisiplinan Kerja Dan Dalam Menjalankan Ibadah Salat 5 Waktu di Korem 073 Salatiga Tahun 2013. STAIN Salatiga

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Darajat, Zakiah. 1982. Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang

Darajat, Zakiah. 1996.Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang

Darmawan, Deni.2013.Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Farmularsih, Sari dan Arif Billah. 2014. Pola Pembinaan Keagamaan Anak

Jalanan dalam Membentuk Kepribadian. Mudarrisa: Jurnal

Pendidikan Islam. Vol.6. No. 1.

Gunakaya, A.Widiada. 1988. Sejarah Dan Konsepsi Pemasyarakatan. Bandung : Armico

Hadi, Sutrino.2004. Metodelogi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Falkutas Psikologi.

Kahmad, Dadang. 2000. Metode Penelitian Agama. Bandung: Pustaka Setia

Kuntjojo. 2009. Psikologi Kepribadian. Kediri: Penerbit Universitas Nusantara PGRI Kediri

Koeswara. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: PT ERESCO

Keputusan Menteri Kehakiman No.M.04. um.01.06. Tahun 1983

Menurut Undang-Undang RI nomor 12 Tahun 1995 Pasal 2

Menurut Keputusan Menteri no.M.02-PK.04.10 Tahun 1990

(70)

Priyatno, Dwidja. 2006. Pidana Penjara di Indonesia. Bandung: Refika Aditama

Peraturan Pemenrintah No 31 Tahun 1999

Profil Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kota Salatiga

Sumarna, Saleem Hardja. 2014. Kepribadian Super. Klaten: Galmas Publisher

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuntitatif Dan Kualitatif. Bandung: Alfa Beta.

Sobur, Alex. 2000. Psikolog Umum. Jakarta: CV Pustaka Setia

(71)

DOKUMENTASI PENELITIAN

Saat wawancara tentang sejarah dan tat tertib RUTAN dengan bapak

(72)

Narapidana saat mengikuti kegiatan pangung gembira yang diadakan saat

perayaan memperingati hari kemerdekaan Indonesia dan pembagian hadiah di

(73)

Hasil karya kreatifitas narapidana yang membuat prakarya dari barang

(74)

Narapidana beragama Islam sedang persiapan untuk melaksanakan sholat

(75)

KISI – KISI ANGKET

Variabel Pertanyaan

1. Intensitas Pembinaan Mental 1. Saya selalu mengikuti kegiatan

pembinaan mental di RUTAN

2. Saya selalu bertanya, ketika

saudara belom faham dengan

materi yang disampaikan oleh

pembina mental di RUTAN

3. Saya selalu berbicara sendiri

ketika kegiatan pembinaan

mental di RUTAN.

4. Saya mengikuti pembinaa mental

ketika ada masalah saja

5. Saya mendengarkan materi yang

di sampaikan oleh pembina

mental yang diadakan di

RUTAN.

6. Ketika saya faham dengan materi

(76)

sampaikan di RUTAN saya

terapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

7. Saya mengikuti pembinaan

mental supaya kepribadian saya

lebih baik lagi.

8. Saya mengikuti pembinaan

mental hanya karena takut jika

mendapat teguran dari petugas

RUTAN.

9. Saya berkumpul dengan

orang-orang yang baik ketika di

RUTAN suapaya bisa belajar

dari mereka untuk lebik baik lagi

10. Semenjak mengikuti pembinaan

mental di RUTAN saya selalu

berusah suapaya hidup saya bisa

bermanfaat untuk orang lain.

2. Kepribadian Sehat 11. Saya selalu mencatat

materi-materi yang disampaikan oleh

(77)

12. Saya sering mengikuti kegiatan

pembinaan mental walaupun saya

sakit .

13. Saya selalu melaksankan sholat

berjamaah

14. Saya selalu tepat waktu dalam

menjalankan beribadah.

15. Saya pernah di tegur ketika

melanggar peraturan di RUTAN

16. saya ingin memperbaiki pribadi

saudara untuk menjadi pribadi

yang lebih baik lagi.

17. Saya selalu mempertimbangkan

terdahulu sebelum sebelum

melakukan sesuatu.

18. Ketika ada pembinaan mental

saya ingin terlihat yang terbaik.

19. Saya selalu yakin untuk mencapai

tujuan hidup ini.

(78)

diri

21. Saya selalu meminta maaf ketika

saya melakukan kesalahan

22. Saya selalu berfikir positif untuk

masa depan saya.

