• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Usaha Budidaya Ikan Hias Air Tawar Kelompok Pembudidaya Ikan Curug Jaya Kota Depok Provinsi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Usaha Budidaya Ikan Hias Air Tawar Kelompok Pembudidaya Ikan Curug Jaya Kota Depok Provinsi Jawa Barat"

Copied!
222
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki

17.504 buah pulau dengan luas perairan mencapai hampir 75 persen dari luas

keseluruhan wilayah Negara. Dengan keadaan tersebut, Indonesia memiliki

potensi sumberdaya ikan yang sangat besar dan keanekaragaman hayati yang

tinggi.1 Pemanfaatan potensi tersebut pada saat ini telah mengantarkan sektor perikanan menjadi salah satu roda perekonomian Negara. Sektor ini menyediakan

lapangan pekerjaan bagi 6,53 juta masyarakat Indonesia2 serta merupakan salah satu sumber pendapatan nasional. Besarnya jumlah pendapatan sektor perikanan

dan sumbangannya pada pendapatan nasional periode tahun 2006-2009 dapat

dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 1. Produk Domestik Bruto Perikanan dan Produk Domestik Bruto Total Tahun 2006-2010 (Berdasarkan Harga Dasar Tahun 2000)

Tahun

Berdasarkan tabel di atas, pendapatan sektor perikanan diperkirakan

meningkat sebesar 6.834,1 miliar rupiah atau 16,5 persen pada periode tahun

2006-2009, sedangkan rata-rata persentase sumbangan pendapatan sektor

perikanan terhadap pendapatan nasional adalah sebesar 2,22 persen pada periode

yang sama. Jumlah tersebut sebenarnya masih dapat ditingkatkan mengingat

potensi produksi sektor perikanan yang belum seluruhnya dimanfaatkan. Pada

1

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. 2010. http://www.sdi.kkp.go.id/ [14 juli 2011]

2

(2)

tahun 2010 Indonesia baru memproduksi ikan sebanyak 10,8 juta ton3 dari potensi produksi sebesar 65 juta ton per tahun4 sehingga pemanfaatan potensi produksi sektor perikanan sangat berpeluang untuk lebih ditingkatkan. Hal tersebut selain

akan meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan dan pendapatan negara, juga akan

meningkatkan jumlah produksi perikanan dan kesejahteraan masyarakat.

Tabel 2. Nilai Ekspor Ikan Hias Periode Tahun 2006-2009

Tahun Nilai Ekspor Ikan Hias (USD)

2007 7,3juta

2008 8,3juta

2009 10,0 juta

2010 19,6 juta

Sumber : Direktur Jenderal Perikanan Budidaya (2010) dan BPS (2011)

Salah satu komoditas perikanan yang diminati pasar asing dan memiliki

potensi produksi di Indonesia adalah ikan hias. Hal ini terlihat dari peningkatan

nilai ekspor ikan hias Indonesia pada Tabel 2 yaitu sebesar 168,5 persen pada

periode tahun 2007-2010. Semakin meningkatnya nilai ekspor tersebut

menunjukkan adanya potensi produksi ikan hias di Indonesia dan kebutuhan pasar

dunia akan ikan hias. Pengecualian berupa penurunan nilai ekspor pada tahun

2007 disebabkan oleh kebijakan larangan penerbangan maskapai udara oleh Uni

Eropa ke negara-negaranya pada saat itu.5

Besarnya nilai ekspor ikan hias Indonesia pada Tabel 2 sebenarnya belum

mencapai nilai optimal mengingat potensi devisa ikan hias Indonesia dapat

mencapai nilai USD 50 juta (Dahuri R dalam Poernomo et al 2003). Hal tersebut

sangat mungkin mengingat potensi produksi ikan hias Indonesia yang mencapai

1,5 miliar ekor per tahun6 dan realisasi produksinya pada tahun 2010 baru mencapai 600 juta ekor ikan hias.7 Selain itu dengan kekayaan 4000 jenis ikan

3

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010. www.statistik.kkp.go.id [27 September 2011]

4

Rohmin Dahuri. 2004. http://m.tempointeraktif.com [20 November 2011]

5

Direktur Pemasaran DKP. 2008. www.lifestyel.okezone.com [1 Oktober 2011]

6

Fadel Muhammad. 2010. http://diskanlut.jatimprov.go.id/ [27 September 2011]

7

(3)

hias dari 9000 jenis ikan hias yang ada di dunia8 serta iklim tropis yang mendukung kegiatan produksi ikan hias terutama pembudidayaan sepanjang

tahun, maka pemanfaatan potensi ikan hias sangat berpeluang untuk ditingkatkan.

Pelaksanaan pemanfaatan potensi ikan hias ini dapat dilakukan melalui

subsektor perikanan tangkap maupun subsektor perikanan budidaya. Keunggulan

subsektor perikanan budidaya dibandingkan subsektor perikanan tangkap adalah

lebih mampu menjaga kelestarian alam, menghindari terjadinya overfishing, serta

dapat berproduksi secara terus menerus karena ikan dikondisikan untuk terus

berkembang biak.

Jenis ikan hias yang potensinya banyak dimanfaatkan melalui

pembudidayaan adalah ikan hias air tawar karena teknologi budidayanya yang

sederhana dan dapat diusahakan dalam skala rumah tangga.9 Berbeda dengan ikan hias air laut yang membutuhkan teknologi budidaya tinggi dan modal yang besar

sehingga lebih sulit dilakukan. Saat ini sebesar 30 persen produksi ikan hias air

tawar dihasilkan melalui pembudidayaan, sedangkan hanya 1 persen produksi

ikan hias air laut yang dihasilkan melalui pembudidayaan.10

Kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) Curug Jaya merupakan salah

satu kelompok yang memanfaatkan potensi ikan hias melalui pembudidayaan ikan

hias air tawar di Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat.

Kelompok ini berhasil meraih penghargaan Adibakti Mina Bahari dari Menteri

Kelautan dan Perikanan sebagai Juara I Bidang Perikanan Budidaya, Kategori

Ikan Hias pada Desember 2010 karena sistem penjualan satu pintu yang baik.11 Pemanfaatan potensi ikan hias pada Pokdakan Curug Jaya (PCJ) didukung

oleh pemasarannya yang sudah memiliki sistem penjualan satu pintu. Sistem

tersebut memudahkan Pokdakan dalam memasarkan ikan hiasnya. Walaupun

demikian, dalam meningkatkan pemanfaatan potensi ikan hias, PCJ menghadapai

permasalahan berupa penurunan permintaan pada bulan Mei sampai September

serta peningkatan intensitas persaingan dengan pokdakan-pokdakan yang

membudidayakan ikan hias sejenis di Kecamatan Bojongsari.

8

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2011. http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id/ [14 Juli 2011]

9

Ibid [22 Juni 2011]

10

Kementerian Perdagangan dan Perindustrian. 2011. http://www.naved.go.id [21 April 2011]

11

(4)

1.2. Perumusan Masalah

Pokdakan Curug Jaya (PCJ) merupakan kelompok pembudidaya ikan hias

air tawar yang pemasaran utamanya ditujukan pada eksportir ikan hias dan

supplier ikan hias yang nantinya juga akan memasok eksportir ikan hias. Oleh

karena itu, permintaan ikan hias PCJ sangat dipengaruhi oleh pola permintaan dari

masyarakat negara pengimpor seperti Amerika dan Uni Eropa yang merupakan

peminat utama ikan hias yang dibudidayakan PCJ. Masyarakat tersebut

mempunyai kecenderungan menjadikan ikan hias sebagai hiburan di dalam

ruangan pada saat musim dingin dan mengunjungi hiburan-hiburan di luar

ruangan pada musim panas sehingga permintaan ikan hias dari negara-negara

tersebut cenderung menurun pada musim panas di bulan Mei sampai September.

Tabel 3. Penjualan Pokdakan Curug Jaya pada CV Indopisces Exotica Tahun 2010

Bulan Nilai Penjualan

Januari Rp59.320.000

Februari Rp38.560.500

Maret Rp79.712.000

April Rp50.476.250

Mei Rp31.312.500

Juni Rp17.173.000

Juli Rp20.880.000

Agustus Rp36.180.000

September Rp30.892.000

Oktober Rp40.787.500

November Rp53.197.500

Desember Rp35.227.750

Sumber : CV Indopisces Exotica 2011

Kecenderungan penurunan tersebut menyebabkan permintaan ikan hias

pada PCJ juga ikut menurun. Hal ini terlihat pada Tabel 3 dimana diketahui

bahwa PCJ menghadapi penurunan penjualan pada bulan Mei sampai September.

