• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.2.1.5. Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal

Undang-undang Pasar Modal mengharuskan perusahaan yang go public untuk memberikan dan mempublikasikan laporan periodik kepada Bapepam. Perusahaan-perusahaan tersebut dimintai agar laporan keuangannya diaudit oleh akuntan publik tersertifikasi yang terdaftar dan menyerahkan laporan keuangannya diaudit oleh akuntan publik tersertifikasi yang terdaftar dan menyerahkan laporan keuangan tahunan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan.

Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) mengeluarkan Keputusan Ketua BAPEPAM No. KEP-36/PM/2003, No. Peraturan X.K.2 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala menyatakan bahwa laporan keuangan berkala disertai dengan laporan Akuntan disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan.

2.2.2. Auditing

2.2.2.1. Definisi Auditing

Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (Arens dan Loebbeck, 1996:9). Auditing secara umum adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kejadian dan kejadian ekonomi, dengan tujuan menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002:9).

Tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat kewajaran atas dalam semua hal yang

material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (Arens dan Loebbecke, 1996:114).

Terdapat 4 tahap audit (Arens dan Loebbecke, 1996:132-134), yaitu sebagai berikut :

1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit 2. Melakukan pengujian pengendalian dan transaksi

3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo 4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit

2.2.2.2. Jenis Audit

Tiga jenis audit yang ada umumnya menunjukkan karakteristik kunci yang tercakup dalam definisi audit (Boynton, dan Kell; 2003). Tiga jenis audit tersebut antara lain :

1. Audit laporan keuangan

Audit laporan keuangan berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum.

Audit laporan keuangan adalah cara yang umum ditempuh untuk mengurangi risiko informasi dan mendapatkan informasi yang dapat diandalkan. Informasi yang diaudit kemungkinan digunakan dalam

proses pengambilan keputusan dengan asumsi bahwa informasi tersebut lengkap, akurat, dan tidak bias. (Jusup, 2001:45).

2. Audit kepatuhan

Audit kepatuhan berkaitan dengan kegiatn memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, atau peraturan tertentu.

Audit kepatuhan adalah audit yang bertujuan untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umunya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan (Mulyadi, 2002:31).

3. Audit operasional

Audit operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu .

Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagian dari padanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan, dan membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Pihak yang memerlukan audit operasional diserahkan kepada pihak ketiga yang

2.2.2.3. Jenis Auditor

Menurut Mulyadi (2002), para profesional yang digunakan untuk melakukan audit atas kegiatan dan peristiwa ekonomi bagi perorangan dari entitas resmi, pada umumnya diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu :

1. Auditor independen

Auditor independen disebut juga auditor eksternal. Auditor independen adalah akuntan publik bersertifikat yang mempunyai akuntan publik sendiri dan menawarkan audit serta jasa lain kepada klien suatu perusahaan yang menugaskan akuntan publik yang bersertifikat ini untuk melaksanakan audit yang independen atas laporan keuangannya. Klien lalu membayar honor audit (biaya jasa audit), tapi auditor pada umunya dianggap independen dari kliennya karena auditor melayani berbagai macam klien.

2. Auditor internal

Auditor internal adalah karyawan tetap yang dipekerjakan oleh suatu entitas untuk melaksanakan audit dalam organisasi tersebut. Mereka sangat berkepentingan dengan ketentuan apakah kebijakan dan prosedur telah diikuti atau tidak serta berkepentingan dengan pengamanan aktiva organisasi.Mereka mungkin juga terlibat dengan penelaahan (review) efektivitas dan efisiensi prosedur operasi serta dalam penentuan kehandalan informasi yang dihasilkan oleh organisasi tersebut. Tugas utama auditor internal adalah melaksanakan audit

ketaatan (compliance audit) dan audit operasional (operational audit). Auditor internal biasanya melaporkan kepadan dewan direktur organisasi, yaitu pengguna utama hasil kerja auditor internal.

3. Auditor pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor professional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Meskipun banyak auditor yang bekerja di instansi pemerintah, namun umunya yang disebut auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan Keuangan Pemerintah dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), serta instansi pajak.

2.2.2.4. Tahap-tahap Audit

Menurut Jusup (2001), dalam setiap audit baik pada perusahaan besar maupun pada perusahaan kecil, selalu terdapat empat tahapan kegiatan, yaitu:

1. Penerimaan penugasan audit

Tahap awal dalam suatu audit laporan keuangan adalah mengambil keputusan untuk menerima atau menolak suatu kesempatan menjadi auditor untuk klien baru, atas untuk melanjutkan sebagai auditor bagi

menolak ini sudah dilakukan sejak enam bulan hingga Sembilan bulan sebelum akhir tahun buku yang akan diperiksa.

