HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN
KEPUASAN KERJA DENGAN SIKAP GURU DALAM
PROSES BELAJAR MENGAJAR
Studi Kasus : Pada Guru-Guru SMK YPKK 1 Sleman, Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Ari Wibowo
NIM: 031334054
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
iii
iv MOTTO
Jangan takut !
Hidup bersama Tuhan
merupakan suatu petualangan
yang mengagumkan
(Paus Yohanes Paulus II)
”Masa depan harus dipikirkan, direncanakan, dan dipersiapkan sebaik-baiknya tetapi jangan sekali-kali khawatir akan hari esok.”
(Dele Carnegie)
”Kita berasal dari
Tuhan
, kita bergantung pada Tuhan, Tuhan mempunyai
rencana bagi
hidup, tubuh, jiwa
dan
masa depan kita
.”
(Paus Yohanes Paulus II)
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
pembimbingku yang terus bekerja dalam hidupku.
Kepada Bapak Ibuku tercinta yang dengan tulus
dan doa restunya aku bisa menjadi seperti ini.
Kakak-kakakku yang terkasih yang telah
mendukung dan mendoakanku.
Dwi yang telah menyayangi dan mendoakanku.
Seluruh keluarga besarku terimakasih untuk
semuanya.
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Ari Wibowo
Nomor Mahasiswa : 031334054
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN SIKAP GURU DALAM ROSES BELAJAR MENGAJAR
Studi Kasus : Pada Guru-Guru SMK YPKK 1 Sleman, Yogyakarta
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan loyalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 31 Maret 2008 Yang menyatakan,
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN SIKAP
GURU DALAM PROSES BELAJAR”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan berupa dorongan, motivasi, bimbingan, sarana, materi. Oleh karena dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan ini, antara lain :
1. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama SJ., M.Sc. Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Drs. T. Sarkim., M.Ed., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
5. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., Dosen Pembimbing I yang dengan sabar membimbing serta memberi masukan dan dorongan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
6. Ibu Corenelio Purwantini, S.Pd., M.SA. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempuranaan skripsi ini.
vii
8. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.
9. Bapak Drs., Joko Purwanto selaku kepala sekolah SMK YPKK 1 yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
10. Ibu Sunarti, S.Pd., yang telah membantu kelancaran dalam pengumpulan data untuk penyelesaian skripsi ini.
11. Segenap Bapak/Ibu guru SMK YPKK I Sleman yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner dalam penelitian, serta seluruh karyawan yang telah bersedia membantu dalam mengumpulan informasi yang dibutuhkan penulis.
12. Bapak Y. Broto Purwanto, S.Pd yang telah membantu untuk penyelesaian skripsi ini.
13. Kedua orang tuaku (FX. Sugeng dan Th. Sunarti Yuni) yang telah memberikan semangat, perhatian, doa yang diberikan kepadaku sampai saat ini akhirnya aku lulus.
14. Kakak-kakakku (Bang Komar, Mbak Lis, Mbak Novi), adik-adikku (Linda, Nanda, Siska, Sari) terimakasih untuk doa, dan kasih sayang.
15. Dwi yang telah memberi semangat, kasih sayang, nasehat kepadaku dan doanya sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
16. Keluarga besar di Bangka, Demangan, Solo dan Jakarta yang telah banyak berdoa dan mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini terimakasih untuk semuanya.
17. Teman-teman seperjuangan di PAK B ’03 Agus ”Pakdhe”, Anes “Om”, Encep, Wawan “Wanted”, Santi, Siska, Nining, Tiara “Bibir”, Yeni “Yenol”, Mety, Yiska, Septi, Wulan, Lala, Ana, Dewi, Hana, Koko, aku belajar banyak dari kalian, terimakasih untuk kebersamaannya selama ini, dan kapan kita kumpul lagi ni.
viii
19. Motor Supra X ku AB 5990 SU yang banyak membantuku kemana-mana, terimakasih untuk jasa mu, aku akan selalu menjagamu.
20. Semua pihak yang banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu terimakasih untuk semuannya ya.
Dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, kekeliruan, dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kemajuan yang akan datang.
Yogyakarta, 11 Maret 2008 Penulis
ix
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN SIKAP GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
Studi Kasus pada Guru-Guru SMK YPKK 1 Sleman, Yogyakarta
Ari Wibowo
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2008
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) hubungan antara konsep diri dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar; (2) hubungan antara kepuasan kerja dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar.
Penelitian dilaksanakan di SMK YPKK 1 Sleman pada bulan November 2007. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru-guru SMK YPKK yaitu 42 guru. Data dikumpulkan dengan metode wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Untuk mengetahui masing-masing hubungan antara konsep diri dan kepuasan kerja dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar digunakan teknik korelasi parsial.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan antara konsep diri dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar dengan
2 1 .xx y
r hitung = 0,349; (2)
ada hubungan antara kepuasan kerja dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar dengan
1 2 .xx y
x
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF CONCEPT, JOB SATISFACTION AND TEACHERS’ ATTITUDE IN TEACHING
LEARNING PROCESS
A Case Study at Teachers’ SMK YPKK I Sleman, Yogyakarta Ari Wibowo
Sanata Dharma University Yogyakarta
2008
This research aims to know whether: (1) the relationship between self concept and teachers’ attitude in teaching learning process; (2) the relationship between job satisfaction and teachers’ attitude in teaching learning process.
This research was conducted in “SMK YPKK 1”, Sleman, in November 2007. The population of this research were 42 teachers’. The techniques for collective the data were interviews, questionnaire, and documentation. To know each relationship between self concept, job satisfaction and teachers’ attitude in teaching learning process partial correlation technique was used.
