• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaan Daun Bendera Galur - Galur Sorgum, UPCA S1 dan Numbu di Tanah Masam

Daun berfungsi sebagai tempat terjadinya fotosintesis serta mengekspor hasilnya ke seluruh bagian tanaman (Darmawan dan Baharsjah, 2010). Daun bendera merupakan daun yang terakhir terbentuk berfungsi membungkus malai dan daun yang paling banyak memberikan hasil fotosintesis ke malai (Jennings

et al., 1979). Terbentuknya daun bendera menandakan berakhirnya masa vegetatif.

Sifat-sifat daun merupakan salah satu sifat morfologi yang berkaitan erat dengan produktivitas tanaman (Makarim dan Suhartatik, 2009). Jennings et al. (1979) memasukkan daun sebagai organ yang harus diukur dalam pemuliaan padi

A B

seperti ketegakan, panjang, lebar, ketebalan, warna, sudut daun, kelembutan dan penuaan daun.

Jumlah daun dihitung dari buku kedua, luas daun bendera, panjang daun bendera, lebar rata - rata daun bendera dan lebar daun bendera terlebar diukur ketika daun bendera telah terbuka sempurna.

Tabel 1. Keragaan daun bendera galur - galur sorgum, UPCA S1 dan Numbu di tanah masam

No. Galur Jumlah daun (helai) Luas daun bendera (cm2) Panjang daun bendera (cm) Lebar rata-rata daun bendera (cm) Lebar daun bendera terlebar (cm) 1. N/UP-4-3 7.20a 216.07a 93.13 2.35a 6.77 2. N/UP-4-8 7.47a 195.51 81.99 2.18 7.00 3. N/UP-17-10 8.07a 220.09 84.39 2.43a 7.18 4. N/UP-32-8 8.60a 185.69 78.38 2.22 6.33 5. N/UP-39-10 5.80b 203.73 91.55 2.17 5.95 6. N/UP-48-2 8.37a 237.95a 90.36 2.53a 7.24 7. N/UP-82-3 6.47a 197.65 84.51 2.20 6.43 8. N/UP-89-3 5.93b 231.43 93.39 2.28 6.82 9. N/UP-118-3 7.73a 254.99ab 94.99a 2.60ab 7.84b 10. N/UP-118-7 6.43a 178.45 90.34 1.96 5.91 11. N/UP-124-7 7.07a 130.86 67.59 1.89b 6.60 12. N/UP-139-1 7.93a 177.85 81.48 2.14a 6.08 13. N/UP-139-5 7.33a 273.97ab 104.65ab 2.61ab 8.07 14. N/UP-151-3 6.90a 196.28 83.30 2.34 6.91 15. N/UP-156-8 7.00a 206.46 89.85 2.18 6.39 16. N/UP-159-9 5.97b 160.25 78.53 1.93 5.79 17. N/UP-166-6 6.93a 187.06 88.15 2.05 6.19 Rataan galur 7.13 203.19 86.86 2.24 6.68 18. UPCA S1(a) 5.41 149.83 76.49 1.89 6.65 19. Numbu(b) 8.30 177.06 79.83 2.19 6.62

Keterangan: angka yang diikuti huruf a dan b menunjukkan berbeda nyata dengan pembanding UPCA S1 (a) dan Numbu (b) berdasarkan uji-t taraf 5%.

Jumlah Daun

Galur - galur sorgum yang diuji memiliki jumlah daun berkisar 5.8 - 8.6 helai, sedangkan galur pembanding UPCA S1 5.4 helai dan Numbu 8.3 helai.

Berdasarkan uji- t terhadap galur - galur yang diuji (Tabel 1) menunjukkan bahwa tidak terdapat satupun galur yang memiliki jumlah daun lebih banyak dibandingkan galur pembanding terbaik Numbu di tanah masam, namun galur - galur sorgum yang diuji memiliki jumlah daun lebih banyak dibandingkan UPCA S1 kecuali galur N/UP-39-10, N/UP-89-3 dan N/UP-159-9 yang tidak berbeda nyata dengan UPCA S1.