2. Perencanaan audit

Tahap kedua dari suatu audit menyangkut penetapan strategi audit untuk pelaksanaan dan penentuan lingkup audit. Perencanaan merupakan tahap yang cukup sulit dan menentukan keberhasilan penugasan audit. Pada tahap ini perlu diterapkan standar umum dan standar pekerjaan lapangan dari standar audit. Perencanaan audit biasanya dilakukan antara tiga hingga enam bulan akhir tahun buku klien.

3. Pelaksanaan pengujian audit

Tahap ketiga dalam suatu audit laporan keuangan adalah mengadakan pengujian audit. Tahap ini sering disebut juga sebagai pelaksanaan pekerjaan lapangan.Tujuan utama tahap ini adalah mendapatkan bukti mengenai efektivitas struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangannya.Pada tahap ini juga harus diterapkan standar umum dan standar pekerjaan lapangan dari suatu audit. Pengujian audit ini pada umumnya dilakukan antara tiga sampai empat bulan sebelum akhir tahun buku hingga satu sampai tiga bulan sesudah akhir tahun buku klien. Tahap pelaksanaan pengujian audit ini mencakup sebagian besar audit.

4. Pelaporan temuan

Tahap keempat atau tahap terakhir dari suatu audit adalah pelaporan temuan. Laporan audit bisa berupa laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau bisa juga menyimpang dari laporan standar. Pada tahap ini harus dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan audit ini, antara lain menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik simpulan serta menerbitkan laporan audit. Laporan audit biasanya diterbitkan antara satu sampai tiga minggu setelah berakhirnya pekerjaan lapangan.

2.2.2.5. Standar Audit

Suatu audit dilaksanakan bercdasarkan standar yang diterapkan oleh badan penyusun standar. Di Indonesia, badan yang berwenang menyusun standar auditing adalah Dewan Standar Profesional Akuntan Publik, Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar auditing mengatur syarat-syarat diri auditor, pekerjaan lapangan, dan penyusunan laporan audit (Mulyadi, 2002:15).

Standar auditing terdiri dari sepuluh standar dan semua Pernyataan Standar Auditing yang berlaku. Sepuluh standar auditing dibagi menjadi tiga kelompok yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Standar umum mengatur syarat-syarat diri auditor,

standar pelaporan memberikan panduan bagi auditor dalam mengkomunikasikan hasil auditnya melalui audit kepada pamakai laporan keuangan. Standar auditing disajikan sebagai berikut :

a) Standar umum

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b) Standar Pekerjaan Lapangan

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang harus dilakukan.

3. Bukti audit yang kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan pengajuan pernyataan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan pada periode sebelumnya.

3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain adalah laporan audit.

4. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat dibenarkan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang mana auditor dihubungkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.

2.2.2.6. Tipe Pendapat Auditor

Tujuan utama suatu audit adalah pernyataan pendapat dari auditor atas laporan keuangan suatu perusahaan. Menurut Mulyadi (2002), pendapat auditor diklasifikasikan menjadi lima, antara lain :

Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia. Ini adalah pendapat yang dinyatakan dalam laporan audit bentuk baku.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan audit baku (unqualified with explanatory language).

Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan. Paragraf penjelasan ini dicantumkan setelah paragraf pendapat.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian

Melalui pendapat wajar dengan pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan.

4. Pendapat tidak wajar (Adverse)

Dengan pendapat tidak wajar, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secar wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan

arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.

5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclousure)

Dengan pernyataan tidak memberikan pendapat, auditor menyatakan bahwa ia tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan klien. Pernyataan tidak memberikan pendapat diberikan oleh auditor jika auditor tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan pendapat juga dapat diberikan oleh auditor jika ia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien. Jika auditor menyatakan tidak memberikan pendapat, dalam laporan auditnya, auditor harus memberikan semua alasan substantif yang mendukung pernyataan tersebut, yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat.

2.2.2.7. Laporan Audit

Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya, dimana di dalam laporannya tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan (Mulyadi, 2002:12).

Laporan audit merupakan hal yang penting dalam suatu audit karena laporan tersebut menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulannya yang diperolehnya. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengharuskan dibuatnya

laporan setiap kali Kantor Akuntan Publik dikaitkan dengan laporan keuangan.

Bentuk baku laporan audit menurut Arens dan Loebbecke (1996:37) adalah sebagai berikut :

1. Judul laporan

2. Alamat yang dituju laporan keuangan audit 3. Paragraf pendahuluan

Dalam pargraf pendahuluan terdapat tiga pernyataan ini, yaitu pernyataan sederhana bahwa auditor telah melakukan audit atas laporan keuangan, pernyataan tentang laporan keuangan termasuk tanggal neraca dan periode periode akuntansi laporan rugi/laba, serta pernyataan tentang tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor.

