• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Sumber Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo PT GIA

Langkah awal penelitian yang dilakukan pada perusahaan tanaman hias PT Godongijo Asri dalam proses manajemen risiko atau pengelolaan risiko adalah identifikasi sumber-sumber risiko yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya. Setiap kejadian atau sumber risiko yang akan diidentifikasi sangat dibutuhkan untuk mengetahui apa saja penyebab dari kejadian-kejadian yang mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian. Risiko produksi yang ada pada perusahaan tanaman hias PT Godongijo Asri ini ditandai dengan adanya fluktuasi keberhasilan tanaman hias Walisongo dan tingkat kematian tanaman hias Walisongo yang bervariasi pada setiap periodenya.

Menurut Sen dan Chaoudhary (2014) risiko yang terkait dengan produksi pertanian umumnya relatif lebih besar dibandingkan dengan industri lainnya. Sumber-sumber risiko produksi yang sangat memengaruhi produksi pertanian dapat disebabkan karena cuaca buruk, hama dan penyakit tanaman, kebakaran, erosi tanah, kesalahan tenaga kerja, degradasi lingkungan sampai hilangnya tenaga kerja di pertanian. Menurut Hess (2005) dalam usaha pertanian tanaman menyatakan bahwa faktor utama kegagalan produksi tanaman secara alamiah disebabkan karena iklim dan cuaca yang sulit diperkirakan serta faktor-faktor lainnya disebabkan karena faktor yang sulit diprediksi yaitu hama dan penyakit tanaman. Tidak seperti pengusahaan kebanyakan, pelaku usaha pertanian tidak dapat memprediksi dengan pasti risiko dan produksi yang akan mereka hasilkan. Namun besar kecilnya sumber risiko tersebut dapat diukur oleh pelaku usaha pertanian dan setiap komoditas memiliki besaran peluang dan dampak yang berbeda-beda walaupun memiliki sumber risiko yang sama diantara komoditas pertanian. Beberapa hal tersebut ada yang berpengaruh dan ada juga yang tidak berpengaruh terhadap produksi tanaman hias Walisongo. Salah satu yang tidak berpengaruh adalah erosi tanah, karena pada perusahaan PT Godongijo Asri penanaman dilakukan pada meja tanam dengan media tanam sekam bakar sehingga tidak ada kehilangan produksi tanaman hias Walisongo yang disebabkan karena erosi tanah. Salah satu faktor seperti kondisi cuaca tidak menentu yang memengaruhi jumlah keberhasilan produksi tanaman hias Walisongo pada perusahaan PT Godongijo Asri. Selanjutnya, faktor tersebut diteliti lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap hasil produksi tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo Asri.

Seluruh faktor yang berpengaruh secara langsung pada saat penelitian berlangsung terhadap tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri kemudian diteliti lebih lanjut untuk mendapatkan hasil produksi tanaman hias Walisongo yang hilang. Identifikasi sumber-sumber risiko produksi tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo Asri yang berada di Sawangan Depok dilakukan dengan melakukan pengamatan pada tanaman Walisongo yang berada dalam mistroom

dengan umur tanaman 0 sampai 1 bulan dan tanaman Walisongo yang berada dalam ruang aklimatisiasi dengan umur tanaman 1 sampai 2 bulan hal ini didasarkan pada tanaman Walisongo dapat dijual setelah berumur 2 bulan dari

39 proses perakaran, serta melakukan wawancara langsung dengan manajer produksi dan tenaga kerja produksi. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengamatan langsung, serta wawancara dengan pihak perusahaan di lokasi penelitian, dan dapat disimpulkan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan hasil panen tanaman hias Walisongo pada perusahaan PT Godongijo Asri.

