• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM

DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR

PROVINSI JAWA BARAT

SKRIPSI

YUNITA ARIANI ZEBUA H34096127

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

RINGKASAN

YUNITA ARIANI ZEBUA. Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Adenium di Perusahaan Anisa Adenium, Bekasi Timur Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor ( Di bawah bimbingan DWI RACHMINA).

Salah satu komoditas hortikultura yang cukup baik perkembangannya adalah tanaman hias. Terjadi peningkatan Produk Domestik Bruto komoditas hortikultura dari tahun 2007 sampai 2009, khususnya untuk komoditas tanaman hias. Adanya peningkatan ini menunjukkan bahwa tanaman hias memegang peranan penting dalam subsektor hortikultura pada khususnya dan sektor pertanian pada umumnya. Perkembangan produksi berbagai tanaman hias di Indonesia mengalami fluktuasi produksi. Selain itu, terdapat variasi produktivitas tanaman hias yang diproduksi di Indonesia. Adanya variasi produksi dan produktivitas menunjukkan terjadinya fluktuasi dalam usaha produksi tanaman hias yang mengindikasikan adanya risiko pada usaha tanaman hias.

Perusahaan Anisa Adenium merupakan salah satu perusahaan florikultura yang sedang berkembang. Perusahaan ini melakukan diversifikasi dalam melakukan kegiatan usahanya yaitu mengusahakan tanaman hias adenium varietas Arabicum, Obesum dan Taisoco. Setiap varietas memiliki karakteristik yang khas sehingga tiap varietas adenium memiliki keunggulan dan sumber risiko yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang dihadapi perusahaan Anisa Adenium dalam memproduksi tanaman hias adenium (2) menganalisis usaha diversifikasi yang dilakukan perusahaan Anisa Adenium dalam upaya menurunkan risiko dan (3) menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi di perusahaan Anisa Adenium.

Penelitian ini dilakukan di perusahaan Anisa Adenium yang berlokasi di Jl. Damar I Blok A1/7 Bekasi Timur, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-November 2011. Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko yaitu Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation serta melihat pengaruh diversifikasi untuk menekan risiko.

Sumber-sumber risiko produksi tanaman hias adenium pada perusahaan Anisa Adenium antara lain kondisi cuaca atau iklim, hama dan penyakit, bibit, peralatan dan bangunan, dan tenaga kerja. Berdasarkan analisis risiko pada komoditas tunggal yang diusahakan perusahaan Anisa Adenium diperoleh risiko yang paling tinggi terdapat pada adenium varietas Arabicum dengan nilai Coefficient Variation 0,367 sedangkan yang paling rendah terdapat pada adenium varietas Taisoco dengan nilai Coefficient Variation 0,108. Berdasarkan hasil perbandingan risiko pada ketiga varietas adenium yang dilakukan Perusahaan Anisa Adenium disimpulkan bahwa diversifikasi dapat mengurangi risiko yang ada. Dengan adanya diversifikasi maka kegagalan pada salah satu usaha diharapkan bisa dikompensasi dari usaha yang lainnya. Oleh karena itu

(3)

diversifikasi merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi produksi.

Strategi untuk penanganan risiko yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan Anisa Adenium adalah dengan melakukan diversifikasi, dimana nilai coefficient variation untuk diversifikasi lebih kecil bila dibandingkan komoditi tunggal. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan melakukan diversifikasi maka akan dapat menekan risiko produksi yang terjadi di perusahaan. Diversifikasi yang sebaiknya dilakukan adalah dengan mengusahakan tiga varietas adenium, karena nilai coefficient variation dari kombinasi ketiga varietas lebih kecil dibandingkan dengan komoditi tunggal dan juga kombinasi dua varietas.

Selain diversifikasi, strategi yang diterapkan oleh perusahaan Anisa Adenium berdasarkan sumber-sumber risiko yang ada adalah dengan memperhatikan kondisi cuaca dan iklim yang terjadi sehingga perusahaan dapat mengambil tindakan untuk mengantisipasi kegagalan misalnya penggunaan paranet pada saat musim hujan sehingga kadar air dalam bonggol adenium tetap stabil. Cuaca dan iklim juga mempengaruhi serangan hama dan penyakit yang terjadi pada tanaman hias adenium, untuk itu hal ini harus benar-benar diperhatikan dalam memproduksi tanaman hias adenium. Perusahaan Anisa Adenium juga harus memperhatikan tenaga kerja yang ada, dimana tenaga kerja yang kurang terampil akan mempengaruhi keberhasilan produksi. Salah satu faktor ketidakberhasilan produksi adalah pada teknik perbanyakan, hal ini disebabkan kurang terampilnya tenaga kerja dalam melakukan perbanyakan. Pada saat perbanyakan tanaman harus diperhatikan kecepatan dan ketepatan, serta peralatan yang digunakan harus steril sehingga diperoleh persentase keberhasilan yang maksimal. Untuk itu perusahaan sebaiknya mengalokasikan dana untuk program pelatihan bagi karyawan agar lebih terampil dalam memproduksi adenium.

(4)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM

DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR

PROVINSI JAWA BARAT

YUNITA ARIANI ZEBUA H34096127

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Adenium di Perusahaan Anisa Adenium, Bekasi Timur, Provinsi Jawa Barat

Nama : Yunita Ariani Zebua

NIM : H34096127

Menyetujui, Pembimbing

Ir. Dwi Rachmina, MSi NIP. 19631227 199003 2 001

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Adenium di Perusahaan Anisa Adenium, Bekasi Timur Provinsi Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2011

Yunita Ariani Zebua H34096127

(7)

i RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Juni 1987 di Medan, Sumatera Utara. Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak Bazatulö Zebua dan Ibu Sentina Hutabarat.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1999 di Sekolah Dasar Negeri I Gunungsitoli-Nias. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 1 Gunungsitoli-Nias dan lulus pada tahun 2002. Pendidikan lanjutan menengah atas di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gunungsitoli-Nias diselesaikan pada tahun 2005.

Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Keahlian Teknologi Industri Benih Program Diploma, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun 2009 penulis diterima pada program sarjana penyelenggaraan khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

(8)

ii KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Adenium di Perusahaan Anisa Adenium, Bekasi Timur Provinsi Jawa Barat”.

Penelitian ini bertujuan mempelajari sumber-sumber risiko yang terjadi di Perusahaan Anisa Adenium dengan melihat pengaruh diversifikasi untuk mengendalikan risiko yang dihadapi perusahaan. Tanaman hias adenium mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan, karena adenium mempunyai bonggol yang unik dan jenis warna bunga yang beranekaragam sehingga membuat para hobiis tetap mencari tanaman hias adenium

Penulis menyadari bahwa terdapat ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak untuk penelitian selanjutnya.

Bogor, Desember 2011

Yunita Ariani Zebua H34096127

(9)

iii UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ir. Dwi Rachmina, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS selaku dosen penguji utama pada sidang dan selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Ir. Narni Farmayanti, MSc atas kesediaannya menjadi dosen penguji komisi pendidikan. Terima kasih atas koreksi dan saran yang telah diberikan

4. Pihak Perusahaan Anisa Adenium atas waktu, kesempatan, informasi dan kerja sama yang diberikan.

5. Pengelola Program Studi Agribisnis Penyelenggaran Khusus IPB Baranang Siang Bogor.

6. Mama dan papa serta keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta, kasih dan doa yang diberikan. Semoga skripsi ini dapat menjadi persembahan yang terbaik.

7. Teman seperjuangan dan satu bimbingan, yang menjadi pembahas pada seminar penulis, terima kasih untuk semangat, saran dan masukannya.

