PENGARUH INTENSITAS PEMBINAAN MENTAL
AGAMA TERHADAP KEPRIBADIAN SEHAT
NARAPIDANA DI RUTAN KELAS II B KOTA
SALATIGA TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Sri Wulan NIM. 111 13 134
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
MOTTO
Jadikanlah dirimu sebagai lautan yang luas, apapun
kejadian itu harus di terima dengan tawakal dan
dengan iman yang tebal
##
( Saat membuat keputusan sulit, akan sangat
bermakna untuk tahu bahwa ada orang yang
PERSEMBAHAN
Skripsi ini di persembahkan kepada :
1.Mama terimakasih atas limpahan doa dan kasih sayang yang tak
terhingga dan selalu memberikan yang terbaik.
2.Alm.bapak dan Alm. Abah (bapak tiri) terimaksih limpahan kasih
sayang semasa hidupnya dan memberikan rasa rindu yang berarti.
3.Mas Nino dan adekku April yang sangat aku cintai dan sayangi
terimakasih yang selalu mendukung dan nasehatnya yang menjadi
jembatan perjalanan hidupku.
4.Keluarga besar Brayat Wongso Kromo (Mbah Bawon, Mbah
Manut, mbah girah, mbah manisem, mbah Pon, Mbah paring, mbah
karijan) yang selalu memberikan dukungan berupa materi maupun
non materi.
5.Om dan tante dari keluarga besar Brayat Wongso Kromo yang
selalu memberikan perhatian dan nasehatnya.
6.Bu Yahya (Dokter Klinik Kampus) terimaksih telah sabar
membimbing dan memberikan motivasi untuk segera
menyelesasikan segala persoalan hidup.
7. Keluarga besar Panti Asuhan Putri Aisyiyah Kota Salatiga yang
telah memberikan kesempatan untuk menjadi anggota keluarga di
8.Immawan Nurul Fazri. terimaksih yang selalu sabar mendengarkan
celoteh-celoteh.Terimakasih nasehat-nasehat supaya menjadi
Immawati tangguh dan segera menyelesaikan skripsi ini dengan
penuh semangat.
9.Sahabat yang awal jumpa masuk kuliah Immawati azkia,
terimaksih telah sabar mendampingi dan banyak membantu sampai
skripsi selesai.
10.Terimakasin Keluarga besar IMM Kota Salatiga yang telah
memberikan banyak ilmu yang tak mungkin saya dapatkan
dibangku perkuliahan. Bangga Jadi kader IMM Kota Salatiga
11.Terimakasih keluarga besar PD IPM Kota Salatiga. BANGGA
JADI KADER IPM.
12.Terimaksih keluarga besar Asrama IMMawati Kauman yang telah
bersedia menampung saya untuk mengerjakan skripsi sampai
akhir.
13.Makasih banget buat Immawati Rahil, Immawati Yayah,
Immawati Ummah dan Immwati Afifah yang menemani saat
penelitian di Rumah tahanan
14.Makasih untuk semua para kawan IMM dan lainnya yang telah
mengantar dan jemput saat penelitian, bimbingan dll, yang
membantu sampai skripsi selesai.
15.Yang tak terlupakan saya ucapkan banyak terimakasih kepada
Sauqi, Immawan Shaleh, Immawati Hajar dan Immawati Gita.
Semoga kebaikan kalian dibalas oleh Allah dengan balasan yang
terbaik.
16.Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran
yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dari air yang hina
kemudian memuliakannya dengan akal dan ilmu pengetahuan lalu
mengangkatnya sebagai pemimpin yang terhormat dan dihormati.
Solawat dan salam semoga selalu diberikan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad saw, yang telah memberikan keteladan paling sempurna tentang
bagaimana seharusnya meniti kehidupan: dengan segala ketulusan ibadah,
kesungguhan dalam usaha, dan pengorbanan dalam perjuangan. Salam dan doa
semoga terlimpah juga kepada keluarganya, para sahabat, dan
para`pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Skripsi dengan judul “PENGARUH INTENSITAS PEMBINAAN MENTAL AGAMA TERHADAP KEPRIBADIAN SEHAT NARAPIDANA
DI RUTAN KELAS IIB KOTA SALATIGA” ini diajukan untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Institut Agama Islam Negeri ( IAIN)
Salatiga.
Penulis menyadari dalam mengerjakan skripsi ini banyak bimbingan,
bantuan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh kesempatan itu penulis
menyampaikan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Dr.Rahmat Haryadi,M.Pd
3. Bapak Dr.H.Sa‟adi,M.Ag selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, serta pemikiran selama proses bimbingan
, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
4. Segenap dosen dan karyawan Institut Agama Islam Negeri Salatiga,
yang dengan sengaja maupun tidak disengaja turut mempelancar
proses penyusunan skripsi ini.
5. Terimakasih kepada Bapak Ruwiyanto yang telang menjadi
pendamping pelenilitian di Rumah tahanan Salatiga.
6. Segenap keluarga besar dan sahabat–sahabat terbaik yang dikirim Allah untuk selalu mendampingiku.
Tiada balasan bagi kita kebaikan kalian itu sendiri. Semoga apa yang
pernah penulis dapatkan dari kalian menjadi manfaat dan barokah
bagi kita semua. Amiiin. Skripsi ini belum sempurna maka, kritik dan
saran yang memabngun kami harapkan dan semoga skripsi ini
ABSTRAK
Wulan, Sri,2017 Pengaruh Intensitas Pembinaan Mental Terhadap Kepribadian Sehat Narapidana Di Rutan Kelas IIB Kota Salatiga.Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Sa‟adi, M.Ag.
Kata Kunci : Pembinaan Mental , Kepribadian Sehat.
Penelitian ini membahas Pengarus Intensitas Pembinaan Mental Agama Terhadap Kepribadian Sehat Narapidan di Rutan Kelas IIB Salatiga Tahun 2017. Fokus penelitian yang dikaji : 1. Kondisi mental narapidan di Rutan; 2.Usaha pembinaan mental terhadap tingkat kepribadian sehat narapidana di Rutan kelas IIB Salatiga.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan angket. Subjek penelitian sebanyak 30 responden, menggunakan teknik populasi, sempel dan dokumentasi. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner untuk menjaring data X dan Y.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii
PENGESAHAN KELULUSAN ...iii
DEKLARASI ...iv
MOTTO ...v
PERSEMBAHAN ...vi
KATA PENGANTAR ...ix
ABSTRAKSI ... xi
DAFTAR ISI ...xii
DAFTAR TABEL ...xv
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1
B. Rumusan Masalah ...2
C. Tujuan Penelitian ...2
D. Hipotesis Penelitian ...3
E. Manfaat Penelitian ...3
F. Definisi Operasional ...4
G. Metode Penelitian ...7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembinaan mental Narapidana
1.Pengertian Pembinaan Mental Narapidana...13
2.Tujuan Pembinaan Mental Narapidana...14
3.Rumah Tahanan Negara...16
B. Kepribadian Sehat
1.Pengertian Kepribadian Sehat...16
2.Kepribadian Sehat Dalam Agama Islam...21
BAB III LAPORAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Rumah Tahanan Negara...24
B. Pembinaan Mental Narapidana di Rutan Kelas IIB Kota
Salatiga...30
C. Penyajian Data ...32
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Pertama ...42
B. Analisis Kedua...45
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...49
B. Saran ...50
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel I Data Sarana dan Prasarana di Rutan Salatiga
Tabel II Daftar Nama Responden
Tabel III Jawaban Angket Intensitas Pembinaan Mental Narapidana
Tabel IV Jawaban Angket Kepribadian Sehat
Tabel V Frekuensi dan Prosentase Intensitas Pembinaan Mental Narapidana
Table VI Frekuensi dan Prosentase Kepribadian Sehat
Tabel VII Pembantu Analisis Product Moment
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Mental adalah kondisi jiwa yang terpantul dalam perilaku seseorang
terhadap berbagai situasi. Keadaan mental seseorang sangat rentan terhadap
kondisi dan situasi yang sedang dihadapinya. Maka, pembinaan mental sangat
penting untuk semua orang, bahkan pembinaan mental harus dilakukan sejak
dalam kandungan walaupun secara tidak langsung. Pembinaan mental idealnya
di mulai dari dalam keluarga (Anggraini,2013:2). Karena keluarga merupakan
pembinaan pertama bagi seseorang sejak orang itu lahir. Dalam keluarga
pembinaan mental agama telah dilakukan dengan baik, maka seseorang akan
mampu bersikap dan berperilaku dengan baik pula dalam lingkungannya.
