SKRIPSI
Diajukan oleh :
Yusrizal Nurdiansyah
0513010324 / FE / EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun Oleh :
YUSRIZAL NURDIANSYAH
0513010324 / FE / EA
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 15 Juni 2012
Pembimbing Tim Penguji :
Pembimbing Utama : Ketua
Dr. Indrawati Yuhertiana, MM, Ak Dr. Gideon Setya Budi, M.Si
Sekretaris
Drs. Ec. Sjafi’I, MM, Ak
Anggota
Rina Mustika, SE, MM
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini, dengan judul “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Insider
Ownership dan Outsider Ownership terhadap Audit Delay Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi (S-1) Jurusan Akuntansi
pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun skripsi
ini, karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman. Oleh karena itu, penulis
sadar bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan serta
dorongan dari berbagai pihak, untuk itu atas bantuan dan dorongan yang telah
diberikan, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada:
1. Papa, mama, mbak Wida, mas Avrir, nenekku mbah Pudji serta seluruh
keluarga besar yang telah memberikan doa, kesabaran dan dukungan moral
serta spiritual yang tiada henti.
2. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembanguan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dr. Indrawati Yuhertiana, MM, Ak, selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang selalu memberikan bimbingan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi
Jurusan Akuntansi yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan
serta wawasan yang cukup.
6. Nouna Tetii Dariraa yang selalu setia saat susah dan senang.
7. Lambe, Lao, Slatem, Rohmad, Ocha, Wasis, Jack, semua teman-teman
angkatan 2005 dan dulur-dulur HMAK, semangat terus dulur.
8. Uceng, Rhiboet, Tejo, Hadi, Singgih, Ervan, Tumo, Catur, dan semua
kawan-kawan republik bodrek.
Semoga Allah SWT. melimpahkan berkah dan karunia-Nya kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
tulisan ini dapat menjadi pelajaran bagi penulis dan bermanfaat bagi pembaca.
Surabaya, Juni 2012
Penulis
Daftar Tabel ... .. vii
Daftar Gambar ... viii
Daftar Lampiran ... ix
Abstrak ……...……… x
BAB I : PENDAHULUAN ………. 1
1.1. Latar Belakang ………. 1.2. Perumusan Masalah ……….. 1.3. Tujuan Penelitian ………... 1.4. Manfaat Penelitian ………. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ……….. 11
2.1. Penelitian Terdahulu ………. 2.1.1. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dengan Sekarang ………. 2.2. Landasan Teori ………. 2.2.1. Laporan Keuangan ……….. 2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ……….. 2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan... 17
2.2.1.3. Pengguna Laporan Keuangan……….…. 17
2.2.1.4. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan…….….. 19
2.2.2.4. Tahap-tahap Audit ………..
2.2.2.5. Standar Audit ….………...
2.2.2.6. Tipe Pendapat Auditor……….. 30
2.2.2.7. Laporan Audit……….…… 32
2.2.3. Audit Delay……….…… 34
2.2.3.1. Definisi Audit Delay………..………. 34
2.2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Delay... 35
2.2.3.2.1. Ukuran Perusahaan………. 36
2.2.3.2.2. Pengaruh Ukuran Perusahaan dengan Audit Delay………..……….. 37
2.2.3.2.3. Insider Ownership……… 39
2.2.3.2.4. Pengaruh Insider Ownership dengan Audit Delay……….……… 40
2.2.3.2.5. Outsider Ownership………..……….. 41
2.2.3.2.6. Pengaruh Outsider Ownership dengan Audit Delay……….………… 43
2.3. Kerangka Pikir……….. 43
3.2.2. Sampel………..
3.3. Teknik Pengumpulan Data ………...………..
3.3.1. Jenis Data ………
3.3.2. Sumber Data ……….
3.3.3. Pengumpulan Data ………
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ………..
3.4.1. Teknik Analisis ………..
3.4.2. Analisis Deskriptif ………..
3.4.3. Uji Normalitas ………
3.4.4. Uji Asumsi Klasik ………
3.4.5. Uji Hipotesis ……….
a. Uji Statistik F ……….
b. Uji Statistik t ………
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 57
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ……….
4.1.1. Gambaran Umum Aktivitas Industri Manufaktur ……….
4.1.2. Kondisi Industri Manufaktur tahun 2009 ………
4.2.4. Outsider Ownership ………..
4.3. Analisis Regresi Linier Berganda ………..
4.3.1. Uji Normalitas ………..………...………..
4.3.2. Uji Asumsi Klasik ………..………
4.3.3. Persamaan Regresi Linier Berganda ……….…..…..
4.3.4. Uji F ……….
4.3.5. Koefisien Determinasi ……….…
4.3.6. Uji t ………...
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian…..………..
4.4.1. Implikasi Penelitian ……….
4.4.2. Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang dengan Penelitian
Terdahulu ……….……….
4.4.3. Keterbatasan Penelitian ………
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ………..………... 82
5.1. Kesimpulan ………..……….…..
5.2. Saran ………..……….…….
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Tabel 3.1 : Pemilihan Sampel……….………..
Tabel 3.2 : Kriteria Uji Durbin Watson ………...……….
Tabel 4.1 : Deskripsi Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia BEI Dari Tahun – ………....
Tabel 4.2 : Deskripsi Ukuran Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia BEI Dari Tahun ‐ …………..
Tabel 4.3 : Frekuensi Insider Ownership Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia BEI Dari Tahun – ……….
Tabel 4.4 : Deskriptif Outsider Ownership Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia BEI Dari Tahun – ………..
Tabel 4.5 : Hasil Uji Normalitas ….……….……….
Tabel 4.6 : Hasil dari Uji Rank Spearman.………...
Tabel 4.7 : Nilai VIF ….……….……….. 71
Tabel 4.8 : Persamaan Regresi Linier Berganda ….………..……
Tabel 4.9 : Hasil Uji F ………..………
Tabel 4.10 : Nilai Koefisien Determinasi………...
Tabel 4.11 : Hasil Uji t ………..
Tabel 4.12 : Perbedaan-Perbedaan Penelitian Ini dengan Penelitian Terdahulu ….
Lampiran 3 : Analisis Regresi Linier Berganda dan Uji Asumsi Klasik
Yusrizal Nurdiansyah
ABSTRAK
Laporan keuangan yang tepat waktu, akurat, dan dapat diandalkan sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan keputusan ekonomi. Ketepatan waktu dalam menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit ke publik akan sangat dipengaruhi oleh lamanya auditor dalam menyelesaikan auditnya. Perbedaan waktu antara laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Perbedaan waktu ini dalam audit dinamai dengan audit delay. Semakin lama auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya maka akan semakin panjang audit delay. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, insider ownership dan outsider ownership terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan 90 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2009-2010 dan laporan auditor independen untuk variabel bebas (ukuran perusahaan, insider ownership dan outsider ownership) dan untuk variabel terikat (audit delay). Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan variabel dummy.
