• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agribisnis Perikanan

Berkaitan dengan pengembangan agribisnis perikanan, perlu dikembangkan dengan empat alasan, yaitu :

1. Perikanan sebagai salah satu sumber pertumbuhan bagi ekonomi Indonesia,

2. Sebagai usaha reorientasi kebijaksanaan pembangunan subsector perikanan dengan member peranan lebih besar kepada sektor swasta,

3. Sebagai pelaksanaan diversifikasi secara horizontal dan vertical,

4. Perubahan orientasi bisnis berdasarkan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif.

Diuraikan lebih lanjut bahwa pengembangan agribisnis perikanan memerlukan beberapa kondisi yang kondusif yaitu : 1) eksistensi semua komponen (subsistem) agribisnis di lokasi atau wilayah pengembangan, 2) keserasian atau keterkaitan yang tinggi antar sub system, 3) kejelasan tanggung jawab, risiko, intensif pada setiap simpul ikatan, 4) kehadiran wirausaha dan 5) jalinan kemitraan.

Rahardi, et al (2000) menjelaskan bahwa dalam bisnis perikanan, manajemen diperlukan agar bisnis dapat berjalan lancar dan mendapat hasil seperti yang diharapkan. Manajemen yang berbeda dibutuhkan untuk kegiatan yang berbeda di bidang perikanan ini. Selanjutnya dinyatakan bahwa terdapat lima aspek utama yang penting untuk diketahui dalam manajemen bisnis perikanan, yaitu sebagai berikut :

1. Aspek Produksi

Manajemen produksi mencakup perencanaan produksi dan pengendalian proses produksi. Di dalamya terdapat pula pengambilan keputusan dalam bidang persiapan dan proses produksi untuk jangka pendek, menengah atau panjang. Dengan demikian diharapkan petani di bisnis perikanan dapat berproduksi secara lebih efisien. Manajemen produksi diperlukan untuk menghadapi pasar dengan gambaran yang jelas, detail, dan dapat diprediksi, terutama tentang volume permintaan, waktu, dan system pemasaran. Komponen atau turunan dari manajemen produksi terdiri dari skala usaha atau produksi, teknologi produksi yang digunakan, dan pola tanam yang diterapkan. Skala produksi menggambarkan target produksi yang ingin dicapai per musim, per siklus, atau per tahun dalam rangka memenuhi permintaan pasar. Penetapan skala produksi akan berdampak terhadap teknologi produksi yang digunakan. Penerapan teknologi produksi dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya manusia yang digunakan.

2. Aspek Pemasaran

Manajemen pemasaran mencakup kegiatan untuk mendistribusikan hasil produksi ke tangan konsumen. Kegiatan tersebut seperti menentukan kelompok masyarakat yang menjadi sasaran pemasaran, melihat ada tidaknya persaingan dan menentukan strategi pemasaran yang harus

dijalankan. Aspek pasar meliputi permintaan akan komoditas perikanan yang akan diusahakan dan system pemasarannya. Permintaan (demand) terhadap komoditas perikanan mencakup volume, tingkat harga,waktu, atau musim. Permintaan ikan hias tropis dari Negara-negara Eropa paling banyak terjadi pada musim dingin atau musim salju, saat masyarakat di Negara tersebut lebih banyak tinggal di rumah dan tidak liburan.

3. Aspek Keuangan

Manajemen keuangan meliputi kegiatan mengelola keuangan dalam suatu usaha. Di dalamnya termasuk cara mendapatkan dan mengalokasikan dana untuk suatu usaha. Manajemen produksi (skala usaha, teknologi produksi, dan pola tanam) yang diterapkan dalam suatu agribisnis perikanan pada akhirnya akan berdampak pada permodalan. Modal harus disediakan untuk menjalankan manajemen produksi yang telah ditentukan. Dengan kata lain, rencana permodalan harus disesuaikan dengan manajemen produksi yang akan diterapkan setelah memperhatikan aspek pasar, sumber daya manusia (SDM), dan sumber daya alam (SDA). Aspek SDM dan SDA secara tidak langsung akan mempengaruhi besarnya modal yang akan ditanamkan dalam agribisnis perikanan. Modal merupakan bahan bakar untuk beroperasinya mesin agribisnis perikanan sehingga tanpa modal maka agribisnis ini tidak bisa berlangsung. Modal dapat diperoleh dengan mudah dari investor bila investor merasa yakin bahwa semua aspek agribisnis perikanan tersebut dapat dikontrol dengan baik.