The results of this research show that: (1) there is a relationship between self concept and teachers’ attitude in teaching learning process (
2 1 .xx y
r count =
0,349); (2) there is a relationship between job satisfaction and teachers’ attitude in teaching learning process (
1 2 .xx y
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I. PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diri ... 6
1. Terbentuknya Konsep Diri ... 9
2. Struktur Konsep Diri ... 10
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri .... 11
B. Kepuasan Kerja ... 14
1. Faktor-Faktor Kepuasan Kerja ... 17
C. Sikap Guru ... 19
xii
2. Aspek Sikap ... 23
3. Faktor-Faktor Pembentukan Sikap ... 24
D. Proses Belajar Mengajar ... 27
E. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 32
F. Kerangka Berpikir ... 33
1. Hubungan antara Konsep Diri dengan Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar ... 33
2. Hubungan Kepuasan Kerja dengan Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar ... 33
G. Model Penelitian ... 34
H. Hipotesis ... 34
BAB III. METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
1. Tempat Penelitian ... 36
2. Waktu Penelitian ... 36
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 36
1. Subyek Penelitian ... 36
2. Obyek Penelitian ... 36
D. Populasi ... 37
E. Variabel Penelitian ... 37
1. Variabel Bebas ... 37
2. Variabel Terikat ... 38
F. Teknik Pengumpulan Data ... 40
1. Kuesioner ... 40
2. Dokumentasi ... 41
3. Observasi ... 41
4. Wawancara ... 41
G. Pengujian Instrumen Penelitian... 41
xiii
2. Pengujian Reliabilitas ... 46
H. Teknik Analisis Data ... 48
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 48
2. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 49
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Mengenal Sekolah ... 53
1. Sejarah SMK YPKK 1 Sleman ... 53
2. Visi dan Misi SMK YPKK 1 Sleman ... 53
B. Tujuan Pendidikan di SMK ... 54
C. Organisasi Sekolah SMK YPKK 1 Sleman ... 55
D. Sumber Daya Manusia ... 55
E. Siswa ... 57
F. Kondisi Fisik dan Lingkungan ... 58
G. Fasilitas atau peralatan sekolah ... 58
H. Hubungan SMK dengan Institusi Lain ... 59
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 60
1. Konsep Diri ... 60
2. Kepuasan Kerja ... 61
3. Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar ... 62
B. Analisis Data ... 63
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 63
2. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 65
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 69
1. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Sikap Guru Dalam Proses Belajar Mengajar ... 69
xiv
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 73
B. Keterbatasan Penelitian ... 73
C. Saran ... 74
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Instrumen Konsep Diri, Kepuasan Kerja dan Sikap Guru Dalam
Proses Belajar Mengajar ... 39
Tabel 3.2 Tabel Validitas Konsep Diri... 43
Tabel 3.3 Tabel Validitas Kepuasan kerja ... 44
Tabel 3.4 Tabel Validitas Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar ... 45
Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas ... 47
Tabel 3.6 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 47
Tabel 3.7 Indeks dan Interprestasi Korelasi ... 52
Tabel 4.1 Daftar Nama Guru SMK YPKK 1 ... 56
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Konsep Diri ... 61
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kepuasan Kerja... 62
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar . 63 Tabel 5.4 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Konsep Diri, Kepuasan Kerja, dan Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar ... 64
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Kuesioner ... 79
Lampiran II. Validitas dan Reliabilitas ... 84
Lampiran III. Data Induk Penelitian ... 90
Lampiran IV. Daftar Distribusi Frekuensi ... 94
Lampiran V. Pengujian Normalitas Dan Linieritas ... 98
Lampiran VI. Perhitungan Korelasi Partial ... 99
Lampiran VII. Perhitungan Persentase Kuesioner ... 102
Lampiran VIII. Tabel Statistik ... 103
Lampiran IX. Surat Ijin Penelitian ... 106
Lampiran X. Surat Keterangan ... 108
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran dunia pendidikan baik informal maupun formal sangatlah berpengaruh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dalam hal ini adalah peserta didik atau siswa. Pendidikan yang bermutu tentu saja akan menghasilkan output yang baik dan berkualitas. Dalam rangka meningkatkan kualitas output, guru merupakan faktor yang paling penting. Menurut Bafadal (kompas, 23 maret 2007) pembelajaran di sekolah mustahil terlaksana tanpa pengembangan profesionalisme guru. Ibarat penyakit terpuruknya kualitas guru ini sudah seperti penyakit kronis, bahkan sudah dalam tahap sekarat. Oleh karena itu, setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya. Usaha-usaha itu meliputi peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan kemampuan guru melalui penataran-penataran, pendidikan lanjutan, diskusi kelompok, studi banding serta secara kolektif guru ditawarkan pembuatan pendalaman materi pelajaran, pengembangan bahan ajar, penelitian tindakan kelas, pengembangan model uji kompetensi dan proses sertifikasi bagi pendidik, serta penulisan karya ilmiah (kompas, 7 maret 2007).
Misalnya, ada guru yang mengajar tanpa membuat persiapan dan kurang memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam proses belajar mengajar serta dalam penyampaian materi terlalu cepat sehingga membuat siswa kesulitan untuk menerima materi tersebut. Guru yang seperti ini belum mempunyai dorongan yang kuat dari dalam diri guru itu sendiri untuk merasakan atau mengecap kepuasan profesinya melalui bidang studi yang diampunya, penerapan metode yang benar dalam proses belajar dan kemampuan melaksanakan evaluasi yang baik sesuai dengan ketentuan yang ada.
Dalam proses belajar mengajar seorang guru memiliki sikap yang berbeda-beda dihadapan para anak didiknya. Sikap guru yang diperlihatkan kepada para anak didiknya merupakan pancaran kepribadian individu seorang guru yang sebenarnya. Sikap yang dimiliki guru dalam proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi oleh konsep diri yang dimiliki guru serta tingkat kepuasan yang dicapai oleh guru tersebut.
memberlakukannya ketika dia masih anak-anak, ketika ia belum mampu menyaring benar tidaknya perkataan orang lain terhadap dirinya.
Seorang guru pasti memiliki konsep diri yang tegas dan jelas dalam hidupnya, konsep diri yang seperti ini akan mendukungnya dalam bersikap ketika harus menghadapi siswanya maupun ketika akan menyampaikan materi pelajaran dengan pemilihan metode pengajaran yang tepat. Guru yang memiliki konsep diri yang baik akan memiliki sikap yang baik pula terhadap siswa maupun teman sejawatnya dalam proses belajar mengajar. Sebaliknya, guru yang memiliki konsep diri yang tidak baik maka sikap yang ditunjukan juga akan tidak baik sehingga akan mengurangi rasa hormat dan simpati dari para siswanya. Oleh karena itu, konsep diri akan membatasi bagaimana seseorang menilai tentang dirinya sendiri, apa yang mungkin dapat dilakukan dimasa depan dan bagaimana seseorang tersebut menilai penampilannya sendiri, sehingga ia akan bersikap sesuai dengan karakteristik.
Oleh sebab itu, pada penelitian ini peneliti mencoba untuk melihat sejauh mana konsep diri dan kepuasan kerja memiliki hubungan dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Hubungan Antara Konsep Diri dan Kepuasaan Kerja Dengan Sikap Guru Dalam Proses Belajar Mengajar”.
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis hanya akan meneliti konsep diri, kepuasan kerja dan sikap guru dalam proses belajar mengajar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut.
1. Apakah ada hubungan positif antara konsep diri dengan sikap guru dalam
proses belajar mengajar?
2. Apakah ada hubungan positif antara kepuasan kerja dengan sikap guru
dalam proses belajar mengajar?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk memperoleh bukti :
1. Ada atau tidaknya hubungan antara konsep diri dengan sikap guru dalam
2. Ada atau tidaknya hubungan antara kepuasan kerja dengan sikap guru
dalam proses belajar mengajar.
E. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan akademik (teoritik)
Diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi perpustakaan dan sebagai pembanding bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang pengembangan topik ini.
2. Kegunaan praktis-empiris a. Mahasiswa.
1) Sebagai calon guru, peneliti semakin mengetahui dan memahami
bahwa peranan penting konsep diri dan kepuasan kerja dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar.
2) Melatih dan mengaplikasikan antara pengetahuan teoritik dengan
kenyataan. b. Bagi Guru
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Diri
Kunci keberhasilan hidup kita adalah konsep diri yang positif. Konsep diri memainkan peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang, karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai suatu
operating system yang menjalankan suatu komputer. Terlepas dari sebaik apapun perangkat keras komputer dan program yang di-install, apabila sistem operasinya tidak baik dan banyak kesalahan maka komputer tidak dapat bekerja dengan maksimal. Hal yang sama berlaku bagi manusia. Ada berbagai macam definisi mengenai konsep diri yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli bahkan dari beberapa definisi tersebut telah dicantumkan di dalam berbagai buku. Beberapa ahli telah mendefenisikan konsep diri secara berbeda-beda meskipun pada dasarnya konsep yang ingin disampaikan sama.
Demikian pula sebaliknya. Konsep diri dapat juga didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup (www.e-psikologi.com). Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain.
Konsep diri ideal juga dapat diartikan adalah seseorang mengenai penampilan dan kepribadian yang didambakan (Hurlock, 1999:237). Menurut Burns (Susanto, 2001:7) mengatakan bahwa konsep diri merupakan pengertian, harapan dan penilaian seseorang mengenai bagaimaana dirinya yang dicita-citakan dan dirinya dalam realita yang sesungguhnya secara fisik maupun psikologis. Pada saat seseorang mempunyai satu rangkaian pengertian tentang dirinya ia juga mempunyai satu rangkaian pandangan lain yaitu kemungkinan menjadi apa dimasa yang akan datang.
