• Tidak ada hasil yang ditemukan

pulau di Kepulauan Seribu

KARAKTERISASI PULAU BERDASARKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)

Karakteristik 18 pulau di Kepulauan Seribu

Jenis penggunaan lahan dari 18 pulau di Kepulauan Seribu disajikan dalam gambar peta penggunaan lahan (Gambar 4 – 9). Jenis penggunaan lahan tiap pulau adalah berdasarkan peta rupabumi Kepulauan Seribu (Bakosurtanal 1999), sehingga tidak menggambarkan kondisi sebenarnya pada saat penelitian dilakukan. Walaupun demikian berdasarkan pengamatan secara visual di lapangan yang dilakukan (ground check) terdapat kesamaan jenis habitat di dalamnya, sedangkan luas tiap patch habitat berbeda. Jenis penggunaan lahan tiap pulau juga didiskripsikan berdasarkan kelas penggunaan lahan yaitu I - IV (Tabel 1). Perbedaan jenis penggunaan lahan adalah berdasarkan keberadaan rumah, hutan dan gangguan manusia di pulau tersebut. Pulau yang masuk dalam kelas I, seperti Pulau Rambut dan Pulau Bokor (Tabel 1), merupakan pulau dengan jenis penggunaan lahan hanya terdiri atas hutan dan dengan intensitas gangguan manusia rendah. Pulau Onrust dan Pulau Lancang Besar termasuk ke dalam kelas IV (Tabel 1) karena kedua pulau tersebut hanya terdiri atas perumahan dan dengan intensitas gangguan manusia tinggi. Pulau Onrust sering dikunjungi manusia karena merupakan daerah tempat wisata. Sedangkan Pulau Lancang Besar, merupakan pulau yang padat penduduknya sehingga gangguan habitat yang ada di pulau tersebut sangat tinggi. Informasi intensitas gangguan manusia berguna untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi gangguan habitat pada masing-masing pulau di Kepulauan Seribu.

Bentuk masing-masing pulau di Kepulauan Seribu selain dapat langsung dilihat melalui gambar (Gambar 4 – 9), kompleksitasnya juga dapat diketahui berdasarkan nilai MSI (Tabel 1). MSI merupakan indeks yang menggambarkan kompleksitas bentuk suatu pulau, semakin tinggi nilai MSI suatu pulau maka bentuk pulau tersebut semakin kompleks. Di Kepulauan Seribu bentuk pulau paling sederhana adalah Pulau Dua Timur yaitu dengan nilai MSI 0,9071, sedangkan bentuk paling kompleks adalah Pulau Tidung Kecil dengan MSI 2,6143 (Tabel 1).

Data jarak isolasi pulau dari Pulau Jawa yang diperoleh berdasarkan SIG berkisar antara 2,2 – 62,6 km (Tabel 1). Pulau dengan jarak isolasi terjauh adalah

Terdapat sedikit perbedaan antara hasil pengukuran dengan SIG dan pengukuran secara manual (Tabel 2) yaitu dengan perbedaan jarak berkisar antara 0 - 6 km. Perbedaan terjauh adalah hasil pengukuran pada Pulau Putri Barat (Tabel 2). Pengukuran jarak secara manual adalah pengukuran berdasarkan peta sehingga dimungkinkan terdapat kesalahan pada saat pengukuran. Walaupun demikian, ketepatan pengukuran dengan menggunakan SIG relatif bergantung pada akurasi dan jenis GPS yang digunakan pada saat digitasi di lapangan dilakukan.

Tabel 1 Diskripsi karakteristik 18 pulau di Kepulauan Seribu berdasarkan SIG

No Pulau Jarak

(km)1)

Luas

pulau (ha) MSI

2) Penggunaan

lahan 2) Dermaga 3)

1. Onrust 2,2 8,23 0,9295 IV P

2. Rambut 4,2 45,80 1,3272 I P

3. Untung Jawa 4,8 39,12 2,0181 III P

4. Bokor 7,0 16,34 1,0267 I P

5. Lancang Besar 9,4 26,43 1,3542 IV P

6. Pari 16,1 52,87 2,3955 III P

7. Payung Besar 20,8 22,74 2,1066 III P

8. Tidung kecil 22,8 19,71 2,6143 II P 9. Pramuka 28,6 19,92 1,7803 III P 10. Semak Daun 31,2 1,00 1,1740 I A 11. Kotok Besar 34,2 22,65 1,2382 II P 12. Paniki 35,1 5,80 1,6019 I A 13. Bira Kecil 43,2 8,62 1,0032 II P 14. Putri Barat 45,9 9,63 1,3327 II P 15. Bundar 52,6 5,76 1,9667 II P 16. Nyamplung 54,9 8,96 1,3493 I A 17. Penjaliran Barat 59,6 21,65 0,9292 I A 18. Dua Timur 62,6 21,42 0,9071 I A 1)

Jarak = jarak isolasi pulau tersebut dari Pulau Jawa 2)

MSI = mean shape index, indeks yang menggambarkan bentuk pulau 2)

I = hutan dengan intensitas gangguan manusia rendah, II = perumahan dan hutan dengan intensitas gangguan manusia rendah, III = perumahan dan hutan dengan intensitas gangguan manusia tinggi, IV = perumahan dengan intensitas gangguan manusia tinggi