1. Serangan hama

Hama yang pada umumnya menyerang tanaman hias Walisongo yang berada dalam mistroom adalah hama kutu putih atau disebut juga hama putih (Nymphola depunctalis) dan hama putih palsu (Cnaphalocrosis medinalis). Hama kutu putih ini umumnya menyerang pada daun tanaman hias Walisongo yang berada pada mistroom dan juga terjadi pada ruang aklimatisasi sedangkan hama putih palsu menyerang pada daun tanaman Walisongo dan dapat masuk pada batang tanaman dengan membuat lubang pada batang dekat akar Walisongo, hama jenis ini sering menyerang pada tanaman hias Walisongo yang berada pada ruang aklimatisasi. Hama Nymphola depunctalis dan Cnaphalocrosis medinalis

menyerang pada bagian atas dan bawah daun hingga bagian ketiak daun dan batang daun, hama tersebut dapat bertahan pada tanaman mulai dari proses perakaran sampai tumbuh besar, daun tanaman Walisongo yang telah dikorok akan berubah warna menjadi kekuningan sampai tinggal kerangka daunnya saja. Hama Nymphola depunctalis pada umumnya merupakan bawaan dari mother plant yang sudah terserang hama sedangkan hama Cnaphalocrosis medinalis

umumnya hama yang merupakan bawaan dari tanaman hias lain yang berada didekat tanaman hias Walisongo. Hama-hama tersebut tidak menimbulkan kematian pada tanaman hias Walisongo dalam jangka pendek, namun serangan hama tersebut dapat merusak warna dan tekstur daun tanaman hias Walisongo hingga menyebabkan kegagalan dalam jangka panjang. Pada saat penelitian dilakukan terjadi perubahan cuaca yang ekstrim dimana memicu penyebaran hama, sehingga apabila tanaman hias Walisongo yang sudah terserang hama dapat menyebar pada tanaman hias Walisongo disekitarnya karena perubahan cuaca tersebut yang menimbulkan kelembaban pada mistroom dan ruang aklimatisasi. Langkah meminimalisir terjadinya serangan hama yang dilakukan oleh PT Godongijo Asri saat proses perbanyakan dengan mencelupkan daun pada obat dithane sedangkan untuk penanggulangan penyebaran hama dilakukan pemotongan pada ranting daun yang terserang, agar penyebaran hama tidak terlalu besar maka dilakukan penyemprotan pestisida khusus obat hama secara rutin setiap 1 minggu sekali.

Berdasarkan informasi dan pengamatan yang dilakukan pada PT Godongijo Asri, proses penyemprotan ini sangat berpengaruh penting terhadap pembasmian hama yang terdapat pada tanaman hias Walisongo. Namun, walaupun telah dilakukan langkah minimalisir, serangan hama tersebut masih menyerang tanaman hias Walisongo. Berdasarkan informasi yang diperoleh pada PT Godongijo Asri jika pada proses penyemprotan tersebut tidak merata dapat menyebabkan kegagalan tanaman hias Walisongo. Serangan hama yang terdapat pada tanaman hias Walisongo seperti dalam Gambar 14.

40

Gambar 14 Serangan hama Nymphola depunctalis pada mistroom, Nymphola depunctalis pada ruang aklimatisasi dan Cnaphalocrosis medinalis

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara dengan manajer produksi serta tenaga kerja produksi tanaman hias PT Godongijo Asri, jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat serangan hama dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko serangan hama pada PT Godongijo Asri

Periode ke- Jumlah tanam (batang) Jumlah panen (batang)

Tingkat kegagalan karena serangan hama (%) 1 4164 3621 1.836 2 2501 2273 1.284 3 1787 1667 0.945 4 4800 4000 2.347 5 4587 4000 1.802 6 4108 3648 1.577 7 1232 1164 0.777 8 5832 4927 2.185 9 1172 1074 1.177 10 3584 3156 1.681 11 1216 1100 1.343 12 1996 1836 1.129 13 1874 1638 1.773 14 1200 1130 0.821 15 1925 1750 1.280 16 1887 1695 1.433 17 2197 1930 1.711 18 2415 2157 1.504 19 1353 1122 2.404