Menurut Traver (Ananda, http://www.geocities.com/jipsumbar) bahwa konsep diri memiliki energi yang berpengaruh terhadap perilaku guru, menghasilkan kegiatan pembelajaran yang penuh semangat, dan adanya rasa percaya bahwa pembelajaran tersebut sangat bermanfaat.
1. Terbentuknya Konsep Diri
Konsep diri tumbuh dan berkembang melalui proses internalisasi pengalaman psikologis. Pengalaman tersebut tumbuh atas dasar eksplorasi individu terhadap lingkungannya dan merupakan hasil refleksinya sendiri terhadap reaksi dan perlakuan orang lain yang sangat berpengaruh atas dirinya. Jadi konsep diri merupakan hasil pengalaman belajar, bukan pembawaan sejak lahir tetapi berkembang secara bertahap sebagai hasil pemahaman tentang dirinya dan orang lain yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman (Burns, 1993:186).
Konsep diri terbentuk karena suatu proses umpan balik dari individu orang lain. Artinya konsep diri terbentuk dari pengalaman seseorang dalam membangun relasi dengan orang lain. Dalam berinteraksi, seseorang akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan tersebut akan dijadikan sebagai cermin bagi seseorang untuk menilai dan memandang dirinya sendiri.
2. Struktur Konsep Diri
Secara hierakis, konsep diri terdiri dari beberapa tingkat. Tingkat pertama adalah konsep diri global. Konsep diri global merupakan gambaran atau kenyakinan seseorang dalam memahami dirinya sendiri secara menyeluruh. Selanjutnya dibawahnya, pada tingkat kedua adalah konsep diri mayor merupakan gambaran serta keyakinan seseorang dalam memahami aspek sosial, fisik dan akademis dirinya. Tingkat ketiga adalah konsep diri spesifik merupakan cara individu memahami dirinya sendiri terhadap setiap jenis kegiatan dalam aspek akademis sosial maupun fisik.
Menurut James (pudjijogyanti, 1985:5) konsep diri global merupakan suatu arus kesadaran dari seluruh keunikan individu. Dalam arus kesadaran itu ada “The I” yaitu aku subyek dan “The Me” yaitu aku obyek. Kedua “aku” ini merupakan kesatuan yang tidak dapat dibedakan atau dipisahkan satu sama lain. Aku obyek ada karena proses menjadi tahu dan proses ini bisa terjadi karena manusia mampu merefleksi dirinya sendiri.
Dalam konsep diri global, apa yang dinilai oleh individu tentang dirinya sendiri dapat dibagi, sebagai berikut.
a. Konsep diri yang disadari, yaitu pandangan individu akan kemampuan
dan perannya.
b. Konsep diri sosial atau konsep diri menurut orang lain yaitu,
c. Konsep diri ideal yaitu harapan seseorang akan dirinya sendiri atau
cita-cita yang akan dicapai.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Konsep Diri.
Fitt (Kusumatuti, 2000:18) mengemukakan lima faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya perkembangan konsep diri. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Diri fisik (psysical self);
Dilihat dari segi fisik, kesehatan, penampilan luar dan gerakan motoriknya, bagaimana seseorang menilai dirinya sendiri. Perasaan yang dimiliki oleh seseorang mengenai diri fisik serupa dengan perasaan yang ia pegang mengenai dirinya sendiri secara umum. Penilaian yang positif terhadap keadaan fisik seseorang baik dari diri sendiri maupun orang lain sangat mempengaruhi pembentukan perkembangan konsep diri ke arah positif. Sebaliknya pandangan atau penilaian seseorang yang bersifat negatif terhadap diri seseorang akan mengarahkan pada perkembangan konsep diri yang negatif.
menyebabkan individu sulit untuk menerima dirinya, rendah diri atau minder dan kurang percaya diri.
b. Diri pribadi (personal selft)
Di dalam individu masing-masing orang memilik kemampuan untuk menilai dirinya sendiri dan bagaimana ia melihat dirinya diri pribadinya sendiri. Seseorang yang dapat memandang dirinya sendiri secara positif tentu akan lebih mudah untuk menerima keberadaan dirinya yaitu kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, serta tidak mempunyai rasa malu dan takut untuk mengungkapkan diri pribadinya kepada setiap orang, dan sebaliknya apabila seseorang memandang rendah diri pribadinya sendiri tentu akan mengalami kendala untuk menerima keadaan dirinya sendiri dan orang lain serta akan memiliki rasa takut untuk mengungkapkan diri pribadinya kepada orang lain. c. Diri keluarga (family self)
mengenai diri mereka sendiri. Hal ini tentu saja akan membawa konsep diri seseorang yang positif.
d. Diri etika moral (moral ethical self)
Individu yang memiliki etika moral matang akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bila tidak memenuhi harapan sosial ia tidak akan merasa bersalah terhadap perilakunya, mampu memilih dan mampu menentukan perilaku yang di inginkan. Sebaliknya, individu yang tidak memiliki etika moral yang matang akan sulit untuk menyesuaikan diri dengan standar-standar moral yang telah ditetapkan oleh masyarakat dan penerimaan dirinya rendah. e. Lingkungan sosial (social self)
Berzonsky (Yulianti, 1997:21) mengemukakan bahwa konsep diri memiliki beberapa faktor sebagai berikut:
1). faktor fisik, merupakan penilaian seseorang terhadap segala
sesuatu yang dimilikinya, seperti tubuh, pakaian, benda-benda yang menjadi miliknya dan sebagainya;
2). faktor psikis, merupakan pikiran sikap dan perasaan yang ia miliki
terhadap dirinya sendiri;
3). faktor sosial, adalah bagaimana peranan sosial yang dimainkan
seseorang dan penilaian seseorang terhadap peran tersebut;
4). faktor moral, merupakan nilai dan prinsip yang memberi arti serta
arah bagi kehidupan seseorang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri tersebut secara garis besar mencakup faktor penilaian individu terhadap diri sendiri dari sudut pandangnya sendiri dan berdasarkan pandangan orang lain di sekitarnya.
B. Kepuasan Kerja
Kebutuhan seseorang memang beraneka ragam, tetapi ada kebutuhan utama yang harus diinginkan oleh seseorang untuk dipenuhi tetapi ada juga kebutuhan utama yang harus diutamakan dalam pemenuhannya, misalnya saja ada balas jasa yang adil, pekerjaan aman secara ekonomis, rekan kerja yang dapat bekerja sama, serta lingkungan kerja yang harmonis
Dibawah ini adalah pendapat beberapa ahli tentang kepuasan kerja. 1. Kepuasan kerja merupakan suatu sikap positif yang menyangkut
penyesuaian diri yang sehat dari para karyawan terhadap kondisi dan situasi kerja termasuk di dalamnya masalah upah, kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi psikologis (As,ad, 1978:62).
2. Menurut Handoko (1985:143) kepuasan kerja (job satisfaction) adalah
keadaan emosi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.
3. Kepuasan kerja merupakan suatu keadaan emosional karyawan di mana
terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan bersangkutan (Martoyo, 2000:142).
Ada beberapa teori-teori yang terkenal dalam hal ini adalah equity theory dan two factor theory (Siagian, 1995: 164). Intisari dari teori-teori tersebut adalah teori keadilan dan teori dua faktor.
1. Teori keadilan (Equity theory)
Teori keadilan menjelaskan bahwa orang atau karyawan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan atau tidak atas situasi atau keadaan yang ada. Perasaan adil atau tidak adil atas situasi yang diperoleh karyawan dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas atau sederajat.