8. Teman-teman Agribisnis penyelenggaaan khusus terutama yang telah membantu dan memberikan semangat selama penelitian hingga penyusunan skripsi ini, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Desember 2011

(10)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 8 1.3. Tujuan ... 11 1.4. Manfaat ... 12 1.5. Ruang Lingkup ... 12 II TINJAUAN PUSTAKA ... 13 2.1. Sumber-Sumber Risiko ... 13

2.2. Metode Analisis Risiko ... 15

2.3. Strategi Pengelolaan Risiko ... 16

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 19

3.1. Kerangka pemikiran Teoritis ... 19

3.1.1. Defenisi dan Konsep Dasar Risiko ... 19

3.1.2. Klasifikasi Risiko ... 20

3.1.3. Teori Portofolio ... 22

3.1.4. Strategi Penanganan Risiko ... 24

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 26

IV METODE PENELITIAN ... ... 28

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 28

4.3. Metode Pengumpilan Data ... 29

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 29

4.4.1. Analisis Deskriptif ... 29

4.4.2. Analisis Risiko Komoditi Tunggal ... 30

4.4.3. Analisis Risiko Diversifikasi ... 34

4.5. Defenisi Operasional ... 37

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 38

5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 38

5.2. Aspek Organisasi dan manajemen Perusahaan ... 39

5.3. Aspek Sumber Daya Perusahaan ... 41

5.4. Aspek Permodalan ... 42

5.5. Sarana dan Prasarana ... 42

5.6. Teknis dan Teknologi Produksi ... 44

5.7. Pemasaran ... 49

5.8. Analisis Pendapatan ... 49

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI ... 56

(11)

v

6.2. Analisis Risiko ... 65

6.2.1. Analisis Risiko Komoditi Tunggal ... 66

6.2.2. Analisis Risiko Diversifikasi ... 69

2.3. Strategi Pengelolaan Risiko ... 76

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

7.1. Kesimpulan ... 79

7.2. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(12)

vi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nilai Poduk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura

Berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun 2007-2009... 2 2. Perkembangan Ekspor Hortikultura Tahun 2007-2009... 2 3. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas

Komoditas Hortikultura di Indonesia Tahun 2007-2009... 4 4. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Periode 2006-2010... 5 5. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas

Adenium di Indonesia Tahun 2008-2010... 6 6. Sentra Tanaman Hias di Provinsi Jawa Barat... 7 7. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas

Tanaman Hias Adenium di Berbagai Provinsi Tahun

2008-2010... 8 8. Permintaan Tanaman Hias Adenium pada Perusahaan Anisa

Adenium Tahun 2008-2010... 9 9. Persentase Keberhasilan pada Tanaman Hias Adenium varietas

Arabicum, Obesum, dan Taisoco Tahun 2009-2010... 31 10. Nilai Fraksi Untuk Setiap Gabungan Varietas Adenium... 36 11. Biaya Investasi Tanaman Hias Adenium Dengan

Luas 310 M2 pada Perusahaan Anisa Adenium

Tahun 2009-2010... 50 12. Rincian Biaya Tetap Tanaman Hias Adenium pada

Perusahaan Anisa Adenium Tahun 2009... 51 13. Rincian Biaya Tetap Tanaman Hias Adenium pada

Perusahaan Anisa Adenium Tahun 2010... 52 14. Rincian Biaya Variabel Tanaman Hias Adenium pada

Perusahaan Anisa Adenium Tahun 2009... 52 15. Rincian Biaya Variabel Tanaman Hias Adenium pada

Perusahaan Anisa Adenium Tahun 2009... 53 16. Analisis Pendapatan Usaha Tanaman Hias Adenium pada

Perusahaan Anisa Adenium Tahun 2009... 54 17. Analisis Pendapatan Usaha Tanaman Hias Adenium pada

Perusahaan Anisa Adenium Tahun 2010... 54 18. Rata-rata Produksi, Persen Keberhasilan dan Penerimaan

(13)

vii

19. Penilaian Expected Return Adenium varietas Arabicum,

Obesum, dan Taisoco pada perusahaan Anisa Adenium... 66 20. Penilaian Risiko Spesialisasi Tanaman Hias Adenium

Varietas Arabicum, Obesum, dan Taisoco... 67 21. Penilaian Risiko Portofolio pada Tanaman Hias Adenium

Varietas Arabicum, Obesum, dan Taisoco... 71 22. Penilaian Risiko Tunggal dan Portofolio pada Tanaman Hias

(14)

viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Grafik Persentase Keberhasilan Produksi Adenium di

Perusahaan Anisa Adenium Tahun 2009-2010... 10 2. Kerangka Pemikiran Operasional... 27 3. Struktur Organisasi Perusahaan Anisa Adenium... 40

(15)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Produksi, Persentase Keberhasilan dan Penerimaan Perusahaan

Anisa Adenium Tahun 2009-2010... 84 2. Analisis Pendapatan Usahatani Tanaman Hias Adenium

Pada Perusahaan Anisa Adenium Tahun 2009... 85 3. Analisis Pendapatan Usahatani Tanaman Hias Adenium

Pada Perusahaan Anisa Adenium Tahun 2010... 86 4. Tanaman Hias Adenium yang Diusahakan

Perusahaan Anisa Adenium... 87 5. Proses Produksi Tanaman Hias Adenium Secara Generatif... 88 6. Proses Produksi Tanaman Hias Adenium Secara Vegetatif... 89

(16)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang menghasilkan berbagai macam komoditi pertanian terutama dalam sektor agribisnis. Perkembangan dunia agribisnis yang dijadikan andalan dalam pergerakan perekonomian Indonesia akan semakin baik dan menarik sejalan dengan berkembangnya animo masyarakat terhadap kegiatan agribisnis secara luas. Salah satu produk subsektor agribisnis yang cukup menjanjikan adalah hortikultura. Hortikultura memegang peranan penting dalam sumber pendapatan petani, perdagangan maupun penyerapan tenaga kerja. Dengan adanya potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang besar, sektor pertanian sangat tepat dijadikan sebagai sektor andalan dalam membangun perekonomian nasional.

Besarnya kontribusi subsektor hortikutura terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dapat dilihat pada Tabel 1. Dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, nilai kontribusi subsektor hortikultura terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional terus mengalami peningkatan pada tahun 2008 nilainya sebesar 84.203 milyar, lebih tinggi 9 persen dari tahun 2007 dan pada tahun 2009 nilai kontribusi subsektor hortikultura menjadi 88.334 milyar atau meningkat 5 persen dari tahun 2008. Jika dilihat dari laju pertumbuhan share pada Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura, subsektor tanaman hias bernilai postif yang berarti terjadi peningkatan pada komoditi tersebut sebesar 0,87 %/tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor hortikultura merupakan subsektor yang mempunyai prospek baik dimasa mendatang sehingga dapat diandalkan untuk memajukan perekonomian Indonesia.

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa komoditas hortikultura yang mengalami peningkatan cukup tajam adalah komoditas tanaman hias atau florikultura. Florikultura merupakan salah satu subsektor yang memiliki potensi sebagai pusat pertumbuhan baru sektor pertanian. Selain itu florikultura di Indonesia menjadi salah satu industri yang sedang dikembangkan dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani, memperluas lapangan pekerjaan, pariwisata serta menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman.

(17)

2 Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura Berdasarkan Harga

Berlaku pada Tahun 2007- 2009 Komoditas PDB 2007 PDB 2008 PDB 2009 Laju Pertumbuhan Share (%/tahun) Nilai (Milyar Rp) % Nilai (Milyar Rp) % Nilai (Milyar Rp) % Sayuran 25.587 33,31 28.205 33,50 30.506 34,53 1,82 Buah-buahan 42.362 55,16 47.060 55,89 48.437 54,84 -0,28 Tanaman hias 4.741 6,17 5.085 6,04 5.494 6,22 0,87 Biofarmaka 4.105 5,36 3.853 4,57 3.897 4,41 -9,12 Total 76.795 100 84.203 100 88.334 100 -6,71

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2010)1 (diolah)

Peluang pasar komoditas hortikultura cukup besar baik peluang pasar domestik maupun ekspor. Untuk pasar domestik Indonesia masih belum mampu memenuhi kebutuhan domestik dan bersaing dengan komoditas impor. Negara tujuan ekspor komoditas Indonesia antara lain Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, China, Jepang, Spanyol dan Taiwan. Adanya upaya untuk meningkatkan daya saing produk hortikultura merupakan solusi agar komoditas hortikultura Indonesia dapat bersaing dan lebih unggul dibandingkan komoditas impor serta bisa bersaing di pasar internasional. Langkah-langkah yang dapat ditempuh antara lain dengan menerapkan Good Agricultural Practices (GPA) yaitu penanganan yang baik mulai pada on farm, panen, pasca panen dan pemasaran, penataan rantai pasok, meningkatkan kemitraan usaha dan peningkatan investasi di bidang hortikultura. Selain itu produk hortikultura dalam negeri harus diarahkan untuk menjadi produk yang mampu mensubstitusi impor. Hal tersebut dapat dicapai dengan upaya promosi peningkatan kesadaran mengkonsumsi produk hortikultura dalam negeri.

