• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN SIKAP GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN SIKAP GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN

KEPUASAN KERJA DENGAN SIKAP GURU DALAM

PROSES BELAJAR MENGAJAR

Studi Kasus : Pada Guru-Guru SMK YPKK 1 Sleman, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Ari Wibowo

NIM: 031334054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii   

(3)

iii   

(4)

iv MOTTO

Jangan takut !

Hidup bersama Tuhan

merupakan suatu petualangan

yang mengagumkan

(Paus Yohanes Paulus II)

”Masa depan harus dipikirkan, direncanakan, dan dipersiapkan sebaik-baiknya tetapi jangan sekali-kali khawatir akan hari esok.”

(Dele Carnegie)

”Kita berasal dari

Tuhan

, kita bergantung pada Tuhan, Tuhan mempunyai

rencana bagi

hidup, tubuh, jiwa

dan

masa depan kita

.”

(Paus Yohanes Paulus II)

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

™

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

pembimbingku yang terus bekerja dalam hidupku.

™

Kepada Bapak Ibuku tercinta yang dengan tulus

dan doa restunya aku bisa menjadi seperti ini.

™

Kakak-kakakku yang terkasih yang telah

mendukung dan mendoakanku.

™

Dwi yang telah menyayangi dan mendoakanku.

™

Seluruh keluarga besarku terimakasih untuk

semuanya.

(5)

v  

(6)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Ari Wibowo

Nomor Mahasiswa : 031334054

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN SIKAP GURU DALAM ROSES BELAJAR MENGAJAR

Studi Kasus : Pada Guru-Guru SMK YPKK 1 Sleman, Yogyakarta

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan loyalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 31 Maret 2008 Yang menyatakan,

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN SIKAP

GURU DALAM PROSES BELAJAR”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan berupa dorongan, motivasi, bimbingan, sarana, materi. Oleh karena dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan ini, antara lain :

1. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama SJ., M.Sc. Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. T. Sarkim., M.Ed., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

5. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., Dosen Pembimbing I yang dengan sabar membimbing serta memberi masukan dan dorongan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

6. Ibu Corenelio Purwantini, S.Pd., M.SA. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempuranaan skripsi ini.

(8)

vii

8. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

9. Bapak Drs., Joko Purwanto selaku kepala sekolah SMK YPKK 1 yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

10. Ibu Sunarti, S.Pd., yang telah membantu kelancaran dalam pengumpulan data untuk penyelesaian skripsi ini.

11. Segenap Bapak/Ibu guru SMK YPKK I Sleman yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner dalam penelitian, serta seluruh karyawan yang telah bersedia membantu dalam mengumpulan informasi yang dibutuhkan penulis.

12. Bapak Y. Broto Purwanto, S.Pd yang telah membantu untuk penyelesaian skripsi ini.

13. Kedua orang tuaku (FX. Sugeng dan Th. Sunarti Yuni) yang telah memberikan semangat, perhatian, doa yang diberikan kepadaku sampai saat ini akhirnya aku lulus.

14. Kakak-kakakku (Bang Komar, Mbak Lis, Mbak Novi), adik-adikku (Linda, Nanda, Siska, Sari) terimakasih untuk doa, dan kasih sayang.

15. Dwi yang telah memberi semangat, kasih sayang, nasehat kepadaku dan doanya sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

16. Keluarga besar di Bangka, Demangan, Solo dan Jakarta yang telah banyak berdoa dan mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini terimakasih untuk semuanya.

17. Teman-teman seperjuangan di PAK B ’03 Agus ”Pakdhe”, Anes “Om”, Encep, Wawan “Wanted”, Santi, Siska, Nining, Tiara “Bibir”, Yeni “Yenol”, Mety, Yiska, Septi, Wulan, Lala, Ana, Dewi, Hana, Koko, aku belajar banyak dari kalian, terimakasih untuk kebersamaannya selama ini, dan kapan kita kumpul lagi ni.

(9)

viii

19. Motor Supra X ku AB 5990 SU yang banyak membantuku kemana-mana, terimakasih untuk jasa mu, aku akan selalu menjagamu.

20. Semua pihak yang banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu terimakasih untuk semuannya ya.

Dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, kekeliruan, dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kemajuan yang akan datang.

Yogyakarta, 11 Maret 2008 Penulis

(10)

ix

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN SIKAP GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

Studi Kasus pada Guru-Guru SMK YPKK 1 Sleman, Yogyakarta

Ari Wibowo

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2008

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) hubungan antara konsep diri dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar; (2) hubungan antara kepuasan kerja dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar.

Penelitian dilaksanakan di SMK YPKK 1 Sleman pada bulan November 2007. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru-guru SMK YPKK yaitu 42 guru. Data dikumpulkan dengan metode wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Untuk mengetahui masing-masing hubungan antara konsep diri dan kepuasan kerja dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar digunakan teknik korelasi parsial.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan antara konsep diri dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar dengan

2 1 .xx y

r hitung = 0,349; (2)

ada hubungan antara kepuasan kerja dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar dengan

1 2 .xx y

(11)

x

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF CONCEPT, JOB SATISFACTION AND TEACHERS’ ATTITUDE IN TEACHING

LEARNING PROCESS

A Case Study at Teachers’ SMK YPKK I Sleman, Yogyakarta Ari Wibowo

Sanata Dharma University Yogyakarta

2008

This research aims to know whether: (1) the relationship between self concept and teachers’ attitude in teaching learning process; (2) the relationship between job satisfaction and teachers’ attitude in teaching learning process.

This research was conducted in “SMK YPKK 1”, Sleman, in November 2007. The population of this research were 42 teachers’. The techniques for collective the data were interviews, questionnaire, and documentation. To know each relationship between self concept, job satisfaction and teachers’ attitude in teaching learning process partial correlation technique was used.

The results of this research show that: (1) there is a relationship between self concept and teachers’ attitude in teaching learning process (

2 1 .xx y

r count =

0,349); (2) there is a relationship between job satisfaction and teachers’ attitude in teaching learning process (

1 2 .xx y

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diri ... 6

1. Terbentuknya Konsep Diri ... 9

2. Struktur Konsep Diri ... 10

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri .... 11

B. Kepuasan Kerja ... 14

1. Faktor-Faktor Kepuasan Kerja ... 17

C. Sikap Guru ... 19

(13)

xii

2. Aspek Sikap ... 23

3. Faktor-Faktor Pembentukan Sikap ... 24

D. Proses Belajar Mengajar ... 27

E. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 32

F. Kerangka Berpikir ... 33

1. Hubungan antara Konsep Diri dengan Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar ... 33

2. Hubungan Kepuasan Kerja dengan Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar ... 33

G. Model Penelitian ... 34

H. Hipotesis ... 34

BAB III. METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

1. Tempat Penelitian ... 36

2. Waktu Penelitian ... 36

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 36

1. Subyek Penelitian ... 36

2. Obyek Penelitian ... 36

D. Populasi ... 37

E. Variabel Penelitian ... 37

1. Variabel Bebas ... 37

2. Variabel Terikat ... 38

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Kuesioner ... 40

2. Dokumentasi ... 41

3. Observasi ... 41

4. Wawancara ... 41

G. Pengujian Instrumen Penelitian... 41

(14)

xiii

2. Pengujian Reliabilitas ... 46

H. Teknik Analisis Data ... 48

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 48

2. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 49

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Mengenal Sekolah ... 53

1. Sejarah SMK YPKK 1 Sleman ... 53

2. Visi dan Misi SMK YPKK 1 Sleman ... 53

B. Tujuan Pendidikan di SMK ... 54

C. Organisasi Sekolah SMK YPKK 1 Sleman ... 55

D. Sumber Daya Manusia ... 55

E. Siswa ... 57

F. Kondisi Fisik dan Lingkungan ... 58

G. Fasilitas atau peralatan sekolah ... 58

H. Hubungan SMK dengan Institusi Lain ... 59

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 60

1. Konsep Diri ... 60

2. Kepuasan Kerja ... 61

3. Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar ... 62

B. Analisis Data ... 63

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 63

2. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 65

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 69

1. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Sikap Guru Dalam Proses Belajar Mengajar ... 69