Penurunan tersebut menyebabkan para anggota PCJ yang 88,23 persennya

bermatapencaharian utama sebagai pembudidaya mengalami penurunan

(5)

Selain permasalahan tersebut, di Kecamatan Bojongsari terdapat empat

pokdakan yang membudidayakan ikan hias sejenis dengan PCJ dan mulai

menerapkan sistem penjualan satu pintu seperti PCJ. Sistem ini mengatur

pemasaran kelompok pada pihak luar hanya melalui satu pintu sehingga kelompok

bagaikan satu-kesatuan usaha dengan kapasitas produksi besar dan

berkesinambungan. Hal tersebut meningkatkan daya tawar kelompok dan

membuat kelompok mempunyai kriteria yang diinginkan oleh konsumen terutama

eksportir. Dengan demikian, mulai diterapkannya sistem penjualan satu pintu pada

pokdakan ikan hias sejenis di Kecamatan Bojongsari menyebabkan tingkat

persaingan antar pokdakan semakin meningkat.

Keadaan di atas menyebabkan PCJ membutuhkan strategi yang tepat agar

usaha budidaya ikan hiasnya mampu menghadapi permasalahan yang ada

sehingga pemanfaatan potensi ikan hias oleh PCJ dapat ditingkatkan. Penelitian

ini mencoba menjawab kebutuhan tersebut dengan menyusun strategi usaha yang

sesuai bagi PCJ. Penyusunan strategi yang baik akan mempertimbangkan

faktor-faktor eksternal dan internal yang berpengaruh pada usaha agar strategi yang

disusun sesuai dengan kebutuhan.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan penelitian yang akan dikaji

adalah sebagai berikut:

1. Faktor internal dan eksternal apa saja yang berpengaruh pada Pokdakan

Curug Jaya?

2. Alternatif strategi usaha apa yang dapat diterapkan pada Pokdakan Curug

Jaya?

3. Bagaimanakah prioritas strategi usaha pada Pokdakan Curug Jaya?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal pada Pokdakan

Curug Jaya.

2. Merumuskan alternatif srategi usaha Pokdakan Curug Jaya.

(6)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Sebagai referensi dan masukan bagi Pokdakan Curug Jaya dalam

memanfaatkan potensi ikan hias air tawar melalui usaha budidaya ikan

hias air tawarnya.

2. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti-peneliti yang sedang menyelesaikan

tugas akhir atau tugas lainnya yang berkaitan dengan penelitian di skripsi

ini.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada formulasi strategi usaha

budidaya ikan hias air tawar Pokdakan Curug Jaya. Formulasi tersebut didasarkan

pada analisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal pada Pokdakan

(7)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Hias

Ikan hias adalah ikan yang memiliki beragam corak dan warna sehingga

tiap jenisnya berbeda dan memiliki daya tarik tersendiri. Hal ini menyebabkan

ikan hias banyak diminati oleh masyarakat dan mulai diperdagangkan sebagai

komoditas hidup.12 Ikan hias adalah semua jenis ikan yang dipelihara sebagai hiasan hidup di dalam akuarium karena memiliki variasi warna, bentuk, dan

jenis.13 Ikan hias merupakan ikan yang dibesarkan untuk dijadikan pajangan dan bukan untuk konsumsi manusia.14

Menurut Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) diacu dalam

Kusniati N (2007), ikan hias adalah ikan yang umumnya mempunyai bentuk,

warna, dan karakter yang khas, sehingga mampu memberikan suasana yang mendukung tata ruang serta mampu memberikan suasana “tentram dan nyaman”. Ikan hias Indonesia di dunia perdagangan internasional dikenal sebagai Tropical

Fish. Ikan hias ada beberapa jenis dan secara garis besar dibagi menjadi empat

yaitu:

1. Ikan hias yang berasal dari air tawar, dikenal dengan istilah perdagangan

freshwater ornamental fish.

2. Ikan hias yang berasal dari air laut, dikenal dengan isilah perdagangan

marine ornamental fish.

3. Tanaman hias air tawar, dikenal dengan freshwater ornamental plant atau

aquatic plant.

4. Kerang-kerangan atau biota laut dikenal sebagai invertebrate.

2.1.1. Ikan Hias Air Tawar

Ikan hias air tawar merupakan ikan hias yang dapat hidup di dalam air

tawar.15 Ikan yang hidup di air tawar adalah ikan yang menghabiskan sebagian atau seluruh hidupnya di air tawar, seperti sungai dan danau, dengan salinitas

kurang dari 0,05 persen. Tingkat salinitas merupakan pembeda utama lingkungan

12

Malau TLM. 2011. http://www.omtimo.org [16 Juli 2011]

13

Mahmood. 2009. http://www.ornamental-fishes.com [16 Juli 2011]

14

Agri-food and Veteriary. 2010. http://www.ava.gov.sg/ [16 Juli 2011]

15

(8)

air tawar dengan lingkungan air laut.16 Tingkat salinitas menunjukan banyaknya kandungan garam pada sebuah lingkungan perairan. Ikan air tawar tidak dapat

berpindah hidup dari lingkungan air tawar ke lingkungan air asin karena

kandungan air di dalam tubuh ikan akan berpindah ke lingkungan air asin di luar

tubuhnya sehingga ikan akan mengkerut dan mati (Berry 1993).

Salah satu jenis kelompok ikan hias air tawar adalah Tetra. Jenis ini

sebenarnya merupakan kelompok ikan air tawar dari famili Characidae yang pada

umumnya berukuran kecil dan berasal dari wilayah Amerika Selatan. Sebagian

besar jenis ikan Tetra merupakan ikan yang dipelihara sebagai ikan hias.17 Tiga jenis ikan hias Tetra yang dibudidayakan oleh PCJ adalah Neon Tetra, Cardinal

Tetra, dan Red Nose.

2.1.1.1. Neon Tetra

Gambar 1. Ikan Hias Air Tawar Neon Tetra18

Sistematika dan penjelasan Neon Tetra menurut Lingga P dan Susanto H

(2001) adalah sebagai berikut:

Ordo : Characiformes

Subordo : Characioidea

Famili : Characidae

Subfamili : Cheirodontinae

Genus : Hyphessobrycon

Spesies : Hyphessobrycon innesi atau Paracheirodon innesi

16

Kharisma H. 2010. http://www.hendra-k.net/ [16 Juli 2011]

17

Kamus Webster. 2011. www.webster-online-dictionary.org [8 Februari 2011]

18

(9)

Nama Neon Tetra berasal dari Inggris, ikan ini mempunyai habitat asli di

Peruvion Amazon, Amerika. Menurut Dalilami D (2001), Neon Tetra sangat

terkenal di antara ikan tetra lainnya karena bentuk badannya mungil dan warnanya

sangat indah. Badannya pipih ke samping dengan warna bagian punggung kuning

kecokelatan dan perut putih kekuningan. Ciri-ciri yang paling mudah dikenali

adalah terdapatnya garis seperti neon berwarna biru hijau memanjang di kedua sisi

badannya, dan di bawah garis neon itu ada garis berwarna merah menyala tetapi

tidak sepanjang warna neon. Sirip-siripnya berwarna kuning, kecuali sirip ekornya

berwarna merah. Sifatnya pendamai sehingga dapat dicampurkan dengan ikan

jenis lain dalam satu akuarium. Kecantikan neon tetra akan tampak lebih jelas

dalam keadaan bergerombol ketika berenang bersama-sama membentuk sebuah

barisan.

Neon Tetra membutuhkan kondisi perairan dengan derajat keasaman

antara pH5-pH7,5, derajat kekerasan air antara 5odH-20odH, serta suhu air berkisar antara 21oC–26o.19 Derajat keasaman menunjukkan banyaknya kandungan ion hidrogen di dalam air. Semakin besar derajat keasamanannya maka

jumlah kandungan ion hidrogen di dalam airnya semakin sedikit. Hal ini berbeda

dengan derajat kesadahan yang menunjukkan bayaknya jumlah ion kalsium dan

ion magnesium dalam air. Semakin besar nilai derajat kesadahan maka jumlah ion

terlarutnya semakin besar pula.20 Pada umumnya masing-masing ikan mempunyai persyaratan mengenai keadaan air yang dapat menjadi habitatnya.

2.1.1.2. Cardinal Tetra

Gambar 2. Ikan Hias Air Tawar Cardinal Tetra21

19

Anonim. 2010. www.seriouslyfish.com [2 November 2011]

20

Wahyu Purwakusuma. 2003. www.o-fish.com [3 November 2011]

21

(10)

Sistematika Cardinal Tetra menurut Schultz (1956) diacu dalam

Wikimedia Foundation (2010) adalah sebagai berikut:

Ordo : Characiformes

Famili : Characidae

Genus : Paracheirodon

Spesies : Paracheirodon axelrodi atau Hyphessobrycon cardinalis

Cardinal Tetra berasal dari sungai-sungai Peruvian Amazon dimana

seringkali ditemukan berenang dalam keadaan berkelompok sampai ratusan ribu

ekor banyaknya. Ikan Neon Tetra merupakan kerabat dekat ikan Cardinal Tetra.