4. Apek Sumber Daya Manusia (SDM)

SDM merupakan aspek penting dalam agribisnis perikanan, terutama yang berkaitan dengan penguasaan teknis dan manajerial usaha. Pelaku agribisnis perikanan harus menguasai manajemen produksi secara detail, seperti teknologi yang digunakan, serta memobilisasi dan mengerahkan karyawan.pengembangan SDM di berbagai level atau mata rantai agribisnis perlu terus menerus dilakukan agar mencapai performa yang tinggi sebagai pelaku agribisnis perikanan. Performa tersebut ditunjukkan oleh produktivitas dan efisiensi kerja, kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berorganisasi (berkelompok), kemampuan melihat dan memanfaatkan peluang bisnis, serta sikap dan mental yang mendukung kemajuan.

5. Aspek Sumber Daya Alam (SDA)

Aspek SDA mencakup ketersediaan lahan dan air secara kualitas dan kuantitas, iklim, topografi, elevasi, dan aksesbilitas. Kesesuaian SDA untuk pengembangan agribisnis perikanan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu sangat sesuai, sesuai,dan tidak sesuai. Pada kategori sangat sesuai maka biaya investasi yang berkaitan dengan SDM menjadi relative lebih kecil, sehingga keuntungan usaha bisa maksimal. Sebaliknya, pada kategori sesuai apalagi tidak sesuai maka dibutuhkan lebih banyak biaya investasi untuk menjadikan faktor SDA ini menjadi sangat sesuai untuk pembangunan agribisnis perikanan.

Gambar 1. Beberapa aspek penting dalam agribisnis perikanan

Aspek-aspek di atas ternyata merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam agribisnis perikanan. Faktor tersebut merupakan titik kritis yang perlu diwaspadai dalam pengembangan agribisnis perikanan serta dapat diklasifikasikan sebagai faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang terdapat di dalam atau melekat pada agribisnis itu sendiri, seperti tipe atau jenis usaha yang dikembangkan, skala usaha, teknologi yang digunakan, modal yang ditanamkan, SDM, dan manajemen produksi secara keseluruhan yang diterapkan. Faktor ekstrinsik mencakup SDA, pasar, ekonomi makro, sosial, politik, dan keamanan.

Faktor-faktor tersebut ada yang bersifat independen (berdiri sendiri) dan ada pula yang dependen (bergantung kepada faktor lain). Faktor-faktor independen umumnya tidak dipengaruhi oleh faktor lain dan tidak dapat diubah secara efektif dalam cakupan proses pengembangan.faktor ini mencakup lingkungan fisik, seperti lahan dan kualitas tanah, iklim (suhu, hujan, periode pencahayaan alamiah, kelembaban, dan penguapan), musim, kualitas dan kuantitas air, topografi, elevasi, pencemaran, dan sebagainya, serta manusia, seperti persepsi, sikap, pasar, dan kebijakan.

Sulit untuk mengubah faktor lingkungan fisik seperti bentang alam untuk dapat menjadi sangat sesuai bagi pengembangan agribisnis. Faktor tersebut dapat diubah, tetapi sangat tidak efektif dan efisien sehingga berdampak buruk kepada performa agribisnis perikanan, yakni tingginya biaya investasi dan modal kerja.