Tabel 2. Perkembangan Ekspor Hortikultura Tahun 2007-2009

Komoditas 2007 2008 2009

Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Sayuran 209.347.875 137.106.305 175.936.396 171.469.227 197.801.924 184.247.314 Buah-buahan 157.620.956 93.652.526 323.888.910 234.867.444 211.492.222 161.923.203 Tanaman Hias 15.875.683 12.573.931 4.573.264 10.366.228 5.195.438 9.820.983 Biofarmaka 7.684.734 6.364.773 14.670.214 9.448.130 13.088.448 11.784.703 Total 390.529.248 249.697.535 519.068.784 426.151.029 427.578.032 367.776.203

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) (diolah)

1

(18)

3

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa secara umum terjadi peningkatan volume dan nilai ekspor dari tahun 2007 sampai 2008, namun pada tahun 2009 volume dan nilai ekspor mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2008. Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa volume dan nilai ekspor komoditas tanaman hias mengalami fluktuasi. Volume ekspor mengalami penurunan sebesar 71 persen pada tahun 2008, sedangkan pada tahun 2009 mengalami peningkatan 14 persen dibandingkan tahun 2008. Sedangkan nilai ekspor pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 18 pesen dan tahun 2009 mengalami penurunan 5 persen. Penurunan volume dan nilai ekspor hortikultura ini disebabkan adanya tren tanaman hias yang tidak stabil, sehingga mempengaruhi jumlah produksi dan kualitas tanaman hias yang dihasilkan.

Menurut Saragih (2001), Agribisnis florikultura adalah keseluruhan kegiatan bisnis yang terkait dengan bunga-bungaan dan terdapat tiga alasan yang mendukung perkembangan florikultura di Indonesia yaitu : (1) Potensi keragaman jenis tanaman hias yang mempunyai nilai ekonomi tinggi (2) Potensi keragaman jenis tanaman hias baik domestik maupun ekspor, dan (3) Potensi ketersediaan lahan bagi pengembangan tanaman hias di Indonesia yang masih cukup luas.

Tanaman hias merupakan salah satu komoditas agribisnis yang cukup digemari di Indonesia. Selain mudah ditanam di areal sekitar, beberapa tanaman hias memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Tanaman hias dapat dibagi sesuai daya tariknya dan penempatan atau pemanfaatannya. Berdasarkan daya tariknya, tanaman hias dikelompokkan menjadi tanaman hias bunga dan tanaman hias daun. Sedangkan dari segi penempatan atau pemanfaatannya, dikelompokkan menjadi tanaman hias pot, tanaman hias taman, dan tanaman hias bunga potong. Saat ini perkembangan komoditas tanaman hias sangat pesat, dari mulai pinggir jalan sampai perusahaan besar. Hal ini sebagai dampak dari kesadaran masyarakat akan keindahan lingkungan, baik diluar maupun di dalam ruangan. Disamping itu, penjualan tanaman hias sangat menjanjikan keuntungan yang cukup besar (Tamam dan Soedjatmiko. 2006).

Keberadaan tanaman hias mulai menjadi daya tarik masyarakat untuk mengembangkan industri florikultura dalam negeri. Adanya fluktuasi volume ekspor menunjukkan adanya peluang usaha yang menjanjikan untuk

(19)

4

mengembangkan usaha tanaman hias. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 yang menunjukan perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas komoditas hortikultura di Indonesia.

Tabel 3. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas Hortikultura di Indonesia Tahun 2007-2009

Komoditas Luas Panen (ribu Ha)

Produksi (juta ton)

Produktivitas (juta ton/ ribu Ha) 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Sayuran 1.001,61 1.026,99 1.078,16 9,46 10,04 10,63 0,009 0,009 0,009 Buah-buahan 756,77 781,33 834,34 17,12 18,65 18,65 0,023 0,024 0,022 Tanaman Hias 0,92 1,09 1,39 179,37 263,53 263,53 194,967 241,771 189,589 Biofarmaka 24,41 22,66 20,38 0,44 0,40 0,40 0,018 0,018 0,019

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) (diolah)

Tabel 3 menjelaskan bahwa terjadi peningkatan luas panen, produksi dan produktivitas komoditas hortikultura di Indonesia tahun 2007-2009. Komoditas hortikultura yang mengalami perkembangan adalah tanaman hias. Pada tahun 2008 tanaman hias mengalami perkembangan produksi sebesar 84,16 juta ton dibandingkan tahun 2007. Jika dilihat dari segi luas panen tanaman hias mengalami peningkatan dari tahun 2007-2009 sebesar 0,47 ribu ha. Adanya peningkatan produksi dan luas panen menunjukkan bahwa tanaman hias memegang peranan penting dalam subsektor hortikultura pada khususnya dan sektor pertanian pada umumnya.

Usaha budidaya tanaman hias dilakukan oleh pelaku usaha berskala kecil, menengah dan besar dengan segmentasi pasar yang berbeda. Pelaku usaha kecil dan menengah umumnya berorientasi memenuhi segmen pasar domestik sedangkan pelaku usaha berskala besar membidik segmen pasar yang lebih besar yaitu pasar internasional. Adanya perbedaan segmen dan orientasi pasar diantara ketiga pelaku usaha tersebut tidak terlepas dari kemampuan menghasilkan produk dengan kualitas sesuai dengan persyaratan dan standar dari pasar yang dimasuki. Pasar internasional menerapkan standar mutu yang lebih tinggi dengan imbalan insentif harga yang lebih tinggi dibandingkan pasar domestik. Oleh karena itu, pelaku usaha berskala besar biasanya mengadopsi teknologi modern sesuai dengan kemampuan modalnya agar bisa memenuhi standar mutu yang ditetapkan. Sementara pelaku usaha kecil yang umumnya memiliki keterbatasan modal hanya

(20)

5

menerapkan teknologi sederhana dalam usaha produksinya. Tabel 4 memperlihatkan produksi tanaman hias di Indonesia selama tahun 2006-2010.

Tabel 4. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Periode 2006-2010 Komoditas

Produksi (Tangkai) Laju

Produksi (%/tahun) 2006 2007 2008 2009 2010 Mawar 40.394.027 59.492.699 39.131.603 60.191.362 82.643.413 10,558 Krisan 63.716.256 66.979.260 99.158.942 107.847.072 120485784 13,968 Anggrek 10.903.444 9.484.393 15.430.040 16.205.949 16.897.801 8,113 Kuping Gajah 2.017.535 2.198.990 2.764.552 3.833.100 8.673.602 28,100 Anyelir 1.781.046 1.901.509 2.995.153 5.320.824 7.807.153 29,603 Gerbera 4.874.098 4.931.441 4.103.560 5.185.586 9.863.849 12,323 Gladiol 11.195.483 11.271.385 8.524.252 9.775.500 8.156.961 -9,648 Pisang-pisangan 1.390.117 1.427.048 5.187.631 4.124.174 3.208.367 5,188 Sedap Malam 30.373.679 21.687.493 25.180.043 51.047.807 59.340.715 9,618 Dracaena 1) 905.039 2.041.962 1.845.490 2.262.505 4.894.563 34,630 Melati 2) 24.795.996 15.775.751 20.357.698 28.307.326 21.977.417 -8,848 Palem 3) 986.340 1.171.768 1.094.096 1.260.408 1.182.244 3,828 Adenium 3) - - 3.129.259 3.471.605 3.396.235 7,642

Keterangan: 1) Satuan dalam batang

2) Satuan dalam kg 3) Satuan dalam pohon

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)2

Dari Tabel 4 dapat dilihat produksi berbagai tanaman hias memperlihatkan tren yang berbeda dari tahun 2006 sampai tahun 2010. Perkembangan produksi berbagai tanaman di daerah Indonesia tidak konsisten dari waktu ke waktu, kadang cenderung mengalami peningkatan dan kadangkala mengalami penurunan atau kontraksi produksi. Naik turunnya produksi tanaman hias tersebut menunjukkan usaha tanaman hias mempunyai risiko dalam pengusahaannya. Salah satu penyebab adanya variasi produksi berbagai tanaman hias disebabkan perbedaan teknologi yang diadopsi dan digunakan dalam proses produksi serta faktor eksternal seperti kondisi lingkungan.