Pembinaan mental merupakan komponen yang sangat penting dalam
kerangka pembinaan, karena yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu
pembinaan tentu haruslah ada tenaga Pembina (Rohaniawan), Pembina yang
dimaksudkan dalam hal ini adalah rohaniawan yang bertugas diseksiBintal itu
sendiri (Buku RUTAN Kelas IIB Salatiga)
Pembinaan mental berfungsi untuk memberi bekal bagi narapidana agar
kelak setelah bebas menjalani masa pidana menjadi orang yang lebih baik,
maka pihak Rumah Tahanan Negara kelas IIB Kota Salatiga
menyelenggarakan program pembinaan bagi narapidan, yang meliputi
meliputi pembinaan keterampilan dan pembinaan fisik, sedangkan untuk
pembinaan kepribadian meliputi pembinaan kesadaran beragama dan
pembinaan intelektual.
Manusia adalah makhluk yang berkepribadian, dan kepribadian tersebut
memberinya ciri khusus yang membedakanya dari manusia lainnya (Sumarna,
2014: 10).Tanpa memiliki kepribadian, manusia tidak akan memiliki identitas
diri, tidak arah dan tujuan hidup, dan tidak akan bisa memaknai eksistensinya
di dunia ini.
Setiap manusia memiliki watak yang berbeda atau sikap kepribadian yang
merupakan salah satu ciri khas yang dimilki seseorang untuk membedakan
dirinya dengan orang lain. Kepribadian yang sehat merupakan karakter pribadi
seseorang yang mempunyai nilai positif (Sumarna, 2014: 22).
Setiap manusia didunia ini pasti memerlukan orang lain, oleh karena itu
terjadi sosialisasi antar sesama manusia tersebut, yang mana berfungsi sebagai
sarana kedekatan antar sesama.
Berdasarkan uarian di atas, penulis mencoba menuangkan dalam suatu
penelitian dengan menyusun sebuah judul : PENGARUH INTENSITAS
PEMBINAAN MENTAL AGAMA TERHADAP KEPRIBADIAN SEHAT
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, rumusan masalah
dalam penelitian :
1. Bagaiman Inensitas pembinaan mental agama terhadap narapidana di
RUTAN Kelas IIB Kota Salatiga?
2. Bagaimana tingkat kepribadian sehat terhadap narapidana?.
3. Adakah pengaruh usaha pembinaan mental agama terhadap tingkat
kepribadian sehat narapidana di RUTAN Kelas IIB kota Salatiga?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui usaha pembinaan mental terhadap narapidana di RUTAN
Kelas IIB Kota Salatiga.
2. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kepribadian sehat terhadap
narapidana
3. Untuk mengeahui pengaruh usaha pembinaan mental terhadap kepribadian
sehat narapidana.
D.Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara yang hendak diuji kebenarannya
(Darmawan, 2013: 22).Atau jawaban bersifat sementara terhadap permasalahan
E. Manfaat Penelitia
Dalam ini terdapat dua manfaat yang penulis paparkan :
1. Secara teoritis
Hasil penilitian diharapakan memperoleh temuan baru di bidang
pembinaan mental khususnya dapat memperbaiki kepribadian supaya lebih
sehat.
2. Secara Praktis
a. Bagi Narapidana: Pembinaan mental di harapkan dapat mengarahkan
narapidana mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tanpa
kehilangan identitas
b. Bagi Lembaga: dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap pola
pembinaan yang selama ini telah dilakukan dan juga sebagai acuan
untuk perkembangan pembinaan dimasa yang akan datang.
F. Definisi Operasinal
Untuk memberikan pemahaman dan menjaga agar tidak terjadi kesalah
pahaman tentang judul skripsi ini maka diperlukan penegasan istilah. Adapun
penegasan istilah yang dimaksud antara lain :
1. Intensitas Pembinaan mental
Intensitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
Pembinaan mental adalah usaha atau kegiatan yang berdayaguna
dan berhasil pada batin seseorang ( Daradjat, 1982: 11). Tujuan pembinaan
adalah untuk memperoleh “Kesehatan mental“. Kesehatan mental
merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan
tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin
dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secarare signasi
(penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan).
Maka untuk mengukur intensitas pembinaan mental narapidana
memerlukan Indikator sebagai berikut :
a. Kepribadian
b. Kemandirian
c. Kegiatan Kedisiplinan.
2. Narapidana
Orang yang telah terbukti melakukan tindak pidana dan kemudian
oleh pengadilan dijatuhi hukum dan pidana (Gunakarya, 1988: 8).
Selanjutnya dalam UU No.12 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (6) dijelaskan
bahwa Terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memporelah kekuatan hukum tetap.
3. RumahTahanan Negara
Rumah Tahanan Negara Merupakan suatu tempat bagi
penampungan dan pembinaan narapidana yang karena perbuatannya yang
Berdasarkan pasal 38 ayat (1). Penjelasan PP No. 27 Tahun 1983
Tentang Pelaksanaan KUHAP, Menteri dapat menetapkan Lapas tertentu
sebagai Rutan. Kemudian, dengan adanya Surat Keputusan Menteri
Kehakiman No. M.04.UM.01.06 Tahun 1983 tentang Penetapan Lembaga
Pemasyarakatan Tertentu sebagai Rumah Tahanan Negara, Lapas dapat
beralih fungsi menjadi Rutan, dan begitu pula sebaliknya.
4. Kepribadian Sehat
Kepribadian merupakan kesatuan yang komplek, yang terdiri dari
aspek psikis, seperti : intelegensi, sifat, sikap, minat, cita-cita, dst. Serta
aspek fisik, seperti : bentuk tubuh, kesehatan jasmani, kesehatan mental,
dst.(Kuntjojo, 2009: 4).
Kepribadian manusia bersifat khas. Setiap orang memiliki ciri-ciri
kepribadian tersendiri. Secara umum kepribadian manusia di pisahkan
dalam dua kelompok, yaitu : kepribadian sehat dan kepribadian tidak
sehat.
Kepribadian yang sehat merupakan karakter pribadi seseorang
yang mempunyai nilai positif (Sumarna, 2014: 22). Dalam hal ini,
seseorang tersebut selalu berfikir dan berperilaku positif.
Untuk mengetahui ukuran kepribadian sehat perlu indikator
sebagai berikut :
a. Kemauan untuk menilai diri sendiri dan bersikap realistik
c. Bereaksi secara rasional atas prestasi maupun kesuksesan hidup
yang dihadapinya.
d. Bersikap dan berperilaku mandiri dalam cara berfikir, bertindak
maupun mengambil keputusan
e. Mampu mengontrol emosi
f. Mampu merumus tujuan-tujuan yang ingin diraih di setiap
aktivitas hidup (Sumarna, 2014: 23).