Pengembangan agribisnis ikan hias memiliki prospek yang cerah. Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang potensial untuk dijadikan sumber penghasil devisa negara. Ekspor ikan hias pada tahun 2002 baru mencapai USD 15 juta. Angka ini meningkat 1% bila dibandingkan tahun 2001, tetapi masih jauh daripotensi ekspor ikan hias Indonesia yang diperkirakan mencapai USD 45-60 juta.

Sampai saat ini, Indonesia hanya menguasai sekitar 6 persen pangsa pasar ikan hias dunia, jauh lebih kecil dari Singapura yang mencapai 38,5 persen.

Pasar : volume, waktu, sistem Sumber daya manusia Sumber daya alam Skala usaha Teknologi produksi

Pola tanam yang diterapkan

Manajemen produksi

Padahal sebagian besar kebutuhan ikan hias Singapura dipasok dari Indonesia (Sumpeno, 2003). Hal tersebut karena didukung oleh potensi antara lain :

1. Sumber daya alam (biota ikan, kualitas air, iklim, lingkungan); banyak jenis komoditas ikan hias yang sudah cukup mudah dikembangbiakan di Bogor.

2. Sumber daya manusia (keterampilan dan budaya); pembudidaya ikan hias Bogor minimal sudah banyak yang menguasai teknologi produksinya, serta tidak sedikit pula yang telah memahami tataniaga ikan hias.

3. Aspek Pasar : Kabupaten Bogor di samping daerah tujuan wisata yang cukup menarik, juga memiliki kemudahan terhadap simpul-simpul jasa distribusi seperti jasa transportasi, jasa informasi.

4. Sarana dan prasarana, Kabupaten Bogor memiliki lembaga-lembaga dan industry-industri penunjang yang dapat mendukung kegiatan budidaya ikan hias seperti industry pakan, peralatan perikanan, obat-obatan, dan sebagainya.

Ikan hias adalah usaha perikanan yang mampu memberikan kontribusi besar bagi setiap pelaku usaha di bidangnya. Sedikit lahan yang dibutuhkan tapi manfaat yang dihasilkan besar. Ikan hias di Indonesia bukan hanya sebagai hobiis tetapi sebuah usaha besar (Big business) karena hobiis ikan hias terbanyak ada di mancanegara, peluang ini dimanfaatkan oleh pelaku ikan hias. Selain keunggulan aneka hayati, Indonesia juga merupakan negara yang mempunyai musim teratur yaitu musim panas dan musim hujan, bial dibandingkan dengan Negara-negara Asia maupun Eropa mengalami beberapa musim, salah satunya musim dingin sehingga produksi ikan hias terganggu.

Prospek ikan hias dipengaruhi juga oleh modal social (social capital), Pearce dan Barbier (2000) menyatakan bahwa social capital berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi karena ada faktor-faktor berikut : 1) arus informasi akan lebih cepat bergerak anatr gen ekonomi jika. Prospektif ikan hias adalah pola kelanjutan dalam pembangunan ekonomi social capital cukup baik ; 2) kepercayaan (trust) yang menjadikan komponen utama social capital akan mengurangi biaya pencarian informasi sehingga mengurangi biaya transaksi ; 3) social capital yang baik akan mengurangi kontrol pemerintah sehingga pertukaran ekonomi lebih efisien.

Output social capital terciptanya pembangunan berkelanjutan mengandung pengertian yaitu, dimensi waktu karena keberlanjutan tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi di masa akan datang, interaksi antara sistem ekonomi dan sistem sumberdaya alam serta lingkungan. Beberapa pakar mengatakan keberlanjutan secara static dan dinamik yang artinya keberlanjutan static diartikan sebagai pemanfaatan sumberdaya alam terbarukan dengan laju teknologi yang konstan, sementara keberlanjutan dinamik mengandung pengertian dimensi waktu.