(15)

xiv

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 73

B. Keterbatasan Penelitian ... 73

C. Saran ... 74

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Instrumen Konsep Diri, Kepuasan Kerja dan Sikap Guru Dalam

Proses Belajar Mengajar ... 39

Tabel 3.2 Tabel Validitas Konsep Diri... 43

Tabel 3.3 Tabel Validitas Kepuasan kerja ... 44

Tabel 3.4 Tabel Validitas Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar ... 45

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas ... 47

Tabel 3.6 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 47

Tabel 3.7 Indeks dan Interprestasi Korelasi ... 52

Tabel 4.1 Daftar Nama Guru SMK YPKK 1 ... 56

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Konsep Diri ... 61

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kepuasan Kerja... 62

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar . 63 Tabel 5.4 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Konsep Diri, Kepuasan Kerja, dan Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar ... 64

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Kuesioner ... 79

Lampiran II. Validitas dan Reliabilitas ... 84

Lampiran III. Data Induk Penelitian ... 90

Lampiran IV. Daftar Distribusi Frekuensi ... 94

Lampiran V. Pengujian Normalitas Dan Linieritas ... 98

Lampiran VI. Perhitungan Korelasi Partial ... 99

Lampiran VII. Perhitungan Persentase Kuesioner ... 102

Lampiran VIII. Tabel Statistik ... 103

Lampiran IX. Surat Ijin Penelitian ... 106

Lampiran X. Surat Keterangan ... 108

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran dunia pendidikan baik informal maupun formal sangatlah berpengaruh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dalam hal ini adalah peserta didik atau siswa. Pendidikan yang bermutu tentu saja akan menghasilkan output yang baik dan berkualitas. Dalam rangka meningkatkan kualitas output, guru merupakan faktor yang paling penting. Menurut Bafadal (kompas, 23 maret 2007) pembelajaran di sekolah mustahil terlaksana tanpa pengembangan profesionalisme guru. Ibarat penyakit terpuruknya kualitas guru ini sudah seperti penyakit kronis, bahkan sudah dalam tahap sekarat. Oleh karena itu, setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya. Usaha-usaha itu meliputi peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan kemampuan guru melalui penataran-penataran, pendidikan lanjutan, diskusi kelompok, studi banding serta secara kolektif guru ditawarkan pembuatan pendalaman materi pelajaran, pengembangan bahan ajar, penelitian tindakan kelas, pengembangan model uji kompetensi dan proses sertifikasi bagi pendidik, serta penulisan karya ilmiah (kompas, 7 maret 2007).

(20)

Misalnya, ada guru yang mengajar tanpa membuat persiapan dan kurang memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam proses belajar mengajar serta dalam penyampaian materi terlalu cepat sehingga membuat siswa kesulitan untuk menerima materi tersebut. Guru yang seperti ini belum mempunyai dorongan yang kuat dari dalam diri guru itu sendiri untuk merasakan atau mengecap kepuasan profesinya melalui bidang studi yang diampunya, penerapan metode yang benar dalam proses belajar dan kemampuan melaksanakan evaluasi yang baik sesuai dengan ketentuan yang ada.

Dalam proses belajar mengajar seorang guru memiliki sikap yang berbeda-beda dihadapan para anak didiknya. Sikap guru yang diperlihatkan kepada para anak didiknya merupakan pancaran kepribadian individu seorang guru yang sebenarnya. Sikap yang dimiliki guru dalam proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi oleh konsep diri yang dimiliki guru serta tingkat kepuasan yang dicapai oleh guru tersebut.

(21)

memberlakukannya ketika dia masih anak-anak, ketika ia belum mampu menyaring benar tidaknya perkataan orang lain terhadap dirinya.

Seorang guru pasti memiliki konsep diri yang tegas dan jelas dalam hidupnya, konsep diri yang seperti ini akan mendukungnya dalam bersikap ketika harus menghadapi siswanya maupun ketika akan menyampaikan materi pelajaran dengan pemilihan metode pengajaran yang tepat. Guru yang memiliki konsep diri yang baik akan memiliki sikap yang baik pula terhadap siswa maupun teman sejawatnya dalam proses belajar mengajar. Sebaliknya, guru yang memiliki konsep diri yang tidak baik maka sikap yang ditunjukan juga akan tidak baik sehingga akan mengurangi rasa hormat dan simpati dari para siswanya. Oleh karena itu, konsep diri akan membatasi bagaimana seseorang menilai tentang dirinya sendiri, apa yang mungkin dapat dilakukan dimasa depan dan bagaimana seseorang tersebut menilai penampilannya sendiri, sehingga ia akan bersikap sesuai dengan karakteristik.

(22)

Oleh sebab itu, pada penelitian ini peneliti mencoba untuk melihat sejauh mana konsep diri dan kepuasan kerja memiliki hubungan dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Hubungan Antara Konsep Diri dan Kepuasaan Kerja Dengan Sikap Guru Dalam Proses Belajar Mengajar”.

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya akan meneliti konsep diri, kepuasan kerja dan sikap guru dalam proses belajar mengajar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut.

1. Apakah ada hubungan positif antara konsep diri dengan sikap guru dalam

proses belajar mengajar?

2. Apakah ada hubungan positif antara kepuasan kerja dengan sikap guru

dalam proses belajar mengajar?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk memperoleh bukti :

1. Ada atau tidaknya hubungan antara konsep diri dengan sikap guru dalam

(23)

2. Ada atau tidaknya hubungan antara kepuasan kerja dengan sikap guru

dalam proses belajar mengajar.

E. Manfaat Penelitian

1. Kegunaan akademik (teoritik)

Diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi perpustakaan dan sebagai pembanding bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang pengembangan topik ini.

2. Kegunaan praktis-empiris a. Mahasiswa.

1) Sebagai calon guru, peneliti semakin mengetahui dan memahami

bahwa peranan penting konsep diri dan kepuasan kerja dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar.

2) Melatih dan mengaplikasikan antara pengetahuan teoritik dengan

kenyataan. b. Bagi Guru

(24)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diri

Kunci keberhasilan hidup kita adalah konsep diri yang positif. Konsep diri memainkan peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang, karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai suatu

operating system yang menjalankan suatu komputer. Terlepas dari sebaik apapun perangkat keras komputer dan program yang di-install, apabila sistem operasinya tidak baik dan banyak kesalahan maka komputer tidak dapat bekerja dengan maksimal. Hal yang sama berlaku bagi manusia. Ada berbagai macam definisi mengenai konsep diri yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli bahkan dari beberapa definisi tersebut telah dicantumkan di dalam berbagai buku. Beberapa ahli telah mendefenisikan konsep diri secara berbeda-beda meskipun pada dasarnya konsep yang ingin disampaikan sama.

(25)

Demikian pula sebaliknya. Konsep diri dapat juga didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup (www.e-psikologi.com). Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain.

(26)

Konsep diri ideal juga dapat diartikan adalah seseorang mengenai penampilan dan kepribadian yang didambakan (Hurlock, 1999:237). Menurut Burns (Susanto, 2001:7) mengatakan bahwa konsep diri merupakan pengertian, harapan dan penilaian seseorang mengenai bagaimaana dirinya yang dicita-citakan dan dirinya dalam realita yang sesungguhnya secara fisik maupun psikologis. Pada saat seseorang mempunyai satu rangkaian pengertian tentang dirinya ia juga mempunyai satu rangkaian pandangan lain yaitu kemungkinan menjadi apa dimasa yang akan datang.

Menurut Traver (Ananda, http://www.geocities.com/jipsumbar) bahwa konsep diri memiliki energi yang berpengaruh terhadap perilaku guru, menghasilkan kegiatan pembelajaran yang penuh semangat, dan adanya rasa percaya bahwa pembelajaran tersebut sangat bermanfaat.

