• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Usaha Ikan Hias Cardinal Tetra (Paracheirodon axelrodii) di Kirana Fish Farm Bogor, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Usaha Ikan Hias Cardinal Tetra (Paracheirodon axelrodii) di Kirana Fish Farm Bogor, Jawa Barat"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

D

DI KIRAN

BE

FAKU

NA FISH

ENEDICTU

DEPAR ULTAS EK

INSTITU

FARM B

US VICTO

RTEMEN A KONOMI

T PERTA 2013

BOGOR, J

OR SIMAT

AGRIBIS DAN MA ANIAN BO

3

JAWA BA

UPANG

NIS ANAJEME OGOR

ARAT

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Analisis Kelayakan Usaha Ikan Hias Cardinal Tetra (Paracheirodon axelrodii) di Kirana Fish Farm Bogor, Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

(4)

Cardinal Tetra (Paracheirodon axelrodii) di Kirana Fish Farm Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RITA NURMALINA SURYANA).

Salah satu pembudidaya ikan hias yang bergerak dalam kegiatan usaha ikan hias adalah Kirana Fish Farm yang terletak di Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Komoditas ikan hias yang diproduksi oleh Kirana Fish Farm adalah ikan hias jenis tetra yaitu Cardinal tetra (Paracheirodon axelrodii), Red phantom tetra (Megalomphodus megalopterus), Black phantom tetra (Megalomphodus sp.), Emperor tetra (Nematobrycon palmeri), Neon tetra (Paracheirodon innesi), dan Red nose (Hemigrammus rhodostomus).

Ikan Cardinal tetra (Paracheirodon axelrodii) merupakan salah satu jenis ikan hias yang diekspor. Ikan ini tergolong eksotis karena memiliki warna dasar abu-abu dengan garis biru menyala, memanjang dari insang hingga pangkal ekor. Keistimewaan ikan ini, selain bentuk tubuhnya yang unik dan indah, ikan ini juga digemari oleh importir dari Asia maupun Eropa, sehingga peluang pasar masih terbuka.

Kegiatan produksi yang dijalankan Kirana Fish Farm yaitu kegiatan pembesaran ikan hias Cardinal tetra yang menghasilkan output ikan berukuran SM yaitu 1,6-1,7 cm. Investasi dan biaya yang dikeluarkan, serta berbagai kendala yang dihadapi memerlukan adanya analisis kelayakan untuk menilai apakah kegiatan produksi ikan hias Cardinal tetra ini layak atau tidak untuk dijalankan dan dapat memberikan keuntungan terhadap pelaku usaha sebagai pengembalian terhadap investasi yang digunakan.

Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kelayakan usaha ikan hias Cardinal tetra dari aspek non finansial dan aspek finansial (2) menganalisis kepekaan kelayakan usaha ikan hias Cardinal tetra (3) mengevaluasi bisnis kegiatan produksi ikan hias Cardinal tetra layak atau tidak untuk dilaksanakan.

Lokasi penelitian ini di Kirana Fish Farm Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kirana Fish Farm merupakan unit usaha yang menjalankan kegiatan usaha pembesaran ikan hias Cardinal tetra yang sudah cukup besar. Pengolahan data menggunakan microsoft excel dan disajikan dalam bentuk tabulasi. Data yang digunakan merupakan hasil rata-rata, jumlah, dan kondisi yang dialami pada saat penelitian berlangsung. Perhitungan biaya-biaya dan manfaat disajikan dalam bentuk cashflow. Waktu penelitian pada bulan Desember 2012 sampai dengan Februari 2013.

(5)

(rak akuarium, pompa air) yakni dengan menjual kepada penampung limbah plastik dan besi di sekitar lokasi usaha. Berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan budaya dalam pelaksanaanya usaha Kirana Fish Farm layak untuk dijalankan dan tidak menimbulkan kerugian bagi kelestarian lingkungan sekitar.

Hasil analisis finansial dari kegiatan produksi ikan hias Cardinal tetra layak untuk dilakukan. Empat kriteria investasi menunjukkan hasil di atas nilai standar kelayakan suatu usaha. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai NPV sebesar Rp. 104.866.189, Net B/C sebesar 1,99, IRR sebesar 35%, dan nilai Payback Period selama 4,52 tahun.

Pada penelitian ini juga dilakukan analisis sensitivitas dengan melakukan nilai perubahan yaitu perubahan discount rate yang lebih besar yaitu sebesar enam dan tujuh persen, dimana variabel yang digunakan pada kondisi normal yaitu lima persen, penurunan produksi sebesar lima persen, dan kenaikan harga pakan cacing sutera sebesar 25 persen. Secara keseluruhan, penurunan jumlah produksi memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingan dengan perubahan lainnya.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

DI KIRANA FISH FARM BOGOR, JAWA BARAT

BENEDICTUS VICTOR SIMATUPANG

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Nama : Benedictus Victor Simatupang

NIM : H34104077

Disetujui oleh Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, MS NIP. 19550713 198703 2 001

Diketahui oleh

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(10)

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Ikan Hias Cardinal Tetra (Paracheirodon axelrodii) di Kirana Fish Farm Bogor, Jawa Barat”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha ikan hias Cardinal tetra pada aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi budaya, dan aspek lingkungan, menganalisis kelayakan usaha ikan hias Cardinal tetra pada aspek finansial dengan menggunakan kriteria investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP), serta menganalisis sensitivitas kegiatan usaha untuk melihat dampak suatu perubahan keadaan pada hasil analisis kelayakan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Semoga skripsi ini dapat memberikan dukungan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013

(11)

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagi pihak sebagai bentuk rasa syukur dan pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi.

2. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator pada kolokium dan dosen penguji pada sidang yang telah memberikan koreksi dan saran demi perbaikan skripsi.

3. Ir. Harmini, MS selaku dosen penguji akademik pada sidang yang telah memberikan koreksi dan saran demi perbaikan skripsi.

4. Ir. Dwi Rachmina, M. Si yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis.

5. Orang tua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

6. Bapak Alfian beserta karyawan Kirana Fish Farm atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

7. Pihak Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, dan Badan Pusat Statistik atas informasi yang diberikan kepada penulis berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.

8. Yoga Arya Pratama selaku pembahas seminar, terima kasih atas masukan dan dukungan selama penulis menyelesaikan skripsi.

9. Teman-teman seperjuangan di Alih Jenis 1 Agribisnis atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya.

10.Annisa yang selalu memberikan semangat, kasih sayang, dan perhatiannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bogor, Juni 2013

(12)
(13)

ix

Perkembangan Ikan Hias Indonesia ... 15

Penelitian mengenai Kelayakan Usaha ... 17

KERANGKA PEMIKIRAN ... 20

Kerangka Pemikiran Teoritis ... 20

Studi Kelayakan Bisnis ... 20

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kegagalan Usaha ... 21

Tujuan Studi Kelayakan Bisnis ... 21

Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis ... 22

Aspek Pasar ... 23

Kerangka Pemikiran Operasional ... 31

METODE PENELITIAN ... 34

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

Jenis dan Sumber Data ... 34

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ... 35

(14)

x

Analisis Aspek Teknis ... 35

Analisis Aspek Manajemen ... 36

Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan ... 36

Analisis Kelayakan Finansial ... 36

Net Present Value (NPV) ... 36

Analisis Aspek Non Finansial ... 58

Aspek Pasar ... 58

Permintaan dan Penawaran Ikan Hias Cardinal Tetra... 58

(15)

xi

Analisis Aspek Finansial ... 68

Arus Penerimaan (Inflow) ... 69

Nilai Sisa (Salvage Value) ... 70

Arus Biaya (Outflow) ... 71

Biaya Investasi ... 71

Biaya Reinvestasi ... 73

Biaya Operasional ... 73

Pajak Penghasilan... 74

Analisis Laba Rugi Usaha ... 75

Analisis Kelayakan Finansial ... 76

Analisis Sensitivitas ... 77

Hasil Analisis Aspek Finansial ... 79

KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

Kesimpulan ... 80

Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(16)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Nilai Produksi Perikanan Nasional Tahun 2007-2011 (dalam juta rupiah) ... 1

2 Nilai Ekspor Ikan Hias Indonesia Tahun 2008-2011 ... 2

3 RTP (Rumah Tangga Perikanan) di Kabupaten Bogor Tahun 2010 ... 3

4 Luas Areal Perikanan di Kabupaten Bogor Tahun 2010 ... 3

5 Pencapaian Produksi Perikanan di Kabupaten Bogor Tahun 2009... 4

6 Pencapaian Produksi Perikanan di Kabupaten Bogor Tahun 2010... 4

7 Data Penawaran dan Permintaan Ikan Hias Tetra di Kirana Fish Farm (periode Januari-April 2012) ... 6

8 Perkembangan Nilai Ekspor Ikan Hias Indonesia (Dalam USD) ... 17

9 Jumlah Benih Ikan Hias Air Tawar yang Diusahakan Kirana Fish Farm ... 51

10 Ukuran untuk Jenis Ikan Hias Air Tawar pada Kirana Fish Farm ... 52

11 Data Penjualan Ikan Hias Cardinal Tetra di Kirana Fish Farm ... 59

12 Kebutuhan Bahan Baku Kirana Fish Farm ... 61

13 Penerimaan Kirana Fish Farm dalam Perencanaan Usaha ... 70

14 Nilai Sisa Kirana Fish Farm dalam Perencanaan Usaha ... 70

15 Biaya Investasi Kirana Fish Farm ... 72

16 Biaya Tetap Kirana Fish Farm ... 74

17 Biaya Variabel Kirana Fish Farm ... 74

18 Analisis Laba Rugi Kirana Fish Farm... 75

19 Laba Bersih Kirana Fish Farm dalam Perencanaan Usaha ... 75

20 Kriteria Kelayakan Investasi Kirana Fish Farm ... 76

21 Analisis Sensitivitas Kirana Fish Farm terhadap Perubahan Tingkat Discount Rate sebesar enam dan tujuh persen ... 78

22 Analisis Sensitivitas Kirana Fish Farm terhadap Penurunan Produksi sebesar 5 persen ... 79

(17)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Beberapa aspek penting dalam agribisnis perikanan ... 11