Dari uraian di atas diketahui bahwa dalam usaha tanaman hias terdapat risiko produksi. Sumber risiko teknis adalah kondisi cuaca yang tidak pasti, serangan hama penyakit, dan efisiensi penggunaan input. Risiko tersebut sangat mempengaruhi pendapatan perusahaan, sehingga perlu dilakukan strategi untuk mengelola risiko yang tersebut. Oleh karena itu, penelitian mengenai risiko

2

http://www.hortikultura.go.id Data Statistik Produksi Tanaman Hias di Indonesia Periode 2006-2010 [10 Agustus 2011]

(21)

6

tanaman hias sangat perlu dilakukan agar dapat menekan risiko produksi yang ada dalam usaha tanaman hias tersebut.

Tanaman hias adenium merupakan tanaman hias yang cukup diminati di Indonesia, karena adenium memiliki bunga yang indah dengan aneka macam warna dan juga memiliki bonggol yang menarik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 yang menunjukkan perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas Adenium di Indonesia Tahun 2008-2010.

Tabel 5. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Adenium di Indonesia Tahun 2008-2010

Tahun Luas Panen

(M2) Produksi (Pohon) Produktivitas (Pohon/ M2) 2008 877.269 3.129.259 3,62 2009 1.074.696 3.471.605 7,93 2010*) 476.536 3.396.235 5,53

Keterangan: *) Angka sementara (Januari-Juni 2010) Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) (diolah)

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan luas panen dan produksi adenium yang cukup signifikasikan dari tahun 2008-2010. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar 197.427 M2 dari tahun 2008, hal yang sama juga terlihat pada produksi adenium pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 342.346 pohon dari tahun 2008. Hal ini mengindikasikan bahwa adenium mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan.

Salah satu sentra tanaman hias di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat. Hal ini mengindikasikan bahwa pengembangan agribisnis tanaman hias di Jawa Barat memiliki potensi yang besar. Daerah sentra tanaman hias di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 6.

Karawang dan Bekasi merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang menjadi sentra tanaman hias. Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa daerah Karawang dan Bekasi merupakan salah satu sentra tanaman hias khususnya untuk jenis cemara, palem, melati, zingiberaceae, adenium, anggrek, aglonema dan dracaena. Hal ini didukung oleh tersedianya lahan, sumberdaya serta kondisi iklim kota Karawang dan Bekasi yang sesuai untuk memproduksi tanaman hias.

(22)

7 Tabel 6. Sentra Tanaman Hias di Provinsi Jawa Barat

No Kota Jenis Tanaman

1 Kab. Bandung Mawar, Anggrek, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium,

Palem, Bougenville, Heliconia, Gerbera

2 Cianjur Mawar, Sedap Malam, Kaktus, Anggrek, Krisan,

Gladiol, Gerbera, Draceaena, Zingiberaceae, Aspharagus

3 Sukabumi Mawar, Melati, Sedap Malam, Kaktus, Krisan, Gladiol,

Gerbera, Draceaena, Holiconia, Cycas, Pakis

4 Bogor Mawar, Melati, Anggrek, Krisan, Holiconia,

Zingiberaceae, Adenium, Ficus, Aglaonema, Euphorbia, Pakis

5 Karawang dan Bekasi Cemara, Palem, Melati, Zingiberaceae, Adenium, Anggrek, Aglaonema, Draceaena

6 Garut Anggrek, Palem, Melati, kaktus, Krisan, Gladiol,

Antthurium, Draceaena, Cordeline

7 Kota Bandung Palem, cemara, Bougenville, Ficus, Anthurium

8 Depok Anggrek, Bougenville, Cemara, Palem, Draceaena,

Cordeline, Aglaonema, Adenium, Anthurium Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat 3 (2010)

Tanaman hias yang cukup digemari masyarakat saat ini adalah tanaman hias adenium. Adenium merupakan tanaman hias yang selalu menjadi incaran para hobiis karena keindahan bunga dan keunikan bonggolnya, hal ini dapat dilihat pada Tabel 7. Dalam kurun beberapa tahun terakhir, tanaman hias adenium cukup diminati dikalangan masyarakat, walaupun banyak tanaman-tanaman hias baru yang muncul di pasaran. Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa pulau Jawa merupakan daerah yang sangat potensial untuk tanaman hias adenium, hal ini terlihat dari luas panen dan produksi tanaman hias adenium yang meningkat setiap tahunnya. Untuk itu penelitian tentang tanaman hias adenium cocok dilakukan di pulau Jawa karena kondisi cuaca dan iklim serta lingkungan yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman hias, salah satunya daerah Jawa Barat yang memiliki kondisi tanah yang subur dan cuaca yang cocok untuk berbagai tanaman hias khususnya tanaman hias adenium.

Perusahaan Anisa Adenium terletak di Bekasi Timur, Jawa Barat. Perusahaan Anisa Adenium merupakan salah satu perusahaan yang fokus memproduksi tanaman hias adenium, dan pada saat terjadi penurunan tren adenium pada tahun 2008, perusahaan ini tetap bertahan sampai saat ini. Dimana

3

(23)

8

perusahaan Anisa Adenium selalu memperhatikan perkembangan dari tanaman hias adenium.

Tabel 7. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Hias Adenium di Berbagai Provinsi Tahun 2008-2010

Keterangan: *) Angka sementara (Januari-Juni 2010) Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) (diolah)

Perusahaan Anisa Adenium juga merupakan perusahaan yang cukup maju, dimana perusahaan ini bermitra dengan produsen tanaman hias adenium yang ada di Thailand dalam hal pengadaan benih, batang atas dan juga informasi-informasi terbaru tentang tanaman hias adenium. Perusahaan Anisa Adenium melakukan penjualan sebagaian besar secara online, sehingga mempermudah konsumen untuk memperoleh tanaman hias adenium yang di tawarkan, dan juga penjualan dapat menjangkau seluruh wilayah yang ada di Indonesia. Untuk itu, penelitian tentang risiko produksi tanaman hias adenium cocok dilakukan di perusahaan Anisa Adenium.

1.2. Perumusan Masalah

Permintaan tanaman hias adenium varietas Arabicum, Obesum dan Taisoco tahun 2008-2010 mengalami peningkatan, sehingga produsen adenium tetap mempertahankan untuk memproduksi tanaman hias adenium. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8, dimana perusahaan Anisa Adenium tetap memproduksi tanaman hias adenium untuk memenuhi permintaan pasar. Jika dilihat dari laju permintaan tanaman hias adenium varietas Arabicum, Obesum dan Taisoco, permintaan ketiga varietas adenium bernilai positif yang berarti terjadi peningkatan permintaan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa tanaman hias adenium merupakan komoditi yang mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Pulau Luas Panen (M2) Produksi (Pohon) Produktivitas (Pohon/M2) 2008 2009 2010*) 2008 2009 2010*) 2008 2009 2010*) Sumatera 476.968 399.681 48.093 849.746 921.006 383.925 2,02 2,18 5,29 Jawa 370.559 645.455 402.911 1.957.301 2.096.349 2.657.360 4,20 2,54 5,30 Bali dan Nusa Tenggara 15.938 16.354 9.872 158.077 138.299 40.010 3,70 6,72 3,59 Kalimantan 8.427 4.873 6.363 89.847 127.654 240.929 6,95 10,52 16,27 Sulawesi 5.267 8.073 92.870 74.033 185.477 1.715.142 3,12 11,36 17,50 Maluku dan Papua 110 260 2.093 255 2.820 8.162 1,70 10,85 2,78

(24)

9 Tabel 8. Permintaan Tanaman Hias Adenium pada Perusahaan Anisa Adenium

Tahun 2008-2010

Varietas Adenium Permintaan (Pot) Laju Permintaan

(%/tahun)

2008 2009 2010

Arabicum 1567 1680 1782 12,45

Obesum 4680 5440 5540 15,78

Taisoco 756 867 819 6,94

Sumber : Perusahaan Anisa Adenium (2011)

Perusahaan Anisa Adenium merupakan salah satu usaha yang fokus dalam budidaya adenium yang berlokasi di Bekasi Timur. Pada awalnya Perusahaan Anisa Adenium mendirikan usaha tanaman hias dengan mengusahakan satu jenis tanaman hias adenium yaitu Adenium varietas Arabicum. Sejak tahun 2006 perusahaan Anisa Adenium mulai melakukan pengembangan usaha dengan melakukan diversifikasi untuk merespon permintaan pasar. Diversifikasi yang dilakukan oleh perusahaan Anisa Adenium adalah mengusahakan tanaman hias adenium varietas Obesum dan Taisoco. Diversifikasi ini dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar dan juga untuk menekan risiko yang dialami saat memproduksi tanaman hias adenium.

