• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi Produksi Tanaman Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri, Sawangan, Depok, Provinsi Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimalisasi Produksi Tanaman Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri, Sawangan, Depok, Provinsi Jawa Barat."

Copied!
215
0
0

Teks penuh

(1)

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumberdaya hayati yang beraneka ragam. Hal tersebut dikarenakan letak geografis Indonesia yang berada pada garis katulistiwa tepatnya 6º LU ± 11º LS dan 95º BT - 141º BT. Keanekaragaman tersebut menjadi peluang yang sangat besar bagi pengembangan bisnis di sektor pertanian. Potensi sumberdaya manusia yang melimpah, ketersediaan teknologi dan pasar Indonesia juga turut mendukung pengembangan usaha di sektor pertanian tersebut. Adapun salah satu subsektor dalam pertanian yang dapat dikembangkan adalah holtikultura yang meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, tanaman hias (florikultura) dan tanaman obat-obatan (biofarmaka).

Pengembangan usaha di bidang hortikultura dapat menjadi sumber pangan dan gizi melalui komoditas sayuran dan buah-buahan, sumber estetika melalui tanaman hias, sumber bahan baku industri obat-obatan dan kosmetika yang berasal dari tanaman biofarmaka, dan sumber pendapatan bagi rumah tangga yang melakukan kegiatan produksi di bidang hortikultura. Bahkan secara nasional komoditas hortikultura mampu memberikan sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar. Sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2008, kontribusi subsektor holtikultura terhadap PDB Indonesia terus mengalami peningkatan. Hal tersebut menunjukan bahwa subsektor holtikultura merupakan subsektor yang mempunyai prospek baik untuk mendorong perekonomian Indonesia di masa yang akan datang, sehingga layak untuk dikembangkan. Perolehan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) pada beberapa tahun terakhir tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1.

(2)

2 negara yang ikut serta dalam bisnis tanaman hias mampu mendorong perekonomiannya melalui devisa ekspor tanaman hias. Misalnya pada tahun 2008 Costarica, Kolombia, dan Indon esia memperoleh devisa dari tanaman hias masing-masing mencapai 400 juta dolar AS, satu miliar dolar AS, lima belas juta dolar AS pertahun dari total perdagangan internasional yang mencapai 90 miliar dolar AS pertahun1.

Saat ini bisnis tanaman hias terbuka lebar untuk pasar dunia maupun domestik bagi Indonesia. Pada beberapa tahun , ekspor tanaman hias Indonesia ke beberapa negara tujuan mengalami peningkatan yang cukup signifikan, baik dari volume maupun nilainya. Pasar ekspor tanaman hias Indonesia terbesar adalah negara Jepang, diikuti Korea,Belanda, Amerika Serikat dan Singapura. Salah satu contoh peluang pasar dunia dapat terlihat dari adanya kelebihan permintaan dari Negara Belanda sebesar dua belas kontainer pertahun2. Selain itu, untuk pasar domestik peluang bisnis tanaman hias juga menunjukan hal yang sama. Hal tersebut dikarenakan berkembangnya kesadaran masyarakat terhadap nilai estetika dan kesehatan lingkungan sehingga mendorong minat terhadap pemanfaatan tanaman hias.

Tanaman hias banyak dimanfaatkan untuk memperindah lingkungan sekitar baik di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor). Sebagai penghias dalam ruangan, tanaman hias dapat diletakan dalam pot yang ditempatkan di meja ataupun areal rumah, perkantoran, hotel, restoran atau apartemen. Sedangkan pemanfaatan di luar ruangan dapat dijadikan sebagai tanaman pelindung, penghias taman, centre point, bedengan dan penutup tanah. Selain itu, tanaman hias juga dapat berperan dalam kesehatan lingkungan yaitu sebagai penyaring udara baik di dalam maupun di luar ruangan. Tanaman hias juga dapat dimanfaatkan untuk dekorasi dalam acara perkawinan dan perayaan hari besar sehingga dapat menambah keindahan. Tanaman hias dapat ditanam pada areal yang sempit bahkan dapat dimanfaatkan pada lahan vertikal melalui konsep taman tegak.

1

Sinar Tani. 2011. Memetik Dolar dari Tanaman Hias. http://www.sinartani.com. Diakses pada tanggal 18 April 2011

2

(3)

3 Semakin berkembangnya pemanfaatan tanaman hias dan besarnya peluang pasar menjadi pemacu para produsen tanaman hias untuk meningkatkan produksinya. Hal tersebut terlihat dari beberapa produksi tanaman hias Indonesia yang cenderung mengalami peningkatan pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Periode 2003 ± 2009 TAHUN

Sedap Malam Melati Palem Dracaena Anyelir Gerbera

(Tangkai) (Kg) (Pohon) (Pohon) (Tangkai) (Tangkai)

2003 16.139.563 15.740.955 668.154 2.553.020 2.391.113 3.071.903

2004 33.226.112 21.622.699 445.126 1.778.582 2.196.377 2.349.399

2005 32.611.284 22.552.537 751.505 1.131.621 2.216.123 4.065.057

2006 30.373.679 24.795.995 986.340 905.039 1.781.046 4.874.098

2007 21.687.493 15.775.751 1.171.768 2.041.962 1.901.509 4.931.441

2008 25.180.043 20.357.698 1.094.096 1.845.490 2.995.153 4.103.560

2009 51.047.807 28.307.326 1.260.408 2.262.505 5.320.824 5.185.586

Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)

Pada Tabel 1, terlihat bahwa produksi tanaman hias di Indonesia mengalami fluktuasi namun cenderung mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari produksi tanaman hias antara lain sedap malam, melati, palem, anyelir, Gerbera, dan Dracaena. Peningkatan produksi terbesar terjadi tahun 2007 pada tanaman Dracaena yaitu sebesar 125,62 persen. Pada tahun 2008 produksinya sempat mengalami penurunan sebesar 8,72 persen, namun kembali mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebesar 22,6 persen.

Pada tahun 2011, jumlah produksi tanaman hias juga ditargetkan mengalami peningkatan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura. Untuk tanaman bunga atau daun potong ditargetkan produksi sebesar 270.770.892 tangkai dengan laju pertumbuhan 9,15 persen dan untuk tanaman pot dan lanskap ditargetkan produksi sebesar 12.809.235 pohon dengan laju pertumbuhan 5,14 persen. Sementara itu, untuk tanaman bunga tabur ditargetkan produksi sebesar 27.364.964 kg dengan laju pertumbuhan 9,59 persen3.

3

(4)

4 Jenis tanaman hias yang diproduksi di Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis yang disesuaikan dengan kondisi alam masing ± masing daerah di Indonesia. Adapun salah satu daerah di Indonesia yang menjadi sentra tanaman hias adalah Jawa Barat (Dithias 2009). Provinsi Jawa Barat sendiri memiliki beberapa sentra tanaman hias yang meliputi Bandung, Cianjur, Sukabumi, Karawang, Bekasi, Garut, Depok, dan Bogor. Masing ± masing daerah tersebut memiliki komoditas unggulan yang berbeda ± beda mulai dari tanaman hias bunga potong, tanaman hias daun potong, dan tanaman hias dalam pot yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis Tanaman Hias Menurut Sentra Tanaman Hias di Jawa Barat

KABUPATEN/KOTA JENIS TANAMAN HIAS

Kab. Bandung Mawar, Anggrek, Kaktus, Krisan, Gladiol,

Anthurium, Palem, Bougenville, Heliconia, Gerbera Cianjur Mawar, Sedap malam, Kaktus, Anggrek, Krisan,

Gladiol. Gerbera, Dracaena, Zingeberase, Aspharagus Sukabumi Mawar, Melati, Sedap malam, Kaktus, Helioconia,

Cicas, Pakis

Bogor Anggrek, Mawar, Melati, Krisan, Zingiberaceae, Heliconia, Pakis, Adenium, Ficus, Aglaonema, Euphorbia.

Karawang dan Kab.Bekasi

Cemara, Palem, Melati, Zingiberaceae, Anggrek, Adenium, Aglaonema, Dracaena

Garut Anggrek, Palem, Melati, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Dracaena, Cordiline

Depok Anggrek, Bougenville, Cemara, Palem, Dracaena, Cordeline, Aglaonema, Adenium, Anthurium Sumber : Direktorat Budidaya Tanaman Hias 2009

(5)

rata-5 rata sebesar 3,9 mm/th, kecepatan angin rata-rata sebesar 14,5 knot, dan penyinaran matahari rata-rata sebesar 49,8 persen. Keadaan geografis tersebut sangat mendukung dalam pengembangan berbagai jenis tanaman hias di Depok. Selain itu, ketersediaan lahan pertanian yang cukup di kota Depok yang berjumlah seluas 932 hektar juga merupakan faktor pendukung keberhasilan produksi tanaman hias di kota Depok4.

PT Godongijo Asri merupakan salah satu perusahaan tanaman hias yang berlokasi di Sawangan Depok, Jawa Barat. Perusahaan tersebut mengusahakan berbagai macam jenis tanaman hias. Sejak awal tahun 2010, PT Godongijo Asri mulai mengembangkan bisnis tanaman taman tegak atau vertical garden (VEGA) dan berusaha menjadi trendsetter di Indonesia.

Vertical garden (VEGA) merupakan inovasi tanaman yang pertama kali dikenal di Babilonia pada tahun 600 SM. Daerah tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Hanging Garden of Babylon dan dipercaya sebagai cikal bakal berkembangnya roof garden dan vertical garden. Walaupun cikal bakal berkembangnya VEGA berasal dari Babilonia, namun justru Negara Perancis yang menjadi pionir taman ini. Seorang ilmuwan asal Perancis yang bernama Patric Blanc mengenalkan konsep VEGA kepada masyarakat. Beliau terinspirasi oleh aneka tumbuhan lumut dan paku-pakuan yang hidup di bebatuan dan batang pohon di hutan hingga akhirnya Beliau mulai terpikir untuk membuat tiruan dari tanaman tersebut yaitu dengan teknik penanaman secara vertikal.