2 Aspek-aspek dalam Penilaian Studi Kelayakan Bisnis ... 23

3 Tahapan dalam Studi Kelayakan Bisnis... 27

4 Kerangka Operasional Penelitian ... 33

5 Ikan Hias Cardinal Tetra ... 42

6 Blower (pompa udara) ... 44

7 Filter fisik (busa) ... 44

8 Pompa air ... 45

9 Akuarium ... 45

10 Selang ... 46

11 Pipa paralon... 46

12 Serokan... 47

13 Bak Tandon ... 47

14 Bangunan ... 48

15 Tabung oksigen ... 48

16 Pakan Kutu Air ... 49

17 Pakan Cacing sutera ... 50

18 Obat-obatan ... 50

(18)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Produksi Ikan Hias di Kabupaten Bogor Tahun 2010 ... 84

2 Tujuan Perdagangan Ikan Hias Indonesia di Dunia ... 85

3 Nilai dan Persentase Perdagangan Ikan Hias Indonesia di Dunia ... 86

4 Layout Bangunan Perencanaan Usaha Ikan Hias Cardinal Tetra di Kirana Fish Farm ... 87

5 Layout Akuarium Kegiatan Usaha Ikan Hias Cardinal Tetra di Kirana Fish Farm ... 88

6 Total Penerimaan Per Tahun Ikan Hias Air Tawar Cardinal Tetra di Kirana Fish Farm ... 89

7 Laporan Laba Rugi Budi Daya Budidaya Ikan Hias Air Tawar Cardinal Tetra di Kirana Fish Farm ... 90

8 Siklus Produksi Ikan Hias Cardinal tetra di Kirana Fish Farm ... 92

9 PolaTanam yang diterapkan Kirana Fish Farm... 93

10 Cash Flow Budidaya Ikan Cardinal Tetra di Kirana Fish Farm ... 95

11 Analisis sensitivitas Kenaikan Discount Factor 7 % Budidaya Ikan Cardinal Tetra di Kirana Fish Farm ... 98

12 Analisis sensitivitas Kenaikan Discount Factor 6 % Budidaya Ikan Cardinal Tetra di Kirana Fish Farm ... 101

13 Analisis sensitivitas Penurunan Jumlah Produksi 10 % Budidaya Ikan Cardinal Tetra di Kirana Fish Farm ... 104

(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Peranan sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama dapat dilihat dari berbagai fungsinya seperti sebagai penyedia bahan baku agroindustri, peningkatan devisa negara melalui penyediaan ekspor hasil perikanan, penyedia kesempatan kerja dengan terbukanya lapangan pekerjaan baru, peningkatan pendapatan nelayan atau peternak ikan dan pembangunan daerah, serta peningkatan kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup. Perikanan dan kelautan Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi dan termasuk prospek bisnis yang cukup besar, sehingga dapat dijadikan sebagai sektor andalan untuk mengatasi krisis ekonomi.

Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang dewasa ini menjadi komoditas perdagangan yang potensial di dalam maupun di luar negeri. Ikan hias memiliki daya tarik tersendiri untuk menarik minat para pecinta ikan hias (hobiis) dan juga kini banyak para pengusaha ikan konsumsi yang beralih profesi pada usaha ikan hias. Kelebihan dari usaha ikan hias adalah karena usaha ini dapat diusahakan dalam skala besar, menengah, kecil maupun rumah tangga, selain itu perputaran modal pada usaha ini relatif cepat. Kegiatan usaha ikan hias juga memiliki beberapa keunggulan lain, diantaranya pasarnya tidak pernah jenuh, pengembangan strain baru yang dapat dilakukan secara individu, serta kegiatan usaha ini dapat memberdayakan masyarakat melalui industrinya yang bermuara pada pasar ekspor.

Peningkatan nilai produksi perikanan tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 1. Pada tahun 2007-2011 total peningkatan nilai produksi sebesar 15,61 persen dari Rp. 57,62 triliun menjadi Rp. 102,78 triliun. Jika dibandingkan pertumbuhan volume produksi terhadap nilai, maka pertumbuhan nilai lebih tinggi daripada pertumbuhan volume. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa secara umum komoditas perikanan mengalami peningkatan kualitas dan kenaikan harga.

Tabel 1Nilai Produksi Perikanan Nasional Tahun 2007-2011 (dalam juta rupiah)

Rincian Tahun Pertumbuhan (%)

2007 2008 2009 2010 2011 2007-2011

Penangkapan 36.171 40.069 48.431 51.611 56.077 11,72

Perikanan laut 33.255 37.162 45.025 46.598 50.863 11,39

Perairan umum 2.916 2.906 3.406 5.013 5.213 17,01

(20)

Seiring dengan peningkatan volume dan nilai produksi perikanan di Indonesia, maka jumlah ekspor ikan hias juga mengalami peningkatan seperti pada Tabel 2. Pada tahun 2010 sampai tahun 2011 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 5,7 persen pada tahun 2010 dan 3,55 persen pada tahun 2011, sedangkan penurunan jumlah ekspor terjadi pada tahun 2009 sebesar 22,34 persen dari tahun 2008, penurunan nilai ekspor ini dipengaruhi oleh jumlah permintaan yang berfluktuatif. Pada Tabel 2 juga dapat dilihat jika peningkatan jumlah ekspor tidak seimbang dengan peningkatan nilai ekspor ikan hias. Hal ini dipengaruhi oleh jenis dan harga ikan hias yang berbeda-beda. Negara tujuan ekspor ikan hias yang berbeda juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan presentase nilai ekspor dan jumlah ikan yang diperdagangkan.

Tabel 2.Nilai Ekspor Ikan Hias Indonesia Tahun 2008-2011

Tahun Nilai Ekspor Ikan Hias (dollar AS) Jumlah (juta ekor)

Nilai Pertumbuhan (%) Nilai Pertumbuhan (%)

2008 9.400.000 - 8,40

-2009 7.300.000 -28,76 8,24 -1,94

2010 8.300.000 13,69 8,71 5,70

2011 10.000.000 20,48 9,02 3,55

Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan (2012)

Berdasarkan data Ornamental Fish International (2011), Indonesia menduduki peringkat ketiga dunia dengan ekspor senilai USD 12,6 juta atau menguasai 7,5 persen pasar dunia. Posisi Indonesia masih di bawah Singapura yang memiliki ekspor USD 41,5 juta dan menguasai 22,8 persen pasar dunia, serta Malaysia dengan ekspor USD 20 juta. Potensi kekayaan alam belum dimanfaatkan maksimal oleh pemangku kepentingan, seperti pelaku industri maupun pembuat kebijakan.

Bogor merupakan salah satu kabupaten penghasil ikan hias yang cukup tinggi. Berdasarkan data dari Dinas Perikanan dan Peternakan (Dinaskan) Kabupaten Bogor (2011), perkembangan produksi ikan hias terus mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 dengan rata-rata peningkatan per tahun sebesar 7,96 persen. Hal tersebut berarti bahwa prospek budidaya ikan hias di Kabupaten Bogor cukup baik. Besarnya produksi ikan hias yang dapat dihasilkan oleh usaha pembesaran turut ditentukan pula oleh jumlah produksi benih yang mampu dihasilkanoleh pembudidaya pembenihan. Besarnya perkembangan produksi ikan hias di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Lampiran 1.

