• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Keracunan Pestisida dan Jalur Masuknya

2.5 Faktor Penyebab Timbul Keracunan

Beberapa faktor umum penyebab terjadinya keracunan pestisida: 1. Petani tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan yang memadai. 2. Petani tidak memiliki informasi yang benar dan akurat tentang pestisida,

risiko penggunaan, dan teknik penggunaan pestisida yang benar dan bijaksana.

3. Informasi yang cukup tetapi petani biasanya menganggap enteng bahaya pestisida.

2.6 Keracunan Pestisida dan Jalur Masuk 2.6.1 Keracunan Pestisida

Ada 2 tipe keracunan pestisida 1. Keracunan akut

Keracunan akut ditandai dengan efek dirasakan langsung pada saat itu atau beberapa jam setelah itu. Beberapa gejala keracunan akut seperti sakit kepala, pusing, mual, sakit dada, muntah-muntah, sakit otot, keringat berlebih, kram, diare, sulit bernapas, pandangan kabur, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Berdasarkan luas keracunan : a. Efek lokal

Efek lokal terjadi jika efek hanya memengaruhi bagian tubuh yang terkena kontak langsung dengan pestisida biasanya berupa iritasi, rasa kering, kemerahan dan gatal-gatal di mata, iritasi hidung, tenggorokan dan kulit, mata berair, dan batuk.

b. Efek sistemik

Efek sistemik muncul jika pestisida masuk ke dalam tubuh dan memengaruhi organ tubuh dengan tingkat yang berbeda. Darah akan membawa pestisida keseluruh bagian tubuh dan memengaruhi mata, jantung, paru-paru, perut, hati, lambung, otot, usus, otak, dan saraf.

2. Keracunan kronis

Keracunan kronis terjadi bila efek-efek keracunan membutuhkan waktu untuk muncul atau berkembang. Efek-efek jangka panjang ini dapat muncul setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah terpapar pestisida. Pestisida memberikan dampak kronis pada sistem saraf, hati, perut, sistem kekebalan tubuh, keseimbangan hormon, dan dapat menyebabkan kanker.

2.6.2 Jalur Masuk Pestisida Kedalam Tubuh

Jalur masuk pestisida ke dalam tubuh melalui 3 rute yakni: 1. Melalui kulit (dermal contamination)

Pestisida yang menempel pada kulit dapat masuk melalui kulit yang utuh maupun kulit yang terluka. Kontaminasi melalui kulit

merupakan kontaminasi yang paling sering terjadi. Lebih dari 90% kasus keracunan diseluruh dunia disebebkan oleh kontaminasi kulit (Djojosumarto, 2008).

Risiko kontaminasi lewat kulit dipengaruhi beberapa hal sebagai berikut: a. Toksisitas Dermal (dermal LD50) pestisida yang bersangkutan. Semakin

kecil LD50 maka semakin berbahaya.

b. Konsentrasi pestisida yang menempel pada kulit. Semakin pekat maka semakin bahaya.

c. Jenis dan formulasi pestisida. Petisida yang satu dengan pestisida yang lain tidak sama daya tembusnya terhadap kulit.

d. Jenis dan bagian kulit yang terpapar. Kulit punggung tangan lebih mudah menyerap pestisida dari pada kulit telapak tangan.

e. Luasnya kulit yang terpapar pestisida. Semakin luas yang terpapar maka semakin besar risikonya.

f. Kondisi fisik yang bersangkutan. Makin lemah kondisi fisik seseorang maka semakin besar risiko keracunannya.

Pekerjaan yang menimbulkan risiko tinggi kontaminasi kulit adalah: a. Penyemprotan dan aplikasi lainnya, termasuk pemaparan langsung oleh

droplet atau drift pestisida dan menyeka wajah dengan tangan, lengan baju, atau sarung tangan yang terkontaminsai pestisida.

b. Pencampuran pestisida tidak sering menimbulkan kontaminasi dibandingkan dengan menyemprot tetapi apabila terjadi terkontaminasi

maka risikonya lebih besar. Ini berhubungan dangan konsentrasi pestisida yang mengontaminasi.

c. Mencuci alat-alat aplikasi umunya jarang terjadi keracunan karena pestisida yang menempel pada kulit telah diencerkan oleh air yang digunakan untuk mencuci alat-alat.

2. Melalui saluran pernapasan (inhalasi)

Saluran pernapasan merupakan jalur kontaminasi terbanyak kedua setelah kulit. Gas atau partikel semprotan yang sangat halus (<10 mikron) dapat masuk ke paru yang dapat menimbulkan gangguan fungsi paru-paru. Partikel yang lebih besar (>50 mikron) akan menempel pada selaput lendir dan tenggorokan yang dapat menyebabkan iritasi selaput lendir. Risiko kontaminasi pestisida lewat saluran pernapasan dipengaruhi oleh faktor-faktor beriku :

a. LC50 pestisida. Semakin rendah angka LC50 pestisida akan semakin berbahaya.

b. Ukuran partikel. Partikel dengan ukuran <10 mikron sangat berbahaya karena bisa masuk ke dalam paru-paru.

c. Lamanya kontaminasi. Semaik lama terpapar pestisida semakin tinggi risiko keracunan.

d. Kondisi fisik. Seseorang dengan kondisi tubuh yang tidak fit cenderung lebih mudah mengalami keracunana pestisida.

a. Menimbang, mencampur, dan menyemprot pestisida di ruang tertutup atau yang ventilasinya buruk.

b. Aplikasi pestisida berbentuk gas atau yang akan membentuk gas, aerosol, terutama aplikasi di dalam ruangan, aplikasi berbentuk tepung mempunyai risiko tinggi.

c. Mencampur pestisida berbentuk tepung (debu terhisap) 3. Melalui mulut (oral) atau pencernaan

Keracunan pestisida melalui mulut jarang terjadi namun pada kasus tertentu keracunan melalui mulut masih ditemukan.

Keracunan melalui mulut dapat terjadi karena : a. Kasus bunuh diri

b. Makan, minum, dan merokok ketika bekerja dengan pestisida.

c. Menyeka keringat di wajah dengan tangan, lengan baju, atau sarung tangan yang terkontaminasi pestisida.

d. Drift pestisida terbawa angin masuk ke dalam mulut. e. Makanan dan minuman terkontaminasi pestisida.

Risiko keracunan lewat mulut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: a. LD50 oral dari bahan aktif. Semakin rendah LD50 semakin berbahaya. b. Kuantitas bahan aktif yang tertelan. Semakin banyak jumlah bahan aktif

yang tertelan semakin tinggi risiko keracunan.

c. Formulasi pestisida. Bahan tambahan pembuatan pestisida dapat menyebabkan lebih beracun atau tidak.

d. Kondisi fisik pengguna. Semakin lemah kondisi fisik semakin mudah terjadinya keracunan pestisida.

Keracunan pestisida dapat terjadi pada 4 macam jenis pekerjaan yaitu a. Membawa, menyimpan, dan memindahkan konsentrat pestisida b. Mencampur atau mengencerkan pestisida sebelum aplikasi

c. Pengaplikasian pestisida seperti penyemprotam, penaburan atau fumigasi d. Mencuci alat-alat yang telah dipakai

Diantara jenis pekerjaan tersebut yang paling sering menimbulkan kontaminasi adalah pekerjaan aplikasi terutama dengan cara penyemprotan, namun yang paling berbahaya adalah pekerjaan mencampur atau mengencerkan pestisida. Hal ini karena konsentrat pestisida masih dalam keadaan berkadar tinggi sedangkan pada saat pengaplikasian, pestisida sudah diencerkan.

Dokumen terkait