Perbedaan antara kedua jenis ikan hias tersebut adalah pada ikan Neon Tetra garis

merah yang melintang tidak diteruskan sampai ke daerah abdomen (perut) dan

garis biru tidak menutupi daerah punggung seluruhnya, sementara pada ikan

Cardinal Tetra kedua garis tersebut malang melintang menutupi seluruh tubuh

secara mencolok sehingga memberikan warna yang sangat indah.

Ikan Cardinal Tetra ini ditemukan oleh DR. Herbert R Axelrod pada tahun

1955 sehingga ikan ini dinamakan Paracheirodon axelrodi. Warna neon yang

ditampilkan oleh ikan Cardinal Tetra sebenarnya merupakan hasil pantulan sinar

dari partikel iridescent. Ikan ini menggunakan pantulan sinar yang didapat untuk

merefleksikan warna merah dan biru. Pada malam hari, ikan ini akan berwarna

pucat karena partikel tersebut tidak aktif.22

Meskipun sudah ada sejak bertahun-tahun lalu lamanya, ikan hias Cardinal

Tetra selalu menarik perhatian orang-orang yang melihatnya pertama kali. Warna

merah tua seperti pita berada di sepanjang setengah tubuhnya yang bawah dan

warna biru elektrik berbentuk seperti pita menutupi bagian atas tubuh ikan

Cardinal Tetra. Ikan betina Cardinal Tetra memiliki warna yang sedikit lebih tua.

Proses bertelur ikan ini secara teratur dapat dilakukan di dalam akuarium (Mills D

1992). Ikan Cardinal Tetra membutuhkan air sebagai tempat hidup dengan derajat

keasaman berkisar antara pH4-pH7, derajat kekerasan air berkisar antara 0o dH-10odH, serta suhu air yang berkisar antara 24oC–27oC23.

22

Johannes. 2011. http://www.o-fish.com/ [17 Juli 2011]

23

(11)

2.1.1.3. Ikan Hias Air Tawar Red Nose

Gambar 3. Ikan Hias Air Tawar Red Nose24

Sistematika ikan hias Red Nose berdasarkan Ernst Ahl (1924) dalam

Wikimedia Foundation (2010) adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Ordo : Characiformes

Famili : Characidae

Subfamili : Incertae sedis

Genus : Hemigrammus

Spesies : Hemigrammusrhodostomus

Ikan hias Red Nose merupakan spesies ikan air tawar tropis yang berasal

dari Amerika selatan dan popular di kalangan penggemar ikan sebagai ikan

akuarium (ikan hias). Ikan jenis tetra ini memiliki tubuh memanjang seperti

torpedo yang berwarna mengkilat seperti sinar neon dengan sirip ekor

bergaris-garis hitam dan putih. Ciri khas ikan Red Nose yang paling menonjol adalah

warna merah pada hidung atau mulutnya sehingga mereka dinamakan Red Nose.

Ikan ini hidup berkelompok dan sangat menarik melihatnya bergerombol dalam

kelompok.25

Ikan Red Nose membutuhkan air sebagai tempat hidup dengan suhu

berkisar antara 24oC-27oC, kandungan ion hidroksida atau derajat keasaman yang berkisar antara pH5,5–pH7, serta kandungan mineral atau derajat kekerasan air

yang berkisar antara 2odH–15odH.26 Keadaan tersebut mirip dengan keadaan di habitat aslinya yaitu sungai Amazon yang beriklim tropis.

24

Anonim. 2006. www.jelambaraquatic.com [8 Juli 2011]

25

Aquaveris. 2011. www.aquaveris.wordpress.com [15 August 2011]

26

(12)

2.2. Kelompok Pembudidaya Ikan Hias

Kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi secara pribadi

atau melalui jaringan komunikasi satu sama lain. Kelompok merupakan satu

kesatuan yang utuh yang akan selalu bekerjasama untuk tercapainya suatu tujuan

yang diharapkan (Kossen 1983 dalam Kusniati N 2002). Pembudidaya ikan

adalah orang yang melakukan kegiatan memelihara, membesarkan dan atau

membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol.

Kelompok pembudidaya ikan adalah gabungan pembudidaya ikan yang

terorganisir dalam pengelolaan usaha pada satu manajemen bersama.27 Kelompok pembudidaya ikan hias adalah gabungan pembudidaya ikan hias yang terorganisir

dalam pengelolaan usaha pada satu manajemen bersama.

Keuntungan yang didapat pembudidaya karena bergabung dalam

kelompok pembudidaya ikan terbagi menjadi tiga bagian yaitu manfaat teknis,

manfaat sosial, dan manfaat ekonomi. Manfaat teknis berupa adanya pengaturan

pola produksi, percepatan proses alih teknologi budidaya, dan kemudahan

mendapatkan sarana budidaya. Manfaat sosial berupa adanya jaminan keamanan

bersama dalam berusaha, percepatan dan perluasan proses pembelajaran,

peningkatan peran masyarakat dalam pembangunan, adanya peningkatan rasa

kebersamaan dalam usaha, tumbuhnya jiwa kepemimpinan, serta meniadakan

kecemburuan sosial. Manfaat ekonominya adalah penguatan posisi tawar

pembudidaya terhadap penentuan harga, penjualan dan pengelolaan usaha,

peningkatan efisiensi usaha dan pemasaran hasil panen, terbukanya akses

permodalan, serta didapatkannya skala ekonomi yang layak.28

27

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2011. http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id/ [18 Mei 2011]

28

(13)

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Strategi

Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan para

ahli dalam buku karyanya masing-masing. David (2009) mengatakan strategi

adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan

sumberdaya perusahaan dalam jumlah yang besar. Selain itu, strategi

mempengaruhi perkembangan jangka panjang perusahaan, biasanya untuk lima

tahun ke depan, dan karenanya berorientasi ke masa yang akan datang. Strategi

mempunyai konsekuensi multifungsional atau multidivisional serta perlu

mempertimbangkan, baik faktor eksternal maupun internal yang dihadapi

perusahaan. Strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang yang

hendak dicapai.

Menurut Pearce dan Robinson (2009) strategi diartikan oleh para manajer

sebagai rencana berskala besar dan berorientasi masa depan yang diperuntukkan

untuk berinteraksi dengan lingkungan persaingan guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Strategi adalah “rencana main” suatu perusahaan, meskipun rencana tersebut tidak secara persis merinci semua pemanfaatan Sumber Daya Manusia,

keuangan, dan bahan baku di masa mendatang, tetapi strategi memberi kerangka

untuk keputusan-keputusan manajerial. Strategi mencerminkan kesadaran

perusahaan mengenai bagaimana, kapan, dan dimana perusahaan harus bersaing,

melawan siapa, dan untuk maksud (purpose) apa.

3.1.2. Manajemen Strategis

Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan

dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi

keputusan-keputusan lintas-fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai

tujuannya (David 2009). Manajemen strategis adalah seperangkat keputusan dan

tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan

(implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran

perusahaan (Pearce dan Robinson 2009). Manajemen strategis tidak menjamin

(14)

Menurut Dirgantoro (2001) manajemen strategis adalah suatu proses

berkesinambungan yang membuat organisasi secara keseluruhan dapat match

dengan lingkungannya, atau dengan kata lain, organisasi secara keseluruhan dapat

selalu responsif terhadap perubahan-perubahan di dalam lingkungannya baik yang

bersifat internal maupun eksternal. David (2009) menyatakan proses manajemen

strategis dapat dengan cukup mudah dipelajari dan diaplikasikan dengan

menggunakan sebuah model. Model ini tidak menjamin keberhasilan, tetapi ia

mempresentasikan sebuah pendekatan yang jelas dan praktis untuk merumuskan,

menerapkan, dan menilai strategi. David (2009) berpendapat bahwa Model

Manajemen Strategis Komprehensif terdiri dari tiga unsur utama yaitu unsur

perumusan, implementasi dan evaluasi strategi. Berikut ini Gambar 4 adalah

kerangka Model Manajemen Strategis Komprehensif dari David (2009).

(15)

1. Perumusan Strategi

Perumusan atau formulasi strategi terdiri dari pengembangan pernyataan visi

dan misi, pelaksanaan audit eksternal dan internal, penetapan tujuan jangka

panjang, serta menciptakan, mengevaluasi, dan memilih strategi. Menurut

David (2009) karena tidak ada organisasi yang memiliki sumberdaya yang tak

terbatas maka para penyusun strategi harus memutuskan strategi alternatif

mana yang akan paling menguntungkan perusahaan.

2. Implementasi Strategi

Implementasi strategi adalah pelaksanaan dan penerapan strategi di

perusahaan. Para karyawan dan manajer dimobilisasi untuk melaksanaakan

strategi. Menurut David (2009) penerapan strategi mengharuskan perusahaan

menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan

mengalokasikan sumberdaya, sehingga strategi-strategi yang telah dirumuskan

dapat dijalankan.