(21)

Tabel 3.RTP (Rumah Tangga Perikanan) di Kabupaten Bogor Tahun 2010

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Bogor, 2011

Jumlah RTP dari data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor sebanyak 492 orang ini tersebar di beberapa Kecamatan. Jumlah RTP yang memproduksi ikan hias masih cukup kecil jika dibandingkan dengan jumlah RTP yang memproduksi ikan konsumsi yaitu sebesar 9.585 orang yang juga tersebar di beberapa Kecamatan. RTP ikan hias memiliki potensi yang berbeda, yang disesuaikan dengan jumlah areal lahan yang digunakan. Areal lahan yang digunakan ini sangat bergantung kepada kualitas ikan hias air tawar yang diproduksi, karena pengaruh potensi lahan tersebut terutama kualitas air yang dimiliki. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor besarnya areal perikanan di Kabupaten Bogor pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.Luas Areal Perikanan di Kabupaten Bogor Tahun 2010

No. Jenis Usaha Luas Areal (Ha)

A. Budidaya Perikanan 1.310,021

1 Kolam Air Tenang (KAT) 1.075,94

2 Kolam Air Deras (KAD) 12,72

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2011

(22)

Perkembangan produksi yang meningkat dan positif ini, komoditas ikan hias air tawar dapat dikembangkan dan harus mendapat perhatian dari semua pihak yang terkait karena telah menjadi sumber mata pencaharian masyarakat Kabupaten Bogor, komoditas ekspor bagi Kabupaten Bogor, dan menjadi pemasukkan daerah bagi Kabupaten Bogor. Data pencapaian produksi ikan tahun 2009 di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.Pencapaian Produksi Perikanan di Kabupaten Bogor Tahun 2009

No Jenis Usaha Target Realisasi Pencapaian(%)

A. Ikan Konsumsi (Ton) 27.596,02 28.742,72 104,16

1 Kolam Air Tenang (KAT) 19.159,80 24.072,98 125,64 C. Pembenihan (Ribu ekor) 819.060,00 847.112,06 103,42 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2010

Pencapaian target produksi komoditas budidaya ikan konsumsi mencapai realisasi pencapaian target sebesar 104,16 persen. Ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor juga sangat memiliki potensi untuk dikembangkan, karena memiliki pencapaian target sebesar 120,16 persen pada tahun 2009, yaitu dari 87.051 ribu ekor yang ditargetkan ternyata dapat dihasilkan 104.603 ribu ekor pada tahun 2009. Pencapaian tersebut terus meningkat sampai pada tahun 2010. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.Pencapaian Produksi Perikanan di Kabupaten Bogor Tahun 2010

No. Jenis Produksi Target 2010 Realisasi 2010 Pencapaian Target (%)

1 Ikan Konsumsi (Ton) 34.919,69 36.062,44 103,270

2 Ikan Hias (Ribu Ekor) 110.879,76 112.085,82 101,088 3 Pembenihan (Ribu Ekor) 914.569,26 920.352,39 100,632 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2011

Pencapaian produksi pada tahun 2009, menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor memiliki potensi yang sangat baik dalam produksi perikanan, terutama ikan hias air tawar. Pencapaian produksi ikan hias pada tahun 2010 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009, yaitu dari 110.879 ribu ekor yang ditargetkan dapat dihasilkan 112.085 ribu ekor pada tahun 2010 dengan persentase pencapaian produksi sebesar 101,088 persen.

(23)

membuat para pembudidaya ikan hias di Kabupaten Bogor sejahtera (penghasilan besar).

Menurut data dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor tahun 2012, semakin besar ikan hias air tawar yang dihasilkan sangat tergantung kepada jumlah permintaan, jumlah RTP, jumlah areal lahan yang digunakan, dan jenis ikan hias yang dibudidayakan. Setiap komoditas ikan hias air tawar memiliki keunggulan yang kompetitif yang berbeda satu sama lain, tergantung bagaimana perusahaan sebagai pelaku usaha dalam memproduksi dan memasarkan produknya. Setiap perusahaan harus memiliki cara bagaimana agar dapat melakukan kegiatan usaha ikan hias yang layak, efisien, dan efektif sehingga dapat bersaing di pasar demi tercapainya suatu target yang maksimal yaitu keuntungan.

Salah satu pembudidaya ikan hias yang bergerak dalam kegiatan usaha ikan hias adalah Kirana Fish Farm yang terletak di Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Komoditas ikan hias yang diproduksi oleh Kirana Fish Farm adalah ikan hias jenis tetra yaitu Cardinal tetra (Paracheirodon axelrodii), Red phantom tetra (Megalomphodus megalopterus), Black phantom tetra (Megalomphodus sp.), Emperor tetra (Nematobrycon palmeri),Neon tetra (Paracheirodon innesi), dan Red nose (Hemigrammus rhodostomus).

Ikan Cardinal tetra (Paracheirodon axelrodii) merupakan salah satu jenis ikan hias yang diekspor. Ikan ini tergolong eksotis karena memiliki warna dasar abu-abu dengan garis biru menyala, memanjang dari insang hingga pangkal ekor.Keistimewaan ikan ini, selain bentuk tubuhnya yang unik dan indah, ikan ini juga digemari oleh importir dari Asia maupun Eropa, sehingga peluang pasar masih terbuka.

Perumusan Masalah

Suatu usaha pada umumnya didirikan untuk mencapai tujuan tertentu, salah satunya yaitu untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Kirana Fish Farm dalam mencapai tujuannya dihadapkan pada berbagai masalah, baik kendala dari dalam dan luar perusahaan. Kendala dari dalam perusahaan diantaranya adalah keterbatasan lahan, wadah yang digunakan berupa akuarium, ketersediaan pakan, dan ketersediaan tenaga kerja. Kendala dari luar perusahaan antara lain adalah jumlah permintaan ikan hias air tawar dan daya saing dari perusahaan lain yang memproduksi jenis ikan hias yang sama.

(24)

ikan yang menghasilkan output berupa benih ikan hias jenis tetra yang digunakan dalam kegiatan pembesaran di Kirana Fish Farm. Pembinaan ini dilakukan oleh pihak Kirana Fish Farm, seperti menyediakan induk berkualitas yang merupakan input bagi petani ikan hias lain yang menghasilkan output berupa benih dan memberikan bantuan obat-obatan, serta pengarahan kepada petani pembenihan ikan hias air tawar jenis tetra yang merupakan input bagi kegiatan produksi, yang menghasilkan output berupa ikan hias air tawar jenis tetra ukuran M.Data penawaran dan permintaan dari Kirana Fish Farm dapat dilihat dari Tabel 7.

Tabel 7.Data Penawaran dan Permintaan Ikan Hias Tetra di Kirana Fish Farm periode Januari-April 2012 (satu siklus produksi)

Cardinal Tetra 750.000 200.000 68.580 34,29

Neon Tetra 1.500.000 500.000 656.510 65,65

Rednose Tetra 300.000 100.000 150.100 50,04

Blackphantom Tetra 100.000 50.000 20.520 41,04

Redphantom Tetra 100.000 50.000 21.900 43,80

Emperor Tetra 25.000 10.000 4.700 47,00

Sumber : Kirana Fish Farm, 2012

Keberhasilan Kirana Fish Farm dalam menyerap pasar yang ada dan munculnya pasar yang baru sangat tergantung kepada beberapa faktor, diantaranya adalah keberhasilan petani pembenihan yang menghasilkan output benih ikan hias. Selain itu, dalam memanfaatkan peluang pasar yang semakin terbuka lebar ini, Kirana Fish Farm juga dapat membuat alternatif lain, seperti membuat pengembangan usaha dengan menambah kapasitas produksi baik dari dalam maupun luar perusahaan. Alternatif yang dibuat dari dalam perusahaan seperti dengan menambah input-input produksi yaitu penambahan akuarium agar target produksi dapat tercapai, penambahan persediaan pakan, dan penambahan sumber daya manusia (tenaga kerja). Alternatif lain dari luar perusahaan dibuat dengan cara menambah mitra untuk pembenihan yang menghasilkan output benih ikan hias air tawar. Alternatif ini tentunya dapat membuat masalah, kendala, bahkan risiko yang lain dari Kirana Fish Farm seperti biaya investasi untuk penambahan input-input lain, dimana penambahan akuarium sebagai wadah budidaya ikan hias air tawar juga memerlukan biaya lain dalam pendirian bangunan untuk produksi (farm), instalasi air dan listrik, penerapan teknologi, serta fasilitas pendukung kegiatan produksi di Kirana Fish Farm.

(25)

Intensifikasi merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan produksi budidaya. Salah satu kegiatan intensifikasi dalam budidaya perikanan terutama ikan hias Cardinal tetra di Kirana Fish Farm yaitu teknologi penambahan filter pada wadah akuarium sebagai penyaring kekeruhan air dan sumber oksigen yang diperlukan dalam pemeliharaan ikan Cardinal tetra pada akuarium, dimana pada teknologi ini terdapat kelebihan berupa efisiensi antara lain efisiensi air, lahan, dan waktu kerja. Pemeliharaan ikan Cardinal tetra dengan sistem ini yang menggunakan filter fisika berupa busa yang menyelubungi pipa sebagai pemberat sumber aerasi diharapkan mampu meningkatkan padat penebaran, efisiensi pakan, serta efisiensi kerja.Sistem ini juga dapat menjadi alternatif bagi petani pembudidaya ikan Cardinal tetra yang tinggal di kota, yang ketersediaan sumber airnya terbatas.

Pada awal melakukan produksi ikan hias air tawar membutuhkan investasi yang tidak sedikit, sehingga dibutuhkan biaya yang cukup besar untuk mempersiapkan dan melaksanakan usaha produksi ini. Keberhasilan yang dicapai akan tinggi karena dalam hal ini Kirana Fish Farm telah lama berkecimpung di usaha ini dan ikan hias air tawar yang dibudidayakan tergolong hewan yang sudah biasa dibudidayakan di Kirana Fish Farm, tetapi biaya yang besar harus dikeluarkan sesuai dengan skala usaha yang dilakukan dan tingkat pendapatan atau keuntungan yang diperoleh. Analisis kelayakan sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha pengembangan yang akan dijalankan layak untuk dilaksanakan, sehingga investasi yang ditanamkan untuk melakukan usaha ini dapat menghasilkan apa yang diharapkan (profit).