Berdasarkan hasil análisis regresi linier berganda disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan, insider ownership dan outsider ownership tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audit delay perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2010.
Key Word : Audit Delay, Ukuran Perusahaan, Insider Ownership, Outsider
1.1. Latar Belakang
Perkembangan pasar modal di Indonesia saat ini cukup signifikan,
sehingga perusahaan go public di Indonesia mengalami perkembangan
yang pesat. Hal ini berdampak pada meningkatnya permintaan akan audit
laporan keuangan. Permintaan akan publikasi laporan keuangan yang tepat
waktu, akurat, dan dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan
keputusan ekonomi juga semakin meningkat.
Laporan keuangan merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban
manajemen kepada pemilik saham dan pengambil keputusan. Upaya pihak
manajemen untuk menunjukkan kinerja yang baik adalah dengan
memberikan informasi perkembangan dan kondisi perusahaan. Manajemen
sebagai penyedia informasi dituntut untuk menyediakan informasi secara
tepat waktu dan relevan. Laporan keuangan yang baik harus memenuhi
empat karakterisik kualitatif, yakni dapat dipahami, relevan, handal dan
dapat diperbandingkan. Agar informasi akuntansi dapat dikatakan relevan,
salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah ketepatan waktu (timelines).
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan,
maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen
mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat
keseimbangan antara relevansi dan keterandalan, kebutuhan pengambil
keputusan merupakan pertimbangan yang menentukan (IAI, 2009:8).
Ketepatan waktu (timelines) dalam menyajikan dan melaporkan
laporan keuangan merupakan atribut kualitatif penting pada laporan
keuangan yang mengharuskan laporan keuangan disajikan secara tepat
waktu. Semakin pendek waktu antara akhir periode akuntansi dengan
tanggal publikasi, maka semakin banyak manfaat dan keuntungan yang
diperoleh dari suatu laporan keuangan (Ahmad dan Kamarudin, 2003).
Keterlambatan publikasi laporan keuangan sangat merugikan
investor karena dapat meningkatkan asimetri informasi di pasar, insider
trading dan memunculkan rumor yang membuat pasar menjadi tidak pasti
(Utami, 2006). Penundaan publikasi laporan keuangan akan menyebabkan
ketidakpastian keputusan yang dibuat berdasarkan informasi dari laporan
keuangan tersebut yang akan berdampak pada reaksi pasar dimana para
investor akan menunda pembelian dan penjualan saham mereka.
Menurut Standar Auditing khususnya standar umum ketiga
menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan
ketelitian dan standar pekerjaan lapangan menyatakan bahwa audit harus
dilaksanakan dengan perencanaan yang matang dan pengumpulan alat-alat
bukti yang cukup memadai (Boynton dan Kell, 1996 dalam Soetedjo,
2006). Karena adanya standar inilah, memungkinkan akuntan publik untuk
dirasakan perlu untuk memperpanjang masa audit (Varianada, 2000 dalam
Soetedjo, 2006).
Pemenuhan standar audit oleh auditor dapat berdampak lamanya
penyelesaian laporan auditor, tetapi juga akan berdampak pada peningkatan
kualitas hasil auditnya. Sebaliknya, semakin tidak sesuai dengan standar
pekerjaan audit semakin pendek waktu yang diperlukan, namun hasil
auditnya kurang dapat diandalkan.
Pada pernyataan standar akuntansi telah disebutkan bahwa, untuk
menyediakan informasi yang tepat waktu, sering kali perlu melaporkan
sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga
mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan ditunda
sampai seluruh aspek diketahui, informasi yang disajikan mungkin sangat
andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambil keputusan (IAI, 2009:8).
Agar para pengambil keputusan dapat lebih cepat memperoleh
informasi keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan serta
menyesuaikan dengan perkembangan pasar modal di Indonesia, Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) mengeluarkan Keputusan Ketua
BAPEPAM No. KEP-36/PM/2003, No. Peraturan X.K.2 tentang
Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala menyatakan bahwa
laporan keuangan berkala disertai dengan laporan Akuntan disampaikan
kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) menyatakan bahwa
setiap perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan
telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di BAPEPAM (Subekti dan
Wulandari, 2004). Lamanya proses penyelesaian audit ini dapat
mempengaruhi ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan
laporan keuangan kepada masyarakat umum dan kepada BAPEPAM
karena ketepatan waktu ini tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam
menyelesaikan pekerjaan auditnya.
Peraturan tersebut menyebabkan perkembangan pengauditan
perusahaan go public tersebut menjadi tidak mudah. Karena pada satu sisi,
publik khususnya investor menuntut auditor untuk menyelesaikan laporan
auditnya tepat waktu, sedangkan pada sisi lain, pengauditan itu sendiri
merupakan proses sistematis yang membutuhkan waktu hingga
kadang-kadang terjadi penundaan pengumuman laporan keuangan auditan
(Varianada, 2000 dalam Soetedjo, 2006).
Menurut Subekti dan Widiyanti (2004), perbedaan waktu antara
laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan
mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan
oleh auditor. Perbedaan waktu ini dalam audit dinamai dengan audit delay.
Semakin lama auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya maka akan
Penelitian yang dilakukan oleh Subekti dan Widiyanti (2004)
rata-rata lamanya audit delay yang terjadi di Indonesia pada tahun 2001 adalah
98 hari. Menurut penelitian yang di lakukan oleh Rachmawati (2008)
rata-rata lamanya audit delay yang terjadi Indonesia pada tahun 2003-2005
adalah 76 hari. Sedangkan rata-rata lamanya audit delay di Indonesia yang
paling tinggi mencapai 118 hari yang terjadi pada tahun 1999, 2000 dan
2001 yaitu penelitian yang dilakukan oleh Soetedjo (2006).
Subekti dan Wulandari (2004) berhasil membuktikan bahwa faktor
ukuran perusahaan dengan indikator total aktiva memiliki pengaruh yang
besar terhadap audit delay. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar
nilai aktiva perusahaan maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya.
Perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat
dibandingkan perusahaan kecil.
Beberapa faktor yang mendorong audit delay perusahaan besar
lebih cepat dari perusahaan kecil yaitu manajemen perusahaan yang
berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay
dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh
investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat
berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan.
Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung
menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit
lebih awal (Dyer dan McHugh, 1975 dalam Subekti dan Wulandari, 2004).
pengendalian internal yang lebih baik sehingga memudahkan auditor
menyelesaikan pekerjaannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Respati (2004) menunjukkan
bahwa kepemilikan perusahaan oleh pihak dalam perusahaan (insider
ownership) merupakan suatu hal penting yang harus dipertimbangkan
dalam perusahaan. Kepemilikan perusahaan oleh manajer akan
mempengaruhi kinerja manajer. Manajer akan lebih bertanggung jawab
dalam mengelola perusahaan karena adanya rasa memiliki perusahaan,
sehingga akan mempengaruhi kinerja pihak manajemen menjadi semakin
baik. Manajemen dengan kinerja yang baik akan mampu menyampaikan
pelaporan keuangannya secara tepat waktu.
Kepemilikan perusahaan dari pihak dari luar (Outsider ownership)
mempunyai kekuatan yang besar dalam mempengaruhi perusahaan baik
melalui media massa maupun kritikan atau komentar yang merupakan
semua kekuatan publik atau masyarakat (Respati, 2004). Dengan adanya
pengawasan dari pihak luar maka pihak manajemen dituntut harus mampu
untuk menunjukkan kinerja yang baik, karena jika kinerja pihak
manajemen baik maka pemegang saham akan mendukung keberadaan
manajemen. Dan sebaliknya jika pihak manejemen tidak mampu
menunjukkan kinerja yang baik maka pemegang saham akan mengadakan
pemilihan manajemen baru atau dengan kekuatannya merubah manajemen.
akan lebih mandapat tekanan dari pihak luar atau shareholder untuk lebih
tepat waktu (Respati, 2004).
Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya,
antara lain : Subekti & Widiyanti (2004); Respati (2004), Rachmawati
(2008). Penulis tertarik untuk meneliti kembali apakah hasil penelitian
tersebut masih relevan jika terapkan pada laporan keuangan auditan tahun
2009−2010 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Pada laporan keuangan 90 perusahaan manufaktur pada tahun
2008 sampai tahun 2010 rata-rata lamanya audit delay mengalami
kenaikan. Audit delay laporan keuangan tahun 2008 menunjukkan angka
71,6 hari, tahun 2009 sebesar 73,3 hari dan pada tahun 2010 audit delay
mengalami kenaikan sebesar 75,2 hari. Dalam 3 tahun tersebut rata-rata
lamanya audit delay mengalami kenaikan antara 1,5 – 3 hari per tahunnya.
Pada Juni tahun 2009, BAPEPAM mengeluarkan pengumuman
yang menyatakan bahwa terdapat 13 Perusahaan Tercatat yang belum
menyampaikan Laporan Keuangan Auditan untuk Periode Yang Berakhir
Per 31 Desember 2008. Hal ini membuktikan bahwa masih ada beberapa
perusahaan yang meremehkan tentang penyampaian laporan keuangan
auditan. Fakta-fakta tersebut menjadikan penulis termotivasi untuk
melakukan penelitian ini.
Perusahaan yang akan diteliti adalah perusahaan manufaktur yang
dipilihnya perusahaan manufaktur adalah karena jenis perusahaan ini
mendominasi perusahaan-perusahaan yang listing di BEI, serta perusahaan
manufaktur memiliki banyak aktiva non moneter yang menyebabkan proses
auditnya lebih lama dibandingkan jenis perusahaan lain, sehingga rawan
akan terjadinya audit delay yang lebih panjang.
Faktor-faktor yang akan diteliti dan dijadikan sebagai variabel
independen yang mempengaruhi audit delay adalah ukuran perusahaan,
internal audit, insider ownership dan outsider ownership. Sedangkan
variabel dependen yang digunakan adalah audit delay. Faktor-faktor yang
diteliti didasarkan pada penelitian-penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya. Namun tidak semua faktor dari penelitian yang pernah
dilakukan dimasukkan sebagai variabel pada penelitian ini.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik
melakukan penalitian dengan judul Analisis Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Insider Ownership dan Outsider Ownership pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
”Apakah ukuran perusahaan, insider ownership dan outsider ownership
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka tujuan dari
penelitian adalah :
Untuk mengetahui pengaruh dari ukuran perusahaan, insider ownership dan
outsider ownership terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Apabila tujuan penelitian ini dapat tercapai, maka penelitian ini
akan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi peneliti
Sebagai bahan acuan untuk mengembangkan ilmu akuntansi yang telah
dimiliki, yang berhubungan bidang audit laporan keuangan, khususnya
tentang variabel-variabel yang menjadi faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap audit delay. Serta memberikan pengalaman belajar bagi
penulis dalam menambah pengetahuan atas permasalahan yang dikaji.
2. Bagi pihak lain
Sebagai bahan masukan dan tambahan informasi untuk mengetahui
faktor-faktor dominan yang mempengaruhi audit delay agar dapat
dikendalikan sehingga laporan keuangan dapat dipublikasikan sesegera
3. Bagi Lembaga Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pembaca dan
2.1. Penelitian Terdahulu
Dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan dan berhubungan
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya penyelesaian audit pada
perusahaan go public. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian
terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti :
1. Novita WeningTyas Respati (2004)
a. Judul
“Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan : Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta.”
b. Permasalahan
Penelitian ini akan meneliti tentang pengaruh debt to equity ratio,
ukuran perusahaan, profitability, konsentrasi kepemilikan
perusahaan oleh pihak dalam (insider ownership concentration) dan
konsentrasi kepemilikan perusahaan yang dimiliki oleh pihak luar
(outsider ownership concentration) terhadap ketepatan waktu
c. Hipotesis
Debt to equity ratio, ukuran perusahaan, profitability, konsentrasi
kepemilikan perusahaan oleh pihak dalam (insider ownership
concentration) dan konsentrasi kepemilikan perusahaan yang
dimiliki oleh pihak luar (outsider ownership concentration)
berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan perusahaan.
d. Kesimpulan
Hasil penelitian juga menemukan bahwa variabel profitabilitas dan
Outsider Ownership secara signifikan berpengaruh terhadap
ketepatanwaktu pelaporankeuangan perusahaan, sedangkan variabel
lainnya yaitu Ukuran Perusahaan, Debt to Equity Ratio dan Insider
Ownership ditemukan tidak signifikan.
2. Imam Subekti dan Novi Wulandari Widiyanti (Simposium
Nasional Akuntansi Denpasar Bali, 2004)
a. Judul
“Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit delay di
Indonesia.”
b. Permasalahan
Penelitian ini akan menginvestigasi tentang faktor-faktor yang
c. Hipotesis
Profitabilitas perusahaan, ukuran perusahaan, jenis industri, opini
auditor, dan ukuran auditor berpengaruh signifikan terhadap audit
delay.
d. Kesimpulan
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kelima variabel yaitu
tingkat profitabilitas, aktiva, jenis industri, opini dan auditor
(ukuran KAP) berpengaruh signifikan terhadap variabel audit delay.