(27)

1. Terbentuknya Konsep Diri

Konsep diri tumbuh dan berkembang melalui proses internalisasi pengalaman psikologis. Pengalaman tersebut tumbuh atas dasar eksplorasi individu terhadap lingkungannya dan merupakan hasil refleksinya sendiri terhadap reaksi dan perlakuan orang lain yang sangat berpengaruh atas dirinya. Jadi konsep diri merupakan hasil pengalaman belajar, bukan pembawaan sejak lahir tetapi berkembang secara bertahap sebagai hasil pemahaman tentang dirinya dan orang lain yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman (Burns, 1993:186).

Konsep diri terbentuk karena suatu proses umpan balik dari individu orang lain. Artinya konsep diri terbentuk dari pengalaman seseorang dalam membangun relasi dengan orang lain. Dalam berinteraksi, seseorang akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan tersebut akan dijadikan sebagai cermin bagi seseorang untuk menilai dan memandang dirinya sendiri.

(28)

2. Struktur Konsep Diri

Secara hierakis, konsep diri terdiri dari beberapa tingkat. Tingkat pertama adalah konsep diri global. Konsep diri global merupakan gambaran atau kenyakinan seseorang dalam memahami dirinya sendiri secara menyeluruh. Selanjutnya dibawahnya, pada tingkat kedua adalah konsep diri mayor merupakan gambaran serta keyakinan seseorang dalam memahami aspek sosial, fisik dan akademis dirinya. Tingkat ketiga adalah konsep diri spesifik merupakan cara individu memahami dirinya sendiri terhadap setiap jenis kegiatan dalam aspek akademis sosial maupun fisik.

Menurut James (pudjijogyanti, 1985:5) konsep diri global merupakan suatu arus kesadaran dari seluruh keunikan individu. Dalam arus kesadaran itu ada “The I” yaitu aku subyek dan “The Me” yaitu aku obyek. Kedua “aku” ini merupakan kesatuan yang tidak dapat dibedakan atau dipisahkan satu sama lain. Aku obyek ada karena proses menjadi tahu dan proses ini bisa terjadi karena manusia mampu merefleksi dirinya sendiri.

Dalam konsep diri global, apa yang dinilai oleh individu tentang dirinya sendiri dapat dibagi, sebagai berikut.

a. Konsep diri yang disadari, yaitu pandangan individu akan kemampuan

dan perannya.

b. Konsep diri sosial atau konsep diri menurut orang lain yaitu,

(29)

c. Konsep diri ideal yaitu harapan seseorang akan dirinya sendiri atau

cita-cita yang akan dicapai.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Konsep Diri.

Fitt (Kusumatuti, 2000:18) mengemukakan lima faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya perkembangan konsep diri. Faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Diri fisik (psysical self);

Dilihat dari segi fisik, kesehatan, penampilan luar dan gerakan motoriknya, bagaimana seseorang menilai dirinya sendiri. Perasaan yang dimiliki oleh seseorang mengenai diri fisik serupa dengan perasaan yang ia pegang mengenai dirinya sendiri secara umum. Penilaian yang positif terhadap keadaan fisik seseorang baik dari diri sendiri maupun orang lain sangat mempengaruhi pembentukan perkembangan konsep diri ke arah positif. Sebaliknya pandangan atau penilaian seseorang yang bersifat negatif terhadap diri seseorang akan mengarahkan pada perkembangan konsep diri yang negatif.

(30)

menyebabkan individu sulit untuk menerima dirinya, rendah diri atau minder dan kurang percaya diri.

b. Diri pribadi (personal selft)

Di dalam individu masing-masing orang memilik kemampuan untuk menilai dirinya sendiri dan bagaimana ia melihat dirinya diri pribadinya sendiri. Seseorang yang dapat memandang dirinya sendiri secara positif tentu akan lebih mudah untuk menerima keberadaan dirinya yaitu kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, serta tidak mempunyai rasa malu dan takut untuk mengungkapkan diri pribadinya kepada setiap orang, dan sebaliknya apabila seseorang memandang rendah diri pribadinya sendiri tentu akan mengalami kendala untuk menerima keadaan dirinya sendiri dan orang lain serta akan memiliki rasa takut untuk mengungkapkan diri pribadinya kepada orang lain. c. Diri keluarga (family self)

(31)

mengenai diri mereka sendiri. Hal ini tentu saja akan membawa konsep diri seseorang yang positif.

d. Diri etika moral (moral ethical self)

Individu yang memiliki etika moral matang akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bila tidak memenuhi harapan sosial ia tidak akan merasa bersalah terhadap perilakunya, mampu memilih dan mampu menentukan perilaku yang di inginkan. Sebaliknya, individu yang tidak memiliki etika moral yang matang akan sulit untuk menyesuaikan diri dengan standar-standar moral yang telah ditetapkan oleh masyarakat dan penerimaan dirinya rendah. e. Lingkungan sosial (social self)

(32)

Berzonsky (Yulianti, 1997:21) mengemukakan bahwa konsep diri memiliki beberapa faktor sebagai berikut:

1). faktor fisik, merupakan penilaian seseorang terhadap segala

sesuatu yang dimilikinya, seperti tubuh, pakaian, benda-benda yang menjadi miliknya dan sebagainya;

2). faktor psikis, merupakan pikiran sikap dan perasaan yang ia miliki

terhadap dirinya sendiri;

3). faktor sosial, adalah bagaimana peranan sosial yang dimainkan

seseorang dan penilaian seseorang terhadap peran tersebut;

4). faktor moral, merupakan nilai dan prinsip yang memberi arti serta

arah bagi kehidupan seseorang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri tersebut secara garis besar mencakup faktor penilaian individu terhadap diri sendiri dari sudut pandangnya sendiri dan berdasarkan pandangan orang lain di sekitarnya.

B. Kepuasan Kerja

(33)

Kebutuhan seseorang memang beraneka ragam, tetapi ada kebutuhan utama yang harus diinginkan oleh seseorang untuk dipenuhi tetapi ada juga kebutuhan utama yang harus diutamakan dalam pemenuhannya, misalnya saja ada balas jasa yang adil, pekerjaan aman secara ekonomis, rekan kerja yang dapat bekerja sama, serta lingkungan kerja yang harmonis

Dibawah ini adalah pendapat beberapa ahli tentang kepuasan kerja. 1. Kepuasan kerja merupakan suatu sikap positif yang menyangkut

penyesuaian diri yang sehat dari para karyawan terhadap kondisi dan situasi kerja termasuk di dalamnya masalah upah, kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi psikologis (As,ad, 1978:62).

2. Menurut Handoko (1985:143) kepuasan kerja (job satisfaction) adalah

keadaan emosi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.

3. Kepuasan kerja merupakan suatu keadaan emosional karyawan di mana

terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan bersangkutan (Martoyo, 2000:142).

(34)

Ada beberapa teori-teori yang terkenal dalam hal ini adalah equity theory dan two factor theory (Siagian, 1995: 164). Intisari dari teori-teori tersebut adalah teori keadilan dan teori dua faktor.

1. Teori keadilan (Equity theory)

Teori keadilan menjelaskan bahwa orang atau karyawan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan atau tidak atas situasi atau keadaan yang ada. Perasaan adil atau tidak adil atas situasi yang diperoleh karyawan dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas atau sederajat.

2. Teori dua faktor (Two factor theory)

(35)

1. Faktor-Faktor Kepuasan Kerja

Harold E. Burt (As’ad, 1995:112) mengemukakan pendapatnya tentang faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja. Adapun faktor-faktor tersebut adalah:

a. faktor hubungan antar karyawan, antara lain hubungan langsung antara

atasan dengan karyawan, faktor fisik dan kondisi kerja, hubungan sosial antara karyawan, sugesti dari teman sekerja, emosi dan situasi kerja;

b. faktor individual yaitu berhubungan dengan sikap, umur, jenis

kelamin;

c. faktor-faktor luar yaitu hal-hal yang berhubungan dengan keadaan

keluarga karyawan, rekreasi dan pendidikan.

