OPTIMALISASI PRODUKSI TANAMAN HIAS UNTUK
VERTICAL GARDEN PADA PT GODONGIJO ASRI,
SAWANGAN, DEPOK PROPINSI JAWA BARAT
SKRIPSI
RANI FERNIASARI H34096084
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
RINGKASAN
RANI FERNIASARI. Optimalisasi Produksi Tanaman Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri, Sawangan, Depok, Provinsi Jawa Barat. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
(Di bawah bimbingan HARMINI)
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumberdaya hayati yang beraneka ragam, sehingga menjadi peluang yang sangat besar bagi pengembangan bisnis di sektor pertanian. Salah satu subsektor dalam pertanian yang dapat dikembangkan dan memiliki prospek baik untuk mendorong perekonomian Indonesia adalah holtikultura. Tanaman hias merupakan salah satu subsektor hortikultura yang dapat turut mendorong perekonomian Indonesia. Jenis tanaman hias yang diproduksi di Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis yang
disesuaikan dengan kondisi alam masing ± masing daerah di Indonesia. Adapun
salah satu daerah di Indonesia yang menjadi sentra tanaman hias adalah Depok karena memiliki keadaan geografis dan ketersediaan lahan pertanian yang mendukung. PT Godongijo Asri merupakan salah satu perusahaan tanaman hias yang berlokasi di Depok. Sejak awal tahun 2010, perusahaan ini mulai
mengembangkan bisnis tanaman taman tegak atau vertical garden (VEGA).
Tujuan utama PT Godongijo Asri dalam menjalankan bisnis adalah memperoleh keuntungan yang maksimal, akan tetapi sebagai perusahaan yang baru mengembangkan bisnis tanaman hias untuk VEGA, PT Godongijo Asri belum memiliki sistem manajeman yang baik. Selain itu, perusahaan juga dihadapkan pada permasalahan biaya produksi, harga jual, dan permintaan yang berbeda-beda, namun sumberdaya yang digunakannya sama antar jenis tanaman hias, sehingga menimbulkan persaingan dalam penggunaannya. Oleh karena itu, perlu dianalisis sejauh mana produksi tanaman hias untuk VEGA mencapai optimum sehingga dapat memaksimalkan keuntungan dengan menggunakan sumberdaya yang dimiliki. Berdasarkan hal-hal tersebut maka perumusan masalah dari penelitian adalah apakah kombinasi produksi tanaman hias untuk VEGA yang dilakukan PT Godongijo Asri sudah mencapai kondisi optimal, bagaimana kombinasi produksi optimal tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri, bagaimana alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PT Godongijo Asri untuk mencapai kondisi optimal, dan bagaimana pengaruh yang terjadi pada kombinasi produksi awal PT Godong ijo Asri apabila terdapat perubahan.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah kombinasi produksi tanaman hias untuk VEGA yang dilakukan PT Godongijo Asri telah optimal, mengetahui kombinasi produksi optimal tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri, mengetahui alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PT Godongijo Asri untuk mencapai kondisi optimal, mengetahui pengaruh yang
terjadi pada kombinasi produksi awal PT Godong ijo Asri apabila terdapat perubahan. Ruang lingkup penelitian difokuskan pada kegiatan produksi sebelas tanaman hias untuk VEGA yaitu Dracaena golden, Schefflera varigata, Homalomena, Epipremnum gold,, Peperomia obtusivolia variegata, Monocostus uniflorus, Polyscias, Begonia thelmae, Syngonium pink neon, Peperomia scandens, dan Miana.
Gambaran kombinasi produksi tanaman hias untuk VEGA yang optimal
diperoleh dengan menggunakan teknik interger programming dengan
menggunakan LINDO. Analisis interger programming yang dilakukan antara lain
yaitu analisis primal, dual, dan post optimal. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa kombinasi produksi yang dilakukan PT Godongijo Asri belum mencapai keuntungan yang maksimal. Perusahaan dapat mencapai keuntungan sebesar Rp 26.589.260 jika berproduksi pada kondisi optimal sehingga memperoleh kenaikan keuntungan sebesar Rp 1.337.298. Sumberdaya yang dimiliki perusahaan merupakan sumberdaya yang berlebih dan jika perusahaan menambah ketersediaannya maka tidak akan menambah keuntungan yang
diperoleh. Penambahan jenis tanaman Episcia variabilis pada analisis post
optimal akan menaikan keuntungan perusahaan sebesar Rp 532.550.
OPTIMALISASI PRODUKSI TANAMAN HIAS UNTUK
VERTICAL GARDEN PADA PT GODONGIJO ASRI
SAWANGAN, DEPOK, PROPINSI JAWA BARAT
RANI FERNIASARI H34096084
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisinis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011Judul skripsi : Optimalisasi Produksi Tanaman Hias untuk Vertical
Garden Pada PT Godongijo Asri, Sawangan Kota
Depok Propinsi Jawa Barat
Nama : Rani Ferniasari
NIM : H34096084
Disetujui, Pembimbing
Ir. Harmini, MSi NIP. 19600921 198703 2 002
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
PERNYATAAN
'HQJDQ LQL VD\D PHQ\DWDNDQ EDKZD VNULSVL VD\D \DQJ EHUMXGXO ³2SWLPDOLVDVL Produksi Tanaman Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri Sawangan, Depok, 3URSLQVL -DZD %DUDW´ DGDODK NDU\D VHQGLUL GDQ EHOXP SHUQDK GLDMXNDQ GDODP bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Nopember 2011
Rani Ferniasari H34096084
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Rani Ferniasari yang dilahirkan di kota Cirebon pada tanggal 25 Februari 1988. Penulis adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, sebagai anak kandung dari Alm. Bapak M. Asikin. R dan Ibu Nilawani.
Pendidikan awal yang diikuti penulis dimulai dari TK Beringin selama satu tahun dan selesai pada tahun 1993. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SDN Gunung Galunggung di Cirebon selama dua tahun pada tahun 1993 sampai dengan tahun 1995. Kemudian penulis melanjutkan di SDN Bojongrangkong Bekasi dan lulus tahun 1999. Sekolah menengah lanjutan pertama ditempuh penulis di SLTPN 172 Jakarta dan selesai tahun 2002. Kemudian melanjutkan sekolah menengah atas di SMUN 12 Jakarta dan selesai tahun 2005.
Pada tahun 2005 penulis berhasil diterima di Program Diploma III Program Keahlian Manjeman Agribisnis, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dan tamat pada tahun 2008. Penulis kemudian bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta sebagai Sekretaris. Pada Tahun 2010 penulis memutuskan untuk melanjutkan pendidikan sarjana di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ³2SWLPDOLVDVL 3URGXNVL 7DQDPDQ +LDV XQWXN 9(*$ SDGD 37 *RGRQJLMR $VUL 6DZDQJDQ'HSRN3URSLQVL-DZD%DUDW´
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi dan menganalisis produksi sebelas tanaman hias untuk VEGA di PT Godongijo Asri pada kondisi aktual dan optimal serta penggunaan sumberdaya dalam melakukan proses produksi.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi PT Godongijo Asri dalam mengembangkan usaha khusunya tanaman hias untuk VEGA.
Bogor, Nopember 2011
Rani Ferniasari H34096084
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sesuai dengan harapan. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada :
1.
Almarhum Ayahanda dan Ibunda tercinta serta keluarga besar untuk doarestu, kasih sayang dan perhatian serta dukungan moril dan material yang sangat berharga. Semoga menjadi persembahan terbaik.
2. Ir. Harmini, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan
kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
3. Tintin Sarianti, SP, MM dan Arif Karyadi, SP selaku dosen penguji yang
telah memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.
4. Ridzki Ian Andriadi untuk setiap cinta kasih, diskusi, semangat, dukungan,
dan doa yang diberikan, serta kebersamaan selama penyusunan skripsi. Semoga menjadi sesuatu yang tak terlupakan.
5. Keluarga besar PT Godongijo Asri yang telah membantu memberikan
informasi kepada penulis.