G.Metode Penelitian
1. Pendekatan dan jenis Penelitian
a. Pendekatan penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif
kuantitatif.
b. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Pada
penelitian studi kasus adalah penelitian yang menggali fenomena
(kasus) dari suatu masa tertentu dan aktivitas, serta mengumpulkan
detail informasi dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan
data selama kasus itu terjadi (Afifudin dan Saebani, 2009: 87)
2. LokasiPenelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di RumahTahanan Negara kelas IIB
3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalsasi yang terdiri dari atas :
objek/subjek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian diambil kesimpulannya
(Sugiyono, 2010: 81). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah semua narapidana Muslim di Rumah Tahanan Negara kelas IIB
Kota Salatiga.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiono, 2010: 62). Sampel yang diambil oleh populasi
harus representatif. Berdasarkan jumlah subjeknya dapat diambil antara
10-15% atau 20-25%. Jadi peneliti menggunakan 25% dari 133 responden
adalah 33 responden yang mengikuti pembinaan mental.
4. Metode Pengumpulan data
Teknik Pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah :
a. Metode Observasi
Metode ini diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan yang
sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti (Arikunto, 2010: 54).
Metode ini dipergunakan untuk memperoleh data seperti situasi
b. Metode Angket
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010: 124).
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010: 1999).
Dalam penelitian ini item-item angket diambil dari
indikator-indikator dari variabel X dan Y.
c. Metode Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah
pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen – dokumen
(Arikunto, 2010: 73). Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
data mengenai situasi umum lokasi penelitian. Dokumentasi kegiatan
penelitian dan dokumentasi pendukung lainnya, sebagai penguat
seluruh informasi yang didokumentasikan adalah semua aktifitas yang
berhubungan dengan pembinaan mental kepribadian. Dengan
dokumentasi maka data yang kita peroleh akan lebih yakin dan terbukti
kebenarannya. Metode ini berfungsi untuk mendapatkan data-data
yang diperoleh dilapangan, adapun dalam data yang dilakukan untuk
kepribadian serta foto-foto saat kegiatan di Rumah Tahanan Negara
kelas IIB Kota Salatiga.
5. Instrument Penelitian
Instrumen adalah “alat untuk fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data“ (Arikunto, 2010: 135). Instrumen yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah lembar angket yang digunakan
untuk mengetahui intensitas pembinaan mental terhadap kepribadian
narapidana ( X ) dan kepribadian sehat ( Y ). Angket dirancang dalam 25
pertanyaan di tujukan kepada Narapidana.
a. Merupakan angket tertutup dimana peneliti telah menyediakan
jawabanya dalam emapat jawabanya itu selalu, sering, jarang, atau
tidak pernah. Dengan demikian, peneliti menggunakan skala richter
dengan skor untuk masing-masing jawaban positif :
1. sangat setuju/ selalu :skor 4
2. setuju/ sering :skor 3
3. tidak setuju/ kadang-kadang :skor 2
4. sangat tidak setuju/ tidak pernah : skor 1
Adapun penelitian instrument ( angket) yang peneliti buat, mengacu
pada variable-variabel di bawah ini :
Variabel pengaruh (X): variable pengaruh dalam penelitian ini adalah
Variabel pengaruh (y): variable terhadap dalam penelitian ini adalah
usaha pembinaan mental narapidana di Rumah Tahanan Negara kelas IIB
Kota Salatiga.
Variabel Pengaruh (xy): Variabel terdapat dalam penelitian ini adalah
Pengaruh usaha pembinaan mental Narapidana di Rumah Tahanan Negara
Kela IIB Kota Salatiga.
6. Analisis Data
Dalam menganalisis peneliti melakukan dua langkahan alisis, yaitu:
a. Analisi Pendahuluan
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kepribadian narapidana.
1) Pembinaan Mental Narapidana
2) Kepribadian Sehat
3) Pembinaan mental dengan menggunakan rumus :
P = F : N X 100%
Keterangan :
P :Presentase
F :Frekuensi
N :Jumlah responden (Hadi, 2004: 300)
b. Analisis Lanjutan
Dalam analisis ini penulis bermaksud untuk mengetahaui
hubungan antara pembinaan mental terhadap kepribadian narapidana
Teknik Analisis yang penulis gunakan adalah teknik korelasi product
moment dengan rumus :
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi antara X dan Y
XY : Produk dari X kali Y
X2 : Variabel skor 1
Y : Variabel skor 2
N : Jumlah sampel yang diteliti
H.Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya sebagai
berikut : Bab I, sebelum memasuki inti permasalahan yang dibahas bab- bab
selanjutnya dapat skripsi ini, maka penulis terlebih dahulu mengemukakan latar
belakang masalah, kemudian untuk mengetahui sejauh mana penelitian ini
dibuat, dapat dilihat dalam perumusan masalah dan tujuan penelitian serta
manfaat hasil penelitian, untuk menghindari pemahaman yang salah dalam
judul skripsi ini maka penulis menjelaskan pada definisi operasional dan untuk
memudahkan dalam memahami isi skripsi ini, maka penulis tampilkan metode
Bab II, penulis menjabarkan kajian pustaka tentang pengaruh Intensitas
Pembinaan Mental Terhadap Kepribadian Sehat Narapidana di RUTAN Kelas
IIB Kota Salatiga.
Bab III, membahas tentang gambaran umum Intensitas Pembinaan Mental
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Pembinaan Mental Narapidana
1. Pengertian Pembinaan Mental Narapidana
Menurut PP No. 31 Tahun 1999 ayat 1, pembinaan adalah suatu
kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan
rohani narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Jadi, pembinaan dapat
dipahami sebagai suatu kegiatan membangun yang dilakukan secara
berdaya guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik terhadap warga
binaan pemasyarakatan yang bertujuan agar warga binaan menyadari
kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga
dianggap berguna serta berperan aktif bagi pembangunan bangsa dan
negara.
Zakiyah Daradjat (1975: 59) mengemukakan bahwa mental sering
digunakan sebagai ganti dari kata personality ( kepribadian) yang berarti
bahwa mental adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, dan
tingkah laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan
mengecewakan, menggembirakan, dan sebagainya.
Menurut Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 1995 pasal 2 tentang
pemasyarakatan, narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaanya di Lembaga Pemasyarakatan. Narapidana merupakan orang
yang memiliki cacat hukum karena telah melanggar norma-norma hukum
yang berlaku. Adapun hukuman yang diterima adalah berupa kurungan atau
penjara. Hukuman yang diberikan bukan semata-mata untuk mengasingkan
agar tidak melakukan kejahatan lagi. Akan, selama dipenjara diberikan
pembinaan dengan baik.
Pada penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan mental
narapidana adalah suatu usaha membangun atau memperbaharui
unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, dan perasaan menjadi lebih baik
sehingga semua itu dapat ditampilkan dalam bentuk tingkah laku yang
wajar.
2. Tujuan Pembinaan Mental Narapidana
Menurut Pasal 20 UU No. 12 Tahun 1995 tujuan pembinaan
narapidan adalah membentuk narapidana agar menjadi manusia seutuhnya,
menyadari kesalahanya, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak
pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat
aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai
Pembinaan mental narapidana dilakukan secara terus menerus sejak
narapidana masuk ke dalam rumah tahanan. Dalam pembinaan narapidana
dikembangkan keadaan jasmani, rohani, serta kemasyarakatanya dan
dibutuhkan pula elemen-elemen yang berkaitan untuk mendukung
keberhasilan dalam pembinaan. Elemen-elemen tersebut adalah
lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pengembangan semua segi kehidupan
narapidana dan tenaga-tenaga pembina yang cukup cakap dan penuh dengan
rasa pengabdian (Priyanto, 2006: 106).
Menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang
pembinaan dan pembimbingan narapidana menyatakan bahwa program
pembinaan dan pembimbingan meliputi kegiatan pembinaan dan
pembimbingan kepribadian serta kemandirian yang meliputi hal-hal yang
berkaitan dengan:
a. Ketaqwaan kepada tuhan Yang Maha Esa
b. kesadaran berbangsa dan bernegara
c. intelektual
d. sikap dan tingkah laku
e. kesehatan jasmani dan rohani
f. kesdaran hukum
g. reintregrasi sehat dengan masyarakat
3. Rumah Tahanan Negara
Berdasarkan pasal 38 ayat (1). Penjelasan PP No. 27 Tahun 1983
tentang pelaksanaan KUHP, Menteri dapat menetapkan lapas tertentu
sebagai RUTAN. Kemudian, dengan adanya Surat Keputusan Menteri
Kehakiman No. M.04.UM.01.06 Tahun 1983 tentang penetapan Lembaga
Pemasyarakatan tertentu sebagai Rumah Tahanan Negara, lapas beralih
fungsi menjadi RUTAN, dan begitu sebaliknya.
Menurut keputusan mentri kehakiman nomor: M.02-PK.04.10 Tahun
1990 tentang Pembinaan Narapidana / Tahanan menyatakan bahwa : Rumah
Tahanan Negara adalah unit ditahan selama proses penyelididkan,
penuntutan, dan pemeriksaan disidang pengadilan.
B. Kepribadian Sehat
1. Pengertian kepribadian sehat
Kata personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa
Yunani-kuno prosopon atau persona yang artinya “ topeng" yang biasa dipakai artis dalam teater. Jadi, konsep awal dari pengertian personality (pada
masyarakat awam) adalah tingkah laku yang ditampakkan pada lingkungan
sosial, kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh
lingkungan sosial (Alwisol, 2009: 7). Menurut GW. Allport personality
menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas (Koswara,
1991: 11).
Kepribadian yang sehat merupakn karakter pribadi seseorang yang
mempunyai nilai positif (Sumarna, 2014: 22). Dalam hal ini, seseorang
tersebut selalu berfikir dan berperilaku positif. Kepribadian sehat
merupakan proses yang berlangsung terus-menerus dalam kehidupan
manusia, sehingga kualitasnya dapat menurun atau naik. Hal inilah yang
akan mempengaruhi kondisi kesehatan mental individu.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya kepribadian
yang sehat berarti juga kepribadian yang matang, dan kepribadian yang
matang berarti kepribadian yang dewasa. Kedewasaan itu sendiri
mempunyai berbagai arti.
Pada umumnya, dewasa berarti tumbuh atau besar, sesuai dengan
umur seseorang. Ia mampu memenuhi keperluan-keperluan yang wajar pada
umur itu dan mampu memenuhi tuntutan masyarakat, ia dapat memecahkan
dengan tepat dan benar secara moril.
Secara lebih rinci, Dahler (1983) mengemukakan pandangannya
tentang tanda-tanda kepribadian orang yang sehat, di antaranya:
1.Kepercayaan mendalam pada diri sendiri dan orang lain.
3 Inisiatif berkembang dan tidak selalu merasa dirinya bersalah atau
berdosa.
4.Tidak merasa minder, tetapi mempunyai semangat kerja.
5.Bersikap jujur terhadap diri sendiri.
6.Mampu berdedikasi-penyerahan diri sendiri.
7.Senang kontak dengan sesama.
8.Integritas, yakni:
a. Mempunyai kontinuitas dalam hidupnya, masa lampau tak
sangkal, dan dengan gairah memandang masa depan,
b.Kesanggupan untuk memperjuangkan nilai-nilai hidup yang
nyata, bukan seorang penjual diri, oportunis, pengkhianat,
c. Berani memimpin/bertanggungjawab, berani menanggung
resiko, mempunyai jiwa kepemimpinan, hidupnya sebagai
tantangan (Sobur, 2000: 355-356)
Allport lebih optimis mengenai kodrat manusia daripada pandangan
dari Freud. Ia memperlihatkan suatu keharuan yang luar biasa terhadap
manusia. Pengalaman-pengalaman pribadinya kelak tercemin dalam
pandangan-pandangan teoritisnya tentang kodrat kepribadian manusia.
Kodrat manusia yang diutarakan Allport adalah positif, penuh harapan dan
matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar-
kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Ia percaya
bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang
penting pada tingkah laku orang dewasa yang neuritis. Orang-orang yang
neuritis terikat atau terjalin erat pada pengalaman-pengalaman masa
kanak-kanak (Koswara, 1991: 40) .
Menurut Alport ( Koswara, 1991: 40-50) perkembangan proparium
sebagai dasar perkembangan kepribadian yang sehat proparium berkembang
dari masa bayi sampai masa remaja melalui tujuh tingkat diri. Proparium
merupakan suatu syarat munculnya kepribadian yang sehat. 7 tingkat
tersebut adalah:
1. Perluasan perasaan diri.
Ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau
banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat pada individu.
Kemudian ketika pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas
meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak.
2. Hubungan diri yang hangat dengan orang-orang lain
Mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang
tua, anak, partner, teman akrab. Hasil dari kapasitas keintiman
adalah suatu perluasan diri, yang kapasitas untuk perasaan terharu .
kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan,
penderitaan-penderitaan, ketakutan-ketakutan, kegagalan-kegagalan yang
merupakan ciri kehidupan manusia.
3. Keamanan emosional
Kepribadian sehat juga mampu menerima emosi-emosi
manusia, sehingga emosi-emosi ini tidak menggangu
aktivitas-aktivitas antar pribadi.
4. Persepsi realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara
objektif. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa
orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau baik menurut
suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima
realitas sebagaimana adanya.
5. Keterampilan–keterampilan dan tugas–tugas
Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan
keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu suatu tingkatan
kemampuan. Menggunakan keterampilan itu secara ikhlas,
antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya terhadap
6. Pemahaman diri.
Orang yang memiliki suatu pemahaman diri yang tinggi tidak
mungkin memproyeksikan kualitas pribadinya yang negatif kepada
orang lain. Orang yang matang akan menjadi hakim yang saksama
terhadap orang orang lain, dan dapat diterima dengan lebih baik
oleh orang lain.
7. Filsafat hidup yang mempersatukan .
Allport ( Koswara, 1991 : 49) menekankan bahwa nilai-nilai
adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang
mempersatukan. Individu dapat memilih yang berhubungan dengan
dirinya sendiri atau mungkin nilai itu luas dan dimiliki oleh banyak
orang. Orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan
dan rencana jangka panjang. Ia memiliki perasaan akan tujuan,
perasaan akan tugas untuk bekerja sampai tuntas sebagai batu sendi
kehidupannya. Allport ( Koswara, 1991: 50) menyebut
dorongan-dorongan tersebut sebagai keterarahan (directness). Keterarahan
itu membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu
atau serangkaian tujuan, serta memberikan alasan untuk hidup. Kita
membutuhkan tarikan yang tetap dari tujuan yang bermakna. Tanpa
itu mungkin kita mengalami masalah kepribadian. Kerangka dari
tujuan-tujuan itu adalah nilai, yang bersama dengan tujuan sangat
nilai-nilai yang kuat merupakan salah satu ciri orang matang.
Orang-orang neurotis tidak memiliki nilai atau memiliki nilai yang
terpecah-pecah dan bersifat sementara, yang tidak cukup kuat
untuk mempersatukan semua segi kehidupan (koswara, 1991:50).
2. Kepribadian sehat dalam agama Islam
Agama berasal dari Bahasa Sansekerta yang artinya tidak acau,
diambil dari dua suku kata “a” berarti tidak ada dan “gama” berarti kacau, secara lengkapnya agama ialah peraturan yang mengatur manusia agar tidak
kacau (Dadang Kahmad, 2000: 21).
Manusia mengingkari agama karena ada faktor-faktor tertentu yang
disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Apabila
agama tidak masuk dalam pembinaan pribadinya, maka pengetahuan agama
yang dicapainya kemudian merupakan ilmu pengetahuan yang tidak ikut
mengendalikan tingkah laku dan sikapnya dalam hidup.