Menurut Tiffin dan Cormick yang dikutip oleh (As’ad, 1995:362) yang mempelajari hasil penelitian kemudian mengelompokkan faktor-faktor kepuasan kerja sebagai berikut.

a. Ketenagakerjaan, yaitu keadaan yang dirasakan aman adalah

merupakan faktor-faktor yang penting dalam mempengaruhi perasaan nyaman karyawan.

b. Kompensasi-kompensasi, yaitu penerimaan fasilitas yang bukan

berupa uang.

c. Keuntungan-keuntungan finansial, meliputi: gaji, tunjangan, dan

(36)

d. Kesempatan untuk maju. Seseorang akan merasa puas apabila dirinya

sudah pernah merasakan maju di depan tempat ia bekerja,

e. Kejelasan tentang status atau kedudukan tiap karyawan. Setiap

karyawan ingin mengetahui status yang ada di tempat kerja sehingga tidak terjadi kesalahpahaman karyawan satu dengan yang lainnya. De Santis dan Durst (Emilisa, 2001:232) menjelaskan beberapa faktor pembentuk kepuasan kerja sebagai berikut.

a. Upah finansial dan nonfinansial

Finansial reward dan promotion opportunities merupakan variabel yang secara nyata berhubungan dengan kepuasan kerja. Selain itu

fringe benefits seperti waktu libur merupakan mekanisme lain untuk memberi kompensasi berdasarkan jasa yang telah diberikan.

b. Karakteristik pekerjaan

Karyawan yang melakukan tugasnya dengan memiliki sifat-sifat dalam

skill variety, job significance, autonomy dan feedback akan menggunakan pengalaman mereka untuk mencapai kepuasan kerja lebih baik dibandingkan dengan karyawan yang tidak menanggapi hal tersebut di atas.

c. Karakteristik lingkungan kerja

(37)

d. Karakteristik personal

Variabel yang terakhir adalah karakteristik pribadi dari seseorang. Para peneliti mempelajari beberapa atribut seperti sex, age, role and educations yang diperoleh dalam hubungannya dengan kepuasan kerja.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dirangkum menjadi faktor-faktor kepuasan kerja sebagai berikut (As’ad, 1995:113).

a. Faktor finansial (jaminan kerja), merupakan faktor yang berhubungan

dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan, meliputi: sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi, dan penghargaan prestasi kerja.

b. Faktor fisik, merupakan fakta yang berhubungan dengan kondisi kerja,

keadaan ruangan, suhu, penerangan, kondisi kesehatan, dan lainnya. c. Faktor sosial baik antara sesama karyawan, dengan atasan atau

pimpinan maupun dengan bawahan yang berbeda jenis pekerjaannya dalam satu lingkungan kerja.

d. Faktor psikologis, merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejiwaan yang meliputi: minat, ketentraman dalam bekerja, sikap terhadap kerja dan bakat.

C. Sikap Guru

(38)

menjalani tersebut bersikap, berperilaku dalam proses pembelajarannya itu. Dengan kata lain pandangan seorang guru belum tentu cukup untuk melihat atau menunjukan secara langsung keberhasilan kerjanya, tetapi dengan adanya sikap yang dilandasi oleh pandangan itulah yang bisa dikaitkan dengan keberhasilan proses pembelajaran.

Untuk dapat mengupayakan agar sikap dan perilaku guru dapat seperti yang diharapkan, terlebih dahulu kita perlu memahami apa arti sikap itu sendiri. Menurut Young (Ananda, 2001) dalam http://www.geocities.com/jipsumbar, “As primary motives (attitudes) arouse

behavior; they sustain or terminate an activity and progress, they regulate and

organize behavior ... and they lead to the acquisition of motives, stable

dispositions to act.”

Pernyataan tersebut menggambarkan bagaimana sikap dapat

membangkitkan, mengatur dan mengorganisasikan perilaku individu terhadap

sekumpulan objek. Walaupun hubungan antara sikap dan prilaku tidak secara

mudah dapat diidentifikasi, namun fungsi sikap dapat masuk dan menentukan

perilaku manusia.

Menurut Peak (Ananda, 2001) dalam

http://www.geocities.com/jipsumbar sikap memiliki "the effect emphasizing objects ... with the result that their probability of activation and of choice

and selection is increased.”

Dengan kata lain, sikap dapat mengatur apakah seseorang dapat

(39)

suka dan tidak suka, menyenangkan atau tidak menyenangkan.

Kesimpulannya, sikap terhadap suatu objek dapat mempengaruhi pilihan

seseorang terhadap objek tersebut, dan oleh karena itu dapat menentukan arah

yang akan diambil oleh individu yang bersangkutan.

1. Sikap Ideal Guru

Di kelas khususnya dan di sekolah umumnya, seorang guru

mempunyai peran yang multi atau ganda. Dengan julukan tugas guru

sebagai pendidik dan pengajar maka secara rinci mereka mempunyai

beberapa fungsi (Arikunto, 1990:268) sebagai hal-hal dibawah ini.

a. Guru sebagai pengelola proses pembelajaran.

Kelas merupakan suatu organisasi yang seharusnya dikelola dengan

baik oleh seorang guru, dan mengacu pada fungsi-fungsi administrasi

yang ada serta sudah lama berlaku yaitu: perencanan,

pengkoordinasian, pengkomunikasikan dan penilaian. Seorang guru

mau tidak mau harus melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan

organisasi, yaitu tujuan sekolah yang merupakan jabaran dari tujuan

pendidikan nasional. Oleh sebab itu seorang guru harus merancang

kegiatannya dengan baik dan rinci, mulai dari merumuskan indikator,

memilih metode atau sarana pencapaian, memilih pendekatan serta

memilih alat untuk mengevaluasi pekerjaannya.

b. Guru sebagai motivator.

(40)

enak” daripada harus susah-susah. Jika guru tidak dapat memberikan

motivasi yang memancing kemauan siswa untuk aktif maka guru itu

sendiri yang akan merasakan kesulitan dalam proses pembelajaran

karena dapat ditebak bahwa siswa akan pasif tanpa inisiatif. Seseorang

guru harus bisa membawa suasana kelas agar tetap aktif. Misalnya saja

dengan memberikan tugas sehingga menimbulkan pertanyaan dari

siswa itu sendiri. Motivasi juga dapat diberikan oleh guru dengan

memberikan materi yang baru serta metode yang baru.

c. Guru sebagai moderator.

Pada saat ini guru bukan hanya sebagai penyampai materi kepada

siswa melainkan harus bisa menjadi moderator, yaitu sebagai pengatur

lalu-lintas pembicaraan antar siswa, sehingga apabila terjadi alur

pembicaraan yang tidak dapat diselesaikan oleh semua para siswa,

maka seorang gurulah yang wajib “mendamaikan perselisihan” dan

mencari jalan keluarnya sehingga terdapat satu titik terangnya ataupun

jalan keluarnya. Selain itu seorang guru juga harus bisa menyimpulkan

hasil pembahasan materi pelajaran.

d. Guru sebagai fasilitator

Dalam hal ini seorang guru harus bisa memberikan kemudahan dan

sarana kepada para siswa agar dapat aktif untuk belajar menurut

kemampuannya. Wujud dari pemberian fasilitas antara lain:

menyediakan alat-alat pelajaran ke mana harus memberikan bahan

(41)

dapat mempermudah siswa dalam berlangsungnya kegiatan belajar

mengajar.

e. Guru sebagai evaluator

Setiap kegiatan selalu diikuti oleh evaluasi jika orang-orang yang

terlibat dalam kegiatan menginginkan terjadinya peningkatan

kegiatannya itu pada masa yang akan datang. Seorang guru juga

dituntut untuk memberikan penilaian terhadap hasil belajar baik dalam

proses pembelajaran maupun akhir pembelajaran.