4. Paragraf lingkup audit

Paragraf lingkup audit adalah pernyataan pernyataan aktual mengenai apa yang telah dilakukan auditor dalam proses auditnya. 5. Paragraf pendapat

Paragraf pendapat memuat kesimpulan auditor berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukannya.

6. Tanda tangan dan nama akuntan publik yang melakukan audit 7. Tanggal laporan audit

2.2.3. Audit Delay

2.2.3.1. Definisi Audit Delay

Definisi audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit atas suatu laporan keuangan perusahaan yang diukur dari tanggal tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan keuangan auditan (Ashton et.al.,1987; Carslaw dan Kaplan, 1991). Jangka waktu tersebutlah yang menjadi pembahasan yang disebut dengan audit delay. Audit delay adalah perbedaan antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit diterbitkan, yang mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor (Subekti & Wulandari, 2004). Semakin panjang audit delay maka semakin lama auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Jika audit delay semakin panjang, maka kemungkinan keterlambatan penyampaian laporan keuangan akan semakin besar.

Menurut Dyer dan McHugh (1975) dalam Novita (2004) terdapat tiga kriteria keterlambatan :

1. Preleminary Lag : Interval jumlah hari antara tanggal laporan

keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary.

2. Auditor’s Report Lag : Interval jumlah hari antara tanggal laporan

keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.

3. Total Lag : Interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan

Di Indonesia batas terbitnya laporan keuangan perusahaan yang go public diatur oleh BAPEPAM, seperti yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya.

Perusahaan go public harus menyerahkan laporan keuangan tahunannya yang disertai dengan opini akuntan kepada BAPEPAM. Dalam mengumumkannya kepada publik paling lambat akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan.

2.2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay

Dalam penelitian terdahulu telah dikaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay. Beberapa dari penelitian terebut adalah penelitian Ashton, dkk. (1987), penelitian Respati (2004), penelitian Rachmawati (2008), penelitian Subekti dan Wulandari (2004).

Tidak semua faktor dari penelitian yang pernah dilakukan dimasukkan sebagai variabel pada penelitian ini. Dalam penelitian ini diteliti empat faktor yang berpengaruh terhadap lamanya audit delay. Faktor-faktor yang diteliti didasarkan pada penelitian-penelitan yang pernah dilakukan sebelumnya dan saran dari peneliti yang terdahulu. Hal tersebut dimasukkan untuk menguji lebih lanjut, apakah benar penelitian tersebut berpengaruh dan apakah dengan adanya perbedaan waktu daya pengaruh dari faktor-faktor berubah atau tidak. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lamanya audit delay dalam penelitian ini adalah

2.2.3.2.1 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan dan dapat dinilai dari beberapa segi. Ukuran perusahaan dapat diukur berdasarkan pada total penjualan, total nilai buku asset, nilai bersih kekayaan, dan jumlah tenaga kerja (Soegeng Soetedjo, 2006). Ukuran perusahaan dapat dinilai dari total asset yang dimilikinya (Arens dan Loebbecke, 1996:227).

Setiap perusahaan memiliki skala usaha yang berbeda satu sama lain. Perbedaan skala ini dapat dilihat dari berbagai segi. Secara umum semakin besar perusahaan klien akan semakin beragam penggunaan laporan keuangan. Keputusan ketua Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar.

Suatu perusahaan yang memiki total asset yang besar akan mendorong perusahaan tersebut untuk memaksimalkan kinerjanya maka pihak manajemen perusahaan harus mengolah informasi tersebut dengan baik untuk dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan, sehingga manajemen semakin tinggi kesadaran tentang pentingnya informasi dalam mempertahankan eksistensi perusahaan.

Di samping itu, perusahaan besar pada umumnya telah memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik sehingga akan

memudahkan auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya, dan karena dengan baiknya struktur pengendalian internal perusahaan, maka semakin sedikit pengujian yang harus dilakukan oleh auditor.

2.2.3.2.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan dengan Audit Delay

Ukuran peruasahaan merupakan variabel yang sering digunakan dalam penelitian mengenai audit delay. Dalam beberapa penelitian yang dilakukan memperoleh hasil yang berbeda-beda antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lain.

Menurut penelitian Ashton dan Elliot (1987) menunjukkan bahwa faktor ukuran perusahaan dengan indikator total aktiva memiliki pengaruh yang besar terhadap audit delay. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva perusahaan maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya.