Saat ini di Indonesia, konsep VEGA belum banyak dikenal dan dikembangkan. Banyak perumahan di Indonesia dengan lahan yang terbatas dan perkantoran yang berada di tengah kota dengan polusi udara yang menumpuk memerlukan keasrian dan keindahan. Selain itu, adanya peraturan pemerintah daerah Ibu kota DKI Jakarta yang mencanangkan Ruang Terbuka Hijau sebesar 30 persen di setiap bangunan atau wilayah untuk mengurangi polusi udara. Hal-hal tersebut menjadi pertimbangan PT Godongijo Asri dalam mengembangkan konsep VEGA dalam kegiatan bisnisnya.

4

(6)

6

1.2Perumusan Masalah

Menurut Salvatore (2001) perusahaan adalah suatu organisasi yang mengkombinasikan dan mengorganisir berbagai sumber daya yang bertujuan untuk memproduksi barang dan jasa untuk dijual. Hal tersebut bertujuan untuk mencapai keuntungan yang maksimal. PT Godongijo Asri merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tanaman hias yang beraneka ragam. Dalam memproduksi berbagai tanaman hias, PT Godongijo Asri menggunakan berbagai macam input diantaranya lahan, tenaga kerja, pupuk, pestisida, media tanam, dan lain-lain. Sejak awal tahun 2010, PT Godongijo Asri mencoba inovasi baru di Indonesia dengan mengembangkan bisnis tanaman hias vertical garden (VEGA).

Vertical Garden (VEGA) merupakan konsep taman tegak, yaitu tanaman dan elemen taman lainnya yang diatur sedemikian rupa dalam bidang tegak. Adapun tanaman hias untuk VEGA yang diproduksi oleh PT Godongijo Asri terdiri dari sebelas jenis antara lain Begonia thelmae, Dracaena golden, Epipremnum gold, Homalomena, Miana, Monocostus uniflorus, Peperomia obtusivolia varigata, Peperomia scandens, Polyscias, Schleffera varigata, dan Syngonium pink neon. Namun terdapat pula beberapa jenis tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri yang diperoleh dari para petani.

Sebagai perusahaan yang baru mengembangkan bisnis VEGA, PT Godongijo Asri belum memiliki sistem manajeman yang baik dalam

(7)

7 Tabel 3. Data Produksi dan Permintaan Tanaman Hias untuk VEGA pada

PT Godongijo Asri selama Periode Analisis

No. JENIS Produksi Permintaan Selisih

TANAMAN (unit) (unit) (unit)

1 Begonia thelmae 691 1228 -537

2 Dracaena golden 1837 1766 71

3 Epipremnum gold 588 1221 -633

4 Homalomena 478 1337 -859

5 Miana 620 1460 -840

6 Monocostus uniflorus 361 908 -547

7 Peperomia obtusivolia varigata 279 905 -626

8 Peperomia scandens 511 1201 -690

9 Polyscias 356 988 -632

10 Schefflera varigata 207 1022 -815

11 Syngonium pink neon 327 986 -659

TOTAL 6.255 13.022 -6.767

Sumber : PT Godongijo Asri 2011 (diolah)

Pada di atas terlihat bahwa terdapat selisih antara produksi dengan permintaan tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri. Total produksi tanaman hias perusahaan mengalami kekurangan sebanyak 6.767 unit dari jumlah yang diminta oleh pasar. Namun, untuk jenis Dracaena golden perusahaan mengalami kelebihan produksi sebesar 71 unit dari jumlah yang diminta pasar. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dievaluasi sejauh mana kegiatan produksi yang dilakukan perusahaan selama ini dapat memberikan keuntungan yang maksimal.

Keuntungan yang maksimal merupakan tujuan utama PT Godongijo Asri dalam menjalankan kegiatannya. Akan tetapi dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan dihadapkan pada beberapa permasalahan antara lain biaya produksi dan harga jual yang berbeda-beda dari setiap jenis tanaman hias. Hal tersebut dikarenakan harga jual dan biaya produksi akan mempengaruhi jumlah keuntungan yang diperoleh perusahaan. PT Godongijo Asri tidak dapat hanya memproduksi tanaman hias yang memiliki tingkat keuntungan yang tinggi. Hal ini

karena tingkat permintaan dari kesebelas jenis tanaman hias juga bervariasi dan

(8)

8 Pada sisi lain tujuan utama perusahaan juga dihadapkan dengan permasalahan sumberdaya yang digunakan. Sumberdaya yang dimiliki perusahaan bersifat terbatas dan digunakan secara bersama-sama oleh kesebelas jenis tanaman pada proses produksinya, sehingga hal tersebut menimbulkan persaingan dalam penggunaannya. Persaingan penggunaan sumberdaya menyebabkan ketersediaannya sangat penting untuk diperhatikan. Adapun sumberdaya yang digunakan secara bersama-sama oleh kesebelas jenis tanaman hias tersebut antara lain yaitu lahan, tray, media tanam, pupuk, pestisida dan tenaga kerja.

Sumberdaya lahan pada PT Godongijo Asri memiliki ketersediaan yang terbatas. Perluasan lahan untuk mistroom dan greenhouse yang saat ini digunakan belum dapat dilakukan karena diperlukan biaya yang sangat besar dan keterbatasan lahan sekitar yang dipenuhi oleh perumahan penduduk. Keterbatasan lahan yang tersedia pada PT Godongijo Asri menyebabkan perlunya perumusan kombinasi produksi optimal agar alokasi penggunaan lahan dapat dilakukan secara tepat.

(9)

9 Pada umumnya selama proses produksi suatu perusahaan akan dihadapkan

dengan banyak perubahan. Perubahan tersebut mengakibatkan diperlukannya

analisis untuk mengetahui dampak yang akan terjadi. Adapun perubahan tersebut

antara lain dapat berupa perubahan kegiatan produksi, ketersediaan sumberdaya

perusahaan, tingkat penjualan ataupun perubahan harga yang secara langsung

dapat mempengaruhi tujuan perusahaan dalam memaksimalkan keuntungan. Akan

tetapi menurut manajemen PT Godongijo Asri sejauh ini tidak pernah terjadi

perubahan yang signifikan pada tingkat harga, biaya input, tingkat penjualan dan

ketersediaan sumberdaya. Perubahan yang terjadi yaitu pada jenis tanaman hias

yang diproduksi yaitu tanaman Episcia variabilis. Hal tersebut dikarenakan

selama ini tanaman tersebut diperoleh dari petani dengan kontinuitas yang kurang baik. Namun di sisi lain permintaan dan harga dari tanaman Episcia variabilis terbilang tinggi. Oleh karena itu perlu dianalisis terhapat perubahan kegiatan produksi tersebut.

Berdasarkan hal-hal tersebut maka perumusan masalah dari penelitian yang dilakukan adalah :

1. Apakah kombinasi produksi tanaman hias untuk VEGA yang dilakukan PT Godongijo Asri sudah mencapai kondisi optimal

2. Bagaimana kombinasi produksi optimal tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri

3. Bagaimana alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PT Godongijo Asri untuk mencapai kondisi optimal

4. Bagaimana pengaruh yang terjadi pada kombinasi produksi awal PT Godongijo Asri apabila terdapat perubahan.

1.3 Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui apakah kombinasi produksi tanaman hias untuk VEGA yang

dilakukan PT Godongijo Asri telah optimal

(10)

10 3. Mengetahui alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PT Godongijo Asri untuk

mencapai kondisi optimal

4. Mengetahui pengaruh yang terjadi pada kombinasi produksi awal PT Godongijo Asri apabila terdapat perubahan

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain :

1. Sebagai salah satu acuan bagi PT Godongijo Asri dalam menentukan keputusan produksi tanaman hias untuk VEGA, sehingga produk yang dihasilkannya dapat optimal dan menghasilkan keuntungan yang maksimal. 2. Sebagai tambahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya

3. Sebagai media dalam penerapan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan dan menambah pengalaman bagi penulis.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(11)

11

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Hias Indonesia

Wilayah dan iklim di Indonesia yang termasuk dalam wilayah tropis menyebabkan banyak tanaman dapat tumbuh dengan baik di Indonesia, salah satunya yaitu tanaman hias (Lestari, 2009). Menurut Direktorat Budidaya Tanaman Hias (2005), tanaman hias adalah jenis tanaman yang berasal dari kelompok tanaman daun atau tanaman bunga yang ditata untuk memperindah lingkungan sehingga suasana menjadi lebih artistik dan menarik.

Tanaman hias memiliki banyak fungsi dan kegunaan. Dalam lanskap, tanaman hias memiliki fungsi sebagai tanaman pelindung, penghias taman, centre point, bedengan dan penutup tanah. Sementara itu, menurut Waty (2010) tanaman hias juga dapat memberikan suasana indah mempesona, melembutkan pandangan, dan memberikan kecemerlangan sepanjang waktu. Berbagai tanaman hias umumnya ditanam untuk menghijaukan dan mempercantik suatu taman atau sebagai tanaman hias pot yang ditempatkan di meja ataupun areal rumah, perkantoran, hotel, restoran atau apartemen.

Pada kehidupan sehari-hari komoditas tanaman hias dibudidayakan untuk dinikmati keindahannya yang dapat terpancar dari keseluruhan tajuk tanaman juga bentuk, warna bunga, dan kerangka tanaman (Waty, 2010). Tanaman hias memiliki berbagai macam jenis. Menurut Endah (2007), tanaman hias berdasarkan bagian tanaman yang dinikmatinya terbagi menjadi dua jenis yaitu tanaman hias daun dan tanaman hias bunga. Tanaman hias daun adalah tanaman hias yang memiliki warna warni daun yang indah dengan bentuk dan tajuk bervariasi, unik, dan eksotik. Sehingga meskipun tidak berbunga tetapi keindahan warna dan bentuk daunnya mampu menghadirkan keasrian di lingkungan sekitar rumah, perkantoran atau apartemen. Sedangkan tanaman hias bunga adalah tanaman hias yang memiliki kemampuan menghasilkan bunga dengan bentuk, warna, dan keharuman yang unik.