2. Aspek Sikap

Menurut Azmar (1998:17-20) mengatakan bahwa struktur sikap

terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu, sebagai berikut.

a. Komponen kognitif

Aspek kognitif dari suatu sikap terdiri dari kepercayaan atau keyakinan

seseorang mengenai suatu obyek. Kepercayaan tersebut datang dari

apa yang dilihat atau diketahui yang meliputi penilaian

menguntungkan, dapat diterima atau tidak dapat diterima dengan baik

atau buruk dan sebagainya.

b. Komponen afektif

Komponen afektif lebih menunjukan perasaan yang dimiliki seseorang

terhadap sesuatu reaksi emosional dalam hubungannya dengan obyek.

c. Komponen konatif perilaku

Komponen konaktif perilaku menunjukan bagaimana perilaku dan

(42)

dengan obyek sikap yang harus dihadapinya. Pengertian

kecenderungan berperilaku menunjukan bahwa komponen ini meliputi

bentuk perilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung saja,

akan tetapi meliputi pula bentuk-bentuk perilaku yang berupa

pernyataan yang diucapkan oleh seseorang.

3. Faktor-Faktor Pembentukan Sikap.

Kualitas kegiatan guru tersebut selain ditentukan oleh hal-hal yang

ada dalam dirinya juga ditentukan oleh hal-hal yang ada di luar diri

mereka. Menurut Arikunto, (1990:259) faktor-faktor yang berkenaan

dengan kualitas belajar siswa yang bersumber dari dalam diri antara lain:

keadaan fisik dan psikis, sedangkan yang berasal dari luar dirinya

bersumber dari guru dan lingkungannya. Demikian juga faktor-faktor yang

mempengaruhi sikap dan perilaku guru dapat dianologikan dengan

faktor-faktor yang ada pada siswa. Faktor-faktor-faktor tersebut dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu: (a) hal-hal yang ada di dalam dirinya, dan (b) hal-hal

yang ada di luar dirinya (Arikunto, 1990:259-268).

a. Hal-hal yang ada di dalam diri guru.

1). Keadaan dan kondisi tubuh, baik yang dapat di lihat secara nyata

dari luar maupun yang tidak (seperti penyakit dalam), seseorang

akan terpengaruh dari apa yang ada dalam dirinya tersebut. Jika

seorang guru merasakan bahwa dirinya normal, tidak cacat di mata

siswa maka sikap dan perilakunya akan mantap. Apa yang

(43)

2). Keadaan psikis guru yang kurang baik akan berpengaruh terhadap

sikap dan perilakunya di dalam menghadapi siswa. Apabila

seorang guru penggugup, kurang sabar, kurang teliti, pendedam,

tidak adil, tidak jujur dan lain-lain, tentu saja akan mengganggu

arus komunikasi belajar mengajar dengan siswa. Apabila hal ini

terjadi tentu akan mengakibatkan kualitas pembelajaran tidak akan

dapat seperti yang diharapkan.

b. Hal-hal yang ada di luar diri guru

Lingkungan yang ada di luar diri sangatlah luas. Hal ini tentu akan

berpengaruh dalam penentuan sikap dan perilaku guru. Namun

demikian dapat diidentifikasikan hal-hal yang sekiranya memang

dekat sekali dengan guru serta mempunyai pengaruh terhadap sikap

dan perilaku guru, khususnya dalam rangka menciptakan proses

pembelajaran. Ada beberapa hal yang diperkirakan sebagai

faktor-faktor yang ada di luar diri guru.

1). Subjek Didik

Subjek didik merupakan satu di antara beberapa faktor di luar diri

guru yang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku guru di kelas,

di lingkungan sekolah, bahkan mungkin di rumahnya ketika di

datangi oleh siswanya. Guru adalah manusia biasa yang tidak dapat

lepas (sama sekali) dari berbagai perasaan simpati, empati dan

antipati kepada orang lain. Bagaimana seorang guru bersikap dan

(44)

sendiri, guru, dan interaksi antara keduanya.

2). Pimpinan Sekolah

Pimpinan sekolah yang terdiri dari kepala sekolah dan

wakil-wakilnya, secara langsung maupun tidak, merupakan “motor

penggerak” bagi guru untuk bersikap dan berperilaku. Jika

pimpinan sekolah bersikap baik kepada guru, memberikan

dorongan dan motivasi untuk hal-hal yang berkenaan dengan

pelaksanaan tugas mengajar dan tugas-tugas lain di sekolah, maka

guru yang bersangkutan akan melaksanakan tugas-tugasnya

dengan mantap dan bergairah.

3). Teman Sejawat Guru

Teman sejawat guru merupakan lingkungan yang menyebabkan

guru merasakan hidup dalam satu fungsi yang keberadaannya akan

memantapkan hal-hal yang dilakukannya. Kesetiakawanan antar

guru yang membentuk “iklim organisasi” sekolah, selain dapat

memberikan peluang bagi para guru untuk saling

pinjam-meminjam, bantu-membantu alat-alat pelajaran atau buku-buku,

juga mempunyai dampak positif yaitu memberikan dorongan dan

motivasi kerja.

4). Pegawai Tata Usaha

Untuk memenuhi kebutuhan pengajaran guru mungkin

berhubungan dengan pegawai tata usaha untuk minta atau

(45)

sering berhubungan dengan tata usaha untuk memenuhi kebutuhan

pribadinya untuk mengambil gaji, mengurus surat keterangan, dan

sebagainya,

5). Orang tua Siswa

Orang tua siswa merupakan sumber lain sebagai salah satu faktor

yang ikut menentukan sikap dan perilaku guru khususnya dalam

berhubungan dengan sikap di sekolah. Kebanyakan guru sering

memperlakukan siswanya dengan tidak sewajarnya hal ini

disebabkan karena hubungan guru dengan orang tua siswa yang

kurang serasi atau kurang harmonis. Sikap seperti bisa bersifat

sementara maupun menetap tergantung dari bagaimana hubungan

antara ke-dua pihak yang bersangkutan.

6). Situasi Lingkungan.

Situasi lingkungan akan mempunyai pengaruh yang sangat besar.

Apabila situasi lingkungan tidak mendukung seperti letak

geografis, kebersihan, keamanan, keeratan dan keserasian dengan

masyarakat sekitar, akan mempunyai pengaruh langsung bagi

pandangan guru terhadap lingkungan tersebut.

D. Proses Belajar Mengajar

(46)

belajar mengajar terlihat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Untuk lebih memahami pengertian proses belajar mengajar, ada baiknya diuraikan dahulu istilah yang ada pada judul penelitian ini sebagai berikut.

1. Pengertian Proses

Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti “berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan (Muhibbin, 1997:109). Menurut Chaplin (Muhibbin, 1997), proses adalah “Any change in any object or organism, parcticularly a behavioral or pscycho

logical change” (Proses adalah suatu perubahan khususnya yang menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan).

Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan timbul hingga tercapainya hasil-hasil tertentu (Muhibbin, 1997:109). Proses dalam pengertiannya di sini merupakan suatu interaksi dari semua unsur yang terdapat dalam belajar-mengajar yang saling berhubungan satu sama lainnya. Dalam setiap kali guru mengajar yang pertama kali dilakukan adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang ingin dicapai.

(47)

digunakan untuk memperjelas dan mempermudah penyampaian materi pelajaran. Langkah terakhir adalah menentukan alat evaluasi yang berguna untuk mengukur hasil pencapaian tujuan yang nantinya akan berguna sebagai timbal balik bagi guru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas mengajar maupun siswanya. Berdasarkan penjelasan di atas bahwa belajar mengajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berkaitan satu sama lain.

2. Belajar

Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Hamalik, 1983:21). Sejalan dengan pendapat ini menurut Hilgard dan Bower (Purwanto, 1990:84), belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya: kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).

(48)

orang banyak belajar. Sementara orang yang sedikit pengetahuannya sering di identifikasikan sebagai orang yang sedikit belajar dan orang yang tidak dan dipandang sebagai orang yang tidak belajar (Imron, 1996:2-3).

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat kuat dan fundamental dalam setiap penyelenggaran jenis dan jenjang pendidikannya.

3. Mengajar

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya suatu pendidikan yang terdapat pada siswa sangatlah terpengaruh pada pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pengajar. Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat.

