• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi Produksi Bibit Tanaman Hias PT.Inggu Laut Abadi Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Oleh: SRI MARYATI A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Optimalisasi Produksi Bibit Tanaman Hias PT.Inggu Laut Abadi Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Oleh: SRI MARYATI A"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

Optimalisasi Produksi Bibit Tanaman Hias PT.Inggu Laut Abadi

Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat

Oleh:

SRI MARYATI

A14104021

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

RINGKASAN

SRI MARYATI. Optimalisasi Produksi Bibit Tanaman Hias PT. Inggu Laut Abadi Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI.

Tanaman hias memiliki peluang pasar baik dalam maupun luar negeri, nilai ekspor Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan dari tahun 2003 sampai tahun 2006, begitupula dengan nilai impor tanaman hias Indonesia secara umum mengalami peningkatan dari tahun 2003 sampai tahun 2006. Perkembangan nilai ekspor dan nilai impor dari tahun 2003 sampai tahun 2004 meningkat sangat signifikan yaitu sebesar 830,88 persen. Nilai ekspor memiliki perkembangan yang positif sampai tahun 2006, tetapi nilai impor mengalami perkembangan yang negatif dari tahun 2005 sampai tahun 2006 yaitu sebesar -15,44 persen. Walaupun demikian, secara umum nilai ekspor maupun impor Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa peluang bisnis tanaman hias masih sangat menjanjikan karena permintaan dalam maupun luar negeri yang belum terpenuhi. Perkembangan nilai ekspor maupun nilai impor tanaman hias tidak terlepas dari perkembangan produksi maupun luas panen setiap komoditas tanaman hias. Secara umum, produktifitas tanaman hias tahun 2003 hingga tahun 2007 cenderung mengalami peningkatan. Perkembangan produktifitas tanaman hias dari tahun 2003 hingga tahun 2007 mencapai 134 persen. Perkembangan tanaman hias ini tentu saja ditunjang oleh subsistem-subsistem agribisnis tanaman hias, diantaranya subsistem-subsistem hulu. Subsistem hulu ini sangat terkait dengan input produksi, yaitu bibit, pupuk, alat produksi pertanian dan lain-lain. Peluang tersebut dimanfaatkan oleh PT. Inggu Laut Abadi sebagai perusahaan yang bergerak di bidang produksi bibit tanaman hias.

PT. Inggu Laut Abadi merupakan perusahaan yang memproduksi bibit tanaman hias melalui teknik kultur jaringan. Bibit yang diproduksi oleh perusahaan ini terdiri dari bibit indukan krisan, bibit produksi krisan dan bibit produksi anyelir. Bibit krisan merupakan produk utama perusahaan. Dalam kegiatan produksinya, PT. Inggu Laut Abadi terkendala dengan sumberdaya yang dimiliki seperti kendala Greenhouse, kendala bahan kimia, dan kendala tenaga kerja, sehingga perusahaan harus mampu mengalokasikan sumberdaya yang ada untuk melakukan kegiatan produksi sehingga memperoleh keuntungan yang maksimum. Perusahaan pun dihadapkan pada keadaan lingkungan yang selalu berubah. Dengan perubahan harga tersebut, tentu saja dapat mempengaruhi optimalisasi produksi bibit di PT. Inggu Laut Abadi. Oleh karena itu, perlu dianalisis sejauh mana perubahan tersebut mempengaruhi kombinasi produksi perusahaan yang berdampak pada keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah menganalisis kombinasi produksi tanaman hias yang optimal yang dapat memaksimisasi keuntungan, menganalisis alokasi sumberdaya yang menjadi kendala produksi untuk meminimisasi biaya, menganalisis solusi terbaik jika terjadi perubahan-perubahan pada variabel keputusan ataupun perubahan pada fungsi kendala serta jika terjadi perubahan koefisien pada setiap fungsi.

(3)

Penelitian ini dilakukan di PT. Inggu Laut Abadi Kabupaten Cianjur Jawa Barat dengan waktu pengambilan data pada bulan Februari sampai Maret 2008. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak perusahaan dan toko bahan kimia Intra Lab, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan manajemen perusahaan seperti laporan produksi serta BPS, Direktorat Jendral Hortikultura Departemen Pertanian, hasil penelitian terdahulu, dan literatur-literatur lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dijabarkan secara deskriptif, mengenai gambaran dan kondisi perusahaan. Data kuantitatif yang digunakan adalah rata-rata produksi tahunan bibit tanaman hias, penerimaan, biaya dan keuntungan di PT. Inggu Laut Abadi. Data kuantitatif berupa analisis penerimaan, biaya, dan keuntungan aktual perusahaan diolah dengan program Microsoft Excel dan kalkulator. Hasil pengolahan tersebut dijadikan sebagai dasar untuk membentuk fungsi tujuan dan kendala dalam upaya menghasilkan kombinasi produksi yang optimal di PT. Inggu Laut Abadi. Setelah didapatkan fungsi tujuan dan kendala, kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan program linier LINDO (Linier Interactive and Discrete Optimizer). Dari hasil pengolahan dengan program linier juga akan diperoleh tingkat keuntungan maksimum yang dapat diperoleh PT. Inggu Laut Abadi dalam setahun, penggunaan sumberdaya, dan sensitivitas tingkat keuntungan dan ketersediaan sumberdaya dalam mengubah solusi optimal. Analisis yang digunakan yaitu analisis primal, analisis nilai dual, analisis sensitivitas dan analisis post optimal.

Berdasarkan hasil output LINDO maka dapat diketahui kombinasi jumlah bibit tanaman hias yang dapat memberikan keuntungan maksimum dalam satu tahun berdasarkan pemecahan model program linier adalah adalah bibit indukan krisan 13.091 bibit, bibit produksi krisan 1.226.188 bibit, bibit produksi anyelir 4.320 bibit. Pada solusi optimal perusahaan memproduksi ketiga jenis bibit tanaman hias. Keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan selama satu tahun pada kondisi optimal adalah Rp 103.372.579,98 dengan tambahan keuntungan jika dibandingkan dengan nilai aktual perusahaan sebesar Rp 2.199.482,37. Selain itu, analisis nilai dual digunakan untuk mengetahui kendala sumberdaya yang langka dan habis terpakai melalui nilai dualnya. Kendala sumberdaya pada PT. Inggu Laut Abadi yang habis terpakai dan merupakan sumberdaya yang langka yaitu sekam bakar, tanaman induk bibit indukan krisan, dan tanaman induk bibit indukan anyelir. Sekam bakar merupakan sumberdaya yang terbatas karena perusahaan melakukan sistem pembelian yang rutin setiap bulan dengan kuantitas yang sama sehingga perusahaan tidak dapat memperhitungkan kebutuhan untuk produksi selama satu tahun.

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat selang kepekaan koefisien fungsi tujuan serta nilai ruas kanan yang tidak mengubah solusi optimal. Koefisien fungsi tujuan yang memiliki selang kepekaan paling tinggi yaitu bibit produksi krisan. Sedangkan untuk sensitivitas nilai RHS, sumberdaya yang memiliki selang kepekaan terbatas yaitu sekam bakar, tanaman induk bibit indukan krisan, dan tanaman induk bibit produksi anyelir. Selain melihat pengaruh perubahan yang tidak mengubah solusi optimal, dilakukan pula analisis post optimal untuk melihat sejauh mana perubahan yang terjadi jika perubahan

(4)

tersebut berada di luar selang sensitivitasnya. Post optimal ini dilakukan pada dua skenario, yaitu terjadi peningkatan harga bahan baku yaitu bahan kimia, serta pengurangan jam tenaga kerja. Dari kedua skenario tersebut dapat dilihat bahwa keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih kecil jika dibandingkan dengan solusi optimal. Peningkatan harga bahan kimia menyebabkan keuntungan yang diterima perusahaan turun dari keuntungan optimal yaitu menjadi Rp 101.320.764,46. Nilai keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan untuk skenario pertama lebih besar jika dibandingkan dengan kondisi aktual, sedangkan pada skenario kedua lebih kecil. Untuk kondisi ketika perusahaan mengurangi jam tenaga kerja, maka keuntungan yang diperoleh perusahaan yaitu sebesar Rp 101.445.825,97.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat direkomendasikan untuk perusahaan yaitu sebaiknya perusahaan memproduksi bibit tanaman hias pada kondisi yang optimal sehingga perusahaan menerima keuntungan yang maksimum, perusahaan bisa mempertimbangkan sumberdaya yang berlebih misalnya tenaga kerja untuk dialokasikan kepada kegiatan aktivitas yang lain, serta menambah jumlah sumberdaya yang terbatas, sebaiknya perusahaan lebih memanfaatkan kendala lahan yang belum dioptimalkan dengan baik, yaitu lahan pada greenhouse delapan, misalnya digunakan untuk memproduksi bibit produksi krisan.

(5)

Optimalisasi Produksi Bibit Tanaman Hias PT.Inggu Laut Abadi

Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat

Oleh: SRI MARYATI

A14104021

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA PERTANIAN

Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(6)

Judul : Optimalisasi Produksi Bibit Tanaman Hias PT.Inggu Laut Abadi Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat

Nama : Sri Maryati NRP : A14104021

Pembimbing Skripsi,

Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS. NIP. 131 918 115

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “OPTIMALISASI PRODUKSI BIBIT TANAMAN HIAS PT.INGGU LAUT ABADI KABUPATEN CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU.

Bogor, Agustus 2008

Sri Maryati A14104021

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 12 Januari 1986 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Enang Supardi dan Ibu Ayi Rokoyah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Yayasan Islam Pacet Kabupaten Cianjur (SD Yapip), lulus pada tahun 1998. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri I Pacet Cianjur dan lulus pada tahun 2001. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri I Cianjur dan lulus pada tahun 2004.