3. Evaluasi Strategi

Keberhasilan strategi yang dijalankan dapat dipantau melalui evaluasi strategi.

Menurut David (2009) tiga aktivitas penilaian strategi yang mendasar adalah

peninjauan ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan

bagi strategi ini, pengukuran kinerja, dan pengambilan langkah korektif.

Manajemen strategis merupakan proses dinamis dan terus menerus. Satu

perubahan di salah satu komponen utama dalam model tersebut dapat mendorong

perubahan di salah satu atau semua komponen yang lain (David 2009). Walaupun

demikian, cakupan penelitian ini dibatasi hanya pada unsur perumusan strategi

pada PCJ.

3.1.3. Perumusan Strategi

Perumusan strategi mencakup pengembangan visi dan misi, identifikasi

peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran akan kekuatan dan

kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi-strategi

alternatif, dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan (David 2009).

Pokdakan Curug Jaya pada penelitian ini dipandang sebagai perusahaan. Dengan

demikian, perumusan strategi pengembangan usaha Pokdakan dapat dilakukan

(16)

penetapan tujuan jangka panjang, pencarian alternatif strategi, serta pemilihan

strategi pengembangan tertentu bagi PCJ. penjelasan mengenai masing-masing

bagian dari perumusan straegi tersebut dijabarkan pada sub bagian di bawah ini.

3.1.3.1. Visi, Misi, dan Tujuan

Visi menggambarkan keadaan di masa depan yang mungkin ingin dicapai

terkait dengan pilihan mendasar kemana arah organisasi dimasa yang akan datang

yang mencakup tujuan spesifik (David 2006 dalam Sembara 2011). Pernyataan

visi menjawab pertanyaan mengenai ingin menjadi seperti apakah kita? (David

2009). Visi adalah pernyataan gambaran akan menjadi seperti apa perusahaan dan

menjelaskan cita-cita perusahaan secara umum. Umumnya visi merupakan sebuah

pernyataan dalam satu kalimat.

Misi perusahaan adalah tujuan (purpose) unik yang membuat perusahaan

berbeda dari perusahaan-perusahaan lainnya yang setipe dan mengidentifikasi

lingkup operasi perusahaan dalam produk, pasar, dan teknologi (Pearce dan

Robinson 2009). Pernyataan misi adalah pernyataan tujuan yang secara jelas

membedakan satu bisnis dari perusahaan-perusahaan lain yang sejenis. Secara

umum menggambarkan arah masa depan suatu organisasi. Pernyataan misi yang

jelas melukiskan nilai dan prioritas dari sebuah organisasi. Pernyataan misi

menjawab pernyataan mengenai apakah bisnis kita? (David 2009).

Tujuan adalah hasil-hasil spesifik yang ingin diraih oleh suatu organisasi

terkait dengan misi dasarnya. Tujuan sangat penting bagi keberhasilan

organisasional sebab ia menyatakan arah, membantu dalam evaluasi, menciptakan

sinergi, menjelaskan prioritas, memfokuskan koordinasi, menyediakan landasan

bagi aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, serta pengontrolan

(David 2009). Menurut Pearce dan Robinson (2009) tujuan jangka panjang

adalah pernyataan tentang hasil yang diupayakan perusahaan untuk dicapai dalam

(17)

3.1.3.2. Analisis Lingkungan Eksternal

Menurut David (2009) audit eksternal berfokus pada upaya identifikasi

dan evaluasi tren dan kejadian yang berada di luar kendali suatu peruahaan. Audit

eksternal mengungkap peluang-peluang dan ancaman-ancaman besar yang

dihadapi suatu organisasi sehingga manajer dapat merumuskan strategi guna

mengambil keuntungan dari berbagai peluang tersebut dan menghindar atau

meminimalkan dampak dari ancaman yang muncul.

Analisis lingkungan eksternal adalah upaya untuk memeriksa kondisi

lingkungan eksternal perusahaan, baik berupa kondisi yang memberikan peluang

bagi perusahaan maupun kondisi yang mengancam perusahaan. Lingkungan

eksternal menurut Pearce dan Robinson (2009) adalah faktor-faktor diluar kontrol

perusahaan yang mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap arah dan tindakan,

struktur organisasi, serta proses internal. Menurut David (2009) lingkungan

eksternal dapat dibagi menjadi lima kategori luas yaitu kekuatan ekonomi,

kekuatan sosial, buaya dan demografis, kekuatan politik, pemerintahan, dan

hukum, kekuatan teknologi, dan kekuatan kompetitif.

1. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat

perusahaan beroperasi (Pearce dan Robinson 2009). Keadaan ekonomi di suatu

daerah atau Negara tempat perusahaan berada dapat mempengaruhi kondisi

perusahaan. Keadaan ekonomi berada di luar kontrol perusahaan namun dapat

memberikan ancaman maupun peluang bagi perkembangan perusahaan.

2. Faktor Sosial, Budaya, Demografis, dan Lingkungan

Perubahan sosial, budaya, demografis, dan lingkungan memiliki dampak yang

besar atas hampir semua produk, jasa, pasar, dan konsumen. Tren-tren sosial,

budaya, demografis, dan lingkungan membentuk cara orang hidup, bekerja,

memproduksi, dan mengonsumsi. Tren-tren baru itu menciptakan jenis

konsumen yang berbeda dan, konsekuensinya, menciptakan kebutuhan akan

(18)

3. Faktor Politik, Pemerintahan, dan Hukum

Pemerintah baik pusat maupun daerah merupakan pembuat regulasi, deregulasi,

penyubsidi, pemberi kerja, dan konsumen utama organisasi. Faktor-faktor

politik, pemerintahan, dan hukum, karenanya, dapat mempresentasikan peluang

atau ancaman baik bagi organisasi kecil maupun besar (David 2009).

4. Faktor Teknologi

Perubahan dan penemuan teknologi yang revolusioner memiliki dampak yang

dramatis terhadap organisasi (David 2009). Kemajuan teknologi tidak hanya

mencakup penemuan-penemuan produk baru, tetapi juga mencakup cara-cara

pelaksanaan atau metode-metode baru dalam mengerjakan suatu pekerjaan.

5. Faktor Kompetitif

Salah satu bagian penting dari audit eksternal adalah mengidentifikasi

perusahaan pesaing dan menentukan kekuatan, kelemahan, kapabilitas,

peluang, ancaman, tujuan, dan strategi mereka. Mengumpulkan dan

mengevaluasi informasi tentang pesaing penting bagi perumusan strategi yang

berhasil (David 2009). Pesaing bagi perusahaan merupakan pelaku usaha

terkait. Persaingan dengan pelaku-pelaku usaha terkait dapat mempengaruhi

kualitas produk dan keuntungan perusahaan.

Gambar 5. Model Lima Kekuatan Porter Sumber : David (2009)

Kekuatan tawar -menawar penjual

atau pemasok

Potensi pengembangan produk substitusi

Kekuatan tawar-menawar pembeli

atau konsumen Persaingan antar

perusahaan sejenis

Kemungkinan masuknya pesaing

(19)

Kekuatan kompetitif berdasarkan Model Lima Kekuatan Porter terdiri dari

perpaduan lima kekuatan kompetitif yaitu persaingan antar perusahaan sejenis,

potensi masuknya pesaing baru, potensi pengembangan produk-prouk pengganti,

daya tawar pemasok, serta daya tawar konsumen. Ilustrasi kelima kekuatan

tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.

1. Persaingan Antar Perusahaan Sejenis

Persaingan antar perusahaan sejenis dapat dimenangkan oleh perusahaan

yang memiliki keunggulan kompetitif dibanding perusahaan pesaingnya.

Persaingan antar perusahaan sejenis umumnya sangat kuat pengaruhnya pada

perusahaan dibanding keempat kekuatan kompetitif lainnya.

2. Kemungkinan Masuknya Pesaing Baru

Masuknya pesaing baru pada suatu industri menyebabkan kemungkinan

pangsa pasar perusahaan akan berkurang. Perusahaan harus mengambil

langkah antisipasi untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan masuknya

pesaing baru, terutama pesaing baru yang merupakan perusahaan kuat.

3. Potensi Pengembangan Produk Substitusi

Perusahaan berkompetisi dengan perusahaan-perusahaan penghasil produk

substitusi. Hal ini disebabkan oleh kesamaan fungsi produk yang dapat

menyebabkan konsumen beralih pada produk substitusi.

4. Kekuatan Tawar-Menawar Penjual atau Pemasok

Dominasi pengaruh pemasok pada perusahaan ditentukan dari seberapa besar

kebergantungan perusahaan pada pemasok. Semakin tinggi

kebergantungannya, semakin tinggi kekuatan daya tawar pemasok pada

perusahaan. Tingginya kekuatan tawar-menawar pemasok dapat disebabkan

oleh sedikitnya jumlah pemasok, jumlah pasokan suplai sedikit, dan biaya

penggantian bahan baku cukup mahal.

5. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli atau Konsumen

Tingginya kekuatan tawar-menawar konsumen dipengaruhi tingkat

kebergantungan perusahaan pada konsumen. Semakin tinggi kebergantungan

perusahaan pada konsumen, semakin tinggi pula daya tawar-menawar

konsumen. Hal ini dapat disebabkan oleh produk perusahaan yang tidak

(20)

3.1.3.3. Analisis Lingkungan Internal

Menurut David (2009) analisis lingkungan internal berfokus pada upaya

identifikasi dan evaluasi kekuatan serta kelemahan suatu perusahaan dalam area

fungsional bisnis, termasuk manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi,

produksi atau operasional, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi

manajemen. Analisis lingkungan internal berdasarkan area fungsional bisnis

dibagi menjadi enam fungsi yaitu manajemen, pemasaran, keuangan atau

akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem

informasi manajemen.

1. Manajemen

Fungsi manajemen terdiri atas lima aktivitas pokok: perencanaan,

pengorganisasian, pemotivasian, penempatan staf, dan pengontrolan (David

2009). Kekuatan dan kelemahan perusahaan dapat bersumber dari kelima

aktivitas pokok tersebut.

2. Pemasaran

Pemasaran tidak hanya terbatas pada aktivitas penjualan produk, tetapi juga

upaya-upaya untuk memahami kebutuhan konsumen dan memenuhinya

sesuai keinginan konsumen . Terdapat tujh fungsi pemasaran pokok yaitu

analisis konsumen, penjualan produk atau jasa, perencanaan produk atau jasa,

penetapan harga, distribusi, riset pemasaran, dan analisis peluang (David,

2009).

3. Keuangan atau Akuntansi

Keadaan keuangan suatu perusahaan sangat vital untuk keberlangsungan

perusahaan. Menurut James Van Horne dalam David (2009) fungsi keuangan

atau akuntansi terdiri atas tiga keputusan yaitu keputusan investasi, keputusan

pembiayaan, dan keputusan dividen.

4. Produksi atau Operasi

Fungsi produksi atau operasi suatu bisnis mencakup semua aktivitas yang

mengubah input menjadi barang atau jasa. Aktivitas produksi atau operasi

seringkali mempresentasikan bagian terbesar dari asset manusia dan modal

(21)

5. Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan (litbang) diarahkan untuk mengembangkan

produk-produk baru, meningkatkan kualitas produk, atau untuk memperbaiki

proses produksi sehingga dapat menekan biaya (David 2009).

6. Sistem Manajemen Informasi

Sistem informasi manajemen mengelola Informasi dari berbagai bagian

perusahaan untuk dijadikan bahan pertimbangan pengambilan keputusan

manajerial. Tujuan dari sistem manajemen informasi adalah meningkatkan

kualitas keputusan manajerial.

3.1.4. Matriks EFE dan IFE

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Matriks EFE) merupakan alat

perumusan strategi pada tahap input yang meringkas dan mengevaluasi informasi

peluang dan ancamana dari lingkungan eksternal perusahaan. Matriks Evaluasi

Faktor Internal (Matriks IFE) merupakan alat perumusan strategi yang meringkas

dan mengevaluasi informasi mengenai kekuatan dan kelemahan dari lingkungan

internal perusahaan.

3.1.5. Matriks IE

Matriks Internal-Eksternal (Matriks IE) merupakan alat perumusan strategi

pada tahap pencocokan yang berfokus pada penciptaan strategi alternatif yang

logis dengan memadukan hasil pembobotan Matriks IFE dan Matriks EFE.

Sumbu X dari Matriks IE merupakan skor bobot total matriks IFE dan sumbu Y

dari metrics IE merupakan skor bobot total Matriks EFE. Matriks IE memilki

Sembilan sel yang masing-masing sel-nya mengimplikasikan strategi tertentu.

3.1.6. Mariks SWOT

Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman

(Strengths-Weaknesses-Opporunities-Threats—SWOT) adalah sebuah alat perumusan strategi pada tahap

pencocokan yang merumuskan strategi berdasarkan kombinasi pencocokkan

kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Menurut

David (2009) Matriks SWOT mengembangkan empat tipe strategi yaitu strategi

S-O (memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari

(22)

internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal), strategi S-T

(menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk menghindari atau mengurangi

dampak dari ancaman eksternal), dan strategi W-T (taktik defensif yang diarahkan

untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal).

3.1.7. QSPM

Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning

Matrix atau QSPM) adalah alat yang memungkinkan para penyusun strategi

mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif berdasarkan faktor-faktor

keberhasilan penting eksternal dan internal yang diidentifikasi sebelumnya.

Teknik ini secara objektif menunjukkan strategi mana yang terbaik (David 2009).

3.2. Kajian Peneliti Terdahulu

Penelititan pertama berjudul Strategi Bisnis Ikan Hias Air Tawar Pada

Kelompok Pembudidaya Ikan Hias Nusa Hias, Desa Cibitung Tengah, Kecamatan

Tenjolaya, Kabupaten Bogor oleh Nia Kusniati pada tahun 2007 dalam bentuk

skripsi. Tujuan penelitian tersebut adalah menganalisis faktor internal berupa

kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal berupa peluang dan ancaman KPIH

Nusa Hias, serta merumuskan alternatif strategi bisnis yang tepat dimasa yang

akan datang bagi KPIH Nusa Hias. Alat analisis yang digunakan adalah Matriks

IFE, EFE, IE, SWOT, SPACE, GS, dan QSP.

Faktor internal berupa kekuatan pada penelitian tersebut adalah peran aktif

wanita dalam kelompok, terdapat kejelasan tugas dalam kelompok, budaya

disiplin tinggi, sifat kekeluargaan masih tinggi, biaya produksi relatif rendah,

sistem budidaya bersifat tradisional, areal usaha relatif luas, mempunyai kualitas

produk yang baik, memiliki variasi jenis ikan hias yang banyak, ketaatan anggota

membayar simpanan wajib, kegiatan promosi terus dijalankan, pengiriman produk

tepat waktu, terdapat hubungan kerjasama dengan pelanggan. Faktor internal

berupa kelemahan pada penelitian tersebut adalah hasil produksi menurun dan

tergantung musim, terdapat hama dan penyakit yang menyerang ikan hias, daya

tampung ikan hias belum mencukupi, belum ada mobil pengangkutan khusus

untuk ikan hias, pencatatan data kelompok belum sistematis, keahlian dan

(23)

Faktor eksternal berupa peluang pada penelitian tersebut adalah partisipasi

dan dukungan pemerintah terhadap usaha ikan hias, keberadaan BBI dan Raiser di

Kabupaten Bogor, nilai ekspor ikan hias Indonesia terus meningkat, adanya hobi

dan prestise terhadap ikan hias air tawar, iklim tropis cocok untuk sentral

perikanan, teknologi informasi dan komunikasi semakin berkembang, jumlah

pelanggan relatif banyak, perbedaan harga bagi pelanggan. Faktor eksternal

berupa ancaman adalah peningkatan harga BBM sebesar 108 persen di tahun

2005, kondisi politik dan keamanan yang belum stabil dalam bisnis perikanan,

jumlah pemasok faktor produksi relatif sedikit, pesaing di Kabupaten Bogor relatif

banyak.

Alternatif-alternatif strategi yang didapatkan terdir dari strategi SO berupa

menambah jenis dan ukuran ikan hias yang dibudidayakan, memperkenalkan jenis

ikan hias yang dibudidayakan, meningkatkan hubungan kerjasama antar anggota

dan pelanggan, mempertahankan penggunaan media pemijahan, kejelasan

peraturan kelompok yang terdapat pada selayang pandang KPIH Nusa Hias.

Strategi ST berupa meningkatkan kualitas produk, mempertahankan pelayanan

terhadap konsumen agar memiliki daya saing, meningkatkan prestasi kelompok

sehingga dikenal luas, mempertahankan sistem budidaya se-Asia Tenggara dalam

menghadapi pesaing.

Strategi WO berupa melestarikan SDA dan meningkatkan sumberdaya

mesin secara efektif dan efisien, melakukan penanganan hama dan penyakit ikan

hias air tawar, menjalin hubungan kemitraan dengan pemerintah dalam

memperluas informasi pasar, meningkatkan produksi dalam memperoleh

keuntungan, meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan dan bimbingan.