6. Teman - teman ekstensi agribisnis angkatan tujuh atas semangat dan diskusi
selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
Bogor, Nopember 2011
Rani Ferniasari H34096084
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 10
II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Tanaman Hias Indonesia ... ... 11
2.2 Optimalisasi Produksi Komoditas Tanaman Hias ... 15
III KERANGKA PEMIKIRAN ... 18
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... ... 18
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 24
IV METODE PENELITIAN ... 28
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
4.2 Jenis dan Sumber Data ... 28
4.3 Metode Pengolahan Data ... 28
4.4 Formulasi Model ... ... 29
4.5 Metode Analisis ... 34
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 35
5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 35
5.2 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ... 36
5.3 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan ... 37
5.4 Struktur Organisasi Perusahaan ... 38
5.5 Sumberdaya Perusahaan ... 38
5.6 Proses Produksi ... 39
VI ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI TANAMAN HIAS UNTUK VEGA PADA PT GODONGIJO ASRI ... 47
6.1 Perumusan Model ... 47
6.2 Keputusan Produksi Aktual dan Optimal ... 67
VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 80
7.1 Kesimpulan ... 80
7.2 Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 82
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Periode 2003 ± 2009 ... 3
2. Jenis Tanaman Hias Menurut Sentra Tanaman Hias
di Jawa Barat ... 4
3. Data Produksi dan Permintaan Tanaman Hias untuk VEGA
pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis ... 7
4. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian ... 17
5. Variabel Keputusan Produksi Tanaman Hias VEGA pada
PT Godongijo Asri selama satu periode analisis ... 29
6. Jumlah Anakan yang Dihasilkan dari Setiap Indukan Tanaman
Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri ... 41
7. Perhitungan Biaya Umum Kantor, Listrik, dan Transportasi
per Unit Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis
pada PT Godongijo Asri ... 48
8. Perhitungan Biaya Sewa Lahan per Unit Tanaman Hias untuk
VEGA selama Periode Analisis pada PT Godongijo Asri ... 49
9. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja per Unit Tanaman Hias untuk
VEGA selama Periode Analisis pada PT Godongijo Asri ... 49
10. Perincian Biaya Variabel per Unit Tanaman Hias untuk VEGA
pada PT Godongijo Asri Selama Periode Analisis ... 50
11. Rincian Perolehan Keuntungan per Unit Tanaman Hias untuk
VEGA pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis ... 51
12. Perhitungan Kebutuhan Satu Unit Tanaman Hias untuk VEGA
terhadap Lahan Mistroom dan Ketersediaannya pada
PT Godongijo Asri selama Periode Analisis ... 52
13. Perhitungan Kebutuhan Satu Unit Tanaman Hias untuk VEGA
terhadap Lahan Greenhouse dan Ketersediaannya pada
PT Godongijo Asri selama Periode Analisis ... 53
14. Perhitungan Kebutuhan Satu Unit Tanaman Hias untuk VEGA
terhadap Indukan dan Ketersediaannya pada PT Godong Ijo
Asri selama Periode Analisis ... 54
15. Ketersediaan Media Tanam pada PT Godongijo Asri selama
Periode Analisis ... 55
16. Perhitungan Koefisien Kendala Pupuk Perangsang Akar dan
Nomor Halaman
17. Ketersediaan Pestisida pada PT Godongijo Asri selama
Periode Analisis ... 60
18. Perhitungan Kebutuhan )XQJLVLGD³6F´SDGDMistroom bagi
Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis ... 61
19. Perhitungan Kebutuhan )XQJLVLGD³6F´SDGDGreenhouse bagi
Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis ... 61
20. Perhitungan Kebutuhan ,QVHNWLVLGD³&RQ´SDGDMistroom bagi
Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis ... 62
21. Perhitungan Kebutuhan ,QVHNWLVLGD³&RQ´SDGDGreenhouse
Bagi Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis ... 63
22. Kombinasi Produksi Aktual dan Optimal pada PT Godongijo
Asri selama Periode Analisis ... 67
23. Tingkat Penggunaan Lahan pada Kondisi Kombinasi Produksi
Aktual dan Optimal dalam produksi Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis pada PT Godongijo Asri ... 70
24. Tingkat Penggunaan Indukan pada Kondisi Kombinasi Produksi
Aktual dan Optimal dalam Produksi Tanaman Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis ... 71
25. Tingkat Penggunaan Media Tanam pada Kondisi Kombinasi
Produksi Aktual dan Optimal dalam Produksi Tanaman Hias
untuk VEGA pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis 72
26. Tingkat Penggunaan Pupuk Perangsangpada Kondisi Kombinasi
Produksi Aktual dan Optimal dalam Produksi Tanaman Hias
untuk VEGA pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis 74
27. Tingkat Penggunaan Pestisidapada Kondisi Kombinasi
Produksi Aktual dan Optimal dalam Produksi Tanaman Hias
untuk VEGA pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis . 75
28. Tingkat Permintaan Tanaman Hias untuk VEGA pada PT
Godongijo Asri selama Periode Analisis pada Kondisi
Produksi Optimal ... 77
29. Perubahan Nilai Solusi Optimal Akibat Penambahan Jenis
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Skema Proses Produksi ... 18
2. Batas kemungkinan Produksi Produk X dan Y... 19
3. Kurva Kemungkinan Produksi Produk X dan Y
dan Isorevenue ... 20
4. Kerangka Pemikiran Operasional ... 27
5. Proses Produksi Tanaman Hias untuk VEGA pada
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Nilai Produk Domestik Bruto Hortikultura Tahun 2003 ± 2008 85
2. Dokumentasi Sebelas Jenis Tanaman Hias untuk VEGA
Produksi PT Godongijo Asri ... 86
3. Denah Lokasi PT Godongijo Asri ... 87
4. Dokumentasi Kegiatan Produksi Tanaman Hias untuk
VEGA pada PT Godongijo Asri ... 88
5. Kegiatan Penyiraman dan Penyemprotan Tanaman Hias
untuk VEGA pada PT Godongijo Asri ... 89
6. Perincian Biaya Penyusutan Investasi Tanaman Hias untuk
VEGA pada PT GodongijoAsri Selama Periode Analisis
Batas kemungkinan Produksi Produk X dan Y... 90
7. Perincian Biaya Pemeliharaan Indukan Tanaman Hias untuk
VEGA pada PT Godongijo Asri Selama Periode Analisis ... 91
8. Perhitungan Koefisien Kendala Hormon Perangsang Daun bagi
Tanaman Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri
Selama Periode Analisis ... 92
9. Kebutuhan Waktu Penyiraman Satu Unit Tanaman Hias
untuk VEGA ... 93
10. Kebutuhan Waktu Penyemprotan Satu Unit Tanaman Hias
untuk VEGA ... 94
11. Perincian Keuntungan Produksi Tanaman Hias untuk VEGA
pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis ... 95
12. Keluaran Integer Programming ... 96
13. Hasil Olahan LINDO dari Analisis Penambahan Jenis
1
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumberdaya hayati yang beraneka ragam. Hal tersebut dikarenakan letak geografis Indonesia yang
berada pada garis katulistiwa tepatnya 6º LU ± 11º LS dan 95º BT - 141º BT.
Keanekaragaman tersebut menjadi peluang yang sangat besar bagi pengembangan bisnis di sektor pertanian. Potensi sumberdaya manusia yang melimpah, ketersediaan teknologi dan pasar Indonesia juga turut mendukung pengembangan usaha di sektor pertanian tersebut. Adapun salah satu subsektor dalam pertanian yang dapat dikembangkan adalah holtikultura yang meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, tanaman hias (florikultura) dan tanaman obat-obatan (biofarmaka).
Pengembangan usaha di bidang hortikultura dapat menjadi sumber pangan dan gizi melalui komoditas sayuran dan buah-buahan, sumber estetika melalui tanaman hias, sumber bahan baku industri obat-obatan dan kosmetika yang berasal dari tanaman biofarmaka, dan sumber pendapatan bagi rumah tangga yang melakukan kegiatan produksi di bidang hortikultura. Bahkan secara nasional komoditas hortikultura mampu memberikan sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar. Sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2008, kontribusi subsektor holtikultura terhadap PDB Indonesia terus mengalami peningkatan. Hal tersebut menunjukan bahwa subsektor holtikultura merupakan subsektor yang mempunyai prospek baik untuk mendorong perekonomian Indonesia di masa yang akan datang, sehingga layak untuk dikembangkan. Perolehan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) pada beberapa tahun terakhir tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tanaman hias merupakan subsektor hortikultura yang berbeda dengan subsektor hortikultura lainnya. Hal tersebut dikarenakan tanaman hias merupakan tanaman nonpangan yang pemanfaatannya ditujukan untuk kebutuhan estetika. Tanaman tersebut berbeda dengan tanaman yang pemanfaatannya ditujukan untuk konsumsi seperti halnya sayuran, buah-buahan, dan tanaman obat. Kendati demikian, tanaman hias juga dapat turut mendorong perekonomian negara melalui sumbangan terhadap PDB seperti yang terlihat pada Lampiran 1. Beberapa
2 negara yang ikut serta dalam bisnis tanaman hias mampu mendorong perekonomiannya melalui devisa ekspor tanaman hias. Misalnya pada tahun 2008 Costarica, Kolombia, dan Indon esia memperoleh devisa dari tanaman hias masing-masing mencapai 400 juta dolar AS, satu miliar dolar AS, lima belas juta dolar AS pertahun dari total perdagangan internasional yang mencapai 90 miliar
dolar AS pertahun1.
Saat ini bisnis tanaman hias terbuka lebar untuk pasar dunia maupun domestik bagi Indonesia. Pada beberapa tahun , ekspor tanaman hias Indonesia ke beberapa negara tujuan mengalami peningkatan yang cukup signifikan, baik dari volume maupun nilainya. Pasar ekspor tanaman hias Indonesia terbesar adalah negara Jepang, diikuti Korea,Belanda, Amerika Serikat dan Singapura. Salah satu contoh peluang pasar dunia dapat terlihat dari adanya kelebihan permintaan dari
Negara Belanda sebesar dua belas kontainer pertahun2. Selain itu, untuk pasar
domestik peluang bisnis tanaman hias juga menunjukan hal yang sama. Hal tersebut dikarenakan berkembangnya kesadaran masyarakat terhadap nilai estetika dan kesehatan lingkungan sehingga mendorong minat terhadap pemanfaatan tanaman hias.