Investasi yang dikeluarkan pihak Kirana Fish Farm dalam kegiatan usaha pengembangan ikan hias air tawar Cardinal tetra belum pernah dianalisis kelayakannya baik secara finansial maupun non finansial, sehingga belum dapat diketahui apakah usaha ini akan mendatangkan keuntungan atau kerugian bagi pihak Kirana Fish Farm. Analisis kelayakan juga sangat penting bagi mitra dari pihak Kirana Fish Farm untuk sama-sama mengembangkan usaha yang dijalankan selanjutnya, agar usaha produksi ikan hias air tawar tersebut menjadi skala yang besar serta mampu memenuhi permintaan ikan hias air tawar baik di dalam maupun luar negeri. Menghadapi situasi dan kondisi demikian maka untuk memaksimalkan keuntungan di Kirana Fish Farm perlu melakukan analisis kelayakan terhadap pengembangan usaha yang akan dijalankan.

Pihak Kirana Fish Farm menargetkan akan melakukan produksi sebanyak 900.000 ekor per tahun ikan hias Cardinal tetra. Produksi ikan hias Cardinal tetra yang akan dijalankan di pihak Kirana Fish Farm menggunakan teknologi pemanfaatan sumber berupa oksigen (blower) dengan penambahan titik aerasi yang juga digunakan sebagai filter fisik (busa) yang berfungsi menyaring air (mengurangi kekeruhan) dengan tujuan membuat hasil produksi semaksimal mungkin dengan bertambahnya padat tebar.

Berkaitan dengan hal-hal di atas maka perumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kelayakan kegiatan usaha ikan hias Cardinal tetra dari aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen,aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan sekitar?

(26)

3. Bagaimana kepekaan kelayakan usaha ikan hias Cardinal tetra terhadap perubahan komponen biaya khususnya peningkatan biaya pakan, dan perubahan manfaat yaitu penurunan produksi, serta perubahan tingkat discount factor dalam melakukan kegiatan usaha?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan usaha ikan hias Cardinal tetra dari aspek non finansial dan aspek finansial.

2. Menganalisis kepekaan kelayakan usaha ikan hias Cardinal tetra.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini sangat berguna bagi penulis untuk pengembangan usaha yang sedang dijalankan. Penelitian ini diharapkan mampu berguna bagi pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam memberikan informasi untuk pemberdayaan dan pengembangan masyarakat sehingga mampu mengembangkan usaha kecil dan sedang berkembang.

Selain itu, penelitian ini juga diharapkan mampu berguna bagi pengusaha atau investor sehingga diharapkan para investor mampu mengambil bagian dalam merencanakan usaha dengan pola kemitraan yang saling menunjang dan saling menguntungkan,sehingga semua elemen dalam kegiatan usaha ini dapat meningkatkan pendapatan.

Ruang Lingkup Penelitian

(27)

TINJAUAN PUSTAKA

Agribisnis Perikanan

Berkaitan dengan pengembangan agribisnis perikanan, perlu dikembangkan dengan empat alasan, yaitu :

1. Perikanan sebagai salah satu sumber pertumbuhan bagi ekonomi Indonesia,

2. Sebagai usaha reorientasi kebijaksanaan pembangunan subsector perikanan dengan member peranan lebih besar kepada sektor swasta,

3. Sebagai pelaksanaan diversifikasi secara horizontal dan vertical,

4. Perubahan orientasi bisnis berdasarkan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif.

Diuraikan lebih lanjut bahwa pengembangan agribisnis perikanan memerlukan beberapa kondisi yang kondusif yaitu : 1) eksistensi semua komponen (subsistem) agribisnis di lokasi atau wilayah pengembangan, 2) keserasian atau keterkaitan yang tinggi antar sub system, 3) kejelasan tanggung jawab, risiko, intensif pada setiap simpul ikatan, 4) kehadiran wirausaha dan 5) jalinan kemitraan.

Rahardi, et al (2000) menjelaskan bahwa dalam bisnis perikanan, manajemen diperlukan agar bisnis dapat berjalan lancar dan mendapat hasil seperti yang diharapkan. Manajemen yang berbeda dibutuhkan untuk kegiatan yang berbeda di bidang perikanan ini. Selanjutnya dinyatakan bahwa terdapat lima aspek utama yang penting untuk diketahui dalam manajemen bisnis perikanan, yaitu sebagai berikut :

1. Aspek Produksi

Manajemen produksi mencakup perencanaan produksi dan pengendalian proses produksi. Di dalamya terdapat pula pengambilan keputusan dalam bidang persiapan dan proses produksi untuk jangka pendek, menengah atau panjang. Dengan demikian diharapkan petani di bisnis perikanan dapat berproduksi secara lebih efisien. Manajemen produksi diperlukan untuk menghadapi pasar dengan gambaran yang jelas, detail, dan dapat diprediksi, terutama tentang volume permintaan, waktu, dan system pemasaran. Komponen atau turunan dari manajemen produksi terdiri dari skala usaha atau produksi, teknologi produksi yang digunakan, dan pola tanam yang diterapkan. Skala produksi menggambarkan target produksi yang ingin dicapai per musim, per siklus, atau per tahun dalam rangka memenuhi permintaan pasar. Penetapan skala produksi akan berdampak terhadap teknologi produksi yang digunakan. Penerapan teknologi produksi dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya manusia yang digunakan.

2. Aspek Pemasaran

(28)

dijalankan. Aspek pasar meliputi permintaan akan komoditas perikanan yang akan diusahakan dan system pemasarannya. Permintaan (demand) terhadap komoditas perikanan mencakup volume, tingkat harga,waktu, atau musim. Permintaan ikan hias tropis dari Negara-negara Eropa paling banyak terjadi pada musim dingin atau musim salju, saat masyarakat di Negara tersebut lebih banyak tinggal di rumah dan tidak liburan.

3. Aspek Keuangan

Manajemen keuangan meliputi kegiatan mengelola keuangan dalam suatu usaha. Di dalamnya termasuk cara mendapatkan dan mengalokasikan dana untuk suatu usaha. Manajemen produksi (skala usaha, teknologi produksi, dan pola tanam) yang diterapkan dalam suatu agribisnis perikanan pada akhirnya akan berdampak pada permodalan. Modal harus disediakan untuk menjalankan manajemen produksi yang telah ditentukan. Dengan kata lain, rencana permodalan harus disesuaikan dengan manajemen produksi yang akan diterapkan setelah memperhatikan aspek pasar, sumber daya manusia (SDM), dan sumber daya alam (SDA). Aspek SDM dan SDA secara tidak langsung akan mempengaruhi besarnya modal yang akan ditanamkan dalam agribisnis perikanan. Modal merupakan bahan bakar untuk beroperasinya mesin agribisnis perikanan sehingga tanpa modal maka agribisnis ini tidak bisa berlangsung. Modal dapat diperoleh dengan mudah dari investor bila investor merasa yakin bahwa semua aspek agribisnis perikanan tersebut dapat dikontrol dengan baik.

4. Apek Sumber Daya Manusia (SDM)

SDM merupakan aspek penting dalam agribisnis perikanan, terutama yang berkaitan dengan penguasaan teknis dan manajerial usaha. Pelaku agribisnis perikanan harus menguasai manajemen produksi secara detail, seperti teknologi yang digunakan, serta memobilisasi dan mengerahkan karyawan.pengembangan SDM di berbagai level atau mata rantai agribisnis perlu terus menerus dilakukan agar mencapai performa yang tinggi sebagai pelaku agribisnis perikanan. Performa tersebut ditunjukkan oleh produktivitas dan efisiensi kerja, kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berorganisasi (berkelompok), kemampuan melihat dan memanfaatkan peluang bisnis, serta sikap dan mental yang mendukung kemajuan.

5. Aspek Sumber Daya Alam (SDA)

(29)

Gambar 1. Beberapa aspek penting dalam agribisnis perikanan

Aspek-aspek di atas ternyata merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam agribisnis perikanan. Faktor tersebut merupakan titik kritis yang perlu diwaspadai dalam pengembangan agribisnis perikanan serta dapat diklasifikasikan sebagai faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang terdapat di dalam atau melekat pada agribisnis itu sendiri, seperti tipe atau jenis usaha yang dikembangkan, skala usaha, teknologi yang digunakan, modal yang ditanamkan, SDM, dan manajemen produksi secara keseluruhan yang diterapkan. Faktor ekstrinsik mencakup SDA, pasar, ekonomi makro, sosial, politik, dan keamanan.

Faktor-faktor tersebut ada yang bersifat independen (berdiri sendiri) dan ada pula yang dependen (bergantung kepada faktor lain). Faktor-faktor independen umumnya tidak dipengaruhi oleh faktor lain dan tidak dapat diubah secara efektif dalam cakupan proses pengembangan.faktor ini mencakup lingkungan fisik, seperti lahan dan kualitas tanah, iklim (suhu, hujan, periode pencahayaan alamiah, kelembaban, dan penguapan), musim, kualitas dan kuantitas air, topografi, elevasi, pencemaran, dan sebagainya, serta manusia, seperti persepsi, sikap, pasar, dan kebijakan.

Sulit untuk mengubah faktor lingkungan fisik seperti bentang alam untuk dapat menjadi sangat sesuai bagi pengembangan agribisnis. Faktor tersebut dapat diubah, tetapi sangat tidak efektif dan efisien sehingga berdampak buruk kepada performa agribisnis perikanan, yakni tingginya biaya investasi dan modal kerja.

Pengembangan agribisnis ikan hias memiliki prospek yang cerah. Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang potensial untuk dijadikan sumber penghasil devisa negara. Ekspor ikan hias pada tahun 2002 baru mencapai USD 15 juta. Angka ini meningkat 1% bila dibandingkan tahun 2001, tetapi masih jauh daripotensi ekspor ikan hias Indonesia yang diperkirakan mencapai USD 45-60 juta.