Pada tahun 2004, penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama di bangku kuliah, penulis aktif dalam kegiatan organisasi yaitu Pengurus Koperasi Mahasiswa IPB (KOPMA IPB) Staf Produksi Departemen Usaha, Vice President Human Resource & Development Archipelago Student Company dan UKM Century, Pengurus Forum Komunikasi Rohis Departemen-Pertanian (FKRD-A) Departemen Ekonomi, Anggota KOPMA IPB, Pengurus Rohis Kelas Manajemen Agribisnis Departemen Syi’ar, Anggota GERDA-C (Garden Decoration Club), Anggota OMDA Himpunan Mahasiswa Cianjur. Penulis pun menjadi Asisten Dosen Mata Kuliah Sosiologi Umum selama dua semester.

(9)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. penguasa setiap jengkal kehidupan, karena atas segala rahmat, berkah dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah pada teladan hidup Nabi Muhammad SAW.

Skripsi dengan judul “Optimalisasi Produksi Bibit Tanaman Hias PT.Inggu Laut Abadi Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat” ini disusun untuk menyelesaikan studi strata satu dan memperloleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berisi tentang analisis optimalisasi produksi bibit tanaman hias di PT. Inggu Laut Abadi dengan tujuan memberikan saran, masukan dan bahan pertimbangan kepada perusahaan dalam menyusun kebijakan proses produksinya. Dalam perkembangan bisnis tanaman hias, terdapat beberapa peluang untuk berbisnis dalam bidang ini, salah satunya yaitu subsistem hulu misalnya bibit. Peluang inilah yang di tangkap oleh PT. Inggu Laut Abadi untuk berbisnis di bidang ini. Tetapi dalam pelaksanaannya perusahaan mengalami berbagai kendala diantaranya sumberdaya yang terbatas. Skripsi ini membantu perusahaan untuk merencanakan produksi optimal perusahaan.

Penulis menyadari bahwa tiada karya yang sempurna selain karya-Nya. Harapan penulis, semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih pada dunia pendidikan dan dapat memberikan informasi yang berguna bagi pembaca-Nya.

Bogor, Agustus 2008 Sri Maryati A14104021

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terimakasih dan penghormatan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Umi dan Ama tercinta beserta seluruh keluarga yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tiada hentinya selama penulis menempuh pendidikan. 2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS. selaku dosen pembimbing atas bimbingan, saran

dan kesabaran selama membimbing penulis

3. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama dan Tintin Sarianti, SP atas kesediaannya menjadi dosen penguji wakil komisi pendidikan. Terimakasih untuk saran serta masukan yang begitu berarti bagi penulis.

4. Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MM selaku pembimbing akademik atas segala arahannya selama penulis menjalankan kewajiban perkuliahan.

5. Bapak Drs. Bambang Haryanto, MS beserta Ibu serta seluruh karyawan PT. Inggu Laut Abadi (Mas Wahyu, A Dede, Neng, Ikun, Syarif, A Agus, Amang, A Cecep, Teh Lilis, Teh Nyai, Ace, A Asep, Pak Ata) atas semua informasi dan keramahtamahan yang diberikan.

6. Bapak Deden Balithi yang telah berkenan membimbing dan memberi masukan kepada penulis, serta seluruh pihak di Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung Cianjur.

7. Sahabat-sahabat terbaik USA (Melly Kusumawardhani, Nia Rosiana, Sri Wahyu Lestari, R. Irsan Nurgozali, Medina Rachma, Taufik Firmansyah, Doni Kurniawan,) serta Kak Feryanto William Karo-Karo yang senantiasa memberi

(11)

masukan serta saran yang berharga selama penulis menjalankan perkuliahan serta menyusun skripsi. Terimakasih untuk hari-hari indah dan untaian memori yang begitu bermakna.

8. Teman-teman seperjuangan Agb 41 (Viona Mayasari, Dwita, Atinawati, Dian K, Testi) Rika Ekstensi serta seluruhnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk kebersamaan selama ini.

9. Semua teman-teman di HIMAT, M. Firdaus Taufan terimakasih atas semua cerita yang penuh warna, serta kepada Ceceu Ima, Abah Dikdik, Medi, Husen, Dini dan teman-teman yang lain terimakasih atas dukungan dan kekeluargaan yang telah terjalin.

10.Teman-teman selama KKP (Benadikta, Deri Salanti, Yudhi dan Abdi) terimakasih atas kebersamaannya selama dua bulan di Pasir Suren tercinta. 11.Teman-teman di “Green House” (K Isa, Fitri, Mira, Umi Maksum, Evy, Yesti,

Wati, Ayes, Camel, K Eka, Ratih) terimakasih atas kebersamaannya.

12.Teman-teman satu atap (Cindy, Ambar, Puji, M’Chantie, Ermita, dkk) terimakasih atas keakraban yang terjalin.

13.Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2008

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.4 Manfaat Penelitian ... 6 1.5 Kegunaan Penelitian... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Hias ... 7

2.2 Bibit Tanaman Hias ... 8

2.3 Komoditas Bunga Potong ... 9

2.3.1 Bunga Potong Krisan ... 10

2.3.2 Bunga Potong Anyelir... 14

2.4 Peluang Agribisnis Tanaman Hias ... 17

2.5 Peluang Agribisnis Bibit Tanaman Hias ... 18

2.6 Penelitian Terdahulu Tentang Optimalisasi Produksi... 19

2.7 Penelitian Terdahulu Tentang Tanaman Hias ... 21

2.8 Penelitian Lainnya... 23

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis... 25

3.1.1 Teori Produksi... 25

3.1.2 Analisis Optimalisasi Produksi ... 30

3.1.3 Linier Programming... 32

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 38

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 41

4.3 Pengolahan dan Analisis Data... 42

4.3.1 Analisis Primal ... 42

4.3.2 Analisis Nilai Dual... 43

4.3.3 Analisis Sensitivitas ... 43

4.3.4 Analisis Post optimal... 44

4.4 Pengukuran Data dan Formulasi Model... 45

4.4.1 Penentuan Variabel Keputusan ... 45

4.4.2 Penentuan Fungsi Tujuan... 45

(13)

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah Perusahaan ... 52

5.2 Letak Geografis Perusahaan... 54

5.3 Organisasi Perusahaan ... 54

5.4 Ketenagakerjaan... 55

5.5 Sarana dan Prasarana Produksi ... 56

5.6 Proses Produksi ... 61

5.6.1 Pembibitan dengan Teknologi Kultur Jaringan... 62

5.6.2 Pembibitan dengan Teknologi Stek ... 69

5.6.3 Pemeliharaan ... 71

5.7 Biaya Produksi ... 72

5.8 Panen dan Pasca panen ... 73

5.9 Pemasaran ... 74

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Penentuan fungsi tujuan ... 76

6.2 Penetuan Fungsi Kendala... 77

6.2.1 Kendala Greenhouse... 77

6.2.2 Kendala Media Tanam Kultur Jaringan ... 78

6.2.3 Kendala Pupuk Kimia ... 79

6.2.4 Kendala Larutan Pupuk Organik... 80

6.2.5 Kendala Larutan HPT ... 81

6.2.6 Kendala Sekam Bakar ... 82

6.2.7 Kendala Indukan untuk bibit indukan krisan ... 83

6.2.8 Kendala Indukan untuk bibit produksi krisan ... 83

6.2.9 Kendala indukan untuk bibit produksi anyelir ... 84

6.2.10 Kendala Tenaga Kerja... 84

6.2.11 Kendala Permintaan ... 91

6.2.12 Kendala Indukan Botolan... 92

6.3 Analisis Optimalisasi Bibit Tanaman Hias PT. Inggu Laut Abadi ... 93

6.4 Analisis Nilai Dual... 94

6.5 Analisis Sensitivitas ... 97

6.5.1 Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan ... 97

6.5.2 Analisis Sensitivitas Kendala (RHS) ... 99

6.6 Analisis Post Optimal... 98

6.6.1 Skenario 1 ... 100

6.6.2 Skenario 2 ... 100

6.6.3 Skenario 3 ... 102

VII.KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 105

7.2 Saran... 106

DAFTAR PUSTAKA... 108

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Produksi dan Luas Panen Komoditas Hortikultura ... 2

2. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Tanaman Hias Indonesia Tahun 2003-2006 ... 3

3. Variabel Keputusan pada PT. Inggu Laut Abadi ... 45

4. Ketersediaan Lahan produksi Bibit Tanaman Hias PT. Inggu Laut Abadi ... 56

5. Komponen Larutan Makro... 57

6. Komponen Larutan Stok dan Vitamin ... 58

7. Total Biaya Produksi per Jenis Bibit Tanaman Hias ... 73

8. Harga Jual per Jenis Bibit Tanaman Hias per Satuan Tanaman pada PT. Inggu Laut Abadi ... 74

9. Keuntungan per Jenis Bibit Tanaman Hias dalam Satuan Rupiah... 77

10.Kombinasi Jumlah Bibit Tanaman Hias yang Optimal ... 93

11.Alokasi Sumberdaya Optimal PT. Inggu Laut Abadi Tahun 2007... 95

12.Analisis Sensitivitas pada Koefisien Tujuan... 98

13.Analisis Sensitivitas pada Nilai Ruas Sebelah Kanan (RHS) ... 99

14.Kombinasi Jumlah Produksi Bibit Tanaman Hias Skenario 1 ... 102

15.Kombinasi Produksi Tanaman Hias setelah Post Optimal Skenario 2 ... 102

16.Perbandingan Kombinasi Output antara Solusi Optimal dengan Skenario Post Optimal ... 103

