• Tidak ada hasil yang ditemukan

Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo Pada Pt Godongijo Asri Depok Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo Pada Pt Godongijo Asri Depok Jawa Barat"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS WALISONGO PADA

PT GODONGIJO ASRI DEPOK JAWA BARAT

ROSIANA HERAWATI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo Pada PT Godongijo Asri Depok Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(4)

ABSTRAK

ROSIANA HERAWATI. Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo Pada PT Godongijo Asri Depok Jawa Barat. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.

Tanaman hias merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki produksi tertinggi di Indonesia. Namun pengusahaan tanaman hias memiliki indikasi risiko dalam kegiatan produksinya khususnya tanaman hias Walisongo. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber risiko produksi, menganalisis probabilitas dan dampak sumber risiko produksi, dan merumuskan alternatif strategi sebagai penanganan setiap sumber risiko produksi tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo Asri. Metode penelitian yang digunakan untuk menghitung probabilitas dan dampak risiko adalah z-Score dan Value at Risk

(VaR). Sumber-sumber risiko produksi tanaman hias Walisongo yang terjadi pada PT Godongijo Asri adalah serangan hama, serangan penyakit tanaman, kondisi cuaca tidak menentu dan kualitas sekam. Kemungkinan sumber risiko terbesar adalah kondisi cuaca tidak menentu dengan dampak terbesar sedangkan kemungkinan sumber risiko terkecil adalah kualitas sekam dengan dampak terkecil. Alternatif strategi preventif dan mitigasi dilakukan untuk menangani sumber risiko pada kuadran II sedangkan 2 sumber risiko lainnya yang berada pada kuadran III hanya menggunakan strategi preventif.

Kata Kunci: hortikultura, produksi, risiko, tanaman hias, Walisongo

ABSTRACT

ROSIANA HERAWATI. Production Risk of Walisongo Ornamental Plant in PT Godongijo Asri Depok West Java. Supervised by ANNA FARIYANTI.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS WALISONGO PADA

PT GODONGIJO ASRI DEPOK JAWA BARAT

ROSIANA HERAWATI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah risiko produksi, dengan judul Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo Pada PT Godongijo Asri Depok Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan saran. Penulis ucapkan terima kasih kepada Tintin Sarianti, SP MM selaku dosen penguji utama dan Yanti Nuraeni Muflikh, SP MAbuss selaku dosen penguji komdik. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Jane Nadeak selaku Accounting Manager, Bapak Rizki Syahrazi selaku Production/Marketing Manager dan Ibu Dian Puspasari selaku Production Manager Assistance PT Godongijo Asri yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dan telah membantu pengumpulan data, serta seluruh karyawan produksi PT Godongijo Asri yang telah memberikan waktu dan informasi secara rinci mengenai risiko produksi tanaman hias Walisongo. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 9

Manfaat Penelitian 9

Ruang Lingkup Penelitian 9

TINJAUAN PUSTAKA 10

Sumber-Sumber Risiko 10

Peluang dan Dampak Risiko 11

Strategi Pengelolaan Risiko 12

KERANGKA PEMIKIRAN 14

Kerangka Pemikiran Teoritis 14

Konsep Risiko 14

Analisis Risiko 15

Sumber-Sumber Risiko 15

Dampak Risiko 16

Manajemen Risiko 17

Pemetaan Risiko 20

Kerangka Pemikiran Operasional 22

METODE PENELITIAN 23

Lokasi dan Waktu Penelitian 23

Jenis dan Sumber Data 24

Metode Pengumpulan Data 25

Metode Pengolahan Data 25

Analisis Kuantitatif 26

Analisis Probabilitas 26

Analisis Dampak Risiko 27

Pemetaan Risiko 28

GAMBARAN UMUM PT GODONGIJO ASRI 30

Sejarah Singkat PT Godongijo Asri 30

Visi dan Misi PT Godongijo Asri 30

Struktur Organisasi PT Godongjo Asri 31

(11)

Kegiatan Produksi Tanaman Hias Walisongo Pada PT Godongijo Asri 33

HASIL DAN PEMBAHASAN 38

Identifikasi Sumber Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo PT GIA 38 Analisis Probabilitas Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo PT GIA 48 Analisis Dampak Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo PT GIA 53 Pemetaan Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo PT GIA 57 Strategi Penanganan Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo PT GIA 59

SIMPULAN DAN SARAN 66

Simpulan 66

Saran 66

DAFTAR PUSTAKA 67

LAMPIRAN 70

DAFTAR TABEL

1 Volume ekspor komoditas hortikultura Indonesia tahun 2012 sampai

2013 1

2 Luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas hortikultura di

Indonesia tahun 2013 sampai 2014 2

3 Produktivitas tanaman hias di Indonesia tahun 2011 sampai 2013 3 4 Wilayah sentra produksi (tangkai) komoditas tanaman hias di Jawa

Barat tahun 2013 5

5 Tingkat kegagalan tanaman hias pada PT Godongijo Asri periode 15

Januari sampai 15 Maret 2015 6

6 Jenis dan sumber data penelitian 24

7 Form pencatatan sumber risiko produksi tanaman hias Walisongo 25 8 Jabatan dan tugas-tugas tenaga kerja pada PT Godongijo Asri 32 9 Penggunaan perlengkapan merockwool untuk 1 000 tanaman hias

Walisongo 34

10 Penggunaan peralatan penanaman tanaman Walisongo untuk 1 meja

tanam 35

11 Jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko

serangan hama pada PT Godongijo Asri 40

12 Jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko serangan penyakit tanaman pada PT Godongijo Asri 43 13 Jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko

kondisi cuaca tidak menentu pada PT Godongijo Asri 45 14 Jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko

kualitas sekam 47

15 Probabilitas sumber risiko serangan hama pada PT Godongijo Asri 49 16 Probabilitas sumber risiko serangan penyakit tanaman pada PT

(12)

17 Probabilitas sumber risiko kondisi cuaca tidak menentu pada PT

Godongijo Asri 51

18 Probabilitas sumber risiko kualitas sekam pada PT Godongijo Asri 52 19 Harga jual tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo Asri tahun

2013 sampai tahun 2015 53

20 Dampak sumber risiko serangan hama pada tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri dengan tingkat harga rata-rata per batang Rp8 500 54 21 Dampak sumber risiko serangan penyakit tanaman pada tanaman hias

Walisongo di PT Godongijo Asri dengan tingkat harga rata-rata per

batang Rp8 500 55

22 Dampak sumber risiko kondisi cuaca tidak menentu pada tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri dengan tingkat harga rata-rata per

batang Rp8 500 56

23 Dampak sumber risiko kualitas sekam pada tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri dengan tingkat harga rata-rata per batang Rp8 500 57 24 Sumber, probabilitas, dampak, dan status risiko tanaman hias

Walisongo pada PT Godongijo Asri 58

DAFTAR GAMBAR

1 Jumlah kegagalan tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo periode

tahun 2013 sampai 2015 7

2 Proses pengelolaan risiko perusahaan dan output yang dihasilkan 18

3 Peta risiko 20

4 Peta pemindahan risiko pada strategi preventif 21

5 Peta pemindahan risiko pada strategi mitigasi 21

6 Kerangka pemikiran operasional 23

7 Layout peta risiko 29

8 Struktur organisasi PT Godongijo Asri tahun 2015 31

9 Kegiatan perbanyakan stek tanaman Walisongo 34

10 Kegiatan perockwoolan tanaman Walisongo 35

11 Meja tanam untuk menanam tanaman Walisongo 36

12 Penanaman hasil stek tanaman Walisongo 36

13 Kegiatan pemeliharaan tanaman hias Walisongo pada mistroom dan

ruang aklimatisasi 37

14 Serangan hama Nymphola depunctalis pada mistroom, Nymphola depunctalis pada ruang aklimatisasi dan Cnaphalocrosis medinalis 40 15 Serangan penyakit tanaman pada tanaman hias Walisongo yaitu bercak

daun (Leaf spot), botrytis, dan layu (Fusarium) 42 16 Kegagalan tanaman hias Walisongo akibat kondisi cuaca tidak menentu

yaitu busuk batang akar (Phytium) 44

17 Kegagalan tanaman hias Walisongo akibat kualitas sekam yaitu jamur

Phytopthora palmivora 46

18 Pemetaan masing-masing sumber risiko produksi tanaman hias

(13)