Sampai saat ini, Indonesia hanya menguasai sekitar 6 persen pangsa pasar ikan hias dunia, jauh lebih kecil dari Singapura yang mencapai 38,5 persen.

(30)

Padahal sebagian besar kebutuhan ikan hias Singapura dipasok dari Indonesia (Sumpeno, 2003). Hal tersebut karena didukung oleh potensi antara lain :

1. Sumber daya alam (biota ikan, kualitas air, iklim, lingkungan); banyak jenis komoditas ikan hias yang sudah cukup mudah dikembangbiakan di Bogor.

2. Sumber daya manusia (keterampilan dan budaya); pembudidaya ikan hias Bogor minimal sudah banyak yang menguasai teknologi produksinya, serta tidak sedikit pula yang telah memahami tataniaga ikan hias.

3. Aspek Pasar : Kabupaten Bogor di samping daerah tujuan wisata yang cukup menarik, juga memiliki kemudahan terhadap simpul-simpul jasa distribusi seperti jasa transportasi, jasa informasi.

4. Sarana dan prasarana, Kabupaten Bogor memiliki lembaga-lembaga dan industry-industri penunjang yang dapat mendukung kegiatan budidaya ikan hias seperti industry pakan, peralatan perikanan, obat-obatan, dan sebagainya.

Ikan hias adalah usaha perikanan yang mampu memberikan kontribusi besar bagi setiap pelaku usaha di bidangnya. Sedikit lahan yang dibutuhkan tapi manfaat yang dihasilkan besar. Ikan hias di Indonesia bukan hanya sebagai hobiis tetapi sebuah usaha besar (Big business) karena hobiis ikan hias terbanyak ada di mancanegara, peluang ini dimanfaatkan oleh pelaku ikan hias. Selain keunggulan aneka hayati, Indonesia juga merupakan negara yang mempunyai musim teratur yaitu musim panas dan musim hujan, bial dibandingkan dengan Negara-negara Asia maupun Eropa mengalami beberapa musim, salah satunya musim dingin sehingga produksi ikan hias terganggu.

Prospek ikan hias dipengaruhi juga oleh modal social (social capital), Pearce dan Barbier (2000) menyatakan bahwa social capital berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi karena ada faktor-faktor berikut : 1) arus informasi akan lebih cepat bergerak anatr gen ekonomi jika. Prospektif ikan hias adalah pola kelanjutan dalam pembangunan ekonomi social capital cukup baik ; 2) kepercayaan (trust) yang menjadikan komponen utama social capital akan mengurangi biaya pencarian informasi sehingga mengurangi biaya transaksi ; 3) social capital yang baik akan mengurangi kontrol pemerintah sehingga pertukaran ekonomi lebih efisien.

Output social capital terciptanya pembangunan berkelanjutan mengandung pengertian yaitu, dimensi waktu karena keberlanjutan tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi di masa akan datang, interaksi antara sistem ekonomi dan sistem sumberdaya alam serta lingkungan. Beberapa pakar mengatakan keberlanjutan secara static dan dinamik yang artinya keberlanjutan static diartikan sebagai pemanfaatan sumberdaya alam terbarukan dengan laju teknologi yang konstan, sementara keberlanjutan dinamik mengandung pengertian dimensi waktu.

(31)

(demand). Keberlanjutan dan pengembangan dari sebuah usaha tergantung dari peluang pasar yang diciptakan. Semakin tinggi peluang tersebut maka produksi akan semakin banyak, begitu juga sebaliknya semakin sedikit peluang permintaan maka produksi akan semakin sedikit pula.

Over capacity tidak akan terjadi terhadap ikan hias air tawar. Hal ini dapat dilihat dari hasil produksi per tahun Indonesia senilai USD 7.484.913 bila dibandingkan dengan pasar prospektif yaitu senilai USD 4.454.343. Berarti hasil produksi perikanan Indonesia baru tercukupi 5 persen. Negara-negara yang tergolong kategori pasar produktif adalah China, Korea Selatan, Malaysia, Filiphina, Hongkong, Taiwan, Singapura, Thailand, Vietnam, India, Arab Saudi, Srilanka, Kanada, dan Autralia.

Ikan Hias

Sebuah catatan dari “ The 9th International Aquarium Fish dan Accessories Exhibition and Conference-Aquarama “ 26-29 Mei 2010 di Singapura nilai perdagangan ikan sebagai ikan hias hanya sekitar 0,4 persen (20 juta USD), sementara ikan sebagai makanan dan komoditas perdagangan masing-masing sebesar 90,2 persen (48.000 juta USD) dan 9,4 persen (5.000 juta USD). Berdasarkan data FAO (2004), produksi serta perdagangan ikan hias dan tanaman hias hasil budidaya air tawar masih memiliki kontribusi yang besar terhadap industri ikan hias dunia. Nilai industri ikan hias dunia diestimasi bervariasi antara 1-5 milyar USD. Sementara itu nilai ekspor ikan hias dan tanaman hias dunia tahun 2003 sekitar 200 juta USD atau mengalami peningkatan 7-8 persen per tahun sejak tahun 1990-an. Penyuplai ikan hias dunia masih didominasi oleh Asia dengan kontribusi 65 persen, sedangkan selebihnya disuplai oleh Eropa dengan kontribusi 19 persen, dan Oceania, Afrika, serta Amerika Utara dengan kontribusi sebesar 16 persen.

Dari konteks secara global, perdagangan ikan hias dunia menunjukkan tanda-tanda stagnasi dan kejenuhan akibat menurunnya impor dunia walaupun ekspor dunia mengalami peningkatan. Perkembangan pasar tujuan saat ini menunjukkan bahwa AS masih menjadi pasar utama. Pada tahun 2008, AS mengimpor ikan hias dengan nilai 41 juta USD berasal dari 60 negara eksportir yang didominasi oleh Thailand (18,2%), dan Singapura (18,2%), serta Indonesia (12,2%). Pada tahun 2009, Singapura dengan pangsa pasar 19,4 persen telah mengungguli Thailand (19,1%), sementara Indonesia mengalami penurunan menjadi 12,1 persen.

(32)

ekspor ikan hias Rep. Czech adalah Negara Uni Eropa anatara lain Jerman, Perancis, Italia, Austria, United Kingdom, dan negara Eropa lainnya.

Terkait dengan regulasiekspor, impor, dan karantina, Uni Eropa sedang menyusun regulasi mengenai aquatic animals termasuk ikan hias. Regulasi ditujukan untuk memfasilitasi keamanan perdagangan yang difokuskan pada pencegahan masuknya hama dan penyakit dan pengawasan terhadap importir atau eksportir aquatic animals ke Uni Eropa. Selain itu, di Uni Eropa terdapat kecenderungan penolakan terhadap jenis-jenis ikan mutasi gen atau ikan dengan sentuhan biota tertentu seperti, pewarnaan melalui injeksi dengan alasan animal welfare. Melihat trend perdagangan dari sisi pasar tujuan, maka ke depan perdagangan ikan hias masih menghadapi tantangan seperti :

1. Peningkatan biaya sebagai implikasi dari regulasi impor yang dikeluarkan oleh negara importir. Biaya tersebut baik yang ditanggung oleh eksportir seperti packaging, certification, dan sebagainya maupun biaya yang ditanggung oleh importir seperti handling cost, veterinary cost, agents charge, local transport, dan import tariff.

2. Ikan hias sebagai komoditas “customer base” berimplikasi pada pola perdagangannya yang dipengaruhi oleh selera konsumen. Hasil survey terakhir di pasar utama (Amerika Serikat dan Uni Eropa) menunjukkan bahwa konsumen ikan hias mayoritas di kalangan remaja usia antara 11-15 tahun. Berdasarkan hasil ini menunjukkan bahwa kreatifitas dan inovasi diperlukan untuk menarik mayoritas konsumen baik yang terkait dengan pengembangan spesies ikan hias jenis baru.

3. Seasonality of market di Uni Eropa (Jerman dan Perancis) selama setahun menunjukkan pola yang fluktuatif dengan pola penurunan yang terjadi pada bulan April sampai September, sementara di pasar Amerika Serikat dan Canada polanya cenderung stabil. Informasi ini menunjukkan bahwa pola perdagangan ikan hias di pasar tujuan memiliki karakter yang berbeda-beda.

Menurut Badan Pengembangan Ekspor Nasional, ikan hias adalah ikan yang umumnya mempunyai bentuk, warna, dan karakter khas sehingga mampu menciptakan suasana akuarium yang mendukung tata ruang serta mampu memberikan suasana tenteram dan nyaman. Ikan hias menjadi komoditi perdagangan karena aspek keindahan bukan karena kandungan nutrisinya. Gerakan ikan hias umumnya lembut, khas dengan perpaduan tanaman dan pendukung lainnya akan selalu menarik minat konsumen, khususnya yang memiliki pendapatan relatif tinggi. Di Negara maju popularitas ikan hias terus meningkat yang disebabkan oleh pengaruh sosial budaya masyarakat yang semakin individualistis sebagai salah satu jalan keluar mengatasi kendala kehidupan di kota besar.