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Sistem Produksi sebagai Proses Transformasi atau Konversi...25

2. Kurva Kemungkinan Produksidan Garis Isorevenue...27

3. Kurva Isokuan dan Garis Isocost...29

3. Alur Kerangka Operasional...40

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Produksi, Luas Tanam dan Produktivitas Tanaman Hias Menurut

Propinsi tahun 2003-2004 ...110

2. Perkembangan Produksi dan Luas Panen Beberapa Tanaman Hias Tahun 2003-2007 ...111

3. Struktur Organisasi PT. Inggu Laut Abadi...112

4. Data biaya dan kebutuhan input produksi bibit tanaman hias PT. Inggu Laut Abadi 2007 ...113

5. Total Biaya Serta Keuntungan Per Bibit Tanaman Hias Pada PT. Inggu Laut Abadi Tahun 2007...114

6. Output LINDO kondisi optimal ...115

7. Hasil output LINDO pada Skenario 1 ...117

(17)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha agribisnis. Pengelolaan usahatani hortikultura secara agribisnis dapat meningkatkan pendapatan petani dengan skala usaha yang kecil, karena nilai ekonomi komoditas hortikultura yang tinggi. Komoditas hortikultura pada umumnya ditanam sebagai tanaman sela, tanaman pekarangan, dan kebun. Seiring dengan nilai komersialnya yang tinggi, terutama sayuran dan tanaman hias, banyak dikembangkan melalui budidaya hidroponik.

Secara keseluruhan produksi maupun luas panen hortikultura menunjukkan adanya peningkatan setiap tahunnya. Rata-rata peningkatan produksi pada tahun 2006 dibandingkan tahun 2005 sebesar 5,47 persen, sedangkan peningkatan luas areal panen sebesar 2,62 persen. Persentase peningkatan produksi tanaman hias dan tanaman biofarmaka pada tahun 2006 juga cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya (Direktorat Jendral Hortikultura Departemen Pertanian, 2007).1)

Produk hortikultura yang memiliki jumlah produksi terbesar adalah buahan, diikuti sayuran dan tanaman hias. Pada tahun 2004, produksi buah-buahan utama mencapai 9,1 juta ton, sayuran 3,6 juta ton, dan tanaman biofarmaka sebesar 92,6 ribu ton. Sementara itu, produksi tanaman hias utama yang terdiri dari anggrek, gladiol, dan krisan sebesar 52,4 juta tangkai (Direktorat Pangan dan Pertanian-Bappenas, 2004).1)

(18)

Peningkatan produk hortikultura didukung oleh peningkatan dan perkembangan luas panen dan produksi. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Hortikultura Tahun 2005-2006

Luas Panen Tingkat Perkemba-ngan (%) Produksi Tingkat Perkemba-ngan (%) Komoditas 2005 2006*) 2005 2006*) Buah-buahan 717428 744925 3.833 14786599 15381937 4.026 Sayuran 944695 953790 0.963 9101987 9350436 2.73 Tanaman Hias 24584359 25136082 2.244 197676027 214684315 8.604 Tanaman Biofarmaka 18911 19564 3.453 342388877 360527326 5.298

Sumber: Direktorat Jendral Hortikultura (2007)2)

*) Angka Perkiraan

Tabel 1 menunjukkan perkembangan berbagai jenis tanaman hortikultura. Perkembangan luas panen terbesar terjadi pada jenis buah-buahan yang merupakan tanaman hortikultura yang banyak diekspor ke mancanegara. Walaupun demikian, tanaman hias pun memiliki potensi untuk dikembangkan karena jika dilihat dari segi produksi memiliki perkembangan yang paling tinggi.

Tanaman hias ditanam hampir di seluruh propinsi di Indonesia. Perkembangan tanaman hias di setiap daerah umumnya mengalami peningkatan, baik dari segi produksi, luas tanam, maupun produktivitas. Peningkatan tertinggi yaitu untuk propinsi yang berada di pulau Jawa diantaranya Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Berdasarkan data produksi, luas tanam dan produktivitas tanaman hias menurut propinsi (Lampiran 1), Jawa Barat merupakan salah satu daerah sentra produksi tanaman hias, sehingga sangat berpotensi untuk dikembangkan.

Tanaman hias memiliki peluang pasar baik dalam maupun luar negeri. Menurut Data Departemen Pertanian tahun 2007, nilai ekspor Indonesia

2)

http://www.agribisnis.deptan.go.id. Peluang Pasar Tanaman Hias Ekspor Ke Mancanegara. Diakses tanggal 21 januari 2008.

(19)

mengalami peningkatan yang sangat signifikan dari tahun 2003 sampai tahun 2006, begitupula dengan nilai impor tanaman hias Indonesia secara umum mengalami peningkatan dari tahun 2003 sampai tahun 2006. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Tanaman Hias Indonesia Tahun 2003-2006 Tahun Nilai Ekspor (US $) Nilai Impor (US $) Perkembangan nilai ekspor (%) Perkembangan nilai impor (%) 2003 1.387.338 376.295 - -2004 12.914.439 1.185.705 830,88 215,10 2005 15.027.410 1.848.998 16,36 55,94 2006 16.331.671 1.563.464 8,68 -15,44 Sumber : BPS diolah (2007)3)

Tabel 2 menunjukkan bahwa perkembangan nilai ekspor dan nilai impor dari tahun 2003 sampai tahun 2004 meningkat sangat signifikan. Nilai ekspor memiliki perkembangan yang positif sampai tahun 2006, tetapi nilai impor mengalami perkembangan yang negatif dari tahun 2005 sampai tahun 2006. Walaupun demikian, secara umum nilai ekspor maupun impor Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa peluang bisnis tanaman hias masih sangat menjanjikan karena permintaan dalam maupun luar negeri yang belum terpenuhi.

Perkembangan nilai ekspor maupun nilai ekspor tanaman hias tidak terlepas dari perkembangan produksi maupun luas panen setiap komoditas tanaman hias. Untuk meningkatkan nilai ekspor tanaman hias tentu saja perlu adanya peningkatan dalan budidaya yang ditujukkan oleh perkembangan produksi serta luas panen yang dapat dilihat pada Lampiran 2.

Lampiran 2 menunjukkan perkembangan produksi dan luas panen setiap jenis tanaman hias. Perkembangan produksi tertinggi yaitu bunga krisan sebesar

3)

(20)

21,03 persen. Krisan memiliki perkembangan yang positif dari tahun 2003 sampai tahun 2007 jika dibandingkan dengan komoditas tanaman hias yang lain. Pada perkembangan luas panen, presentase perkembangan luas panen terbesar yaitu bunga mawar. Walaupun demikian secara jumlah, luas panen tertinggi terjadi pada bunga krisan.

Perkembangan tanaman hias ini tentu saja ditunjang oleh subsistem-subsistem agribisnis tanaman hias, diantaranya subsistem-subsistem hulu. Subsistem hulu ini sangat terkait dengan input produksi, yaitu bibit, pupuk, alat produksi pertanian dan lain-lain. Untuk menghasilkan tanaman hias yang berkualitas, maka diperlukan bibit unggul yang tahan hama dan penyakit serta berproduktivitas tinggi. Oleh karena itu, beberapa lembaga penelitian mengusahakan untuk menghasilkan bibit unggul salah satunya melalui teknik kultur jaringan. Selain lembaga penelitian, ada pula perusahaan yang memproduksi bibit tanaman hias ini karena permintaan akan tanaman hias berpengaruh positif terhadap permintaan bibit tanaman hias.

1.2Perumusan Masalah

PT. Inggu Laut Abadi merupakan perusahaan yang memproduksi bibit tanaman hias melalui teknik kultur jaringan. Bibit yang diproduksi oleh perusahaan ini terdiri dari bibit botolan krisan dan anyelir, bibit sebar atau produksi krisan dan anyelir, dan bibit indukan krisan. Bibit krisan merupakan produk utama perusahaan. PT. Inggu Laut Abadi merupakan satu-satunya perusahaan bibit dengan teknik kultur jaringan. Perusahaan ini memiliki pasar potensial di Malang, Bali, Medan dan daerah yang lainnya. Untuk memanfaatkan peluang tersebut, perusahaan harus merencanakan kegiatan produksinya agar

(21)

manfaat yang diterima perusahaan maksimum. Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan produksi bibit tanaman hias yang optimal.

Untuk memproduksi bibit tanaman hias, perusahaan pun harus merencanakan penggunaan input produksi yang terbatas yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga perusahaan dapat mengetahui sumberdaya yang berlebih dan sumber daya yang terbatas. Adapun sumberdaya atau kendala yang dimiliki perusahaan yaitu Greenhouse, bahan kimia, tenaga kerja, dan modal. Dengan sumberdaya yang tersedia yang dimiliki perusahaan, perusahaan harus berusaha mengalokasikan sumberdaya yang ada sehingga mendapatkan produksi yang optimal. Selain itu, perusahaan dihadapkan pada keadaan lingkungan yang selalu berubah. Misalnya, perubahan atau peningkatan biaya bahan baku. Biaya bahan baku untuk memproduksi bibit melalui teknik kultur jaringan ini diantaranya harga bahan kimia. Peningkatan harga bahan kimia untuk tahun 2008 yaitu sebesar 130 persen. Dengan perubahan harga tersebut, tentu saja dapat mempengaruhi optimalisasi produksi bibit di PT. Inggu Laut Abadi.