19 Peta pemindahan sumber risiko kondisi cuaca tidak menentu dan serangan penyakit tanaman pada strategi preventif 62 20 Peta pemindahan sumber risiko kondisi cuaca tidak menentu dan

serangan penyakit tanaman pada strategi mitigasi 65

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data tanaman hias proyek vertical garden Simprug Golf 9 bulan

Januari 2015 pada PT Godongijo Asri 70

2 Data pengamatan tanaman hias Walisongo pada umur tanaman 0

sampai 1 bulan pada PT Godongijo Asri 71

3 Data pengamatan tanaman hias Walisongo pada umur tanaman 1

sampai 2 bulan pada PT Godongijo Asri 72

4 Hasil analisis probabilitas dan dampak kegagalan produksi tanaman hias Walisongo akibat sumber risiko kondisi cuaca tidak menentu 73 5 Hasil analisis probabilitas dan dampak kegagalan produksi tanaman

hias Walisongo akibat sumber risiko serangan penyakit tanaman 74 6 Hasil analisis probabilitas dan dampak kegagalan produksi tanaman

hias Walisongo akibat sumber risiko serangan hama 75 7 Hasil analisis probabilitas dan dampak kegagalan produksi tanaman

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang tepat untuk dijadikan sebagai sektor andalan dalam membangun perekonomian nasional melalui kegiatan agribisnis. Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang sangat berperan dalam upaya meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia (Ditjen Hortikultura 2014). Komoditas hortikultura meliputi buah-buahan, sayuran, tanaman hias (florikultura), dan tanaman obat (biofarmaka). Komoditas hortikultura juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sehingga usaha agribisnis hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil, menengah maupun besar karena memiliki keunggulan berupa nilai jual yang tinggi, keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan, teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional.

Pasokan produk hortikultura nasional diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri, baik melalui pasar tradisional, pasar modern, maupun pasar luar negeri (Ditjen Hortikultura 2014). Namun, telah diketahui bahwa pada usaha hortikultura memiliki indikasi risiko yang tinggi pada proses produksinya sebab komoditas hortikultura memiliki karakteristik mudah busuk, rusak serta siklus produksi yang lebih panjang. Tabel 1 menunjukkan bahwa terjadi penurunan volume ekspor komoditas hortikultura seperti sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias pada tahun 2012 sampai 2013.

Tabel 1 Volume ekspor komoditas hortikultura Indonesia tahun 2012 sampai 2013

Komoditas Volume (ton) Pertumbuhan

(%)

2012 2013

Sayuran 104 347 88 278 -15.4

Buah-buahan 208 580.3 190 848 -8.5

Tanaman hias 9 268 4 102 -55.74

Tanaman obat 2 226 24 419 997

Jumlah 324 421.3 307 645 -5.17

Sumber: Kementerian Pertanian (2014)

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam usaha hortikultura, diantaranya fluktuasi produktivitas, lokasi yang terpencar, skala usaha sempit, kebijakan dan regulasi dibidang perbankan, transportasi, ekspor dan impor belum sepenuhnya mendukung pelaku agribisnis hortikultura nasional. Hal ini menyebabkan produk hortikultura nasional kurang mampu bersaing dengan produk hortikultura yang berasal dari negara lain. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kontribusi subsektor hortikultura ke depan diperlukan dukungan semua pihak yang terkait secara terintegrasi sesuai tugas dan fungsinya.

(16)

2

volume ekspor tanaman hias lebih besar dibandingkan komoditas sayuran dan buah-buahan. Hal ini disebabkan karena adanya indikasi penurunan produktivitas pada tanaman hias. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat terjadi penurunan produktivitas tanaman hias di Indonesia tahun 2013 sampai 2014 sebesar 2.36 tangkai/m2. Hal ini disebabkan karena peningkatan luas panen yang lebih tinggi dibanding dengan peningkatan produksi tanaman hias.

Tabel 2 Luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas hortikultura di Indonesia tahun 2013 sampai 2014

(17)

3 Tabel 3 Produktivitas tanaman hias di Indonesia tahun 2011 sampai 2013

Komoditas Produktivitas (tangkai/pohon) Persentase pertumbuhan (%)

Produktivitas berbagai tanaman hias di Indonesia berfluktuasi dari tahun ke tahun, kadang cenderung mengalami peningkatan dan kadangkala mengalami penurunan. Naik turunnya produktivitas tanaman hias tersebut menunjukkan usaha tanaman hias mempunyai risiko dalam pengusahaannya. Salah satu penyebab adanya variasi produktivitas berbagai tanaman hias disebabkan perbedaan teknologi yang diadopsi dan digunakan dalam proses produksi serta faktor eksternal seperti kondisi lingkungan. Sumber risiko produksi dalam usaha tanaman hias antara lain kondisi cuaca yang tidak pasti, serangan hama penyakit yang sulit diprediksi sebelumnya, efisiensi penggunaan input serta tanaman yang rentan dalam perawatannya. Adanya risiko produksi tersebut akan memengaruhi keberhasilan dan keuntungan yang diterima usaha tanaman hias. Strategi pengelolaan risiko yang bertujuan menekan dampak risiko dalam usaha tanaman hias menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji.

Menurut Saragih (2001) agribisnis florikultura adalah keseluruhan kegiatan bisnis yang terkait dengan bunga-bungaan dan terdapat 3 alasan yang mendukung perkembangan florikultura di Indonesia yaitu: 1) Potensi keragaman jenis tanaman hias yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, 2) Potensi keragaman jenis tanaman hias baik domestik maupun ekspor, dan 3) Potensi ketersediaan lahan bagi pengembangan tanaman hias di Indonesia yang masih cukup luas.

Dengan mengatur pola produksi, kapasitas produksi, dan proses produksi yang ramah lingkungan akan diperoleh produk yang bersih dan berdaya saing global. Mengingat potensi perkembangan florikultura maka proses produksi akan berkembang ke lokasi baru bersamaan dengan penerapan program intensifikasi di lahan yang telah mapan, hal tersebut didukung berdasarkan peningkatan luas panen yang sangat tinggi.

(18)

4

waktu singkat sebab harga yang ditawarkan relatif mahal sehingga tidak semua orang dapat menjangkaunya. Sikap optimis tetap ada pada pelaku usaha vertical garden ini sebab beberapa tahun terakhir permintaan terhadap tanaman vertical garden terus menunjukkan tren yang positif dengan menjual tanaman vertical garden dengan harga terjangkau, khususnya diawal tahun 2015 (Arum 2015). Oleh sebab itu, terdapat peluang bisnis yang sangat prospektif pada pelaku usaha

vertical garden.

Jenis tanaman vertical garden yang digunakan untuk penanaman beragam. Akan tetapi terdapat beberapa kriteria tanaman seperti: tanaman tidak terlalu berat, kecepatan tumbuh rendah hingga menengah, dapat hidup pada kondisi panas serta dapat menutupi elemen bagian dari rangka vertical garden. Jenis tanaman tersebut terdiri dari Kuping Gajah, Lili Paris, Walisongo, Suji Belut, Kadaka dan beberapa tanaman hias lainnya. Tanaman semak sangat bermanfaat dalam pembentukan tanaman vertical garden seperti tanaman Walisongo yang merupakan jenis tanaman semak sebab ketinggiannya kurang dari 1 meter sehingga tidak perlu dipangkas. Tanaman Walisongo sangat bermanfaat dalam pembentukan vertical garden karena manfaatnya dapat menutupi bagian elemen penyusun rangka vertical garden, sehingga dapat terlihat lebih alami. Keunikan dan banyaknya manfaat yang berasal dari tanaman hias Walisongo ini menyebabkan tanaman hias Walisongo menempati proporsi tertinggi pada elemen

vertical garden dibandingkan tanaman hias lainnya.

Tanaman hias Walisongo merupakan tanaman hias yang cukup mudah untuk dirawat. Selain bermanfaat sebagai tanaman hias, tanaman Walisongo juga memiliki manfaat sebagai penyerap polusi udara. Biasanya tanaman hias Walisongo ini dijadikan tanaman hias di ruangan yang dapat menetralisir asap rokok. Secara visual tanaman hias Walisongo ini memiliki daun yang berbentuk jari tangan pada batang bagian utama. Daun tebal dan mengilap berwarna hijau atau variegate. Sebagian daun bisa berwarna kuning. Bentuk daun tanaman Walisongo ada yang bergelombang, ramping, lonjong, runcing atau menyerupai daun ubi kayu. Cara menanam tanaman hias Walisongo bisa dilakukan di dalam pot atau ditanam langsung di tanah. Untuk penanaman dalam pot, tanaman Walisongo biasanya dijadikan penghias ruangan atau teras rumah. Jika tanaman hias Walisongo ini ditanam di tanah, bisa berfungsi sebagai tanaman peneduh dan tidak terlalu menghasilkan sampah daun kering. Tanaman Walisongo yang ditanam di tanah dapat tumbuh hingga mencapai 8 meter.