Agama berfungsi untuk memelihara integritas manusia dalam
membina hubungan dengan Tuhan dengan sesama manusia dan dengan
alam yang mengitarinya. Dengan kata lain, agama pada dasarnya berfungsi
sebagai alat penguur untuk terwujudnya integritas hidup manusia dalam
hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan alam yang mengitarinya (
Agama mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kepribadian
sehat individu. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa individu tidak
akan mencapai atau memiliki pribadi yang sehat tanpa agama.
Agama Islam sebagai terapi dalam kepribadian sehat atau kesehatan
mental, didalam islam ditunjukan dengan jelas dalam QS an Nahl ayat 97 :
Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan
Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan ( Al Qur‟an Karim Al Hafidz Cordoba, 2016:
278).
Dari ayat di atas ditekankan bahwa laki-laki dan perempuan dalam
Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai
Iman. Keimanan dapat menghasilkan ketenangan jiwa yang merupakan
salah satu indikasi mental yang sehat.
Suatu tindakan atau sikap adalah hasil dari kerja sama segala
Jadi bukan pengertian saja. Demikian pulalah halnya dengan agama, ia akan
menjadi pengendali moral, apabila ia dimengerti, dirasakan dan dibiasakan (
rationil, emotionil, dan dipraktekkan) ( Zakiah Daradjat, 1975: 60-61).
Kondisi mental sangat menentukan dalam hidup ini. Hanya orang
yang sehat mentalnya saja yang dapat merasa bahagia, mampu berguna dan
sanggup menghadapi kesukaran atau rintangan dalam hidup.
Kepribadian sehat itu sebaiknya dibina sejak kecil agar pertumbuhan
berjalan wajar dan tidak terganggu. Terkadang manusia bernasib tidak baik,
terlahir dan dibesarkan oleh orangtua yang kurang mengerti dan
memberikan kesempatan untuk berkepribadian yang sehat.
Agama mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan
mental individu. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa individu tidak
akan mencapai atau memiliki mental yang sehat tanpa agama. Dalam
melakukan perawatan jiwa maka harus memperhatikan aspek agama
BAB III
LAPORAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Rumah Tahanan Negara
1. Sejarah Singkat Lembaga
Rumah Tahanan Negara (Rutan) kelas IIB Kota Salatiga, berada
di tengah kota Salatiga Jawa Tengah yang berhawa sejuk dan dikenal
sebagai kota pelajar yang memiliki beberapa Perguruan Tinggi
ternama dengan mahasiswa berasal dari seluruh pelosok Indonesia.
Secara fisik, bangunan Rutan Salatiga merupakan peninggalan
dari pemerintah kolonial Hindia Belanda yang ketika itu bangunan
tersebut juga sebagai penjara di jaman penjajahan pemerintah kolonial
dan baru sekali dilaksanakan renovasi dan penambahan lantai pada
tahun 1995 (Buku Profil Rumah tahanan Kelas IIB Salatiga).
2. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Motto
a. Visi
Memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan
penghidupan tahanan/napi sebagai individu, anggota masyarakat
dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa dalam Rangka membangun
b. Misi
1).Mengemban melaksanakan perawatan tahanan, pembinaan
terhadap narapidana dalam kerangka penegakkan hukum,
pencegahan dan penanggulangan kejahatan serta pemajuan dan
perlindungan hak asasi manusia mewujudkan tertib.
2).Mengembangkan kerjasama dengan mengoptimalkan
keterlibatan stakeholder
3). Melaksanakan tugas pokok dan fungsi pemasyarakatan secara
konsisten dengan mengedepankan penghormatan terhadap
Hukum dan Hak Asasi Manusia yang Adil dan Beradab
4). Mengembangkan kompetensi dan potensi sumber daya petugas
secara konsisten dan berkesinambungan ( Buku Profil Rumah
tahanan Kelas IIB Salatiga).
c. Tujuan
1).Membetuk narapidan agar menjadi manusia seutuhnya,
menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi
tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan
masyarakat, dapat berperan aktif dalam pembangunan dan dapat
hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan
2). Memberikan jaminan perlindungan hak asasi manusia tahanan
yang ditahan Rutan Salatiga dalam rangka memperlancar proses
penyelidikan dan bertanggung jawab.
3).Memberikan jaminan perlindungan hak asasi
tahanan/pihak-pihak yang berperkara serta keselamatan dan keamanan serta
kelancaran dalam proses penyelidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan ( Buku Profil Rumah tahanan
Kelas IIB Salatiga).
d. Sasaran
Sasaran perawatan dan pembinaan tahanan/napi di Rutan
Salatiga adalah meningkatkan kualitas yang sebelumnya/awalanya
sebagian atau seluruhnya dalam kondisi kurang, aspek tersebut
meliputi antara lain :
1). Kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2). kualitas intelektual
3). kualitas sikap perilaku
4). Kualitas profesionalisme/keterampilan
5). Kesehatan jasmani dan rohani
e. Motto
BERKARYA ( Bersih, Kreatif, Yakin ). Maksud dari
semboyan tersebut adalah :
1). Bersih dalam fikiran, tindakan dan perkataan
3). Yakin pasti bisa ( Buku Profil Rumah tahanan Kelas IIB
Salatiga).
3. Struktural Organisasi
4. Lamdasan Operasional
a. Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHP.
b. Undang-undang No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
c. Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (
HAM ).
KEPALA RUTAN
Hero Sulistiyono, Bc, IP, SH,M.Si.
NIP. 19690116 199303 1001
PETUGAS TATA USAHA
d. Undang-undang No. 43 Tahun 1999tentang pokok-pokok
kepegawaian
e. Peraturan Pemerintah RI. No. 27 Tahun 1983 tentang pelaksanaan
KUHAP
f. Peraturan pemenrintah RI No.31 Tahun 1999 tentang pembinaan
dan Pembimbing Warga Binaan Pemasyarakatan.
g. Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 1999 tentang syarat dan
tata cara pelaksanaan Hak Binaan Pemasyarakatan.
h. Peraturan pemerintah RI No. 59 tahun 1999 tentang kerja sama
penyelenggaraan pembinaan dan pembimbingan warga binaan
pemasyarakatan
i. Peraturan Pemeintah RI No. 58 Tahun 1999 tentang syarat-syarat
dan tata cara pelaksanaan, wewenang, tugas, dan tanggung jawab
perawatn tahanan.
j. Keputusan mentreri kehakiman RI No. M.01.KP.09.05 Tahun 1991
tentang penetapan uraian jabatan di lingkungan departemen
kehakiman RI.
k. Keputusan menteri kehakiman RI NO. M.UM.06.05 Tahun 1996
tentang penerbitan pola bindalmin Departemen Kehakiman RI (
5. Data Eksistensi RUTAN Salatiga
a. Demografi
Nama UPT :RUMAH TAHANAN NEGARA
SALATIGA
Tahun Berdiri : 1945
Kapasitas : 100 Orang
Alamat Lengkap : Jl. Yos Sudarso No. 2 Salatiga
Kode Pos : Salatiga 50713
Phone : 0289-325601
Fax : 0289-328296
Email : rutan.salatiga@yahoo.com.
b. Struktur Bangunan
Luas Tanah : 2.400m2
Luas Bangunan : 1.169m2
Jumlah Blok : 3 Blok ( blok muka, blok belakang dan
wanita )
c. Data Saran dan Prasarna di RUTAN Salatiga
Tabel I
No Fasilitas Ada/tidak Keterangan
1. Ruamah Dinas √ Baik
3. Ruang Ka. Rutan √ Baik
4. Ruang Registrasi √ Baik
5 Ruang Bimkesmas √ Baik
6 Ruang Kasub sie Peltah √ Baik
7 Ruang Klinik √ Baik
8 Ruang Operasi √ Baik
9 Ruang Dapur √ Baik
10 Gereja √ Baik
11 Mushola √ Baik
12 Gudang √ Baik
13 Ruang Penjagaan √ Baik
14 Ruang Kunjungan √ Baik
B. Pembinaan Mental Narapidana di Rutan Kelas IIB Kota Salatiga
Pembinaan mental yangn dilakukan di Rumah tahanan kelas IIB Kota
Salatiga meliputi beberapa kegiatan yang bermanfaat selama berada di
Rumah Tahanan dan juga membangun kepribadian agar dapat diterima
dimulai pukul 08.00 sampai 10.00. Adapun kegiatan yang dilakukan
narapidana sehari-hari di dalam Rumah Tahanan Negara kelas IIB Kotas
Salatiga :
1. Jam 07.00 WIB kamar hunian di buka oleh petugas jaga apel
kamar, membersihkan diri dan lingkungan
2. Jam 08.00 s/d 09.00 WIB semua tahanan dan narapidana
masing-masing blok hunian mengikuti kegiatan yang telah di tentukan
berdasarkan jadwal yang telah di buat petugas, ada yang olahrga,
bimbingan mental rohani, pelatihan kerajinan tangan, dan
kebersihan lingkungan blok hunian.