41 Cara mengidentifikasi kegagalan tanaman hias Walisongo akibat serangan hama yang tercantum dalam Tabel 11 adalah dengan pengamatan langsung yang dilakukan pada mistroom dan ruang aklimatisasi dengan jumlah masing-masing tempat sebanyak 1150 tanaman Walisongo dan 1250 tanaman Walisongo selama 1 bulan pengamatan, kemudian dicatat dan dilihat tanaman apa saja yang gagal akibat serangan hama, lalu dikonversikan pada data historis kegagalan tanaman hias Walisongo yang dimiliki PT Godongijo Asri dengan membandingkan kegagalan tanaman Walisongo akibat sumber risiko serangan hama pada mistroom

dan ruang aklimatisasi masing-masing sebesar 19 dan 20 batang dengan total kegagalan akibat seluruh sumber risiko pada mistroom dan ruang aklimatisasi masing-masing sebesar 149 dan 128 batang yang dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3 lalu dikonversikan dengan total kegagalan setiap periode produksi, dengan hasil konversi untuk serangan hama sebesar 0.141 dapat dilihat pada Lampiran 6. Berdasarkan hasil pengidentifikasian tersebut, kegagalan tanaman hias Walisongo akibat serangan hama setiap periode dibandingkan dengan jumlah produksi per periode untuk mengetahui tingkat kegagalan tanaman hias Walisongo. Setelah hal tersebut dilakukan, nantinya akan diperoleh berapa tingkat tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko serangan hama setiap periodenya pada PT Godongijo Asri.

Serangan hama pasti dialami oleh sebagian besar tanaman khususnya tanaman hias, seperti serangan hama pengorok daun, whitefly, belalang, hama kutu putih yang menyerang di beberapa bagian dari tanaman hias yang berada pada 1 lokasi produksi (Dewiana 2011; Nasti 2013). Hama pengorok daun dan

whitefly teridentifikasi menyerang bagian daun, seperti pada permukaan daun dibagian atas dan bawah daun yang terjadi pada produksi krisan spray potong sehingga hal tersebut menyebabkan kegagalan produksi (Nasti 2013). Sedangkan serangan hama yang terjadi pada tanaman hias bromelia seperti belalang dan kutu putih yang menyerang bagian dari atas dan bawah daun sampai memakan daun dari tanaman hias bromelia (Dewiana 2011). Sehingga dapat disimpulkan bahwa serangan hama tidak dapat terhindarkan sebagai sumber risiko produksi pengusahaan tanaman hias sebab sumber risiko serangan hama secara alamiah organisme tersebut menyerang tanaman dilokasi pertanian, sama halnya dengan produksi tanaman hias Walisongo yang terserang hama pada bagian daun, hanya perbedaannya terletak pada komoditas yang diteliti dan jenis hama yang menyerang tanaman.

2. Serangan penyakit tanaman

Kegagalan tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo Asri salah satunya disebabkan oleh penyakit tanaman. Menurut informasi yang diperoleh, penyakit merupakan salah satu penyebab yang besar yang dapat menyebabkan kegagalan hasil produksi tanaman hias Walisongo. Penyakit yang dapat meyerang tanaman hias Walisongo ini umumnya bermacam-macam, antara lain seperti bercak daun (Leaf spot), botrytis, dan layu (Fusarium). Berbagai penyakit yang telah disebutkan tersebut muncul karena adanya virus dan bakteri yang terdapat tanaman hias Walisongo maupun berasal dari kondisi mother plant yang tidak sehat (Rahmawati 2012). Penyakit bercak daun (Leaf spot) ini disebabkan karena fungi dan menyerang pada bagian daun tanaman hias Walisongo dengan timbulnya bercak-bercak menonjol pada seluruh permukaan daun, penyakit