Penelitian yang telah dilakukan Imam Subekti dan Novi Wulandari (2004) menunjukan bahwa Ukuran Perusahaan dengan indikator total aktiva memiliki pengaruh yang besar terhadap Audit Delay. Pengaruh ini ditunjukan dengan semakin besar nilai aktiva perusahaan maka semakin pendek nilai Audit Delay dan sebaliknya jika semakin kecil nilai aktiva perusahaan maka semakin panjang

Audit Delay.

mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal.

Hasil penelitian Sistya Rachmawati (2008:8), menunjukan bahwa Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh signifkan terhadap Audit Delay yang berarti bahwa semakin besar Ukuran Perusahaan maka semakin pendek Audit Delay dan sebaliknya semakin kecil Ukuran Perusahaan makan semakin panjang Audit Delay. Hal ini disebabkan oleh semakin baiknya sistem pengendalian internal perusahaan besar sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan.

Hasil penelitian dari Sistya Rachmawati berbeda dengan hasil penelitian Soegeng Soetedjo (2006). Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap audit delay, dimana perusahaan yang berskala lebih kecil akan semakin cepat ARLnya dibandingkan dengan perusahaan yang berskala besar.

Berdasarkam ketidakkonsistenan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa diduga ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh terhadap audit delay.

2.2.3.2.3 Insider Ownership

Para manajer merupakan agen atau wakil dari pemilik, akan tetapi pada kenyataannya mereka mengendalikan perusahaan. Dengan demikian bisa terjadi konflik kepentingan antara pemilik. Hal ini disebut ”masalah keagenan”, yaitu divergensi kepentingan yang timbul antara pemilik dengan agennya.

Teori keagenan mengimplikasikan adanya informasi asimetri antara manajer sebagai agen dan pemilik sebagai prinsipal. Informasi asimetri muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan dengan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Laporan keuangan yang tepat waktu akan mengurangi informasi asimetri tersebut.

Kesempatan manajemen yang sekaligus berfungsi sebagai pemilik dapat mencegah kemungkinan munculnya masalah agency. Hal ini disebabkan oleh dua alasan : (1) kepemilikan manajemen (pihak dalam) akan menyelaraskan kepentingan antara manajemen dan pihak lainnya, (2) kepemilikan perusahaan oleh manajemen (pihak dalam) juga akan mengarahkan keleluasaan manajemen pada proses konsistensi dengan kepentingan pemilik (Ukago, Imam ghozali, Sugiyono, 2005).

2.2.3.2.4 Pengaruh Insider Ownership dengan Audit Delay

Penelitian Respati (2004) menemukan bukti empiris bahwa konsentrasi kepemilikan pihak dalam tidak signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hasil ini sama dengan hasil penelitian Ukago, Ghozali dan Sugiyono (2005) bahwa variabel INSIDER secara positif signifikan tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan ke Bapepam.

Hal ini dapat terjadi karena kepemilikan pihak dalam (insider ownership) pada suatu perusahaan biasanya mempunyai prosentase kepemilikan lebih kecil dibanding kepemilikan pihak luar (outsider ownership) dan pada umumnya mempunyai prosentase kepemilikan kurang dari 50%.

Kecilnya prosentase kepemilikan pihak dalam (insider ownership) ini akan mempengaruhi hak suara yang dimilikinya. Hal ini mengakibatkan hak suara (kewenagnan) terhadap perusahaan juga kecil, sehingga peranannya tidak terlalu besar dalam menentukan kebijakan perusahaan terutama yang menyangkut segi pelaporan keuangan. Namun kepemilikan perusahaan oleh manajer merupakan suatu hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam perusahaan.

Kepemilikan perusahaan oleh manajemen akan mempengaruhi kinerja manajemen. Manajer akan lebih bertanggungjawab dalam mengelola perusahaan karena adanya rasa memiliki perusahaan,

sehingga akan mempengaruhi kinerja manajemen menjadi semakin baik (Respati, 2004). Manajemen dengan kinerja yang baik akan mampu menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu sehingga masalah informasi asimetri dapat diminimalisir.

Hal ini tentunya cukup kontradiktif dengan pemikiran logika yang mendasari penelitian Respati (2004) dengan hasil penelitian sehingga dapat ditarik suatu dugaan bahwa kepemilikan pihak dalam (insider ownership) diduga berpengaruh terhadap audit delay.

2.2.3.2.5 Outsider Ownership

Pemilik perusahaan dari pihak luar dianggap berbeda dengan pihak dalam, di mana kecil kemungkinan pemilik dari pihak luar untuk terlibat dalam urusan bisnis sehari-hari. Pemilik perusahaan dari pihak luar atau pemegang saham harus mengetahui tingkat kembalian (rate of return) atas investasi mereka. Oleh karena itu

Dokumen terkait