Tanaman hias banyak dimanfaatkan untuk memperindah lingkungan
sekitar baik di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor). Sebagai
penghias dalam ruangan, tanaman hias dapat diletakan dalam pot yang ditempatkan di meja ataupun areal rumah, perkantoran, hotel, restoran atau apartemen. Sedangkan pemanfaatan di luar ruangan dapat dijadikan sebagai
tanaman pelindung, penghias taman, centre point, bedengan dan penutup tanah.
Selain itu, tanaman hias juga dapat berperan dalam kesehatan lingkungan yaitu sebagai penyaring udara baik di dalam maupun di luar ruangan. Tanaman hias juga dapat dimanfaatkan untuk dekorasi dalam acara perkawinan dan perayaan hari besar sehingga dapat menambah keindahan. Tanaman hias dapat ditanam pada areal yang sempit bahkan dapat dimanfaatkan pada lahan vertikal melalui konsep taman tegak.
1
Sinar Tani. 2011. Memetik Dolar dari Tanaman Hias. http://www.sinartani.com. Diakses pada tanggal 18 April 2011
3 Semakin berkembangnya pemanfaatan tanaman hias dan besarnya peluang pasar menjadi pemacu para produsen tanaman hias untuk meningkatkan produksinya. Hal tersebut terlihat dari beberapa produksi tanaman hias Indonesia yang cenderung mengalami peningkatan pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Periode 2003 ± 2009
TAHUN Sedap Malam Melati Palem Dracaena Anyelir Gerbera
(Tangkai) (Kg) (Pohon) (Pohon) (Tangkai) (Tangkai)
2003 16.139.563 15.740.955 668.154 2.553.020 2.391.113 3.071.903 2004 33.226.112 21.622.699 445.126 1.778.582 2.196.377 2.349.399 2005 32.611.284 22.552.537 751.505 1.131.621 2.216.123 4.065.057 2006 30.373.679 24.795.995 986.340 905.039 1.781.046 4.874.098 2007 21.687.493 15.775.751 1.171.768 2.041.962 1.901.509 4.931.441 2008 25.180.043 20.357.698 1.094.096 1.845.490 2.995.153 4.103.560 2009 51.047.807 28.307.326 1.260.408 2.262.505 5.320.824 5.185.586 Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)
Pada Tabel 1, terlihat bahwa produksi tanaman hias di Indonesia mengalami fluktuasi namun cenderung mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari produksi tanaman hias antara lain sedap malam, melati, palem, anyelir, Gerbera, dan Dracaena. Peningkatan produksi terbesar terjadi tahun 2007 pada tanaman Dracaena yaitu sebesar 125,62 persen. Pada tahun 2008 produksinya sempat mengalami penurunan sebesar 8,72 persen, namun kembali mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebesar 22,6 persen.
Pada tahun 2011, jumlah produksi tanaman hias juga ditargetkan mengalami peningkatan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura. Untuk tanaman bunga atau daun potong ditargetkan produksi sebesar 270.770.892 tangkai dengan laju pertumbuhan 9,15 persen dan untuk tanaman pot dan lanskap ditargetkan produksi sebesar 12.809.235 pohon dengan laju pertumbuhan 5,14 persen. Sementara itu, untuk tanaman bunga tabur ditargetkan produksi sebesar
27.364.964 kg dengan laju pertumbuhan 9,59 persen3.
3
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2010. Pedoman Umum Pelaksanaan Pengembangan Hortukultura Tahun 2011. Jakarta. Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Hortikultura. Hlm 9.
4 Jenis tanaman hias yang diproduksi di Indonesia terdiri dari berbagai
macam jenis yang disesuaikan dengan kondisi alam masing ± masing daerah di
Indonesia. Adapun salah satu daerah di Indonesia yang menjadi sentra tanaman hias adalah Jawa Barat (Dithias 2009). Provinsi Jawa Barat sendiri memiliki beberapa sentra tanaman hias yang meliputi Bandung, Cianjur, Sukabumi,
Karawang, Bekasi, Garut, Depok, dan Bogor. Masing ± masing daerah tersebut
memiliki komoditas unggulan yang berbeda ± beda mulai dari tanaman hias bunga
potong, tanaman hias daun potong, dan tanaman hias dalam pot yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis Tanaman Hias Menurut Sentra Tanaman Hias di Jawa Barat
KABUPATEN/KOTA JENIS TANAMAN HIAS
Kab. Bandung Mawar, Anggrek, Kaktus, Krisan, Gladiol,
Anthurium, Palem, Bougenville, Heliconia, Gerbera
Cianjur Mawar, Sedap malam, Kaktus, Anggrek, Krisan,
Gladiol. Gerbera, Dracaena, Zingeberase, Aspharagus
Sukabumi Mawar, Melati, Sedap malam, Kaktus, Helioconia,
Cicas, Pakis
Bogor Anggrek, Mawar, Melati, Krisan, Zingiberaceae,
Heliconia, Pakis, Adenium, Ficus, Aglaonema, Euphorbia.
Karawang dan Kab.Bekasi
Cemara, Palem, Melati, Zingiberaceae, Anggrek, Adenium, Aglaonema, Dracaena
Garut Anggrek, Palem, Melati, Kaktus, Krisan, Gladiol,
Anthurium, Dracaena, Cordiline
Depok Anggrek, Bougenville, Cemara, Palem, Dracaena,
Cordeline, Aglaonema, Adenium, Anthurium Sumber : Direktorat Budidaya Tanaman Hias 2009
Berdasarkan Tabel 2, maka dapat terlihat bahwa kota Depok merupakan salah satu daerah sentra tanaman hias di Jawa Barat yang memiliki jenis tanaman yang bervariasi. Hal tersebut dikarenakan keadaan geografis Kota Depok yang didukung dengan iklim tropis, perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim. Adapun jumlah curah hujannya mencapai 2684 m/tahun, bentang alamnya merupakan daerah dataran rendah sampai perbukitan
bergelombang lemah dengan elevasi antara 50 ± 140 meter di atas permukaan laut
dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Temperatur udara mencapai 24,3º-33º Celsius dengan kelembaban rata sekitar 25 persen, penguapan
rata-5 rata sebesar 3,9 mm/th, kecepatan angin rata-rata sebesar 14,5 knot, dan penyinaran matahari rata-rata sebesar 49,8 persen. Keadaan geografis tersebut sangat mendukung dalam pengembangan berbagai jenis tanaman hias di Depok. Selain itu, ketersediaan lahan pertanian yang cukup di kota Depok yang berjumlah seluas 932 hektar juga merupakan faktor pendukung keberhasilan produksi
tanaman hias di kota Depok4.
PT Godongijo Asri merupakan salah satu perusahaan tanaman hias yang berlokasi di Sawangan Depok, Jawa Barat. Perusahaan tersebut mengusahakan berbagai macam jenis tanaman hias. Sejak awal tahun 2010, PT Godongijo Asri
mulai mengembangkan bisnis tanaman taman tegak atau vertical garden (VEGA)
dan berusaha menjadi trendsetter di Indonesia.
Vertical garden (VEGA) merupakan inovasi tanaman yang pertama kali
dikenal di Babilonia pada tahun 600 SM. Daerah tersebut kemudian dikenal
dengan sebutan Hanging Garden of Babylon dan dipercaya sebagai cikal bakal
berkembangnya roof garden dan vertical garden. Walaupun cikal bakal
berkembangnya VEGA berasal dari Babilonia, namun justru Negara Perancis yang menjadi pionir taman ini. Seorang ilmuwan asal Perancis yang bernama Patric Blanc mengenalkan konsep VEGA kepada masyarakat. Beliau terinspirasi oleh aneka tumbuhan lumut dan paku-pakuan yang hidup di bebatuan dan batang pohon di hutan hingga akhirnya Beliau mulai terpikir untuk membuat tiruan dari tanaman tersebut yaitu dengan teknik penanaman secara vertikal.
Saat ini di Indonesia, konsep VEGA belum banyak dikenal dan dikembangkan. Banyak perumahan di Indonesia dengan lahan yang terbatas dan perkantoran yang berada di tengah kota dengan polusi udara yang menumpuk memerlukan keasrian dan keindahan. Selain itu, adanya peraturan pemerintah daerah Ibu kota DKI Jakarta yang mencanangkan Ruang Terbuka Hijau sebesar 30 persen di setiap bangunan atau wilayah untuk mengurangi polusi udara. Hal-hal tersebut menjadi pertimbangan PT Godongijo Asri dalam mengembangkan konsep VEGA dalam kegiatan bisnisnya.