42

botrytis ini disebabkan karena kelembaban tempat sehingga tanaman mudah terserang virus dan menyerang pada bagian batang dengan ciri-ciri adanya garis hitam di permukaan luar dan dalam batang, sedangkan penyakit layu (Fusarium) ini disebabkan karena virus dan dapat menyerang pada seluruh bagian tanaman dengan menunjukkan gejala layu kemudian daun menguning dan mengering kemudian merambat pada seluruh bagian tanaman hingga menyebabkan kematian pada tanaman hias Walisongo. Serangan penyakit tanaman yang menyerang tanaman Walisongo juga dapat disebabkan karena faktor cuaca, penelitian dilakukan saat kondisi cuaca dalam keadaan yang buruk, sehingga ketika tanaman Walisongo yang sudah terserang penyakit dapat semakin parah dan hingga dapat menyebar ke tanaman lain di sekitarnya, sehingga hal tersebut merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya serangan penyakit tanaman. Tanaman hias Walisongo yang terserang penyakit tanaman baik pada mistroom maupun ruang aklimatisasi sulit untuk disembuhkan sehingga tanaman hias Walisongo yang terserang penyakit tanaman harus dibuang. Pengecekan kondisi batang tanaman dan segera dilakukan pencabutan tanaman yang terserang penyakit tanaman. Serangan penyakit tanaman yang terjadi pada tanaman hias Walisongo dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15 Serangan penyakit tanaman pada tanaman hias Walisongo yaitu bercak daun (Leaf spot), botrytis, dan layu (Fusarium)

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara dengan manajer produksi serta tenaga kerja produksi tanaman hias PT Godongijo Asri, jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat serangan penyakit tanaman dapat dilihat pada Tabel 12.

43 Tabel 12 Jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko

serangan penyakit tanaman pada PT Godongijo Asri Periode ke- Jumlah tanam (batang) Jumlah panen (batang)

Tingkat kegagalan karena serangan penyakit tanaman (%)

1 4164 3621 3.531 2 2501 2273 2.468 3 1787 1667 1.818 4 4800 4000 4.513 5 4587 4000 3.465 6 4108 3648 3.032 7 1232 1164 1.494 8 5832 4927 4.202 9 1172 1074 2.264 10 3584 3156 3.233 11 1216 1100 2.583 12 1996 1836 2.170 13 1874 1638 3.410 14 1200 1130 1.579 15 1925 1750 2.461 16 1887 1695 2.755 17 2197 1930 3.291 18 2415 2157 2.893 19 1353 1122 4.623

Cara mengidentifikasi kegagalan tanaman hias Walisongo akibat serangan penyakit tanaman yang tercantum dalam Tabel 12 adalah dengan pengamatan langsung yang dilakukan pada mistroom dan ruang aklimatisasi dengan jumlah masing-masing tempat sebanyak 1150 tanaman Walisongo dan 1250 tanaman Walisongo selama 1 bulan pengamatan, kemudian dicatat dan dilihat tanaman apa saja yang gagal akibat serangan penyakit tanaman, lalu dikonversikan pada data historis kegagalan tanaman hias Walisongo yang dimiliki PT Godongijo Asri dengan membandingkan total kegagalan tanaman Walisongo akibat sumber risiko serangan penyakit tanaman pada mistroom dan ruang aklimatisasi masing-masing sebesar 41 dan 34 batang dengan total kegagalan akibat seluruh sumber risiko pada mistroom dan ruang aklimatisasi masing-masing sebesar 149 dan 128 batang yang dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3 lalu dikonversikan dengan total kegagalan setiap periode produksi, dengan hasil konversi untuk serangan penyakit tanaman sebesar 0.271 dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan hasil pengidentifikasian tersebut, kegagalan tanaman hias Walisongo akibat serangan penyakit tanaman setiap periode dibandingkan dengan jumlah produksi per periode untuk mengetahui tingkat kegagalan tanaman hias Walisongo. Setelah hal tersebut dilakukan, nantinya kita akan mendapatkan berapa tingkat tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko serangan penyakit tanaman setiap periodenya pada PT Godongijo Asri.