Selain dari peluang pasar, prospek ikan hias akan lebih baik jika didukung dengan social capital yang baik pula. Komponen-komponen social yang dapat ditingkatkan oleh pemerintah beserta pengusaha pengembangan lainnya adalah dengan meningkatkan sumberdaya manusia sesuai dengan standar internasional. Sebagai contoh negara yang mempunyai social capital yang baik adalah Singapura, Malaysia, dan negara-negara Asia Eropa lainnya. Pada prinsipnya setiap produksi yang dihasilkan selalu berorientasi pada pemintaan pasar

(demand). Keberlanjutan dan pengembangan dari sebuah usaha tergantung dari peluang pasar yang diciptakan. Semakin tinggi peluang tersebut maka produksi akan semakin banyak, begitu juga sebaliknya semakin sedikit peluang permintaan maka produksi akan semakin sedikit pula.

Over capacity tidak akan terjadi terhadap ikan hias air tawar. Hal ini dapat dilihat dari hasil produksi per tahun Indonesia senilai USD 7.484.913 bila dibandingkan dengan pasar prospektif yaitu senilai USD 4.454.343. Berarti hasil produksi perikanan Indonesia baru tercukupi 5 persen. Negara-negara yang tergolong kategori pasar produktif adalah China, Korea Selatan, Malaysia, Filiphina, Hongkong, Taiwan, Singapura, Thailand, Vietnam, India, Arab Saudi, Srilanka, Kanada, dan Autralia.

Ikan Hias

Sebuah catatan dari “ The 9th International Aquarium Fish dan Accessories Exhibition and Conference-Aquarama “ 26-29 Mei 2010 di Singapura nilai perdagangan ikan sebagai ikan hias hanya sekitar 0,4 persen (20 juta USD), sementara ikan sebagai makanan dan komoditas perdagangan masing-masing sebesar 90,2 persen (48.000 juta USD) dan 9,4 persen (5.000 juta USD). Berdasarkan data FAO (2004), produksi serta perdagangan ikan hias dan tanaman hias hasil budidaya air tawar masih memiliki kontribusi yang besar terhadap industri ikan hias dunia. Nilai industri ikan hias dunia diestimasi bervariasi antara 1-5 milyar USD. Sementara itu nilai ekspor ikan hias dan tanaman hias dunia tahun 2003 sekitar 200 juta USD atau mengalami peningkatan 7-8 persen per tahun sejak tahun 1990-an. Penyuplai ikan hias dunia masih didominasi oleh Asia dengan kontribusi 65 persen, sedangkan selebihnya disuplai oleh Eropa dengan kontribusi 19 persen, dan Oceania, Afrika, serta Amerika Utara dengan kontribusi sebesar 16 persen.

Dari konteks secara global, perdagangan ikan hias dunia menunjukkan tanda-tanda stagnasi dan kejenuhan akibat menurunnya impor dunia walaupun ekspor dunia mengalami peningkatan. Perkembangan pasar tujuan saat ini menunjukkan bahwa AS masih menjadi pasar utama. Pada tahun 2008, AS mengimpor ikan hias dengan nilai 41 juta USD berasal dari 60 negara eksportir yang didominasi oleh Thailand (18,2%), dan Singapura (18,2%), serta Indonesia (12,2%). Pada tahun 2009, Singapura dengan pangsa pasar 19,4 persen telah mengungguli Thailand (19,1%), sementara Indonesia mengalami penurunan menjadi 12,1 persen.

Sementara itu perkembangan Negara penyuplai, di Asia, ekspor ikan hias srilanka menunjukkan peningkatan dibandingkan 10 tahun sebenlumnya. Negara ini mengekspor ikan hias ke 55 negara yang mencakup Uni Eropa, AS, dan beberapa Negara Asia. Pada tahun 2009, nilai ekspor Srilanka mencapai 750.000 USD. Komoditas utama ikan hias yang diekspor antara lain guppy, (kontribusi 60%), swordtails, angels, platies, tetras, barbs, dan indigeneus spesies lainnya. Di pasar Uni Eropa, Rep. Czech menjadi trader ikan hias terbesar dengan rata-rata persentase ekspor dan impor per tahun masing-masing sebesar 10,3 persen dan 65 persen. Ikan hias impor yang berasaldari Singapura (28,9%), Slovakia (22,5%), Vietnam (10,5%), Thailand (8,7%), dan Indonesia (7,9%). Pasar tujuan utama

ekspor ikan hias Rep. Czech adalah Negara Uni Eropa anatara lain Jerman, Perancis, Italia, Austria, United Kingdom, dan negara Eropa lainnya.

