• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keputusan Pembelian Konsumen .1 Pengertian Keputusan Konsumen .1 Pengertian Keputusan Konsumen

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

2.1.5 Keputusan Pembelian Konsumen .1 Pengertian Keputusan Konsumen .1 Pengertian Keputusan Konsumen

Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlihat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Menurut Tjiptono (2008:19) mengemukakan bahwa keputusan pembelian konsumen adalah pemilihan satu tindakan dari dua atau lebih pilihan laternatif. Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (2008 :181) keputusan konsumen adalah membeli merek yang paling disukai dari berbagai alternatif yang ada

Menurut Schiffman dan Kanuk (2009: 112), keputusan pembelian adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, harus tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk membeli dapat mengarah pada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan. Keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh perilaku konsumen.

Pola perilaku konsumen sangat terkait satu sama lain, khusus di sisi seperti kualitas, harga dan pengambilan keputusan (Rajput, 2012: 486). Menurut Kotler (2000:211) proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian sebagai berikut : pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Tugas pemasar adalah memahami perilaku pembeli pada tiap tahap dan pengaruh apa yang bekerja dalam tahap-tahap tersebut. Sikap orang lain, faktor situasi yang terantisipasi, serta resiko yang dirasakan dapat mempengaruhi keputusan pembelian, demikian pula level

kepuasan pasca pembelian konsumen dan tindakan perusahaan pasca pembelian. Untuk melakukan pembelian, konsumen tidak terlepas dari karakteristik produk baik mengenai penampilan, gaya, mutu dan harga dari produk tersebut. Penetapan harga oleh penjual akan berpengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen, sebab harga yang dapat dijangkau oleh konsumen akan cenderung membuat konsumen melakukan pembelian terhadap produk tersebut (Tejdhakusuma, 2001:48).

2.1.5.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Menurut Kotler (2004:204). Ada lima tahap dalam proses keputusan pembelian, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku setelah pembelian. Model ini mempunyai anggapan bahwa para konsumen melakukan lima tahap dalam melakukan pembelian. Kelima tahap diatas tidak selalu terjadi, khususnya dalam pembelian yang tidak memerlukan keterlibatan yang tinggi dalam pembelian. Para konsumen dapat melewati beberapa tahap dan urutannya tidak sesuai.

1. Pengenalan Kebutuhan

Proses membeli dengan pengenalan masalah atau kebutuhan pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli atau dari luar. Misalnya kebutuhan orang normal adalah haus dan lapar akan meningkat hingga mencapai suatu ambang rangsang dan berubah menjadi suatu dorongan berdasarkan pengalaman yang sudah ada. Seseorang telah belajar

bagaimana mengatasi dorongan itu dan dia didorong kearah satu jenis objek yang diketahui akan memuaskan dorongan itu.

2. Pencarian Informasi

Konsumen mungkin tidak berusaha secara aktif dalam mencari informasi sehubungan dengan kebutuhannya. Seberapa jauh orang tersebut mencari informasi tergantung pada kuat lemahnya dorongan kebutuhan, banyaknya informasi yang dimiliki, kemudahan memperoleh informasi, tambahan dan kepuasan yang diperoleh dari kegiatan mencari informasi. Biasanya jumlah kegiatan mencari informasi meningkat tatkala konsumen bergerak dari keputusan situasi pemecahan masalah yang terbatas kepemecahan masalah yang maksimal.

3. Evaluasi Alternatif

Informasi yang didapat dari calon pembeli digunakan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai alternatif-alternatif yang dihadapinya serta daya tarik masing-masing alternatif. Produsen harus berusaha memahami cara konsumen mengenal informasi yang diperolehnya dan sampai pada sikap tertentu mengenai produk merek dan keputusan untuk membelli.

4. Keputusan Pembelian

Produsen harus memahami bahwa konsumen mempunya cara sendiri dalam menangani informasi yang diperoleh dengan membatasi alternatif-alternatif yang harus dipilih atau dievaluasi untuk menentukan mana yang akan dibeli.