PT Godongijo Asri merupakan salah satu pionir penghasil tanaman hias untuk tanaman vertical garden. Hal ini disebabkan karena PT Godongijo Asri mampu mengadopsi konsep yang sesuai dengan negara asalnya yaitu negara Perancis. Tidak seperti pelaku usaha sejenis yang kurang memahami konsep dari

(19)

5 Tabel 4 Wilayah sentra produksi (tangkai) komoditas tanaman hias di Jawa Barat

tahun 2013

Komoditas Depok Bogor Sukabumi Cianjur

Anthurium daun 18 798 28 600 18 240 7 390

Caladium 16 549 6 368 20 000 24 300

Aglaonema 18 580 3 030 800 730

Adenium 28 778 10 160 5 000 284

Pakis 22 760 27 415 2 000 65 000

Euphorbia 12 492 17 921 5 600 20 800

Monstera 8 260 650 2 500 30

Diffenbehia 200 200 0 3

Total 126 417 94 344 54 140 118 537

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (2013)

Hal ini ditunjang pula oleh potensi pasar yang sangat baik, masih tersedianya lahan, potensi sumberdaya manusia yang besar, serta kondisi iklim Kota Depok yang sesuai untuk memproduksi tanaman hias. Cinangka merupakan salah satu daerah sentra perdagangan tanaman hias yang terletak di Kota Depok. PT Godongijo Asri merupakan perusahaan besar didaerah Cinangka Depok yang menjadi sentra produksi tanaman hias yang mengusahakan berbagai jenis tanaman hias untuk memenuhi permintaan pasar, seperti Asystasia, Begonia sp., Cordyline Merah, Dracaena Goedsefiana, Epipremnum sp., Ficus Siamensis, Kadaka Pelipis, Miana Merah, Pakis Hutan, Peperomia Scandies, Walisongo, Suji Belut, dan berbagai macam jenis tanaman lainnya. Berdasarkan uraian tersebut penelitian mengenai risiko produksi tanaman hias penting untuk dilakukan.

Perumusan Masalah

PT Godongijo Asri merupakan perusahaan tanaman yang bergerak dibidang tanaman hias dan beberapa tanaman buah meliputi bidang usaha produksi tanaman, distribusi dan pemasaran. Tanaman hias yang diusahakan di PT Godongijo Asri seperti Asystasia, Begonia sp., Cordyline Merah, Dracaena Goedsefiana, Epipremnum sp., Ficus Siamensis, Kadaka Pelipis, Miana Merah, Pakis Hutan, Peperomia Scandies, Walisongo, Suji Belut, dan berbagai macam jenis tanaman lainnya. PT Godongijo Asri merupakan perusahaan yang selalu mengembangkan usahanya terlihat dari penambahan jenis komoditas yang diusahakan sesuai dengan permintaan pasar dan sedang memfokuskan pada usaha

(20)

6

produksi sering dihadapkan pada kendala-kendala. Diantara kendala-kendala yang dihadapi dalam produksi tanaman hias yaitu adanya tingkat risiko pada proses produksinya. Risiko merupakan suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang merugikan (Kountur 2004). Kerugian yang ditimbulkan dalam kegiatan produksi dapat memengaruhi hasil produksi dan keuntungan yang didapat oleh pelaku usaha. Adanya risiko produksi pada tanaman hias dapat dilihat dari variasi dan fluktuasi tingkat keberhasilan tanaman hias dimana jumlah tanaman yang ditanam jumlahnya tidak sama dengan jumlah tanaman yang berhasil dipanen dan jumlahnya tidak pasti walaupun ditanam dengan jumlah tanaman yang sama setiap periodenya.

Pada saat proses produksi sering kali mengalami kendala seperti kendala yang berasal dari alam sehingga jumlah produksi yang diharapkan tidak sesuai dengan jumlah produksi aktual. Tanaman hias yang terkena hama dan penyakit harus cepat dipisahkan dengan tanaman lainnya agar tidak tertular dan memengaruhi pertumbuhan tanaman lainnya. Kendala lainnya dapat berasal dari SDM pada perusahaan, dimana pada saat penyiraman dan penyemprotan tanaman hias yang dilakukan oleh tenaga kerja terjadi kesalahan seperti salah memberikan obat hama atau tidak meratanya penyemprotan sehingga dapat memicu terjadinya serangan jamur dan bakteri pada tanaman hias, kemudian risiko yang berasal dari teknologi seperti alat irigasi otomatis yang terkadang error atau tidak sesuai dengan aturan yang sudah disetting oleh tenaga kerja. Terdapat perolehan hasil untuk setiap produksi dengan jumlah perbanyakan yang sama maupun jumlah produksi yang bervariasi yang menghasilkan tingkat keberhasilan panen yang berbeda-beda atau bervariasi. Tingkat kegagalan tanaman hias yang memiliki risiko besar pada PT Godongijo Asri periode 15 Januari sampai 15 Maret 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Tingkat kegagalan tanaman hias pada PT Godongijo Asri periode 15 Januari sampai 15 Maret 2015

Adanya variasi keberhasilan produksi tanaman hias, mengindikasi adanya risiko produksi dalam mengusahakan tanaman hias. Risiko produksi berasal dari karakteristik tanaman yang memiliki perlakuan berbeda dalam prosesnya, perubahan cuaca atau iklim yang terjadi karena setiap tanaman hias yang ada memiliki karakteristik yang berbeda, serangan hama dan penyakit tanaman yang sangat sulit dihindari walaupun sudah dilakukan upaya pencegahan, serta kondisi peralatan dan perlengkapan media tanam. Walaupun PT Godongijo Asri telah

(21)

7 menggunakan beberapa teknologi budidaya, penanganan yang khusus sangat diperlukan pada proses produksi seperti penentuan cara perbanyakan tanaman yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing tanaman, pemilihan media tanam yang tepat, pemakaian peralatan produksi yang bersih dan steril, perbaikan peralatan dan bangunan yang memadai, penanganan hama dan penyakit yang sesuai serta pengawasan tenaga kerja.

Hal tersebut yang memengaruhi jumlah produksi tanaman hias di PT Godongijo Asri seperti tanaman hias Walisongo yang merupakan tanaman yang memiliki penjualan tertinggi, proporsi tertinggi tanaman hias Walisongo sebesar 10.38% lebih tinggi dibandingkan tanaman hias lain pada salah satu proyek

vertical garden yang terdapat pada Lampiran 1. Proporsi tanaman hias Walisongo lebih tinggi dibandingkan tanaman hias lainnya yang digunakan pada vertical garden PT Godongijo Asri sebab tanaman hias Walisongo ini memiliki karakteristik yang menyukai tempat-tempat panas dan cocok dibuat sebagai elemen vertical garden karena bentuk tanaman yang dapat menutupi elemen rangka dari penyusun vertical garden sehingga tampak lebih alami. Tanaman Walisongo merupakan tanaman yang memiliki tingkat kegagalan ke-2 setelah tanaman hias Miana Merah, namun tanaman Walisongo ini merupakan tanaman hias yang memiliki harga jual tertinggi dibandingkan dengan tanaman lainnya yaitu sebesar Rp10 000 per batang tanaman Walisongo pada tahun 2015.

Tingkat kegagalan pada perbanyakan tanaman hias Walisongo mengalami fluktuasi dalam produksinya. Hal ini dikarenakan periode produksi yang dilakukan dipengaruhi oleh faktor cuaca yang tidak menentu dan penyakit yang sulit untuk diprediksi sehingga memengaruhi pertumbuhan tanaman juga berdampak secara bersamaan. Jumlah kegagalan tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo Asri periode tahun 2013 sampai 2015 dapat dilihat pada Gambar 1.