Berdasarkan keadaan tersebut, maka permasalahan yang dapat dikaji diantaranya:

1. Bagaimana perencanaan produksi bibit tanaman hias yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan yang optimal yang dapat memaksimisasi keuntungan?

2. Bagaimana perencanaan alokasi sumberdaya yang menjadi kendala produksi untuk meminimisasi biaya?

3. Bagaimana solusi terbaik jika terjadi perubahan pada fungsi kendala serta jika terjadi perubahan koefisien pada setiap fungsi, dalam hal ini peningkatan

(22)

harga bahan kimia kultur jaringan serta pengurangan bibit jenis anyelir dalam perumusan program linier?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini diantaranya:

1 Menganalisis perencanaan produksi bibit tanaman hias yang optimal yang dapat memaksimisasi keuntungan.

2 Menganalisis perencanaan alokasi sumberdaya yang menjadi kendala produksi untuk meminimisasi biaya.

3 Menganalisis solusi terbaik jika terjadi perubahan pada fungsi kendala serta jika terjadi perubahan koefisien pada setiap fungsi.

1.4Ruang Lingkup penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi gambaran umum perusahaan tanaman hias PT. Inggu Laut Abadi. Analisis optimalisasi ini dilakukan untuk periode satu tahun berjalan, dan sumber informasi yang diperoleh merupakan informasi yang didapat dari data lapangan serta informasi yang diberikan oleh pihak perusahaan.

1.5Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk beberapa pihak, diantaranya:

1 PT Inggu Laut Abadi, yang mengembangkan serta mengkomersilkan tanaman hias hasil penelitian.

2 Masyarakat Cianjur sebagai bahan rekomendasi untuk melakukan usaha tanaman hias.

(23)

4 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Hias

Menurut Arifin (2004) keanekaragaman tanaman hias di Indonesia sangat berlimpah. Tanaman hias dapat dijumpai, mulai dari bentuk rerumputan dan penutup tanah, herba daun dan bunga, semak dan perdu yang menggerombol, liana yang menjalar, merambat, dam menjuntai merenda-renda, hingga tanaman besar dalam bentuk pohon yang menjulang tinggi. Tanaman hias tersebut bebas dipilih dengan memperhatikan tampilan fisik (ukuran, bentuk, tekstur, dan warna) dan persyaratan lingkungan (tanaman yang membutuhkan cahaya penuh dan tanaman yang tahan naungan).

Menurut Palungkun (2002), berdasarkan jenisnya, tanaman hias yang dikenal di Indonesia dapat digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu:

1. Tanaman Hias Bunga

Suatu tanaman digolongkan dalam tanaman hias bunga apabila tanaman tersebut mempunyai bunga yang menarik. Daya tarik suatu bunga dapat disebabkan oleh warna bunga yang memikat, bentuk yang indah dan mempesona, bau yang harum atau oleh ukurannya yang istimewa. Contoh tanaman hias bunga diantaranya krisan, mawar, enyelir, anthurium bunga, bugenvil dan lain-lain.

2. Tanaman Hias Daun

Berbeda dengan tanaman hias bunga, tanaman hias daun memiliki daya tarik tersendiri pada bagian daunnya. Daya tarik jenis tanaman hias ini dapat disebabkan oleh bentuk, keadaan, warna, maupun komposisi daun dengan batang yang indah. Contoh tanaman hias daun ini diantaranya aglonema, kuping gajah, meranti, sirih-sirihan, dan lain-lain.

(24)

3. Tanaman Hias Batang

Seperti halnya dengan tanaman hias bunga dan daun, tanaman hias batang pun memiliki keistimewaan tersendiri. Tanaman hias batang mengandalkan keindahan batangnya dalam pajangan. Keindahan batang yang dapat ditampilkan dalam bentuk atau warnanya. Palem botol yang berukuran kecil dapat menampilkan bentuk warna yang menarik bila dipajang dalam ruangan, karena bentuknya mirip botol. Demikian pula dengan palem merah, warna merah yang menyala seolah-olah ditampilkan oleh batang, padahal berasal dari seludang yang membungkus batang. Contoh lain dari tanaman hias batang ini yaitu palem kuning dan kaktus.

2.2 Bibit Tanaman Hias

Bibit tanaman hias adalah tanaman hias yang belum dewasa dan belum mengalami proses pembungaan. Benih tanaman hias diperoleh dari hasil perbanyakan tanaman melalui biji yang belum berkecambah (Palungkun, dkk 2002).

Bibit tanaman hias dapat diperoleh dengan 2 cara, yaitu dengan melalui perbanyakan generatif ataupun vegetatif.

1. Perbanyakan generatif, mengacu pada suatu pengertian perkawinan antara 2 tanaman induk yang terpilih melalui organ bunga pada salah satu induk, kemudian terjadi penyerbukan dan menjadi buah dengan kandungan biji di dalamnya. Apabila biji-biji ini ditanam dan tumbuh, maka akan memunculkan bibit-bibit tanaman yang memungkinkan terjadinya variasi/keragaman (off type) karakter baik itu mulai dari sistem perakaran, batang, daun dan bunga. Hal ini tergantung dari tetua/indukan yang terpilih.

(25)

2. Perbanyakan vegetatif, mempunyai pengertian perbanyakan tanaman dengan menggunakan organ vegetatif tanaman seperti batang yang mempunyai tunas samping (aksilar/lateral) dan mata tunas dari induk yang terpilih. Induk terpilih misal mempunyai warna dan corak bunga yang indah dan belum pernah ada (adenium, plumeria, euphorbia), warna daun bervariasi (aglaonema, philodendron). Kemudian teknik memperbanyak tanaman tersebut dengan cara stek batang, cangkok, sambung (grafting) dan okulasi. Dapat pula dengan cara lebih cepat dalam kondisi steril, yaitu dengan menggunakan kultur jaringan (tissue culture). Hasil akhir dari perbanyakan vegetatif ini adalah bibit atau tanaman yang sama dengan induk yang terpilih yang telah dicontohkan di atas atau diistilahkan dengan fotocopy atau true to type

2.3 Komoditas Bunga Potong

Menurut Soekartawi (1996), Komoditas tanaman hias bunga memiliki prosek yang baik, Indonesia disamping mengekspor bunga juga mengimpor bunga. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas bunga bersifat elastis terhadap permintaan.

Komoditas hortikultura khususnya bunga potong dicirikan oleh hal-hal berikut: a) produknya bersifat musiman; b) diperlukan dalam kondisi segar; c) tidak dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama; d) sifatnya bulky (volumenya besar tetapi nilainya relatif kecil); e) khusus untuk bunga potong diusahakan pada daerah atau lokasi yang khusus pula (tidak dapt diusahakan di sembarang tempat); dan f) Pengusaha bunga potong umumnya memerlukan biaya yang relatif tinggi dan memerlukan penguasaan teknologi atau keterampilan khusus.

(26)

Beberapa jenis bunga potong yang sedang berkembang baik dari segi luas tanaman maupun produksi diantaranya krisan dan anyelir.

2.3.1 Bunga Potong Krisan

Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina Sekitar abad keempat, Jepang mulai membudidayakan krisan, dan pada tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East. Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisan dikembangkan secara komersial. Beberapa daerah sentra produksi tanaman hias krisan diantaranya adalah Cipanas (Cianjur), Sukabumi, Lembang (Bandung), Bandungan (Jawa Tengah), Malang (Jawa Timur), dan Brastagi (Sumatera Utara). Pada saat ini krisan telah dibudidayakan di daerah-daerah lain, seperti NTB, Bali, Sulawesi Utara dan Sumatera Selatan.

Bunga Krisan tumbuh menyemak dengan daur hidup yang pada umumnya sebagai tanaman semusim. Bunga krisan tumbuh tegak dengan batang yang lunak dan berwarna hijau. Bagian tepi daun memiliki celah dan bergerigi dan tersusun dengan berselang seling pada batang. Bungan krisan memiliki akar yang rentan kerusakan akibat dari lingkungan yang kurang mendukung. Perakaran menyebar hingga kedalaman 30cm-40cm. Berdasarkan jumlah bunga yang dipelihara dalam satu tangkai, bunga krisan dibagi dalam dua tipe standar dan tipe spray.

Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida berasal dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia terdiri atas:

(27)

Berasal dari luar negri, tetapi telah lama dan beradaptasi di Indoenesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya antara lain sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu kali penanaman. Contoh C. maximum berbunga kuning banyak ditanam di Lembang dan berbunga putih di Cipanas (Cianjur).

b) Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida)

Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tanaman annual. Contoh krisan ini adalah C. indicum hybr. Dark Flamingo, C. i.hybr. Dolaroid,C. i. Hybr. Indianapolis (berbunga kuning) Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih),

Alexandra Van Zaal (berbunga merah) dan Pink Pingpong (berbunga pink). c) Krisan produk Indonesia

Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas varietas krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A.

Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu, untuk daerah yang curah hujannya tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik. Selain itu, untuk pembungaan bunga krisan membutuhkan cahaya yang lebih lama biasanya dengan bantuan cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Suhu udara terbaik untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah antara 20-260C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-300C. Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit, untuk stek diperlukan sekitar 90-95%. Tanaman muda sampai dewasa antara 70- 80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai. Kadar CO2 yang ideal untuk

(28)

memacu fotosistesa antara 600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan dalam bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan CO2, hingga mencapai kadar yang dianjurkan. Tanah yang ideal untuk tanaman krisan adalah bertekstur liat berpasir, subur, gembur dan drainasenya baik, tidak mengandung hama dan penyakit. Derajat keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sekitar 5,5-6,7. Ketinggian tempat yang ideal untuk budidaya tanaman ini antara 700–1200 m dpl.