3. Sistya Rachmawati (Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No.
1, 2008)
a. Judul
“Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap
Audit delay dan Timeliness.”
b. Permasalahan
1. Mengetahui pengaruh faktor internal (profitabilitas,
solvabilitas, internal auditor dan size perusahaan) dan faktor
eksternal (ukuran KAP) terhadap Audit delay.
2. Mengetahui pengaruh faktor internal (profitabilitas,
solvabilitas, internal auditor dan size perusahaan) dan faktor
c. Hipotesis
a. Terdapat pengaruh faktor internal (profitabilitas, solvabilitas,
internal auditor dan size perusahaan) dan faktor eksternal
(ukuran KAP) terhadap Audit delay.
b. Terdapat pengaruh faktor internal (profitabilitas, solvabilitas,
internal auditor dan size perusahaan) dan faktor eksternal
(ukuran KAP) terhadap Timeliness.
d. Kesimpulan
1. Faktor internal yang mempengaruhi Audit delay adalah size
perusahaan dan faktor eksternal ukuran kantor akuntan publik
sedangkan variabel profitabilitas, solvabilitas, internal auditor
tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay.
2. Faktor internal yang mempunyai pengaruh terhadap timeliness
adalah size perusahaan, solvabilitas sedangkan faktor eksternal
seperti ukuran kantor akuntan publik, profitabilitas, internal
auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap timeliness
3. Faktor internal dan eksternal perusahaan seperti profitabilitas,
solvabilitas, internal auditor, size perusahaan, dan KAP secara
bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan baik
2.1.1 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dan Sekarang
Tabel 2.1. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dan
Sekarang Terhadap Audit delay di industri, opini auditor, dan ukuran auditor berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
Perusahaan
manufaktur dan finansial yang terdaftar di BEJ selama tahun 2001.
2 Variabel X:
Ukuran perusahaan, Debt to equity ratio, profitability.Insid Keuangan : Studi empiris di Bursa Efek Jakarta” Debt to equity ratio, profitability.Insider ownership
concentration dan Outsider ownership concentration
berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
Perusahaan go publicyang terdaftar di BEJ pada tahun 1999
3 Terhadap Audit delay dan auditor dan size perusahaan) dan faktor eksternal (ukuran KAP) terhadap Audit delay.
b. Terda[at pengaruh factor internal (profitabilitas,
solvabilitas, internal auditor dan size perusahaan) dan factor eksternal (ukuran KAP) terhadap timeliness
Perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2003-2005. terhadap Audit delay pada
Diduga bahwa terdapat pengaruh. Ukuran perusahaan, Insider Ownership dan Outsider Ownership terhadap audit delay.
Perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2009-2010
Berdasarkan tabel perbedaan dan persamaan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa penelitian sekarang memiliki beberapa perbedaan
dan persamaan dari penelitian-penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut
terdapat pada variabel dan data yang digunakan. Dalam penelitian ini
digunakan data sekunder berupa data laporan keuangan periode 2009
dan periode 2010.
Persamaan penelitian sekarang dan penelitian terdahulu terletak
pada pemilihan populasi yaitu sama-sama menggunakan perusahaan
manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Laporan Keuangan
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan salah satu produk akhir yang paling
penting dari fungsi dan ilmu akuntansi. Beberapa pengertian tentang
laporan keuangan adalah sebagai berikut :
Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
paragrap 7 menyatakan bahwa :
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan rugi laba, laporan posisi dana, catatan dan laporan lain serta
laporan keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan
pengaruh perubahan harga (IAI, 2009:1).
2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf 12 dan paragraph 14 (IAI, 2009:3) tujuan laporan
keuangan adalah :
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi laporan keuangan,
kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
2. Laporan Keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pengguna yang ingin
menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban
manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan
ekonomi.
2.2.1.3. Pengguna Laporan Keuangan
Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf 09 (IAI, 2009: 2-3), pemakai dan kebutuhan informasi
a) Investor
Investor membutuhkan informasi untuk menentukan apakah harus
membeli, menahan, atau menjual investasi yang mereka tanamkan.
b)Karyawan
Karyawan membutuhkan informasi mengenai stabilitas dan
profitabilitas perusahaan, serta informasi yang memungkinkan mereka
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa,
manfaat pensiun, kesempatan kerja.
c) Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman membutuhkan informasi yang membantu mereka
untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dilunasi saat
jatuh tempo.
d)Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
membantu untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan
terbayar saat jatuh tempo.
e) Pelanggan
Pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
keberlangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat
dalam perjanjian jangka panjang, dengan atau tergantung pada
f) Pemerintah
Pemerintah berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan aktivitas
perusahaan, sehingga pemerintah dapat mengatur aktivitas perusahaan,
menetapkan kebijakan tentang pajak dan sebagai dasar untuk menyusun
statistik pendapatan nasional.
g)Masyarakat
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat untuk mendapatkan
informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir dari
kondisi perusahaan.
Namun, menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan, pemakai utama laporan keuangan adalah investor. Hal
ini tercantum pada paragraf 10 yang menyebutkan bahwa :
Informasi yang disajikan dilaporan keuangan adalah bersifat
umum.Dengan demikian tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan
informasi setiap pemakai. Berhubungan dengan para investor merupakan
penanam modal berisiko ke perusahaan, maka ketentuan laporan keuangan
yang memenuhi kebutuhan mereka juga akan memenuhi sebagian besar
kebutuhan pemakai lain.
2.2.1.4. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik informasi yang membuatnya dapat menjadi
sangat berguna untuk pembuatan keputusan. Tanpa manfaat ini,
keuntungan dari informasi tidak dapat diperoleh. Berikut ini adalah empat
karakteristik utama yang sebaiknya ada pada informasi akuntansi agar
bermanfaat seoptimal mungkin untuk penggunaanya, berdasar Kerangka
Kerja Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 25-42
(IAI, 2007) :
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan
keuangan adalah kemudahannya untuk segera dipahami oleh
pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan
ketekunan yang wajar.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi
kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi
mempunyai kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pengguna dengan membantu mengevaluasi peristiwa masa
lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil
evaluasi mereka dimasa lalu.
3. Andal (reliable)
penyajian yang tulus dan jujur (faithfull representation) dari yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajikan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan
perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan
(trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat
membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan secara relatif.
Informasi mengenai perusahaan tertentu dapat memberikan
keuntungan yang besar jika dapat dibandingkan dengan informasi yang
sama mengenai perusahaan lainnya dan dengan informasi yang sama
mengenai perusahaan yang sama selama periode tertentu.