44

Serangan penyakit tanaman dapat menyerang tanaman akibat kelembaban pada lokasi produksi, kualitas mother plant atau bibit tanaman yang tidak sehat, serta penggunaan peralatan perbanyakan yang tidak bersih, penyakit tanaman yang terjadi seperti layu, virus, bercak daun, busuk batang akar (Dewiana 2011; Nasti 2013). Penyakit-penyakit tanaman tersebut menyerang tanaman hias bromelia dan krisan spray potong. Sama halnya jenis-jenis serangan penyakit yang terjadi pada tanaman hias Walisongo. Sehingga dapat disimpulkan bahwa serangan penyakit yang menyerang tanaman hias Walisongo di lokasi produksi sama dengan tanaman hias lainnya seperti krisan spray potong dan tanaman hias bromelia.

3. Kondisi cuaca tidak menentu

Kondisi cuaca yang tidak menentu dapat menimbulkan risiko pada tanaman hias Walisongo. Cuaca yang tidak menentu dapat memengaruhi kelembaban pada mistroom dan kondisi tanaman pada ruang aklimatisasi. Pada kondisi curah hujan yang tinggi akan memicu timbulnya penyebaran wabah penyakit bahkan kematian tanaman hias Walisongo. Penyakit yang menyerang tanaman hias Walisongo pada saat curah hujan yang tinggi adalah penyakit busuk batang akar (Phytium). Penyakit busuk batang akar (Phytium) ini disebabkan karena jamur menyukai tempat lembab yang berkembangbiak melalui spora yang tersebar melalui udara, air serta tanah (Rahmawati 2012). Pada mistroom penyakit busuk batang akar ini muncul karena kondisi lembab sehingga menimbulkan pertumbuhan jamur sedangkan pada ruang aklimatisasi penyakit busuk batang akar ini muncul karena tanaman tergenang air terlalu lama sehingga menyebabkan akar dan batang busuk, daun menjadi pucat, layu, lalu mati membusuk. Cuaca buruk dengan terjadinya hujan yang sangat lebat terjadi pada saat penelitian dilakukan, saat itu kondisi tanaman hias Walisongo baik pada mistroom maupun ruang aklimatisasi dalam keadaan sehat namun keesokan harinya beberapa tanaman hias Walisongo mati karena cuaca, apabila perubahan cuaca ekstim tidak terjadi maka jamur tersebut tidak muncul dan berkembangbiak dan tidak akan terjadi kegagalan pada tanaman hias Walisongo. Saat penelitian dilakukan curah hujan mencapai puncaknya pada bulan Februari 2015 dengan rata-rata curah hujan lebih dari 500 mm per bulan, keadaan tersebut jauh diatas normal yaitu sebesar 85 sampai 115 mm per bulan. Kegagalan tanaman hias Walisongo akibat kondisi cuaca yang tidak menentu dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16 Kegagalan tanaman hias Walisongo akibat kondisi cuaca tidak menentu yaitu busuk batang akar (Phytium)

45 Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara dengan manajer produksi serta tenaga kerja produksi tanaman hias PT Godongijo Asri, jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat kondisi cuaca tidak menentu dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko kondisi cuaca tidak menentu pada PT Godongijo Asri

Periode ke- Jumlah tanam (batang) Jumlah panen (batang)

Tingkat kegagalan karena kondisi cuaca tidak menentu (%)

1 4164 3621 5.885 2 2501 2273 4.114 3 1787 1667 3.030 4 4800 4000 7.521 5 4587 4000 5.775 6 4108 3648 5.053 7 1232 1164 2.491 8 5832 4927 7.003 9 1172 1074 3.773 10 3584 3156 5.389 11 1216 1100 4.305 12 1996 1836 3.617 13 1874 1638 5.683 14 1200 1130 2.632 15 1925 1750 4.102 16 1887 1695 4.592 17 2197 1930 5.484 18 2415 2157 4.821 19 1353 1122 7.704