A. Budidaya Bunga Potong Krisan

Persyaratan bibit untuk bunga krisan yaitu harus berasal dari induk yang sehat, berkualitas prima, daya tumbuh tanaman kuat, bebas dari hama dan penyakit dan komersial di pasar. Pembibitan ini dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan anakan, setek pucuk dan kultur jaringan. Untuk mendapatkan bibit asal stek pucuk, dipilih tunas pucuk yang tumbuh sehat dengan diameter pangkal 3-5 mm dan panjang 5 cm serta mempunyai 3 helai daun dewasa berwarna hijau terang. Setelah itu, pucuk yang telah dimasukkan ke dalam kantong plastik disemaikan dan disimpan dalam ruangan dengan suhu dan kelembaban tertentu. Bibit dengan teknik kultur jaringan diperoleh dengan cara mengambil mata tunas atau eksplan dari salah satu tanaman yang baik kemudian disterilisasi dengan sublimate 0,04% (HgCL) selama 10 menit dan bilas dengan air suling atau air yang telah disterilkan. Untuk penanaman bibit hasil kultur jaringan, digunakan media MS berbentuk padat. Bibit stek pucuk siap dipindahtanamkan ke kebun pada umur 10-14 hari setelah semai dan bibit dari kultur jaringan bibit siap pindah yang sudah berdaun 5-7 helai dan setinggi 7,5-10 cm.

(29)

Pengolahan tanah untuk media tanam krisan terdiri dari pembentukan bedengan dan pengapuran. Pengapuran dilakukan untuk tanah yang memiliki pH < 5,5, perlu diberi pengapuran berupa kapur pertanian misalnya dengan dolomit, kalsit, zeagro. Dosis yang diberikan tergantung pH tanah. Kebutuhan dolomit

pada pH 5 digunakan sebanyak 5,02 ton/ha, untuk tanah dengan pH 5,2 diberi dosis sebanyak 4,08 ton/ha, tanah dengan pH 5,3 diberi dosis sebanyak 3,60 ton/ha sedangkan untuk tanah dengan pH 5,4 diberi dosis sebanyak 3,12 ton/ha. Pengapuran dilakukan dengan cara disebar merata pada permukaan bedengan.

Tanaman bunga krisan merupakan tanaman yang dibudidayakan secara monokultur. Jarak lubang tanam 10 cm x 10 cm, 20 cm x 20 cm. Penanaman biasanya disesuaikan dengan waktu panen yaitu pada hari-hari besar. Waktu tanam yang baik antara pagi atau sore hari. Pupuk yang digunakan untuk penanaman adalah pupuk dasar dan pestisida yaitu Furadan 3G, campuran pupuk ZA ditambah dengan TSP dan KCl, diberikan secara merata pada tanah sambil diaduk. Setelah penanaman, siram dengan air dan pasang naungan sementara dari sungkup plastik transparan.

B. Panen dan Pascapanen

Penentuan stadium panen adalah ketika bunga telah setengah mekar atau 3-4 hari sebelum mekar penuh. Tipe spray 75-80% dari seluruh tanaman. Umur tanaman siap panen yaitu setelah 3-4 bulan setelah tanam. Panen sebaiknya dilakukan pagi hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi dan saat bunga krisan berturgor optimum. Pemanenan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dipotong tangkainya dan dicabut seluruh tanaman. Tata cara panen bunga krisan: tentukan tanaman siap panen, potong tangkai bunga dengan gunting steril

(30)

sepanjang 60-80 cm dengan menyisakan tunggul batang setinggi 20-30 cm dari permukaan tanah. Perkiraan hasil bunga krisan pada jarak 10 x 10 cm seluas 1 ha yaitu 800.000 tanaman.

Bunga yang telah dipanen dikumpulkan kemudian mengikat tangkai-tangkai bunga tersebut berisi sekitar 50-1000 tangkai-tangkai. Setelah itu, dilakukan penyortiran dan penggolongan tipe bunga, warna dan varietasnya. Kriteria utama bunga potong meliputi penampilan yang baik, menarik, sehat dan bebas hama dan penyakit. Kriteria ini dibedakan menjadi 3 kelas yaitu Kelas I untuk konsumen di hotel dan florist besar, yaitu panjang tangkai bunga lebih dari 70 cm, diameter pangkal tangkai bunga lebih 5 mm, Kelas II dan III untuk konsumen rumah tangga, florits menengah dan dekorasi massal yaitu panjang tangkai bunga kurang dari 70 cm dan diameter pangkal tangkai bunga kurang dari 5 mm. Setelah penyortiran dan penggolongan selesai, dilakukan pengemasan dan pengangkutan.4)

2.3.2 Bunga Potong Anyelir

Bunga anyelir telah banyak dijual di pasaran dan telah dibudidayakan di Indonesia sekian lama. Pada masa sekarang, bunga anyelirsudah jauh berbeda dari bunga asalnya. Menurut Rismunandar dalam Soekartawi (2002), sejak William Sin pada tahun 1938 berhasil menyoilangkan bunga ini, lahirlah ratusan varietas baru dengan sifat-sifat yang unggul, seperti tangkainya panjang, mahkota bunga lebih besar dan penuh, gradasi warna yang halus serta mampu berbunga terus sepanjang tahun.

4)

(31)

A. Budidaya Bunga Potong Anyelir

Seperti tanaman bunag yang lain, daerah tumbuh bunga anyelir sifatnya tertentu. Untuk dapat menghasilkan bunga potong yang baik, anyelir menghendaki iklim cerah karena merupakan tanaman yang menyukai sinar matahari. Tanaman anyelir menyukai tanah yang gembur dengan pH 6-8 dan tanah yang berkadar humus tinggi, tetapi tidak menghendaki air yang menggenang dalam waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, anyelir menghendaki tanah yang daya serap airnya cukup tinggi. Dengan demikian bila kekurangan air pada saat musim kemarau perlu diperhatikan pengairannya.

Teknik pemupukan bunga anyelir di Indonesia, bervariasi. Namun, dapat dianjurkan setiap 100 m2 lahan dapat diberi pupuk kandang atau kompos 1-3 m3 atau lebih, tergantung pada kesuburan tanahnya. Kemudian ditambah dengan 5kg superfosfat atau 2.5kg DS. Kedua pupuk ini dimasukkan ke dalam tanah bersamaan dengan penggarapan tanah. Maksudnya agar tercipta media tumbuh yang memadai. Sedangkan pemupukan tambahan dapat diberikan dalam bentuk pupuk campuran sebanyak 1-2 kg per 100 m2 dengan dua kali pengulangan atau tergantung kopndisi tanahnya.

Tanaman anyelir yang berasal dari stek akan berbunga setelah 2-3 bula kemudian tergantung jenisnya. Untuk mendapatkan ukuran bunga yang besar, dapat dilakukan dengan cara membuang bunga samping dan memelihara bunga yang tersisa (bunga pokok). Selanjutnya perlu diperhatikan pula tentang pemberian naungan dari plastik di atas bedengan agar diperoleh bunga yang bermutu baik. Hujan yang langsung turun di atas bunga yang sedang berkembang dapat menurunkan kualitas bunga. Begitu pula halnya dengan sengatan matahari

(32)

yang dapat merusak helaian mahkota bunga dan dapat memudarkan warna bunga. Oleh karena itu peranan naungan sangat penting untuk diperhatikan.

B. Pembentukan Batang dan Panen

Pembentukan batang baru atau perbanyakan anyelir dapat dilakukan melalui biji dan stek. Perkembangbiakan dengan biji dapat dilakukan dengan cara menyemaikan biji dalam bak yang diisi dengan media pasir, kompos, dan tanah gembur dengan perbandingan yang sama. Setiap 1 cm2 bak disemaikan satu gram biji, setelah berumur satu bulan semaian dipindahakan ke tempat pembiakan dengan jarak tanam 5x5 cm. Sebulan kemudian, semaian sudah dapat dipindahkan ke lapangan.

Selain perkembangbiakan dengan biji, dapat pula dikembangbiakan dengan cara stek. Pengambilan stek sebaiknya dari bagian tengah batang karena stek pucuk masih merupakan stek yang lemah. Sebelum stek ditanam sebaiknya diberikan zat penumbuh akar misalnya rootone. Setelah itu, stek dimasukkan ke dalam pasir atau sekam bakar. Hal yang harus diperhatikan, kelembaban lingkungan stek harus tetap terjamin agar terhindar dari kepanasan. Pembiakan dengan stek ini paling banyak dilakukan dalam membudidayakan bunga potong anyelir.

Jarak tanam anyelir dapat bervariasi, dapat dilakukan dengan jarak tanam rata-rata 25 cm x 25 cm atau 30 cm x 30 cm. Umumnya anyelir ditanam diatas bedengan satu meter agar mudah dipelihara. Hal ini maksudnya untuk menjaga iklim mikro tanaman yang baik untuk perkembangan vegetatifnya.

Kegiatan pemotongan bunga sebaiknya dilakukan pagi hari bila bunga sudahn membuka dan sudah tidak ada embun yang melekat pada bunga. Setelah

(33)

itu, batang bunga segera dimasukkan ke dalam air untuk kemudian dibawa ke tempat penampungan atau tempat penyortiran. Penyortiran dilakukan sesuai dengan mutu dan warna. Bunga yang cacat, rusak serta terkena penyakit sebaiknya dipisahkan.