Produksi/budidaya tanaman hias tidak selalu berhasil dan menguntungkan. Hal ini dikarenakan setiap kegiatan usaha pasti mempunyai risiko bisnis yang berbeda dalam kegiatan produksinya. Risiko produksi tanaman hias umumnya dapat disebabkan oleh perubahan iklim, cuaca, kelembaban, serangan hama dan penyakit serta sumberdaya manusia yang kurang terampil pada saat proses perbanyakan tanaman. Risiko produksi ini dapat dilihat dari persentase keberhasilan produksi tanaman hias yang dihasilkan. Tanaman hias adenium varietas Arabicum dan Taisoco dikatakan berhasil dalam produksinya yaitu jika tanaman sudah berumur tiga bulan. Kriteria dari tanaman adenium yang berhasil untuk varietas Arabicum dan Taisoco adalah :

1. Bonggol berdiameter minimal 5 cm permukaan bonggol bebas jamur, warna bonggol tidak kusam, biasanya warna bonggol yang baik adalah kuning bersih atau hijau.

2. Batang mempunyai ukuran diameter minimum 2 cm, diameter yang besar menandakan pertumbuhan adenium baik dan subur, panjang batang minimum 10 cm, dan tidak berjamur.

(25)

10

3. Jumlah daun minimal 15 helai, berwarna hijau segar, tidak kusam, tidak ada bercak goresan, bekas telur hama atau bekas sarang serangga lainnya.

Sedangkan untuk tanaman hias adenium varietas Obesum dikatakan berhasil jika tanaman yang disambung dibuka dari sungkupnya setelah 7-8 hari, tanaman sudah mengeluarkan tunas daun baru dari batang yang telah disambung, warna tunas hijau segar. Bonggol dan batang tidak kusam, dan tidak banyak bekas luka sayatan dan tanaman dalam keadaan sehat.

Namun hasil produksi adenium varietas Arabicum, Obesum, dan Taisoco tersebut tidak sesuai dengan kriteria yang diharapkan oleh perusahaan, sehingga mempengaruhi pendapatan perusahaan. Berdasarkan Lampiran 1, persentase keberhasilan tanaman hias adenium di perusahaan Anisa Adenium mengalami fluktuasi keberhasilan produksi yaitu berkisar antara 55-85 persen. Persentase keberhasilan produksi diperoleh dari hasil perhitungan pertumbuhan tanaman yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan perusahaan. Perhitungan keberhasilan tanaman tersebut diperoleh dari jumlah produksi tanaman yang telah berhasil dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan, dibagi dengan jumlah tanaman yang diproduksi pada setiap periode, hasil dari pembagian tersebut diakumulasi dalam bentuk persentase. Dengan adanya fluktuasi keberhasilan produksi tersebut mengindikasikan bahwa terdapat risiko produksi dalam memproduksi tanaman hias adenium varietas Arabicum, Obesum, dan Taisoco. Persentase keberhasilan produksi adenium di Perusahaan Anisa Adenium dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Persentase Keberhasilan Produksi Adenium di Perusahaan Anisa Adenium Tahun 2009-2010

(26)

11

Kegiatan produksi tanaman hias di perusahaan Anisa Adenium berlangsung setiap tiga bulan sekali. Oleh karena itu, dalam setahun perusahaan Anisa Adenium memproduksi empat kali tanaman hias adenium. Fluktuasi produksi merupakan salah satu indikasi adanya risiko produksi dalam tanaman hias adenium. Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa persentase keberhasilan produksi adenium di perusahaan Anisa Adenium berfluktuasi. Fluktuasi ini dikarenakan adanya tingkat keberhasilan yang berbeda-beda dalam proses produksinya.

Risiko produksi dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Kerugian akibat risiko produksi yang dialami adalah jumlah produksi rendah dan kualitas hasil panen yang menurun. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk dapat meminimalkan risiko yang dapat mengganggu proses produksi, salah satunya dengan melakukan diversifikasi. Secara teoritis diversifikasi merupakan strategi untuk menekan risiko dengan cara mengusahakan beberapa aktivitas usaha atau asset (Harwood et al. 1999). Saat ini Perusahan Anisa Adenium melakukan usaha diversifikasi, yaitu dengan mengusahakan berbagai jenis varietas adenium seperti Taisoco, Arabicum dan Obesum. Hal ini menjadi bahan kajian dan penelitian mengenai manajemen risiko perusahaan dalam mengendalikan sumber-sumber yang menyebabkan risiko untuk dapat meminimalkan risiko yang akan terjadi.

Berdasarkan perumusan diatas, dapat disimpulkan permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian, yaitu :

1. Apa saja yang menjadi sumber-sumber risiko yang dihadapi Perusahaan Anisa Adenium dalam memproduksi adenium?

2. Apakah diversifikasi yang dilakukan perusahaan Anisa Adenium dapat meminimumkan risiko produksi?

1.3. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang dihadapi perusahaan Anisa Adenium dalam memproduksi adenium.

(27)

12

2. Menganalisis usaha diversifikasi yang dilakukan perusahaan Anisa Adenium dalam upaya menurunkan risiko.

3. Menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi di perusahaan Anisa Adenium.

1.4. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak berikut ini :

1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan bagi Perusahaan Anisa Adenium dalam pengelolaan dan penanganan risiko usaha tanaman hias adenium.

2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya atau kegiatan lain yang bersangkutan.

3. Bagi penulis, penelitian ini merupakan media untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.

1.5. Ruang Lingkup

1. Produk yang dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah tanaman hias adenium varietas Arabicum, Obesum dan Taisoco yang diusahakan oleh Perusahaan Anisa Adenium.

2. Data yang digunakan merupakan data produksi selama kurun waktu tahun 2009 sampai 2010.

3.

Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah mengenai analisis sumber-sumber risiko dikaitkan dengan diversifikasi yang diterapkan oleh perusahaan Anisa Adenium dan strategi penanganan risiko yang dilakukan untuk menekan risiko pada usaha tanaman hias adenium varietas Arabicum, Obesum dan Taisoco.

(28)

13

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sumber-sumber Risiko

Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan, kinerja, dan reputasi dari institusi yang bersangkutan. Risiko yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain kejadian alam, operasional, manusia, politik, teknologi, pegawai, keuangan, hukum, dan manajemen dari organisasi. Risiko dari sebuah aktifitas yang sedang berlangsung sebagian bergantung pada siapa yang mengerjakan atau siapa yang mengelola aktifitas tersebut.4

Sumber-sumber penyebab risiko pada usaha produksi pertanian sebagian besar disebabkan faktor-faktor teknis seperti perubahan suhu, hama dan penyakit, penggunaan input serta kesalahan teknis (human error) dari tenaga kerja. Sumber-sumber risiko tersebut merupakan Sumber-sumber risiko teknis (produksi). Dilihat dari segi non-teknis sumber-sumber risiko pada usaha pertanian digolongkan pada risiko pasar yang mencakup fluktuasi harga input dan output.

Ditinjau dari usaha dibidang pertanian sebagian besar sumber risiko adalah kondisi iklim dan serangan hama dan penyakit. Hasil penelitian Safitri (2009) tentang analisis risiko produksi daun potong di PT. Pesona Daun Mas Asri, ciawi kabupaten Bogor, Jawa Barat menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daun potong adalah iklim atau cuaca, tingkat kesuburan lahan serta serangan hama. Faktor-faktor ini menimbulkan ketidakpastian terhadap keuntungan yang akan didapat akibat adanya fluktuasi produksi dalam usaha produksi daun potong.

Demikian juga hasil penelitian Wisdya (2009) yang menemukan bahwa sumber-sumber risiko produksi anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat adalah kondisi cuaca, serangan hama dan penyakit, mutasi gen, tanaman yang tumbuh tidak seragam (stagnan), kerusakan mekanis (handling). Adanya risiko hasil produksi menimbulkan ketidakpastian terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hasil penelitian Sianturi (2011)

4

(29)

14

tentang Analisis risiko pengusahaan bunga pada PT Saung Mirwan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat menemukan bahwa sumber-sumber risiko pengusahaan bunga adalah cuaca atau iklim, hama dan penyakit, bibit, peralatan dan bangunan, tenaga kerja, dan harga produk.