2. Teori dua faktor (Two factor theory)
1. Faktor-Faktor Kepuasan Kerja
Harold E. Burt (As’ad, 1995:112) mengemukakan pendapatnya tentang faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja. Adapun faktor-faktor tersebut adalah:
a. faktor hubungan antar karyawan, antara lain hubungan langsung antara
atasan dengan karyawan, faktor fisik dan kondisi kerja, hubungan sosial antara karyawan, sugesti dari teman sekerja, emosi dan situasi kerja;
b. faktor individual yaitu berhubungan dengan sikap, umur, jenis
kelamin;
c. faktor-faktor luar yaitu hal-hal yang berhubungan dengan keadaan
keluarga karyawan, rekreasi dan pendidikan.
Menurut Tiffin dan Cormick yang dikutip oleh (As’ad, 1995:362) yang mempelajari hasil penelitian kemudian mengelompokkan faktor-faktor kepuasan kerja sebagai berikut.
a. Ketenagakerjaan, yaitu keadaan yang dirasakan aman adalah
merupakan faktor-faktor yang penting dalam mempengaruhi perasaan nyaman karyawan.
b. Kompensasi-kompensasi, yaitu penerimaan fasilitas yang bukan
berupa uang.
c. Keuntungan-keuntungan finansial, meliputi: gaji, tunjangan, dan
d. Kesempatan untuk maju. Seseorang akan merasa puas apabila dirinya
sudah pernah merasakan maju di depan tempat ia bekerja,
e. Kejelasan tentang status atau kedudukan tiap karyawan. Setiap
karyawan ingin mengetahui status yang ada di tempat kerja sehingga tidak terjadi kesalahpahaman karyawan satu dengan yang lainnya. De Santis dan Durst (Emilisa, 2001:232) menjelaskan beberapa faktor pembentuk kepuasan kerja sebagai berikut.
a. Upah finansial dan nonfinansial
Finansial reward dan promotion opportunities merupakan variabel yang secara nyata berhubungan dengan kepuasan kerja. Selain itu
fringe benefits seperti waktu libur merupakan mekanisme lain untuk memberi kompensasi berdasarkan jasa yang telah diberikan.
b. Karakteristik pekerjaan
Karyawan yang melakukan tugasnya dengan memiliki sifat-sifat dalam
skill variety, job significance, autonomy dan feedback akan menggunakan pengalaman mereka untuk mencapai kepuasan kerja lebih baik dibandingkan dengan karyawan yang tidak menanggapi hal tersebut di atas.
c. Karakteristik lingkungan kerja
d. Karakteristik personal
Variabel yang terakhir adalah karakteristik pribadi dari seseorang. Para peneliti mempelajari beberapa atribut seperti sex, age, role and educations yang diperoleh dalam hubungannya dengan kepuasan kerja.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dirangkum menjadi faktor-faktor kepuasan kerja sebagai berikut (As’ad, 1995:113).
a. Faktor finansial (jaminan kerja), merupakan faktor yang berhubungan
dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan, meliputi: sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi, dan penghargaan prestasi kerja.
b. Faktor fisik, merupakan fakta yang berhubungan dengan kondisi kerja,
keadaan ruangan, suhu, penerangan, kondisi kesehatan, dan lainnya. c. Faktor sosial baik antara sesama karyawan, dengan atasan atau
pimpinan maupun dengan bawahan yang berbeda jenis pekerjaannya dalam satu lingkungan kerja.
d. Faktor psikologis, merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejiwaan yang meliputi: minat, ketentraman dalam bekerja, sikap terhadap kerja dan bakat.
C. Sikap Guru
menjalani tersebut bersikap, berperilaku dalam proses pembelajarannya itu. Dengan kata lain pandangan seorang guru belum tentu cukup untuk melihat atau menunjukan secara langsung keberhasilan kerjanya, tetapi dengan adanya sikap yang dilandasi oleh pandangan itulah yang bisa dikaitkan dengan keberhasilan proses pembelajaran.
Untuk dapat mengupayakan agar sikap dan perilaku guru dapat seperti yang diharapkan, terlebih dahulu kita perlu memahami apa arti sikap itu sendiri. Menurut Young (Ananda, 2001) dalam http://www.geocities.com/jipsumbar, “As primary motives (attitudes) arouse
behavior; they sustain or terminate an activity and progress, they regulate and
organize behavior ... and they lead to the acquisition of motives, stable
dispositions to act.”
Pernyataan tersebut menggambarkan bagaimana sikap dapat
membangkitkan, mengatur dan mengorganisasikan perilaku individu terhadap
sekumpulan objek. Walaupun hubungan antara sikap dan prilaku tidak secara
mudah dapat diidentifikasi, namun fungsi sikap dapat masuk dan menentukan
perilaku manusia.
Menurut Peak (Ananda, 2001) dalam
http://www.geocities.com/jipsumbar sikap memiliki "the effect emphasizing objects ... with the result that their probability of activation and of choice
and selection is increased.”
Dengan kata lain, sikap dapat mengatur apakah seseorang dapat
suka dan tidak suka, menyenangkan atau tidak menyenangkan.
Kesimpulannya, sikap terhadap suatu objek dapat mempengaruhi pilihan
seseorang terhadap objek tersebut, dan oleh karena itu dapat menentukan arah
yang akan diambil oleh individu yang bersangkutan.
1. Sikap Ideal Guru
Di kelas khususnya dan di sekolah umumnya, seorang guru
mempunyai peran yang multi atau ganda. Dengan julukan tugas guru
sebagai pendidik dan pengajar maka secara rinci mereka mempunyai
beberapa fungsi (Arikunto, 1990:268) sebagai hal-hal dibawah ini.
a. Guru sebagai pengelola proses pembelajaran.
Kelas merupakan suatu organisasi yang seharusnya dikelola dengan
baik oleh seorang guru, dan mengacu pada fungsi-fungsi administrasi
yang ada serta sudah lama berlaku yaitu: perencanan,
pengkoordinasian, pengkomunikasikan dan penilaian. Seorang guru
mau tidak mau harus melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan
organisasi, yaitu tujuan sekolah yang merupakan jabaran dari tujuan
pendidikan nasional. Oleh sebab itu seorang guru harus merancang
kegiatannya dengan baik dan rinci, mulai dari merumuskan indikator,
memilih metode atau sarana pencapaian, memilih pendekatan serta
memilih alat untuk mengevaluasi pekerjaannya.
b. Guru sebagai motivator.
enak” daripada harus susah-susah. Jika guru tidak dapat memberikan
motivasi yang memancing kemauan siswa untuk aktif maka guru itu
sendiri yang akan merasakan kesulitan dalam proses pembelajaran
karena dapat ditebak bahwa siswa akan pasif tanpa inisiatif. Seseorang
guru harus bisa membawa suasana kelas agar tetap aktif. Misalnya saja
dengan memberikan tugas sehingga menimbulkan pertanyaan dari
siswa itu sendiri. Motivasi juga dapat diberikan oleh guru dengan
memberikan materi yang baru serta metode yang baru.
c. Guru sebagai moderator.
Pada saat ini guru bukan hanya sebagai penyampai materi kepada
siswa melainkan harus bisa menjadi moderator, yaitu sebagai pengatur
lalu-lintas pembicaraan antar siswa, sehingga apabila terjadi alur
pembicaraan yang tidak dapat diselesaikan oleh semua para siswa,
maka seorang gurulah yang wajib “mendamaikan perselisihan” dan
mencari jalan keluarnya sehingga terdapat satu titik terangnya ataupun
jalan keluarnya. Selain itu seorang guru juga harus bisa menyimpulkan
hasil pembahasan materi pelajaran.
d. Guru sebagai fasilitator
Dalam hal ini seorang guru harus bisa memberikan kemudahan dan
sarana kepada para siswa agar dapat aktif untuk belajar menurut
kemampuannya. Wujud dari pemberian fasilitas antara lain:
menyediakan alat-alat pelajaran ke mana harus memberikan bahan
dapat mempermudah siswa dalam berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar.
e. Guru sebagai evaluator
Setiap kegiatan selalu diikuti oleh evaluasi jika orang-orang yang
terlibat dalam kegiatan menginginkan terjadinya peningkatan
kegiatannya itu pada masa yang akan datang. Seorang guru juga
dituntut untuk memberikan penilaian terhadap hasil belajar baik dalam
proses pembelajaran maupun akhir pembelajaran.