4 Kota Depok. 2011. Kondisi Geografi. http://www.depok.go.id. Diakses pada tanggal 16 April 2011 [11:58:46 PM]
6 1.2Perumusan Masalah
Menurut Salvatore (2001) perusahaan adalah suatu organisasi yang
mengkombinasikan dan mengorganisir berbagai sumber daya yang bertujuan untuk memproduksi barang dan jasa untuk dijual. Hal tersebut bertujuan untuk mencapai keuntungan yang maksimal. PT Godongijo Asri merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tanaman hias yang beraneka ragam. Dalam memproduksi berbagai tanaman hias, PT Godongijo Asri menggunakan berbagai macam input diantaranya lahan, tenaga kerja, pupuk, pestisida, media tanam, dan lain-lain. Sejak awal tahun 2010, PT Godongijo Asri mencoba inovasi baru di
Indonesia dengan mengembangkan bisnis tanaman hias vertical garden (VEGA).
Vertical Garden (VEGA) merupakan konsep taman tegak, yaitu tanaman
dan elemen taman lainnya yang diatur sedemikian rupa dalam bidang tegak. Adapun tanaman hias untuk VEGA yang diproduksi oleh PT Godongijo
Asri terdiri dari sebelas jenis antara lain Begonia thelmae, Dracaena golden,
Epipremnum gold, Homalomena, Miana, Monocostus uniflorus, Peperomia
obtusivolia varigata, Peperomia scandens, Polyscias, Schleffera varigata, dan
Syngonium pink neon. Namun terdapat pula beberapa jenis tanaman hias untuk
VEGA pada PT Godongijo Asri yang diperoleh dari para petani.
Sebagai perusahaan yang baru mengembangkan bisnis VEGA, PT Godongijo Asri belum memiliki sistem manajeman yang baik dalam
memproduksi tanaman hias yang akan digunakan dalam VEGA. Perencanaan produksi yang telah diterapkan perusahaan hanya sebatas untuk menjaga kesinambungan produksi saja. Perusahaan belum memiliki rumusan atau kombinasi jumlah tanaman hias yang akan diproduksi. Sejauh ini, hasil produksi tanaman hias untuk VEGA di PT Godongijo Asri belum mampu memenuhi perrmintaan yang ada. Hal tersebut merupakan salah satu permasalahn yang dihadapi oleh PT Godongijo Asri. Adapun perbedaan jumlah produksi dan permintaan terhadap sebelas jenis tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri dapat terlihat pada Tabel 3.
7 Tabel 3. Data Produksi dan Permintaan Tanaman Hias untuk VEGA pada
PT Godongijo Asri selama Periode Analisis
No. JENIS Produksi Permintaan Selisih
TANAMAN (unit) (unit) (unit)
1 Begonia thelmae 691 1228 -537 2 Dracaena golden 1837 1766 71 3 Epipremnum gold 588 1221 -633 4 Homalomena 478 1337 -859 5 Miana 620 1460 -840 6 Monocostus uniflorus 361 908 -547
7 Peperomia obtusivolia varigata 279 905 -626
8 Peperomia scandens 511 1201 -690
9 Polyscias 356 988 -632
10 Schefflera varigata 207 1022 -815
11 Syngonium pink neon 327 986 -659
TOTAL 6.255 13.022 -6.767
Sumber : PT Godongijo Asri 2011 (diolah)
Pada di atas terlihat bahwa terdapat selisih antara produksi dengan
permintaan tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri. Total produksi
tanaman hias perusahaan mengalami kekurangan sebanyak 6.767 unit dari jumlah
yang diminta oleh pasar. Namun, untuk jenis Dracaena golden perusahaan
mengalami kelebihan produksi sebesar 71 unit dari jumlah yang diminta pasar. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dievaluasi sejauh mana kegiatan produksi yang dilakukan perusahaan selama ini dapat memberikan keuntungan yang maksimal.
Keuntungan yang maksimal merupakan tujuan utama PT Godongijo Asri dalam menjalankan kegiatannya. Akan tetapi dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan dihadapkan pada beberapa permasalahan antara lain biaya produksi dan harga jual yang berbeda-beda dari setiap jenis tanaman hias. Hal tersebut dikarenakan harga jual dan biaya produksi akan mempengaruhi jumlah
keuntungan yang diperoleh perusahaan. PT Godongijo Asri tidak dapat hanya
memproduksi tanaman hias yang memiliki tingkat keuntungan yang tinggi. Hal ini karena tingkat permintaan dari kesebelas jenis tanaman hias juga bervariasi dan bersifat sebagai pembatas produksi.
8 Pada sisi lain tujuan utama perusahaan juga dihadapkan dengan permasalahan sumberdaya yang digunakan. Sumberdaya yang dimiliki perusahaan bersifat terbatas dan digunakan secara bersama-sama oleh kesebelas jenis tanaman pada proses produksinya, sehingga hal tersebut menimbulkan persaingan dalam penggunaannya. Persaingan penggunaan sumberdaya menyebabkan ketersediaannya sangat penting untuk diperhatikan. Adapun sumberdaya yang digunakan secara bersama-sama oleh kesebelas jenis tanaman hias tersebut antara
lain yaitu lahan, tray, media tanam, pupuk, pestisida dan tenaga kerja.
Sumberdaya lahan pada PT Godongijo Asri memiliki ketersediaan yang
terbatas. Perluasan lahan untuk mistroom dan greenhouse yang saat ini digunakan
belum dapat dilakukan karena diperlukan biaya yang sangat besar dan keterbatasan lahan sekitar yang dipenuhi oleh perumahan penduduk. Keterbatasan lahan yang tersedia pada PT Godongijo Asri menyebabkan perlunya perumusan kombinasi produksi optimal agar alokasi penggunaan lahan dapat dilakukan secara tepat.
Setiap jenis indukan yang tersedia pada perusahaan memiliki jumlah yang berbeda-beda dan memiliki ketersediaan yang terbatas. Penambahan jumlah indukan tersebut tidak dapat dilakukan perusahaan karena hal tersebut akan menambah pula jumlah kebutuhan lahan untuk indukan. Selain itu, sumberdaya manusia yang dimiliki PT Godongijo Asri juga terbatas. Hal tersebut karena PT Godongijo Asri baru mengembangkan tanaman hias untuk VEGA, sehingga tenaga kerja ahlinya pun masih terbatas dan terbagi-bagi untuk jenis tanaman hias lainnya. Oleh karena itu, alokasi penggunaan kedua jenis sumberdaya tersebut harus dilakukan secara tepat agar menghasilkan kombinasi produksi yang optimal. Melihat kondisi-kondisi tersebut, maka PT Godongijo Asri dituntut untuk dapat membuat keputusan produksi yang tepat. Hal tersebut dikarenakan kekurangan produksi akan mengakibatkan perolehan keuntungan yang kurang maksimal bagi PT Godongijo Asri, sedangkan kelebihan produksi tanaman hias untuk VEGA akan menyebabkan tambahan pengeluaran biaya variabel. Oleh karena itu, perlu diketahui dan dianalisis sejauh mana produksi tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri mencapai optimum sehingga dapat memaksimalkan keuntungan dengan menggunakan sumberdaya yang dimiliki.
9 Pada umumnya selama proses produksi suatu perusahaan akan dihadapkan dengan banyak perubahan. Perubahan tersebut mengakibatkan diperlukannya analisis untuk mengetahui dampak yang akan terjadi. Adapun perubahan tersebut antara lain dapat berupa perubahan kegiatan produksi, ketersediaan sumberdaya perusahaan, tingkat penjualan ataupun perubahan harga yang secara langsung dapat mempengaruhi tujuan perusahaan dalam memaksimalkan keuntungan. Akan tetapi menurut manajemen PT Godongijo Asri sejauh ini tidak pernah terjadi perubahan yang signifikan pada tingkat harga, biaya input, tingkat penjualan dan ketersediaan sumberdaya. Perubahan yang terjadi yaitu pada jenis tanaman hias yang diproduksi yaitu tanaman Episcia variabilis. Hal tersebut dikarenakan selama ini tanaman tersebut diperoleh dari petani dengan kontinuitas yang kurang
baik. Namun di sisi lain permintaan dan harga dari tanaman Episcia variabilis
terbilang tinggi. Oleh karena itu perlu dianalisis terhapat perubahan kegiatan produksi tersebut.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka perumusan masalah dari penelitian yang dilakukan adalah :
1. Apakah kombinasi produksi tanaman hias untuk VEGA yang dilakukan
PT Godongijo Asri sudah mencapai kondisi optimal
2. Bagaimana kombinasi produksi optimal tanaman hias untuk VEGA pada
PT Godongijo Asri
3. Bagaimana alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PT Godongijo Asri untuk
mencapai kondisi optimal
4. Bagaimana pengaruh yang terjadi pada kombinasi produksi awal
PT Godongijo Asri apabila terdapat perubahan.
1.3 Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui apakah kombinasi produksi tanaman hias untuk VEGA yang
dilakukan PT Godongijo Asri telah optimal
2. Mengetahui kombinasi produksi optimal tanaman hias untuk VEGA pada
10
3. Mengetahui alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PT Godongijo Asri untuk
mencapai kondisi optimal
4. Mengetahui pengaruh yang terjadi pada kombinasi produksi awal
PT Godongijo Asri apabila terdapat perubahan
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain :
1. Sebagai salah satu acuan bagi PT Godongijo Asri dalam menentukan
keputusan produksi tanaman hias untuk VEGA, sehingga produk yang dihasilkannya dapat optimal dan menghasilkan keuntungan yang maksimal.