(12)

12 lebih mudah dan dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan tanaman hias bunga.

Pemanfaatan tanaman hias dapat dilakukan pada pada areal yang sempit bahkan dapat ditanam pada lahan vertikal yaitu dengan konsep taman tegak. Akan tetapi tidak semua jenis tanaman hias dapat dimanfaatkan pada lahan vertikal. Tanaman ± tanaman yang memiliki karakteristik daun yang merambat atau menjulur dengan waktu pertumbuhan yang relatife sama akan lebih menambah keindahan taman tegak tersebut, dan pada umumnya jenis tanaman hias yang digunakan adalah tanaman hias daun.. Adapaun beberapa jenis tanaman hias daun yang dapat dimanfaatkan untuk VEGA antara lain yaitu :

1. Begonia thelmae

Begonia thelmae merupakan terna berukuran kecil yang tumbuh merayap. Daunnya berbentuk memanjang dan berukuran kecil dengan panjang 6-7 cm dan lebar 3-4 cm, berwarna hijau dan ditumbuhi bulu yang tampak seperti beludru, permukaan bawah daun berwarna kemerahan, bertangkai pendek dengan ukuran 0.8-1 cm. Tanaman ini memiliki bunga berwarna putih dan berukuran kecil (Hartutiningsih dan Siregar, 2008).

2. Dracaena

(13)

13 3. Epipremnum gold

Menurut Brigg dan calvin (1987), Epipremnum gold merupakan tanaman hias yang termasuk dalam famili Aracaea. Tanaman ini memerlukan suhu yang panas, pencahayaan matahari yang cukup, dan kelembaban yang cukup.

4. Homalomena

Menurut Heyne (1987), Homalomena merupakan suatu terna yang cegak, dengan akar dan batang yang sebagian besar terletak di tanah yang menegak pada ujungnya, daun berbentuk jantung, tipis, dan mengkilap. Tanaman ini memiliki rimpang yang terbagi dalam ruas-ruas pendek namun tidak menonjol. Selain itu, rimpangnya juga diselimuti oleh kulit ari yang berwarna coklat tua. Bagian dalam rimpang berwarna putih, padat, berserat, dan apabila terpotong maka akan mengeluarkan bau yang merangsang indera penciuman seperti bau akar kelor yang dimemarkan.

5. Miana

Menurut Brigg dan Calvin (1987), Miana atau coleus merupakan tanaman hias yang termasuk dalam famili Labiatae atau bayam-bayaman. Berasal dari daratan Afrika yang beriklim tropis dan negara-negara Asia. Tanaman ini memerlukan suhu yang panas, pencahayaan matahari yang cukup, kelembaban yang cukup. Perbanyakan tanaman hias ini dapat dilakukan dengan stek pucuk dan biji

6. Monocostus uniflorus

Monocostus uniflorus termasuk dalam famili Costaceae. Tanaman ini memiliki daun berbentuk oval dengan ketebalan sekitar 2 sampai 2,5 inci, berwarna kuning (Brigg dan Calvin, 1987).

7. Peperomia obtusivolia variegata

(14)

14 daun. Peperomia obtusivolia variegata memiliki daun dengan batas putih krem dengan zona pusat hijau.

8. Peperomia scandens

Menurut Brigg dan Calvin (1987), Peperomia merupakan famili dari Piperacaea. Genus dari peperomia mencakup lebih dari 1000 spesies yang hanya sedikit dibudidayakan secara luas. Berasal dari Meksiko dan Amerika Selatan. Peperomia scandens memiliki daun berbentuk hati, berwarna hijau pucat dan berukuran 5-8 cm. Tanaman ini merupakan tanaman rumput yang banyak berada di daerah tropis dan subtropis, tumbuh pada lingkungan yang kering, dengan temperatur yang panas, pencahayaan yang cukup. Perbanyakan tanaman hias ini dapat dilakukan dengan stek batang dan stek daun.

9. Polyscias

Menurut Heyne (1987), Polyscias merupakan tumbuhan berpembuluh dan berbunga, menghasilkan biji, dan termasuk dalam famili Araliaceae. Kelompok ini terdiri dari sekitar delapan puluh semak tropis dan pohon-pohon yang asli Selandia Baru, Asia Tropis, dan Kepulauan Pasifik. Polyscias tumbuh baik pada suhu di atas 55º F, di bawah sinar matahari penuh atau cahaya terang. Mereka dapat tumbuh di setiap tanah yang baik, namun lebih memilih lempung, gambut, dan cetakan daun, dengan sedikit pasir dan arang. Perbanyakan Polyscias dapat dilakukan dengan stek batang, stek akar, dan tunas.

10. Schefflera varigata

Menurut Heyne (1987), walisongo varigata atau Schefflera varigata merupakan tumbuhan perdu yang bercabang sangat banyak. Schefflera membutuhkan pencahayaan yang terang. Jika tanaman tidak menerima cahaya yang cukup atau terlalu jauh dari sumber cahaya, Schefflera akan menjadi kurus. Perbanyakan dilakukan dengan stek daun.

11. Syngonium pink neon

(15)

15 termsuk dalam tanaman berpembuluh, berbunga, dan berkeping satu. Daun syngoniums kebanyakan kasar, mengkilap, dan berwarna merah muda.

2.2 Optimalisasi Produksi Komoditas Tanaman Hias

Penelitian mengenai optimalisasi produksi telah banyak dilakukan. Hasil penelitian tersebut dapat berfungsi sebagai tambahan informasi bagi penelitian yang akan dilakukan. Pada umumnya penelitian mengenai optimalisasi produksi bertujuan untuk mencari kombinasi produksi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan yang maksimal dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan (Irawan 2001; Silalahi 2006; Mariyati 2008; Lestari 2009).

Linear programming merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk memecahkan permasahan optimalisasi tersebut. Lestari (2009) dan Silalahi (2006) menggunakan metode linear programming untuk memecahkan permasahan optimalisasi dalam penelitiannya, sedangkan Irawan (2001) dalam tesisnya menggunakan metode goal programming untuk memecahkan permasalahan optimalisasi produksi bibit tanaman dengan bioteknologi sistem kultur jaringan pada PT Dafa Teknoagro Mandiri.

Untuk memperoleh model linear programming dibutuhkan tiga unsur utama yaitu fungsi tujuan, variabel keputusan, dan kendala. Variabel keputusan yang digunakan dalam suatu penelitian dapat berupa jenis komoditas (Lestari 2009; Irawan 2001; Maryati 2008). Selain komoditas yang dijadikan sebagai variabel keputusan, dimensi waktu juga dapat dijadikan sebagai variabel keputusannya. Silalahi (2006), menggunakan dimensi waktu dari triwulan 1 sampai triwulan 12.

(16)

16 jumlah yang akan diproduksi. Batas minimum jumlah yang harus produksi dan modal juga dapat dimasukan menjadi kendala (Silalahi, 2006)

Analisis yang dapat digunakan dalam linear programming yaitu analisis primal, dual, dan sensitivitas. Akan tetapi, dapat pula dilengkapi dengan analisis post optimal (Irawan 2001; Silalahi 2006; Mariyati 2008; Lestari 2009). Berdasarkan hasil penetitian terdahulu mengenai optimalisasi produksi, maka dapat diketahui bahwa salah satu alat analisis kuantitatif yang dapat membantu dengan baik dalam penyusunan perencanaan keputusan kombinasi produksi optimal adalah linear programming.

Penyusunan produksi optimal akan mengahasilkan suatu jawaban atau

solusi optimal. Solusi optimal yang diperoleh dari model yang terbentuk dapat

berbeda dengan kondisi aktual yang ada pada perusahaan. Silalahi (2006)

menyatakan bahwa berdasarkan model yang dibentuk terdapat adanya perbedaan

tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan. Penelitian tersebut menyebutkan

bahwa solusi optimal mampu memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kondisi produksi aktual yang ada dalam perusahaan. Hal

tersebut juga terjadi pada penelitian Irawan (2001), Mariyati (2008), dan Lestari

(2009) yang menyebutkan bahwa pada kondisi produksi yang optimal mampu

menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi

aktual.

Penelitian mengenai optimalisasi produksi yang telah dilakukan

sebelumnya memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Adapun

perbedaanya terletak pada komoditas yang diteliti yaitu tanaman hias serta

variabel-variabel kendala yang ada. Sedangkan persamaan penelitian ini dapat

terlihat dari metode analisis yang sama yaitu Linear Programming. Penelitian

terdahulu mempunyai manfaat bagi penelitian ini sebagai bahan referensi dalam

penyusunan fungsi tujuan serta fungsi kendala yang terdapat dalam Linear

Programming. Adapun data penelitain terdahulu yang digunakan dalam penelitian

(17)

17

Tabel 4. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian

NAMA PENULIS TAHUN JUDUL PENELITIAN

Dendi Irawan 2001 Optimalisasi produksi bibit tanaman dengan bioteknologi sistem kultur jaringan pada PT Dafa Teknoagro Mandiri

Mubarak Ahmad Silalahi

2006 Optimalisasi Produksi Bunga Potong Di 3UL¶V)DUP.HFDPDWDQCaringin Bogor Sri Maryati 2008 Optimalisasi Produksi Bibit Tanaman Hias

PT.Inggu Laut Abadi

Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat Septi Budhi

Lestari

2009 Optimalisasi Produksi Adenium dan

Aglaonema Pada PT Istana Alam Dewi Tara, Sawangan Kota Depok Propinsi Jawa Barat Gita Eka Waty 2010 Penyusunan Strategi Bisnis Tanaman Hias

pada Tyas Orchid, Bogor, Jawa Barat

(18)

18

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Produksi

Menurut Salvatore (2001), produksi merujuk pada transformasi dari berbagai input atau sumberdaya menjadi output berupa barang atau jasa. Proses transformasi (pengubahan) input menjadi output (skema proses produksi ) dapat dilihat pada Gambar 1.