Cara mengidentifikasi kegagalan tanaman hias Walisongo akibat kondisi cuaca tidak menentu yang tercantum dalam Tabel 13 adalah dengan pengamatan langsung yang dilakukan pada mistroom dan ruang aklimatisasi dengan jumlah masing-masing tempat sebanyak 1150 tanaman Walisongo dan 1250 tanaman Walisongo selama 1 bulan pengamatan, kemudian dicatat dan dilihat tanaman apa saja yang gagal akibat kondisi cuaca tidak menentu, lalu dikonversikan pada data historis kegagalan tanaman hias Walisongo yang dimiliki PT Godongijo Asri dengan membandingkan total kegagalan tanaman Walisongo akibat sumber risiko kondisi cuaca tidak menentu pada mistroom dan ruang aklimatisasi masing- masing sebesar 74 dan 51 batang dengan total kegagalan akibat seluruh sumber risiko pada mistroom dan ruang aklimatisasi masing-masing sebesar 149 dan 128 batang yang dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3 lalu dikonversikan dengan total kegagalan setiap periode produksi, dengan hasil konversi untuk kondisi cuaca tidak menentu sebesar 0.451 dapat dilihat pada Lampiran 4. Berdasarkan hasil pengindentifikasian tersebut, kegagalan tanaman hias Walisongo akibat kondisi cuaca tidak menentu setiap periode dibandingkan

46

dengan jumlah produksi per periode untuk mengetahui tingkat kegagalan tanaman hias Walisongo. Setelah hal tersebut dilakukan, nantinya kita akan diperoleh berapa tingkat tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko kondisi cuaca tidak menentu setiap periodenya pada PT Godongijo Asri.

Kondisi cuaca tidak menentu sangat berpengaruh langsung pada keberhasilan tanaman hias, seperti yang terjadi pada tanaman krisan spray potong dan pembibitan krisan (Nasti 2013; Rachmi 2014). Sama halnya yang terjadi pada tanaman hias Walisongo yang sangat berpengaruh pada keberhasilan produksi tanaman Walisongo, kondisi cuaca tidak menentu dapat menyebabkan busuk pada seluruh bagian tanaman pada mistroom dan ruang aklimatisasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi kesamaan sumber risiko dan akibatnya yang terjadi pada tanaman hias, perbedaannya terletak pada lokasi yang digunakan ada tanaman krisan spray potong dan pembibitan krisan berada dibawah naungan sedangkan untuk tanaman hias Walisongo terletak pada 2 lokasi yaitu mistroom

dan ruang aklimatisasi. 4. Kualitas sekam

Kualitas sekam merupakan salah satu sumber risiko pada tanaman hias Walisongo. Sekam merupakan media dalam penanaman hasil stek tanaman hias Walisongo dan media pada pembesaran tanaman hias Walisongo. Kualitas sekam yang kurang baik akan menimbulkan risiko pada tanaman hias Walisongo yang ditandai dengan pengendapan air pada sekam sehingga kelembaban media menjadi sangat tinggi. Penyakit yang timbul akibat kualitas sekam yang kurang baik adalah kanker akibat serangan jamur Phytopthora palmivora (Rahmawati 2012). Timbulnya penyakit kanker ini menyebabkan batang tanaman dekat akar pecah kemudian dapat menyebabkan busuk pada akar tanaman Walisongo. Penurunan kualitas sekam yang digunakan umumnya karena penggunaan sekam yang sama selama 4 kali panen, sehingga ketika sekam yang kondisinya sudah dalam kondisi yang tidak baik masih digunakan untuk penanaman dapat menyebabkan kegagalan pada tanaman hias Walisongo, hal tersebut terjadi saat penelitian dilakukan. Kegagalan tanaman hias akibat kualitas sekam dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17 Kegagalan tanaman hias Walisongo akibat kualitas sekam yaitu jamur