2. Sebagai tambahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya
3. Sebagai media dalam penerapan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama
masa perkuliahan dan menambah pengalaman bagi penulis.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian difokuskan pada kegiatan produksi tanaman hias untuk VEGA di PT Godongijo Asri. Dalam hal ini peneliti hanya akan melakukan optimalisasi produksi tanaman hias untuk VEGA yang terdiri dari sebelas jenis
yaitu Begonia thelmae, Dracaena golden, Epipremnum gold, Homalomena,
Miana, Monocostus uniflorus, Peperomia obtusivolia variegata, Peperomia scandens, Polyscias, Schleffera varigata, dan Syngonium pink neon.
11
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Hias Indonesia
Wilayah dan iklim di Indonesia yang termasuk dalam wilayah tropis menyebabkan banyak tanaman dapat tumbuh dengan baik di Indonesia, salah satunya yaitu tanaman hias (Lestari, 2009). Menurut Direktorat Budidaya Tanaman Hias (2005), tanaman hias adalah jenis tanaman yang berasal dari kelompok tanaman daun atau tanaman bunga yang ditata untuk memperindah lingkungan sehingga suasana menjadi lebih artistik dan menarik.
Tanaman hias memiliki banyak fungsi dan kegunaan. Dalam lanskap,
tanaman hias memiliki fungsi sebagai tanaman pelindung, penghias taman, centre
point, bedengan dan penutup tanah. Sementara itu, menurut Waty (2010) tanaman
hias juga dapat memberikan suasana indah mempesona, melembutkan pandangan, dan memberikan kecemerlangan sepanjang waktu. Berbagai tanaman hias umumnya ditanam untuk menghijaukan dan mempercantik suatu taman atau sebagai tanaman hias pot yang ditempatkan di meja ataupun areal rumah, perkantoran, hotel, restoran atau apartemen.
Pada kehidupan sehari-hari komoditas tanaman hias dibudidayakan untuk dinikmati keindahannya yang dapat terpancar dari keseluruhan tajuk tanaman juga bentuk, warna bunga, dan kerangka tanaman (Waty, 2010). Tanaman hias memiliki berbagai macam jenis. Menurut Endah (2007), tanaman hias berdasarkan bagian tanaman yang dinikmatinya terbagi menjadi dua jenis yaitu tanaman hias daun dan tanaman hias bunga. Tanaman hias daun adalah tanaman hias yang memiliki warna warni daun yang indah dengan bentuk dan tajuk bervariasi, unik, dan eksotik. Sehingga meskipun tidak berbunga tetapi keindahan warna dan bentuk daunnya mampu menghadirkan keasrian di lingkungan sekitar rumah, perkantoran atau apartemen. Sedangkan tanaman hias bunga adalah tanaman hias yang memiliki kemampuan menghasilkan bunga dengan bentuk, warna, dan keharuman yang unik.
Menurut Direktorat Budidaya Tanaman Hias (2005), tanaman hias daun mulai banyak diminati masyarakat karena penampilan bentuk tajuk, bentuk batang, bentuk daun dan teksturnya. Selain itu, perawatan tanaman hias daun juga
12 lebih mudah dan dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan tanaman hias bunga.
Pemanfaatan tanaman hias dapat dilakukan pada pada areal yang sempit bahkan dapat ditanam pada lahan vertikal yaitu dengan konsep taman tegak. Akan tetapi tidak semua jenis tanaman hias dapat dimanfaatkan pada lahan vertikal.
Tanaman ± tanaman yang memiliki karakteristik daun yang merambat atau
menjulur dengan waktu pertumbuhan yang relatife sama akan lebih menambah keindahan taman tegak tersebut, dan pada umumnya jenis tanaman hias yang digunakan adalah tanaman hias daun.. Adapaun beberapa jenis tanaman hias daun yang dapat dimanfaatkan untuk VEGA antara lain yaitu :
1. Begonia thelmae
Begonia thelmae merupakan terna berukuran kecil yang tumbuh merayap.
Daunnya berbentuk memanjang dan berukuran kecil dengan panjang 6-7 cm dan lebar 3-4 cm, berwarna hijau dan ditumbuhi bulu yang tampak seperti beludru, permukaan bawah daun berwarna kemerahan, bertangkai pendek dengan ukuran 0.8-1 cm. Tanaman ini memiliki bunga berwarna putih dan berukuran kecil (Hartutiningsih dan Siregar, 2008).
2. Dracaena
Menurut Direktorat Budidaya Tanaman Hias (2005), tanaman Dracaena merupakan tanaman hias tropis yang sangat prospektif, mengingat tanaman ini mudah tumbuh di Indonesia dengan perawatan yang relatif mudah. Dracaena juga memiliki potensi besar terutama di pasar ekspor sehingga membutuhkan pengembangan yang intensif (Anggraeni, 2010). Dracaena merupakan tanaman
hias yang termasuk dalam famili agavacaea. Tanaman ini memerlukan suhu
yang panas, pencahayaan matahari yang cukup, kelembaban yang cukup dan merupakan tanaman asli Afrika yang dapat tumbuh baik di dalam ruangan dan luar ruangan. Dracaena umumnya ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis Asia dan Amerika Tengah (Brigg dan Calvin, 1987).
13
3. Epipremnum gold
Menurut Brigg dan calvin (1987), Epipremnum gold merupakan tanaman hias
yang termasuk dalam famili Aracaea. Tanaman ini memerlukan suhu yang
panas, pencahayaan matahari yang cukup, dan kelembaban yang cukup.
4. Homalomena
Menurut Heyne (1987), Homalomena merupakan suatu terna yang cegak,
dengan akar dan batang yang sebagian besar terletak di tanah yang menegak pada ujungnya, daun berbentuk jantung, tipis, dan mengkilap. Tanaman ini memiliki rimpang yang terbagi dalam ruas-ruas pendek namun tidak menonjol. Selain itu, rimpangnya juga diselimuti oleh kulit ari yang berwarna coklat tua. Bagian dalam rimpang berwarna putih, padat, berserat, dan apabila terpotong maka akan mengeluarkan bau yang merangsang indera penciuman seperti bau akar kelor yang dimemarkan.
5. Miana
Menurut Brigg dan Calvin (1987), Miana atau coleus merupakan tanaman hias
yang termasuk dalam famili Labiatae atau bayam-bayaman. Berasal dari
daratan Afrika yang beriklim tropis dan negara-negara Asia. Tanaman ini memerlukan suhu yang panas, pencahayaan matahari yang cukup, kelembaban yang cukup. Perbanyakan tanaman hias ini dapat dilakukan dengan stek pucuk dan biji
6. Monocostus uniflorus
Monocostus uniflorus termasuk dalam famili Costaceae. Tanaman ini memiliki
daun berbentuk oval dengan ketebalan sekitar 2 sampai 2,5 inci, berwarna kuning (Brigg dan Calvin, 1987).
7. Peperomia obtusivolia variegata
Menurut Brigg dan Calvin (1987), Peperomia merupakan famili dari
Piperacaea. Genus dari peperomia mencakup lebih dari 1000 spesies yang
hanya sedikit dibudidayakan secara luas. Tanaman ini merupakan tanaman rumput yang banyak berada di daerah tropis dan subtropis, tumbuh pada lingkungan yang kering, dengan temperatur yang panas, pencahayaan yang cukup. Perkembangbiakan peperomia dapat dilakukan dengan stek batang dan
14
daun. Peperomia obtusivolia variegata memiliki daun dengan batas putih
krem dengan zona pusat hijau.
8. Peperomia scandens
Menurut Brigg dan Calvin (1987), Peperomia merupakan famili dari
Piperacaea. Genus dari peperomia mencakup lebih dari 1000 spesies yang
hanya sedikit dibudidayakan secara luas. Berasal dari Meksiko dan Amerika
Selatan. Peperomia scandens memiliki daun berbentuk hati, berwarna hijau
pucat dan berukuran 5-8 cm. Tanaman ini merupakan tanaman rumput yang banyak berada di daerah tropis dan subtropis, tumbuh pada lingkungan yang
kering, dengan temperatur yang panas, pencahayaan yang cukup. Perbanyakan
tanaman hias ini dapat dilakukan dengan stek batang dan stek daun.
9. Polyscias
Menurut Heyne (1987), Polyscias merupakan tumbuhan berpembuluh dan
berbunga, menghasilkan biji, dan termasuk dalam famili Araliaceae.
Kelompok ini terdiri dari sekitar delapan puluh semak tropis dan pohon-pohon
yang asli Selandia Baru, Asia Tropis, dan Kepulauan Pasifik. Polyscias tumbuh
baik pada suhu di atas 55º F, di bawah sinar matahari penuh atau cahaya terang. Mereka dapat tumbuh di setiap tanah yang baik, namun lebih memilih lempung, gambut, dan cetakan daun, dengan sedikit pasir dan arang.