3. Jam 09.00 s/d 11.00 WIB masing-masing narapidan melakukan
kegiatan rutin berdasarkan minat dan bakat, ada yang bimbingan
iqro‟ dan baca Alqur‟an di Masjid Rutan, ada juga yang BIMTEK
( Bimbingan Kerja) dengan menjaga koperasi yang didirikan untuk
melatih para narapidana wanita untuk berwirausaha, sedang untuk
narapidan laki-laki di latih untuk membuat aksesoris, sertakegiatan
kebaktian di Gereja di dalam Rutan.
4. Jam 12.00 WIB semua tahanan dan narapidana muslim harus
5. Mulai jam 09.00 s/d 14.00 sebagian tahanan dan narapidan juga da
yang menerima kunjungna dari keluarganya bergantian sesuai
jadwal yang telah di tentukan.
Adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Keagamaan
Untuk meningkatkan pengetahuan agama dan
memberikan siraman rohani, RUTAN Kelas IIB Kota
Salatiga mengupayakan agar setiap hari secara bergilir
para narapidana mendapatkan pembinaan keagamaan
sesuai kepercayaan masing-masing. Kegiatan ini terdri
dari : untuk narapidana yang muslim terdiri dari :
Pengajian oleh coordinator dan baca tulis Al Qur‟an.
Sedangkan untuk narapidana yang nasrani mendapatkan
pembinaan keagamaan berupaka pembahasan Al
kitab,renungan puji- pujian, doa bersama dll.
2. Bimbingan Kerja ( BIMTEK )
Bimbingan kerja ini diberikan kepada narapidan untuk
melatih supaya narapidana setelah keluar dari RUTAN
bisa lebih madiri dan berwirausaha. Dianataranya
Bimbingan kerja yang dikelola khusus narapidana
para Narapidana laki-laki adalah pembuatan aksesoris
yang nanti kalau sudah jadi exspor ke luar negeri,
diantara negara australia (Wawancara dengan pak
Ruwiyanto, SH,).
C. Penyajian Data
1. Daftar Nama Responden
Tabel II
Daftar nama responden narapidana Rutan Kelas IIB Kota Salatiga
No Nama Jenis kelamin
L P
1 SA ( Slamet ) √
2 David Arthur.J.L √
3 Wijaksono √
4 Tri Hasporo S.B √
5 The Martin √
6 Agus jatmiko √
7 Yendy B √
9 Ragil Sulistyo Putra √
10 Hanif Firman Syah √
11 Adiguna Andoko √
12 Sholikhin Nur.A √
13 Handrik L √
14 Dewi Sratika Yani √
15 Tri Haryani √
16 Giyarti √
17 Clara Yunita Ayu P √
18 Sutono √
19 Randy Ananta √
20 Hery Purwanto √
21 Saebi KMR. H √
22 Parwanta Aldy Saputra √
23 Purtanto √
25 Herman prabowo √
26 Nando √
27 Eko Budianto √
28 Beni Agung Susanto √
29 Indra √
30 Bagas Dwitya Pradipta √
2. Hasil Angket
a. Intensitas Pembinaan Mental
Untuk mengetahui jawaban-jawaban dari pertanyaan
angket yang terdiri dari 10 item pertanyaan yang masing
pertanyaan disediakan alternatif jawaban yaitu :
1. Sangat setuju /Selalu : skor 4
2. Setuju/ sering : skor 3
3. Tidak setuju/ Kadang-kadang : skor 2
Tabel III
Jawaban angket Intensitas Pembinaan Mental Narapidana
No Nama Jumlah item Total
SS/S S/S TS/KD STS/TP
1. SA ( Slamet ) 20 9 2 1 32
2. David Arthur.J.L 16 9 - 3 28
3. Wijaksono 24 6 4 - 34
4. Tri Hasporo S.B 24 3 4 1 32
5. The Martin 16 9 6 - 31
6. Agus jatmiko 24 3 4 1 32
7 Yendy B 24 6 2 1 33
8 Pitoyo 12 12 4 1 29
9 Ragil Sulistyo Putra 24 3 2 2 31
10 Hanif Firman Syah 32 3 - - 35
11 Adiguna Andoko 12 12 4 1 27
13 Handrik L 4 15 6 1 26
14 Dewi Sratika Yani 36 3 - - 39
15 Tri Haryani 8 18 2 1 29
16 Giyarti 4 21 2 1 28
17 Clara Yunita Ayu P 4 18 4 1 27
18 Sutono 24 9 - 1 34
19 Randy Ananta 12 12 6 - 30
20 Hery Purwanto 12 9 6 - 27
21 Saebi KMR. H - 24 2 - 26
22 Parwanta Aldy Saputra 24 6 2 1 33
23 Purtanto 12 12 4 1 25
24 Yohanis kumbuoyo 4 27 - - 31
25 Herman prabowo 28 3 2 1 34
26 Nando 8 18 2 - 28
27 Eko Budianto 12 12 8 - 32
29 Indra 24 3 6 - 33
30 Bagas Dwitya Pradipta 24 3 2 2 30
Dapat diketahui bahwa nilai yang tertinggi adalah 40 dan
nilai yang terendah adalah 10, untuk mencari interval di tempuh
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
I = (nilai tertinggi – nilai terendah) + 1 4
I = ( 40 – 10 ) + 1 4
I = 7,75
I = 8
Dari hasil di atas diperoleh intervalnya 8, maka untuk
mengkategorikan sebagai berikut :
a. Kategori sangat tinggi : 34-40
b. Kategori tinggi : 26-33
c. Kategori sedang : 18-25
d. Kategori rendah : 10-17
a. Kepribadian Sehat
Untuk mengetahui jawaban-jawaban dari pertanyaan
angket yang terdiri dari 15 item pertanyaan yang masing
1. Sangat setuju /Selalu : skor 4
2. Setuju/ sering : skor 3
3. Tidak setuju/ Kadang-kadang : skor 2
4. Sangat tidak setuju/ tidak pernah : skor 1
Tabel IV
Keprinadian sehat
No Nama Jumlah item Total
SS/S S/S TS/KD STS/TP
1. SA ( Slamet ) 16 21 6 1 44
2. David Arthur.J.L 4 33 2 1 40
3. Wijaksono 28 6 4 2 40
4. Tri Hasporo S.B 20 12 6 3 39
5. The Martin 36 6 4 2 48
6. Agus jatmiko 36 3 8 3 50
7 Yendy B 24 15 6 1 46
8 Pitoyo 24 6 6 3 39
10 Hanif Firman Syah 36 6 2 3 47
11 Adiguna Andoko 16 12 4 6 38
12 Sholikhin Nur.A 12 12 4 5 33
13 Handrik L 28 6 6 3 43
14 Dewi Sratika Yani 40 6 4 - 50
15 Tri Haryani 24 15 2 4 45
16 Giyarti 8 24 12 2 46
17 Clara Yunita Ayu P 24 12 - 5 41
18 Sutono 28 3 10 2 43
19 Randy Ananta 16 18 10 1 45
20 Hery Purwanto 32 12 6 - 50
21 Saebi KMR. H - 24 4 4 32
22 Parwanta Aldy Saputra 20 12 6 3 41
23 Purtanto 16 18 6 2 42
24 Yohanis kumbuoyo 20 3 2 8 33
26 Nando 1 24 6 2 33
27 Eko Budianto 28 12 8 - 48
28 Beni Agung Susanto 16 9 4 6 35
29 Indra 36 6 4 1 47
30 Bagas Dwitya Pradipta 36 - 8 2 46
Dapat diketahui bahwa nilai yang tertinggi adalah 60 dan
nilai yang terendah adalah 15, untuk mencari interval di tempuh
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
I = (nilai tertinggi – nilai terendah) + 1 4
I = ( 60 – 15) + 1 4
I = 11,5
I = 12
Dari hasil di atas diperoleh intervalnya 12 , maka untuk
mengkategorikan sebagai berikut :
a. Kategori sangat baik : 51-60
b. Kategori baik : 39-50
c. Kategori cukup : 27-38
BAB IV
ANALISIS DATA
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis
data tersebut. Hal ini dilakukan untuk memperoleh jawaban-jawaban dari
pokok permasalahan sebagaimana yang termuat pada bab sebelumnya. Untuk
memudahkan menganalisis, maka ada tahap-tahap untuk menganalisis data
tersebut agar berjalanan dengan benar sesuai dengan data yang akan diteliti.