2. Aspek Sikap
Menurut Azmar (1998:17-20) mengatakan bahwa struktur sikap
terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu, sebagai berikut.
a. Komponen kognitif
Aspek kognitif dari suatu sikap terdiri dari kepercayaan atau keyakinan
seseorang mengenai suatu obyek. Kepercayaan tersebut datang dari
apa yang dilihat atau diketahui yang meliputi penilaian
menguntungkan, dapat diterima atau tidak dapat diterima dengan baik
atau buruk dan sebagainya.
b. Komponen afektif
Komponen afektif lebih menunjukan perasaan yang dimiliki seseorang
terhadap sesuatu reaksi emosional dalam hubungannya dengan obyek.
c. Komponen konatif perilaku
Komponen konaktif perilaku menunjukan bagaimana perilaku dan
dengan obyek sikap yang harus dihadapinya. Pengertian
kecenderungan berperilaku menunjukan bahwa komponen ini meliputi
bentuk perilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung saja,
akan tetapi meliputi pula bentuk-bentuk perilaku yang berupa
pernyataan yang diucapkan oleh seseorang.
3. Faktor-Faktor Pembentukan Sikap.
Kualitas kegiatan guru tersebut selain ditentukan oleh hal-hal yang
ada dalam dirinya juga ditentukan oleh hal-hal yang ada di luar diri
mereka. Menurut Arikunto, (1990:259) faktor-faktor yang berkenaan
dengan kualitas belajar siswa yang bersumber dari dalam diri antara lain:
keadaan fisik dan psikis, sedangkan yang berasal dari luar dirinya
bersumber dari guru dan lingkungannya. Demikian juga faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap dan perilaku guru dapat dianologikan dengan
faktor-faktor yang ada pada siswa. Faktor-faktor-faktor tersebut dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu: (a) hal-hal yang ada di dalam dirinya, dan (b) hal-hal
yang ada di luar dirinya (Arikunto, 1990:259-268).
a. Hal-hal yang ada di dalam diri guru.
1). Keadaan dan kondisi tubuh, baik yang dapat di lihat secara nyata
dari luar maupun yang tidak (seperti penyakit dalam), seseorang
akan terpengaruh dari apa yang ada dalam dirinya tersebut. Jika
seorang guru merasakan bahwa dirinya normal, tidak cacat di mata
siswa maka sikap dan perilakunya akan mantap. Apa yang
2). Keadaan psikis guru yang kurang baik akan berpengaruh terhadap
sikap dan perilakunya di dalam menghadapi siswa. Apabila
seorang guru penggugup, kurang sabar, kurang teliti, pendedam,
tidak adil, tidak jujur dan lain-lain, tentu saja akan mengganggu
arus komunikasi belajar mengajar dengan siswa. Apabila hal ini
terjadi tentu akan mengakibatkan kualitas pembelajaran tidak akan
dapat seperti yang diharapkan.
b. Hal-hal yang ada di luar diri guru
Lingkungan yang ada di luar diri sangatlah luas. Hal ini tentu akan
berpengaruh dalam penentuan sikap dan perilaku guru. Namun
demikian dapat diidentifikasikan hal-hal yang sekiranya memang
dekat sekali dengan guru serta mempunyai pengaruh terhadap sikap
dan perilaku guru, khususnya dalam rangka menciptakan proses
pembelajaran. Ada beberapa hal yang diperkirakan sebagai
faktor-faktor yang ada di luar diri guru.
1). Subjek Didik
Subjek didik merupakan satu di antara beberapa faktor di luar diri
guru yang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku guru di kelas,
di lingkungan sekolah, bahkan mungkin di rumahnya ketika di
datangi oleh siswanya. Guru adalah manusia biasa yang tidak dapat
lepas (sama sekali) dari berbagai perasaan simpati, empati dan
antipati kepada orang lain. Bagaimana seorang guru bersikap dan
sendiri, guru, dan interaksi antara keduanya.
2). Pimpinan Sekolah
Pimpinan sekolah yang terdiri dari kepala sekolah dan
wakil-wakilnya, secara langsung maupun tidak, merupakan “motor
penggerak” bagi guru untuk bersikap dan berperilaku. Jika
pimpinan sekolah bersikap baik kepada guru, memberikan
dorongan dan motivasi untuk hal-hal yang berkenaan dengan
pelaksanaan tugas mengajar dan tugas-tugas lain di sekolah, maka
guru yang bersangkutan akan melaksanakan tugas-tugasnya
dengan mantap dan bergairah.
3). Teman Sejawat Guru
Teman sejawat guru merupakan lingkungan yang menyebabkan
guru merasakan hidup dalam satu fungsi yang keberadaannya akan
memantapkan hal-hal yang dilakukannya. Kesetiakawanan antar
guru yang membentuk “iklim organisasi” sekolah, selain dapat
memberikan peluang bagi para guru untuk saling
pinjam-meminjam, bantu-membantu alat-alat pelajaran atau buku-buku,
juga mempunyai dampak positif yaitu memberikan dorongan dan
motivasi kerja.
4). Pegawai Tata Usaha
Untuk memenuhi kebutuhan pengajaran guru mungkin
berhubungan dengan pegawai tata usaha untuk minta atau
sering berhubungan dengan tata usaha untuk memenuhi kebutuhan
pribadinya untuk mengambil gaji, mengurus surat keterangan, dan
sebagainya,
5). Orang tua Siswa
Orang tua siswa merupakan sumber lain sebagai salah satu faktor
yang ikut menentukan sikap dan perilaku guru khususnya dalam
berhubungan dengan sikap di sekolah. Kebanyakan guru sering
memperlakukan siswanya dengan tidak sewajarnya hal ini
disebabkan karena hubungan guru dengan orang tua siswa yang
kurang serasi atau kurang harmonis. Sikap seperti bisa bersifat
sementara maupun menetap tergantung dari bagaimana hubungan
antara ke-dua pihak yang bersangkutan.
6). Situasi Lingkungan.
Situasi lingkungan akan mempunyai pengaruh yang sangat besar.
Apabila situasi lingkungan tidak mendukung seperti letak
geografis, kebersihan, keamanan, keeratan dan keserasian dengan
masyarakat sekitar, akan mempunyai pengaruh langsung bagi
pandangan guru terhadap lingkungan tersebut.
D. Proses Belajar Mengajar
belajar mengajar terlihat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Untuk lebih memahami pengertian proses belajar mengajar, ada baiknya diuraikan dahulu istilah yang ada pada judul penelitian ini sebagai berikut.
1. Pengertian Proses
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti “berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan (Muhibbin, 1997:109). Menurut Chaplin (Muhibbin, 1997), proses adalah “Any change in any object or organism, parcticularly a behavioral or pscycho
logical change” (Proses adalah suatu perubahan khususnya yang menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan).
Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan timbul hingga tercapainya hasil-hasil tertentu (Muhibbin, 1997:109). Proses dalam pengertiannya di sini merupakan suatu interaksi dari semua unsur yang terdapat dalam belajar-mengajar yang saling berhubungan satu sama lainnya. Dalam setiap kali guru mengajar yang pertama kali dilakukan adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang ingin dicapai.
digunakan untuk memperjelas dan mempermudah penyampaian materi pelajaran. Langkah terakhir adalah menentukan alat evaluasi yang berguna untuk mengukur hasil pencapaian tujuan yang nantinya akan berguna sebagai timbal balik bagi guru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas mengajar maupun siswanya. Berdasarkan penjelasan di atas bahwa belajar mengajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berkaitan satu sama lain.