2.2.1.5. Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
Undang-undang Pasar Modal mengharuskan perusahaan yang go
public untuk memberikan dan mempublikasikan laporan periodik kepada
Bapepam. Perusahaan-perusahaan tersebut dimintai agar laporan
keuangannya diaudit oleh akuntan publik tersertifikasi yang terdaftar dan
menyerahkan laporan keuangannya diaudit oleh akuntan publik
tersertifikasi yang terdaftar dan menyerahkan laporan keuangan tahunan
yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) mengeluarkan
Keputusan Ketua BAPEPAM No. KEP-36/PM/2003, No. Peraturan X.K.2
tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala menyatakan
bahwa laporan keuangan berkala disertai dengan laporan Akuntan
disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan
ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
2.2.2. Auditing
2.2.2.1. Definisi Auditing
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan
bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi
yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat
menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (Arens dan Loebbeck, 1996:9).
Auditing secara umum adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan
tentang kejadian dan kejadian ekonomi, dengan tujuan menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan (Mulyadi, 2002:9).
Tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen
material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum (Arens dan Loebbecke, 1996:114).
Terdapat 4 tahap audit (Arens dan Loebbecke, 1996:132-134),
yaitu sebagai berikut :
1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit
2. Melakukan pengujian pengendalian dan transaksi
3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo
4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit
2.2.2.2. Jenis Audit
Tiga jenis audit yang ada umumnya menunjukkan karakteristik
kunci yang tercakup dalam definisi audit (Boynton, dan Kell; 2003). Tiga
jenis audit tersebut antara lain :
1. Audit laporan keuangan
Audit laporan keuangan berkaitan dengan kegiatan memperoleh
dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan
maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan
tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum.
Audit laporan keuangan adalah cara yang umum ditempuh untuk
mengurangi risiko informasi dan mendapatkan informasi yang dapat
proses pengambilan keputusan dengan asumsi bahwa informasi
tersebut lengkap, akurat, dan tidak bias. (Jusup, 2001:45).
2. Audit kepatuhan
Audit kepatuhan berkaitan dengan kegiatn memperoleh dan
memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan atau operasi
suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, atau peraturan
tertentu.
Audit kepatuhan adalah audit yang bertujuan untuk menentukan
apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu.
Hasil audit kepatuhan umunya dilaporkan kepada pihak yang
berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam
pemerintahan (Mulyadi, 2002:31).
3. Audit operasional
Audit operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan
mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan
operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu .
Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan
organisasi, atau bagian dari padanya, dalam hubungannya dengan
tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk mengevaluasi
kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan, dan membuat
rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Pihak yang
2.2.2.3. Jenis Auditor
Menurut Mulyadi (2002), para profesional yang digunakan untuk
melakukan audit atas kegiatan dan peristiwa ekonomi bagi perorangan dari
entitas resmi, pada umumnya diklasifikasikan menjadi tiga kelompok,
yaitu :
1. Auditor independen
Auditor independen disebut juga auditor eksternal. Auditor
independen adalah akuntan publik bersertifikat yang mempunyai
akuntan publik sendiri dan menawarkan audit serta jasa lain kepada
klien suatu perusahaan yang menugaskan akuntan publik yang
bersertifikat ini untuk melaksanakan audit yang independen atas
laporan keuangannya. Klien lalu membayar honor audit (biaya jasa
audit), tapi auditor pada umunya dianggap independen dari kliennya
karena auditor melayani berbagai macam klien.
2. Auditor internal
Auditor internal adalah karyawan tetap yang dipekerjakan oleh
suatu entitas untuk melaksanakan audit dalam organisasi tersebut.
Mereka sangat berkepentingan dengan ketentuan apakah kebijakan dan
prosedur telah diikuti atau tidak serta berkepentingan dengan
pengamanan aktiva organisasi.Mereka mungkin juga terlibat dengan
penelaahan (review) efektivitas dan efisiensi prosedur operasi serta
dalam penentuan kehandalan informasi yang dihasilkan oleh organisasi
ketaatan (compliance audit) dan audit operasional (operational audit).
Auditor internal biasanya melaporkan kepadan dewan direktur
organisasi, yaitu pengguna utama hasil kerja auditor internal.
3. Auditor pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor professional yang bekerja di
instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi
atau entitas pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang
ditujukan kepada pemerintah. Meskipun banyak auditor yang bekerja
di instansi pemerintah, namun umunya yang disebut auditor
pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan Keuangan
Pemerintah dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), serta instansi pajak.
2.2.2.4. Tahap-tahap Audit
Menurut Jusup (2001), dalam setiap audit baik pada perusahaan
besar maupun pada perusahaan kecil, selalu terdapat empat tahapan
kegiatan, yaitu:
1. Penerimaan penugasan audit
Tahap awal dalam suatu audit laporan keuangan adalah mengambil
keputusan untuk menerima atau menolak suatu kesempatan menjadi
menolak ini sudah dilakukan sejak enam bulan hingga Sembilan bulan
sebelum akhir tahun buku yang akan diperiksa.
2. Perencanaan audit
Tahap kedua dari suatu audit menyangkut penetapan strategi audit
untuk pelaksanaan dan penentuan lingkup audit. Perencanaan
merupakan tahap yang cukup sulit dan menentukan keberhasilan
penugasan audit. Pada tahap ini perlu diterapkan standar umum dan
standar pekerjaan lapangan dari standar audit. Perencanaan audit
biasanya dilakukan antara tiga hingga enam bulan akhir tahun buku
klien.
3. Pelaksanaan pengujian audit
Tahap ketiga dalam suatu audit laporan keuangan adalah
mengadakan pengujian audit. Tahap ini sering disebut juga sebagai
pelaksanaan pekerjaan lapangan.Tujuan utama tahap ini adalah
mendapatkan bukti mengenai efektivitas struktur pengendalian intern
klien dan kewajaran laporan keuangannya.Pada tahap ini juga harus
diterapkan standar umum dan standar pekerjaan lapangan dari suatu
audit. Pengujian audit ini pada umumnya dilakukan antara tiga sampai
empat bulan sebelum akhir tahun buku hingga satu sampai tiga bulan
sesudah akhir tahun buku klien. Tahap pelaksanaan pengujian audit ini
4. Pelaporan temuan
Tahap keempat atau tahap terakhir dari suatu audit adalah
pelaporan temuan. Laporan audit bisa berupa laporan audit dengan
pendapat wajar tanpa pengecualian, atau bisa juga menyimpang dari
laporan standar. Pada tahap ini harus dilaksanakan oleh auditor dalam
pelaporan audit ini, antara lain menyelesaikan audit dengan meringkas
semua hasil pengujian dan menarik simpulan serta menerbitkan laporan
audit. Laporan audit biasanya diterbitkan antara satu sampai tiga
minggu setelah berakhirnya pekerjaan lapangan.