Berbeda halnya dengan analisis risiko produksi sayuran organik pada Permata Hati Organic Farm di Bogor, Jawa Barat. Risiko usaha yang dihadapi dalam penelitian yang dilakukan Tarigan (2009) menyimpulkan bahwa sumber-sumber risiko pada usaha sayuran organik yaitu cuaca dan iklim, serangan hama dan penyakit yang mengakibatkan penurunan pendapatan perusahaan. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Markhamah (2010) tentang manajemen risiko bunga potong sebagai bahan baku produk karangan bunga pada Florist X di Pasar Bunga Wastukencana Bandung, menemukan bahwa sumber-sumber risiko pada usaha bunga potong Florist X adalah fluktuasi penggunaan bahan baku setiap periode pengiriman barang dan juga sistem quality control yang kurang baik, sehingga mengakibatkan pemakaian bahan baku yang tidak menentu dan kualitas bahan baku yang kurang baik yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Ditinjau dari segi non-teknis sumber-sumber risiko pasar pada usaha pertanian mencakup fluktuasi harga input dan output. Pada penelitian yang dilakukan Arfah (2009) tentang analisis risiko penjualan anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat menyimpulkan bahwa sumber risiko penjualan anggrek adalah klaim penjualan baik pemasaran lokal maupun ekspor yang disebabkan oleh pengembalian tanaman dan pemusnahan tanaman, kontaminasi dan kerusakan mekanis serta tanaman yang tidak sesuai kriteria standar pemesanan yang sulit untuk diduga sebelumnya, sehingga dapat mempengaruhi realisasi penjualan dan ketidakpastian terhadap keuntungan atau pendapatan yang akan diperoleh oleh perusahaan.

Sementara itu Firmansyah (2009) dalam penelitiannya tentang risiko portofolio pemasaran sayur organik pada perusahaan Permata Hati Organic Farm mengungkapkan ketidakpastian pesanan merupakan sumber utama risiko pasar yang dihadapi perusahaan. Hal yang sama juga ditemukan Sari (2009) yang meneliti tentang risiko harga cabai merah keriting dan cabai merah besar di Indonesia. Hasil analisis risiko harga pada kedua komoditas tersebut menunjukkan

(30)

15

bahwa fluktuasi harga tidak terlepas dari pengaruh permintaan dan penawaran pasar. Harga cabai merah biasanya naik pada akhir tahun dimana banyak perayaan hari-hari besar keagamaan seperti lebaran, natal dan tahun baru. Harga rendah terjadi pada bulan-bulan Mei-Agustus dimana pada saat tersebut terjadi oversupply diakibatkan adanya panen serentak lahan pertanian cabai Indonesia.

Dari penelitian-penelitian terdahulu diperoleh variabel-variabel yang menjadi sumber-sumber risiko yaitu faktor cuaca, hama dan penyakit, kerusakan teknis/mekanis, dan efektivitas penggunaan input. Variabel-variabel tersebut juga diduga menjadi sumber risiko produksi pada penggunaan tanaman hias adenium yang diteliti dalam penelitian ini.

2.2. Metode Analisis Risiko

Risiko dapat diukur dengan menggunakan metode analisis seperti Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation yang satu sama lain saling berhubungan. Ketiga indikator ini menjadi indikator besar atau tidaknya risiko yang dihadapi oleh suatu usaha. Dimana, semakin kecil nilai dari ketiga indikator tersebut maka semakin rendah risiko yang dihadapi, bergitu juga sebaliknya semakin besar nilai dari ketiga indikator tersebut maka semakin tinggi risiko yang dihadapi oleh suatu usaha.

Dalam penelitian Safitri (2009) tentang risiko produksi daun potong di PT. Pesona Daun Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat digunakan ketiga metode analisis risiko Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation dengan menggunakan expected return. Metode penilaian yang sama juga dilakukan oleh Arfah (2009) dalam penelitiannya tentang analisis risiko penjualan anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat, namun dalam penelitian tersebut digunakan analisis pendapatan untuk menganalisis pendapatan perusahaan. Pada penelitian Tarigan (2009) tentang analisis risiko produksi sayuran organik pada Permata Hati Organic Farm di Bogor, Jawa Barat menggunakan analisis Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Analisis tersebut juga digunakan dalam penelitian Sianturi (2011) tentang analisis risiko pengusahaan bunga pada PT Saung Mirwan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

(31)

16

Barat dan juga pada penelitian Wisdya (2009) tentang analisis risiko produksi anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat.

Berbeda halnya dengan penelitian Markhamah (2010) tentang manajemen risiko bunga potong sebagai bahan baku produk karangan bunga pada Florist X di Pasar Bunga Wastukencana Bandung. Metode analisisnya adalah pengukuran yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Pengukuran yang bersifat kuantitas dilakukan dengan menggunakan Metode analisis nilai standar (analisis z-score) dan analisis Value at Risk (VaR). Sedangkan pengukuran yang bersifat kualitatif dilakukan dengan menggunakan Metode Aprolsimasi, yaitu dengan menggunakan Expert Opinion. Metode analisis risiko yang digunakan oleh Firmansyah (2009) dalam penelitiannya tentang risiko portofolio pemasaran sayuran organik menggunakan single-index portofolio dengan bantuan software SPSS. Metode penelitian yang berbeda dari metode penelitian yang diuraikan sebelumnya diperkenalkan oleh Sari (2009) yang meneliti risiko harga cabai merah keriting dan cabai merah besar. Metode analisis risiko yang digunakan adalah model ARCH GARCH dan perhitungan VaR (Value at Risk).

2.3. Strategi Penanganan Risiko

Strategi pengelolaan risiko merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Strategi pengelolaan risiko yang baik akan mampu menekan dampak risiko yang ditimbulkan sehingga perusahaan dapat memperoleh penerimaan yang sesuai dengan yang ditargetkan. Sebaliknya dengan penanganan risiko yang kurang tepat akan menimbulkan kerugian pada perusahaan. Strategi pengelolaan risiko yang diterapkan di perusahaan diharapkan merupakan strategi yang tepat dan efektif dalam menekan risiko.

Wisdya (2009) mengemukakan bahwa penanganan untuk mengatasi risiko produksi PT EGF adalah dengan pengembangan diversifikasi pada lahan yang ada. Dengan adanya diversifikasi, maka kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani masih dapat ditutupi dari kegiatan usahatani lainnya. Selain itu penanganan risiko juga dapat dilakukan kerjasama penyediaan bibit dengan konsumen, hal ini dapat mengurangi risiko produksi akibat ketidaktersediaan

(32)

17

bibit, usaha pembungaan berupa rangkaian bunga dalam pot juga dapat dilakukan, sehingga tanaman dengan kategori rusak mekanis masih dapat dimanfaatkan.

Sianturi (2011) juga mengemukakan strategi yang dapat dilakukan PT Saung Mirwan untuk menekan risiko adalah melakukan diversifikasi memilih kombinasi komoditas yang memiliki risiko paling rendah, dan lebih memfokuskan perhatian pada bunga yang memiliki risiko paling tinggi terutama dalam hal pengendalian hama dan penyakit. Tarigan (2009) juga mengemukakan strategi yang dilakukan Permata Hati Organic Farm dalam menekan risiko produksi yaitu dengan pengembangan diversifikasi pada lahan yang ada, melakukan kemitraan produksi dengan petani sekitar yang memproduksi sayuran organik serta kemitraan dalam penggunaan input dan perlu adanya peningkatan manajemen pada perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen yang terarah dengan baik.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Safitri (2009) dalam mengendalikan risiko produksi daun potong di PT Pesona Daun Mas Asri, dimana dilakukan diversifikasi dan pola kemitraan. Sedangkan dalam penelitian tentang manajemen risiko bunga potong oleh Markhamah (2010), strategi pengendalian risiko yang dilakukan adalah strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif yang dilakukan berupa memperbaiki sistem pasokan bahan baku, melakukan peramalan terhadap penjualan periode berikutnya, melakukan penanganan yang baik dan tepat dalam menjaga kesegaran dan kualitas bahan baku, mengembangkan sumber daya manusia serta memasang dan memperbaiki fasilitas fisik. Sedangkan strategi mitigasi yang dilakukan berupa kerjasama dengan florist-florist yang lain, dan memperbaiki manajemen dalam memproduksi dan memasarkan produk.