2.4 Peluang Agribisnis Tanaman Hias

Agribisnis tanaman hias dapat menjadi potensi dan peluang bagi Indonesia. Sistem produksi dan pemasaran tanaman hias di Indonesia pada umumnya masih bersifat konvensional. Dengan usaha agribisnis tanaman hias akan dapat mendorong perekonomian bagi masyarakat yang mengembangkannya. Eksistensi usaha tanaman hias cenderung memberikan prospek yang cerah terkait dengan trend masyarakat yang cepat berubah sehingga perlunya sosialisasi antar sesama pelaku pasar tanaman hias. Budidaya tanaman hias, menuntut penanganan yang spesifik dan berbeda-beda.

Peluang untuk mengembangkan budidaya tanaman Hias, sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan baik dalam maupun luar negeri agaknya tetap terbuka. Dalam hal masalah pemasaran, memberikan resep yang sangat berguna yang selama ini dilakukan yakni dengan mengikuti kegiatan pameran yang merupakan promosi, membuka agen di kota-kota besar yang ada di Indonesia, dan membuka show room. Pameran merupakan sarana promosi yang tepat untuk memasarkan tanaman hias yang dimiliki sebuah usaha. Dalam pameran, pengusaha akan memperoleh masukan langsung dari konsumen. Pameran juga umumnya dijadikan sebagai ajang untuk memperkenalkan jenis tanaman hias baru yang berhasil dikembangkan.

(34)

Negara-negara lain yang berperan dalam perdagangan dunia florikultura antara lain adalah Belanda (59%), Kolumbia (10%), Italia (6%), Israel (4%), Spanyol (2%), dan Kenya (1%). Di kawasan Asia Tenggara, beberapa negara produsen florikultura yang perlu diperhitungkan memiliki prospek untuk perdagangan florikultura adalah Thailand dan Malaysia. Jenis tanaman hias di Indonesia masih memiliki peluang pasar yang sangat potensial untuk dikembangkan. Dengan melihat peluang pasar dunia untuk negara-negara ekspor florikultura, kemungkinan besar Indonesia masih diperhitungkan termasuk di dalam list pangsa pasar ekspor dunia (BPS, 2006).5)

2.4 Peluang Agribisnis Bibit Tanaman Hias

Sejalan dengan berkembangnya bisnis tanaman hias, bisnis bibit tanaman hias pun semakin menjanjikan. Bisnis tanaman hias telah menjadi sebuah industri yang semakin berkembang di Indonesia. Tidak hanya pebisnis tanaman hias, hobbis tanaman hias pun semakin bertambah. Selain itu, banyak pula yang terus mengembangkan bisnis tanaman hias ini sebagai usaha sampingan. Hal-hal tersebut membuka peluang bisnis baru, yakni bisnis pembibitan atau bakal tanaman. Kebutuhan bibit tanaman hias masih cukup tinggi, produksi lokal baru bisa memenuhi sekitar 50% dari total permintaan bibit dalam negeri. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh para importir untuk bergerak dalam bisnis impor bibit tanaman hias.

Bergerak dalam bisnis bibit tanaman hias ini bukan tanpa resiko. Selain dalam negeri, banyak pula negara-negara lain seperti Thailand yang mengembangkan bisnis bibit ini. Kebutuhan domestik baru dapat dipenuhi sebanyak 50 persen. Sisa kebutuhan ini dapat dimanfaatkan oleh para penjual bibit 5)

http//:www.rawabelong.com. Peluang Pasar Tanaman Hias Ekspor Ke Mancanegara. Diakses tanggal 14 Jan 2008.

(35)

di luar negeri untuk memasarkan bibit tanaman hias ke Indonesia. Oleh karena itu, para petani tanaman hias yang bergerak di bidang bibit harus mampu bersaing dengan produk dari luar dengan terus meningkatkan kualitas produknya.6)

2.5 Penelitian Terdahulu Tentang Optimalisasi Produksi

Penelitian tentang optimalisasi sering kali menggunakan metode Linier Programming atau Goal programming. Dalam penelitian optimalisasi yang menggunakan Linier programming adalah penelitian yang dilakukan oleh:

Siahaan (2003), meneliti tentang optimalisasi produksi sayuran hidroponik. Penelitian ini dilakukan di kebun Sayuran Segar Parung Farm. Menyatakan bahwa perusahaan belum dapat melakukan kegiatan produksinya secara optimal, hal ini dapat dilihat dari nilai fungsi tujuan pada kondisi optimal yang lebih tinggi dibandingkan dengan keuntungan aktual yang dihasilkan oleh perusahaan. Dalam penelitian ini, dilakukan analisis kelangkaan sumberdaya hasil yang diperoleh menunjukkan sumberdaya langka (pembatas) adalah lahan, benih pakcoy putih, benih selada kering dan benih selada merah. Selain analisis kelangkaan sumberdaya juga dilakukan analisis post optimal yang dibagi atas dua skenario, skenario I dibuat untuk melihat permintaan yang sesuai dengan perminataan konsumen. Skenario II dijadikan sebagai alternatif perbaikan dimana kendala pesanan diabaikan. Solusi yang diperoleh dari skenario II ini menghasilkan keuntungan lebih besar.

Hotmora (2004), meneliti optimalisasi produksi anggrek yang dilakukan di Parung Farm. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa produksi tanaman yang dimulai dari kompot, sidling, remaja dan dewasa yang dilakukan di kebun anggrek Parung pada tahun 2002 belum optimal akibat produksi yang 6)

(36)

digunakan belum menggunakan seluruh sumber daya yang ada di kebun anggrek Parung. Pada kondisi optimal tingkat penggunaan sumberdaya meliputi semua variabel yang diamati sebagai kendala yang terdiri dari lahan, bibit, pestisida, nutrisi, media tanam, tenaga kerja dan pasar. Pada penelitian ini dilakukan pula post optimal dengan menaikkan harga jual tanaman sidling pada triwulan pertama menjadi Rp 3.500 per pot. Hal ini mengakibatkan koefisien fungsi tujuan naik dan berada di luar sensitivitasnya. Perubahan tersebut mengakibatkan koefisien fungsi tujuan naik lebih tinggi dari kondisi optimal awal. Dilihat dari keuntungan yang dihasilkan maka solusi optimal awal kurang menguntungkan dibandingkan dengan post optimal, tetapi jika dibandingkan dengan kondisi actual perusahaan kondisi optimal versi awal lebih menguntungkan. Jadi pada penelitian ini, disarankan unttuk menerapkan solusi optimal versi awal dan pos optimal yang telah diperoleh.

Silalahi (2006), meneliti tentang optimalisasi produksi bunga potong pada Pri’s Farm Kecamatan Caringin Bogor. Penelitian dilakukan melalui tiga skenario untuk analisis post optimal, yaitu melakukan pengurangan jumlah tanaman bunga potong jenis garbera dan balon sebelum memasuki waktu peremajaan yaitu pada triwulan terakhir dari usia tanamnya. Hal ini dilakukan karena tanaman ini pada usia tersebut produksinya berkurang sementara biaya produksinya meningkat, sehingga akan mengurangi keuntungan per tanamannya. Oleh karena itu, pada triwulan 12 untuk garbera, triwulan 4 dan 10 dilakukan pengurangan jumlah tanaman, sehingga sebagian lahannya digunakan untuk membudidayakan krisan yang memberikan keuntungan pertanamannya lebih besar dibanding jenis lain pada triwulan tersebut. Menghilangkan bunga potong jenis balon dari fungsi

(37)

tujuan. Hal ini dilakukan karena permintaan bunga jenis ini semakin berkurang setiap tahunnya. Menambah ketersediaan modal setiap triwulannya sebesar yang menjadi pembatas dalam kegiatan produksi di Pri’s Farm.

2.5 Penelitian Terdahulu Tentang Tanaman Hias

Sejauh ini, penelitian tentang tanaman hias telah banyak dilakukan diantaranya mengenai kepuasan konsumen, usahatani tanaman hias, strategi pemasaran, peramalan penjualan, studi kelayakan usaha tanaman hias dan lain-lain.

Anwari (2006) meneliti tentang peramalan penjualan bunga potong. Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga dan Tanama Hias (PPBTH), Rawa Belong Jakarta Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder dan data primer dengan waktu pengambilan data pada bulan Januari 2004 hingga Juli 2006 yang diperoleh dari PPBTH Rawa Belong dan beberapa literatur yang relevan dengan topik penelitian. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa dari beberapa jenis tanaman hias yang diperjualbelikan di PPBTH Rawa Belong, hasil analisis plot data penjualan ternyata aster dan krisan memiliki memiliki kecenderungan trend yang menurun, pola musiman ini sangat dipengaruhi oleh hari-hari penting misalnya tahun baru imlek. Berdasarkan hasil pengujian beberapa metode peramalan time series

didapatkan bahwa metode alternatif yang paling sesuai untuk meramalkan penjualan aster dan krisan adalah metode peramalan Winter’s Multiplikatif. Hasil peramalan dengan metode tersebut didapatkan bahwa penjualan aster dan krisan untuk 22 periode kedepan (Minggu I Agustus 2006 sampai Minggu IV Desember 2006) relatif menurun.