Adapun tahap-tahap sebagai berikut :
A.Analisis Pertama
Pada analisis pertama penulis akan menganalisis data dengan
menggunakan teknik analisis presentase frekuensi untuk melakukan analisis
data tiap variabel. Adapun analisisnya dengan rumus sebagai berikut :
P = F x 100%
N
Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah responde
Kemudian langkah yang ditempuh adalah membuat tabulas data dari
1. Untuk mengetahui nilai kategori intesitas pembinaan mental
narapidana dengan jalan mencari interval nilai dengan rumus :
I = ( nilai tertinggi – nilai terendah ) + 1 4
I = ( 40 – 10 ) + 1 4
= 7,75
= 8
Dari hasil di atas diperoleh intervalnya 8, maka untuk mengkategorikan
sebagai berikut
Tabel V
Frekuensi dan Prosentase Intensitas Pembinaan Mental
Agama
No Interval Frekuensi Prosentase Kategori
1 34-40 5 16,67% Sangat tinggi
2 26-33 23 76,67% Tinggi
3 18-25 2 6,67% Sedang
30 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa intesitas pembinaan mental
narapidana di Rutan Kelas IIB Salatiga termasuk kategori Tinggi dengan
prosentase 76,67%.
2. Untuk mengetahui kategori Kepribadian Sehat dengan jalan mencari interval
nilai dengan rumus :
I = ( nilai tertinggi – nilai terendah ) + 1 4
I = ( 60– 15 ) + 1 4
= 11,5
= 12
Dari hasil diatas diperoleh intervalnya 12, maka untuk mengkategorikan
sebagai berikut
Tabel VI
Frekuensi dan prosentase Kepribadian Sehat
No Interval Frekuensi Prosentase Kategori
2 39-50 24 80% Baik
3 27-38 6 20% Cukup
4 15-26 0 0% Tidak baik
30 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kepribadian sehat narapidana di
Rutan Kelas IIB Salatiga termasuk kategori baik dengan prosentase 80%.
B.Analisis Kedua
Analisi kedua ini berfungsi untuk menjawab permasalahan tentang
pengaruh intensitas pembinaan mental narapidana terhadap kepribadian sehat
dengan menggunakan rumus statistik korelasi product momen.
Adapun yang menjadi variabel X adalah kondisi mental narapidana di
Rutan dan untuk variabel Y adalah usaha pembinaan mental narapidana di
Rutan.
TABEL VII
Pembantu Analisis Product Moment
No X Y XY X2 Y2
1 32 44 1408 1024 1936
3 34 40 1360 1156 1600
4 32 39 1248 1024 1521
5 31 48 1488 961 2304
6 32 50 1600 1024 2500
7 33 46 1518 1089 2116
8 29 39 1131 841 1521
9 31 44 1364 961 1936
10 35 47 1645 1225 2209
11 27 38 1026 729 1444
12 24 33 792 576 1089
13 26 43 1118 676 1849
14 39 50 1950 1521 2500
15 29 45 1305 841 2025
16 28 46 1288 784 2116
17 27 41 1134 729 1681
19 30 45 1350 900 2025
20 27 50 1350 729 2500
21 26 32 832 676 1024
22 33 41 1353 1089 1681
23 25 42 1050 625 1764
24 31 33 1023 961 1089
25 34 46 1564 1156 2116
26 28 33 924 784 1089
27 32 48 1536 1024 2304
28 27 35 945 729 1225
29 33 47 1551 1089 2209
30 30 46 1380 900 2116
Ʃ 907 1274 38815 27763 54758
rxy = N.Ʃ xy –( Ʃ x ) ( Ʃ y )
√{(N Ʃ x2–( N.Ʃ y)2 . ( N.Ʃ y2–( Ʃ y )2 )} rxy = 30 . 38815 – ( 907 ) ( 1274 )
rxy = 1164450 – 1155518
√{832890 – 822649 } . {1642740 – 1623076 }
rxy = 8932
√
( 10.241 ) ( 19664)rxy = 8932
√ 201379024
rxy = 8932
14190
C.PEMBAHASAN
Setelah hasil dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi product
moment dan diperoleh nilai rxy = 0,629. Kaidah uji yang digunakan adalah :
1. Bila nilai rxy > r tabel pada taraf signifikasi 1%, maka hasilnya
dinyatakan signifikasi
2. Bila nilai rxy < r tabel , maka hasilnya dinyatakan tidak signifikasi
Dari hasil analisis, diproleh nilai rxy = 0,629, kemudian dikonsultasikan
dengan product moment dengan N = 30 pada taraf signifikasi 1% diperoleh
nilai 0,463. Dengan demikian nilai rxy = 0,629 lebih besar dari tabel.
Dari hasil di atas dapat dinyatakan bahwa hasilnya signifikan. Jadi ada
pengaruh intensitas pembinaan mental narapidana terhadap kepribadian sehat
di Rutan kelas IIB Kota Salatiga. Dengan demikian hasil hipotesis bahwasanya
semakin tinggi pembinaan mental narapidana semakin tinggi kepribadian sehat
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis angket dari responden, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil tabel V dapat diketahui bahwa intensitas pembinaan
mental narapidana di Rutan kelas IIB Kota Salatiga tinggi dengan
prosentase 76,67%.
2. Berdasarkan hasil tabel VI dapat diketahui bahwa kepribadian sehat
narapidana di Rutan kelas IIB Kota Salatiga termasuk kategori tinggi
dengan prosentase 80%.