5. Perilaku Setelah Pembelian

Apabila barang yang akan dibeli tidak memberikan kepuasan yang diharapkan, maka pembeli akan merubah sikapnya terhadap merek barang

tersebut menjadi sikap negatif, bahkan mendapat kepuasan dari barang yang dibelinya maka keinginan untuk membeli terhadap merek barang tersebut cenderung untuk menjadi lebih kuat. Produsen harus mengurangi perasaan tidak senang atau perasaan negatif terhadap suatu produk dengan cara membantu konsumen menemukan informasi yang membenarkan pilihan konsumen melalui komunikasi yang diarahkan pada orang-orang yang baru saja membeli produknya. 2.1.6 Pengertian Party Planner

Secara umum usaha party planner merupakan bagian dari usaha penyelenggara acara. Penyelenggara acara adalah istilah untuk penyedia jasa profesional penyelenggara acara. Pada umumnya disebut sebagai EO (Event

Organizer). Tugas dari penyelenggara acara adalah membantu klien nya untuk

dapat menyelenggarakan acara yang diinginkan. Hal ini dikarenakan keterbatasan sumber daya atau waktu yang dimiliki klien. Selain itu penggunaan jasa EO juga dimungkinkan dengan alasan agar penyelenggaraannya profesional sehingga hasilnya lebih bagus daripada bila dikerjakan sendiri.

Menurut Megananda, EO dalam konteks sebagai sebuah bisnis memiliki definisi sebagai usaha dalam bidang jasa yang secara sah ditunjuk oleh kliennya, guna mengorganisasikan seluruh rangkaian acara, mulai dari perencanaan, persiapan, eksekusi hingga evaluasi, dalam rangka membantu mewujudkan tujuan yang diharapkan klien degan membuat acara.

Berhasil tidaknya sebuah penyelenggara acara ditentukan oleh adanya persiapan yang matang. Melalu konsep yang baik tentunya turut memperlancar dan mensukseskan suatu acara. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam

pembuatan konsep suatu acara. Dalam membuat konsep EO dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :

1. Konsep Baku, dimana konsep ini sebelumnya telah dibuat oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga tinggal melaksanakan saja.

2. Konsep Baru, dimana semua konsep acara dirancang sendiri kemudian di presentasikan kepada klien, dan hasil kesepakatan akan dilaksanakan. 3. Kombinasi, dimana hal ini berarti kita dengan pihak klien mengadakan

sharing bagaimana acara akan dibuat.

Dilihat dari jenis acara yang diadakan, EO dapat diketgorikan menjadi : 1. One Stop Service Agency adalah EO besar yang mampu

menyelenggarakan berbagai jenis acara hingga skala internasional.

2. MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) adalah EO yang khusus bergerak di bidang penyelenggara acara berbentuk pertemuan. 3. Brand Activation adalah EO yang secara spesifik membantu kliennya

untuk mempromosikan dalam rangka peningkatan penjualan, peningkatan pengenalan merk di kalangan konsumen, dengan berinteraksi langsung ke target marketnya.

4. Musik dan Hiburan adalah EO yang memiliki spesialisasi di bidang hiburan terutama musik.

5. Penyelenggara Pernikahan adalah EO yang mengkhususkan diri membantu klien mengadakan pesta pernikahan.

6. Penyelenggara Ulang Tahun adalah EO yang ahli membuat pesta ulang tahun termasuk untuk anak-anak. Pada umumnya disebut sebagai party

planner.

Berdasarkan penjelasan di atas mengenai penyelenggara acara dapat diketahui bahwa party planner merupakan salah satu jenis dari usaha penyelenggara acara atau EO. Sehingga pengertian party planner adalah usaha yang bergerak di bidang jasa yang khusus dan ahli dalam perencanaan acara pesta ulang tahun termasuk anak-anak.

Dokumen terkait