Strategi yang berbeda dikemukakan oleh Firmansyah (2009) yang meneliti risiko portofolio pemasaran sayuran organik. Strategi pengelolaan risiko portofolio pemasaran sayuran organik adalah menjaga kestabilan pesanan produk agar berada pada kondisi penjualan normal atau bahkan tinggi yaitu dengan cara memperbanyak agen atau distributor. Selain itu perusahaan bisa menjalin kerjasama dengan supermarket-supermarket yang ada atau toko-toko khusus yang menjual sayuran organik agar penjualan produk konstan dan kontinyu. Pada

(33)

18

penelitian Arfah (2009) tentang risiko penjualan anggrek Phalaenopsis, alternatif manajemen risiko dalam mengatasi risiko penjualan adalah dengan melakukan peningkatan teknologi pengaturan cahaya green house, penerapan teknologi biopestisida sebagai pengendali hama dan penyakit, bimbingan manajemen mutu dan pasca panen. Selain itu penanganan risiko juga dapat dilakukan melalui penerapan sistem SOP (standar operasional) terhadap kebijakan mutu produk dalam mengusahakan anggrek Phalaenopsis agar dapat memenuhi standar operasional yang diterapkan oleh pihak-pihak tertentu serta perlu adanya peningkatan manajemen pada perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen yang terarah dengan baik.

Sementara itu Sari (2009) mengemukakan strategi pengendalian risiko harga cabai merah harus terdapat integrasi yang baik antara tiga pihak yaitu petani, penjual dan pemerintah. Strategi pengendalian risiko harga cabai merah yang dapat dilakukan oleh petani antara lain penentuan masa tanam cabai yang tepat, diversifikasi tanaman, rotasi tanaman, pembuatan produk olahan cabai dan sistem kontrak. Penjual dapat melakukan strategi pengendalian risiko harga cabai merah dengan cara menjual cabai pada industri makanan, dan pengeringan cabai untuk mencegah jatuhnya harga akibat oversupply. Peran pemerintah dalam pengendalian risiko cabai merah dapat dilakukan dengan cara pembentukan atau pengaktifan koperasi dan kelompok tani, pengaturan pola produksi dan penyuluhan yang efektif.

Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Metode analisis yang digunakan oleh Markhamah (2010), Firmansyah (2009) dan Sari (2009) berbeda dengan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan metode analisis yang digunakan pada penelitian Safitri (2009), Sianturi (2011), Arfah (2009), Tarigan (2009) dan Wisdya (2009) dengan menggunakan Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variance juga digunakan dalam penelitian ini. Namun letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada pengaruh diversifikasi (portofolio) yang dilakukan untuk mengendalikan risiko yang ada pada tanaman hias, dan juga perbedaaan komoditas serta tempat pelaksanaan penelitian.

(34)

19

III.

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan, sehingga perusahaan dapat menyusun strategi yang tepat untuk mengatasi risiko tersebut.

3.1.1. Defenisi dan Konsep Dasar risiko

Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diukur oleh pembuat keputusan. Pada umumnya peluang terhadap suatu kejadian dapat ditentukan oleh pembuat keputusan berdasarkan pengalaman mengelola kegiatan usaha.

Menurut Kountur (2004) risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Ketidakpastian yang dihadapi perusahaan bisa berdampak merugikan atau mungkin saja menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi memberi dampak yang merugikan maka hal tersebut dikenal dengan istilah kesempatan (opportunity). Jika kepastian berdampak merugikan dikenal dengan istilah risiko (risk). Risiko berhubungan dengan suatu kejadian, dimana kejadian tersebut memiliki kemungkinan untuk terjadi atau tidak terjadi, dan jika terjadi ada akibat berupa kerugian yang ditimbulkan.

Risiko adalah kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian (Harwood et al, 1999). Setiap bisnis yang dijalankan pasti memiliki risiko dan ketidakpastian. Hal ini bertentangan dengan perilaku individu yang menginginkan kepastian dalam berusaha. Indikasi adanya risiko dalam kegiatan bisnis dapat dilihat dengan adanya variasi dan fluktuasi, seperti fluktuasi produksi, harga atau pendapatan. Untuk meminimalkan risiko yang mungkin dihadapi, dibutuhkan penilaian atau analisis risiko yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan.

Menurut Darmawi (2005), risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Penggunaan kata “kemungkinan” tersebut sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan

(35)

20

tumbuhnya risiko, sedangkan kondisi yang tidak pasti tersebut timbul karena berbagai hal, antara lain :

1. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir. Makin panjang jarak waktu makin besar ketidakpastiannya.

2. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan.

3. Keterbatasan pengetahuan atau ketrampilan mengambil keputusan, dan lain sebagainya.

3.1.2. Klasifikasi Risiko

Menurut Harwood et al (1999) terdapat beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani, yaitu:

1. Risiko produksi

Sumber risiko yang berasal dari risiko produksi diantaranya adalah gagal panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang yang ditimbulkan oleh serangan hama dan penyakit, perbedaan iklim, kesalahan sumberdaya manusia, dan lain-lain.

2. Risiko Pasar atau Harga

Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya adalah barang tidak dapat dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan, dan lain-lain. Sementara itu, risiko yang ditimbulkan oleh harga adalah harga naik karena inflasi.

3. Risiko Kelembagaan

Risiko yang ditimbulkan dari kelembagaan antara lain adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksinya.

4. Risiko Kebijakan

Risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan antara lain adanya suatu kebijakan tertentu yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor.

(36)

21

Risiko yang ditimbulkan oleh risiko finansial antara lain adalah adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha terhambat, perputaran barang rendah, laba yang menurun karena krisis ekonomi dan lain-lain. Menentukan sumber risiko adalah sangat penting karena mempengaruhi cara penanganannya. Risiko juga dapat diklasifikasikan berdasarkan sudut pandang sumber penyebab kerugian yang terjadi (Darmawi, 2004) :

1. Risiko Sosial

Sumber utama risiko adalah masyarakat, artinya tindakan orang-orang yang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang merugikan dari harapan. Risiko sosial ini berupa kecelakaan yang menimbulkan kerusakan harta dan jiwa.

2. Risiko fisik

Sumber risiko fisik sebagian adalah fenomena alam, sedangkan lainnya disebabkan kesalahan manusia. Sumber risiko fisik dapat disebabkan oleh adanya kebakaran, cuaca buruk, dan bencana alam lainnya.

3. Risiko Ekonomi

Banyak risiko yang dihadapi perusahaan yang bersifat ekonomi, seperti inflasi, fluktuasi lokal, ketidakstabilan perusahaan dan lainnya.

Risiko juga dapat diklasifikasikan dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan dan sudut pandang kejadian yang terjadi (Kountur, 2008):

1. Risiko Dari Sudut Pandang Penyebab

Risiko jika diklasifikasikan dalam sudut pandang penyebab kejadian dapat dibedakan ke dalam risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan terjadi karena disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti perubahan harga, tingkat bunga, dan mata uang asing. Sedangkan risiko operasional merupakan risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan seperti manusia, teknologi, dan alam.

2. Risiko Dari Sudut Pandang Akibat

Terdapat dua kategori risiko jika dilihat dari sudut pandang akibat yang ditimbulkan yaitu: (1) risiko murni, yaitu risiko yang akibat yang ditimbulkan hanya berupa sesuatu yang merugikan dan tidak memungkinkan adanya

(37)

22

keuntungan, dan (2) risiko spekulatif, yaitu risiko yang memungkinkan untuk menimbulkan suatu kerugian atau menimbulkan keuntungan.

3. Risiko Dari Sudut Pandang Aktivitas

Aktivitas dapat menimbulkan berbagai macam risiko, misalnya aktivitas pemberian kredit oleh bank yang risikonya dikenal dengan risiko kredit. Contoh lain dari sudut pandang penyebab terjadinya risiko adalah ketika seseorang melakukan perjalanan dan dalam perjalanannya dihadapkan pada risiko. Risiko semacam ini disebut juga dengan risiko perjalanan. Banyaknya risiko dari sudut pandang penyebab adalah sebanyak jumlah aktivitas yang ada.