(22)

8

Selain itu, pada proses produksi tanaman hias Walisongo sangat dipengaruhi oleh cuaca sebab cuaca dapat berpengaruh terhadap kualitas tanaman yang dihasilkan dan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit tanaman. Tanaman hias Walisongo merupakan tanaman hias yang termasuk

family Araliaceae sama seperti tanaman hias anthurium1. Tanaman Walisongo memiliki pertumbuhan perakaran yang cepat ± 3 minggu, memiliki tajuk daun melebar, dan proses pembesarannya yang tidak terlalu sulit, namun pada proses awal penanamannya rentan terserang berbagai jenis penyakit dan penyesuaian terhadap kondisi lingkungan sebab tanaman hias Walisongo merupakan jenis tanaman perdu yang cocok pada lingkungan panas (Febriarta et al. 2011).

Prospek usaha tanaman hias vertical garden yang menggunakan tanaman hias Walisongo sangat menjanjikan (Nasrullah 2015). Ditambah banyak perkantoran, apartemen, perhotelan memanfaatkan vertical garden sebagai area hijau sehingga terlihat lebih asri dan mewujudkan konsep tata kota yang menarik dan asri. Tren tanaman hias Walisongo menunjukkan peningkatan, artinya manfaat yang dihasilkan dari pengadaan tanaman hias vertical garden sangat prospektif (Harahap 2015). Berdasarkan hal tersebut, dapat menjadikan nilai ekonomi dari tanaman hias Walisongo semakin tinggi karena adanya peluang dari konsep vertical garden tersebut.

Dalam setiap siklus produksi tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri membutuhkan waktu selama 2 bulan, dimulai dari proses perakaran yang dilakukan di dalam mistroom selama 1 bulan sampai proses pembesaran yang dilakukan di dalam ruang aklimatisasi selama 1 bulan. Produksi tanaman hias Walisongo disesuaikan besarnya pesanan dari konsumen, selain itu konsumen dapat berkonsultasi dengan pihak perusahaan mengenai design yang dipilih. Pada setiap produksi tanaman hias Walisongo perusahaan dapat memproduksi beberapa tanaman hias lainnya, sehingga setiap bulan perusahaan dapat memproduksi beberapa tanaman hias yang ada pada perusahaan untuk siap dijual.

Agar dapat mencegah besarnya kerugian dalam produksi tanaman hias Walisongo maka perlu dilakukan strategi yang tepat terhadap risiko produksi yang ada. Risiko produksi dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan sehingga menyebabkan perusahaan memperoleh pencapaian produksi yang tidak mencapai maksimum dan keuntungan yang tidak maksimum. Kerugian akibat risiko produksi yang dialami adalah jumlah produksi rendah, jumlah produksi tanaman yang tidak sesuai dengan jumlah tanaman yang ditanam, gagal panen, pertumbuhan tanaman terganggu, menurunnya nilai ekonomis dari hasil produksi serta kualitas hasil panen yang menurun. Kerugian ini disebabkan tidak adanya pendapatan petani sedangkan biaya budidaya tanaman telah mereka keluarkan dalam jumlah yang sangat besar. Sedangkan hasilnya tidak mereka harapkan. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk dapat meminimalkan risiko produksi yang dapat menghambat proses produksi. Hal ini menjadi bahan kajian dalam penelitian mengenai alternatif strategi penanganan risiko produksi dalam mengendalikan sumber-sumber yang menyebabkan risiko untuk dapat meminimalkan risiko produksi.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian, yaitu:

(23)

9 1. Apa saja yang menjadi sumber-sumber risiko yang dihadapi PT Godongijo

Asri dalam memproduksi tanaman hias Walisongo?

2. Berapa besarnya peluang dan dampak kerugian pada produksi tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri?

3. Bagaimana alternatif strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi tanaman hias Walisongo yang dihadapi PT Godongijo Asri.

2. Menganalisis besarnya peluang dan dampak kerugian pada kegiatan produksi tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri.

3. Menganalisis alternatif strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang membangun dan bermanfaat bagi:

1. Bagi akademisi sebagai referensi dalam penelitian lebih lanjut mengenai risiko produksi usaha agribisnis.

2. Bagi perusahaan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam mengelola risiko usaha.

3. Bagi peneliti sebagai sarana pengaplikasian dan pembelajaran ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.

Ruang Lingkup Penelitian

1. Komoditas yang dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah tanaman hias Walisongo yang merupakan tanaman hias yang merupakan fokus perusahaan dalam melakukan usaha vertical garden dan memiliki permintaan serta penjualan tertinggi.

2. Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah tanaman hias Walisongo berumur 0 sampai 1 bulan dalam mistroom dan tanaman hias Walisongo berumur 1 sampai 2 bulan dalam ruang aklimatisasi.

(24)

10

TINJAUAN PUSTAKA

Sumber-Sumber Risiko

Sumber-sumber penyebab risiko pada usaha produksi pertanian sebagian besar disebabkan faktor-faktor teknis seperti perubahan suhu, hama dan penyakit, penggunaan input serta kesalahan teknis (human error) dari tenaga kerja. Sumber-sumber risiko tersebut merupakan Sumber-sumber risiko teknis (produksi). Dilihat dari segi non-teknis sumber-sumber risiko pada usaha pertanian digolongkan pada risiko pasar yang mencakup fluktuasi harga input dan output.

Risiko yang terkait dengan produksi pertanian umumnya relatif lebih besar dibandingkan dengan industri lainnya. Sumber-sumber risiko produksi yang memengaruhi produksi pertanian dapat disebabkan karena cuaca buruk, hama dan penyakit, kebakaran, erosi tanah, degradasi lingkungan sampai hilangnya tenaga kerja di pertanian (Sen dan Chaoudhary 2014). Sumber-sumber risiko produksi hortikultura sebagian besar disebabkan karena faktor-faktor seperti perubahan iklim, suhu, cuaca, hama, penyakit dan kegagalan dalam hal teknis produksi2. Hal tersebut juga diduga menjadi sumber-sumber risiko pada pengusahaan tanaman hias yang diteliti pada penelitian ini. Hal ini dikarenakan, risiko pada kegiatan produksi pertanian relatif lebih besar dibandingkan risiko pada kegiatan lain dalam usaha pertanian. Risiko tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diminimalkan sekecil mungkin. Pada umumnya risiko dapat diminimalkan dengan melakukan berbagai cara seperti penggunaan teknologi terbaru, usaha penanganan secara intensif, serta pengadaan input yang berkualitas seperti SDM, benih atau bibit dan obat-obatan.

Ditinjau dari usaha di bidang tanaman hortikultura, analisis risiko ditujukan untuk mengetahui sumber-sumber risiko dan besar risiko. Sumber-sumber risiko produksi pada pembibitan tanaman secara umum disebabkan karena perubahan kondisi iklim dan cuaca, intentitas cahaya matahari, serangan hama dan penyakit, teknik perbanyakan tanaman (teknologi) yang kurang tepat dan tenaga kerja kurang terampil (Dewiana 2011; Primasari 2011; Zebua 2011; Sari 2012). Namun penelitian sebelumnya menunjukkan adanya sumber-sumber risiko produksi lain yang terjadi pada pengusahaan tanaman hias seperti kondisi bibit tanaman yang kurang baik, kondisi peralatan pertanian dan bangunan untuk melakukan produksi yang kurang memadai serta tenaga kerja yang kurang disiplin (Sofiani 2011; Zebua 2011).

Risiko produksi pada pengusahaan sayuran memiliki sumber risiko yang sama, bahwa sumber-sumber risiko produksi pada pengusahaan sayuran adalah faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, tingkat kesuburan lahan, efektifitas penggunaan input, dan keterampilan sumber tenaga kerja yang kurang (Jamilah 2011; Kurniati 2012).

Berbeda dengan penelitian Panggabean (2011), menyimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab munculnya risiko penjualan secara umum dapat dibagi 2 bagian besar yaitu: kegagalan pada proses penyediaan tanaman (pra penjualan)

(25)

11 seperti perubahan iklim dan cuaca, serangan hama dan penyakit, sedangkan kegagalan perusahaan dalam mengendalikan pasar dipengaruhi selera konsumen, harga jual, kerusakan tanaman pada proses pengiriman.

Analisis risiko pada umumnya membahas mengenai risiko produksi dan risiko harga. Sianturi (2011), mengemukakan bahwa selain risiko produksi yang sering terjadi pada pengusahaan bunga, risiko dapat pula karena adanya risiko pasar yaitu harga input. Namun penelitian lain menunjukkan adanya risiko lain dalam pengusahaan bunga yang disebabkan karena kontaminasi dan kerusakan mekanis (Wisdya 2009).