2.2.2.5. Standar Audit
Suatu audit dilaksanakan bercdasarkan standar yang diterapkan
oleh badan penyusun standar. Di Indonesia, badan yang berwenang
menyusun standar auditing adalah Dewan Standar Profesional Akuntan
Publik, Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntansi Indonesia.
Standar auditing mengatur syarat-syarat diri auditor, pekerjaan lapangan,
dan penyusunan laporan audit (Mulyadi, 2002:15).
Standar auditing terdiri dari sepuluh standar dan semua Pernyataan
Standar Auditing yang berlaku. Sepuluh standar auditing dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan
standar pelaporan memberikan panduan bagi auditor dalam
mengkomunikasikan hasil auditnya melalui audit kepada pamakai laporan
keuangan. Standar auditing disajikan sebagai berikut :
a) Standar umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
b) Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan
lingkup pengujian yang harus dilakukan.
3. Bukti audit yang kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan pengajuan pernyataan dan konfirmasi sebagai
dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit.
1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip
akuntansi secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dan dalam hubungannya dengan prinsip
akuntansi yang diterapkan pada periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain adalah laporan audit.
4. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat dibenarkan. Jika pendapat secara keseluruhan
tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam
semua hal yang mana auditor dihubungkan dengan laporan
keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat tanggung
jawab yang dipikulnya.
2.2.2.6. Tipe Pendapat Auditor
Tujuan utama suatu audit adalah pernyataan pendapat dari auditor
atas laporan keuangan suatu perusahaan. Menurut Mulyadi (2002),
pendapat auditor diklasifikasikan menjadi lima, antara lain :
Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan
bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal
material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia.
Ini adalah pendapat yang dinyatakan dalam laporan audit bentuk
baku.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang
ditambahkan dalam laporan audit baku (unqualified with explanatory
language).
Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan
suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam
laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa
pengecualian atas laporan keuangan auditan. Paragraf penjelasan ini
dicantumkan setelah paragraf pendapat.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian
Melalui pendapat wajar dengan pengecualian, auditor menyatakan
bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal
material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia, kecuali
untuk dampak hal-hal yang dikecualikan.
4. Pendapat tidak wajar (Adverse)
Dengan pendapat tidak wajar, auditor menyatakan bahwa laporan
arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclousure)
Dengan pernyataan tidak memberikan pendapat, auditor
menyatakan bahwa ia tidak menyatakan pendapat atas laporan
keuangan klien. Pernyataan tidak memberikan pendapat diberikan
oleh auditor jika auditor tidak melaksanakan audit yang berlingkup
memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas
laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan pendapat juga dapat
diberikan oleh auditor jika ia dalam kondisi tidak independen dalam
hubungannya dengan klien. Jika auditor menyatakan tidak
memberikan pendapat, dalam laporan auditnya, auditor harus
memberikan semua alasan substantif yang mendukung pernyataan
tersebut, yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat.
2.2.2.7. Laporan Audit
Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam
berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya, dimana di dalam
laporannya tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran
laporan keuangan auditan (Mulyadi, 2002:12).
Laporan audit merupakan hal yang penting dalam suatu audit
karena laporan tersebut menginformasikan pemakai informasi mengenai
apa yang dilakukan auditor dan kesimpulannya yang diperolehnya.
laporan setiap kali Kantor Akuntan Publik dikaitkan dengan laporan
keuangan.
Bentuk baku laporan audit menurut Arens dan Loebbecke
(1996:37) adalah sebagai berikut :
1. Judul laporan
2. Alamat yang dituju laporan keuangan audit
3. Paragraf pendahuluan
Dalam pargraf pendahuluan terdapat tiga pernyataan ini, yaitu
pernyataan sederhana bahwa auditor telah melakukan audit atas
laporan keuangan, pernyataan tentang laporan keuangan termasuk
tanggal neraca dan periode periode akuntansi laporan rugi/laba, serta
pernyataan tentang tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab
auditor.
4. Paragraf lingkup audit
Paragraf lingkup audit adalah pernyataan pernyataan aktual
mengenai apa yang telah dilakukan auditor dalam proses auditnya.
5. Paragraf pendapat
Paragraf pendapat memuat kesimpulan auditor berdasarkan hasil
pemeriksaan yang telah dilakukannya.
6. Tanda tangan dan nama akuntan publik yang melakukan audit
2.2.3. Audit Delay
2.2.3.1. Definisi Audit Delay
Definisi audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit atas
suatu laporan keuangan perusahaan yang diukur dari tanggal tahun buku
sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan keuangan auditan (Ashton
et.al.,1987; Carslaw dan Kaplan, 1991). Jangka waktu tersebutlah yang
menjadi pembahasan yang disebut dengan audit delay. Audit delay adalah
perbedaan antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit
diterbitkan, yang mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian
audit yang dilakukan oleh auditor (Subekti & Wulandari, 2004). Semakin
panjang audit delay maka semakin lama auditor dalam menyelesaikan
pekerjaan auditnya. Jika audit delay semakin panjang, maka kemungkinan
keterlambatan penyampaian laporan keuangan akan semakin besar.
Menurut Dyer dan McHugh (1975) dalam Novita (2004) terdapat
tiga kriteria keterlambatan :
1. Preleminary Lag : Interval jumlah hari antara tanggal laporan
keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary.
2. Auditor’s Report Lag : Interval jumlah hari antara tanggal laporan
keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.
3. Total Lag : Interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
Di Indonesia batas terbitnya laporan keuangan perusahaan yang go
public diatur oleh BAPEPAM, seperti yang telah dijelaskan pada subbab
sebelumnya.
Perusahaan go public harus menyerahkan laporan keuangan
tahunannya yang disertai dengan opini akuntan kepada BAPEPAM.
Dalam mengumumkannya kepada publik paling lambat akhir bulan ketiga
setelah tanggal laporan keuangan.
2.2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
Dalam penelitian terdahulu telah dikaji faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap audit delay. Beberapa dari penelitian terebut adalah
penelitian Ashton, dkk. (1987), penelitian Respati (2004), penelitian
Rachmawati (2008), penelitian Subekti dan Wulandari (2004).
Tidak semua faktor dari penelitian yang pernah dilakukan
dimasukkan sebagai variabel pada penelitian ini. Dalam penelitian ini
diteliti empat faktor yang berpengaruh terhadap lamanya audit delay.