(38)

Dorkas (2004) meneliti tentang kelayakan usaha tanaman hias. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Lestari Bunga Semerbak Lembang, Jawa Barat. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer dan sekunder. Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif menggunakan alat analisis NPV, Net B/C, IRR dan Payback Periode, serta analisis sensitifitas untuk menguji kepekaan usaha tanaman hias terhadap peubahan harga output dan harga input. Analisis kualitatif dilakukan secara deskriptif mengenai aspek pasar, aspek teknis dan aspek institusional. Dari hasil pengolahan, menunjukkan bahwa baik secara analisis kuantitatif maupun kualitatif usaha tanaman hias pada perusahaan Lestari Bunga Semerbak Lembang, Jawa Barat layak untuk diusahakan. Kelayakan secara financial ditunjukkan oleh nilai NPV yang lebih dari nol (NPV>0) yaitu ebesar Rp 1.444.836.506, Net B/C lebih dari satu yaitu sebesar 2,92 serta nilai IRR lebih dari tingkat diskonto yaitu sebesar 35,53%, dan payback periode yang lebih pendek dari umur proyek yaitu tiga tahun empat bulan.

Saepuloh (2005) meneliti tentang analisis pendapatan usaha dan pemasaran tanaman hias (florikultur). Penelitian ini dilakukan pada responden pedagang pengecer tanaman hias bunga dan daun di Kota Bogor. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran usaha tanaman hias di tingkat petani dan pengecer, menganalisis salura pemasaran, fungsi pemasaran, struktur, perilaku dan keragaan pasar tanaman hias, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan, analisis R/C ratio, analisis marjin, dan analisis elastisitas transmisi

(39)

Hasil dari penelitian tersebut diperoleh bahwa usaha yang dilakukan oleh pedagang pengecer tanaman hias di Kota Bogor mengalami keuntungan, walaupun relatif kecil. Secara ekonomis keuntungan inidapat diidentifikasi dari nilai imbangan penerimaan atas biaya (R/C ratio) tunai sebesar 1,34 dan R/C atas biaya total sebesar 1,23. Pelaku pasar yang terlibat dalam pemasaran tanaman hias bunga adalah petani, pedagang perantara, pedagang pengecer, dan konsumen akhir sedangkan pada pemasaran tanaman hiasdaun, saluran pemasaran yang terjadi mulai dari petani, pedagang pengecer dan konsumen akhir tanpa melibatkan pedagang perantara. Pedagang perantara pada pemasaran tanaman hias bunga merupakan lembaga yang mendapatkan tingkat keuntungan yang jauh lebih tinggi dibandingkan petani dan pedagang pengecer. Pemasaran tanama hias daun lebih efisien dibandingkan pemasaran tanaman hias bunga. Hal ini dapat dilihat dari nilai farmer’s share yang lebih tinggi dan jumlah pelaku pemasaran yang lebih sedikit.

2.6 Penelitian Lainnya

Penelitian yang dilaksanakan adalah mengenai optimalisasi produksi bibit tanaman hias pada PT. Inggu Laut Abadi. Produksi bibit yang akan diteliti adalah bibit yang dihasilkan melalui teknik kultur jaringan (tissue culture) yang terdiri dari bibit krisan dan bibit anyelir.

Optimalisasi produksi bibit tanaman hias ini, diolah dengan menggunakan program LINDO, kemudian dibandingkan antara kombinasi produksi aktual dengan kombinasi produksi optimal, serta membandingkan penggunaan sumberdaya aktual dengan penggunaan sumberdaya optimal berdasarkan hasil pengolahan komputer.

(40)

Analisis yang dilakukan pada data produksi periode satu tahun perusahaan antara lain: analisis primal untuk mengetahui kombinasi produksi optimal, analisis dual untuk mengetahui penggunaan sumberdaya yang optimal, analisis sensitivitas untuk melihat peningkatan dan penurunan yang masih diizinkan sehingga tetap memperoleh hasil yang optimal, dan analisis post-optimal untuk mengetahui perubahan keadaan setelah kondisi optimal dengan melakukan perubahan terhadap harga output, harga input, ketersediaan input dan lain-lain.

Persamaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya yaitu pada alat analisis yang digunakan, sedangkan perbedaannya terletak pada komoditas yang dikaji yaitu bibit tanaman hias krisan dan anyelir, tempat penelitian yang dilaksanakan di PT. Inggu Laut Abadi Cianjur Jawa Barat serta teknik produksi yang menggunakan teknik kultur jaringan.

Penelitian sebelumnya yang mengkaji optimalisasi pada produk hortikultura menjelaskan tentang kendala-kendala yang ada pada perusahaan hortikultura terkait. Umumnya kendala yang ada pada perusahaan hortikultura khususnya budidaya diantaranya lahan, bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, modal serta kendala pasar. Pada penelitian yang akan dilakukan, karena produk yang akan diteliti adalah bibit, maka kendala yang timbul pun berbeda. Kendala yang timbul yaitu kendala Greenhouse, pupuk, pestisida, sekam bakar (media tanam), tanaman indukan, serta pasar.

(41)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi

Produksi merupakan suatu kegiatan atau usaha untuk menghasilkan barang atau jasa. Dalam kegiatannya, produksi mengolah input produksi berupa bahan baku, modal, tenaga kerja dan modal sehingga menghasilkan keluaran atau output berupa barang atau jasa. Produksi merupakan suatu kegiatan mengubah input menjadi output (Nicholson, 2002). Menurut Buffa dan Rakesh (1996), sistem produksi didefinisikan sebagai alat yang digunakan oleh perusahaan untuk mengubah masukan sumber daya guna menciptakan barang dan jasa yang berguna sebagai keluaran. Proses produksi terdiri dari rangkaian proses yaitu masukan-konversi-keluaran. Alur rangkaian tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 1 Sistem Produksi sebagai Proses Transformasi atau Konversi (Buffa dan Rakesh, 1996)

Fungsi Produksi merupakan hubungan fisik antara input dengan output. Menurut Nicholson (1991), fungsi produksi merupakan hubungan matematik antara input dengan output. Hubungan ini ditulis dalam bentuk q = f(K, L, M,…), dimana q merupakan output barang-barang tertentu selama satu periode tertentu, K mewakili mesin (yaitu modal atau kapital) yang digunakan selama periode tersebut, L mewakili input tenaga kerja, dan M mewakili bahan baku yang

Masukan:

Bahan baku, tenaga kerja, mesin, modal dan teknologi

Proses Transformasi atau konversi

Keluaran:

(42)

digunakan. Bentuk dari persamaan ini menunjukkan adanya kemungkinan variabel-variabel lain yang mempengaruhi proses produksi. Dengan demikian, fungsi produksi dapat disimpulkan sebagai pengetahuan perusahaan mengenai bauran berbagai input untuk menghasilkan output. Fungsi produksi dapat pula diartikan sebagai persamaan matematis yang menunjukkan jumlah output maksimum yang dapat dihasilkan berdasarkan suatu kelompok input yang dispesifikasi dengan mengingat teknologi yang berlaku (Ferguson, 1983). Biasanya jumlah yang diproduksi tergantung pada jumlah bahan baku, tenaga kerja, mesin dan modal yang digunakan dalam proses produksi.

Untuk menentukan kombinasi produk yang optimum sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum, dapat dijelaskan melalui Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) dan garis isorevenue. Menurut Nicholson (1991), kurva kemungkinan produksi (Production Posibility Curve) menunjukkan semua kombinasi keluaran atau output yang dapat dihasilkan oleh satuan ekonomi tertentu dengan menggunakan sumberdaya dengan jumlah tertentu. Dengan demikian, kurva kemungkinan produksi dapat didefinisikan sebagai kurva yang menjelaskan tentang kombinasi output atau produk yang dapat dihasilkan dengan menggunakan sumberdaya dalam jumlah tertentu. KKP ini dapat disebut pula sebagai kurva isoresource, karena masing-masing titik dalam kurva tersebut merupakan kombinasi output yang dihasilkan dengan menggunakan jumlah input yang sama. Sebaliknya, garis isorevenue adalah garis yang menggambarkan kombinasi output yang menghasilkan penerimaan tertentu kepada perusahaan (Lipsey et al, 1995). Garis isorevenue ditunjukkan dengan garis TR pada Gambar 2.

(43)

Gambar 2. Kurva Kemungkinan Produksi dan Garis Isorevenue Keterangan:

Kurva AB : Kurva Kemungkinan Produksi Garis X1X1 : Total Sumnerdaya yang tersedia q1 : Kurva Produksi Q1

q2 : Kurva Produksi Q2

C : Kombinasi-kombinasi output yang dapat dicapai D : Kombinasi-kombinasi output yang tidak dapat dicapai E : Kombinasi Output Optimal

d : Jumlah produksi Q1 yang menghasilkan total penerimaan maksimum

c : Jumlah produksi Q2 yang menghasilkan total penerimaan maksimum

TR1 : Garis Isorevenue yang belum memberikan total penerimaan maksimum

TR2 : Garis Isorevenue yang memberikan total penerimaan maksimum

a dan b : Kombinasi produksi yang bukan merupakan kombinasi maksimum

Menurut Lipsey (1995), dalam kurva kemungkinan produksi (production possibility curve) dijelaskan tiga konsep diantaranya, kelangkaan (scarcity),

A B TR2 TR1 C E D q1= f(x) q2= f(x) b c O Q2 X X X1 X1 a d Q1

(44)

pilihan (choise) dan biaya peluang (opportunity cost). Kelangkaan yang ditunjukkan oleh D pada Gambar 2 merupakan kombinasi-kombinasi output yang tidak dapat dicapai perusahaan karena berada di luar garis KKP. Pilihan ditunjukan oleh C yang merupakan alternatif kombinasi output yang dapat dipilih perusahaan. Pilihan ini ditunjukkan oleh titik-titik yang berada di sepanjang batas kurva, sedangkan biaya peluang ditunjukkan oleh a-b yang diperlihatkan oleh kemiringan batas kurva ke kanan bawah.