Dapat disimpulkan bahwa sumber-sumber risiko produksi yang banyak dihadapi pada usaha tanaman hortikultura adalah faktor cuaca, iklim, suhu, hama dan penyakit, kualitas input produksi, kerusakan teknis atau mekanis, efektivitas penggunaan tenaga kerja (SDM). Perbedaannya terletak pada pilihan komoditas, sehingga sumber-sumber risiko pada setiap komoditas tersebut dapat berbeda.

Peluang dan Dampak Risiko

Dimensi pada risiko umumnya terkait pada 2 dimensi yaitu dimensi peluang dan dimensi dampak. Dimensi peluang merupakan kemungkinan risiko akan terjadi, sedangkan dimensi dampak merupakan tingkat kepentingan atau biaya yang terjadi jika risiko yang dikaji benar-benar menjadi kenyataan. Risiko dapat diukur melalui ke-2 dimensi tersebut sehingga dapat menentukan alternatif strategi yang dapat meminimalkan tingkat risiko dan tingkat kerugian yang dihadapi.

Penelitian Nasti (2013) dalam mengukur dampak dan probabilitas sumber risiko dianalisis menggunakan metode Expert opinion dan Delphy melalui wawancara yang selanjutnya melakukan pemetaan risiko. Expert opinion

merupakan suatu metode dimana seorang ahli dalam suatu bidang diminta pendapatnya mengenai dampak dan probabilitas suatu risiko. Sementara itu metode Delphy merupakan suatu metode dimana beberapa orang ahli diminta pendapat mengenai dampak dan probabilitas dari suatu risiko yang kemudian pendapat dari ahli tersebut diberikan kepada ahli lainnya tanpa memberitahukan identitas dari ahli sebelumnya. Metode Expert opinion dan Delphi dipilih karena tidak tersedia data historis mengenai produksi terkait risiko produksi krisan potong pada perusahaan terkait.

(26)

12

penyakit, kualitas bibit dan sumber daya manusia dengan metode analisis z-Score. Data yang digunakan untuk menghitung tingkat probabilitas terjadi risiko adalah data produksi tomat cherry 10 periode terakhir. Nilai dampaknya yang dihitung dengan metode VaR (Value at Risk) dengan tingkat kepercayaan 95% dengan

error 5% dimana nilai tersebut digunakan apabila terdapat bias data dan kesalahan hitung.

Strategi Pengelolaan Risiko

Langkah awal dalam pengelolaan risiko pada umumnya mengindentifikasi sumber-sumber risiko pada kegiatan usaha. Identifikasi risiko ini dilakukan untuk memperoleh sekumpulan informasi mengenai penyebab risiko dan kejadian-kejadian yang dapat merugikan perusahaan (Dewiana 2011; Sofiani 2011).

Strategi dan tindakan pengalihan risiko diantaranya dilakukan dengan pemeliharaan dan penyediaan media tanam, serta pemberian vitamin dan obat-obatan. Penanganan lainnya dengan menerapkan pengendalian hama secara terpadu (PHT), meningkatkan kesuburan lahan dengan cara pemupukan dan merotasikan pola tanam yang tepat, penggunaan variabel input yang sesuai menurut SOP, meningkatkan pengembangkan sumberdaya manusia dengan cara mengikuti pelatihan dan penyuluhan budidaya. Penanganan risiko lainnya melalui strategi mitigasi risiko yang dapat dilakukan dengan cara pengendalian penyakit, pengendalian hama, penggunaan dan perawatan nethouse serta sistem diversifikasi tanaman. Strategi pengelolaan risiko produksi yang disebabkan kondisi cuaca yang sulit untuk diprediksi, hama dan penyakit, kesalahan pada kegiatan produksi benih, dan tenaga kerja yang kurang terampil dan teliti (Wisdya 2009; Dewiana 2011; Jamilah 2011; Panggabean 2011; Primasari 2011).

Pada penelitian Sianturi (2011) memiliki kesamaan strategi, dimana strategi pengelolaan yang dilakukan adalah kegiatan diversifikasi dengan cara memilih kombinasi komoditas yang paling rendah risikonya. Hal yang sama dilakukan pada penelitian Panggabean (2011) yang menggunakan strategi diversifikasi pada 3 komoditas anggrek. Namun terdapat strategi lain pada penelitian Panggabean yaitu melakukan integrasi vertikal, kontrak pemasaran, dan perbaikan sarana produksi.

Berdasarkan analisis portofolio melakukan kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko produksi dibandingkan dengan melakukan kegiatan spesialisasi pada 1 komoditas, namun kegiatan diversifikasi tidak selamanya dapat meminimalkan risiko. Strategi lain yang dapat lebih meminimalkan risiko produksi bagi perusahaan adalah dengan cara perbanyakan tanaman yang tepat, penggunaan media tanam yang baik, pembersihan area pertanaman, serta pengoptimalan pelaksanaan manajemen perusahaan (Wisdya 2009; Panggabean 2011; Primasari 2011; Sianturi 2011; Zebua 2011; Sari 2012).

(27)

13 kemitraan dengan pemasok ataupun petani tanaman hias dan bibit tanaman buah disekitar perusahaan (Primasari 2011). Sama halnya dengan penelitian Sianturi (2011) pada pengusahaan bunga dimana strategi pengelolaan yang dilakukan adalah kegiatan diversifikasi dengan cara memilih kombinasi komoditas yang paling rendah risikonya. Dengan melakukan diversifikasi, perusahaan lebih memilih risiko yang rendah untuk mengurangi risiko produksi secara keseluruhan. Mengingat lokasi produksi di lahan pertanian yang merupakan faktor produksi yang berasal dari alam dan pemilihan jenis varietas tanaman sedikit yang dapat meminimalkan risiko kerugian produksi dibandingkan jenis varietas tanaman yang banyak (Drollette 2009).

Strategi pengelolaan risiko benih melon yang diterapkan berdasarkan sumber-sumber risiko, selain itu pengelolaan risiko juga dilakukan dengan upaya diversifikasi (Sari 2012). Penanganan risiko yang telah dilakukan oleh Ciapus Bromel dalam menghadapi risiko produksi bromelia diantaranya melalui penghindaran dan pengalihan risiko, selain itu perusahaan pun menerapkan pelatihan bagi karyawan baru sebagai bentuk strategi untuk mengatasi risiko kesalahan mekanis (Dewiana 2011). Alternatif penanganan risiko produksi yang bisa dilakukan pada produksi wortel dan bawang daun melalui penyiraman, pengendalian hama dan penyakit terpadu (HPT), pemupukan dan merotasi pola tanam, penggunaan variabel input menurut SOP, meningkatkan SDM dan melakukan diversifikasi (Jamilah 2011). Upaya atau penanganan yang dapat meminimalkan risiko adalah dengan melakukan perbaikan dan perawatan peralatan dan bangunan, mengoptimalkan pelaksanaan manajemen perusahaan, melakukan pembersihan gulma atau rumput liar pada area perbanyakan tanaman Dipladenia crimson, serta melakukan sterilisasi peralatan sebelum melakukan kegiatan perbanyakan tanaman Dipladenia crimson (Sofiani 2011).

Upaya yang dilakukan untuk meminimalkan risiko adalah upaya diversifikasi untuk mengatasi risiko produksi anggrek Phalaenopsis (Wisdya 2009). Sama halnya penelitian Panggabean (2011) yang menggunakan strategi diversifikasi pada 3 komoditas anggrek. Strategi lain pada penelitian Panggabean adalah dengan integrasi vertikal, kontrak pemasaran, dan perbaikan sarana produksi. Strategi penanganan risiko pada produksi tanaman hias adenium yang dilakukan dengan memperhatikan kondisi cuaca dan iklim yang terjadi sehingga perusahaan dapat mengambil tindakan untuk mengantisipasi kegagalan, memperhatikan tenaga kerja yang ada, melakukan kemitraan dengan pemasok atau perusahaan tanaman hias adenium lainnya dalam pengadaan input, serta melakukan upaya diversifikasi (Zebua 2011).