Menurut Usman (1997:6) mengajar merupakan suatu perbuatan atau pekerjaan yang bersifat unik, tetapi sederhana. Dikatakan sederhana karena hal itu berkenaan dengan manusia yang belajar, yakni siswa, dan yang mengajar, yakni guru, dan berkaitan erat dengan manusia di dalam masyarakat yang semuanya menunjukan keunikan. Dikatakan sederhana karena mengajar dilaksanakan dalam keadaan praktis dalam kehidupan sehari-hari, mudah dihayati oleh siapa saja.

(49)

Pemahaman akan pengertian dan pandangan akan banyak mempengaruhi peranan dan aktivitas guru dalam mengajar. Sebaliknya, aktivitas guru dalam mengajar serta aktivitas siswa dalam mengajar sangat bergantung pula pada pemahaman guru terhadap mengajar.

Proses belajar mengajar yang dialami peserta didik akan menghasilkan perubahan baik dibidang pengetahuan, ketrampilan maupun sikap untuk memperbaiki dan mengoptimalkan proses belajar mengajar maka perlu diperhatikan beberapa aspek-aspek meliputi efektivitas pengajaran, interaksi antara subyek pendidikan dan perlengkapan (alat dan sumber belajar).

1. Interaksi antara subyek pendidikan.

Interaksi peserta didik dan pendidik berkenaan dengan komunikasi atau hubungan timbal balik dua arah antara pendidik dengan peserta didik dengan pendidik dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dalam tanya jawab maupun diskusi di dalam kelas, serta bantuan didik yang membutuhkan bantuan dan diskusi antar peserta didik. 2. Perlengkapan (alat dan sumber belajar).

(50)

3. Efektivitas Pengajaran.

Dalam hal ini efektivitas suatu pengajaran lebih kepada jalan maupun upaya teknis atau strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara tepat dan cepat (Sudjana, 1990:35)

E. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian sebelumnya juga pernah meneliti tentang variabel konsep diri karyawan dan sikap karyawan terhadap pemutusan hubungan kerja dan hasil yang diperoleh bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara konsep diri karyawan dan sikap karyawan terhadap pemutusan hubungan kerja. Pada umumnya, penelitian yang menggunakan cara pemecahan masalah yang sama akan menunjukan hasil penelitian yang sama pula.

(51)

F. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Sikap Guru dalam Proses

Belajar Mengajar.

Konsep diri merupakan cara pandang seseorang mengenai dirinya, begitu pula pada diri seorang guru, yaitu bagaimana guru memandang dirinya sendiri sehingga menimbulkan suatu sikap. Sikap merupakan sesuatu hal yang dapat mengatur apakah seseorang dapat menerima atau menolak terhadap rangsangan suatu objek. Apabila seorang guru memandang apa yang ada pada dirinya sendiri secara positif maka ia akan memiliki sikap yang positif pula yang ditunjukkan kepada orang lain. Sikap yang positif ini akan mempunyai dampak pada semangat dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar di sekolah dan bagaimana ia berhubungan dengan teman-teman sejawatnya. Guru yang memiliki sikap negatif akan berdampak pada kegiatan belajar mengajar seperti tidak membuat persiapan, tidak bersedia menggunakan metode atau media yang diperlukan, kurang memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam proses belajar mengajar dan hubungan dengan teman sejawatnya kurang lancar.

2. Hubungan Antara Kepuasan Kerja Dengan Sikap Guru dalam Proses

Belajar Mengajar.

(52)

suatu objek. Seorang guru yang telah merasa puas terhadap hasil kerjanya selama ini tentu akan mempunyai sikap yang baik pula dalam melakukan pekerjaannya, baik secara sendiri maupun dengan teman sejawatnya.

Kepuasan kerja yang didapatkannya menunjukkan sikap yang sangat positif dalam proses belajar mengajar dan akan lebih bertanggung jawab dalam bekerja sama serta akan mempunyai perasaan yang bahagia dalam melakukan tugasnya sebagai seorang guru. Selanjutnya perasaan bahagia dan positif ini akan berkembang menjadi sikap yang positif dalam proses belajar mengajar.

G. Model Penelitian

Gambar 2.1

Hubungan Antara Konsep Diri dan Kepuasaan Kerja Dengan Sikap Guru Dalam Proses Belajar Mengajar

Variabel Bebas Variabel Terikat Kepuasan Kerja

Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Konsep Diri

H. Hipotesis

Berdasarkan uraian kerangka berpikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis alternatif sebagai berikut.

1. Ada hubungan positif antara konsep diri dengan sikap guru dalam proses

(53)

2. Ada hubungan positif antara kepuasan kerja dengan sikap guru dalam

(54)

36 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus, merupakan penelitian tentang subyek tertentu, dimana subyek tersebut terbatas maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada subyek yang diteliti (Sevilla, 1993:73).

B. Tempat dan waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK YPKK 1 Sleman Jalan Sayangan 5 Mejing Wetan, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan September-November 2007.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah seluruh guru-guru SMK YPKK 1 Sleman. 2. Obyek Penelitian

(55)

D. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua guru SMK YPKK 1 Sleman yang berjumlah 42 guru.

E. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent Variabel) a. Konsep diri

Konsep diri yaitu pandangan atau perasaan seseorang tentang dirinya sendiri sehingga ia dapat membedakan dirinya sendiri dengan orang lain. Adapun indikatornya:

1). Aspek yang bersifat fisik, maksudnya adalah segala sesuatu yang

ada dalam diri seseorang atau yang dimilikinya dan dapat dilihat orang lain. Aspek ini meliputi kesehatan, penampilan diri, serta suara yang dimiliknya.

2). Aspek yang bersifat emosi, maksudnya adalah segala sesuatu yang menjadi dasar yang dimiliki sejak ia lahir serta perasaan yang dimiliki. Aspek ini meliputi sifat-sifat yang dimiliki guru.

3). Aspek sosial, maksudnya adalah suatu aspek yang berpengaruh

dengan orang lain atau adanya interaksi dengan orang di sekitarnya. Aspek ini meliputi rasa hormat kepada teman dan atasannya, kedekatan dengan teman sejawatnya dan kerjasama dengan teman-teman sejenis.

4). Aspek intelektual, maksudnya adalah aspek yang berhubungan

(56)

kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas dengan baik dan benar.

b. Kepuasan kerja

Kepuasan kerja merupakan suatu keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang dilihat dari cara pandang seseorang tentang pekerjaannya. Adapun indikatornya adalah, 1) Faktor keuangan, meliputi sistem gaji/upah dan jaminan

kesejahteraan yang diterima oleh guru.

2) Faktor fisik lingkungan kerja, yaitu faktor yang berhubungan

dengan sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah dan digunakan oleh guru maupun siswa.

3) Faktor Sosial lingkungan bekerja, merupakan faktor yang berhubungan dengan sosialisasi guru di sekolah, baik dengan atasan, rekan kerja maupun dengan siswa serta iklim organisasi di sekolah.

4) Faktor psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan

kejiwaan yang meliputi ketenangan kerja. 2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

(57)

dalam proses belajar mengajar. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut.

a. Sikap terhadap diri dalam proses belajar mengajar maksudnya adalah

bagaimana sikap guru terhadap dirinya sendiri yang meliputi guru tampak menyukai dirinya, merasakan keberhasilan diri dan merasa mempunyai manfaat bagi orang lain serta memiliki perhatian kepada banyak hal.

b. Sikap terhadap profesi, pekerjaannya, dan kawan sejawatnya,

maksudnya adalah bagaimana guru merasakan bahwa yang dilakukan mempunyai manfaat bagi siswa, menikmati pekerjaannya, merasakan bahwa yang dilakukan merupakan hal yang terbaik dan telah mengerahkan seluruh kemampuannya.

c. Sikap terhadap siswa dalam proses belajar mengajar, maksudnya adalah guru menyadari setiap siswa merupakan individu yang berbeda, guru mengenali keistimewaan setiap siswanya, guru bersedia menolong siswanya tanpa pilih kasih, dan guru mengenal kondisi di mana siswa berada.