Faktor-faktor yang diteliti didasarkan pada penelitian-penelitan yang
pernah dilakukan sebelumnya dan saran dari peneliti yang terdahulu. Hal
tersebut dimasukkan untuk menguji lebih lanjut, apakah benar penelitian
tersebut berpengaruh dan apakah dengan adanya perbedaan waktu daya
pengaruh dari faktor-faktor berubah atau tidak. Faktor-faktor yang
2.2.3.2.1 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan dan
dapat dinilai dari beberapa segi. Ukuran perusahaan dapat diukur
berdasarkan pada total penjualan, total nilai buku asset, nilai bersih
kekayaan, dan jumlah tenaga kerja (Soegeng Soetedjo, 2006). Ukuran
perusahaan dapat dinilai dari total asset yang dimilikinya (Arens dan
Loebbecke, 1996:227).
Setiap perusahaan memiliki skala usaha yang berbeda satu sama
lain. Perbedaan skala ini dapat dilihat dari berbagai segi. Secara
umum semakin besar perusahaan klien akan semakin beragam
penggunaan laporan keuangan. Keputusan ketua Bapepam No. Kep.
11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah
berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki
total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar
adalah badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar.
Suatu perusahaan yang memiki total asset yang besar akan
mendorong perusahaan tersebut untuk memaksimalkan kinerjanya
maka pihak manajemen perusahaan harus mengolah informasi tersebut
dengan baik untuk dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan,
sehingga manajemen semakin tinggi kesadaran tentang pentingnya
informasi dalam mempertahankan eksistensi perusahaan.
Di samping itu, perusahaan besar pada umumnya telah
memudahkan auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya, dan
karena dengan baiknya struktur pengendalian internal perusahaan,
maka semakin sedikit pengujian yang harus dilakukan oleh auditor.
2.2.3.2.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan dengan Audit Delay
Ukuran peruasahaan merupakan variabel yang sering
digunakan dalam penelitian mengenai audit delay. Dalam beberapa
penelitian yang dilakukan memperoleh hasil yang berbeda-beda antara
penelitian yang satu dengan penelitian yang lain.
Menurut penelitian Ashton dan Elliot (1987) menunjukkan
bahwa faktor ukuran perusahaan dengan indikator total aktiva
memiliki pengaruh yang besar terhadap audit delay. Pengaruh ini
ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva perusahaan maka
semakin pendek audit delay dan sebaliknya.
Penelitian yang telah dilakukan Imam Subekti dan Novi
Wulandari (2004) menunjukan bahwa Ukuran Perusahaan dengan
indikator total aktiva memiliki pengaruh yang besar terhadap Audit
Delay. Pengaruh ini ditunjukan dengan semakin besar nilai aktiva
perusahaan maka semakin pendek nilai Audit Delay dan sebaliknya
jika semakin kecil nilai aktiva perusahaan maka semakin panjang
Audit Delay.
mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut
dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan
pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar
cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk
mengumumkan audit lebih awal.
Hasil penelitian Sistya Rachmawati (2008:8), menunjukan
bahwa Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh signifkan terhadap
Audit Delay yang berarti bahwa semakin besar Ukuran Perusahaan
maka semakin pendek Audit Delay dan sebaliknya semakin kecil
Ukuran Perusahaan makan semakin panjang Audit Delay. Hal ini
disebabkan oleh semakin baiknya sistem pengendalian internal
perusahaan besar sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam
penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam
melakukan audit laporan keuangan.
Hasil penelitian dari Sistya Rachmawati berbeda dengan hasil
penelitian Soegeng Soetedjo (2006). Ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap audit delay, dimana perusahaan yang berskala lebih
kecil akan semakin cepat ARLnya dibandingkan dengan perusahaan
yang berskala besar.
Berdasarkam ketidakkonsistenan hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa diduga
2.2.3.2.3 Insider Ownership
Para manajer merupakan agen atau wakil dari pemilik, akan
tetapi pada kenyataannya mereka mengendalikan perusahaan. Dengan
demikian bisa terjadi konflik kepentingan antara pemilik. Hal ini
disebut ”masalah keagenan”, yaitu divergensi kepentingan yang timbul
antara pemilik dengan agennya.
Teori keagenan mengimplikasikan adanya informasi asimetri
antara manajer sebagai agen dan pemilik sebagai prinsipal. Informasi
asimetri muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal
dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan
dengan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Laporan keuangan
yang tepat waktu akan mengurangi informasi asimetri tersebut.
Kesempatan manajemen yang sekaligus berfungsi sebagai
pemilik dapat mencegah kemungkinan munculnya masalah agency.
Hal ini disebabkan oleh dua alasan : (1) kepemilikan manajemen
(pihak dalam) akan menyelaraskan kepentingan antara manajemen dan
pihak lainnya, (2) kepemilikan perusahaan oleh manajemen (pihak
dalam) juga akan mengarahkan keleluasaan manajemen pada proses
konsistensi dengan kepentingan pemilik (Ukago, Imam ghozali,
2.2.3.2.4 Pengaruh Insider Ownership dengan Audit Delay
Penelitian Respati (2004) menemukan bukti empiris bahwa
konsentrasi kepemilikan pihak dalam tidak signifikan terhadap
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hasil ini sama
dengan hasil penelitian Ukago, Ghozali dan Sugiyono (2005) bahwa
variabel INSIDER secara positif signifikan tidak berpengaruh terhadap
ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan ke Bapepam.
Hal ini dapat terjadi karena kepemilikan pihak dalam (insider
ownership) pada suatu perusahaan biasanya mempunyai prosentase
kepemilikan lebih kecil dibanding kepemilikan pihak luar (outsider
ownership) dan pada umumnya mempunyai prosentase kepemilikan
kurang dari 50%.
Kecilnya prosentase kepemilikan pihak dalam (insider
ownership) ini akan mempengaruhi hak suara yang dimilikinya. Hal ini
mengakibatkan hak suara (kewenagnan) terhadap perusahaan juga
kecil, sehingga peranannya tidak terlalu besar dalam menentukan
kebijakan perusahaan terutama yang menyangkut segi pelaporan
keuangan. Namun kepemilikan perusahaan oleh manajer merupakan
suatu hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam perusahaan.
Kepemilikan perusahaan oleh manajemen akan mempengaruhi
kinerja manajemen. Manajer akan lebih bertanggungjawab dalam
sehingga akan mempengaruhi kinerja manajemen menjadi semakin
baik (Respati, 2004). Manajemen dengan kinerja yang baik akan
mampu menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu sehingga
masalah informasi asimetri dapat diminimalisir.