3)

11

Gambar 4 Jenis penggunaan lahan dan bentuk pulau-pulau di Kepulauan Seribu; (a) Pulau Untung Jawa, (b) Pulau Rambut, dan (c) Pulau Onrust

(c) (b) (a)

Gambar 5 Jenis penggunaan lahan dan bentuk pulau-pulau di Kepulauan Seribu; (a) Pulau Pari, (b) Pulau Lancang Besar, dan (c) Pulau Bokor

(c) (b) (a)

13

Gambar 6 Jenis penggunaan lahan dan bentuk pulau-pulau di Kepulauan Seribu; (a) Pulau Pramuka, (b) Pulau Tidung Kecil, dan (c) Pulau Payung Besar

(c) (b) (a)

Gambar 7 Jenis penggunaan lahan dan bentuk pulau-pulau di Kepulauan Seribu; (a) Pulau Kotok Besar, (b) Pulau Paniki, dan (c) Pulau Semak Daun

(c) (b) (a)

15

Gambar 8 Jenis penggunaan lahan dan bentuk pulau-pulau di Kepulauan Seribu; (a) Pulau Bundar, (b) Pulau Putri Barat, dan (c) Pulau Bira Kecil

(c) (b) (a)

Gambar 9 Jenis penggunaan lahan dan bentuk pulau-pulau di Kepulauan Seribu; (a) Pulau Dua Timur, (b) Pulau Penjaliran Barat, dan (c) Pulau Nyamplung

(c) (b) (a)

17 Tabel 2 Perbandingan data hasil pengukuran secara manual dan data sekunder

(SK Gubernur DKI Tahun 2000) dengan pengukuran berdasarkan SIG

Jarak pulau (km) 1) Luas pulau (ha)

No Pulau

Manual 2) SIG 3) SK Gubernur 4) SIG 3)

1. Onrust 3 2,2 12,00 8,23 2. Rambut 5 4,2 20,00 45,80 3. Untung Jawa 6 4,8 40,10 39,12 4. Bokor 7 7,0 18,00 16,34 5. Lancang Besar 10 9,4 15,13 26,43 6. Pari 16 16,1 41,32 52,87 7. Payung Besar 21 20,8 20,86 22,74 8. Tidung kecil 22 22,8 17,40 19,71 9. Pramuka 27 28,6 16,00 19,92 10. Semak Daun 29 31,2 0,75 1,00 11. Paniki 30 35,1 3,00 5,80 12. Kotok Besar 32 34,2 20,75 22,65 13. Putri Barat 40 45,9 8,29 9,63 14. Bira Kecil 43 43,2 7,30 8,62 15. Bundar 49 52,6 1,28 5,76 16. Nyamplung 54 54,9 6,58 8,96 17. Penjaliran Barat 57 59,6 17,90 21,65 18. Dua Timur 62 62,6 18,48 21,42 1)

Jarak pulau = jarak isolasi pulau dari Pulau Jawa 2)

Manual = pengukuran berdasarkan peta rupabumi Kepulaun Seribu (Bakosurtanal 1999) 3)

SIG = pengukuran dan penghitungan dengan menggunakan ArcView 3.3 4)

SK Gubernur = SK Gubernur Propinsi DKI Jakarta No.1986/2000, Tanggal 27 Juli 2000

Hasil pengukuran luas pulau dengan menggunakan SIG berkisar antara 1 ha (Pulau Semak Daun) hingga 52, 87 ha (Pulau Pari) (Tabel 1). Hasil pengukuran dengan SIG berbeda dengan data berdasarkan SK Gubernur Tahun 2000, bahkan perbedaan hingga mencapai 25,8 ha yaitu pada Pulau Rambut (Tabel 2). Perbedaan tersebut tidak dapat dijelaskan secara pasti melalui penelitian ini. Diduga terdapat perbedaan dalam metode pengukuran dan penetapan standar wilayah pulau yang menjadi faktor penyebab ketidaksamaan luas pulau.

Data hasil pengukuran berdasarkan SIG akan digunakan pada penelitian selanjutnya yaitu untuk mempelajari hubungan antara karakteristik pulau dengan keanekaragaman semut di Kepulauan Seribu. Data berdasarkan SIG dinilai lebih

lapangan dilakukan bersamaan dengan pengambilan contoh semut, dan lokasi pengambilan contoh ditentukan berdasarkan hasil pengukuran pulau pada saat itu.

KESIMPULAN

Penggunaan SIG memudahkan dalam pengukuran karakteristik pulau. Bentuk pulau dapat langsung diketahui pada saat melakukan pengukuran pulau di lapangan dengan menggunakan GPS. Perangkat lunak ArcView mempermudah dalam proses pengambilan data dari GPS, pengukuran karakteristik pulau (luas, jarak isolasi, dan bentuk pulau), dan penampilan data (pembuatan peta penggunaan lahan). Luas dan jarak isolasi pulau dapat diukur secara tepat dengan menggunakan perangkat lunak ArcView. Walaupun demikian, keakuratan penggunaan SIG untuk pengukuran karakteristik pulau ditentukan oleh sumber data (keakuratan GPS yang digunakan) dan kondisi lapangan (kondisi cuaca dan penutupan kanopi pulau).

BAB III

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PULAU DENGAN

Dokumen terkait