2. Belajar
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Hamalik, 1983:21). Sejalan dengan pendapat ini menurut Hilgard dan Bower (Purwanto, 1990:84), belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya: kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).
orang banyak belajar. Sementara orang yang sedikit pengetahuannya sering di identifikasikan sebagai orang yang sedikit belajar dan orang yang tidak dan dipandang sebagai orang yang tidak belajar (Imron, 1996:2-3).
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat kuat dan fundamental dalam setiap penyelenggaran jenis dan jenjang pendidikannya.
3. Mengajar
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya suatu pendidikan yang terdapat pada siswa sangatlah terpengaruh pada pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pengajar. Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat.
Menurut Usman (1997:6) mengajar merupakan suatu perbuatan atau pekerjaan yang bersifat unik, tetapi sederhana. Dikatakan sederhana karena hal itu berkenaan dengan manusia yang belajar, yakni siswa, dan yang mengajar, yakni guru, dan berkaitan erat dengan manusia di dalam masyarakat yang semuanya menunjukan keunikan. Dikatakan sederhana karena mengajar dilaksanakan dalam keadaan praktis dalam kehidupan sehari-hari, mudah dihayati oleh siapa saja.
Pemahaman akan pengertian dan pandangan akan banyak mempengaruhi peranan dan aktivitas guru dalam mengajar. Sebaliknya, aktivitas guru dalam mengajar serta aktivitas siswa dalam mengajar sangat bergantung pula pada pemahaman guru terhadap mengajar.
Proses belajar mengajar yang dialami peserta didik akan menghasilkan perubahan baik dibidang pengetahuan, ketrampilan maupun sikap untuk memperbaiki dan mengoptimalkan proses belajar mengajar maka perlu diperhatikan beberapa aspek-aspek meliputi efektivitas pengajaran, interaksi antara subyek pendidikan dan perlengkapan (alat dan sumber belajar).
1. Interaksi antara subyek pendidikan.
Interaksi peserta didik dan pendidik berkenaan dengan komunikasi atau hubungan timbal balik dua arah antara pendidik dengan peserta didik dengan pendidik dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dalam tanya jawab maupun diskusi di dalam kelas, serta bantuan didik yang membutuhkan bantuan dan diskusi antar peserta didik. 2. Perlengkapan (alat dan sumber belajar).
3. Efektivitas Pengajaran.
Dalam hal ini efektivitas suatu pengajaran lebih kepada jalan maupun upaya teknis atau strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara tepat dan cepat (Sudjana, 1990:35)
E. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian sebelumnya juga pernah meneliti tentang variabel konsep diri karyawan dan sikap karyawan terhadap pemutusan hubungan kerja dan hasil yang diperoleh bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara konsep diri karyawan dan sikap karyawan terhadap pemutusan hubungan kerja. Pada umumnya, penelitian yang menggunakan cara pemecahan masalah yang sama akan menunjukan hasil penelitian yang sama pula.
F. Kerangka Berpikir
1. Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Sikap Guru dalam Proses
Belajar Mengajar.
Konsep diri merupakan cara pandang seseorang mengenai dirinya, begitu pula pada diri seorang guru, yaitu bagaimana guru memandang dirinya sendiri sehingga menimbulkan suatu sikap. Sikap merupakan sesuatu hal yang dapat mengatur apakah seseorang dapat menerima atau menolak terhadap rangsangan suatu objek. Apabila seorang guru memandang apa yang ada pada dirinya sendiri secara positif maka ia akan memiliki sikap yang positif pula yang ditunjukkan kepada orang lain. Sikap yang positif ini akan mempunyai dampak pada semangat dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar di sekolah dan bagaimana ia berhubungan dengan teman-teman sejawatnya. Guru yang memiliki sikap negatif akan berdampak pada kegiatan belajar mengajar seperti tidak membuat persiapan, tidak bersedia menggunakan metode atau media yang diperlukan, kurang memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam proses belajar mengajar dan hubungan dengan teman sejawatnya kurang lancar.
2. Hubungan Antara Kepuasan Kerja Dengan Sikap Guru dalam Proses
Belajar Mengajar.
suatu objek. Seorang guru yang telah merasa puas terhadap hasil kerjanya selama ini tentu akan mempunyai sikap yang baik pula dalam melakukan pekerjaannya, baik secara sendiri maupun dengan teman sejawatnya.
Kepuasan kerja yang didapatkannya menunjukkan sikap yang sangat positif dalam proses belajar mengajar dan akan lebih bertanggung jawab dalam bekerja sama serta akan mempunyai perasaan yang bahagia dalam melakukan tugasnya sebagai seorang guru. Selanjutnya perasaan bahagia dan positif ini akan berkembang menjadi sikap yang positif dalam proses belajar mengajar.
G. Model Penelitian
Gambar 2.1
Hubungan Antara Konsep Diri dan Kepuasaan Kerja Dengan Sikap Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
Variabel Bebas Variabel Terikat Kepuasan Kerja
Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Konsep Diri
H. Hipotesis
Berdasarkan uraian kerangka berpikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis alternatif sebagai berikut.
1. Ada hubungan positif antara konsep diri dengan sikap guru dalam proses
2. Ada hubungan positif antara kepuasan kerja dengan sikap guru dalam
36 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus, merupakan penelitian tentang subyek tertentu, dimana subyek tersebut terbatas maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada subyek yang diteliti (Sevilla, 1993:73).
B. Tempat dan waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK YPKK 1 Sleman Jalan Sayangan 5 Mejing Wetan, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan September-November 2007.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah seluruh guru-guru SMK YPKK 1 Sleman. 2. Obyek Penelitian
D. Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua guru SMK YPKK 1 Sleman yang berjumlah 42 guru.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independent Variabel) a. Konsep diri
Konsep diri yaitu pandangan atau perasaan seseorang tentang dirinya sendiri sehingga ia dapat membedakan dirinya sendiri dengan orang lain. Adapun indikatornya:
1). Aspek yang bersifat fisik, maksudnya adalah segala sesuatu yang
ada dalam diri seseorang atau yang dimilikinya dan dapat dilihat orang lain. Aspek ini meliputi kesehatan, penampilan diri, serta suara yang dimiliknya.
2). Aspek yang bersifat emosi, maksudnya adalah segala sesuatu yang menjadi dasar yang dimiliki sejak ia lahir serta perasaan yang dimiliki. Aspek ini meliputi sifat-sifat yang dimiliki guru.
3). Aspek sosial, maksudnya adalah suatu aspek yang berpengaruh
dengan orang lain atau adanya interaksi dengan orang di sekitarnya. Aspek ini meliputi rasa hormat kepada teman dan atasannya, kedekatan dengan teman sejawatnya dan kerjasama dengan teman-teman sejenis.
4). Aspek intelektual, maksudnya adalah aspek yang berhubungan
kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas dengan baik dan benar.
b. Kepuasan kerja
Kepuasan kerja merupakan suatu keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang dilihat dari cara pandang seseorang tentang pekerjaannya. Adapun indikatornya adalah, 1) Faktor keuangan, meliputi sistem gaji/upah dan jaminan
kesejahteraan yang diterima oleh guru.
2) Faktor fisik lingkungan kerja, yaitu faktor yang berhubungan
dengan sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah dan digunakan oleh guru maupun siswa.
3) Faktor Sosial lingkungan bekerja, merupakan faktor yang berhubungan dengan sosialisasi guru di sekolah, baik dengan atasan, rekan kerja maupun dengan siswa serta iklim organisasi di sekolah.