23. Saya selalu mencari alasan untuk

supaya bisa meninggal tugas

24. Saya selalu curiga kepada semua

teman saya

25. Saya selalu mendapatkan pujian

ketika berhasil melaksanakan

(79)

ANGKET PENELITIAN

Indensitas Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Agama :

4. Asal daerah :

5. Pendidikan terakhir :

6. Tindak pidana :

7. Lama pidana :

(80)

Petunjuk :

1. Bapak/Ibu/Saudara dimohon berkenan menjawab dengan memberi tanda

centang ( √ ) pada kotak sebelah kanan pilihan yang disediakan.

2. Dimohon mengisi sesuai dengan yang bapak/ibu/saudara alami atau

lakukan secara jujur dan apa adanya.

A. Pertanyaan

1. SS : Sangat setuju

2. S : Setuju

3. TS :Tidak setuju

4. STS : Sangat tidak setuju.

No Pertanyaan SS S TS STS

1 Saya suka bertanya, ketika saya belum

faham dengan materi yang disampaikan

oleh pembina mental di RUTAN

2 Saya mengikuti pembinaan mental ketika

ada masalah saja

3 Ketika saya faham dengan materi

pembinaan mental yang disampaikan di

RUTAN saya terapkan dalam kehidupan

(81)

4 Saya mengikuti pembinaan mental karena

takut jika mendapat teguran dari petugas

RUTAN

5 Saya mengikuti pembinaan mental supaya

kepribadian saya lebih baik

6 Saya berkumpul dengan orang-orang yang

baik ketika di RUTAN supaya bisa belajar

dari mereka untuk lebih baik lagi

7 Semenjak mengikuti pembinaan mental di

RUTAN saya berusaha supaya hidup saya

bisa bermanfaat untuk orang lain.

8. Saya ingin memperbaiki pribadi saya

untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi

9. Saya mempertimbangkan terlebih dahulu

sebelum melakukan sesuatu

10. Saya merasa yakin untuk mencapai tujuan

hidup ini.

11 Saya berfikir positf untuk masa depan.

(82)

melakukan kesalahan

B. Pertanyaan

SL : Selalu

S : Sering

KD : Kadang-kadang

TP : Tidak pernah

No Pertanyaan SL S KD TP

1. Saya mengikuti kegiatan pembinaan

mental di RUTAN

2 Saya suka berbicara sendiri ketika

kegiatan pembinaan mental di RUTAN

3 Saya mendengarkan materi yang

disampaikan oleh pembina mental yang

diadakan di RUTAN

4. Saya suka mencatat materi-materi yang

(83)

mental

No Pertanyaan SL S KD TP

5 Saya mengikuti pembinaan mental

walaupun saya sakit

6 Saya melaksanakan sholat berjamaah

7. Saya tepat waktu dalam menjalankan

beribadah

8 Saya pernah di tegur ketika melanggar

peraturan di RUTAN

9 Ketika ada pembinaan mental saya ingin

terlihat yang terbaik

10. Saya melakukan evaluasi diri

(84)

meninggalkan tugas.

12 Saya selalu curiga kepada teman-teman

saya

13 Saya mendapatkan pujian ketika saya

Gambar

Tabel IV Keprinadian sehat
Tabel V
Tabel VI
TABEL VII

Referensi

Dokumen terkait

ini adalah Untuk mendeskripsikan penerapan metode pembelajaran snowball throwing yang dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi pokok.

Pak Najib, Mbak Armi, Mbak Dewi, Mbak Yani, Pak Slamet Rahardjo, Mbak Agnes, Kakak Maru dan seluruh staf yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu) yang telah banyak

Sehingga pada akhirnya akan di ketahui teknik lotting apa yang paling tepat untuk setiap bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan.. Karena teknik lotting yang digunakan tidak

Bapak Fajar Kurniawan, ST., M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi

Yang dimaksud dengan “bantuan program” adalah dukungan oleh Menteri, gubernur, dan/atau bupati/walikota kepada BUMN, BUMD, UPT, UPTD, Kelompok Masyarakat, dan Badan Usaha

Wawancara juga saya lakukan dengan kepala desa Sijeruk Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara saudara Ramel mengatakan bahwa di desa Sijeruk terdapat kurang

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Gaya

Sumber: Kotler (1997) Rangsangan pemasaran Produk Harga Tempat Promosi Rangsangan lain Ekonomi Teknologi Politik Budaya Karakteristik pembeli Budaya Sosial Pribadi Psikologis