47 Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara dengan manajer produksi serta tenaga kerja produksi tanaman hias PT Godongijo Asri, jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat kualitas sekam dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko kualitas sekam Periode ke- Jumlah tanam (batang) Jumlah panen (batang)

Tingkat kegagalan karena kualitas sekam (%) 1 4164 3621 1.789 2 2501 2273 1.251 3 1787 1667 0.921 4 4800 4000 2.286 5 4587 4000 1.756 6 4108 3648 1.536 7 1232 1164 0.757 8 5832 4927 2.129 9 1172 1074 1.147 10 3584 3156 1.638 11 1216 1100 1.309 12 1996 1836 1.100 13 1874 1638 1.728 14 1200 1130 0.800 15 1925 1750 1.247 16 1887 1695 1.396 17 2197 1930 1.667 18 2415 2157 1.466 19 1353 1122 2.342

Cara mengidentifikasi kegagalan tanaman hias Walisongo akibat kualitas sekam yang tercantum dalam Tabel 14 adalah dengan pengamatan langsung yang dilakukan pada mistroom dan ruang aklimatisasi dengan jumlah masing-masing tempat sebanyak 1150 tanaman Walisongo dan 1250 tanaman Walisongo selama 1 bulan pengamatan, kemudian dicatat dan dilihat tanaman apa saja yang gagal akibat kualitas sekam, lalu dikonversikan pada data historis kegagalan tanaman hias Walisongo yang dimiliki PT Godongijo Asri dengan cara membandingkan total kegagalan tanaman Walisongo akibat sumber risiko kualitas sekam pada

mistroom dan ruang aklimatisasi masing-masing sebesar 15 dan 23 batang dengan total kegagalan akibat seluruh sumber risiko pada mistroom dan ruang aklimatisasi masing-masing sebesar 149 dan 128 batang yang dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3 lalu dikonversikan dengan total kegagalan setiap periode produksi, dengan hasil konversi untuk kualitas sekam sebesar 0.137 dapat dilihat pada lampiran 7. Berdasarkan hasil pengidentifikasian tersebut, kegagalan tanaman hias Walisongo akibat kualitas sekam setiap periode dibandingkan dengan jumlah produksi per periode untuk mengetahui tingkat kegagalan tanaman

48

hias Walisongo. Setelah hal tersebut dilakukan, nantinya kita akan diperoleh berapa tingkat tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko kualitas sekam setiap periodenya pada PT Godongijo Asri.

Sekam merupakan media tanam bagi beberapa tanaman hias, keunggulan menggunakan sekam adalah dapat digunakan berulang kali. Dari sekam dapat menimbulkan sumber risiko seperti risiko kualitas sekam. Sumber risiko kualitas sekam yang terjadi menyebabkan busuk dan kegagalan pada tanaman hias seperti yang terjadi pada pengusahaan pembibitan krisan, dimana sekam sudah berjamur (Rachmi 2014). Sama halnya yang terjadi pada tanaman hias Walisongo dimana kualias sekam dapat menjadi sumber risiko pada pengusahaan tanaman hias. Jika dibandingkan pada pengusahaan pembibitan krisan, sumber risiko kualitas sekam menjadi prioritas utama yang menjadi sumber risiko, berbeda pada tanaman hias Walisongo dimana kualitas sekam merupakan sumber risiko yang tidak menjadi penyebab utama kegagalan tanaman hias Walisongo. Sehingga perbedaannya terletak pada prioritas sumber risiko yang menyebabkan kegagalan tanaman hias.

Analisis Probabilitas Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo PT GIA

Analisis probabilitas atau kemungkinan yang terjadi pada masing-masing sumber risiko yang ada merupakan tahapan selanjutnya yang harus dilakukan dalam proses pengelolaan atau manajemen risiko. Terdapat 4 sumber risiko produksi tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo Asri yang telah diidentifikasi dalam bab sebelumnya. Analisis probabilitas ini diperlukan untuk

Dokumen terkait