Umpan balik informasi

Gambar 1. Skema Proses Produksi Sumber : Nicholson (1999)

Adapun hubungan matematik antara input dengan output tersebut disebut fungsi produksi (Nicholson, 2002). Nicholson (2002) memformulasikan hubungan DQWDUDPDVXNDQLQSXWGHQJDQNHOXDUDQRXWSXWEHUEHQWXNT I./0« dimana q mewakili output barang-barang tertentu yang dihasilkan selama satu periode tertentu, sedangkan K, L, M mewakili input yang berturut-turut melambangkan input berupa modal, tenaga kerja, dan bahan baku.

3.1.2 Teori Produksi Optimum

Kegiatan produksi dihadapkan pada beberapa permasalahan yang disebabkan oleh sumberdaya yang terbatas. Menurut Lipsey (1995), batas kemungkinan produksi menggambarkan tiga konsep, yaitu kelangkaan, pilihan dan biaya imbangan. Kelangkaan ditunjukkan oleh kombinasi yang tidak mungkin

Masukan

SDM SDModal

SDA Mesin Teknologi

Keluaran

Barang Jasa

Proses Transformasi atau

(19)

19 dapat dicapai di luar batas kurva. Pilihan ditunjukkan oleh keharusan untuk memilih di antara kombinasi yang mungkin dicapai dan biaya imbangan ditunjukkan oleh batas kurva yang miring ke bawah.

Kurva kemungkinan produksi yang menggambarkan kombinasi output yang dapat dicapai dan output yang tidak dapat dicapai dapat dilihat pada Gambar 2. Kombinasi output yang dapat dicapai yaitu pada titik a, b, dan c. Pada titik a, kombinasi dapat dicapai tanpa harus menghabiskan seluruh sumberdaya yang dimiliki, sedangkan pada titik b dan c kombinasi output dapat tercapai dengan menggunakan seluruh sumberdaya yang dimiliki. Sementara pada titik d, kombinasi output tidak dapat dicapai karena sumberdaya yang dimiliki tidak mencukupi.

Y

‡E Kombinasi yang tidak mungkin dicapai ‡G

‡D Batas kemungkinan produksi

Kombinasi yang dapat

dicapai ‡F

X

Gambar 2. Batas kemungkinan Produksi Produk X dan Y Sumber : Lipsey (1995)

(20)

20 Keterangan:

X : Produk X Y : Produk Y TR1 : Isorevenue 1 TR2 : Isorevenue 2

R : Kombinasi produksi optimum

X2 : Jumlah produk X yang diproduksi pada kondisi optimum Y2 : Jumlah produk Y yang dapat diproduksi pada kondisi optimum U : Kombinasi produksi yang tidak menghabiskan sumberdaya yang ada P : Kombinasi produksi X dan Y yang tidak optimum

Q : Kombinasi produksi X dan Y yang tidak optimum

ARB : Batas kemungkinan produksi yang membatasi kombinasi produksi yang dapat dicapai dan tidak dapat dicapai oleh perusahaan OARB : Kurva kemungkinan produksi untuk produk X dan Y

Gambar 3. Kurva Kemungkinan Produksi Produk X dan Y dan Isorevenue Sumber : Nicholson 1999

Pada gambar diasumsikan perusahaan memproduksi dua jenis barang yaitu barang X dan Y dengan menggunakan sumberdaya yang ada pada jumlah tertentu. Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) untuk barang X dan Y diwakili oleh titik

Y

X Q

P A

X2 B U

R Y2

(21)

21 0ARB. Kombinasi produk yang belum optimal ditunjukkan oleh perpotongan antara garis isorevenue (TR1) dengan batas kemungkinan produksi. Barang X dan Y masing-masing diproduksi pada titik P atau memproduksi barang X dan Y masing-masing pada titik Q menghasilkan penerimaan yang masih rendah dibandingkan dengan jika perusahaan melakukan kombinasi produksi saat garis isorevenue (TR2) bersinggungan dengan batas kemungkinan produksi. Pada titik persinggungan (titik R), perusahaan memproduksi X dan Y masing-masing sejumlah X2 dan Y2 dengan penerimaan yang diperoleh TR2 lebih tinggi dari TR1. Pada kombinasi yang kedua sumberdaya yang tersedia bagi perusahaan habis digunakan untuk memproduksi X dan Y sehingga mampu menekan sumberdaya yang berlebih.

3.1.3 Teori Optimalisasi Produksi

Secara umum pengertian optimalisasi adalah pencapaian hasil terbaik dari suatu keadaan. Apabila dikaitkan dengan dengan produksi, maka optimalisasi produksi adalah penggunaan faktor-faktor produksi yang terbatas seefisien mungkin. Faktor-faktor produksi tersebut dapat berupa modal, tenaga kerja, sumberdaya alam, mesin, teknologi dan informasi (Soekartawi, 1998).

Menurut Musclish (1993) permasalahan optimalisasi terbagi menjadi dua, yaitu optimalisasi dengan kendala dan tanpa kendala. Jika suatu fungsi atau hubungan matematik atas suatu variabel tidak dibatasi dengan kendala atas keterbatasan pada fungsi tujuan maka disebut optimalisasi tanpa kendala. Sedangkan jika suatu fungsi atau hubungan matematik atas suatu variabel memperhatikan kendala atau keterbatasan yang ada maka disebut optimalisasi dengan kendala. Keterbatasan tersebut dapat berupa faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi seperti lahan, tenaga kerja, modal, mesin, dan bahan baku.

(22)

22 linear programming adalah untuk menyusun suatu model yang dapat dipergunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam menentukan alokasi yang optimal dari sumberdaya perusahaan ke berbagai alternatif.

Model linear programming dapat diselesaikan dengan tiga metode yaitu metode grafik, simplex, dan komputer (Muslich, 1993). Karakteristik yang biasa digunakan dalam persoalan linear programming menurut Dimyati A dan Dimyati T (2010), antara lain :

1. Variabel keputusan

Variabel keputusan adalah variabel yang menguraikan secara lengkap keputusan-keputusan yang akan dibuat.

2. Fungsi tujuan

Fungsi tujuan merupakan fungsi dari variabel keputusan yang akan dimaksimumkan (untuk pendapatan atau keuntungan) atau diminimumkan (untuk biaya).

3. Pembatas

Pembatas merupakan kendala yang dihadapi sehingga kita tidak bisa menentukan harga-harga variabel keputusan secara sembarang. Koefisien dari variabel keputusan pada pembatas disebut koefisien teknologis, sedangkan bilangan yang ada di sisi kanan setiap pembatas disebut ruas kanan pembatas. 4. Pembatas tanda

Pembatas tanda adalah pembatas yang menjelaskan apakah variabel keputusannya diasumsikan hanyalah berharga nonnegatif atau variabel keputusan tersebut boleh berharga positif, boleh juga negatif (tidak terbatas dalam tanda).

Terdapat empat kondisi utama yang diperlukan dalam penerapan linear programming menurut Muslich (1993), yaitu :

1. Terdapat sumberdaya yang terbatas, 2. Terdapat fungsi tujuan

3. Bersifat linearitas, dan 4. Keseragaman

(23)

23 1. Kesebandingan (Proportionality)

a. Kontribusi setiap varibel keputusan terhadap fungsi tujuan adalah sebanding dengan nilai variabel keputusan. Misalnya jika membuat sebanyak 4 maka kontribusinya terhadap fungsi tujuan adalah sebanyak empat kali kontribusi .

b. Kontribusi setiap varibel keputusan terhadap ruas kiri dari setiap pembatas adalah sebanding dengan nilai variabel itu. Misalnya jika membuat sebanyak 4 maka diperlukan empat kali variabel kendala. 2. Penambahan (Additivity)

a. Kontribusi setiap varibel keputusan terhadap fungsi tujuan besifat tidak bergantung pada nilai variabel keputusan yang lain. Misalnya berapapun nilai maka pembuatan akan selalu berkontribusi terhadap fungsi tujuan sebesar nilai yang sama.

b. Kontribusi setiap varibel keputusan terhadap ruas kiri dari setiap pembatas besifat tidak bergantung pada nilai variabel keputusan yang lain. Misalnya berapapun nilai , maka pembuatan akan selalu memerlukan sebanyak variabel kendala.

3. Pembagian (Divisibility)

Pada persoalan linear programming variabel keputusan dapat diasumsikan berupa bilangan pecahan.

4. Kepastian (Certainty)

Setiap parameter dalam model, yaitu koefisien fungsi tujuan, ruas kanan, dan koefisien teknologis diasumsikan dapat diketahui secara pasti.

Adapun analisis yang dapat dilakukan dalam linear programming antara lain yaitu:

a. Analisis Primal

(24)

24 b. Analisis Dual

Analisis nilai dual berfungsi untuk mengetahui penilaian terhadap sumberdaya. Penilaian ini dilakukan dengan melihat nilai slack atau surplus dan nilai dual yang ada. Apabila dari hasil perhitungan terdapat nilai slack atau surplus lebih besar dari nol dan nilai dual sama dengan nol, maka dapat disimpulkan bahwa sumberdaya tersebut keberadaannya berlebihan dan sebaliknya. Nilai dual yang dihasilkan dalam analisis dual menunjukkan perubahan dalam fungsi tujuan apabila sumberdaya tersebut berubah satu satuan. Dari analisis dual juga dapat diketahui sumberdaya mana saja yang membatasi fungsi tujuan. Hal tersebut diketahui dengan cara melihat sumberdaya yang mempunyai nilai dual yang lebih besar dari nol dan sering disebut kendala aktif (Nasendi dan Anwar, 2009).

c. Analisis Post Optimal

Menurut Taha (1996), analisis post optimal dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui perubahan yang terjadi pada kondisi awal optimal jika terjadi

suatu perubahan. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor

antara lain perubahan koefisien fungsi tujuan, penambahan kegiatan,

perubahan RHS.

3.1.4 Integer Programming

Menurut Muslich (1993), persoalan optimasi linear programming dimana solusi variabel keputusannya harus menggunakan bilangan bulat disebut Integer Programming. Terdapat tiga jenis model program linear interger yaitu :

1. Model total interger, yaitu semua variabel keputusannya bernilai bulat

2. Model 0-1 interger, yaitu variabel keputusannya dibatasi dengan bilangan bulat satu atau nol

3. Model interger campuran, yaitu beberapa variabel keputusannya bernilai bulat.

3.2 Kerangka Pemikiran Operational

(25)

25 pemancingan banyu biru dan ecotaiment. Sejak awal tahun 2010, PT Godongijo Asri mulai mengembangkan bisnis tanaman taman tegak (VEGA) dengan memproduksis sebelas jenis tanaman.