4) Faktor psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan
kejiwaan yang meliputi ketenangan kerja. 2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
dalam proses belajar mengajar. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut.
a. Sikap terhadap diri dalam proses belajar mengajar maksudnya adalah
bagaimana sikap guru terhadap dirinya sendiri yang meliputi guru tampak menyukai dirinya, merasakan keberhasilan diri dan merasa mempunyai manfaat bagi orang lain serta memiliki perhatian kepada banyak hal.
b. Sikap terhadap profesi, pekerjaannya, dan kawan sejawatnya,
maksudnya adalah bagaimana guru merasakan bahwa yang dilakukan mempunyai manfaat bagi siswa, menikmati pekerjaannya, merasakan bahwa yang dilakukan merupakan hal yang terbaik dan telah mengerahkan seluruh kemampuannya.
c. Sikap terhadap siswa dalam proses belajar mengajar, maksudnya adalah guru menyadari setiap siswa merupakan individu yang berbeda, guru mengenali keistimewaan setiap siswanya, guru bersedia menolong siswanya tanpa pilih kasih, dan guru mengenal kondisi di mana siswa berada.
Tabel 3.1
Instrumen Konsep Diri, Kepuasan Kerja dan Sikap Guru
Dalam Proses Belajar Mengajar
No Variabel Indikator No. Butir Jumlah
1. Konsep Diri 1. Aspek yang bersifat fisik.
2. Aspek yang bersifat emosi.
3. Aspek yang bersifat sosial.
4. Aspek Intelektual.
1, 2, 3, 4, 5
6, 7, 8, 9, 10, 11 12,13, 14, 15, 16 17,18,19,20
5
6
5
2. Kepuasan Kerja 1. Faktor Finansial. 2. Faktor fisik lingkungan
kerja. 3. Faktor sosial
lingkungan kerja. 4. Faktor Psikologis.
1, 2, 3, 4, 5 15, 16
6, 7, 8, 9, 11,13,14,17 10,12 5 2 8 2 3. Sikap Guru dalam
Proses Belajar Mengajar
1. Sikap terhadap diri dalam PBM.
2. Sikap terhadap profesi, pekerjaannya, dan rekan kerjanya.
3. Sikap terhadap siswa dalam PBM.
1, 2, 3
4, 5, 6, 7
8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15
3
4
8
Masing-masing indikator dijabarkan dalam bentuk pernyataan positif dan dinyatakan dalam empat skala sikap, yaitu sangat setuju (SS) = 4; setuju (S) = 3; tidak setuju (TS) = 2; dan sangat tidak setuju (STS) = 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif: sangat setuju (SS) = 1; setuju (S) = 2; tidak setuju (TS) = 3; sangat tidak setuju (STS) = 4.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan empat metode pengumpulan data.
1. Kuesioner
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan mengutip dari catatan-catatan yang berhubungan dengan sekolah. Mengenai keadaan sekolah, misalnya saja peraturan-peraturan, buku-buku, dokumen untuk menulis gambaran umum sekolah.
3. Observasi
Observasi adalah mengamati secara langsung keadaan dan kegiatan yang dilakukan dengan permasalahannya. Kegiatan ini dilakukan untuk melihat secara langsung keadaan sekolah, kegiatan sekolah, dan untuk mendapatkan data mengenai keadaan guru dan siswanya.
4. Wawancara
Wawancara adalah mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan lisan. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memperoleh data mengenai sejarah sekolah, lokasi sekolah dan data sekolah lainnya.
G. Pengujian Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
rxy =
(
)( )
(
)
}
{
{
2 2 2( )
2}
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
− − − Y Y N X X N Y X XY N Keterangan:rxy : Korelasi skor item dengan skor total
N : Jumlah subyek X : Skor item Y : Skor total
Setelah koefisien korelasi didapat, maka perlu dilakukan uji signifikansi 5 %. Korelasi antara jumlah skor item dengan jumlah skor total tiap variabel bebas dinyatakan valid jika rhitung > rtabel. Sebaliknya jika
rhitung < rtabel maka butir soal yang disajikan tidak valid.
Lokasi pengujian validitas kuesioner ini dilakukan di SMK Sanjaya Pakem dengan sampel 20 guru dan SMK Hamong Putra dengan sampel 20 guru.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka tingkat validitas kuesioner telah diuji dan untuk proses perhitungan peneliti menggunakan bantuan program komputer yaitu SPSS pada taraf signifikansi 5 % dan jumlah N: 40 dengan dk = n – 2 (dk = 40 – 2 = 38) sehingga di dapat rtabel
sebesar 0,320. a. Konsep Diri
disajikan hasil pengukuran uji validitas ulang dan untuk hasil selengkapnya ada pada lampiran.
TABEL 3.2
Tabel Validitas Konsep Diri
Butir
Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan
KD 1 0,595 0,320 Valid
KD 2 0,416 0,320 Valid
KD 3 0,526 0,320 Valid
KD 4 0,540 0,320 Valid
KD 5 0,403 0,320 Valid
KD 6 0,481 0,320 Valid
KD 7 0,546 0,320 Valid
KD 8 0,416 0,320 Valid
KD 9 0,496 0,320 Valid
KD 10 0,567 0,320 Valid
KD 11 0,331 0,320 Valid
KD 12 0,420 0,320 Valid
KD 13 0,399 0,320 Valid
KD 14 0,349 0,320 Valid
KD 16 0,584 0,320 Valid
KD 17 0,620 0,320 Valid
KD 18 0,452 0,320 Valid
KD 19 0,381 0,320 Valid
KD 20 0,462 0,320 Valid
b. Kepuasan Kerja
yang tidak valid untuk variabel kepuasan kerja adalah nomor 17. Nilai r hitung untuk item nomor 17 tersebut adalah 0,221. Instrumen yang tidak valid ini dibuang dan dilakukan uji validitas ulang. Berikut ini disajikan hasil pengukuran uji validitas ulang dan untuk hasil selengkapnya ada pada lampiran.
TABEL 3.3
Tabel Validitas Kepuasan Kerja
Butir
Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan
KK 1 0,438 0,320 Valid
KK 2 0,657 0,320 Valid
KK 3 0,465 0,320 Valid
KK 4 0,646 0,320 Valid
KK 5 0,655 0,320 Valid
KK 6 0,385 0,320 Valid
KK 7 0,671 0,320 Valid
KK 8 0,732 0,320 Valid
KK 9 0,434 0,320 Valid
KK 10 0,649 0,320 Valid
KK 11 0,555 0,320 Valid
KK 12 0,460 0,320 Valid
KK 13 0,503 0,320 Valid
KK 14 0,428 0,320 Valid
KK 15 0,554 0,320 Valid
c. Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Butir pertanyaan dari variabel sikap guru dalam proses belajar mengajar yang berjumlah 14 butir diperoleh 14 butir valid dan ada 1 yang tidak valid. Butir Instrumen yang tidak valid untuk variabel sikap guru dalam proses belajar mengajar adalah nomor 3. Nilai r hitung untuk item nomor 3 tersebut adalah 0,282. Instrumen yang tidak valid ini dibuang dan dilakukan uji validitas ulang. Berikut ini disajikan hasil pengukuran uji validitas ulang dan untuk hasil selengkapnya ada pada lampiran 3.