Di dunia perdagangan, ikan hias Indonesia dikenal sebagai tropical fish. Ikan hias dikenal bermacam jenis, baik warna maupun bentuknya. Secara garis besar dibagi empat jenis, yaitu :

1. Ikan hias yang berasal dari air tawar dengan istilah perdagangan freshwater ornamental fish.

2. Ikan hias yang berasal dari laut dikenal sebagai marine ornamental fish. 3. Tanaman hias air tawar dikenal sebagai freshwater ornamental plant atau

(33)

4. Kerang-kerang atau biota laut dikenal sebagai invertebrata.

Dalam meraih devisa yang lebih besar di sektor non migas, Indonesia mempunyai potensi dan peluang di sektor perikanan. Salah satu jenis usaha perikanan yang paling menonjol adalah usaha ikan hias. Terdapat 1.600 spesies ikan hias dunia dan sekitar 750 spesies diantaranya berasal dari air tawar (Putro, 2003).

Pengaruh globalisasi yang sangat cepat menyusup pada struktur dan strategi badan usaha multinasional. Persaingan antar industry telah berubah dengan munculnya kerjasama antara badan-badan usaha yang selama ini saling bersaing, untuk mencapai tingkat keuntungan ekonomi yang tinggi. Dampak dari itu, seringkali sulit untuk diantisipasi karena pengaruhnya dapat saja melanggar kaidah ekonomi yang fundamental. Gambaran tersebut sesungguhnya menunjukkan betapa teori keunggulan komparatif tidak sesuai dengan perkembangan ekonomi dunia saat ini.

Cepatnya fenomena globalisasi ekonomi tersebut membawa dampak yang sulit, baik untuk Negara industry maupun Negara berkembang seperti Indonesia. Keadaan ini seringkali lebih dipersulit dengan semakin tampaknya sifat proteksionistis Negara maju dalam perdagangan, persaingan tidak sehat antara sesama badan usaha multinasional dalam upaya melestarikan kegiatan ekonomi dan lain sebagainya. Di pihak lain, seringkali tuntutan keseimbangan neraca perdagangan antar Negara mengakibatkan bentuk perdagangan menjadi semakin tidak dilandasi oleh prinsip-prinsip keunggulan komparatifnya, karena hubungan bilateral menjadi prinsip utama dibandingkan prinsip persaingan. Dengan demikian, menjadi semakin penting bagi setiap pelaku usaha untuk menanamkan wawasan “competitiveness” sebagai landasan pembangunan perikanan.

Perkembangan dunia perikanan yang terjadi belakangan ini mengarah kepada era globalisasi dan perdagangan bebas. Hal ini menyebabkan perubahan yang cepat dan memberikan pengaruh yang luas dalam perekonomian nasional maupun internasional yang berdampak pada semakin ketatnya persaingan. Agar suatu sektor ekonomi dapat bertahan dan berkembang dalam situasi persaingan saat ini, maka perlu memiliki daya saing yang tinggi.

Pangsa pasar ikan hias tidak hanya nasional tetapi internasional (ekspor), keberadaan eksportir ikan hias cenderung mempengaruhi tingkat permintaan. Bila dibandingkan dengan daerah lain, Kabupaten Bogor cukup dikenal oleh kalangan eksportir akan hasil ikan hias, perusahaan-perusahaan swasta yang berfungsi sebagai broker sekaligus pelaku eksportir merupakan system penunjang dari usaha ikan hias. Ikan hias bila dibandingkan dengan ikan konsumsi jelas berbeda tingkat kebutuhannya, ikan hias hanya digunakan sebagai bentuk keindahan bagi kalangan hobiis di luar negeri sehingga tidak heran kebanyakan hasil ikan hias Indonesia termasuk supplier di Kabupaten Bogor dipasarkan di luar negeri (ekspor).

Perkembangan Ikan Hias Indonesia

(34)

sudah diekspor untuk memenuhi selera para penggemar ikan hias di luar negeri. Dengan sumber daya alam yang berlimpah, Indonesia cukup optimis menjadi produsen ikan hias. Sumber daya itu dapat dijadikan modal untuk meraih pangsa pasar yang lebih besardi luar negeri. Dengan teknologi sederhana, sebagian besar jenis ikan hias relatif mudah dibudidayakan. Lahan yang terbatas tidak lagi menjadi kendala sebab kegiatan ini dapat dilaksanakan pada lokasi yang relative sempit

Perkembangan ekspor ikan hias Indonesia cenderung terus meningkat. Menurut International Trade Centre (ITC), rata-rata pertumbuhan permintaan Negara pengimpor mencapai 15% per tahun. Negara tujuan atau pasar ikan hias dunia antara lain Eropa dan Amerika Serikat yang mampu menyerap sekitar 62,5% dari total impor ikan hias dunia, kemudian Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, Taiwan, Korea, China, Timur Tengah, Kanada, Australia, Amerika Serikat, Brazil, Mexico, dan Afrika. Konsumen ikan hias terbesar terutama berasal dari Negara-negara di Eropa seperti Jerman, Italia, Inggris, Belanda, Belgia, Rusia, Austria, Ceko, dan Perancis. Diprediksikanimpor dari Negara-negara kawasan Asia Tenggara sekitar 45% dan Indonesia baru memenuhi 7,5% dari permintaan dunia. Singapura tercatat sebagai pengekspor terbesar, yaitu sekitar 22,8%.

Prospek bisnis ikan hias di Indonesia cukup cerah karena memiliki faktor pendukung, diantaranya beragamnya jenis ikan yang ada, air yang tersedia, lahan masih sangat luas, dan iklimnya yang cocok. Tidak hanya itu, ternyata di iklim tropis ini banyak ikan hias pendatang yang bisa hidup layak dan berkembang biak.

Pada kenyataannya, ketersediaan ikan hias sebagai komoditas ekspor pada tingkat eksportir selalu lebih kecil daripada permintaan importir yang berada di luar negeri. Hal tersebut berarti eksportir selalu kekurangan suplai sehingga tidak pernah memiliki kelebihan stok. Ikan hias yang dijual eksportir ke mancanegara ini tidak seluruhnya hasil budidaya, tetapi juga dari tangkapan di alam yang tidak bisa terjamin jumlah dan kontinuitasnya. Oleh karena itu, usaha budidaya ikan hias air tawar berpeluang besar untuk terus dikembangkan dan ditingkatkan melalui intensifikasi dan ektensifikasi pembenihan maupun pembesarannya. Namun, dalam pelaksanaan usaha ikan hias air tawar kerap kali dijumpai beberapa kendala yang sekaligus menjadi faktor pembatas usaha, diantaranya faktor kualitas air yang mencakup suhu air; oksigen terlarut dalam air; keasaman air (pH); dan kesadahan air (dH), faktor pengetahuan dan keterampilan sumberdaya manusia yang mengelola usaha ikan hias, serta faktor pemasaran produksi.

(35)

Tabel 8.Nilai Ekspor Ikan Hias Indonesia (Dalam USD)

Jenis Ikan Hias 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Benih Ikan Hias 217.558 228.267 228.361 821.227 896.272 524.173 Ikan Hias Laut 1.758.840 1.780.794 1.549.143 821.177 1.756.036 6.377.644 Ikan Hias Tawar 801.449 700.265 904.298 777.502 716.277 7.484.913

Jumlah 2.777.847 2.709.326 2.681.802 2.419.906 3.368.585 14.386.730

Tanaman Laut 479.034 593.161 764.393 1.008.064 758.837 2.914.466 Tanaman Tawar 16.674 28.631 53.432 31.094 12.603 - Tanaman Lain 505.295 586.437 87.281 166.750 281.932 168.142 Jumlah 1.001.003 1.208.229 905.106 1.205.908 1.053.372 3.082.608

Total 3.778.850 3.917.555 3.586.908 3.625.814 4.421.957 17.469.338 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011

Penelitian mengenai Kelayakan Usaha

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisis kelayakan usaha budidaya perikanan seperti ikan konsumsi maupun ikan hias, baik dari perairan tawar, perairan payau, maupun perairan laut. Afni (2008) yang melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Lobster Air Tawar (Kasus K’BLAT’S Farm, Kecamatan Gunung Guruh, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)”. Penelitian ini menggunakan tiga skenario yaitu skenario I pada usaha pembenihan lobster air tawar arus penerimaan diperoleh dari hasil penjualan benih lobster air tawar dan nilai sisa biaya investasi berupa tanah dan bangunan. Tiap induk betina dapat menghasilkan 200 butir telur dengan tingkat kematian (MR/Mortalitas Rate) larva menjadi benih lobster berumur 2 bulan adalah 15 persen. Jadi, pada tiap produksi didapatkan 10.000 butir telur dengan jumlah benih yang hidup sebanyak 8.500 ekor.

Hasil analisis kriteria investasi terhadap usaha pembenihan lobster air tawar diperoleh NPV sebesar Rp 73.792.135,-. Net B/C sebesar 3,47 dan IRR sebesar 33 persen yang menyatakan bahwa usaha pembenihan lobster air tawar ini layak untuk diusahakan. Pola usaha pembenihan lobster air tawar memiliki periode pengembalian biaya investasi (Payback Period) selama 4,04 tahun.