Strategi WT berupa pengadaan mobil pengangkutan ikan hias untuk menunjang

kegiatan bisnis ikan hias air tawar, menggunakan biaya secara efektif dan efesien

dalam kegiatan, mengoptimalkan kegiatan rapat anggota untuk menghadapi

persaingan, menambah fasilitas produksi ikan hias, mengoptimalkan pemberian

obat ikan hias. Strategi prioritas adalah kemitraan, promosi, dan peningkatan

fasilitas. Skor bobot total matriks IFE 2,739 dan matriks EFE 2,618 sehingga

posisi perusahaan pada matriks IE berada di kuadran lima dengan ketentuan

(24)

Penelitian kedua berjudul Analisis Strategi Pengembangan Produk Ikan

Hias Air Laut Pada CV Dinar Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten oleh

Perdana Raymond Hutagalung pada tahun 2007 dalam bentuk skripsi. Tujuan

penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis kondisi internal dan

eksternal yang berpengaruh dalam penentuan strategi pengembangan produk pada

CV Dinar Cabang Tangerang, serta merumuskan alternatif-alternatif strategi

pengembangan produk yang sesuai dalam mengantisipasi permasalahan yang

dihadapai CV Dinar Cabang Tangerang. Alat analisis yang digunakan adalah

Matriks IFE, EFE, dan SWOT.

Faktor internal berupa kekuatan adalah Memiliki fasilitas produksi yang

lengkap, kekompakan dan kemauan kerja karyawan yang baik, memiliki tenaga

ahli yang profesional, memiliki sertifikat CITES, certificate of health, serta

SCFLA yang dapat diandalkan, memiliki pemasok ikan yang tetap dengan

kualitas yang baik, promosi dan transaksi dilakukan melalui internet, reputasi

CV.Dinar yang baik, variasi produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen,

penanganan oleh tenaga kerja yang terlatih dan terampil, lokasi perusahaan yang

dekat dengan bandara, CV Dinar menggunakan modal sendiri dalam menjalankan

usahanya. Faktor internal berupa kelemahan adalah produk yang dimiliki mudah

rusak, sistem manajemen pekerjaan belum tertata dengan baik, proses penanganan

produk belum optimal, penelitian terhadap produk belum berjalan baik.

Faktor eksternal berupa peluang adalah dukungan penuh dari pemerintah

terhadap perusahaan ekspor ikan hias air laut, depresiasi rupiah terhadap dolar,

kepercayaan konsumen luar negeri terhadap perusahaan ekspor ikan hias air laut

Indonesia, perkembangan informasi, teknologi, dan komunikasi yang baik, gaya

hidup masyarakat negara maju yang gemar terhadap ikan hias air laut. Faktor

eksternal berupa ancaman adalah perusahaan ekspor ikan hias air laut (pesaing) di

Indonesia banyak, kenaikan harga bahan bakar minyak, stabilitas politik dan

keamanan yang tidak menentu, persyaratan impor yang ketat dari importir.

Alternatif strategi SO adalah menjaga kualitas ikan hias air laut untuk memenuhi

kebutuhan importir, meningkatkan volume ekspor ikan hias air laut khususnya

jenis produk baru, melakukan promosi dalam mengenalkan produk baru yang

(25)

Alternatif strategi ST adalah mengusahakan keadaan ikan hias dalam

keadaan layak untuk diekspor, melaksanakan syarat-syarat ekspor yang ditetapkan

oleh pemerintah sehingga tercipta hubungan yang baik dengan pemerintah,

melakukan ekspor ikan hias air laut yang sesuai dengan mutu dan jumlah yang

diinginkan importir. Alternatif strategi WO adalah melakukan inovasi terhadap

penanganan produk untuk meminimalkan kerugian dari ikan yang mati,

membentuk secara khusus unit penelitian dan pengembangan produk-produk baru

pada CV Dinar, peningkatan kualitas sumberdaya manusia dengan pengembangan

karyawan terutama dalam bidang produksi, mempertahankan mutu produk sesuai

standar ekspor.

Alternatif strategi WT adalah memperbaiki sistem pembagian tugas

sehingga memperlancar kinerja perusahaan, mengadakan analisis secara berkala

terhadap produk yang paling diminati konsumen, mengoptimalkan proses

produksi melalui efisiensi kerja dan penerapan teknologi sehingga diharapkan

dapat menekan biaya produksi. Strategi prioritas adalah meningkatkan volume

ekspor, menjaga kualitas ikan hias, dan melakukan promosi. Skor bobot total

Matriks IFE adalah 2,882 dan matriks EFE 3,141 sehingga posisi perusahaan

dalam matriks IE berada di kuadran dua dengan ketentuan umum strategi internsif

dan integratif.

Penelitian ketiga berjudul Analisis Formulasi Strategi Pengembangan

Bisnis Ikan Hias Koi Pada CV Ayunawa Freshwater Fish Farm oleh Ahmad

Husein Hasibuan pada tahun 2008 dalam bentuk skripsi. Tujuan dari penelitian

tersebut adalah mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal

perusahaan, merumuskan alternatif strategi yang akan dilaksanakan perusahaan,

serta menentukan prioritas strategi yang akan diterapkan oleh perusahaan. Alat

analisis yang digunakan adalah matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan QSP.

Faktor internal berupa kekuatan adalah kualitas ikan yang baik, modal

usaha pribadi, lokasi yang strategis, memiliki tenaga kerja yang terampil,

memiliki suasana kekeluargaan, memiliki lahan yang luas. Faktor internal berupa

kelemahan adalah kegiatan promosi belum optimal, kinerja setiap divisi kurang

baik, penggunaan lahan belum optimal, prosedur penganggaran belum efektif,

(26)

Faktor eksternal berupa peluang adalah pertumbuhan ekonomi yang

semakin membaik,kebijakan pemerintah yang mendukung, kemjuan teknologi,

perdagangan bebas antar negara, memiliki hubungan baik dengan pemasok.

Faktor eksternal berupa ancaman adalah kenaikan tarif dasar listrik dan bahan

bakar minyak, adanya produk substitusi, penyakit Koi hervest virus, stabilisasi

keamanan nasional. Alternatif strategi SO adalah mempertahankan dan

meningkatkan mutu produk dengan cara pengawasan mutu, meningkatkan jumlah

produksi.

Alternatif strategi ST adalah menghasilkan jenis Koi yang variatif.

Alternatif strategi WO adalah mengoptimalkan kegiatan promosi, meningkatkan

teknologi produksi dan informasi.Alternatif stratgi WT adalah membuat

perencanaan produksi. Strategi prioritasnya adalah mempertahankan dan

meningkatkan mutu produ dengan cara pengawasan produksi. Skor bobot total

dari matriks IFE sebesar 2,567 dan dari matriks EFE 2,620. Dengan demikian

posisi perusahaan pada matriks IE adalah di kuadran lima yang berarti disarankan

menggunakan strategi pengembangan produk dan penetrasi pasar.

Penelitian keempat berjudul Analisis Strategi Bisnis Ekspor Ikan Hias Air

Tawar (Kasus PT NAE, Jakarta) oleh Andy Saputro, Narni Farmayanti, dan Lis

Diatin pada tahun 2007 dalam bentuk jurnal. Tujuan dari penelitian tersebut

adalah menganalisis faktor-fakor internal dan eksternal PT NAE, merumuskan

strategi yang dapat diterapkan PT NAE sesuai kondisi lingkungan perusahaan.

Alat analisis yang digunakan adalah Matriks IFE, EFE, IE, SPACE, GS, dan

SWOT.

Faktor internal berupa kekuatan adalah pelayanan pelanggan memuaskan,

fasilitas produksi dan transportasi memadai, difersivikasi produk ikan hias, tingkat

kedisiplinan kerja dalam perusahaan tinggi, berpengalaman dalam bisnis ekspor

ikan hias, kualitas produk baik, dan manajemen perusahaan berjalan lancar. Faktor

internal berupa kelemahan adalah ketergantungan pada pasokan ikan hias, biaya

operasi tinggi, kegiatan promosi belum optimal, perputaran karyawan cukup

tinggi, keterbatasan daya tampung ikan hias, jaringan distribusi internasional

(27)

Faktor eksternal berupa peluang adalah ikan alam air tawar sudah mulai

dapat dibudidayakan, industri ikan hias air tawar terus mengalami pertumbuhan,

jumlah pemasok dan pembudidaya ikan hias relatif banyak, hambatan masuk

dalam bisnis ikan hias bagi pendatang baru relatif tinggi, kemajuan teknologi di

bidang informasi, komunikasi, dan transportasi, pelanggan setia di luar negeri,

apresiasi US$. Faktor eksternal berupa ancaman adalah persaingan bisnis semakin

ketat, perubahan selera konsumen, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berjalan

lambat, birokrasi perizinan ekspor yang rumit dan merugikan, tngkat inflasi yang

tinggi, penolakan masyarakat sekitar terhadap kegiatan usaha, hambatan

perdagangan internasional.

Alternatif strategi SO adalah memperkenalkan produk ikan hias alam air

tawar baru, menungkatkan kualitas dan pelayanan untuk mempertahankan

pelanggan setia luar negeri, menambah fasilitas produksi dan transportasi dengan

peralatan yang lebih modern. Alternatif strategi ST adalah menyediakan

kompensasi sosial untuk kemajuan lingkungan sekitar, melakukan lobi kepada

pemerintah melalui asosiasi perdagangan ikan hias agar menerapkan kemudahan

birokrasi dalam ekspor dan aktif dalam forum internasional, meningkatkan daya

saing melalui efisiensi dan kualitas, meningkatkan kredibilitas konsumen melalui

pemenuhan seluruh permintaan konsumen dan sesuai dengan peraturan

internasional.