Kombinasi produksi yang optimum diperoleh pada saat kurva kemungkinan produksi bersinggungan dengan garis isorevenue pada titik E. Pada gambar 2 diasumsikan perusahaan hanya memproduksi dua jenis output yaitu Q1 dan Q2. Penerimaan maksimum pada garis TR2 diterima perusahaan pada saat perusahaan memproduksi Q1 sebesar d serta memproduksi Q2 sebesar c. Sedangkan pada saat perusahaan memproduksi di titik a dan di titik b, perusahaan belum mencapai titik optimal karena total penerimaan yang dihasilkan lebih rendah dari TR2. Pada titik ini, masih ada sumberdaya yang berlebih. Pada gambar tersebut, diasumsikan perusahaan menggunakan input X untuk memproduksi kedua produk yaitu Q1 dan Q2. Nilai ketersediaan input X yang dimiliki perusahaan sebesar X1.

Perusahaan yang menghasilkan kombinasi output yang memberikan nilai penerimaan yang maksimum, tentu saja menggunakan penggunaan kombinasi penggunaan sumberdaya (input) yang optimal. Penggunaan input yang optimal yaitu kombinasi dengan biaya paling minimum. Kombinasi penggunaan input optimal yang menghasilkan biaya minimum dapat dijelaskan dengan kurva isokuan dan garis isocost.Kurva isokuan menunjukkan berbagai kombinasi input

(45)

yang menghasilkan output dalam jumlah yang sama (Nicholson, 2002). Garis

isocost merupakan garis yang menunjukkan alternatif kombinasi input yang dapat diperoleh dengan pengeluaran tertentu (Lipsey et al, 1995). Hubungan antara isokuan dan isocost dapat dijelaskan oleh Gambar 3.

Gambar 3. Kurva Isokuan dan Garis Isocost (Kreps, 1990)

Gambar 2 menunjukkan bahwa perusahaan diasumsikan hanya menggunakan dua input produksi yaitu X1 dan X2 untuk memproduksi output q. Untuk meminimumkan biaya produksi q, perusahaan harus memilih sebuah titik pada kurva isokuan q yang memiliki biaya terendah. Produksi q dengan biaya terendah dapat dicapai pada titik O. Titik O menunjukkan kombinasi penggunaan input X1 dan X2 yang memiliki biaya terendah serta merupakan titik optimal dimana penggunaan input X1 sebesar c dan input X2 sebesar d dengan nilai total biaya sebesar TC1. Apabila perusahaan memproduksi q pada titik a dan b maka penggunaan input belum optimal karena mengeluarkan total biaya sebesar TC2 yang memiliki nilai lebih besar jika dibandingkan dengan TC1 (titik O).

X1 X2 KIq a b TC2 TC1 O d c

(46)

3.1.2 Analisis Optimalisasi Produksi

Menurut Nasendi dan Anwar (1985), optimalisasi merupakan serangkaian proses untuk mendapatkan gugus kondisi yang diperlukan untuk mendapatkan hasil terbaik dalam situasi tertentu. Melalui teori ini, dapat diidentifikasi penyelesaian terbaik suatu masalah yang diarahkan pada tujuan maksimisasi dan minimisasi fungsi tujuan.

Tujuan dilakukannya optimalisasi yaitu untuk memaksimumkan nilai atau keuntungan yang dihasilkan dari proses produksi atau untuk meminimumkan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dengan memperhatikan kendala-kendala yang berada di luar jangkauan pelaku kegiatan. Dengan demikian, dalam upaya mencapai tujuan tersebut, kegiatan produksi selalu berusaha untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas diantaranya sebagai kegiatan yang saling bersaing (Buffa dan Rakesh, 1996).

Untuk menyelesaikan masalah optimalisasi ini, terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan, diantaranya ekonometrika dan operation research. Dengan pendekatan ekonometrika, dapat diperoleh beberapa analisis optimalisasi, antara lain mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi. Selain itu, melalui pendekatan ekonometrika ini dapat menunjukkan hubungan antara hubungan antara produksi dengan faktor-faktor produksi dan tingkat penggunaan faktor produksi yang menggunakan keuntungan maksimum. Optimalisasi produksi yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan ekonometrika ini menggunakan data time series.

Selain ekonometika, terdapat suatu teknik yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah sehingga tercapai suatu optimalisasi yaitu operation

(47)

research. Operation Research ini berusaha menetapkan arah serta tindakan terbaik (optimum) dari sebuah masalah pengambilan keputusan di bawah pembatasan sumberdaya yang terbatas. Optimalisasi produksi yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan riset operasi ini dapat disesuaikan dengan kondisi perusahaan.

Menurut Taha (1996), terdapat lima tahapan dalam melakukan operation research, diantaranya:

1. Definisi Masalah

Untuk mengidentifikasi masalah terdapat tiga aspek yang harus diperhatikan, yaitu: deskripsi dari sasaran atau tujuan dari studi tersebut, identifikasi alternatif keputusan sistem tersebut, dan pengenalan tentang keterbatasan, batasan dari pernyataan sistem tersebut.

2. Pengembangan Model

Model yang dipilih harus sesuai dan mewakili sistem yang bersangkutan, serta harus menyatakan ekspresi kuantitatif dari tujuan dan batasan masalah dalam bentuk variabel keputusan.

3. Pemecahan Model

Dalam tahap ini, pemecahan model dicapai dengan menggunakan teknik-teknik optimalisasi yang didefinisikan dengan baik dan menghasilkan sebuah pemecahan yang optimal.

4. Pengujian Keabsahan Model

Setelah mendapatkan pemecahan model, maka hasil tersebut harus diuji keabsahannya. Umumnya metode untuk menguji keabsahan model ini dengan

(48)

membandingkan kinerjanya dengan data masa lalu yang tersedia untuk sistem aktual.

5. Implementasi Hasil Akhir

Pada tahap ini, hasil operasi harus diterjemahkan oleh peneliti secara terperinci serta diberikan dalam bentuk yang mudah dimengerti oleh pihak yang mengatur dan mengoperasikan sistem yang direkomendasikan tersebut.

Salah satu teknik yang digunakan untuk memecahkan masalah optimalisasi terkendala ini dengan menggunakan program linier (linier programming), baik secara manual maupun dengan bantuan komputer untuk menghasilkan solusi yang cepat dan tepat bagi manajemen perusahaan. Program linier ini memiliki kelebihan karena pada program ini dapat digunakan banyak variabel, sehingga berbagai kemungkinan untuk memperoleh pemanfaatan sumberdaya yang optimal dapat tercapai. Kelebihan lainnya, fungsi tujuan dapat difleksibelkan sesuai dengan tujuan penelitian atau berdasarkan data yang tersedia (Soekartawi, 1992).

3.1.3 Linier Programming

Linier programming merupakan suatu analisis masalah dengan menggunakan sebuah fungsi linier dari sejumlah variabel-variabel dengan tujuan maksimisasi atau minimisasi, dimana variabel-variabel tersebut merupakan anggota dari sejumlah kendala dalam bentuk pertidaksamaan linier. Keuntungan pertama, linier programming ini dapat memecahkan permasalahan ekonomi yang kompleks serta memperoleh solusinya. Keuntungan kedua, dengan linier programming dapat melihat permasalahan biasa dengan sudut pandang yang berbeda sehingga diperoleh pengetahuan ekonomi yang baru.

Gambar

Tabel 1 menunjukkan perkembangan berbagai jenis tanaman hortikultura.  Perkembangan luas panen terbesar terjadi pada jenis buah-buahan yang  merupakan tanaman hortikultura yang banyak diekspor ke mancanegara
Tabel 2. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Tanaman Hias Indonesia  Tahun 2003-2006  Tahun  Nilai Ekspor (US $)  Nilai Impor (US $)  Perkembangan  nilai ekspor (%)  Perkembangan  nilai impor (%)  2003  1.387.338  376.295  -   -2004  12.914.439 1.185.705 830,88 215,10 2005  15.027.410 1.848.998 16,36 55,94 2006  16.331.671 1.563.464 8,68 -15,44 Sumber  : BPS diolah (2007) 3)
Gambar 1  Sistem Produksi sebagai Proses Transformasi atau Konversi   (Buffa dan Rakesh, 1996)
Gambar 2. Kurva Kemungkinan Produksi dan Garis Isorevenue   Keterangan:
+7

Referensi

Dokumen terkait

e. Penelitian terhadap proses pendidikan di Akpol dengan cara pengisian angket oleh taruna terhadap kinerja para tenaga pendidik / dosen maupun materi yang diajarkan. Penyuluhan

jaringan sensor nirkabel adalah sistem operasi yang digunakan pada tiap titik sensor dan sistem komunikasi yang diterapkan oleh sensor dalam mengirimkan pesan atau data

Pihak pertama pada tahun 2017 ini berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai lampiran perjanjian ini dalam rangka mencapai target kinerja jangka

Diisi uraian jenis barang yang dikenakan BM TP secara lengkap menurut keadaan yang sebenarnya sehingga memudahkan bagi Bea dan Cukai dalam menetapkan klasifikasi barang

Terdapat beberapa pengelompokan keterkaitan bahasa berdasarkan uraian para ahli, yaitu: a) Bahasa Memengaruhi Pikiran yang berarti bahwa pemahaman terhadap kata

Dengan menggunakan data yang dihasilkan dari uji coba aplikasi dapat mampu berjalan baik secara fungsional untuk mendiagnosa penyakit pada kucing menggunakan

Asam oleat dapat dihasilkan dari fraksinasi asam lemak yang diperoleh dari proses pengubahan minyak menjadi asam lemak.. Asam oleat dapat dihasilkan dari fraksinasi asam lemak

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang Asmaul