Terkait dengan regulasiekspor, impor, dan karantina, Uni Eropa sedang menyusun regulasi mengenai aquatic animals termasuk ikan hias. Regulasi ditujukan untuk memfasilitasi keamanan perdagangan yang difokuskan pada pencegahan masuknya hama dan penyakit dan pengawasan terhadap importir atau eksportir aquatic animals ke Uni Eropa. Selain itu, di Uni Eropa terdapat kecenderungan penolakan terhadap jenis-jenis ikan mutasi gen atau ikan dengan sentuhan biota tertentu seperti, pewarnaan melalui injeksi dengan alasan animal welfare. Melihat trend perdagangan dari sisi pasar tujuan, maka ke depan perdagangan ikan hias masih menghadapi tantangan seperti :

1. Peningkatan biaya sebagai implikasi dari regulasi impor yang dikeluarkan oleh negara importir. Biaya tersebut baik yang ditanggung oleh eksportir seperti packaging, certification, dan sebagainya maupun biaya yang ditanggung oleh importir seperti handling cost, veterinary cost, agents charge, local transport, dan import tariff.

2. Ikan hias sebagai komoditas “customer base” berimplikasi pada pola perdagangannya yang dipengaruhi oleh selera konsumen. Hasil survey terakhir di pasar utama (Amerika Serikat dan Uni Eropa) menunjukkan bahwa konsumen ikan hias mayoritas di kalangan remaja usia antara 11-15 tahun. Berdasarkan hasil ini menunjukkan bahwa kreatifitas dan inovasi diperlukan untuk menarik mayoritas konsumen baik yang terkait dengan pengembangan spesies ikan hias jenis baru.

3. Seasonality of market di Uni Eropa (Jerman dan Perancis) selama setahun menunjukkan pola yang fluktuatif dengan pola penurunan yang terjadi pada bulan April sampai September, sementara di pasar Amerika Serikat dan Canada polanya cenderung stabil. Informasi ini menunjukkan bahwa pola perdagangan ikan hias di pasar tujuan memiliki karakter yang berbeda-beda.

Menurut Badan Pengembangan Ekspor Nasional, ikan hias adalah ikan yang umumnya mempunyai bentuk, warna, dan karakter khas sehingga mampu menciptakan suasana akuarium yang mendukung tata ruang serta mampu memberikan suasana tenteram dan nyaman. Ikan hias menjadi komoditi perdagangan karena aspek keindahan bukan karena kandungan nutrisinya. Gerakan ikan hias umumnya lembut, khas dengan perpaduan tanaman dan pendukung lainnya akan selalu menarik minat konsumen, khususnya yang memiliki pendapatan relatif tinggi. Di Negara maju popularitas ikan hias terus meningkat yang disebabkan oleh pengaruh sosial budaya masyarakat yang semakin individualistis sebagai salah satu jalan keluar mengatasi kendala kehidupan di kota besar.

Di dunia perdagangan, ikan hias Indonesia dikenal sebagai tropical fish. Ikan hias dikenal bermacam jenis, baik warna maupun bentuknya. Secara garis besar dibagi empat jenis, yaitu :

1. Ikan hias yang berasal dari air tawar dengan istilah perdagangan freshwater ornamental fish.

2. Ikan hias yang berasal dari laut dikenal sebagai marine ornamental fish. 3. Tanaman hias air tawar dikenal sebagai freshwater ornamental plant atau

4. Kerang-kerang atau biota laut dikenal sebagai invertebrata.

Dalam meraih devisa yang lebih besar di sektor non migas, Indonesia mempunyai potensi dan peluang di sektor perikanan. Salah satu jenis usaha perikanan yang paling menonjol adalah usaha ikan hias. Terdapat 1.600 spesies ikan hias dunia dan sekitar 750 spesies diantaranya berasal dari air tawar (Putro, 2003).