Tabel 3.1

Instrumen Konsep Diri, Kepuasan Kerja dan Sikap Guru

Dalam Proses Belajar Mengajar

No Variabel Indikator No. Butir Jumlah

1. Konsep Diri 1. Aspek yang bersifat fisik.

2. Aspek yang bersifat emosi.

3. Aspek yang bersifat sosial.

4. Aspek Intelektual.

1, 2, 3, 4, 5

6, 7, 8, 9, 10, 11 12,13, 14, 15, 16 17,18,19,20

5

6

5

(58)

2. Kepuasan Kerja 1. Faktor Finansial. 2. Faktor fisik lingkungan

kerja. 3. Faktor sosial

lingkungan kerja. 4. Faktor Psikologis.

1, 2, 3, 4, 5 15, 16

6, 7, 8, 9, 11,13,14,17 10,12 5 2 8 2 3. Sikap Guru dalam

Proses Belajar Mengajar

1. Sikap terhadap diri dalam PBM.

2. Sikap terhadap profesi, pekerjaannya, dan rekan kerjanya.

3. Sikap terhadap siswa dalam PBM.

1, 2, 3

4, 5, 6, 7

8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15

3

4

8

Masing-masing indikator dijabarkan dalam bentuk pernyataan positif dan dinyatakan dalam empat skala sikap, yaitu sangat setuju (SS) = 4; setuju (S) = 3; tidak setuju (TS) = 2; dan sangat tidak setuju (STS) = 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif: sangat setuju (SS) = 1; setuju (S) = 2; tidak setuju (TS) = 3; sangat tidak setuju (STS) = 4.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan empat metode pengumpulan data.

1. Kuesioner

(59)

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan mengutip dari catatan-catatan yang berhubungan dengan sekolah. Mengenai keadaan sekolah, misalnya saja peraturan-peraturan, buku-buku, dokumen untuk menulis gambaran umum sekolah.

3. Observasi

Observasi adalah mengamati secara langsung keadaan dan kegiatan yang dilakukan dengan permasalahannya. Kegiatan ini dilakukan untuk melihat secara langsung keadaan sekolah, kegiatan sekolah, dan untuk mendapatkan data mengenai keadaan guru dan siswanya.

4. Wawancara

Wawancara adalah mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan lisan. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memperoleh data mengenai sejarah sekolah, lokasi sekolah dan data sekolah lainnya.

G. Pengujian Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

(60)

rxy =

(

)( )

(

)

}

{

{

2 2 2

( )

2

}

− − − Y Y N X X N Y X XY N Keterangan:

rxy : Korelasi skor item dengan skor total

N : Jumlah subyek X : Skor item Y : Skor total

Setelah koefisien korelasi didapat, maka perlu dilakukan uji signifikansi 5 %. Korelasi antara jumlah skor item dengan jumlah skor total tiap variabel bebas dinyatakan valid jika rhitung > rtabel. Sebaliknya jika

rhitung < rtabel maka butir soal yang disajikan tidak valid.

Lokasi pengujian validitas kuesioner ini dilakukan di SMK Sanjaya Pakem dengan sampel 20 guru dan SMK Hamong Putra dengan sampel 20 guru.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka tingkat validitas kuesioner telah diuji dan untuk proses perhitungan peneliti menggunakan bantuan program komputer yaitu SPSS pada taraf signifikansi 5 % dan jumlah N: 40 dengan dk = n – 2 (dk = 40 – 2 = 38) sehingga di dapat rtabel

sebesar 0,320. a. Konsep Diri

(61)

disajikan hasil pengukuran uji validitas ulang dan untuk hasil selengkapnya ada pada lampiran.

TABEL 3.2

Tabel Validitas Konsep Diri

Butir

Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan

KD 1 0,595 0,320 Valid

KD 2 0,416 0,320 Valid

KD 3 0,526 0,320 Valid

KD 4 0,540 0,320 Valid

KD 5 0,403 0,320 Valid

KD 6 0,481 0,320 Valid

KD 7 0,546 0,320 Valid

KD 8 0,416 0,320 Valid

KD 9 0,496 0,320 Valid

KD 10 0,567 0,320 Valid

KD 11 0,331 0,320 Valid

KD 12 0,420 0,320 Valid

KD 13 0,399 0,320 Valid

KD 14 0,349 0,320 Valid

KD 16 0,584 0,320 Valid

KD 17 0,620 0,320 Valid

KD 18 0,452 0,320 Valid

KD 19 0,381 0,320 Valid

KD 20 0,462 0,320 Valid

b. Kepuasan Kerja

(62)

yang tidak valid untuk variabel kepuasan kerja adalah nomor 17. Nilai r hitung untuk item nomor 17 tersebut adalah 0,221. Instrumen yang tidak valid ini dibuang dan dilakukan uji validitas ulang. Berikut ini disajikan hasil pengukuran uji validitas ulang dan untuk hasil selengkapnya ada pada lampiran.

TABEL 3.3

Tabel Validitas Kepuasan Kerja

Butir

Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan

KK 1 0,438 0,320 Valid

KK 2 0,657 0,320 Valid

KK 3 0,465 0,320 Valid

KK 4 0,646 0,320 Valid

KK 5 0,655 0,320 Valid

KK 6 0,385 0,320 Valid

KK 7 0,671 0,320 Valid

KK 8 0,732 0,320 Valid

KK 9 0,434 0,320 Valid

KK 10 0,649 0,320 Valid

KK 11 0,555 0,320 Valid

KK 12 0,460 0,320 Valid

KK 13 0,503 0,320 Valid

KK 14 0,428 0,320 Valid

KK 15 0,554 0,320 Valid

(63)

c. Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Butir pertanyaan dari variabel sikap guru dalam proses belajar mengajar yang berjumlah 14 butir diperoleh 14 butir valid dan ada 1 yang tidak valid. Butir Instrumen yang tidak valid untuk variabel sikap guru dalam proses belajar mengajar adalah nomor 3. Nilai r hitung untuk item nomor 3 tersebut adalah 0,282. Instrumen yang tidak valid ini dibuang dan dilakukan uji validitas ulang. Berikut ini disajikan hasil pengukuran uji validitas ulang dan untuk hasil selengkapnya ada pada lampiran 3.

TABEL 3.4

Tabel Validitas Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Butir

Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan

SG 1 0,416 0,320 Valid

SG 2 0,430 0,320 Valid

SG 4 0,518 0,320 Valid

SG 5 0,348 0,320 Valid

SG 6 0,702 0,320 Valid

SG 7 0,435 0,320 Valid

SG 8 0,521 0,320 Valid

SG 9 0,539 0,320 Valid

SG 10 0,521 0,320 Valid

SG 11 0,373 0,320 Valid

SG 12 0,387 0,320 Valid

SG 13 0,416 0,320 Valid

SG14 0,583 0,320 Valid

(64)

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu (Suharsimi, 1996:168). Menurut Suharsimi (1996:190-191), untuk menguji reliabilitas butir kuesioner dalam penelitian ini digunakan teknik koefisien alpha, dengan formula:

⎪⎭ ⎪ ⎬ ⎫ ⎪⎩ ⎪ ⎨ ⎧ − ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ −

=

2

2 1 1 b b tt k k r σ σ Keterangan:

rtt : Reliabilitas

K : Banyaknya butir pertanyaan

2

b

σ : Jumlah varians butir 2

b

σ : Varians total

Reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach. Jika koefisien alpha > rtabel dengan taraf signifikan 5 %, maka

instrumen penelitian tersebut reliabel. Sebaliknya alpha < rtabel dengan

(65)

Tabel 3.5

Kriteria Reliabilitas

Indeks Korelasi Interprestasi

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 Tinggi

Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup

Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak rendah

Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0, 200 Sangat Rendah

Pengujian reliabilitas dikerjakan dengan bantuan program komputer SPSS pada taraf signifikansi 5 %. Adapun sampel yang digunakan berukuran n = 40. Dari perhitungan tersebut diperoleh hasil rhitung = 0,858

untuk variabel konsep diri, rhitung = 0,876 untuk variabel kepuasan kerja ,

rhitung = 0,842 untuk variabel sikap guru. Dalam penelitian ini, semua

variabel mempunyai r hitung yang lebih besar dari 0,60 sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen dalam kuesioner ini dapat diandalkan atau reliabel.