Alternatif strategi WO adalah melakukan kegiatan program kemitraan

dengan pemasok atau pembudidaya ikan hias, memanfaatkan media promosi

melalui internet dengan pembuatan website perusahaan, menambah kapasitas

penampungan ikan hias melalui penambahan jumlah aquarium, menambah jumlah

distribusi internasional melalui joint venture dengan distributor domestik dan luar

negeri. Alternatif strategi WT adalah Mengoptimalkan kapasitas produksi dan

melakukan efisiensi biaya, melakukan perekrutan tenaga kerja pemasaran,

melakukan strategi konsentrasi terhadap salah satu lini produk.

Prioritas strategi alternatif adalah pemeliharaan citra konsumen terhadap

produk ikan hias air tawat dengan cara mempertahankan kualitas produk dan mutu

pelayanan terhadap konsumen yang selama ini telah dibangun, usaha pemasaran

(28)

sebesar 2,622. Dengan demikian posisi perusahaan dalam matriks IE berada di

kuadran lima dengan ketentuan umum yaitu strategi pengbangan produk dan

penetrasi pasar.

Persamanaan penelitian ini dengan penelitian yang dijabarkan di atas

adalah topik strategi, komoditi ikan hias, tujuan penelitian, serta alat analisis yang

digunakan yaitu matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan QSP. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian yang dijabarkan di atas adalah objek penelitian yang mana pada

penelitian ini PCJ dijadikan sebagai objek penelititan, lokasi penelitian, jenis

strategi yang dikaji, peran objek penelitian dalam rantai tataniaga, dan jenis ikan

hias.

3.3. Kerangka Pemikiran Operasional

Penelitian ini menganalisis perumusan strategi usaha budidaya ikan hias

air tawar PCJ di Kampung Curug, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. PCJ

mengalami kesulitan dengan permintaan ikan hias yang memiliki pola menurun

pada bulan Mei sampai Sepetember serta peningkatan intensitas persaingan

dengan pokdakan sejenis di Kecamatan Bojongsari karena penerapan sistem

penjualan satu pintu. Oleh karena itu, PCJ membutuhkan strategi agar usahanya

mampu menghadapi permasalahan tersebut.

Perumusan strategi bagi PCJ diawali dengan identifikasi visi, misi, dan

tujuan kelompok. Selanjutnya dilakukan analisis lingkungan eksternal dan internal

untuk mendapatkan faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi

pokdakan berupa kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang. Analisis

lingkungan eksternal mencakup faktor ekonomi, sosial, budaya, demografi,

politik, lingkungan, pemerintahan, hukum, teknologi, dan faktor kompetitif

berupa persaingan di pasar industri dimana perusahaan berada, potensi masuknya

pesaing baru, potensi pengembangan produk-prouk pengganti, daya tawar

pemasok, serta daya tawar konsumen. Analisis lingkungan internal mencakup

fungsi manajemen, produksi, pemasaran, keuangan, penelitian dan pengembangan

(29)

Langkah berikutnya yaitu meringkas dan mengevaluasi faktor-faktor

strategis dari lingkungan internal dan eksternal melalui matriks Internal Factor

Evaluation (IFE) dan matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE). Hasil kedua

matriks ini selanjutnya dipadukan dalam matriks IE (Internal-Eksternal) untuk

mengetahui posisi perusahaan pada sembilan sel yang terdapat pada matriks IE

dan jenis strategi yang dapat dijalankan perusahaan. Selanjutnya matriks SWOT

digunakan untuk mendapatkan alternatif-alternatif strategi usaha bagi PCJ dengan

mempertimbangkan jenis strategi dari matriks IE. Setelah alternatif strategi

diketahui, langkah terakhir adalah pengambilan keputusan untuk menentukan

strategi yang paling baik dari semua alternatif strategi yang ada melalui alat

analisis yaitu matriks perencanaan strategi kuantitaif (Quantitative Strategic

Planning Matrix atau QSPM). Gambar kerangka operasional dapat dilihat pada

(30)

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional

- Permintaan menurun di bulan Mei sampai September - Peningkatan intensitas persaingan dengan pokdakan

Visi dan Misi Pokdakan Curug Jaya

(31)

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan)

Curug Jaya di Kampung Curug Jaya, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok.

Pemilihan tempat tersebut dilakukan dengan sengaja (purposive) berdasarkan

pertimbangan bahwa Pokdakan Curug Jaya (PCJ) merupakan penerima

penghargaan Adibakti Mina Bahari dari Menteri Kelautan dan Perikanan sebagai

Juara I Bidang Perikanan Budidaya, Kategori Ikan Hias pada Desember 2010

dalam usia kelompok yang relatif muda yaitu tiga setengah tahun sehingga

membutuhkan strategi untuk dapat mempertahankan prestasinya dan terus

tumbuh. Pengambilan data di lapang dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2011.

4.2. Data dan Instrumentasi

Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

dari data primer dan data skunder. Data primer diperoleh langsung dari keadaan di

lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari profil Pokdakan, buku-buku

yang relevan, internet, Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, serta instansi

terkait lainnya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar

pertanyaan, kuesioner, dan alat tulis.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data di lapang dilakukan di lokasi penelitian sejak bulan

Maret sampai bulan Juli 2011. Pengumpulan data primer dilakukan melalui

wawancara mendalam, pengamatan langsung, dan pengisian kuesioner.

Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui pengajuan permintaan data kepada

Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok dan eksportir CV Indopisces Exotica.

Selain itu pengumpulan data sekunder juga dilakukan melalui pencarian data pada

studi pustaka terkait dan browsing internet.

Pengumpulan data mengenai visi, misi, tujuan, gambaran lingkungan

internal, gambaran lingkungan eksternal, faktor strategis eksternal, dan faktor

strategis internal pada penelitian ini diawali dengan mencari referensi data

sekunder berupa skripsi dan jurnal yang memiliki kesamaan topik strategi,

(32)

misi, tujuan, keadaan lingkungan eksternal, keadaan lingkungan internal, faktor

strategis internal, dan faktor strategis eksternal pada penelitian lainnya. Setelah itu

dilakukan wawancara dan pengamatan berdasarkan data sekunder yang

disebutkan di atas.

Khusus pada identifikasi faktor strategis internal dan eksternal,

pengamatan dan wawancara dilakukan pada pihak intern Pokdakan maupun

ekstern Pokdakan seperti eksportir yang menjadi konsumen, pokdakan sejenis di

Kecamatan Bojongsari, penyuluh, serta pihak Dinas Pertanian dan Perikanan Kota

Depok untuk kemudian dicocokkan kembali dengan literatur yang ada dan

kemudian ditanyakan kembali pada para responden. Hal ini dilakukan karena

diharapkan faktor strategis yang didapatkan memang berlaku secara umum pada

industri budidaya ikan hias Neon Tetra Cardinal Tetra, dan Red Nose.

Pada pengumpulan data primer dengan menggunakan kuesioner,

responden pengisi kuesioner dipilih dengan sengaja (purposive sampling)

berdasarkan pertimbangan bahwa responden mempunyai pemahaman yang sangat

baik mengenai keadaan internal atau eksternal PCJ. Pihak yang dijadikan

responden kuesioner internal adalah ketua, wakil ketua, sekertaris, dan bendahara

PCJ dengan pertimbangan bahwa responden memahami keadaan internal

pokdakan dengan sangat baik dan merupakan pengambil keputusan dalam

pokdakan.