Perbanyakan Polyscias dapat dilakukan dengan stek batang, stek akar, dan
tunas.
10. Schefflera varigata
Menurut Heyne (1987), walisongo varigata atau Schefflera varigata merupakan
tumbuhan perdu yang bercabang sangat banyak. Schefflera membutuhkan pencahayaan yang terang. Jika tanaman tidak menerima cahaya yang cukup atau terlalu jauh dari sumber cahaya, Schefflera akan menjadi kurus. Perbanyakan dilakukan dengan stek daun.
11. Syngonium pink neon
Menurut Heyne (1987), Syngonium merupakan tanaman hias daun yang berasal
15 termsuk dalam tanaman berpembuluh, berbunga, dan berkeping satu. Daun syngoniums kebanyakan kasar, mengkilap, dan berwarna merah muda.
2.2 Optimalisasi Produksi Komoditas Tanaman Hias
Penelitian mengenai optimalisasi produksi telah banyak dilakukan. Hasil
penelitian tersebut dapat berfungsi sebagai tambahan informasi bagi penelitian yang akan dilakukan. Pada umumnya penelitian mengenai optimalisasi produksi bertujuan untuk mencari kombinasi produksi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan yang maksimal dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan (Irawan 2001; Silalahi 2006; Mariyati 2008; Lestari 2009).
Linear programming merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
untuk memecahkan permasahan optimalisasi tersebut. Lestari (2009) dan Silalahi
(2006) menggunakan metode linear programming untuk memecahkan
permasahan optimalisasi dalam penelitiannya, sedangkan Irawan (2001) dalam
tesisnya menggunakan metode goal programming untuk memecahkan
permasalahan optimalisasi produksi bibit tanaman dengan bioteknologi sistem kultur jaringan pada PT Dafa Teknoagro Mandiri.
Untuk memperoleh model linear programming dibutuhkan tiga unsur
utama yaitu fungsi tujuan, variabel keputusan, dan kendala. Variabel keputusan yang digunakan dalam suatu penelitian dapat berupa jenis komoditas (Lestari 2009; Irawan 2001; Maryati 2008). Selain komoditas yang dijadikan sebagai variabel keputusan, dimensi waktu juga dapat dijadikan sebagai variabel keputusannya. Silalahi (2006), menggunakan dimensi waktu dari triwulan 1 sampai triwulan 12.
Optimalisasi produksi untuk setiap jenis produk yang dihasilkan memiliki fungsi kendala yang berbeda-beda, tergantung dari jenis produknya dan keadaan perusahaan. Pada berbagai penelitian terdahulu yang terkait dengan optimalisasi
produksi dengan menggunakan linear programming variabel yang digunakan
sebagai kendala pada umumnya adalah lahan, bibit, pupuk, pestisida, media tanam, dan tenaga kerja. Irawan (2001) juga memasukan kendala mesin, ruang stock dan ruang pendingin. Selain kendala umum tersebut Irawan (2001) dan Lestari (2009) memasukan kendala permintaan pasar sehingga terdapat batasan
16 jumlah yang akan diproduksi. Batas minimum jumlah yang harus produksi dan modal juga dapat dimasukan menjadi kendala (Silalahi, 2006)
Analisis yang dapat digunakan dalam linear programming yaitu analisis
primal, dual, dan sensitivitas. Akan tetapi, dapat pula dilengkapi dengan analisis
post optimal (Irawan 2001; Silalahi 2006; Mariyati 2008; Lestari 2009).
Berdasarkan hasil penetitian terdahulu mengenai optimalisasi produksi, maka dapat diketahui bahwa salah satu alat analisis kuantitatif yang dapat membantu dengan baik dalam penyusunan perencanaan keputusan kombinasi produksi
optimal adalah linear programming.
Penyusunan produksi optimal akan mengahasilkan suatu jawaban atau solusi optimal. Solusi optimal yang diperoleh dari model yang terbentuk dapat berbeda dengan kondisi aktual yang ada pada perusahaan. Silalahi (2006) menyatakan bahwa berdasarkan model yang dibentuk terdapat adanya perbedaan tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa solusi optimal mampu memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi produksi aktual yang ada dalam perusahaan. Hal tersebut juga terjadi pada penelitian Irawan (2001), Mariyati (2008), dan Lestari (2009) yang menyebutkan bahwa pada kondisi produksi yang optimal mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi aktual.
Penelitian mengenai optimalisasi produksi yang telah dilakukan sebelumnya memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Adapun perbedaanya terletak pada komoditas yang diteliti yaitu tanaman hias serta variabel-variabel kendala yang ada. Sedangkan persamaan penelitian ini dapat terlihat dari metode analisis yang sama yaitu Linear Programming. Penelitian terdahulu mempunyai manfaat bagi penelitian ini sebagai bahan referensi dalam penyusunan fungsi tujuan serta fungsi kendala yang terdapat dalam Linear Programming. Adapun data penelitain terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.
17 Tabel 4. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian
NAMA PENULIS TAHUN JUDUL PENELITIAN
Dendi Irawan 2001 Optimalisasi produksi bibit tanaman dengan
bioteknologi sistem kultur jaringan pada PT Dafa Teknoagro Mandiri
Mubarak Ahmad Silalahi
2006 Optimalisasi Produksi Bunga Potong Di
3UL¶V)DUP.HFDPDWDQCaringin Bogor
Sri Maryati 2008 Optimalisasi Produksi Bibit Tanaman Hias
PT.Inggu Laut Abadi
Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat Septi Budhi
Lestari
2009 Optimalisasi Produksi Adenium dan
Aglaonema Pada PT Istana Alam Dewi Tara, Sawangan Kota Depok Propinsi Jawa Barat
Gita Eka Waty 2010 Penyusunan Strategi Bisnis Tanaman Hias
pada Tyas Orchid, Bogor, Jawa Barat
Rani Anggraeni 2010 Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Hias
18
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Produksi
Menurut Salvatore (2001), produksi merujuk pada transformasi dari berbagai input atau sumberdaya menjadi output berupa barang atau jasa. Proses transformasi (pengubahan) input menjadi output (skema proses produksi ) dapat dilihat pada Gambar 1.
Umpan balik informasi Gambar 1. Skema Proses Produksi
Sumber : Nicholson (1999)
Adapun hubungan matematik antara input dengan output tersebut disebut fungsi produksi (Nicholson, 2002). Nicholson (2002) memformulasikan hubungan DQWDUDPDVXNDQLQSXWGHQJDQNHOXDUDQRXWSXWEHUEHQWXNT I./0« dimana q mewakili output barang-barang tertentu yang dihasilkan selama satu periode tertentu, sedangkan K, L, M mewakili input yang berturut-turut melambangkan input berupa modal, tenaga kerja, dan bahan baku.
3.1.2 Teori Produksi Optimum
Kegiatan produksi dihadapkan pada beberapa permasalahan yang disebabkan oleh sumberdaya yang terbatas. Menurut Lipsey (1995), batas kemungkinan produksi menggambarkan tiga konsep, yaitu kelangkaan, pilihan dan biaya imbangan. Kelangkaan ditunjukkan oleh kombinasi yang tidak mungkin
Masukan SDM SDModal SDA Mesin Teknologi Keluaran Barang Jasa Proses Transformasi atau konversi
19 dapat dicapai di luar batas kurva. Pilihan ditunjukkan oleh keharusan untuk memilih di antara kombinasi yang mungkin dicapai dan biaya imbangan ditunjukkan oleh batas kurva yang miring ke bawah.
Kurva kemungkinan produksi yang menggambarkan kombinasi output yang dapat dicapai dan output yang tidak dapat dicapai dapat dilihat pada Gambar 2. Kombinasi output yang dapat dicapai yaitu pada titik a, b, dan c. Pada titik a, kombinasi dapat dicapai tanpa harus menghabiskan seluruh sumberdaya yang dimiliki, sedangkan pada titik b dan c kombinasi output dapat tercapai dengan menggunakan seluruh sumberdaya yang dimiliki. Sementara pada titik d, kombinasi output tidak dapat dicapai karena sumberdaya yang dimiliki tidak mencukupi.
