• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNTUK VEGA PADA PT GODONGIJO ASR

NO JENIS PESTISIDA KETERSEDIAAN SATUAN

6.2 Keputusan Produksi Aktual dan Optimal 1 Keputusan Produksi Aktual

6.2.2 Keputusan Produksi Optimal

6.2.2.1 Analisis Jumlah Produksi dan Pendapatan (Analisis Primal)

Tujuan yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah kombinasi produksi optimal yang diproduksi PT Godongijo Asri berdasarkan sumberdaya yang dimiliki. Kombinasi produksi optimal tersebut akan memberikan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan. Berdasarkan hasil olahan menggunakan program LINDO yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 12, maka diketahui

kombinasi jumlah produksi optimal yang seharusnya diproduksi oleh PT Godongijo Asri selama satu siklus produksi pada bulan Mei sampai Juni 2011.

Hasil tersebut menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara kombinasi produksi aktual dan optimal. Perbedaan kombinasi produksi tersebut dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Kombinasi Produksi Aktual dan Optimal pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis

Jenis Tanaman Kondisi Aktual (unit) Kondisi Optimal (unit) Selisih Produksi (unit) Begonia thelmae 691 712 -21 Dracaena golden 1837 1766 71 Epipremnum gold 588 627 -39 Homalomena 478 513 -34 Miana 620 629 -9 Monocostus uniflorus 361 405 -44

Peperomia obtusivolia variegata 279 310 -31

Peperomia scandens 511 558 -47

Polyscias 356 427 -71

Schefflera varigata 207 223 -16

Syngonium pink neon 327 378 -51

Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa terdapat sepuluh jenis tanaman hias yang memiliki jumlah produksi optimal yang lebih besar dari jumlah produksi aktual yaitu tanaman jenis Begonia thelmae, Epipremnum gold, Homalomena, Miana, Monocostus uniflorus, Peperomia obtusivolia variegata,

68 Peperomia scandens, Polyscias, Schleffera varigata, dan, Syngonium pink neon. Hal ini dikarenakan kesepuluh jenis tanaman tersebut memberikan kontribusi keuntungan yang besar, sehingga mendapatkan alokasi sumberdaya yang lebih besar dan memenangkan persaingan.

Pada sisi lain terdapat tanaman hias yang memiliki jumlah produksi aktual lebih besar dari jumlah produksi optimal yaitu tanaman hias jenis Dracaena golden. Hal tersebut dikarenakan kontribusi keuntungan tanaman hias tersebut lebih rendah dibandingkan tanaman hias lainnya, Akan tetapi, di sisi lain kontribusi keuntungan yang rendah tersebut tidak menyebabkan tanaman jenis ini kalah bersaing dengan tanaman hias lainnya. Dracaena golden diproduksi pada batas maksimum permintaan hal tersebut dikarenakan ketersedian sumberdaya indukan yang dimiliki mampu mencapai jumlah permintaan. Sehingga walaupun keuntungan per unit tanaman hias ini rendah namun jumlah yang diproduksi tinggi.

Sebelas jenis tanaman hias untuk VEGA saling bersaing dalam menggunakan sumberdaya yang sama pada PT Godongijo Asri dengan proporsi yang sama namun batas maksimum permintaannya berbeda, sehingga jumlah produksi optimal tanaman hias untuk VEGA tersebut berbeda dengan kondisi aktualnya. Perbedaan jumlah produksi aktual dengan optimal akan

memperngaruhi keuntungan yang diperoleh perusahaan. Seharusnya PT Godongijo Asri mampu memperoleh keuntungan sebesar Rp 26.589.260 dari

satu siklus produksi pada bulan Mei 2011 sampai dengan Juni 2011 jika berproduksi pada kondisi optimal. Apabila nilai keuntungan tersebut dibandingkan dengan keuntungan total pada kondisi aktual, maka terdapat peningkatan sebesar Rp 1.337.298. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan produksi tanaman hias untuk VEGA selama periode analisis masih belum optimal.

Berdasarkan hasil olahan LINDO, diketahui pula bahwa kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA tetap diproduksi seluruhnya, namun jumlah setiap jenisnya berbeda-beda. Dengan demikian semua tanaman hias merupakan tanaman hias yang terpilih, karena apabila tetap diproduksi maka tidak akan

69 mengurangi jumlah keuntungan PT Godongijo Asri. Reduced cost pada hasil olahan LINDO yang bernilai neagatif dikarenakan adanya pembulatan yang dilakukan dengan integer programming.