TABEL 3.4
Tabel Validitas Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Butir
Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan
SG 1 0,416 0,320 Valid
SG 2 0,430 0,320 Valid
SG 4 0,518 0,320 Valid
SG 5 0,348 0,320 Valid
SG 6 0,702 0,320 Valid
SG 7 0,435 0,320 Valid
SG 8 0,521 0,320 Valid
SG 9 0,539 0,320 Valid
SG 10 0,521 0,320 Valid
SG 11 0,373 0,320 Valid
SG 12 0,387 0,320 Valid
SG 13 0,416 0,320 Valid
SG14 0,583 0,320 Valid
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu (Suharsimi, 1996:168). Menurut Suharsimi (1996:190-191), untuk menguji reliabilitas butir kuesioner dalam penelitian ini digunakan teknik koefisien alpha, dengan formula:
⎪⎭ ⎪ ⎬ ⎫ ⎪⎩ ⎪ ⎨ ⎧ − ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ −
=
∑
22 1 1 b b tt k k r σ σ Keterangan:
rtt : Reliabilitas
K : Banyaknya butir pertanyaan
∑
2b
σ : Jumlah varians butir 2
b
σ : Varians total
Reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach. Jika koefisien alpha > rtabel dengan taraf signifikan 5 %, maka
instrumen penelitian tersebut reliabel. Sebaliknya alpha < rtabel dengan
Tabel 3.5
Kriteria Reliabilitas
Indeks Korelasi Interprestasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,000 Tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak rendah
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0, 200 Sangat Rendah
Pengujian reliabilitas dikerjakan dengan bantuan program komputer SPSS pada taraf signifikansi 5 %. Adapun sampel yang digunakan berukuran n = 40. Dari perhitungan tersebut diperoleh hasil rhitung = 0,858
untuk variabel konsep diri, rhitung = 0,876 untuk variabel kepuasan kerja ,
rhitung = 0,842 untuk variabel sikap guru. Dalam penelitian ini, semua
variabel mempunyai r hitung yang lebih besar dari 0,60 sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen dalam kuesioner ini dapat diandalkan atau reliabel.
Tabel. 3.6
Hasil Pengujian Reliabilitas
Variabel r
hitung Indeks Korelasi Keterangan Konsep Diri
Kepuasan Kerja
Sikap Guru
0,858
0,876
0,842
Antara 0,800 sampai dengan 1,000
Antara 0,800 sampai dengan 1,000
Antara 0,800 sampai dengan 1,000
Tinggi
Tinggi
Tinggi
baik yaitu valid dan reliabel. Jadi instrumen konsep diri kepuasan kerja dan sikap guru, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh data.
H. Teknik Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data
a. Pengujian Normalitas
Pengujian data digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut maka menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov (Santoso, 2005:389) sebagai berikut.
D=Fo(X)-Sn(X) Keterangan :
D = Devisi/Penyimpangan
Fo(X) = Distribusi kumulatif teoritis
Sn = Distribusi frekuensi yang di observasi
Bila Probabilitas (ρ) yang diperoleh melalui perhitungan lebih kecil
dari taraf signifikan 5% berarti sebaran data variabel tidak normal, begitu terjadi sebaliknya.
b. Pengujian Liniearitas
Freg =
) 1 (n−K− JK
JK
res reg
Keterangan:
Freg : Harga bilangan F untuk garis regresi
JKreg : Rerata kuadrat garis regresi
JKres : Rata-rata kuadrat tersidu
N-K-I : Derajat Kebebasan
Kriteria pengujian linieritas yaitu jika F hitung < F Tabel dengan taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk)=n-k-1, maka kedua variabel dinyatakan mempunyai hubungan liniear.
Sebaliknya apabila F Tabel > daripada F hitung pada taraf signifikansi 5% dengan dk=n-k-1, maka kedua variabel dinyatakan tidak mempunyai hubungan linier.
2. Pengujian Hipotesis Penelitian
Data dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Untuk menjawab permasalahan no 1 digunakan teknik analisis korelasi
parsial (Sugiyono, 2005:221)..
2 1 .xx y r = 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 . yx x x x x yx yx r r r r r − × − − Keterangan: 2 1 .xx y
r : koefisien korelasi partial antara konsep diri dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar.
1
yx
r : koefisien korelasi antara konsep diri dengan sikap guru
2
yx
r : koefisien korelasi antara kepuasan kerja dan sikap guru
2 1x
x
untuk menguji signifikansi koefisien korelasi parsial dari hasil perhitungan (rxy) menggunakan statistik uji t dengan rumus:
thitung =
p p r n r 2 1 3 − − keterangan:
rp : Koefisien korelasi antara konsep diri dengan sikap guru
n : Jumlah anggota sampel
Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai thitung > ttabel pada taraf
signifikansi 5%, maka Ho ditolak berarti antara variabel yang diuji terdapat hubungan yang positif dan signifikan maka ada hubungan antara konsep diri guru dan sikap guru dalam proses belajar mengajar. Jika didapatkan nilai thitung < ttabel pada taraf signifikansi 5%, maka Ho
gagal ditolak berarti antara variabel tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan hubungan antara konsep diri guru dan sikap guru dalam PBM.
Untuk memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat digunakan tabel interpretasi korelasi (Sugiyono, 2005:216)
b. Untuk menjawab permasalahan no 2 digunakan teknik analisis korelasi
parsial (Sugiyono, 2005:221). .
Keterangan: 1
2 .x x y
r : koefisien korelasi partial antara kepuasan kerja dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar.
2
yx
r : koefisien korelasi antara kepuasan kerja dengan sikap guru
1
yx
r : koefisien korelasi antara konsep diri dan sikap guru
2 1x
x
r : koefisien korelasi antara kepuasan kerja dan konsep diri
untuk menguji signifikansi koefisien korelasi parsial dari hasil perhitungan (rxy) menggunakan statistik uji t dengan rumus:
t hitung =
p p r n r 2 1 3 − − keterangan:
rp : Koefisien korelasi antara kepuasan kerja dengan sikap guru
n : Jumlah anggota sampel
Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai thitung > ttabel pada
taraf signifikansi 5%, maka Ho ditolak berarti antara variabel yang diuji terdapat hubungan yang positif dan signifikan maka ada hubungan antara kepuasan kerja guru dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar. Jika didapatkan nilai thitung < ttabel pada taraf
signifikansi 5%, maka Ho gagal ditolak berarti antara variabel tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan hubungan antara kepuasan kerja guru dengan sikap guru dalam PBM.
Tabel 3.7
Indeks dan Interpretasi Korelasi
r Interprestasi Antara 0,800 sampai dengan 1,000 Sangat Kuat
53
BAB IV
GAMBARAN UMUM SEKOLAH
A. Mengenal Sekolah
1. Sejarah SMK YPKK I Sleman
Pendidikan adalah salah satu cara meningkatkan kemampuan dari manusia. Oleh karenanya pada tahun 1980 munculah ide dari beberapa orang yang bergerak dalam bidang pendidikan (Fa. Prayoga, Drs. Salim, Fx. Soetarno, Soetopo) untuk menyelenggarakan sebuah lembaga pendidikan khususnya Pendidikan Kejuruan. Pada bulan juni mulailah dilaksanakan aktivitas publikasi, penyebaran brosur/informasi siswa dan pendaftaran siswa baru, yang ada pada waktu itu secara teknis ditangani oleh Alm. Suripto dengan koordinasi Fx. Soetarno dan Soetopo, sedangkan Salim dan Prayogo mengelola urusan dengan Kanwil Depdiknas Propinsi DIY.
Sebuah lembaga Pendidikan haruslah ditopang adanya sebuah Yayasan, maka dengan Akta Notaris dari R. Daliso Rudianto, SH dengan nomor : 75 tanggal 25 Agustus 1980, berdirilah Yayasan, yaitu Yayasan Pendidikan Kejuruan Dan Ketrampilan (YPKK).
2. Visi dan Misi SMK YPKK I Sleman a. Visi
b. Misi
1). Melaksanakan proses diklat secara efektif dengan didasari
perkembangan teknologi dan menejemen sekolah yang baik. 2). Mengembangk