Y
E Kombinasi yang tidak mungkin dicapai
G
D Batas kemungkinan produksi
Kombinasi yang dapat
dicapai F
X
Gambar 2. Batas kemungkinan Produksi Produk X dan Y Sumber : Lipsey (1995)
Penentuan kombinasi produksi yang optimum untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dapat dijelaskan melalui kurva kemungkinan produksi
20 Keterangan: X : Produk X Y : Produk Y TR1 : Isorevenue 1 TR2 : Isorevenue 2
R : Kombinasi produksi optimum
X2 : Jumlah produk X yang diproduksi pada kondisi optimum
Y2 : Jumlah produk Y yang dapat diproduksi pada kondisi optimum
U : Kombinasi produksi yang tidak menghabiskan sumberdaya yang ada
P : Kombinasi produksi X dan Y yang tidak optimum
Q : Kombinasi produksi X dan Y yang tidak optimum
ARB : Batas kemungkinan produksi yang membatasi kombinasi produksi
yang dapat dicapai dan tidak dapat dicapai oleh perusahaan
OARB : Kurva kemungkinan produksi untuk produk X dan Y
Gambar 3. Kurva Kemungkinan Produksi Produk X dan Y dan Isorevenue
Sumber : Nicholson 1999
Pada gambar diasumsikan perusahaan memproduksi dua jenis barang yaitu
barang X dan Y dengan menggunakan sumberdaya yang ada pada jumlah tertentu. Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) untuk barang X dan Y diwakili oleh titik
Y X Q P A X2 B U R Y2 TR2 TR1
21 0ARB. Kombinasi produk yang belum optimal ditunjukkan oleh perpotongan
antara garis isorevenue (TR1) dengan batas kemungkinan produksi. Barang X dan
Y masing-masing diproduksi pada titik P atau memproduksi barang X dan Y masing-masing pada titik Q menghasilkan penerimaan yang masih rendah dibandingkan dengan jika perusahaan melakukan kombinasi produksi saat garis
isorevenue (TR2) bersinggungan dengan batas kemungkinan produksi. Pada titik
persinggungan (titik R), perusahaan memproduksi X dan Y masing-masing
sejumlah X2 dan Y2 dengan penerimaan yang diperoleh TR2 lebih tinggi dari TR1.
Pada kombinasi yang kedua sumberdaya yang tersedia bagi perusahaan habis digunakan untuk memproduksi X dan Y sehingga mampu menekan sumberdaya yang berlebih.
3.1.3 Teori Optimalisasi Produksi
Secara umum pengertian optimalisasi adalah pencapaian hasil terbaik dari suatu keadaan. Apabila dikaitkan dengan dengan produksi, maka optimalisasi produksi adalah penggunaan faktor-faktor produksi yang terbatas seefisien mungkin. Faktor-faktor produksi tersebut dapat berupa modal, tenaga kerja, sumberdaya alam, mesin, teknologi dan informasi (Soekartawi, 1998).
Menurut Musclish (1993) permasalahan optimalisasi terbagi menjadi dua, yaitu optimalisasi dengan kendala dan tanpa kendala. Jika suatu fungsi atau hubungan matematik atas suatu variabel tidak dibatasi dengan kendala atas keterbatasan pada fungsi tujuan maka disebut optimalisasi tanpa kendala. Sedangkan jika suatu fungsi atau hubungan matematik atas suatu variabel memperhatikan kendala atau keterbatasan yang ada maka disebut optimalisasi dengan kendala. Keterbatasan tersebut dapat berupa faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi seperti lahan, tenaga kerja, modal, mesin, dan bahan baku.
Salah satu teknik yang dapat digunakan dalam menyelesaikan
permasalahan optimalisasi produksi adalah Linear programming. Menurut
Dimyati A dan Dimyati T (2010), Linear programming adalah perencanaan
aktivitas-aktivitas untuk memperoleh suatu hasil yang optimum, yaitu suatu hasil yang mencapai tujuan terbaik diantara seluruh alternatif yang fisibel. Tujuan
22
linear programming adalah untuk menyusun suatu model yang dapat
dipergunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam menentukan alokasi yang optimal dari sumberdaya perusahaan ke berbagai alternatif.
Model linear programming dapat diselesaikan dengan tiga metode yaitu
metode grafik, simplex, dan komputer (Muslich, 1993). Karakteristik yang biasa
digunakan dalam persoalan linear programming menurut Dimyati A dan Dimyati
T (2010), antara lain :
1. Variabel keputusan
Variabel keputusan adalah variabel yang menguraikan secara lengkap keputusan-keputusan yang akan dibuat.
2. Fungsi tujuan
Fungsi tujuan merupakan fungsi dari variabel keputusan yang akan dimaksimumkan (untuk pendapatan atau keuntungan) atau diminimumkan (untuk biaya).
3. Pembatas
Pembatas merupakan kendala yang dihadapi sehingga kita tidak bisa menentukan harga-harga variabel keputusan secara sembarang. Koefisien dari variabel keputusan pada pembatas disebut koefisien teknologis, sedangkan bilangan yang ada di sisi kanan setiap pembatas disebut ruas kanan pembatas.
4. Pembatas tanda
Pembatas tanda adalah pembatas yang menjelaskan apakah variabel keputusannya diasumsikan hanyalah berharga nonnegatif atau variabel keputusan tersebut boleh berharga positif, boleh juga negatif (tidak terbatas dalam tanda).
Terdapat empat kondisi utama yang diperlukan dalam penerapan linear
programming menurut Muslich (1993), yaitu :
1. Terdapat sumberdaya yang terbatas,
2. Terdapat fungsi tujuan
3. Bersifat linearitas, dan
4. Keseragaman
Menurut Dimyati A dan Dimyati T (2010), dalam menggunakan model
23
1. Kesebandingan (Proportionality)
a. Kontribusi setiap varibel keputusan terhadap fungsi tujuan adalah
sebanding dengan nilai variabel keputusan. Misalnya jika membuat sebanyak 4 maka kontribusinya terhadap fungsi tujuan adalah
sebanyak empat kali kontribusi .
b. Kontribusi setiap varibel keputusan terhadap ruas kiri dari setiap
pembatas adalah sebanding dengan nilai variabel itu. Misalnya jika
membuat sebanyak 4 maka diperlukan empat kali variabel kendala.
2. Penambahan (Additivity)
a. Kontribusi setiap varibel keputusan terhadap fungsi tujuan besifat tidak
bergantung pada nilai variabel keputusan yang lain. Misalnya
berapapun nilai maka pembuatan akan selalu berkontribusi
terhadap fungsi tujuan sebesar nilai yang sama.
b. Kontribusi setiap varibel keputusan terhadap ruas kiri dari setiap
pembatas besifat tidak bergantung pada nilai variabel keputusan yang
lain. Misalnya berapapun nilai , maka pembuatan akan selalu
memerlukan sebanyak variabel kendala.
3. Pembagian (Divisibility)
Pada persoalan linear programming variabel keputusan dapat
diasumsikan berupa bilangan pecahan.
4. Kepastian (Certainty)
Setiap parameter dalam model, yaitu koefisien fungsi tujuan, ruas kanan, dan koefisien teknologis diasumsikan dapat diketahui secara pasti.
Adapun analisis yang dapat dilakukan dalam linear programming antara
lain yaitu:
a. Analisis Primal
Menurut Nasendi dan Anwar (1985), Analalisis primal dilakukan untuk
mengetahui jumlah kombinasi produk (Xj) yang terbaik dengan menghasilkan
tujuan (Z), dimana tujuan Z tersebut meminimumkan biaya, risiko-risiko atau memaksimumkan keuntungan, pendapatan dan sebagainya dengan keterbatasan sumberdaya yang tersedia.
24
b. Analisis Dual
Analisis nilai dual berfungsi untuk mengetahui penilaian terhadap sumberdaya. Penilaian ini dilakukan dengan melihat nilai slack atau surplus dan nilai dual yang ada. Apabila dari hasil perhitungan terdapat nilai slack atau surplus lebih besar dari nol dan nilai dual sama dengan nol, maka dapat disimpulkan bahwa sumberdaya tersebut keberadaannya berlebihan dan sebaliknya. Nilai dual yang dihasilkan dalam analisis dual menunjukkan perubahan dalam fungsi tujuan apabila sumberdaya tersebut berubah satu satuan. Dari analisis dual juga dapat diketahui sumberdaya mana saja yang membatasi fungsi tujuan. Hal tersebut diketahui dengan cara melihat sumberdaya yang mempunyai nilai dual yang lebih besar dari nol dan sering disebut kendala aktif (Nasendi dan Anwar, 2009).
c. Analisis Post Optimal
Menurut Taha (1996), analisis post optimal dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada kondisi awal optimal jika terjadi suatu perubahan. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain perubahan koefisien fungsi tujuan, penambahan kegiatan, perubahan RHS.
3.1.4 Integer Programming
Menurut Muslich (1993), persoalan optimasi linear programming dimana
solusi variabel keputusannya harus menggunakan bilangan bulat disebut Integer
Programming. Terdapat tiga jenis model program linear intergeryaitu :
1. Model total interger, yaitu semua variabel keputusannya bernilai bulat
2. Model 0-1 interger, yaitu variabel keputusannya dibatasi dengan bilangan
bulat satu atau nol
3. Model interger campuran, yaitu beberapa variabel keputusannya bernilai bulat.
3.2 Kerangka Pemikiran Operational
PT Godongijo Asri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam
bidang florikultura. Perusahaan ini mengembangkan berbagai jenis tanaman hias,
25
pemancingan banyu biru dan ecotaiment. Sejak awal tahun 2010, PT Godongijo
Asri mulai mengembangkan bisnis tanaman taman tegak (VEGA) dengan
memproduksis sebelas jenis tanaman.