6.2.2.2 Analisis Penggunaan Sumberdaya (Analisis Dual)

Analisis dual merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui besarnya sumberdaya yang digunakan oleh perusahaan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui apakah sumberdaya yang digunakan dalam produksi ketersediaannya berlebihan atau mengalami kelangkaan dengan melihat nilai slack/surplus dan nilai dual (shadow price). Nilai sumberdaya yang terbatas atau langka dinyatakan dengan nilai slack/surplus yang sama dengan nol, artinya sumberdaya tersebut habis terpakai dalam kegiatan produksi. Kendala yang memiliki nilai seperti ini sering disebut kendala aktif, artinya apabila penggunaanya ditambah sebesar satu satuan maka keuntungan akan meningkat sebesar dual price.

Nilai dual dari sumberdaya yang langka akan lebih besar dari nol dan merupakan harga bayangan dari sumberdaya tersebut. Setiap perubahan satu unit ketersediaan akan menyebabkan perubahan nilai tujuan sebesar shadow price nya. Sumberdaya yang menjadi kendala utama dalam pencapaian hasil optimal dapat dilihat dari kendala yang memiliki shadow price terbesar.

Sumberdaya yang memiliki dual price sama dengan nol biasanya akan memiliki nilai slack/surplus. Sumberdaya ini disebut sumberdaya berlebih atau kendala pasif. Nilai nol pada dual price tersebut menunjukan bahwa penambahan satu satuan ketersedian sumberdaya tidak akan mempengaruhi nilai fungsi tujuan. Sehingga apabila perusahaan menambah ketersediaan sumberdaya yang berlebih tersebut, maka tidak akan diperoleh tambahan pendapatan bagi perusahaan.

Pada penelitian dilakukan analisis dual dengan maksud mengetahui penggunaan sumberdaya pada kegiatan produksi tanaman hias untuk VEGA, sehingga diketahui sumberdaya yang berlebih dan sumberdaya yang langka. Sumberdaya yang memiliki nilai slack/surplus tinggi pada kondisi optimal dapat direlokasi untuk penambahan sumberdaya pembatas sehingga tidak terjadi

70 PT Godongijo Asri. Berdasarkan hasil olahan LINDO diketahui bahwa seluruh sumberdaya yang digunakan dalam produksi tanaman hias untuk VEGA merupakan sumberdaya berlebih. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai slack/surplus yang berlinai lebih besar dari nol.

1. Kendala Lahan

Penggunaan lahan produksi tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri terbagi untuk mistroom dan greenhouse. Kesebelas jenis

tanaman hias untuk VEGA memanfaatkan lahan secara bersama-sama. Tingkat penggunaan lahan optimal dapat dilihat dari nilai slack/surplus pada output LINDO yang terdapat pada Lampiran 12 . Jika lahan memiliki nilai slack/surplus sama dengan nol maka sumberdaya lahan tersebut termasuk kendala aktif. Namun jika nilai dual price nya sama dengan nol, maka lahan termasuk kendala pasif. Perbandingan tingkat penggunaan lahan pada kondisi aktual dan optimal dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Tingkat Penggunaan Lahan pada Kondisi Kombinasi Produksi Aktual dan Optimal dalam Produksi Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis pada PT Godongijo Asri

Sumberdaya Aktual Optimal Dual

Price

Tersedia Terpakai Sisa Tersedia Terpakai Sisa

Mistroom 197 192 5 197 196,44 0,560004 0

Greenhouse 366,7 366,7 0 366,7 327,40 39,2999 0

Tabel di atas menunjukan bahwa penggunaan lahan pada kondisi produksi optimal dan aktual berbeda. Penggunaan lahan untuk mistroom pada kondisi produksi aktual lebih besar dibandingkan dengan penggunaan lahan pada kondisi optimal dengan sisa ketersediaan sebesar 5 m² pada kondisi aktual dan 0,560004 m²pada kondisi optimal. Begitu pula dengan penggunaan lahan untuk greenhouse pada kondisi aktual lebih besar dibanding kondisi optimal. Terdapat sisa ketersediaan pada kondisi optimal sebesar 39,2999 m², sedangkan pada kondisi aktual tidak terdapat kelebihan ketersediaan lahan. Kelebihan ketersediaan lahan untuk greenhouse tersebut sebaiknya dialokasikan untuk produksi tanaman hias

71 jenis lain, sehingga pemanfaatan lahan di PT Godongijo Asri dapat efisien dan efektif.