3. Berdasarkan hasil penelitian yang dianalisis secara statistik diperoleh
kesimpulan bahwa ada pengaruh intensitas pembinaan mental
narapidana terhadap kepribadian sehat di Rutan kelas IIB Kota
Salatiga. Hal ini terbukti dengan koefisiensi korelasi product moment
dari hasil rxy hitung 0,629 lebih besar dari 0,463 product moment pada
taraf signifikansi = 1% dengan N = 30. Dengan demikian hipotesis
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diporeh pada hasil penelitian maka
peneliti mengajukan saran sebagai berikut :
1. Kepada kepala Rutan kelas IIB kota Salatiga kegiatan–kegiatan positif lebih ditingkat dan para narapidana telah memanfaatkan secara
maksimal dalam pembinaan mental sehingga terwujud narapidana
yang berperilaku sesuai dengan yang telah dianjurkan oleh Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Kepada seluruh narapidana agar tidak bosan mengikuti kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2009. Kepribadian Sehat. Malang: UMM Press
Anggreani, Lela. 2013. Pengaruh Intensitas Pembinaanmental Islami Terhadap Kedisiplinan Kerja Dan Dalam Menjalankan Ibadah Salat 5 Waktu di Korem 073 Salatiga Tahun 2013. STAIN Salatiga
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta
Darajat, Zakiah. 1982. Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang
Darajat, Zakiah. 1996.Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang
Darmawan, Deni.2013.Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Farmularsih, Sari dan Arif Billah. 2014. Pola Pembinaan Keagamaan Anak
Jalanan dalam Membentuk Kepribadian. Mudarrisa: Jurnal
Pendidikan Islam. Vol.6. No. 1.
Gunakaya, A.Widiada. 1988. Sejarah Dan Konsepsi Pemasyarakatan. Bandung : Armico
Hadi, Sutrino.2004. Metodelogi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Falkutas Psikologi.
Kahmad, Dadang. 2000. Metode Penelitian Agama. Bandung: Pustaka Setia
Kuntjojo. 2009. Psikologi Kepribadian. Kediri: Penerbit Universitas Nusantara PGRI Kediri
Koeswara. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: PT ERESCO
Keputusan Menteri Kehakiman No.M.04. um.01.06. Tahun 1983
Menurut Undang-Undang RI nomor 12 Tahun 1995 Pasal 2
Menurut Keputusan Menteri no.M.02-PK.04.10 Tahun 1990
Priyatno, Dwidja. 2006. Pidana Penjara di Indonesia. Bandung: Refika Aditama
Peraturan Pemenrintah No 31 Tahun 1999
Profil Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kota Salatiga
Sumarna, Saleem Hardja. 2014. Kepribadian Super. Klaten: Galmas Publisher
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuntitatif Dan Kualitatif. Bandung: Alfa Beta.
Sobur, Alex. 2000. Psikolog Umum. Jakarta: CV Pustaka Setia
DOKUMENTASI PENELITIAN
Saat wawancara tentang sejarah dan tat tertib RUTAN dengan bapak
Narapidana saat mengikuti kegiatan pangung gembira yang diadakan saat
perayaan memperingati hari kemerdekaan Indonesia dan pembagian hadiah di
Hasil karya kreatifitas narapidana yang membuat prakarya dari barang
Narapidana beragama Islam sedang persiapan untuk melaksanakan sholat
KISI – KISI ANGKET
Variabel Pertanyaan
1. Intensitas Pembinaan Mental 1. Saya selalu mengikuti kegiatan
pembinaan mental di RUTAN
2. Saya selalu bertanya, ketika
saudara belom faham dengan
materi yang disampaikan oleh
pembina mental di RUTAN
3. Saya selalu berbicara sendiri
ketika kegiatan pembinaan
mental di RUTAN.
4. Saya mengikuti pembinaa mental
ketika ada masalah saja
5. Saya mendengarkan materi yang
di sampaikan oleh pembina
mental yang diadakan di
RUTAN.
6. Ketika saya faham dengan materi
sampaikan di RUTAN saya
terapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
7. Saya mengikuti pembinaan
mental supaya kepribadian saya
lebih baik lagi.
8. Saya mengikuti pembinaan
mental hanya karena takut jika
mendapat teguran dari petugas
RUTAN.
9. Saya berkumpul dengan
orang-orang yang baik ketika di
RUTAN suapaya bisa belajar
dari mereka untuk lebik baik lagi
10. Semenjak mengikuti pembinaan
mental di RUTAN saya selalu
berusah suapaya hidup saya bisa
bermanfaat untuk orang lain.
2. Kepribadian Sehat 11. Saya selalu mencatat
materi-materi yang disampaikan oleh
12. Saya sering mengikuti kegiatan
pembinaan mental walaupun saya
sakit .
13. Saya selalu melaksankan sholat
berjamaah
14. Saya selalu tepat waktu dalam
menjalankan beribadah.
15. Saya pernah di tegur ketika
melanggar peraturan di RUTAN
16. saya ingin memperbaiki pribadi
saudara untuk menjadi pribadi
yang lebih baik lagi.
17. Saya selalu mempertimbangkan
terdahulu sebelum sebelum
melakukan sesuatu.
18. Ketika ada pembinaan mental
saya ingin terlihat yang terbaik.
19. Saya selalu yakin untuk mencapai
tujuan hidup ini.
diri
21. Saya selalu meminta maaf ketika
saya melakukan kesalahan
22. Saya selalu berfikir positif untuk
masa depan saya.
23. Saya selalu mencari alasan untuk
supaya bisa meninggal tugas
24. Saya selalu curiga kepada semua
teman saya
25. Saya selalu mendapatkan pujian
ketika berhasil melaksanakan
ANGKET PENELITIAN
Indensitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Agama :
4. Asal daerah :
5. Pendidikan terakhir :
6. Tindak pidana :
7. Lama pidana :
Petunjuk :
1. Bapak/Ibu/Saudara dimohon berkenan menjawab dengan memberi tanda
centang ( √ ) pada kotak sebelah kanan pilihan yang disediakan.
2. Dimohon mengisi sesuai dengan yang bapak/ibu/saudara alami atau
lakukan secara jujur dan apa adanya.
A. Pertanyaan
1. SS : Sangat setuju
2. S : Setuju
3. TS :Tidak setuju
4. STS : Sangat tidak setuju.
No Pertanyaan SS S TS STS
1 Saya suka bertanya, ketika saya belum
faham dengan materi yang disampaikan
oleh pembina mental di RUTAN
2 Saya mengikuti pembinaan mental ketika
ada masalah saja
3 Ketika saya faham dengan materi
pembinaan mental yang disampaikan di
RUTAN saya terapkan dalam kehidupan
4 Saya mengikuti pembinaan mental karena
takut jika mendapat teguran dari petugas
RUTAN
5 Saya mengikuti pembinaan mental supaya
kepribadian saya lebih baik
6 Saya berkumpul dengan orang-orang yang
baik ketika di RUTAN supaya bisa belajar
dari mereka untuk lebih baik lagi
7 Semenjak mengikuti pembinaan mental di
RUTAN saya berusaha supaya hidup saya
bisa bermanfaat untuk orang lain.
8. Saya ingin memperbaiki pribadi saya
untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi
9. Saya mempertimbangkan terlebih dahulu
sebelum melakukan sesuatu
10. Saya merasa yakin untuk mencapai tujuan
hidup ini.
11 Saya berfikir positf untuk masa depan.
melakukan kesalahan
B. Pertanyaan
SL : Selalu
S : Sering
KD : Kadang-kadang
TP : Tidak pernah
No Pertanyaan SL S KD TP
1. Saya mengikuti kegiatan pembinaan
mental di RUTAN
2 Saya suka berbicara sendiri ketika
kegiatan pembinaan mental di RUTAN
3 Saya mendengarkan materi yang
disampaikan oleh pembina mental yang
diadakan di RUTAN
4. Saya suka mencatat materi-materi yang
mental
No Pertanyaan SL S KD TP
5 Saya mengikuti pembinaan mental
walaupun saya sakit
6 Saya melaksanakan sholat berjamaah
7. Saya tepat waktu dalam menjalankan
beribadah
8 Saya pernah di tegur ketika melanggar
peraturan di RUTAN
9 Ketika ada pembinaan mental saya ingin
terlihat yang terbaik
10. Saya melakukan evaluasi diri
meninggalkan tugas.
12 Saya selalu curiga kepada teman-teman
saya
13 Saya mendapatkan pujian ketika saya