Hasil analisis sensitivitas pada usaha pembenihan lobster air tawar, apabila terjadi penurunan produksi, kenaikan harga pakan, dan penurunan harga jual masing-masing adalah 23,8 persen, 774,95 persen, dan 23,8 persen. Besarnya penurunan produksi dan harga jual sebesar 23,8 menunjukkan bahwa usaha pembenihan lobster air tawar ini masih layak apabila penurunan yang terjadi terhadap produksi dan harga jual tidak lebih besar dari 23,8 persen. Sementara itu, besarnya kenaikan harga pakan yang masih dapat mendatangkan keuntungan bagi usaha pembenihan lobster air tawar adalah 774,59 persen. Hal ini berarti bahwa kenaikan harga pakan memiliki pengaruh yag kecil terhadap kelangsungan usaha.

(36)

pembesaran lobster air tawar memiliki periode pengembalian biaya investasi (Payback Period) selama 3,40 tahun.

Hasil analisa sensitivitas pada usaha pembesaran lobster air tawar menunjukkan bahwa perubahan terhadap penurunan produksi, kenaikan harga pakan dan harga jual masih layak apabila besarnya penurunan produksi dan harga jual tidak melebihi 23,11 persen. Jika penurunan yang terjadi lebih besar dari 23,11 persen, maka usaha pembesaran lobster air tawar ini menjadi tidak layak. Sementara itu, kenaikan harga pakan tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap kelayakan usaha. Hal ini dapat dilihat dari besarnya perubahan kenaikan harga pakan yang mencapai 571,77 persen, sehingga dapat dilihat bahwa usaha pembesaran lobster air tawar sangat sensitif terhadap perubahan produksi dan harga jual karena dapat mengubah tingkat kelayakan usahanya.

Pada pola usaha III yaitu usaha pembenihan dan pembesaran lobster air tawar, arus pemasukkan diperoleh dari penjualan benih lobster dan penjualan lobster konsumsi. Hasil analisa kriteria investasi terhadap usaha pembenihan dan pembesaran lobster air tawar diperoleh NPV sebesar Rp 138.280.330,-: Net B/C sebesar 5,14; dan IRR sebesar 52 persen. Hal ini menyatakan bahwa usaha pembenihan dan pembesaran lobster air tawar layak untuk diusahakan. Pola usaha pembenihan dan pembesaran lobster air tawar memiliki periode pengembalian biaya investasi (Payback period) selama 2,79 tahun.

Hasil analisa sensitivitas pada usaha pembenihan dan pembesaran lobster air tawar diperoleh apabila perubahan terhadap penurunan produksi dan penurunan harga jual yang terjadi melebihi 34,87 persen, maka usaha pembenihan dan pembesaran lobster air tawar ini menjadi tidak layak. Dengan perubahan kenaikan harga yang masih dapat mendatangkan keuntungan bagi usaha ini adalah 828,33 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan harga pakan memiliki pengaruh yang kecil terhadap kelayakan usaha pembenihan dan pembesaran lobster air tawar.

Beberapa penelitian lain yang terkait dengan kelayakan usaha budidaya komoditas perikanan juga dilakukan oleh Sugama (2008) yang melakukan penelitian mengenai “Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Kerapu Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali)”. Berdasarkan hasil analisis finansial diperoleh nilai NPV pada usaha pembenihan ikan kerapu macan, kerapu bebek, dan kerapu sunu dimana masing-masing hasilnya adalah Rp 330.405.688,- ; Rp 448.428.815,- ; dan Rp 206.600.377,- yang diperoleh selama 10 tahun. Nilai IRR yang diperoleh yaitu pada ikan kerapu macan sebesar 72 persen, ikan kerapu bebek sebesar 4,867, dan pembenihan ikan kerapu sunu diperoleh nilai sebesar 2,431. Payback period yang diperoleh dalam usaha pembenihan ikan kerapu macan adalah 3 tahun, pembenihan ikan kerapu bebek adalah 2 tahun 2,9 bulan, dan untuk pembenihan ikan kerapu sunu adalah 3 tahun 3,46 bulan.

(37)

ikan kerapu gabungan, dan kerapu bebek tetapi masih layak untuk dilakukan. Jika terjadi kenaikan harga telur, usaha pembenihan ikan kerapu sunu merupakan usaha yang paling sensitif diikuti pembenihan ikan kerapu macan, pembenihan ikan kerapu bebek, pembenihan ikan kerapu gabungan tetapi usaha masih tetap layak untuk diusahakan.

Rosmawati (2010), juga telah melakukan penelitian yang menganalisis kelayakan yang diberi judul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele Dumbo Kasus : Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat”. Berdasarkan perhitungan analisis kelayakan finansial dalam mengembangkan pengusahaan ikan lele dengan modal sendiri pada tingkat diskonto sebesar 7 persen dari masing-masing pengusahaan ikan lele, memperoleh nilai NPV sebesar Rp 190.564.149,- pada pengusahaan pembenihan ikan lele, sedangkan nilai NPV yang diperoleh pada pengusahaan pembesaran ikan lele adalah sebesar Rp 118.979.693,-. Nilai NPV diperoleh lebih besar dari nol yang artinya usaha ini layak untuk dikembangkan.

Nilai Net B/C yang diperoleh pada pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele adalah 3,77 dan 2,08 lebih besar dari satu yang artinya dari setiap Rp 1,- yang dikeluarkan selama umur proyek akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 3,77,- untuk pengusahaan pembenihan ikan lele dan Rp 2,08,- untuk pengusahaan pembesaran ikan lele sehingga usaha ini layak untuk dikembangkan. Nilai IRR yang diperoleh adalah 51 persen dan 25 persen lebih besar dari tingkat suku bunga deposito sebesar 7 persen artinya investasi di usaha ini lebih menguntungkan dibandingkan dengan deposito, sedangkan waktu yang diperlukan untuk pengembalian biaya investasi yang ditanamkan pada masing-masing pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele adalah 1,35 tahun dan 1,40 tahun.

Selain menghitung analisis kelayakan, dihitung juga analisis switching value untuk mengetahui tingkat perubahan harga jual benih atau output yang dihasilkan dan adanya kenaikan harga pakan, sehingga keuntungan mendekati normal dimana NPV mendekati atau sama dengan nol. Analisis switching value menunjukkan bahwa pada pengusahaan ikan lele dengan menggunakan modal sendiri untuk penurunan harga jual output pada pengusahaan pembenihan ikan lele yaitu sebesar 23 persen, sedangkan pada pembesaran ikan lele diperoleh hasil switching value sebesar 47 persen.

(38)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Studi Kelayakan Bisnis

Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit), atau suatu aktivitas di mana dikeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang, yang dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah et al. 1999).

Penanaman modal dalam suatu usaha atau proyek, baik untuk usaha baru maupun perluasan usaha yang sudah ada, biasanya disesuaikan dengan tujuan perusahaan dan bentuk badan usahanya. Salah satu tujuan perusahaan didirikan yaitu mencari keuntungan (profit), dalam arti seluruh aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan hanya ditujukan untuk mencari keuntungan semata. Tujuan lainnya adalah bersifat sosial, artinya jenis usaha ini didirikan untuk membantu masyarakat dalam penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Di samping itu, ada perusahaan yang didirikan dengan tujuan keduanya, artinya di samping ingin memperoleh keuntungan, juga ingin memberikan layanan sosial. Dalam praktiknya, usaha sosial juga perlu memperoleh keuntungan, sehingga mampu membiayai usahanya sendiri (mandiri) tidak hanya bergantung kepada donator, lembaga keuangan, atau investor.

Bagi perusahaan yang didirikan untuk tujuan total profit, yang paling utama adalah perlu dipikirkan seberapa lama pengembalian dana yang ditanam di proyek tersebut agar segera kembali. Artinya, sebelum perusahaan dijalankan, maka terlebih dahulu perlu dihitung apakah proyek atau usaha yang akan dijalankan benar-benar dapat mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dalam proyek tersebut dalam jangka waktu tertentu dan dapat memberikan keuntungan financial lainnya seperti yang diharapkan. Jika tidak, maka sebaiknya perusahaan tersebut tidak dijalankan. Di samping dapat mencapai keuntungan financial, bagi pemilik usaha jenis ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi tenaga kerja yang bekerja pada proyek tersebut, masyarakat di sekitar proyek tersebut maupun bagi pemerintah. Jenis perusahaan yang bersifat total profit ini biasanya berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT).

(39)

Terkadang dalam praktiknya, sekalipun telah dilakukan studisecara baik dan benar faktor kegagalan suatu usaha tetap ada, apalagi yang tanpa dilakukan studi sebelumnya. Hal ini disebabkan untuk mencapai tujuan yangingin dicapai banyak sekali hambatan yang akan dihadapi dan risiko yang mungkin timbul setelah usaha berjalan. Oleh sebab itu, untukmenghindari kegagalan ini perlu dilakukan studi sebelum proyek tersebut dijalankan. Salah satu tujuan dilakukan studi kelayakan bisnis adalah untuk mencari jalan keluar agar dapat meminimalkan hambatan dan risiko yang mungkin timbul di masa yang akan datang, karena di masa yang akan datang penuh dengan ketidakpastian.

Studi kelayakan bisnis dilakukan untuk mengidentifikasi masalah di masa yang akan datang, sehingga dapat meminimalkan kemungkinan gagalnya hasil yang ingin dicapai dalam suatu investasi. Dengan kata lain, studi kelayakan bisnis akan memperhitungkan hal-hal yang akan menghambat atau peluang dari investasi yang akan dijalankan. Jadi, dengan adanya studi kelayakan bisnis minimal dapat memberikan pedoman atau arahan kepada usaha yang akan dijalankan nantinya (Jakfar, 2012).