Pengaruh globalisasi yang sangat cepat menyusup pada struktur dan strategi badan usaha multinasional. Persaingan antar industry telah berubah dengan munculnya kerjasama antara badan-badan usaha yang selama ini saling bersaing, untuk mencapai tingkat keuntungan ekonomi yang tinggi. Dampak dari itu, seringkali sulit untuk diantisipasi karena pengaruhnya dapat saja melanggar kaidah ekonomi yang fundamental. Gambaran tersebut sesungguhnya menunjukkan betapa teori keunggulan komparatif tidak sesuai dengan perkembangan ekonomi dunia saat ini.

Cepatnya fenomena globalisasi ekonomi tersebut membawa dampak yang sulit, baik untuk Negara industry maupun Negara berkembang seperti Indonesia. Keadaan ini seringkali lebih dipersulit dengan semakin tampaknya sifat proteksionistis Negara maju dalam perdagangan, persaingan tidak sehat antara sesama badan usaha multinasional dalam upaya melestarikan kegiatan ekonomi dan lain sebagainya. Di pihak lain, seringkali tuntutan keseimbangan neraca perdagangan antar Negara mengakibatkan bentuk perdagangan menjadi semakin tidak dilandasi oleh prinsip-prinsip keunggulan komparatifnya, karena hubungan bilateral menjadi prinsip utama dibandingkan prinsip persaingan. Dengan demikian, menjadi semakin penting bagi setiap pelaku usaha untuk menanamkan wawasan “competitiveness” sebagai landasan pembangunan perikanan.

Perkembangan dunia perikanan yang terjadi belakangan ini mengarah kepada era globalisasi dan perdagangan bebas. Hal ini menyebabkan perubahan yang cepat dan memberikan pengaruh yang luas dalam perekonomian nasional maupun internasional yang berdampak pada semakin ketatnya persaingan. Agar suatu sektor ekonomi dapat bertahan dan berkembang dalam situasi persaingan saat ini, maka perlu memiliki daya saing yang tinggi.

Pangsa pasar ikan hias tidak hanya nasional tetapi internasional (ekspor), keberadaan eksportir ikan hias cenderung mempengaruhi tingkat permintaan. Bila dibandingkan dengan daerah lain, Kabupaten Bogor cukup dikenal oleh kalangan eksportir akan hasil ikan hias, perusahaan-perusahaan swasta yang berfungsi sebagai broker sekaligus pelaku eksportir merupakan system penunjang dari usaha ikan hias. Ikan hias bila dibandingkan dengan ikan konsumsi jelas berbeda tingkat kebutuhannya, ikan hias hanya digunakan sebagai bentuk keindahan bagi kalangan hobiis di luar negeri sehingga tidak heran kebanyakan hasil ikan hias Indonesia termasuk supplier di Kabupaten Bogor dipasarkan di luar negeri (ekspor).

Perkembangan Ikan Hias Indonesia

Keberadaan ratusan jenis ikan hias air tawar di Indonesia tidak seluruhnya merupakan ikan asli dari alam Indonesia. Sebagian besar adalah ikan hias yang diimpor kemudian dikembangbiakkan di Indonesia dan hasilnya banyak yang

sudah diekspor untuk memenuhi selera para penggemar ikan hias di luar negeri. Dengan sumber daya alam yang berlimpah, Indonesia cukup optimis menjadi produsen ikan hias. Sumber daya itu dapat dijadikan modal untuk meraih pangsa pasar yang lebih besardi luar negeri. Dengan teknologi sederhana, sebagian besar jenis ikan hias relatif mudah dibudidayakan. Lahan yang terbatas tidak lagi menjadi kendala sebab kegiatan ini dapat dilaksanakan pada lokasi yang relative sempit