Hal ini tentunya cukup kontradiktif dengan pemikiran logika
yang mendasari penelitian Respati (2004) dengan hasil penelitian
sehingga dapat ditarik suatu dugaan bahwa kepemilikan pihak dalam
(insider ownership) diduga berpengaruh terhadap audit delay.
2.2.3.2.5 Outsider Ownership
Pemilik perusahaan dari pihak luar dianggap berbeda dengan
pihak dalam, di mana kecil kemungkinan pemilik dari pihak luar
untuk terlibat dalam urusan bisnis sehari-hari. Pemilik perusahaan
dari pihak luar atau pemegang saham harus mengetahui tingkat
kembalian (rate of return) atas investasi mereka. Oleh karena itu
mereka membutuhkan informasi yang membantu mereka untuk
memutuskan tindakan mereka, apakah untuk membeli, menahan atau
menjual saham-saham suatu perusahaan.
Disamping itu pemilik perusahaan dari pihak luar juga ingin
mengetahui kemampuan perusahaan untuk membayar deviden,
sehingga informasi mengenai perkembangan dan kondisi perusahaan
Kepemilikan perusahaan dari pihak dari luar mempunyai
kekuatan yang besar dalam mempengaruhi perusahaan baik melalui
media massa maupun kritikan atau komentar yang merupakan semua
kekuatan publik atau masyarakat. Dengan adanya konsentrasi
kepemilikan pihak luar maka akan mengubah pengelolaan perusahaan
yang semula berjalan dengan sekehendak hati menjadi perusahaan
yang berjalan dalam pengawasan. Akibatnya, keleluasaan manajemen
menjadi terbatas.
Dengan adanya pengawasan dari pihak luar maka pihak
manajemen dituntut harus mampu untuk menunjukkan kinerja yang
baik, karena jika kinerja pihak manajemen baik maka pemegang saham
akan mendukung keberadaan manajemen. Dan sebaliknya jika pihak
manejemen tidak mampu menunjukkan kinerja yang baik maka
pemegang saham akan mengadakan pemilihan manajemen baru atau
dengan kekuatannya merubah manajemen.
Upaya pihak manajemen untuk menunjukkan kinerja yang baik
adalah dengan memberikan informasi perkembangan dan kondisi
perusahaan. Manajemen sebagai penyedia informasi dituntut untuk
menyediakan informasi secara tepat waktu dan relevan. Dengan
adanya konsentrasi kepemilikan pihak luar maka pihak manajemen
akan lebih mandapat tekanan dari pihak luar atau shareholder untuk
2.2.3.2.6 Pengaruh Outsider Ownership dengan Audit Delay
Respati (2004) menyatakan bahwa kepemilikan dari pihak luar
berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan ke
Bapepam. Pemilik dari pihak luar sangat berkepentingan dengan
laporan keuangan yang tepat waktu. Hal ini dikarenakan ketepatan
waktu pelaporan keuangan perusahaan sangat dibutuhkan oleh pihak
luar untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan yang
sesungguhnya untuk membuat keputusan yang tepat dan akurat serta
untuk mengurangi informasi asimetri.
Struktur kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak luar
biasanya mempunyai prosentase kepemilikan lebih dari 50% sehingga
pemilik perusahaan dari pihak luar mempunyai kekuatan yang besar
dalam mempengaruhi kondisi dan hasil kinerja perusahaan khususnya
mengenai ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
diduga outsider ownership secara signifikan berpengaruh terhadap
audit delay.
2.3. Kerangka Pikir
Penelitian ini bertujuan untuk mencari bukti empiris Pengaruh dari
ukuran perusahaan, internal auditor, insider ownership dan outsider
digambarkan dalam bentuk diagram kerangka pikir yang disajikan pada
gambar sebagai berikut :
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay
Regresi Linier Berganda dengan variabel dummy
2.4. Hipotesis penelitian
Berdasarkan Kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut :
Ha : Ukuran perusahaan, insider ownership dan outsider ownership
berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2010
AUDIT
DELAY
UKURAN PERUSAHAAN (X1)
INSIDER OWNERSHIP (D)
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi Operasional merupakan suatu pernyataan tentang definisi
batasan dan pengertian variable-variabel dalam penelitian secara operasional
baik berdasarkan teori yang ada ataupun pengalaman-pengalaman terdahulu.
Agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian masing-masing variabel
penelitian ini maka peneliti memberikan definisi operasional variabel
sebagai berikut:
a.Variabel Dependen (Y) adalah :
Audit Delay (Y)
Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Audit Delay yaitu
lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan
tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit (tanggal
opini). Variabel ini diukur dengan skala ukur rasio menggunakan
satuan harian.
b. Variabel Independen (X) adalah :
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang
diukur dengan menggunakan indikator total asset. Total asset
merupakan penjumlahan aktiva lancer dan aktiva tetap yang dimiliki
oleh perusahaan dalam jangka waktu satu tahun buku. Skala
pengukurannya adalah rasio. Satuan yang digunakan adalah rupiah.
2. Insider Ownership (D)
Insider ownership dalam penelitian ini merupakan variabel
dummy. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal.
Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan tahun
2009-2010. Untuk Perusahaan yang mempunyai struktur kepemilikan
oleh pihak dalam diberi kode dummy 1, dan untuk perusahaan yang
tidak memiliki struktur kepemilikan oleh pihak dalam diberi kode
dummy 0.
3. Outsider Ownership (X2)
Outsider ownership (Kepemilikan pihak luar) dalam penelitian ini
diukur dengan prosentase kepemilikan saham terbesar yang dimiliki
oleh pihak luar perusahaan (Outsider Ownership). Skala pengukuran
yang digunakan adalah skala reasio. Data yang digunakan adalah
laporan keuangan perusahaan tahun 2009-2010. Satuan yang
digunakan adalah prosentase.
3.2.1. Populasi
Population refers to the entire group of people, events, or things of
interest that the researcher wishes to incvestigate. Populasi merupakan
batas suatu objek penelitian dan sekaligus merupakan batas bagi proses
induksi (generalisasi) hasil penelitian yang bersangkutan (Efferin, 2004
hal 57).
Populasi yang digunakan didalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode
2009-2010. Populasi dalam penelitian ini adalah 137 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memenuhi syarat untuk
dijadikan obyek penelitian (Efferin, 2004 : 58). Penentuan pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan secara tidak acak atau
menggunakan metode purposive sampling yaitu merapatkan metode
penetapan sampel dengan cara menentukan target elemen populasi yang
diperkirakan paling cocok untuk dikumpulkan datanya.
Ada dua metode pemilihan sampel secara purposive yaitu
pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan (judgment sampling) yaitu
jenis sampling ini dilakukan, jika peneliti menentukan subjek sampel yang