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kegagalan Usaha

Ada banyak hal yang menyebabkan usaha mengalami kegagalan. Kegagalan ini dapat dimulai dari kesalahan dalam melakukan perhitungan sampai kepada faktor-faktor yang memang tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Pada akhirnya kegagalan ini akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Risiko kerugian yang timbul di masa yang akan datang disebabkan karena di masa yang akan datang penuh dengan berbagai ketidakpastian, sehingga sangat penting untuk diperhatikan adalah memprediksi risiko yang akan terjadi nanti.

Secara umum, faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan terhadap hasil yang dicapai sekalipun telah dilakukan studi kelayakan bisnis secara benar dan sempurna yang telah diuraikan adalah sebagai berikut :

1. Data dan informasi tidak lengkap,

Studi kelayakan bisnis perlu dilakukan sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan. Intinya agar usaha atau proyek ini dijalankan tidak akan sia-sia atau dengan kata lain tidak membuang uang, tenaga, atau pikiran secara percuma serta tidak menimbulkan ,asalah yang tidak perlu di masa yang akan datang. Bahkan dengan adanya usaha atau proyek akan dapat meberikan berbagai keuntungan serta manfaat kepada berbagai pihak. Setidaknya ada lima tujuan penting sebelum suatu proyek dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan, yaitu :

1. Menghindari risiko

(40)

terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam hal ini, fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalkan risiko yang tidak diinginkan, baik risiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

2. Memudahkan perencanaan

Jika sudah dapat diramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, maka akan mempermudah dalam pelaksanaan perencanaan dan hal-hal apa saja yang perlu direncanakan. Perencanaan meliputi berapa jumlah dana yang akan dikeluarkan, kapan usaha atau proyek akan dijalankan, di mana lokasi proyek akan didirikan, siapa yang akan melaksanakannya, bagaimana cara menjalankannya, berapa besar keuntungan yang akan diperoleh, serta bagaimana mengawasi jika terjadi penyimpangan. Yang jelas dalam perencanaan sudah terdapat jadwal pelaksanaan usaha, mulai dari usaha dijalankan sampai waktu tertentu. 3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan

Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat memudahkan pelaksanaan proyek. Para pelaksana yang mengerjakan bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang harus dikerjakan. Kemudian pengerjaan usaha dapat dilakukan secara sistematik, sehingga tepat sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah disusun. Rencana yang sudah disusun, dijadikan acuan dalam mengerjakan setiap tahap yang sudah direncanakan.

4. Memudahkan pengawasan

Dengan telah dilaksanakannya suatu usaha atau proyek sesuai dengan rencana yang telah disusun, maka akan memudahkan perusahaanuntuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar pelaksanaan usaha tidak melenceng dari rencana yang telah disusun. Pelaksana pekerjaan dapat sungguh-sungguh melakukan pekerjaannya karena merasa ada yang mengawasi, sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat oleh hal-hal yang tidak perlu.

5. Memudahkan pengendalian

Jika dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, maka apabila terjadi suatu penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga akan dapat dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian adalah untuk mengembalikan pelaksanaan pekerjaan yang melenceng dari yang diinginkan, sehingga pada akhirnya tujuan perusahaan akan tercapai.

Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis

Melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Sementara itu, sesuai dengan definisinya bisnis memiliki kegiatan-kegiatan yang tidak hanya membangun proyek, tetapi yang utama justru operasionalisasinya sehingga menjadi beberapa aspek pergantian, termasuk mengenai layanan pada pasar potensial, kepuasan konsumen, dan persaingan bisnis menjadi hal yang penting.

(41)

dengan ketentuan yang telah ditentukan. Ada beberapa aspek yang perlu dilakukan studi untuk menentukan kelayakan suatu usaha. Masing-masing aspek tidak dapat berdiri sendiri, akan tetap saling berkaitan. Artinya, jika salah satu aspek tidak terpenuhi, maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan (Jakfar, 2012).

Gambar 2. Aspek-aspek dalam Penilaian Studi Kelayakan Bisnis

Aspek Pasar

Menurut para ahli, pasar merupakan suatu kelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar-menawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga. Menurut para ahli pemasaran mengemukakan pengertian yang lain tentang pasar, yakni merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi ada tiga faktor utama yang menunjang terjadinya pasar, yaitu orang dengan segala keinginannya, daya belinya, serta tingkah laku dalam pembeliannya (Umar, 2007). Menurut Nurmalina et al. (2009) aspek pasar dan pemasaran mempelajari tentang:

1. Permintaan, baik secara total maupun terperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai dan perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut.

2. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun juga yang berasal dari impor. Bagaimana perkembangan dimasa lalu dan bagaimana perkiraan dimasa yang akan datang.

3. Harga, dilakukan dengan perbandingan berang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya.

4. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan.

5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa dikuasai.

Aspek Hukum

Aspek Pasar

Aspek Keuangan

Aspek Teknis

Aspek Manajemen

Aspek Sosial,

Aspek Lingkungan

(42)

Aspek pasar dan pemasaran digunakan untuk menilai apakah perusahaan yang akan melakukan investasi ditinjau dari segi pasar dan pemasaran memiliki peluang pasar yang diinginkan atau tidak. Atau dengan kata lain seberapa besar potensi pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan dan seberapa besar market share yang dikuasai oleh para pesaing dewasa ini. Kemudian bagaimana strategi pemasaran yang akan dijalankan, untuk menangkap potensi pasar yang ada, maka perlu dilakukan riset pasar, baik dengan terjun langsung ke lapang maupun dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber. Setelah diketahui pasar nyata dan potensi pasar yang ada, disusun strategi pemasaran yang cocok (Jakfar, 2012).

Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya (Nurmalina et al. 2009). Menilai aspek kelayakan teknis merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum memutuskan untuk memulai atau mengembangkan suatu usaha. Aspek-aspek lain dalam analisis proyek akan berjalan jika analisis secara teknis dapat dilakukan. Analisis aspek teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek yang diusulkan. Hubungan-hubungan tersebut seperti potensi bagi pembangunan, ketersediaan air, parameter air, suhu udara, dan pengadaan input produksi (Gittinger, 1986).

Aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi proyek, besar skala operasi atau luas produksi, kriteria pemilihan mesin dan peralatan yang digunakan, proses produksi yang dilakukan dan jenis teknologi yang digunakan. Dalam suatu usaha, hubungan aspek-aspek teknis sangat menentukan keberhasilan usaha terutama keberhasilan proses produksi. Masing-masing komponen dalam aspek teknis ini saling terkait satu sama lain dan ketidaklayakan salah satu komponen akan menggangu proses produksi secara keseluruhan (Gittinger, 1986).

Menurut Jakfar (2012) aspek teknis yang akan diteliti adalah mengenai lokasi usaha, baik kantor pusat, cabang, pabrik, atau gudang. Kemudian penentuan layout gedung, mesin, dan peralatan, layout ruangan sampai kepada usaha perluasan selanjutnya. Penelitian mengenai lokasi meliputi berbagai pertimbangan, apakah harus dekat dengan pasar, dekat dengan bahan baku, dengan tenaga kerja, dengan pemerintahan, lembaga keuangan, atau pertimbangan lainnya. Kemudian mengenai penggunaan teknologi, apakah padat karya atau padat modal. Artinya, jika menggunakan padat karya, maka akan memberikan kesempatan kerja, namun jika padat modal justru sebaliknya.

Aspek Manajemen

Gambar

Gambaran Umum Kirana Fish Farm ........................................................
Tabel 1 Nilai Produksi Perikanan Nasional Tahun 2007-2011 (dalam juta rupiah)
Tabel 5. Pencapaian Produksi Perikanan di Kabupaten Bogor Tahun 2009
Tabel 7. Data Penawaran dan Permintaan Ikan Hias Tetra di Kirana Fish Farm
+7

Referensi

Dokumen terkait

Genotipe tomat yang diuji memberikan pengaruh yang nyata terhadap karakter daya hasil tanaman, seperti tinggi tanaman, diameter batang, umur berbunga, umur panen, diameter

Dalam suatu proyek yang dirancanakan untuk selesai dalam jangka waktu yang sesuai dengan target , dapat dilakukan percepatan durasi kegiatan yang akan memberikan

Rendemen minyak sawit kasar (Rcpo) dan inti sawit (Ris) adalah berat minyak sawit kasar dan inti sawit yang dihasilkan pabrik dibagi dengan berat TBS yang diolah dan dikalikan

Secara umum, pengertian e-government (Adi Suryanto, 2008 : 505) adalah suatu proses penyelenggaraan pemerintahan dengan pemanfaatan TI untuk tujuan efisiensi,

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah diperoleh, maka saran yang dapat diberikan adalah pasien lebih memperhatikan dalam memilih metode pengobatan yang

Tujuan dari departemen Food And Beverage ini adalah menjual makanan dan minuman sebanyak-banyaknya dengan harga yang sesuai, memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada tamu

procedural justice yaitu keadilan yang mengacu pada kebijakan, peraturan dan waktu yang digunakan dalam proses penanganan keluhan seperti proses pengendalian,

Pada pengambilan keputusan atau pemecahan masalah yang dilakukan oleh Lurah Tegal Gundil dalam menjalankan aktivitas kelurahan, pegawai mempersepsikan bahwa