Sebagai perusahaan yang baru mengembangkan tanaman hias VEGA, PT Godongijo Asri belum memiliki sistem manajeman produksi yang baik. Perencanaan produksi yang telah diterapkan perusahaan hanya sebatas menjaga kesinambungan produksi saja. Sejauh ini, hasil produksi tanaman hias untuk VEGA PT Godongijo Asri belum mampu memenuhi permintaan yang ada. Hal tersebut terlihat dari adanya selisih antara produksi dengan permintaan, sehingga perlu dievaluasi apakah sejauh ini kegiatan produksi yang dilakukan perusahaan sudah dapat memberikan keuntungan yang maksimal.
Tujuan utama PT Godongijo Asri adalah memperoleh keuntungan yang
maksimal. Dalam mencapai keuntungan yang maksimal, perusahan dihadapkan
pada permasalahan harga jual dan biaya produksi yang bervariatif antar jenis
tanaman hias. Perusahaan tidak dapat hanya memproduksi tanaman hias yang
memiliki tingkat keuntungan yang tinggi. Hal tersebut karena terdapat pembatas produksi yaitu permintaan. Dimana tingkat permintaan kesebelas jenis tanaman hias juga bervariasi. Akan tetapi di sisi lain sumberdaya yang digunakan dalam produksi sebelas tanaman hias untuk VEGA adalah sama, sehingga terjadi
persaingan dalam penggunaanya. Sumberdaya manusia, lahan, tray, media tanam,
indukan, pupuk, dan pestisida yang tersedia di PT Godongijo Asri digunakan bersama untuk kesebelas jenis tanaman hias tersebut dan memiliki ketersediaan yang terbatas. Persaingan penggunaan sumberdaya tersebut menyebabkan ketersediaannya sangat penting untuk diperhatikan.
Melihat berbagai kondisi tersebut, PT Godongijo Asri dituntut untuk dapat membuat keputusan produksi yang tepat. Hal tersebut dikarenakan kekurangan produksi akan mengakibatkan perolehan keuntungan yang kurang maksimal bagi PT Godongijo Asri, sedangkan kelebihan produksi tanaman hias VEGA akan menyebabkan tambahan pengeluaran biaya variabel. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik yang dapat memberikan gambaran kombinasi produksi tanaman hias VEGA yang optimal.
26 Gambaran kombinasi produksi tanaman hias VEGA yang optimal pada
PT Godongijo Asri dapat diperoleh dengan menggunakan teknik interger
programming. Hal tersebut dikarenakan teknik interger programming dapat
menghasilkan kombinasi hasil produksi optimal dengan mempertimbangkan
ketersediaan sumberdaya yang dimiliki. Analisis interger programming yang
dapat dilakukan antara lain yaitu analisis primal, dual, dan post optimal. Perolehan nilai solusi optimal kemudian dievaluasi dengan keadaan aktual yang ada pada perusahaan sehingga dapat diketahui apakah selama ini produksi yang dilakukan perusahaan sudah optimal atau belum. Hal tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi PT Godongijo Asri dalam melakukan kegiatan produksi
selanjutnya. Berdasarkan hal di atas, maka kerangka pemikiran dari penelitian
27 Keterangan
: Di luar cakupan penelitian Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operational
KENDALA
1. KetersediaanLahan
2. Ketersediaan Indukan
3. Ketersediaan Pupuk
4. Ketersediaan Tenaga Kerja
5. Ketersediaan Pestisida
6. Ketersediaan Media tanam
7. Ketersedian Tray 8. Permintaan KONDISI AKTUAL TUJUAN PERUSAHAAN Memaksimalkan Keuntungan
PENYUSUNAN PRODUKSI OPTIMAL Interger Programming
Hasil optimalisasi
EVALUASI
REKOMENDASI
PT GODONGIJO ASRI
Belum memiliki manajemen produksi yang baik
Jumlah produksi yang belum memenuhi permintaan
Terbatasnya sumberdaya yang dimiliki Biaya produksi, harga jual, dan permintaan yang berbeda antar jenis tanaman hias VEGA
ANALISIS
Primal, Dual, Post optimal
UMPAN BALIK
28
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT Godongijo Asri yang terletak di Jalan Cinangka Raya Km 10 No.60, Desa Cisarua, Sawangan, Depok 16517. Pemilihan
lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan PT Godongijo
Asri merupakan perusahaan yang baru mengembangkan tanaman hias untuk VEGA sehingga belum diketahui kombinasi optimal tanaman hias yang harus dihasilkan untuk masing-masing jenis agar diperoleh keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk memberikan solusi terbaik bagi PT Godongijo Asri. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2011. 4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara dengan pemilik, manager pemasaran, manager keuangan, supervisor produksi, dan tenaga kerja produksi PT Godongijo Asri. Adapun data sekunder diperoleh melalui dokumen tertulis perusahaan yang berkaitan dengan penelitian, data internet, penelitian terdahulu dan bahan pustaka yang berkaitan dengan penelitian. 4.3 Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data kualitatif akan dipaparkan secara deskriftif yaitu mengenai gambaran umum perusahaan, sedangkan data kuantitatif akan diolah dengan
menggunakan program LINDO (Linear Interactive Discrete Optimizer) sehingga
akan dihasilkan kombinasi output optimal yang akan menghasilkan keuntungan
yang maksimal bagi perusahaan. Langkah ± langkah yang dilakukan dalam
pengolahan data antara lain adalah :
1. Pembentukan fungsi tujuan dan formulasi pertidaksamaan kendala
perusahaan
2. Pengolahan data dengan menggunakan program komputer LINDO
29 4.4 Formulasi Model
Hal terpenting yang perlu dilakukan sebelum melakukan pengolahan data,
adalah formulasi model yang didahului dengan penentuan variabel keputusan kemudian menentukan fungsi tujuan dan fungsi kendala dari produksi tanaman hias untuk VEGA yang diteliti.
4.4.1 Penentuan variabel Keputusan
Variabel keputusan menggambarkan jumlah produksi dari setiap jenis tanaman hias untuk VEGA yang diproduksi oleh PT Godongijo Asri. Pada penelitian ini variabel keputusan yang disusun adalah berdasarkan nilai keuntungan yang diperoleh dari sebelas jenis tanaman hias untuk VEGA selama satu siklus produksi yaitu dari bulan Mei sampai Juni 2011. Waktu selama dua bulan tersebut merupakan waktu periode analisis. Oleh karena itu, model program linear dirumuskan dari sebelas variabel keputusan pada PT Godongijo ASri selama dua bulan. Tabel 5 merupakan varibel keputusan produksi PT Godongijo Asri dari bulan Mei sampai Juni 2011.
Tabel 5. Variabel Keputusan Produksi Tanaman Hias VEGA pada PT Godongijo Asri selama Satu Periode Analisis
No. Tanaman Hias VEGA Satuan Variabel Keputusan
1 Begonia thelmae Unit/periode
2 Dracaena golden Unit/periode
3 Epipremnum gold Unit/periode
4 Homalomena Unit/periode
5 Miana Unit/periode
6 Monocostus uniflorus Unit/periode
7 Peperomia obtusivolia variegata Unit/periode
8 Peperomia scandens Unit/periode
9 Polyscias Unit/periode
10 Schefflera varigata Unit/periode
11 Syngonium pink neon Unit/periode
4.4.2 Penentuan Fungsi Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai adalah maksimisasi keuntungan per unit
tanaman hias untuk VEGA dari setiap jenis tanaman hias yang dihasilkan. Hal tersebut dikarenakan pada kondisi aktual perusahaan tidak ditemukan kendala
30 anggaran, namun permasalahan yang muncul adalah permintaan. Oleh karena itu, model yang dibuat adalah maksimisasi keuntungan. Keuntungan tersebut diperoleh dari pengurangan hasil penjualan tanaman hias dengan biaya produksinya. Perumusan fungsi tujuan dilakukan dengan maksud untuk mengetahui tingkat produksi dan kombinasi optimal yang akan menghasilkan keuntungan maksimum. Koefisien fungsi tujuan pada model linier interger ini merupakan keuntungan dari penjualan setiap jenis tanaman hias per unit yang dihasilkan oleh PT Godongijo Asri. Adapun model fungsi tujuan pada penelitian ini adalah :
Maksimumkan :
Dimana,
Z : Keuntungan total yang diterima oleh PT Godongijo Asri dari hasil optimalisasi dengan penggunaan input-input produksi tanaman hias untuk VEGA selama satu periode analisis (Rupiah).
Cj : Koefisien keuntungan per unit produksi tanaman hias untuk VEGA jenis
ke-j (Rupiah)
Xj : Jumlah tanaman hias untuk VEGA yang diproduksi setiap jenis (Unit)
4.4.3 Menentukan Fungsi Kendala
Pada kegiatan produksi tanaman hias untuk VEGA PT Godongijo Asri dihadapkan pada beberapa kendala antara lain kendala sumberdaya yang dimiliki,
seperti lahan, indukan, tenaga kerja, pupuk, pestisida, tray, dan media tanam.
Selain itu juga terdapat kendala permintaan sebagai pembatas produksi.
a. Kendala Lahan Mistrom
Dimana :
aj : Koefisien penggunaan lahan mistroom per unit tanaman hias jenis ke-j
selama periode analisis (m²/unit)