Tabel. 3.6

Hasil Pengujian Reliabilitas

Variabel r

hitung Indeks Korelasi Keterangan Konsep Diri

Kepuasan Kerja

Sikap Guru

0,858

0,876

0,842

Antara 0,800 sampai dengan 1,000

Antara 0,800 sampai dengan 1,000

Antara 0,800 sampai dengan 1,000

Tinggi

Tinggi

Tinggi

(66)

baik yaitu valid dan reliabel. Jadi instrumen konsep diri kepuasan kerja dan sikap guru, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh data.

H. Teknik Analisis Data

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data

a. Pengujian Normalitas

Pengujian data digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut maka menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov (Santoso, 2005:389) sebagai berikut.

D=Fo(X)-Sn(X) Keterangan :

D = Devisi/Penyimpangan

Fo(X) = Distribusi kumulatif teoritis

Sn = Distribusi frekuensi yang di observasi

Bila Probabilitas (ρ) yang diperoleh melalui perhitungan lebih kecil

dari taraf signifikan 5% berarti sebaran data variabel tidak normal, begitu terjadi sebaliknya.

b. Pengujian Liniearitas

(67)

Freg =

) 1 (nKJK

JK

res reg

Keterangan:

Freg : Harga bilangan F untuk garis regresi

JKreg : Rerata kuadrat garis regresi

JKres : Rata-rata kuadrat tersidu

N-K-I : Derajat Kebebasan

Kriteria pengujian linieritas yaitu jika F hitung < F Tabel dengan taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk)=n-k-1, maka kedua variabel dinyatakan mempunyai hubungan liniear.

Sebaliknya apabila F Tabel > daripada F hitung pada taraf signifikansi 5% dengan dk=n-k-1, maka kedua variabel dinyatakan tidak mempunyai hubungan linier.

2. Pengujian Hipotesis Penelitian

Data dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Untuk menjawab permasalahan no 1 digunakan teknik analisis korelasi

parsial (Sugiyono, 2005:221)..

2 1 .xx y r = 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 . yx x x x x yx yx r r r r r − × − − Keterangan: 2 1 .xx y

r : koefisien korelasi partial antara konsep diri dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar.

1

yx

r : koefisien korelasi antara konsep diri dengan sikap guru

2

yx

r : koefisien korelasi antara kepuasan kerja dan sikap guru

2 1x

x

(68)

untuk menguji signifikansi koefisien korelasi parsial dari hasil perhitungan (rxy) menggunakan statistik uji t dengan rumus:

thitung =

p p r n r 2 1 3 − − keterangan:

rp : Koefisien korelasi antara konsep diri dengan sikap guru

n : Jumlah anggota sampel

Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai thitung > ttabel pada taraf

signifikansi 5%, maka Ho ditolak berarti antara variabel yang diuji terdapat hubungan yang positif dan signifikan maka ada hubungan antara konsep diri guru dan sikap guru dalam proses belajar mengajar. Jika didapatkan nilai thitung < ttabel pada taraf signifikansi 5%, maka Ho

gagal ditolak berarti antara variabel tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan hubungan antara konsep diri guru dan sikap guru dalam PBM.

Untuk memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat digunakan tabel interpretasi korelasi (Sugiyono, 2005:216)

b. Untuk menjawab permasalahan no 2 digunakan teknik analisis korelasi

parsial (Sugiyono, 2005:221). .

(69)

Keterangan: 1

2 .x x y

r : koefisien korelasi partial antara kepuasan kerja dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar.

2

yx

r : koefisien korelasi antara kepuasan kerja dengan sikap guru

1

yx

r : koefisien korelasi antara konsep diri dan sikap guru

2 1x

x

r : koefisien korelasi antara kepuasan kerja dan konsep diri

untuk menguji signifikansi koefisien korelasi parsial dari hasil perhitungan (rxy) menggunakan statistik uji t dengan rumus:

t hitung =

p p r n r 2 1 3 − − keterangan:

rp : Koefisien korelasi antara kepuasan kerja dengan sikap guru

n : Jumlah anggota sampel

Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai thitung > ttabel pada

taraf signifikansi 5%, maka Ho ditolak berarti antara variabel yang diuji terdapat hubungan yang positif dan signifikan maka ada hubungan antara kepuasan kerja guru dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar. Jika didapatkan nilai thitung < ttabel pada taraf

signifikansi 5%, maka Ho gagal ditolak berarti antara variabel tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan hubungan antara kepuasan kerja guru dengan sikap guru dalam PBM.

(70)

Tabel 3.7

Indeks dan Interpretasi Korelasi

r Interprestasi Antara 0,800 sampai dengan 1,000 Sangat Kuat

(71)

53

BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Mengenal Sekolah

1. Sejarah SMK YPKK I Sleman

Pendidikan adalah salah satu cara meningkatkan kemampuan dari manusia. Oleh karenanya pada tahun 1980 munculah ide dari beberapa orang yang bergerak dalam bidang pendidikan (Fa. Prayoga, Drs. Salim, Fx. Soetarno, Soetopo) untuk menyelenggarakan sebuah lembaga pendidikan khususnya Pendidikan Kejuruan. Pada bulan juni mulailah dilaksanakan aktivitas publikasi, penyebaran brosur/informasi siswa dan pendaftaran siswa baru, yang ada pada waktu itu secara teknis ditangani oleh Alm. Suripto dengan koordinasi Fx. Soetarno dan Soetopo, sedangkan Salim dan Prayogo mengelola urusan dengan Kanwil Depdiknas Propinsi DIY.

Sebuah lembaga Pendidikan haruslah ditopang adanya sebuah Yayasan, maka dengan Akta Notaris dari R. Daliso Rudianto, SH dengan nomor : 75 tanggal 25 Agustus 1980, berdirilah Yayasan, yaitu Yayasan Pendidikan Kejuruan Dan Ketrampilan (YPKK).

2. Visi dan Misi SMK YPKK I Sleman a. Visi

(72)

b. Misi

1). Melaksanakan proses diklat secara efektif dengan didasari

perkembangan teknologi dan menejemen sekolah yang baik. 2). Mengembangk

Gambar

Gambar 2.1 Pengaruh Konsep Diri dan Kepuasaan Kerja Terhadap Sikap
Gambar 2.1 Hubungan Antara Konsep Diri dan Kepuasaan Kerja Dengan
Tabel 3.1 Instrumen Konsep Diri, Kepuasan Kerja dan Sikap Guru
TABEL 3.2 Tabel Validitas Konsep Diri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan adanya pergantian peran, yaitu dari peran pelengkap pelaku (subjek) pada kalimat pasif menjadi peran sasaran (objek) dalam kalimat aktif. Selain itu,

Menyusun Produk Hukum Daerah yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan kepentingan umum. Menyusun kajian dan inventarisasi

Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkannya hari ini, mainan apa yang paling disukai5. Bercerita pendek yang berisi

Kelezatan rasa ini tak bisa lepas dari bahan alami yang digunakan dalam pembuatan Kipo, diantaranya adalah perpaduan antara kelapa parut dengan gula merah,

Bagaimana wujud Konservasi Kompleks Bangunan Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur van Lith Berasrama di Muntilan yang mampu mengintegrasikan pendidikan formal,

Prioritas pertama pembangunan Kota Metro Tahun 2016 ditetapkan guna mendukung pencapaian visi dan misi pembangunan jangka panjang Kota Metro yang merupakan

Keberadaan Pasal 18B ayat (2) yang limitatif menunjukkan bahwa pemerintah masih setengah hati dalam memberikan pengakuan yang utuh dan menyeluruh dalam konstitusi Indonesia,

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang telah menerapkan tutorial sebagai salah satu metode problem-based learning fPBL) sejak tahun 2008. Terdapat beberapa