(28)

14

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori tersebut terdiri dari konsep risiko, analisis risiko, sumber-sumber risiko, dampak risiko, manajemen risiko, serta teori mengenai pemetaan risiko. Teori-teori tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

Konsep Risiko

Dalam setiap melakukan suatu usaha pasti tidak akan bisa terlepas dari risiko, hal tersebut merupakan pandangan sebagian besar orang yang melakukan usaha. Jika usaha yang dilakukan merupakan usaha pada komoditas agribisnis yang memiliki karakter perishable, voluminous, dan bulky pasti memiliki risiko yang tinggi dibandingkan dengan risiko pada agroindustri. Risiko adalah ketidakpastian yang dapat memengaruhi kesejahteraan seseorang dan selalu berkaitan dengan kerusakan atau kerugian bagi seorang pengusaha (Harwood et al. 1999). Dengan adanya risiko, seseorang yang melakukan usaha dalam rangka mencapai tujuan akan memiliki kemungkinan mendapatkan pendapatan diatas rata-rata atau dibawah rata-rata. Risiko (risk) menurut Robison dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan mengalami suatu kerugian. Dengan demikian, berdasarkan pengalaman yang dialami oleh pembuat keputusan suatu peluang kejadian dari peristiwa dapat diketahui. Risiko memiliki peluang dari suatu kejadian minimal terjadi 2 kali kejadian.

Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi ke-2 hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian (uncertainty) adalah peluang suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan. Adanya ketidakpastian dapat menimbulkan risiko. Ketidakpastian tersebut yaitu ketidakpastian yang memiliki masalah dan dapat menimbulkan kemungkinan hilangnya uang, kemungkinan bagi kesehatan manusia, akibat yang memengaruhi sumberdaya seperti irigasi dan modal. Ketidakpastian itu sendiri memiliki pengertian situasi dimana seseorang tidak dapat mengetahui apa yang akan terjadi. Ketidakpastian merupakan hal penting bagi risiko agar dapat bertahan, namun bukan ketidakpastian yang diarahkan pada situasi penuh risiko. Jika peluang suatu kejadian tersebut tidak dapat diketahui yang dikarenakan tidak adanya informasi mengenai peluang dari suatu kejadian, sehingga peluang tersebut tidak dapat diukur, maka kejadian tersebut dikategorikan sebagai ketidakpastian.

(29)

15 pengembalian yang diharapkan berbeda. Dengan demikian, risiko tersebut dapat dihadapi oleh seorang pengambil keputusan yang membutuhkan evaluasi berdasarkan hasil evaluasi dari perubahan risiko. Sehingga risiko dapat dengan mudah diukur oleh pengambil keputusan berdasarkan pengalaman yang sudah dirasakan oleh pengambil keputusan untuk menghadapi risiko yang akan dialaminya.

Istilah risiko lebih banyak digunakan dalam konteks pengambilan keputusan, karena risiko diartikan sebagai peluang akan terjadinya suatu kejadian buruk akibat suatu tindakan. Semakin tinggi ketidakpastian suatu kejadian, semakin tinggi juga risiko yang disebabkan oleh pengambil keputusan. Dengan demikian, identifikasi sumber risiko sangat penting dalam proses pengambilan keputusan.

Analisis Risiko

Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan (deviation) terhadap return dari suatu aset. Menurut Elton dan Gruber (1995) terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Ke-3 ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang lainnya.

Penilaian risiko dengan menggunakan nilai variance dan standard deviation merupakan ukuran yang absolut yang tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan (expected return). Jika nilai variance dan standard deviation digunakan untuk mengambil keputusan dalam penilaian risiko yang dihadapi pada kegiatan usaha maka dikhawatirkan akan terjadi keputusan yang kurang tepat.

Hasil keputusan yang tepat dalam menganalisis risiko suatu kegiatan usaha harus menggunakan perbandingan dengan satuan yang sama. Ukuran risiko yang dapat membandingkan dengan satuan yang sama adalah coefficient variation. Coefficient variation merupakan ukuran yang tepat bagi pengambil keputusan dalam menilai suatu kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return yang diperoleh dari kegiatan usaha tersebut. Dengan ukuran coefficient variation, penilaian risiko dalam kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu besarnya risiko untuk setiap return. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi, atau harga.

Sumber-Sumber Risiko

(30)

16

Menurut Harwood et al. (1999), beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi petani pada kegiatan produksi pertanian meliputi:

1. Risiko produksi. Sumber risiko dari produksi adalah hama dan penyakit, cuaca, musim, bencana alam, teknologi, tenaga kerja yang dapat menyebabkan gagal panen, produktivitas yang rendah, dan kualitas yang buruk.

2. Risiko pasar dan harga. Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya barang tidak dapat dijual yang disebabkan adanya ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli, persaingan ketat, banyak pesaing masuk, banyak produksi substitusi, daya tawar pembeli, dan strategi pemasaran yang tidak baik, sedangkan risiko yang ditimbulkan oleh harga yang naik karena adanya inflasi.

3. Risiko kelembagaan atau institusi. Risiko yang ditimbulkan adalah adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksi.

4. Risiko keuangan. Risiko yang ditimbulkan antara lain perputaran barang rendah, laba yang menurun disebabkan oleh adanya piutang tak tertagih dan likuiditas yang rendah.

5. Risiko sumberdaya manusia. Risiko yang timbul berkaitan dengan perilaku manusia, maupun hal-hal yang dapat memengaruhi perusahaan, seperti kesalahan dalam pencatatan data, kesalahan dalam memberikan pupuk, mogok kerja, ataupun meninggalnya tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya.

Menurut Calkin (1983) terdapat 6 faktor yang mendorong adanya risiko pada kegiatan bisnis, yaitu fluktuasi produksi, fluktuasi harga, penggunaan teknologi yang baru, adanya program pemerintah, permasalahan legalitas (legal problem), dan perubahan pada selera konsumen. Sementara Miller (2004) menyatakan bahwa sumber-sumber risiko pada usaha pertanian meliputi risiko produksi, risiko harga, casualty risk, dan risiko teknologi.

Dampak Risiko

Usaha produksi pertanian mengharapkan hasil atau panen sesuai dengan yang diharapkan. Risiko mengakibatkan adanya perbedaan hasil yang diterima dengan yang diharapkan yang bersifat merugikan. Adanya variabilitas dari hasil yang diharapkan memperlihatkan adanya risiko dalam mencapai tujuan. Salah satu kejadian yang berkaitan dan bersifat tidak pasti adalah risiko produksi. Sumber-sumber mayor risiko produksi adalah cuaca, hama, penyakit, dan interaksi teknologi dengan karakteristik manajemen, genetik, efisiensi mesin, dan kualitas input yang digunakan.

Menurut Kountur (2008) risiko dapat diklasifikasikan dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan dan sudut pandang kejadian yang terjadi yaitu:

a. Risiko dari sudut pandang penyebab

(31)

17 b. Risiko dari sudut pandang akibat

Dilihat dari sudut pandang akibat yang ditimbulkan terdapat 2 kategori risiko yakni risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang mengakibatkan sesuatu yang merugikan dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. Risiko spekulatif adalah risiko yang memungkinkan untuk menimbulkan suatu kerugian atau menimbulkan keuntungan.

c. Risiko dari sudut pandang aktivitas

Menurut Kountur (2008) banyaknya risiko dari sudut pandang penyebab adalah sebanyak jumlah aktivitas yang ada. Segala aktivitas dapat menimbulkan berbagai macam risiko misalnya aktivitas pemberian kredit oleh bank yang dikenal dengan risiko kredit.

d. Risiko dari sudut pandang kejadian

Risiko yang dinyatakan berdasarkan kejadian merupakan pernyataan risiko yang paling baik, misalnya terjadi kebakaran, maka risiko yang terjadi adalah risiko kebakaran.

Manajemen Risiko

Menurut Darmawi (2010), manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, perlu terlebih dahulu dipahami tentang konsep-konsep yang dapat memberi makna, cakupan yang luas dalam rangka memahami proses manajemen tersebut.

Kountur (2004), manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko tertentu saja. Penanganan risiko-risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari manajemen. Beberapa fungsi manajemen yang sudah dikenal yaitu merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan dan melakukan pengendalian atau

Planning, Organizing, Actuating, Controling (POAC). Dengan demikian ditambahkan 1 fungsi lagi yang sangat penting yaitu menangani risiko. Dapat disimpulkan bahwa, manajemen risiko adalah suatu cara (proses atau metode) yang digunakan perusahaan untuk menangani risiko-risiko yang dihadapi dalam usaha mencapai tujuannya.

Adanya manajemen risiko maka akan mengurangi risiko yang ada dalam perusahaan. Manajemen risiko dapat dilakukan dengan adanya kesadaran mengenai risiko yakni dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko yang ada, mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekuensi risiko-risiko yang ada, dan mengomunikasikan ke seluruh bagian berbagai risiko yang ada sehingga dapat dicari penanganannya.

