• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

B. Kepuasan Kerja

Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual, di mana setiap individu mempunyai tingkat kepuasan yang beraneka ragam sesuai dengan sistem yang berlaku dalam dirinya. Semakin besar aspek-aspek yang ada dalam pekerjaan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya.

Kebutuhan seseorang memang beraneka ragam, tetapi ada kebutuhan utama yang harus diinginkan oleh seseorang untuk dipenuhi tetapi ada juga kebutuhan utama yang harus diutamakan dalam pemenuhannya, misalnya saja ada balas jasa yang adil, pekerjaan aman secara ekonomis, rekan kerja yang dapat bekerja sama, serta lingkungan kerja yang harmonis

Dibawah ini adalah pendapat beberapa ahli tentang kepuasan kerja. 1. Kepuasan kerja merupakan suatu sikap positif yang menyangkut

penyesuaian diri yang sehat dari para karyawan terhadap kondisi dan situasi kerja termasuk di dalamnya masalah upah, kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi psikologis (As,ad, 1978:62).

2. Menurut Handoko (1985:143) kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.

3. Kepuasan kerja merupakan suatu keadaan emosional karyawan di mana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan bersangkutan (Martoyo, 2000:142).

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja menyangkut sikap karyawan terhadap pekerjaan dan kondisi yang terkait seperti kondisi kerja, hubungan dengan atasan atau rekan kerja, serta harapan-harapan pekerja terhadap pekerjaannya saat ini dan di masa yang akan datang.

Ada beberapa teori-teori yang terkenal dalam hal ini adalah equity theory dan two factor theory (Siagian, 1995: 164). Intisari dari teori-teori tersebut adalah teori keadilan dan teori dua faktor.

1. Teori keadilan (Equity theory)

Teori keadilan menjelaskan bahwa orang atau karyawan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan atau tidak atas situasi atau keadaan yang ada. Perasaan adil atau tidak adil atas situasi yang diperoleh karyawan dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas atau sederajat.

2. Teori dua faktor (Two factor theory)

Teori dua faktor yang dikembangkan oleh Herzberg yang dikutip oleh Siagian (1995:164) pada prinsipnya membedakan faktor-faktor penyebab kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja. Pemenuhan terhadap faktor ketidakpuasan kerja tidak akan menyebabkan kepuasan kerja tetapi hanya akan mengurangi ketidakpuasan kerja. Kesimpulan dari teori ini adalah memberikan gambaran bahwa kepuasan akan hasil pekerjaan seseorang itu dipengaruhi oleh faktor pemuas. Faktor pemuas tersebut adalah prestasi, pengakuan, memperoleh kemajuan, telah mengerjakan sesuatu hal yang cukup penting dan tanggung jawab.

1. Faktor-Faktor Kepuasan Kerja

Harold E. Burt (As’ad, 1995:112) mengemukakan pendapatnya tentang faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja. Adapun faktor-faktor tersebut adalah:

a. faktor hubungan antar karyawan, antara lain hubungan langsung antara atasan dengan karyawan, faktor fisik dan kondisi kerja, hubungan sosial antara karyawan, sugesti dari teman sekerja, emosi dan situasi kerja;

b. faktor individual yaitu berhubungan dengan sikap, umur, jenis kelamin;

c. faktor-faktor luar yaitu hal-hal yang berhubungan dengan keadaan keluarga karyawan, rekreasi dan pendidikan.

Menurut Tiffin dan Cormick yang dikutip oleh (As’ad, 1995:362) yang mempelajari hasil penelitian kemudian mengelompokkan faktor-faktor kepuasan kerja sebagai berikut.

a. Ketenagakerjaan, yaitu keadaan yang dirasakan aman adalah merupakan faktor-faktor yang penting dalam mempengaruhi perasaan nyaman karyawan.

b. Kompensasi-kompensasi, yaitu penerimaan fasilitas yang bukan berupa uang.

c. Keuntungan-keuntungan finansial, meliputi: gaji, tunjangan, dan lain-lain.

d. Kesempatan untuk maju. Seseorang akan merasa puas apabila dirinya sudah pernah merasakan maju di depan tempat ia bekerja,

e. Kejelasan tentang status atau kedudukan tiap karyawan. Setiap karyawan ingin mengetahui status yang ada di tempat kerja sehingga tidak terjadi kesalahpahaman karyawan satu dengan yang lainnya. De Santis dan Durst (Emilisa, 2001:232) menjelaskan beberapa faktor pembentuk kepuasan kerja sebagai berikut.

a. Upah finansial dan nonfinansial

Finansial reward dan promotion opportunities merupakan variabel yang secara nyata berhubungan dengan kepuasan kerja. Selain itu

fringe benefits seperti waktu libur merupakan mekanisme lain untuk memberi kompensasi berdasarkan jasa yang telah diberikan.

b. Karakteristik pekerjaan

Karyawan yang melakukan tugasnya dengan memiliki sifat-sifat dalam

skill variety, job significance, autonomy dan feedback akan menggunakan pengalaman mereka untuk mencapai kepuasan kerja lebih baik dibandingkan dengan karyawan yang tidak menanggapi hal tersebut di atas.

c. Karakteristik lingkungan kerja

Lingkungan kerja dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Hal-hal lain yang dapat meningkatkan kepuasan kerja adalah office surroundings dan atmosphere relationship. Faktor penting yang tidak dapat diabaikan adalah supervition relationship.

d. Karakteristik personal

Variabel yang terakhir adalah karakteristik pribadi dari seseorang. Para peneliti mempelajari beberapa atribut seperti sex, age, role and educations yang diperoleh dalam hubungannya dengan kepuasan kerja.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dirangkum menjadi faktor-faktor kepuasan kerja sebagai berikut (As’ad, 1995:113).

a. Faktor finansial (jaminan kerja), merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan, meliputi: sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi, dan penghargaan prestasi kerja.

b. Faktor fisik, merupakan fakta yang berhubungan dengan kondisi kerja, keadaan ruangan, suhu, penerangan, kondisi kesehatan, dan lainnya. c. Faktor sosial baik antara sesama karyawan, dengan atasan atau

pimpinan maupun dengan bawahan yang berbeda jenis pekerjaannya dalam satu lingkungan kerja.

d. Faktor psikologis, merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejiwaan yang meliputi: minat, ketentraman dalam bekerja, sikap terhadap kerja dan bakat.

Dokumen terkait