Perkembangan ekspor ikan hias Indonesia cenderung terus meningkat. Menurut International Trade Centre (ITC), rata-rata pertumbuhan permintaan Negara pengimpor mencapai 15% per tahun. Negara tujuan atau pasar ikan hias dunia antara lain Eropa dan Amerika Serikat yang mampu menyerap sekitar 62,5% dari total impor ikan hias dunia, kemudian Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, Taiwan, Korea, China, Timur Tengah, Kanada, Australia, Amerika Serikat, Brazil, Mexico, dan Afrika. Konsumen ikan hias terbesar terutama berasal dari Negara-negara di Eropa seperti Jerman, Italia, Inggris, Belanda, Belgia, Rusia, Austria, Ceko, dan Perancis. Diprediksikanimpor dari Negara-negara kawasan Asia Tenggara sekitar 45% dan Indonesia baru memenuhi 7,5% dari permintaan dunia. Singapura tercatat sebagai pengekspor terbesar, yaitu sekitar 22,8%.

Prospek bisnis ikan hias di Indonesia cukup cerah karena memiliki faktor pendukung, diantaranya beragamnya jenis ikan yang ada, air yang tersedia, lahan masih sangat luas, dan iklimnya yang cocok. Tidak hanya itu, ternyata di iklim tropis ini banyak ikan hias pendatang yang bisa hidup layak dan berkembang biak.

Pada kenyataannya, ketersediaan ikan hias sebagai komoditas ekspor pada tingkat eksportir selalu lebih kecil daripada permintaan importir yang berada di luar negeri. Hal tersebut berarti eksportir selalu kekurangan suplai sehingga tidak pernah memiliki kelebihan stok. Ikan hias yang dijual eksportir ke mancanegara ini tidak seluruhnya hasil budidaya, tetapi juga dari tangkapan di alam yang tidak bisa terjamin jumlah dan kontinuitasnya. Oleh karena itu, usaha budidaya ikan hias air tawar berpeluang besar untuk terus dikembangkan dan ditingkatkan melalui intensifikasi dan ektensifikasi pembenihan maupun pembesarannya. Namun, dalam pelaksanaan usaha ikan hias air tawar kerap kali dijumpai beberapa kendala yang sekaligus menjadi faktor pembatas usaha, diantaranya faktor kualitas air yang mencakup suhu air; oksigen terlarut dalam air; keasaman air (pH); dan kesadahan air (dH), faktor pengetahuan dan keterampilan sumberdaya manusia yang mengelola usaha ikan hias, serta faktor pemasaran produksi.

Dengan demikian, pengusaha harus mampu mempertahankan akses pasar yang sudah ada dan harus lebih cermat memanfaatkan setiap peluang yang muncul. Selain itu, pengusaha harus bersikap proaktif, terutama dalam memperoleh informasi yang tepat, cepat, dan akurat mengenai berbagai hal dari Negara pengimpor sehingga bisa sukses dalam memasuki pasar internasional.

Tabel 8.Nilai Ekspor Ikan Hias Indonesia (Dalam USD)

Jenis Ikan Hias 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Benih Ikan Hias 217.558 228.267 228.361 821.227 896.272 524.173 Ikan Hias Laut 1.758.840 1.780.794 1.549.143 821.177 1.756.036 6.377.644 Ikan Hias Tawar 801.449 700.265 904.298 777.502 716.277 7.484.913

Jumlah 2.777.847 2.709.326 2.681.802 2.419.906 3.368.585 14.386.730 Tanaman Laut 479.034 593.161 764.393 1.008.064 758.837 2.914.466 Tanaman Tawar 16.674 28.631 53.432 31.094 12.603 - Tanaman Lain 505.295 586.437 87.281 166.750 281.932 168.142 Jumlah 1.001.003 1.208.229 905.106 1.205.908 1.053.372 3.082.608 Total 3.778.850 3.917.555 3.586.908 3.625.814 4.421.957 17.469.338 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011

Penelitian mengenai Kelayakan Usaha

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisis kelayakan usaha

Dokumen terkait