• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

2.1.5 Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda – beda, seperti yang didefinisikan oleh Kreitner & Kinicki (2005), bahwa kepuasan kerja sebagai efektivitas atau respons emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan. Definisi ini mengandung pengertian bahwa kepuasan kerja bukanlah suatu konsep tunggal, sebaliknya seseorang dapat relatif puas dengan suatu aspek dari pekerjaannya dan tidak puas dengan salah satu atau beberapa aspek lainnya.(20 Mei 2013: http://teorionline.wordpress.com)

Kepuasan kerja adalah persepsi tentang seberapa jauh anggota organisasi merasa puas dengan jenis pekerjaan yang diberikan dan kondisi lingkungan pekerjaannya (Kriyantono 2007. p 312). Kepuasan ini timbul dari persepsi seseorang mengenai bagaimana pekerjaan mereka. Kepuasan pekerjaan juga berasal dari faktor

– faktor yang berhubungan dengan lingkungan pekerjaan seperti misalnya gaya sang supervisor, kebijaksanaan – kebijaksanaan dan prosedur – prosedur, afiliasi kelompok kerja, kondisi kerja, dan imbalan – imbalan lain di luar gaji (Winardi, 2007. p 216).

Blum (As’ad, 2004) mengatakan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor –

Universitas Sumatera Utara faktor pekerjaan, karakteristik individual, serta hubungan kelompok di luar pekerjaan itu sendiri. Handoko juga mengatakan bahwa kepuasan kerja sebagai respon emosional menunjukkan perasaan yang menyenangkan berkaitan dengan pandangan karyawan terhadap pekerjaannya.

Salah satu sarana penting pada manjemen sumber daya manusia dalam sebuah orgaisasi adalah terciptanya kepuasan kerja para karyawan personalia. Kepuasan kerja menurut Susilo Martoyo (2000. p 115), pada dasarnya merupakan salah satu aspek psikologis yang mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya, dimana ia akan merasa puas dengan adanya kesesuaian antara kemampuan, keterampilan dan harapannya dengan pekerjaan yang ia hadapi.

Kepuasan sebenarnya merupakan keadaan yang sifatnya subyektif yang merupakan hasil kesimpulan yang didasarkan pada suatu perbandingan mengenai apa yang diterima karyawan personalia dari pekerjaannya dibandingkan dengan yang diharapkan, diinginkan, dan dipikirkannya sebagai hal yang pantas atau berhak atasnya. Sementara setiap karyawan / karyawan personalia secara subyektif menentukan bagaimana pekerjaan itu memuaskan.

2.1.5.1Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Dalam usaha mempertahankan para karyawan, para pemimpin dalam suatu organisasi harus memperhatikan apa yang menjadi faktor – faktor utama yang harus diperhatikan guna menciptakan kepuasan kerja dengan harapan agar pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan tersebut menjadi sesuatu yang menyenangkan.

Menurut Smith, Kendall dan Hulin (dalam Gibson, Ivancevich, dan Donnelly, 2000), ada lima karakteristik penting yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu :

a. Pekerjaan, sampai sejauhmana tugas kerja dianggap menarik dan memberikan kesempatan untuk belajar dan menerima tanggung jawab.

Universitas Sumatera Utara b. Upah atau gaji, yaitu jumlah yang diterima dan keadaan yang dirasakan dari

upah atau gaji.

c. Penyelia atau pengawasan kerja, yaitu kemampuan penyelia untuk membantu dan mendukung pekerjaan.

d. Kesempatan promosi yaitu, keadaan kesempatan untuk maju.

e. Rekan kerja yaitu, sejauhmana rekan kerja bersahabat dan berkompeten.

Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan kerja, dapat digunakan Job Descriptive Index (JDI) yang menurut Luthans (1995) dalam Umar (1998: 36) ada lima, antara lain:

1) Pekerjaan itu sendiri (Work It Self): Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidangnya masing – masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.

2) Atasan (Supervision):Atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya. Hubungan fungsional mencerminkan sejauhmana atasan membantu tenaga kerja untuk memuaskan nilai – nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja.

3) Teman sekerja (Workers): Merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara karyawan personalia dengan atasannya dan dengan karyawan personalia lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.

4) Promosi (Promotion): Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja.

5) Gaji/Upah(Pay): Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup karyawan personalia yang dianggap layak atau tidak. Upah merupakan

Universitas Sumatera Utara faktor penting dalam kepuasan kerja. Uang tidak hanya membantu orang

– orang mencapai kebutuhan – kebutuhan dasar mereka, tetapi juga merupakan alat untuk mencapai kebutuhan – kebutuhan yang lebih tinggi. Para pekerja seringkali memandang upah sebagai suatu gambaran tentang bagaimana manajemen atau memandang kontribusi mereka kepada organisasi.

Kepuasan kerja akan menggambarkan evaluasi atas suatu keadaan internal afektif (Pace dan Faules, 2006. p 163). Kepuasan kerja terlebih dahulu berasal dari kepuasan komunikasi. Seorang karyawan personalia yang memiliki kepuasan kerja pasti karena lingkungan kerjanya mendukung pekerjaannya. Lingkungan kerja ini melibatkan berbagai jenis cara berkomunikasi di dalamnya sehingga menyebabkan kepuasan kerja. Media yang berkualitas dan teman sekerja yang yang kooperatif akan mengakibatkan kepuasan komunikasi pada karyawan tersebut. Kepuasan komunikasi inilah yang kemudian menghasilkan kepuasan kerja karena melalui komunikasi yang lancar dan baik pekerjaan karyawan tersebut dapat terselesaikan.

Kepuasan dengan pekerjaan seringkali dihubungkan dengan gaji sebagai faktor yang utama. Namun selain gaji masih banyak faktor lain yang berkombinasi dan cukup berpengaruh sehingga dapat menyebabkan kepuasan kerja pada seorang karyawan, seperti adanya kepuasan dengan ketepatan informasi, faktor ini mencakup tentang tingkat kepuasan dengan informasi, kebijaksanaan, teknik – teknik baru, perubahan administrarif dan staf. Rasa puas dalam komunikasi organisasi dipengaruhi oleh aspek – aspek organisasi seperti dipercaya, sokongan dan tujuan kinerja yang tinggi. Selanjutnya keseluruhan hal inilah yang mengakibatkan kepuasan kerja (Muhammad, 2007. p 88-89).

Pendapat lain dari Gilmer (1966) tentang faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama kerja.

b. Keamanan kerja

Faktor ini sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik bagi karyawan pria maupun wanita.Keadaan yang aman sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama kerja.

c. Gaji

Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya.

d. Perusahaan dan manajemen

Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil.Faktor ini yang menentukan kepuasan kerja karyawan.

e. Pengawasan (Supervise)

Bagi karyawan, supervisor dianggap sebagai figur ayah dan sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan turn over. f. Faktor intrinsik dari pekerjaan

Atribut yang ada pada pekerjaan mensyaratkan ketrampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan.

g. Kondisi kerja

Termasuk di sini adalah kondisi tempat, ventilasi, penyinaran, kantin dan tempat parkir.

h. Aspek sosial dalam pekerjaan

Merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas dalam kerja.

Universitas Sumatera Utara Komunikasi yang lancar antar karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap pekerjaan.

j. Fasilitas

Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas.

(As’ad, 2004. p 115)

Dokumen terkait