4. Risiko Dari Sudut Pandang Kejadian

Risiko yang dinyatakan berdasarkan kejadian merupakan pernyataan risiko yang paling baik, misalnya terjadi kebakaran, maka risiko yang terjadi adalah risiko kebakaran. Contoh lain adalah kejadian anjloknya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Risiko yang dinyatakan dari kejadian ini adalah risiko anjloknya nilai tukar rupiah.

3.1.3. Risiko Portofolio dalam Diversifikasi

Pengukuran risiko menjadi sangat penting dalam tahapan analisis risiko karena tahapan ini dapat menentukan relatifitas penting atau tidaknya risiko tersebut untuk ditangani dan untuk memperoleh informasi yang akan menolong dalam menetapkan kombinasi strategi manajemen risiko. Untuk menentukan banyaknya kejadian yang dianggap berisiko dapat menggunakan konsep perhitungan peluang. Hasil dari perhitungan peluang ini akan menunjukkan seberapa sering perusahaan menghadapi periode atau hasil yang sesuai dengan harapan, melebihi harapan dan tidak sesuai dengan harapan.

Pengukuran risiko juga mencakup proses penilaian risiko. Menurut Elton dan Grubber (1995) terdapat beberapa penilaian risiko yaitu: perhitungan varian (variance), standar baku (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Ketiga alat ukur penilaian risiko ini saling berkaitan satu sama lain dengan nilai varian sebagai dasar perhitungan untuk pengukuran lainnya. Standar baku merupakan akar kuadrat dari perhitungan nilai varian sedangkan koefisien variasi merupakan rasio antara nilai standar baku dengan nilai expected return.

(38)

23

Expected return merupakan nilai atau hasil yang diharapkan oleh pengusaha atau pelaku usaha. Expected return dapat berbentuk jumlah produksi, jumlah penjualan dan penerimaan atau pendapatan.

Alat penilaian risiko dengan model varian dan standar baku sering sekali dianggap kurang tepat apabila dibandingkan dengan penerimaan (return). Varian dan standar baku hanya menunjukkan nilai risiko secara absolut. Khususnya apabila dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam manajemen perusahaan, model perhitungan dengan varian dan standar baku tidak layak. Untuk mengatasi hal itu model perhitungan dengan menggunakan koefisien variasi merupakan model yang peling sesuai. Koefisien variasi sudah memperhitungkan antara nilai risiko yang dihadapi sebuah perusahaan dan perbandingannya dengan setiap satu satuan penerimaan (return) yang diperoleh oleh perusahaan. Sehingga pada akhirnya pernyataan yang mengatakan „ high risk high return‟ dapat diuji dan dilihat kebenarannya dalam kasus yang dihadapi perusahaan.

Pelaku bisnis mempunyai banyak alternatif dalam melakukan investasi. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan pelaku bisnis dalam menginvestasikan dananya dengan melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset. Kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset dinamakan dengan diversifikasi.

Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan dari beberapa investasi. Teori portofolio merupakan teori yang menjelaskan penyaluran modal ke dalam berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko dan menjamin pendapatan seaman dan seuntung mungkin. Teori portofolio membahas portofolio yang optimum yaitu portofolio yang memberikan hasil pengembalian tertinggi pada suatu tingkatan risiko tertentu atau tingkat risiko paling rendah dengan suatu hasil tertentu.

Teori portofolio menyatakan bahwa risiko dan pengembalian keduanya harus dipertimbangkan dengan asumsi tersedia kerangka formal untuk mengukur keduanya dalam pembentukkan portofolio. Dalam bentuk dasarnya, teori portofolio dimulai dengan asumsi bahwa tingkat pengembalian atas efek dimasa depan dapat diestimasi dan kemudian menentukan risiko dengan variasi distribusi

(39)

24

pengembalian. Dengan asumsi tertentu, teori portofolio menghasilkan hubungan linear antara risiko dan pengembalian5.

Diversifikasi dilakukan untuk mengurangi risiko portofolio, yaitu dengan cara mengkombinasi atau dengan menambah investasi (asset/aktiva/sekuritas). Hal ini berdasarkan pertimbangan apabila salah satu asset menghasilkan return yang rendah maka asset yang lain diharapkan menghasilkan yang tinggi sehingga kerugian bisa tertutupi. Keputusan manajemen untuk mengusahakan satu usaha tunggal (spesialisasi) atau diversifikasi bisa murni termotivasi karena tingkat keuntungan yang diharapkan (expected profit) tanpa mempertimbangkan kaitannya dengan upaya menurunkan risiko.

Teori portofolio membantu manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai kombinasi investasi yang paling aman dikaitkan dengan tingkat risiko yang dihadapi. Dasar teori ini adalah pada kenyataannya investor tidak menginvestasikan seluruh dana hanya untuk satu jenis investasi tetapi melakukan diversifikasi dengan tujuan menekan risiko. Fluktuasi tingkat keuntungan akan berkurang karena saling menghilangkan jika memiliki beberapa jenis investasi.

3.1.4. Strategi Penanganan Risiko

Strategi pengelolaan risiko merupakan langkah lanjutan dari proses identifikasi dan pengukuran risiko. Strategi pengelolaan risiko berbentuk langkah-langkah yang ditujukan untuk mengurangi tingkat kerugian dari suatu kondisi yang dianggap berisiko. Penanganan risiko dapat dimasukkan ke dalam fungsi-fungsi manajemen. Sehingga fungsi-fungsi-fungsi-fungsi manajemen yang dikenal dengan planning, organizing, actuating dan controlling (POAC) bertambah satu, yaitu fungsi penanganan risiko (Kountur, 2008).

Menurut Kountur (2008) terdapat dua strategi penanganan risiko yaitu: 1. Preventif

Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini cocok dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

a. Membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur

(40)

25

b. Mengembangkan sumberdaya manusia c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik 2. Mitigasi

Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksud untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah:

a. Diversifikasi

Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan menghabiskan semua asset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko

b. Penggabungan

Penggabungan atau yang lebih dikenal dengan istilah merger menekankan pola penanganan risiko pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi.

c. Pengalihan Risiko

Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Cara ini bermaksud jika terjadi kerugian pada perusahaan maka yang menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengalihkan dampak risiko ke pihak lain, diantaranya melalui asuransi, leasing, outsourching, dan hedging.

Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara mengasuransikan asset perusahaan yang dampak risikonya besar, sehingga jika terjadi kerugian maka pihak asuransi yang akan menanggung kerugian yang dialami perusahaan sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah disepakati oleh pihak perusahaan dan pihak asuransi. Leasing adalah cara dimana asset digunakan tetapi kepemilikannya adalah pihak lain. Jika terjadi sesuatu pada asset tersebut maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas asset tersebut.

Gambar

Tabel 2. Perkembangan Ekspor Hortikultura Tahun 2007-2009
Tabel  3.  Perkembangan  Luas  Panen,  Produksi  dan  Produktivitas  Komoditas  Hortikultura di Indonesia Tahun 2007-2009
Tabel 4. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Periode 2006-2010
Tabel  5.  Perkembangan  Luas  Panen,  Produksi  dan  Produktivitas  Adenium  di  Indonesia Tahun 2008-2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Darah Mens adalah darah tabu, arah menstruasi (menstrual blood) dianggap darah tabu (menstrual taboo) dan perempuan yang sedang menstruasi menurut kepercayaan

[r]

Bahan tambah ialah suatu bahan berupa bubuk atau cairan, yang ditambahkan ke dalam campuran adukan beton selama pengadukan, dengan tujuan untuk mengubah sifat adukan

Desi Setiawati, 2013 PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK DI SEKOLAH1. DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Bila dianalisis dengan menggunakan metode Lot for Lot, maka perhitungan dan jadwal MRP-nya terlampir di lampiran F. Berikut penjelasan lampiran F: Holding Cost atau kos

department store di Bangkok. Data diperoleh dari survei yang diberikan kepada 400 pelanggan yang membeli donat di department store di Bangkok. Metode Sampling Accidental

Analisis Sastra Formula Dalam Eskapisme Pembaca Pada Roman “Le Rouge et le Noir”

tanda yang berfungsi sebagai alat ukur pencapaian kinerja suatu sasaran, program atau kegiatan dalam bentuk keluaran (output), hasil (outcome), dampak (impact).... Tingginya tingkat