Sebagai perusahaan yang baru mengembangkan tanaman hias VEGA, PT Godongijo Asri belum memiliki sistem manajeman produksi yang baik. Perencanaan produksi yang telah diterapkan perusahaan hanya sebatas menjaga kesinambungan produksi saja. Sejauh ini, hasil produksi tanaman hias untuk VEGA PT Godongijo Asri belum mampu memenuhi permintaan yang ada. Hal tersebut terlihat dari adanya selisih antara produksi dengan permintaan, sehingga perlu dievaluasi apakah sejauh ini kegiatan produksi yang dilakukan perusahaan sudah dapat memberikan keuntungan yang maksimal.

Tujuan utama PT Godongijo Asri adalah memperoleh keuntungan yang maksimal. Dalam mencapai keuntungan yang maksimal, perusahan dihadapkan pada permasalahan harga jual dan biaya produksi yang bervariatif antar jenis tanaman hias. Perusahaan tidak dapat hanya memproduksi tanaman hias yang memiliki tingkat keuntungan yang tinggi. Hal tersebut karena terdapat pembatas

produksi yaitu permintaan. Dimana tingkat permintaan kesebelas jenis tanaman

hias juga bervariasi. Akan tetapi di sisi lain sumberdaya yang digunakan dalam

produksi sebelas tanaman hias untuk VEGA adalah sama, sehingga terjadi persaingan dalam penggunaanya. Sumberdaya manusia, lahan, tray, media tanam, indukan, pupuk, dan pestisida yang tersedia di PT Godongijo Asri digunakan bersama untuk kesebelas jenis tanaman hias tersebut dan memiliki ketersediaan yang terbatas. Persaingan penggunaan sumberdaya tersebut menyebabkan ketersediaannya sangat penting untuk diperhatikan.

(26)
(27)

27 Keterangan

: Di luar cakupan penelitian

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operational

KENDALA

1. Ketersediaan Lahan 2. Ketersediaan Indukan 3. Ketersediaan Pupuk 4. Ketersediaan Tenaga Kerja 5. Ketersediaan Pestisida 6. Ketersediaan Media tanam 7. Ketersedian Tray

8. Permintaan

KONDISI AKTUAL

TUJUAN PERUSAHAAN

Memaksimalkan Keuntungan

PENYUSUNAN PRODUKSI OPTIMAL

Interger Programming

Hasil optimalisasi

EVALUASI

REKOMENDASI

PT

GODONGIJO

ASRI

Belum memiliki manajemen produksi yang baik

Jumlah produksi yang belum memenuhi permintaan

Terbatasnya sumberdaya yang dimiliki Biaya produksi, harga jual, dan permintaan yang berbeda antar jenis tanaman hias VEGA

ANALISIS

Primal, Dual, Post optimal UMPAN

(28)

28

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT Godongijo Asri yang terletak di Jalan Cinangka Raya Km 10 No.60, Desa Cisarua, Sawangan, Depok 16517. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan PT Godongijo Asri merupakan perusahaan yang baru mengembangkan tanaman hias untuk VEGA sehingga belum diketahui kombinasi optimal tanaman hias yang harus dihasilkan untuk masing-masing jenis agar diperoleh keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk memberikan solusi terbaik bagi PT Godongijo Asri. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2011.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara dengan pemilik, manager pemasaran, manager keuangan, supervisor produksi, dan tenaga kerja produksi PT Godongijo Asri. Adapun data sekunder diperoleh melalui dokumen tertulis perusahaan yang berkaitan dengan penelitian, data internet, penelitian terdahulu dan bahan pustaka yang berkaitan dengan penelitian.

4.3 Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data kualitatif akan dipaparkan secara deskriftif yaitu mengenai gambaran umum perusahaan, sedangkan data kuantitatif akan diolah dengan menggunakan program LINDO (Linear Interactive Discrete Optimizer) sehingga akan dihasilkan kombinasi output optimal yang akan menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan. Langkah ± langkah yang dilakukan dalam pengolahan data antara lain adalah :

1. Pembentukan fungsi tujuan dan formulasi pertidaksamaan kendala perusahaan

(29)

29

4.4 Formulasi Model

Hal terpenting yang perlu dilakukan sebelum melakukan pengolahan data, adalah formulasi model yang didahului dengan penentuan variabel keputusan kemudian menentukan fungsi tujuan dan fungsi kendala dari produksi tanaman hias untuk VEGA yang diteliti.

4.4.1 Penentuan variabel Keputusan

Variabel keputusan menggambarkan jumlah produksi dari setiap jenis tanaman hias untuk VEGA yang diproduksi oleh PT Godongijo Asri. Pada penelitian ini variabel keputusan yang disusun adalah berdasarkan nilai keuntungan yang diperoleh dari sebelas jenis tanaman hias untuk VEGA selama satu siklus produksi yaitu dari bulan Mei sampai Juni 2011. Waktu selama dua bulan tersebut merupakan waktu periode analisis. Oleh karena itu, model program linear dirumuskan dari sebelas variabel keputusan pada PT Godongijo ASri selama dua bulan. Tabel 5 merupakan varibel keputusan produksi PT Godongijo Asri dari bulan Mei sampai Juni 2011.

Tabel 5. Variabel Keputusan Produksi Tanaman Hias VEGA pada PT Godongijo Asri selama Satu Periode Analisis

No. Tanaman Hias VEGA Satuan Variabel Keputusan

1 Begonia thelmae Unit/periode

2 Dracaena golden Unit/periode 3 Epipremnum gold Unit/periode

4 Homalomena Unit/periode

5 Miana Unit/periode

6 Monocostus uniflorus Unit/periode 7 Peperomia obtusivolia variegata Unit/periode 8 Peperomia scandens Unit/periode

9 Polyscias Unit/periode

10 Schefflera varigata Unit/periode 11 Syngonium pink neon Unit/periode

4.4.2 Penentuan Fungsi Tujuan

(30)

30 anggaran, namun permasalahan yang muncul adalah permintaan. Oleh karena itu, model yang dibuat adalah maksimisasi keuntungan. Keuntungan tersebut diperoleh dari pengurangan hasil penjualan tanaman hias dengan biaya produksinya. Perumusan fungsi tujuan dilakukan dengan maksud untuk mengetahui tingkat produksi dan kombinasi optimal yang akan menghasilkan keuntungan maksimum. Koefisien fungsi tujuan pada model linier interger ini merupakan keuntungan dari penjualan setiap jenis tanaman hias per unit yang dihasilkan oleh PT Godongijo Asri. Adapun model fungsi tujuan pada penelitian ini adalah :

Maksimumkan :

Dimana,

Z : Keuntungan total yang diterima oleh PT Godongijo Asri dari hasil optimalisasi dengan penggunaan input-input produksi tanaman hias untuk VEGA selama satu periode analisis (Rupiah).

Cj : Koefisien keuntungan per unit produksi tanaman hias untuk VEGA jenis ke-j (Rupiah)

Xj : Jumlah tanaman hias untuk VEGA yang diproduksi setiap jenis (Unit)

4.4.3 Menentukan Fungsi Kendala

Pada kegiatan produksi tanaman hias untuk VEGA PT Godongijo Asri dihadapkan pada beberapa kendala antara lain kendala sumberdaya yang dimiliki, seperti lahan, indukan, tenaga kerja, pupuk, pestisida, tray, dan media tanam. Selain itu juga terdapat kendala permintaan sebagai pembatas produksi.

a. Kendala Lahan Mistrom

Dimana :

aj : Koefisien penggunaan lahan mistroom per unit tanaman hias jenis ke-j selama periode analisis (m²/unit)

(31)

31 b. Kendala Lahan Greenhouse

Dimana :

bj : Koefisien penggunaan lahan greenhouse per unit tanaman hias jenis ke-j selama periode analisis (m²/unit)

B : Jumlah ketersediaan lahan greenhouse selama periode analisis (m²) c. Kendala Indukan

Dimana :

cj : Koefisien indukan per unit tanaman hias jenis ke-j selama periode analisis (pot/unit)

Cj : Jumlah ketersediaan indukan tanaman hias jenis ke-j selama periode analisis (pot)

d. Kendala Sekam Bakar

Dimana :

dj : Koefisien penggunaan sekam bakar per unit tanaman hias jenis ke-j

selama periode analisis (kg/unit)

F : Jumlah ketersediaan sekam bakar selama periode analisis (kg) e. Kendala Rockwool

Dimana :

ej : Koefisien penggunaan rockwool per unit tanaman hias jenis ke-j

selama periode analisis (lembar/unit)

(32)

32 f. Kendala Tray

Dimana :

fj : Koefisien penggunaan tray per unit tanaman hias jenis ke-j selama

periode analisis (buah/unit)

F : Jumlah ketersediaan tray selama periode analisis (buah) g. Kendala Pupuk Perangsang Akar

Dimana :

gj : Koefisien penggunaan pupuk perangsang akar per unit tanaman hias jenis ke-j selama periode analisis (ml/unit)

G : Jumlah ketersediaan pupuk perangsang akar selama periode analisis (ml)

h. Kendala Pupuk Perangsang Daun

Dimana :

hj : Koefisien penggunaan pupuk perangsang daun per unit tanaman hias jenis ke-j selama periode analisis (gram/unit)

H : Jumlah ketersediaan pupuk perangsang daun selama periode analisis (gram)

i. Kendala Fungisida

Dimana :

ej : Koefisien penggunaan fungisida per unit tanaman hias jenis ke-j selama

periode analisis (ml/unit)

(33)

33 j. Kendala Insektisida

Dimana :

jj : Koefisien penggunaan insektisida per unit tanaman hias jenis ke-j

selama periode analisis (ml/unit)

J : Jumlah ketersediaan insektisida selama periode analisis (ml) k. Kendala Bakterisida

Dimana :

kj : Koefisien penggunaan bakterisida per unit tanaman hias jenis ke-j selama periode analisis (gram/unit)

K : Jumlah ketersediaan bakterisida selama periode analisis (gram) l. Kendala Tenaga Kerja

Dimana :

lj : Koefisien penggunaan jam tenaga kerja per unit tanaman hias jenis ke-j selama periode analisis (jam/unit)

L : Potensi atau ketersediaan jam tenaga kerja selama periode analisis (Jam)

m. Kendala permintaan

Dimana :

: Jumlah produksi untuk setiap jenis tanaman hias ke-j selama periode analisis (unit)

(34)

34

4.5Metode Analisis 4.5.1 Analisis Primal

Analisis primal dilakukan dengan tujuan agar diketahui tingkat kombinasi output optimal yang dapat menghasilkan keuntungan maksimal dengan memperhatikan kendala ± kendala yang dihadapi oleh PT Godongijo Asri. Hasil analisis primal ini kemudian dibandingkan dengan kombinasi produksi aktual yang dihasilkan oleh PT Godongijo Asri untuk mengetahui apakah kombinasi tersebut telah optimal atau belum.