(32)

18

Strategi pengelolaan risiko merupakan langkah-langkah yang dapat ditempuh perusahaan untuk menangani terjadinya risiko. Kountur (2008) menyatakan bahwa dalam menangani risiko-risiko yang ada di dalam perusahaan, diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolaan risiko.

Menurut Kountur (2008), proses manajemen atau pengelolaan risiko dimulai dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan. Kemudian mengukur risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa konsekuensi dari risiko tersebut. Pengukuran risiko dilakukan dengan menggunakan variance,

standard deviation dan coefficient variation. Langkah selanjutnya adalah menangani risiko-risiko yang ada untuk memberikan tindakan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko tersebut, sehingga segala kemungkinan kerugian dapat diminimalkan. Setelah itu dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana manajemen risiko yang diterapkan dalam perusahaan dapat meminimalkan risiko yang ada. Gambaran proses pengelolaan risiko perusahaan dan output yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 2.

Menurut Kountur (2008) Strategi pengelolaan risiko dapat dibedakan menjadi 2, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi.

1. Preventif

Strategi preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Preventif dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:

a. Membuat (memperbaiki) sistem dan prosedur b. Mengembangkan sumberdaya manusia c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. 2. Mitigasi

Strategi mitigasi adalah strategi pengelolaan risiko yang bertujuan untuk memperkecil dampak atau kerugian yang ditimbulkan dari risiko yang ada.

Identifikasi Risiko

Penanganan Risiko Pengukuran Risiko Evaluasi

PROSES OUTPUT

Daftar Risiko

1. Peta risiko 2. Status risiko

Penanganan Risiko

(33)

19 Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang besar. Beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah: a. Diversifikasi

Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta di beberapa usaha sehingga salah satu usaha terkena musibah, maka tidak akan menghabiskan seluruh aset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengelolaan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko. Menurut Harwood etal. (1999), kelebihan dari diversifikasi adalah mengurangi risiko, meminimalkan tenaga kerja, mengurangi penggunaan peralatan dan meminimalkan biaya. Sementara itu, keterbatasan yang dimiliki diversifikasi adalah membutuhkan perlengkapan khusus, membutuhkan keahlian manajerial yang lebih luas dan teknologi menjadi lebih rumit.

b. Penggabungan

Penggabungan atau merger adalah usaha pengelolaan risiko yang menekankan pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi penggabungan adalah merger atau akuisisi dengan perusahaan lain.

c. Pengalihan risiko

Pengalihan risiko (risk transfer) adalah cara pengelolaan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Hal ini bertujuan apabila terjadi kerugian pada pihak perusahaan, maka yang menanggung kerugian adalah pihak lain. Beberapa cara untuk mengalihkan dampak atau kerugian kepada pihak lain adalah dengan asuransi, leasing, outsourcing, dan

hedging.

Jasa asuransi dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mengalihkan dampak suatu risiko, hal ini bisa dilakukan dengan mengasuransikan asset

perusahaan dan membayar permi asuransi secara rutin. Jika dikemudian hari terjadi kerugian maka pihak asuransi akan menanggung kerugian yang muncul sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah disepakati oleh ke-2 pihak. Lembaga yang terkait dalam asuransi pada usaha pertanian adalah asuransi pertanian mengenai kuantitas produksi yang dihasilkan oleh petani. Dengan asuransi pertanian, proses produksi dapat dijaga dan para petani dapat terus bekerja pada lahan usahataninya.

Leasing merupakan salah satu cara mengurangi risiko-risiko yang dampaknya besar. Leasing adalah cara dimana suatu asset digunakan tetapi pemilikannya adalah pihak lain. Jika terjadi sesuatu pada asset tersebut maka pemiliknya adalah pihak lain yang menanggung kerugian atas aset tersebut.

Outsourcing merupakan cara dimana pekerjaan diberikan kepada pihak lain untuk mengerjakannya sehingga jika terjadi kerugian maka perusahaan tidak menanggung kerugian tersebut, melainkan pihak yang melakukan pekerjaan tersebutlah yang menanggung kerugiannya. Hedging merupakan cara pengalihan risiko dengan mengurangi dampak risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian. Beberapa cara untuk melakukan hedging adalah melalui forward contract, future contract dan option and swap.

(34)

20

a. Asuransi pertanian

Sumber risiko dapat dikurangi dengan cara pembelian polis asuransi. Seseorang membeli asuransi kebakaran, bukan berarti bahwa mereka berharap terjadi kebakaran pada sesuatu yang telah diasuransikan. Hal tersebut dilakukan karena biaya asuransi lebih rendah dibandingkan dengan kemungkinan biaya yang harus ditanggung jika terjadi kebakaran.

b. Kontrak

Sistem kontrak adalah mekanisme untuk mengurangi atau menghilangkan risiko dan ketidakpastian harga dengan penentuan harga yang harus dibayar setelah panen atau pada saat hasil panen tersebut siap untuk dijual. The future market merupakan salah satu kontrak yang dilakukan oleh petani selama penjualan komoditas yang spesifik berada pada harga yang spesifik pula untuk pengiriman waktu yang akan datang.

c. Fasilitas dan perlengkapan yang fleksibel

Fasilitas akan memungkinkan petani memiliki perencanaan jangka panjang. Petani lebih memilih untuk membangun fasilitas dan perlengkapan yang disesuaikan dengan penggunaannya untuk mencegah timbulnya ketidakpastian.

d. Diversifikasi

Diversifikasi adalah strategi yang digunakan petani dengan mengusahakan beberapa macam komoditas. Diversifikasi bertujuan untuk menghindari kerugian yang ditimbulkan dari jenis usaha atau komoditas lainnya.

Pemetaan Risiko

Salah satu cara yang dapat digunakan sebelum merumuskan strategi manajemen risiko adalah dengan menggunakan peta risiko. Peta risiko merupakan gambaran dari posisi suatu risiko dalam kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan. Peta risiko umumnya dibuat berdasarkan ukuran probabilitas dan dampak dari risiko tersebut. Kountur (2008) menyusun peta risiko dengan menggunakan sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak risiko, dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Peta risiko Sumber: Kountur (2008) Besar

Kecil

Kecil Besar

Probabilitas (%)

Dampak (Rp)

Kuadran 1 Kuadran 2

(35)

21 Setelah menyusun peta risiko maka dapat dirumuskan strategi penanganan risiko yang tepat untuk risiko tersebut, antara lain :

1. Preventif

Preventif dilakukan untuk mencegah atau menghindari terjadinya risiko. Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam kemungkinan atau probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif dapat mengatisipasi risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2 dalam peta risiko. Selanjutnya risiko ini digeser ke kuadran 3 dan 4. Berikut ilustrasi mengenai strategi preventif yang dapat dilihat pada Gambar 4.

2. Mitigasi

Mitigasi adalah strategi untuk memperkecil dampak risiko agar dampak yang ditimbulkan tidak semakin buruk. Strategi ini dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak besar. Strategi ini mengantisipasi risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser ke kuadran 1 dan risiko pada kuadran 4 bergeser ke kuadran 3. Berikut ilustrasi strategi mitigasi pada Gambar 5.

Gambar 4 Peta pemindahan risiko pada strategi preventif Sumber: Kountur (2008)

Besar

Kecil

Kecil Besar

Probabilitas (%)

Dampak (Rp) Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3 Kuadran 4

Besar

Kecil

Kecil Besar

Probabilitas (%)

Dampak (Rp) Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3 Kuadran 4

(36)

22

Kerangka Pemikiran Operasional

PT Godongijo Asri merupakan perusahaan yang bergerak dibidang tanaman hias dan beberapa tanaman buah dan pangan dengan luas lahan sebesar ±2.8 Ha yang digunakan untuk memproduksi berbagai jenis tanaman hias, tanaman buah, beberapa tanaman pangan dan memiliki edukasi bercocok tanam dan tempat wisata. Saat ini PT Godongijo Asri mengembangkan tanaman hias untuk vertical garden, beberapa strategi dan pengembangan itulah yang menyebabkan perusahaan terus berkembang pesat hingga saat ini. PT Godongijo Asri sering dihadapkan pada risiko dalam menjalankan usahanya, terutama dalam kegiatan produksi dan perbanyakan tanaman hias. Risiko produksi tersebut disebabkan karena adanya perubahan iklim dan cuaca yang sulit untuk diprediksi dan dikendalikan, terserang hama dan penyakit, kurang terampilnya tenaga kerja dalam melakukan kegiatan perbanyakan tanaman pada proses produksi, kondisi peralatan dan bangunan yang kurang memadai, serta kesalahan yang diakibatkan dari penggunaan teknologi produksi.