Nilai sisa yang bernilai lebih besar dari nol pada kondisi optimal menunjukan bahwa sumberdaya tersebut merupakan sumberdaya yang berlebih pada perusahaan. Dengan demikian greenhouse dan mistroom yang memiliki nilai slack/surplus besar dari nol merupakan sumberdaya berlebih. Namun jika dilihat nilai slack/surplus pada mistroom yang bernilai kurang dari satu maka berarti sebenarnya semua sumberdaya tersebut terpakai tetapi terdapat bagian mistroom yang tidak terpakai secara maksimal dalam kegiatan produksinya.

2. Indukan

Penggunaan indukan untuk setiap jenis tanaman hias berbeda-beda. Pada keadaan aktual perusahaan menggunakan seluruh indukannya dalam berproduksi. Hal tersebut dilakukannya dengan alasan berupaya memanfaatkan seluruh sumberdaya yang dimilikinya. Pada hasil analisis kondisi optimal diketahui bahwa indukan merupakan sumberdaya yang berlebih. Tingkat penggunaan sumberdaya indukan pada kondisi aktual dan optimal dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Tingkat Penggunaan Indukan pada Kondisi Kombinasi Produksi Aktual dan Optimal dalam produksi Tanaman Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis

Sumberdaya Aktual Optimal Dual

Price

Tersedia Terpakai Sisa Tersedia Terpakai Sisa

Begonia thelmae 198 198 0 198 196,0261 0,0640 0 Dracaena golden 202 202 0 202 197,9360 5,9739 0 Epipremnum gold 232 232 0 232 231,9991 0,0099 0 Homalomena 114 114 0 114 113,8861 0,1139 0 Miana 175 175 0 175 174,8620 0,1380 0 Monocostus uniflorus 90 90 0 90 89,9101 0,0899 0 Peperomia obtusivolia variegate 69 69 0 69 68,8201 0,1799 0 Peperomia scandens 124 124 0 124 123,8761 0,1239 0 Polyscias 95 95 0 95 94,7941 0,2059 0 Schefflera varigata 62 62 0 62 61.994 0,0060 0 Syngonium pink neon 140 140 0 140 139,8601 0,1399 0

72 Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa Indukan untuk sebelas jenis tanaman hias merupakan sumber yang berlebih. Hal tersebut terlihat dari nilai slack/surplus yang bernilai lebih besar dari nol. Terdapat sepuluh jenis tanaman hias untuk VEGA yang memiliki nilai slack/surplus yang bernilai lebih besar dari nol tetapi kurang dari satu. Hal tersebut berarti sebenarnya semua indukan terpakai namun terdapat indukan yang penggunaannya tidak maksimal. Tanaman tersebut yaitu Begonia thelmae, Epipremnum gold, Homalomena, Miana, Monocostus uniflorus, Peperomia obtusivolia variegata, Peperomia scandens, Polyscias, Schleffera varigata, dan, Syngonium pink neon.

Indukan jenis Dracaena golden memiliki kelebihan sebesar 5,973998 pot sebaiknya diletakkan pad showroom dan dijual kepada konsumen hal tersebut dikarenakan jika tetap dirawat pada greenhouse produksi maka akan menimbulkan biaya bagi PT Godongijo Asri. Selain itu, lahan yang selama ini digunakan untuk indukan Dracaena golden dapat dimanfaatkan untuk produksi tanaman hias jenis lain, sehingga tidak terjadi pemborosan lahan

Penambahan jumlah indukan pada produksi tanaman hias untuk VEGA tidak akan menambah jumlah keuntungan yang diperoleh karena dual price sumberdaya indukan tersebut bernilai nol. Hal tersebut menunjukan bahwa sebaiknya perusahaan tidak menambah sumberdaya indukan sebelas jenis tanaman hias.

Dokumen terkait