4.5.2 Analisis Dual

Analisis dual dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penilaian sumberdaya pada PT Godongijo Asri dengan melihat nilai surplus atau slack dan nilai dualnnya pada setiap jenis kendala. Nilai dual menunjukan perubahan yang akan terjadi pada fungsi tujuan apabila sumberdaya berubah sebesar satu satuan. Apabila nilai slack atau surplus lebih besar dari nol dan nilai dualnya sama dengan nol maka sumberdaya tersebut merupakan sumberdaya yang berlebih pada PT Godongijo Asri, sedangkan apabila nilai slack atau surplus sama dengan nol dan nilai dualnya lebih besar dari nol, maka sumberdaya tersebut merupakan sumberdaya yang langka pada PT Godongijo Asri dan termasuk dalam jenis kendala yang membatasi nilai fungsi tujuan (Z).

4.5.3 Analisis Post Optimal

(35)

35

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PT Godongijo Asri biasa disebut ³*RGRQJ ,MR 1XUVHU\´ merupakan perusahaan yang kegiatan utamanya bergerak dalam bidang tanaman hias khusunya Adenium yang meliputi bidang usaha produksi tanaman dan pemasaran. PT Godongijo Asri didirikan oleh Bapak Chandra Gunawan Hendarto. Usaha tanaman hias yang dijalankannya berawal dari hobi Bapak Chandra Gunawan Hendarto yang sering berkunjung ke luar negeri kemudian beliau membeli beberapa jenis tanaman hias, salah satunya adalah Adenium (kamboja jepang) yang didapatkan dari Amerika. Tanaman Adenium yang beliau dapatkan awalnya hanya untuk menambah koleksi pribadi. Namun, seiring berjalannya waktu beliau menjual tanaman tersebut dan mendapat tanggapan yang baik dari konsumen. Melihat peluang bisnis dari usaha penjualan Adenium ini sangat menjanjikan, maka Bapak Chandra mulai berfikir untuk mengembangkan usaha Adenium.

Pada awalnya area PT Godongijo Asri merupakan tempat transit binatang. Tahun 1997, Bapak Chandra dengan Grup BCA merencanakan membuka kebun binatang di daerah Pangkal Pinang. Namun, pada tahun itu terjadi krisis moneter sehingga proyek kebun binatang tersebut tidak terlaksana karena keterbatasan dana. Sehubungan dengan tidak terealisasinya proyek kebun binatang tersebut, maka binatang-binatangnya pun diekspor (khususnya reptil). Pada saat itu dolar sedang naik, sehingga hasil penjualannya mendapatkan keuntungan yang besar kemudian dijadikan modal dalam mengembangkan usaha Adenium.

Bisnis yang dilakukan saat itu hanya memasarkan Adenium yang dibeli dari negara Thailand. Adenium tersebut dibeli kemudian langsung dijual kembali di Indonesia. Akan tetapi, pada tahun 2000 ± 2001 usaha yang dijalankan mulai berkembang dan mulai memproduksi sendiri melalui grafting dengan jumlah populasi sebanyak 2000 ± 5000 pot.

(36)

36 Afrika dan merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak kelebihan -kelebihan sebagai tanaman hias. Mulai dari varietasnya yang beragam, bonggol yang unik, perawatannya mudah dilakukan dan tahan untuk distribusi jarak jauh, sehingga dapat dikembangkan menjadi skala usaha yang cukup menjanjikan.

Seiring dengan berjalannya waktu, PT Godongijo Asri juga mulai mengembangkan usahanya dengan menambah berbagai jenis tanaman hias lain seperti Euphorbia, Anthurium, Aglaonema, Anthurium, Puring, Plumeria, tanaman buah, tanaman berbunga, tanaman varigata, pepohonan, palem dan lain-lain. Hingga pada awal tahun 2010, PT Godongijo Asri mulai mengembangkan bisnis tanaman hias VEGA dengan memproduksi sebelas jenis tanaman. Dokumentasi sebelas jenis tanaman tersebut tersaji pada Lampiran 2.

PT Godongijo Asri juga memiliki beberapa unit bisnis selain usaha tanaman hias, antara lain sarana produksi pertanian, cafe, toko dan perpustakaan mini buku-buku tanaman hias, program eco-tainment, dan pemancingan. Adapun tujuan didirikannya unit-unit bisnis ini untuk menyediakan fasilitas yang lengkap bagi konsumen sekaligus meningkatkan keuntungan yang diperoleh perusahaan.

5.2 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan

PT Godongijo Asri merupakan sebuah perusahaan yang memiliki visi, misi, dan tujuan dalam menjalankan kegiatannya. Visi PT Godongijo Asri adalah EHUXVDKD³PHQMDGLnursery terdepan dalam pengembangan bisnis tanaman hias di ,QGRQHVLD´ 'DODP PHQFDSDL YLVL WHUVHEXW 37 *RGRQJLMR $VUL PHQHWDSNDQ Pisi antara lain :

1. Turut memberikan kontribusi dalam memajukan dan mengembangkan bisnis tanaman hias di Indonesia

2. Memberikan edukasi dan pemberdayaan masyarakat pecinta tanaman hias 3. Memberikan konsep berbeda dalam berbisnis tanaman hias di Indonesia 4. Memberikan inspirasi ³*UHHQ*OREH´ dalam berbagai bisnis tanaman hias

(37)

37

5.3 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan

PT Godongijo Asri berlokasi di Jl. Cinangka Raya Km. 10 No. 60 Desa Serua, Kecamatan Sawangan, Kotamadya Depok, Jakarta 16517. Denah lokasi perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 3. Secara administrasi kota Depok mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tanggerang.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bojong Gede dan Cibinong Kabupaten Bogor.

3. Sebelah Bara berbatasan dengan Kecamaan Gunung Sindur dan Parung Kabupaten Bogor.

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor dan Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi.

PT Godongijo Asri berdiri di atas lahan seluas 2,5 hektar yang terbagi menjadi beberapa area utama. Area utama lahan PT Godongijo Asri tersebut antara lain yaitu :

1. Showroom A dan ruang Terbuka digunakan untuk tanaman adenium siap jual dan pusat informasi

2. Showroom B digunakan untuk taman

3. Showroom C digunakan untuk tanaman VEGA

4. Showroom D digunakan untuk berbagai tanaman hias siap jual

5. Showroom E digunakan untuk stok tanaman adenium sekaligus tempat produksi adenium dan perbanyakan tanaman Philodendron dan Aglaonema. 6. Showroom reptile digunakan untuk binatang ular dan beberapa hewan reptile

lainnya

7. Bangunan utama terdiri dari kasir utama, kantor, restoran, klinik tanaman, bookstore and library, dan kamar kecil.

8. Café dan dapur digunakan sebagai tempat produksi makanan dan minuman serta restoran kecil

9. Floriculture supplies digunakan sebagai tempat penjualan sarana produksi 10. Mess digunakan sebagai tempat tinggal karyawan

(38)

38

5.4 Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi perusahaan dapat digunakan sebagai alat pengendali intern karena didalamnya tercantum pemisahan tugas, tanggung jawab, dan wewenang dari masing-masing bagian. Struktur organisasi PT Godongijo Asri menganut sistem berbentuk lini atau garis, dimana pelimpahan wewenang dalam perusahaan berlangsung secara vertikal dan sepenuhnya dari pimpinan tertinggi kepada unit di bawahnya. PT Godongijo Asri dipimpin oleh seorang Direktur yang sekaligus sebagai pemilik perusahaan. Direktur menetapkan kebijakan- kebijakan, mengatur, mengkoordinasikan, dan mengawasi seluruh kegiatan yang dilakukan pada PT Godongijo Asri. Dalam menjalankan tugasnya Direktur dibantu oleh manajer produksi dan pemasaran, serta manajer keuangan, HRD dan general affair. Para manajer tersebut dibantu pula oleh supervisor yang membawahi langsung para staf.

Pada PT Godongijo Asri manajer pemasaran merangkap pula sebagai manajer produksi. Sebagai manajer pemasaran berfungsi untuk memimpin, melaksanakan, dan mengkoordinir seluruh kegiatan divisi pemasaran yang meliputi proyeksi pemasaran, strategi dan kebijakan pemasaran, target penjualan dan promosi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Sedangkan sebagai manajer produksi berfungsi untuk memimpin, melaksanakan, dan mengkoordinir seluruh kegiatan produksi yang meliputi kegiatan research and development, propagasi, dan pemeliharaan sesuai dengan prosedur guna mencapai tujuan perusahaan. Adapun fungsi manajer keuangan adalah merencanakan, mengkoordinir, mengawasi penyelenggaraan sistem keuangan secara benar dan akurat sesuai dengan prinsip-prinsip akuntasi Indonesia, seluruh administrasi dan pengembangan SDM. Hal tersebut dikarenakan manajer keuangan juga menjabat sekaligus sebagai manajer HRD dan general affair.