Risiko produksi yang ditimbulkan menyebabkan hasil produksi serta kualitas tanaman hias menjadi rendah, seperti yang terjadi pada tanaman hias Walisongo. Indikasi adanya risiko produksi pada PT Godongijo Asri dilihat dari adanya fluktuasi produksi dan tingkat keberhasilan tanaman hias. Beberapa hal yang diindikasi menjadi sumber risiko produksi tanaman hias Walisongo antara lain kondisi cuaca, hama, penyakit tanaman serta kualitas sekam yang digunakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengatasi risiko produksi terhadap tanaman hias tersebut. Upaya untuk mengatasi risiko tersebut adalah dengan melakukan strategi pengelolaan risiko untuk memperkecil terjadinya risiko produksi dengan melakukan kegiatan-kegiatan atau usaha yang dapat meminimalisir terjadinya risiko.

(37)

23

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT Godongijo Asri yang berlokasi di Jalan Cinangka Raya No. 60, Desa Serua, Sawangan, Depok, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa PT Godongijo Asri merupakan perusahaan yang memproduksi berbagai jenis

Gambar 6 Kerangka pemikiran operasional Indikasi sumber risiko produksi pada perusahaan: - Kondisi cuaca tidak menentu

- Serangan hama

- Serangan penyakit tanaman - Kualitas sekam

Dampak yang terjadi pada perusahaan:

- Kegagalan tanaman hias Walisongo

- Fluktuasi jumlah keberhasilan produksi Risiko produksi PT Godongijo Asri

Peluang Dampak

Peta risiko

Alternatif strategi pengelolaan risiko produksi pada PT

(38)

24

tanaman hias di wilayah Kota Depok. Selain itu pertimbangan lain dalam pemilihan lokasi penelitian ini adalah ketersediaan data dan kesedian pihak perusahaan untuk dijadikan tempat penelitian. PT Godongijo Asri merupakan perusahaan yang fokus bergerak dalam bidang tanaman hias sejak tahun berdirinya. Lokasi yang dipilih merupakan lokasi yang mengalami pertumbuhan dan pengembangan dalam usahanya. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian meliputi pengumpulan data untuk keperluan pengolahan data. Pengumpulan data pada PT Godongijo Asri berlangsung pada Bulan Februari 2015 sampai Maret 2015.

Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang merupakan keterangan dan jawaban dari pertanyaan dalam penelitian yang bukan berbentuk angka. Data kuantitatif adalah data yang merupakan fakta dan informasi tentang usaha tanaman hias di PT Godongijo Asri yang berupa angka dan telah disusun sebelumnya. Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengenai gambaran umum perusahaan, teknis pelaksanaan usaha perbanyakan tanaman hias di perusahaan, serta hal-hal lain yang terkait dalam penelitian. Data kuantitatif dalam penelitian ini terdiri dari data produksi tanaman hias Walisongo selama diproduksi PT Godongijo Asri, data penjualan tanaman hias, data investasi perusahaan, serta data biaya operasional.

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan. Data sekunder diperoleh dari buku, artikel, skripsi serta data-data instansi terkait yang mendukung penelitian ini seperti Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, internet dan literatur yang relevan. Data-data tersebut berupa informasi seputar usaha PT Godongijo Asri dengan kegiatan produksi tanaman hias Walisongo yang dilakukan dan mendukung penelitian. Tabel 6 menunjukkan jenis dan sumber data penelitian.

Tabel 6 Jenis dan sumber data penelitian

Jenis data Sumber data Rincian data fisik perusahaan, proses produksi tanaman hias Walisongo,

(39)

25 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara: 1. Melakukan observasi atau pengamatan. Observasi ini dilakukan untuk melihat

dan mengamati tanaman hias Walisongo secara langsung terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian seperti mencatat tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber-sumber risiko kemudian diidentifikasi ciri-ciri tanaman yang gagal akibat sumber risiko dalam form pencatatan pengamatan. Observasi dilakukan langsung pada lokasi produksi dan perbanyakan tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo Asri.

2. Melakukan wawancara untuk memperoleh keterangan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian dari kondisi yang sebenarnya. Wawancara dilakukan pada pihak yang bertanggung jawab atas usaha dan merupakan pengambil keputusan pada usaha budidaya dan produksi tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri. Wawancara dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan yang telah dibuat oleh penulis yang berkaitan dengan penelitian risiko.

3. Studi literatur dan kepustakaan untuk dapat menganalisis secara teoritis terhadap masalah yang berhubungan dengan penulisan. Studi kepustakaan dilakukan dengan membaca berbagai skripsi, buku, jurnal, artikel, sumber -sumber lain seperti Direktorat Jenderal Hortikultura dan Badan Pusat Statistik guna memperoleh data sekunder.

Adapun format pencatatan produksi tanaman hias Walisongo yang gagal selama 30 hari pengamatan pada mistroom dan ruang aklimatisasi berdasarkan masing-masing sumber risiko pada Tabel 7.

Tabel 7 Form pencatatan sumber risiko produksi tanaman hias Walisongo

Hari

risiko… risiko…Sumber risiko…Sumber

… … ………. ………. ………. ………. … …

(40)

26

pada peta risiko, selanjutnya adalah memilih strategi yang sesuai untuk dapat mencegah atau mengurangi dampak maupun probabilitas dari risiko tersebut.

Analisis Kuantitatif

Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status dan kondisi kelompok manusia, suatu sistem pemikiran maupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan analisis deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi sumber risiko produksi dalam usaha tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo Asri.

Analisis Probabilitas

Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah dengan menggunakan metode nilai standar atau z-Score. z-Score adalah suatu angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu nilai menyimpang dari rata-ratanya pada distribusi normal. Dengan mengetahui z-Score kita dapat mengetahui besarnya kemungkinan suatu ukuran atau nilai yang berbeda lebih besar atau lebih kecil dari rata-ratanya. Menurut Kountur (2008) langkah yang diperlukan dalam perhitungan kemungkinan terjadinya risiko dengan metode ini adalah:

a. Menghitung rata-rata kejadian berisiko

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata fluktuasi jumlah produksi tanaman hias Walisongo adalah:

x̅ ∑�

keterangan:

x̅ = Nilai rata-rata dari kegagalan tanaman hias Walisongo untuk setiap sumber risiko selama 19 periode (batang)

xi = Nilai per periode kegagalan tanaman hias Walisongo untuk setiap

sumberrisiko (batang)

n = 19 periode produksi selama tahun 2013 sampai 2015 b. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko

� √∑ x̅)

keterangan:

s = Standar deviasi dari kegagalan tanaman hias Walisongo untuk setiap

sumber risiko selama 19 periode (batang)

xi = Nilai per periode dari kegagalan tanaman hias Walisongo untuk setiap

Gambar

Gambar 2  Proses pengelolaan risiko perusahaan dan output yang dihasilkanSumber: Kountur (2008)
Gambar 3  Peta risiko
Gambar 6  Kerangka pemikiran operasional
Gambar 7  Layout peta risiko
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat direkomendasikan untuk perusahaan yaitu sebaiknya perusahaan memproduksi bibit tanaman hias pada kondisi

PT Istana Alam Dewi Tara (Istana Alam Nursery) merupakan pendatang baru di industri tanaman hias, dimana ia memiliki kapasitas baru yang cukup besar. Sebagai

diantaranya adalah sebagai berikut: melakukan penyiraman secara tepat jika terjadi kondisi cuaca buruk dengan mengatur timer sprinkle sesuai kebutuhan air, membersihkan

Godong rjo Asri Nursery terdapat 43 orang (46,74%) konsumen menyatakan bahwa pengaruh merek terhadap keputusan pembelian konsumen tananlan hias adenium sudah baik, sedangkan

Analisis QSPM memperingkatkan strategi yang dapat diimplementasikan oleh Godongijo adalah sebagai berikut: (1) meningkatkan produksi tanaman hias non-adenium dengan budidaya

Segi komunikasi promosi menggunakan EPIC Model dengan nilai EPIC Rate yang diperoleh sebesar 2,74 menunjukkan bahwa responden menilai promosi yang dilakukan oleh PT

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Efektivitas

Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai Efisiensi Ekonomi Dalam Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Budidaya Tanaman Hias Studi Kasus Pada Petani Tanaman Hias