Responden kuesioner eksternal adalah ketua PCJ, wakil ketua PCJ,

sekertaris PCJ, bendahara PCJ, serta ketua Pokdakan Mina Usaha Mandiri dengan

pertimbangan responden memahami kondisi eksternal kelompok dengan sangat

baik. Responden kuesioner QSPM adalah ketua PCJ dengan pertimbangan bahwa

responden mempunyai pemahaman yang sangat baik mengenai kondisi eksternal

dan internal. Selain itu ketua PCJ juga memiliki peran yang besar dalam

pengambilan keputusan kelompok. Keterangan mengenai data penelitian ini dapat

(33)

Tabel 4. Data-Data Penelitian

Data Jenis

Data Sumber Data Rincian

profil dan PCJ, serta visi, misi, dan tujuan PCJ

Manajemen konsumen PCJ dan kriteria atribut produk yang diinginkan konsumen PCJ, analisis penjualan produk berupa sistem

penjualan dan promosi, analisis penetapan harga berupa harga jual PCJ, analisis perencanaan produk berupa jenis

pengembangan primer pengurus Pokdakan

identifikasi pengembangan produk baru dan proses produksi di PCJ

sistem informasi manajemen

primer pengurus Pokdakan identifikasi pengumpulan informasi dan penyediaannya di PCJ

faktor

ekonomi sekunder Literatur

nilai impor ikan hias dunia, nilai ekspor ikan hias Indonesia, eksportir ikan hias di Indonesia akhir ikan hias PCJ, kondisi lingkungan Kecamatan Bojongsari, jenis ikan yang diminati pasar asing dan lokal

(34)

faktor

Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk

mendefinisikan keadaan PCJ secara umum. Selain itu pendekatan manajemen

strategis berupa kerangka perumusan strategi tiga tahap dari David (2009)

digunakan untuk merumuskan strategi. Tahap pertama dari kerangka tiga tahap

perumusan strategi David (2009) adalah tahap input yang mengunakan alat

perumusan strategi berupa matriks IFE dan EFE. Tahap kedua yaitu tahap

pencocokan mengunakan alat matriks IE dan SWOT, sedangkan tahap ketiga

yaitu tahap keputusan mengunakan alat perumusan strategi berupa QSPM.

4.4.1. Metode Deskriptif

Menurut Nazir (2005) metode deskriptif adalah suatu metode dalam

meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pmikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa akan datang. Dalam penelitian

ini metode deskriptif digunakan untuk mendefinisikan visi, misi, tujuan,

lingkungan eksternal, dan lingkungan internal Pokdakan Curug Jaya sehingga

(35)

4.4.2. Tahap Input

Tahap input merupakan tahap pertama dari kerangka perumusan strategi

David. Tahap ini disebut juga sebagai tahap masukan karena kegunaannya sebagai

pemberi informasi input dasar yang dibutuhkan untuk merumuskan strategi di

tahap-tahap selanjutnya (David 2009). Alat yang digunakan pada tahap ini adalah

matriks IFE dan EFE.

4.4.2.1. Matriks IFE dan EFE

Matriks IFE digunakan untuk menganalisis faktor-faktor internal dan

mengklasifikasikan menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Matriks EFE

digunakan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal dan mengklasifikasikan

menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan. Selanjutnya pada matriks IFE

maupun EFE dilakukan pembobotan. Menurut David (2009) bobot

mengindikasikan signifikansi relatif dari suatu faktor terhadap keberhasilan

perusahaan.

Menurut Kinnear dan Taylor diacu dalam Sembara (2011), penentuan

bobot pada analisis internal dan eksternal perusahaan dilakukan dengan cara

mengajukan pertanyaan kepada pihak manajemen dan ahli strategi dengan

menggunakan paired comparison. Metode tersebut digunakan untuk memberikan

penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu eksternal dan eksternal. Untuk

menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang

digunakan untuk pengisisan kolom adalah

1 = Jika indikator horizontal kurang penting terhadap indikator vertikal

2 = jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal

3 = jika indikator horizontal lebih penting dibanding indikator vertikal

Tabel 5. Penilaian Bobot Faktor Startegis Eksternal Perusahaan

Faktor Strategis Eksternal A B ….. Total Bobot A

B ….. Total

(36)

Tabel 6 . Penilaian Bobot Faktor Startegis Internal Perusahaan

Faktor Strategis Internal A B ….. Total Bobot A

B ….. Total

Sumber : Kinnear dan Taylor (2001) diacu dalam Sembara (2011)

Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap

variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan rumus : αi =

Keterangan : αi = Bobot variabel ke-i

xi = Nilai variabel ke-i

i = 1,2,3, … n

n = Jumlah variabel

David (2009) menyatakan bahwa langkah-langkah dalam

mengidentifikasikan faktor-faktor lingkungan dalam matriks IFE dan EFE adalah

sebagai berikut:

1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan

dalam kolom 1 bagi matriks IFE dan peluarng serta ancaman perusahaan

dalam kolom 1 bagi matriks EFE.

2. Berilah pada setiap faktor tersebut bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak

penting) sampai 1,0 (sangat penting).

3. Hitung rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala 1

sampai 4. Rating menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini

dalam merespon faktor tersebut (David 2009). Untuk matrik EFE, pengertian

kisaran nilai rating adalah (1) responnya di bawah rata-rata, (2) responnya

rata-rata, (3) responnya di atas rata-rata, dan (4) responnya sangat bagus.

Pengertian nilai rating untuk matriks IFE mengindikasikan bahwa faktor

internal tersebut (1) sangat lemah, (2) lemah, (3) kuat, dan (4) sangat kuat.

Rating 1 sampai 4 ditentukan dengan membandingkan fakta dengan kinerja

(37)

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh

faktor pembobotan pada kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk

masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 sampai 1,0.

5. Jumlahkan skor pembobotan untuk memperoleh nilai total skor pembobotan

bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana

perusahaan tersebut bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternal dan

internalnya.

Tabel 7. Matriks EFE

Faktor-faktor Eksternal Utama Bobot Rating Skor (Bobot x Rating) Peluang :

1. …. Ancaman : 1.

…. Total

Sumber : David (2009)

Tabel 8. Matriks IFE

Faktor-faktor Internal Utama Bobot Rating Skor (Bobot x Rating) Kekuatan :

1. …. Kelemahan 1.

…. Total

Sumber : David (2009)

Dalam matriks EFE, nilai skor bobot total berkisar antara 1-4 dengan

rata-rata 2,5. Jika skor bobot total dibawah 2,5 maka kondisi eksternal organisasi

lemah. Sedangkan jika skor bobot total di atas 2,5 menunjukkan posisi eksternal

organisasi kuat. Dalam matriks IFE, nilai skor bobot total berkisar 1-4 dengan

rata-rata 2,5. Skor bobot total di bawah 2,5 menunjukkan bahwa kondisi internal

organisasi lemah, sedangkan jika skor bobot total berada di atas 2,5 maka kondisi

(38)

4.4.3. Tahap Pencocokan

Tahap pencocokan merupakan tahap kedua dari kerangka perumusan

strategi tiga tahap David. Tahap ini berfokus pada penciptaan strategi alternatif

yang masuk akal dengan memperhatikan faktor-faktor eksternal dan internal

utama dari tahap input. Alat yang digunakan pada tahap pencocokan di penelitian

ini adalah matriks IE dan SWOT.

4.4.3.1. Matriks IE

Matriks IE memosisikan berbagai divisi suatu organisasi dalam tampilan

Sembilan sel (David 2009). Matriks IE didasarkan pada dua sumbu kunci yaitu

skor bobot total matriks IFE pada sumbu-x dan skor bobot total matriks EFE pada

sumbu-y. Pada sumbu-x matriks IE, skor bobot total IFE yang diberi bobot 1,0

sampai 1,99 menunjukkan posisi internal lemah dan nilai 2,0 sampai 2,99

dianggap sedang. Nilai 3,0 sampai 4,0 dianggap kuat. Pada sumbu-y, total nilai

EFE yang diberi bobot 1,0 sampai 1,99 dianggap rendah, nilai 2,0 sampai 2,99

sedang, dan 3,0 sampai 4,0 tinggi.

Gambar

Gambar 4.  Model Manajemen Strategis Komprehensif
Gambar 5. Model Lima Kekuatan Porter
Gambar 6.  Kerangka Pemikiran Operasional
Gambar 7.  Matriks Internal – Eksternal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sejalan dengan penelitian Diky (2011) yang telah melakukan penelitian dalam 1 tahun, dimana dari hasil penelitian menunjukkan belum adanya pengaruh dari sistem olah tanah

Kecamatan tersebut berpotensi besar untuk terkena penyebaran penyakit Kusta, sehingga pada Tahun 2017 Kecamatan tersebut berada di Kuadran HL, yaitu daerah yang

Hasil pengujian secara parsial dengan menggunakan tingkat signifikansi α = 5% (0,05) diketahui bahwa variabel leverage secara parsial berpengaruh negatif, untuk variabel

Berdasarkan pada Tabel 4 bahwa hasil pengukuran rata-rata lampu fluorescent terhadap meja jahit (bidang kerja) pada waktu pagi mulai dari meja jahit satu, meja jahit

Menurut Yananda dan Salamah (2014, h.34) city branding adalah strategi yang membuat suatu tempat ‘berbicara’ kepada masyarakat, dengan city branding sebuah kota

Bilamana dalam kegiatan upacara piodalan di pura Pamangku mendapat halangan kematian salah seorang anggota keluarganya, maka agar Pamangku tersebut tidak

Telkom Indonesia Plasa Tanjungbalai, penulis menyimpulkan bahwa sistem usulan untuk sistem administrasi pasang baru indihome dirancang untuk mempermudah teknisi

Modernisasi dalam pendidikan menyebabkan perubahan pola pikir, juga diikuti oleh perkembangan mode, perkembangan desain tekstil, teknologi pembuatan busana, dan kemudian