5.5 Sumberdaya Perusahaan 5.5.1 Karyawan

(39)

39 setiap hari mulai pukul 09.00 ± 17.00 WIB, kecuali untuk hari Sabtu dan Minggu jam kerja yang berlaku adalah mulai pukul 09.00±18.00 WIB. Akan tetapi, jam kerja yang berlaku untuk tenaga kerja produksi berbeda dengan tenaga kerja lainnya yaitu pukul 08.00 ± 16.00 dari hari senin sampai dengan sabtu.

Setiap pagi sebelum pekerjaan dimulai, selalu diadakan breafing terlebih dahulu pada masing-masing divisi. Waktu lembur pun diberlakukan jika terdapat acara-acara dan terdapat permintaan terhadap VEGA tinggi. Upah lembur diberikan sesuai dengan jumlah jam lembur yang dilakukan oleh masing-masing karyawan.

5.5.2 Kepemilikan Peralatan

Kegiatan usaha pada PT Godongijo Asri telah dilengkapi dengan peralatan - peralatan yang memadai sehingga dapat berjalan dengan lancar. PT Godongijo Asri telah memiliki peralatan untuk budidaya sampai dengan peralatan agar tanaman dapat dijual. Peralatan tersebut antara lain presure sprayer, mesin pompa air, bak plastik, pisau, gunting tanaman, bak plastik, ember, selang, paranet 65 dan 75 persen, asahan, dan lainnya. PT Godongijo Asri juga dilengkapi dengan peralatan kantor seperti beberapa unit komputer, printer, mesin fax, gunting kertas, telefon, dan lain-lain.

5.5.3 Permodalan

Modal yang dimiliki PT Godongijo Asri seluruhnya berasal dari modal pribadi pemilik perusahaan. Adapun investasi yang sudah dimiliki perusahaan untuk kegiatan produksi tanaman hias antara lain mistroom, greenhouse, tray gedung kantor, kendaraan, showroom, mess karyawan, dan gudang.

5.6 Proses Produksi

Proses produksi kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri yaitu selama sekitar dua bulan dengan tingkat keberhasilan

(40)

40

[image:40.595.111.514.94.287.2]

Gambar 5. Proses Produksi Tanaman Hias untuk VEGA di PT Godongijo Asri Sumber : PT Godongijo Asri (2011)

1. Persiapan media tanam

Proses pertama yang dilakukan dalam produksi tanaman hias untuk VEGA adalah persiapan media tanam. Media tanam yang digunakan terdiri dari dua jenis yaitu sekam bakar dan rockwool. Rockwool merupakan media tanam yang terbuat dari serabut semacam kapas. Sebelum digunakan rockwool dibasahi dengan air yang diberi campuran fungisida dan zat perangsang akar. Rockwool tersebut diperoleh dari pemasok yang berada di daerah Jakarta, namun kontinuitas dari pemasok tersebut tidak baik, sehingga perusahaan sering mengalami kesulitan dalam perolehan rockwool tersebut.

Sekam bakar merupakan sekam padi yang sudah melewati proses pembakaran yang tidak sempurna dan berwarna hitam. Penggunaan sekam bakar digunakan dengan alasan karena sekam bakar memiliki daya serap yang sangat rendah terhadap air, namun memiliki aerasi yang sangat baik. Selain itu, sekam bakar juga memiliki kemampuan untuk menjernihkan air dan mencegah penyakit. Bahkan kandungan nitrogen yang dimilikinya, diyakini dapat meningkatkan kesuburan dari media tanaman.

Tahap pertama yang perlu dilakukan sebelum sekam bakar dimasukan dalam tray adalah melakukan penyiraman terhadap plastik alas tray. Penyiraman tersebut dilakukan dengan mengunakan air yang dicampur dengan pestisida.

Perawatan Tanaman Persiapan

Media Tanam

Perbanyakan dan Penanaman

Penempatan pada Mistroom (5-6 minggu)

(41)

41 Kemudian setelah penyiraman selesai dilakukan, maka tahap terakhir adalah peletakan sekam bakar pada tray yang sudah disiapkan tersebut.

2. Perbanyakan

Setiap jenis indukan tanaman hias untuk VEGA dapat menghasilkan jumlah anakan yang berbeda-beda. Adapun jumlah anakan yang dapat dihasilkan untuk masing-masing jenis indukan tanaman hias untuk VEGA dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Anakan yang Dihasilkan dari Setiap Indukan Tanaman Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri

No. Jenis Indukan

(Pot)

Jumlah Anakan Yang Dihasilkan (Unit)

1 Begonia thelmae 4

2 Dracaena golden 10

3 Epipremnum gold 3

4 Homalomena 5

5 Miana 4

6 Monocostus uniflorus 5

7 Peperomia obtusivolia variegata 5

8 Peperomia scandens 5

9 Polyscias 5

10 Schefflera varigata 4

11 Syngonium pink neon 3

Pada tabel di atas terlihat bahwa jumlah anakan yang dihasilkan berkisar antara 3, 4, dan 5. Akan tetapi terdapat indukan yang mampu menghasilkan sepuluh anakan yaitu indukan jenis Dracaena golden. Proses perbanyakan anakan tersebut dilakukan dengan cara cutting. Setelah tanaman dipotong lalu diolehkan dengan fungisida dan zat perangsang akar, kemudian dililitkan dengan rockwool yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan diikat dengan karet gelang. Dokumentasi kegiatan penanaman ini dapat dilihat pada Lampiran 4.

3. Penempatan pada mistroom

(42)

42 proses pertumbuhan akar dapat berlangsung cepat. Setiap jenis tanaman memerlukan waktu yang berbeda-beda di dalam mistroom. Hal tersebut tergantung dengan karakteristik tanaman dalam pertumbuhan akarnya. Rata ± rata tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri memerlukan waktu sekitar enam minggu berada dalam mistroom. Namun, untuk tanaman jenis Begonia thelmae, Miana dan Schefflera varigata hanya membutuhkan waktu selama lima minggu.

Pada mistroom tanaman diletakan pada tray yang telah diisi dengan sekam bakar. Setiap tray yang berukuran 1 x 2 m berisi sekitar 200 unit tanaman dengan jarak tanam antar tanaman sekitar 5 cm. Penempatan tanaman pada tray digolongkan berdasarkan masing ± masing jenis tanaman hias untuk VEGA. Layout mistroom tersebut dapat dilihat pada Lampiran 4. Setelah akar tanaman tumbuh menembus rockwool, maka tanaman dipindahkan dari mistroom ke greenhouse.

4. Penempatan pada greenhouse

Tahap selanjutnya setelah akar tanaman menembus rockwool adalah pemindahan tanaman ke dalam greenhouse. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar tanaman dapat beradaptasi dengan lingkungan luar setelah berada dalam mistroom, sehingga tanaman siap untuk dibuat VEGA. Greenhouse tersebut dilengkapi dengan paranet 75 persen agar tanaman tidak terlalu banyak terkena sinar matahari yang dapat menyebabkan daun terbakar. Pada greenhouse tanaman diletakan pada tray yang berukuran sama dengan tray yang ada pada mistroom. Namun, pada greenhouse satu tray diisi dengan tanaman hias sebanyak 72 unit. Layout greenhouse dapat dilihat pada Lampiran 4.

5. Perawatan Tanaman

(43)

43 sprinkle otomatis. Hal tersebut dimaksudkan agar kelembaban dapat terjaga. Jadwal kegiatan penyiraman dan penyemprotan dapat dilihat pada Lampiran 5.

a. Pemupukan

Pada PT Godongijo Asri kegiatan pemupukan tanaman dijadwalkan dilakukan setiap hari Senin dan Kamis. Tanaman diberi pupuk perangsang akar dengan maksud agar mempercepat proses tumbuhnya akar pada tananam. Pupuk tersebut diberikan dengan dosis 1 gr/liter. Selain itu, tanaman juga diberi pupuk perangsang daun dengan dosis 0,5 gram setiap satu liter air.

b. Pemberian pestisida

Kegiatan pemberian pestisida pada PT Godongijo Asri dilakukan satu minggu sekali pada hari Sabtu. Pestisida yang diberikan terdiri dari tiga jenis diantaranya yaitu :

ƒ FXQJLVLGDMHQLV³6F´

)XQJLVLGD MHQLV ³6F´ PHUXSDNDQ IXQJLVLGD \DQJ EHUVLIDW PHQFHJDK serangan cendawan dengan cara membuat semua bagian tanaman menjadi beracun, sehingga menghambat atau mencegah cendawan melakukan penetrasi ke semua bagian tanaman. Fungisida ini bersifat sebagai pengendalian preventif yang diberikan dengan dosis 0,5 ml per liter air.

ƒ

%DNWHULVLGDMHQLV³$JU´

%DNWHULVLGD MHQLV ³$JU´ PHUXSDNDQ VHQ\DZD NLPLD \DQJ PHQJDQGXQJ bahan aktif beracun berkemampuan membunuh bakteri yang melakukan perusakan pada tubuh inang. Pemberiannya dapat melalui penetrasi daun, melalui media tanam selanjutnya diabsorbsi akar, atau injeksi melalui batang. Pestisida ini diberikan dengan dosis 0,5 gram per liter air setiap satu bulan sekali.

ƒ ,QVHNWLVLGDMHQLV³&RQ´

(44)

44 Pemberian pestisida tersebut dilakukan dengan tujuan agar tanaman terhindar dari hama dan penyakit sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Adapun jenis hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman hias untuk VEGA antara lain yaitu :

1. Hama

Hama adalah hewan penggangu tanaman yang secara fisik masih dapat dilihat secara kasat mata tanpa bantuan alat. Hama pada tanaman hias untuk VEGA terdiri dari berbagai macam dan memiliki gejala dan cara penanggulagan yang berbeda-beda.

a. Kutu putih (whitefly)

Kutu putih merupakan hama yang paling banyak meyerang tanaman hias dan biasanya bergerombol pada batang dan daun tanaman. Kutu tersebut mengisap cairan daun dan meninggalkan jelaga pada daun, sehingga menyebabkan daun menjadi kisut. Kutu putih juga mengeluarkan semacam cairan madu yang lama kelamaan akan berubah menjadi berwarna hitam di permukaan daun. Selain dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman, kutu putih juga dapat menularkan virus dari tanaman yang satu ke tanaman lainnya. Hama ini dapat ditanggulangi dengan membersihkannya dengan kapas yang telah dicelupkan insektisida encer. Setelah itu, daun disemprot kembali dengan insektisida.

b. Root Mealy Bugs

Hama ini menyerang bagian akar tanaman, berbentuk seperti kutu putih. Tanaman yang terserang akan menjadi kurus, kerdil, daunnya mengecil dan layu. Penanganannya dapat dilakukan dengan penyemprotan insekisida secara rutin. Namun untuk menjamin bahwa serangan Root Mealy Bugs diberantas secara tuntas yaitu dengan melakukan penggantian media tanam.

c. Ulat

(45)

45 untuk dideteksi penyerangannya. Penanggulangannya dapat dilakukan pengambilan secara mekanik. Namun, bila jumlahnya sudah banyak, ulat dapat dibasmi dengan menyemprotkan insektisida.

d. Kutu Sisik

Menyerang bagian daun, pelepah, batang, dan bunga. Bentuknya seperti lintah dengan ukurang yang jauh lebih kecil. Kutu sisik dapat menyebabkan daun mengerut, kuning, layu, dan akhirnya mati. Kutu ini dapat ditanggulangi dengan cara dikerik dan juga disemprotkan insektisida dengan frekuensi satu minggu sekali.

e. Kutu Perisai

Hama ini menyerang bagian daun dan biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan di bagian tulang daun. Adapun cara penggulangannya dapat menggunakan insektisida sistemik dengan bahan aktif acephate.

2. Penyakit

Penyakit pada tanaman khususnya tanaman hias untuk VEGA biasanya disebabkan oleh dua patogen, yaitu cendawan dan bakteri.

a. Busuk Akar

Penyakit ini ditandai dengan daun yang menjadi pucat lalu membusuk, batang yang berlubang dan layu, serta akarnya yang berwarna coklat kehitaman. Penyakit ini dapat disebabkan karena media yang terlalu lembab sehingga mengakibatkan cendawan cepat berkembang. Adapun cara penanggulangannya dengan mengganti media tanamnya dengan media yang lebih porous, lalu potong bagian akar yang busuk dan oleskan dengan fungisida.

b. Layu Fusarium

(46)

46 penanggulangannya dengan mengganti media tanam dan dapat juga dengan menyiram fungisida setiap dua minggu sekali.

c. Layu Bakteri

Penyakit ini ditandai dengan daun dan batang yang melunak serta bau yang tidak sedap. Untuk mencegahnya, media tanam harus selalu dijaga agar tidak terlalu basah dan lingkungan sekitar tidak terlalu lembab. Penyakit ini dapat diatasi dengan menyemprotkan bakterisida setiap dua minggu sekali.

d. Bercak Daun

(47)

47

VI ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI TANAMAN HIAS

UNTUK VEGA PADA PT GODONGIJO ASRI

6.1 Perumusan Model

Analisis optimalisasi produksi tanaman hias untuk VEGA pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memaksimumkan keuntungan yang diterima oleh PT Godongijo Asri dari penjualan kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA yang dihasilkan selama dua bulan. Optimalisasi produksi didasarkan pada metode penelitian yang didahului dengan penentuan fungsi tujuan dilanjutkan dengan penentuan fungsi kendala. Penentuan variabel keputusan yang terbentuk pada model persamaan linear terdiri dari 11 variabel. Variabel tersebut terdeskripsi dalam satuan unit tanaman berdasarkan jenis tanaman pada satu siklus produksi.

6.1.1 Perumusan Fungsi Tujuan Optimalisasi Produksi Tanaman Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri

Fungsi tujuan menggambarkan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan yaitu memaksimumkan keuntungan dari kegiatan produksi tanaman hias untuk VEGA. Koefisien fungsi tujuan menunjukkan keuntungan per unit masing-masing jenis tanaman hias selama satu siklus produksi. Nilai keuntungan tersebut diperoleh dari selisih antara harga jual dengan biaya total per unit tanaman hias untuk VEGA. Biaya ± biaya yang dikeluarkan selama proses produksi tersebut antara lain :

1. Biaya Penyusutan

(48)

48 diketahui bahwa biaya penyusutan per unit tanaman hias untuk VEGA adalah sebesar Rp 399.

2. Biaya Umum Kantor, Listrik, dan Transportasi

Biaya umum kantor, listrik, dan transportasi merupakan biaya yang rutin dikeluarkan oleh PT Godongijo Asri dalam menjalankan seluruh kegiatan bisnisnya. Oleh karena itu, biaya yang diperhitungkan bagi tanaman hias untuk VEGA adalah perhitungan biaya dengan joint cost sebesar lima persen. Setiap bulan PT Godongijo Asri mengeluarkan biaya umum kantor, listrik, dan transportasi masing-masing adalah sebesar Rp 18.000.000, Rp 6.500.000, dan Rp 5.000.000. Perhitungan biaya dalam satu siklus produksi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perhitungan Biaya Umum Kantor, Listrik, dan Transportasi per Unit

Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis pada PT Godongijo Asri

Komponen Biaya

Jumlah Produksi Awal

(unit)

Biaya satu Siklus Produksi

(Rp/periode)

Joint Cost (Rp/periode)

Biaya VEGA (Rp/periode

analisis)

Biaya (Rp/unit)

Umum Kantor 7.218 36.000.000 1.800.000 900.000 125

Listrik 7.218 13.000.000 650.000 325.000 45

Transportasi 7.218 10.000.000 500.000 250.000 35

3. Biaya Sewa Lahan

Lahan yang digunakan oleh PT Godongijo Asri merupakan lahan sewaan yang digunakan secara bersama-sama, Oleh karena itu, perhitungan biayanya menggunakan joint cost. Biaya yang dikeluarkan untuk menyewa lahan seluas 2,5 hektar adalah sebesar Rp 92.925.000 per tahun. Maka biaya sewa lahan per bulan

(49)

49

Tabel 8. Perhitungan Biaya Sewa Lahan per Unit Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis pada PT Godongijo Asri

Komponen Biaya Jumlah Produksi Awal (unit) Biaya satu Siklus Produksi (Rp/periode) Joint Cost (Rp/periode) Biaya VEGA (Rp/periode analisis) Biaya (Rp/unit)

Gudang 7.218 76.818 30.727 15.364 2,13

Mess

Karyawan 7.218 108.413 43.365

21.683 3,00

Greenhouse 7.218 422.499 422.499 211.250 29,27

Mistroom 7.218 225.498 225.498 112.749 15,62

Kantor 7.218 40.268 2.013 1.007 0,14

TOTAL 50,16

4. Biaya Tenaga Kerja

[image:49.595.112.514.482.738.2]

Tenaga kerja yang terdapat pada PT Godongijo Asri dalam kegiatan produksi tanaman hias untuk VEGA terdiri dari beberapa bagian dengan tingkat gaji yang berbeda-beda. Semua tenaga kerja tersebut diperhitungkan berdasarkan perhitungan joint cost kecuali tenaga kerja khusus produksi tanaman hias VEGA yang berjumlah satu orang. Perhitungan biaya tenaga kerja dapat diluhat pada Tabel 9..

Tabel 9. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja per Unit Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis pada PT Godongijo Asri

Komponen Biaya Jumlah Produksi Awal (unit) Biaya satu Siklus Produksi (Rp/periode) Joint Cost (Rp/periode) Biaya VEGA (Rp/periode analisis) Biaya (Rp/unit) Manajer

Keuangan 7.218 12.000.000 600.000 300.000 41,56 Manajer

produksi 7.218 12.000.000 4.800.000 2.400.000 332,50 Supv.

Produksi 7.218 6.000.000 2.400.000

1.200.000 166,25

Supir (2) 7.218 4.000.000 200.000 100.000 13,85 Satpam (3) 7.218 7.500.000 375.000 187.500 25,98

Ad

Gambar

Gambar  5. Proses Produksi Tanaman Hias untuk VEGA di PT Godongijo Asri   Sumber : PT Godongijo Asri (2011)
Tabel 9.  Perhitungan Biaya Tenaga Kerja per Unit Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis pada PT Godongijo Asri
Tabel 11. Rincian Perolehan Keuntungan per Unit Tanaman Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis
Tabel 12. Perhitungan Kebutuhan Satu Unit Tanaman Hias untuk VEGA terhadap Lahan Mistroom dan Ketersediaannya pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gerakan ikan hias umumnya lembut dan dipadukan dengan tanaman hias ataupun alat pendukung lainnya ( aerasi ) didalam akuarium akan selalu menarik untuk

Risiko pengusahaan tanaman hias dalam penelitian ini difokuskan pada dua komoditas yang diusahakan oleh PT Istana Alam Dewi Tara yaitu tanaman hias quisqualis indica dan

Penelitian dilakukkan di PT Godong Ijo Nursery atau Godong Ijo Asri yang berlokasi di Jl. Cinangka Raya km 10 No.60 desa Serua Sawangan, Depok. Kegiatan penelitian dilaksanakan

sudah baik dalam menghasilkan tiga jenis ikan hias tetra yang berkualitas,.. berkesinambungan, dan berkuantitas besar. Strategi ini juga memanfaatkan. anggota yang

Godong rjo Asri Nursery terdapat 43 orang (46,74%) konsumen menyatakan bahwa pengaruh merek terhadap keputusan pembelian konsumen tananlan hias adenium sudah baik, sedangkan

Analisis QSPM memperingkatkan strategi yang dapat diimplementasikan oleh Godongijo adalah sebagai berikut: (1) meningkatkan produksi tanaman hias non-adenium dengan budidaya

Segi komunikasi promosi menggunakan EPIC Model dengan nilai EPIC Rate yang diperoleh sebesar 2,74 menunjukkan bahwa responden menilai promosi yang dilakukan oleh PT

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Efektivitas