Jumlah daun pada percobaan ini berkisar 5.8 - 8.6 helai dengan rata-rata 7.1 helai lebih rendah dibandingkan jumlah daun dari benih galur sorgum hasil seleksi pada penelitian sebelumnya yang memiliki rata - rata jumlah daun 9 helai. Namun jumlah daun yang berkurang juga terjadi pada pembanding Numbu dan UPCA S1 pada penelitian sebelumnya di tanah masam Tenjo. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Tenjo pada pH 4.8 - 5.4, pembanding Numbu memiliki jumlah daun 9 helai dan UPCA S1 8 helai (Puspitasari, 2011), sedangkan berdasarkan deskripsi varietasnya Numbu memiliki jumlah daun 14 helai dan UPCA S1 memiliki jumlah daun 13 - 15 helai (Lampiran 4).

Penelitian Sunarto (1993) pada kedelai menunjukkan bahwa kejenuhan Al sebesar 25 % menyebabkan jumlah daun pada tanaman kedelai berkurang. Pada penelitian ini galur - galur diuji pada kejenuhan Al3+ mencapai 2.79 cmolc/kg. Sehingga diduga bahwa pengurangan jumlah daun pada galur - galur yang diuji disebabkan oleh cekaman tanah masam. Perkembangan daun yang sempurna dan normal dipengaruhi oleh faktor ligkungan meliputi temperatur, suplai air, kandungan mineral, dan cahaya (Nelson and Larson, 1988).

Pada penelitian ini jumlah daun dihitung pada buku kedua, padahal daun pada tanaman sorgum muncul pada setiap buku (Undersander et al., 1990). Jumlah daun pembanding Numbu pada penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu 9 helai, sedangkan UPCA S1 hanya 6 helai padahal penelitian sebelumnya UPCA S1 memiliki jumlah daun 8 helai. Hal ini menunjukkan bahwa Numbu lebih toleran terhadap tanah masam dibandingkan UPCA S1.

Jumlah daun pertanaman yang sedikit memberikan kesempatan pada daun yang ada untuk menjadi source karena daun yang ada berkesempatan menerima cahaya dan menghasilkan fotosintat yang digunakan oleh biji. Pada tanaman

dengan jumlah daun banyak, kebanyakan akan ternaungi sehingga lebih banyak daun yang menjadi sink (Rostini et al., 2003).

Luas daun bendera

Luas daun bendera pada galur - galur sorgum yang diuji berkisar 130.86 - 273.97 cm, sedangkan untuk galur pembanding UPCA S1 149.8 cm dan Numbu 177.1 cm. Galur N/UP-4-3, N/UP-48-2, N/UP-118-3 dan N/UP-139-5 memiliki luas daun bendera lebih besar dibandingkan galur peka tanah masam UPCA S1. Galur N/UP-118-3 dan galur N/UP-139-5 memiliki luas daun bendera lebih besar dari galur toleran Numbu (Tabel 1).

Nelson dan Larson (1988) menyatakan bahwa jumlah kloroplast cenderung mengikuti peningkatan luas area daun sehingga jumlah klorofil juga meningkat karena semakin besar daun yang terkena cahaya dan akan berkontribusi terhadap pembentukan daun yang berwarna hijau.

Panjang daun bendera

Panjang daun bendera dari galur - galur sorgum yang diuji berkisar 67.59-104.65 cm, sedangkan galur pembanding UPCA S1 sebesar 76.5 cm dan Numbu 79.8 cm (Tabel 1). Berdasarkan uji-t, hampir seluruh galur yang diuji memiliki panjang daun bendera tidak berbeda nyata dengan pembanding UPCA S1 dan Numbu kecuali galur N/UP-118-3 dan N/UP-139-5 yang memiliki panjang daun bendera lebih panjang dibandingkan UPCA S1.

Sifat daun yang dikehendaki bukanlah daun yang panjang tetapi daun yang tumbuhnya tegak, tebal, kecil dan pendek (Makarim dan Suhartik, 2009). Daun yang terlalu panjang sulit untuk tegak. Sifat daun yang tegak setelah proses inisiasi malai merupakan karakter daun yang penting karena berasosiasi dengan hasil yang tinggi. Pada daun yang tegak memungkinkan terjadinya penetrasi dan distribusi cahaya matahari kedalam tanaman yang lebih besar sehingga aktivitas fotosintesis menjadi tinggi (Jennings et al., 1979).

Lebar rata-rata daun bendera dan lebar daun bendera terlebar

Lebar daun sorgum berkisar 1.5 sampai 15 cm pada bagian yang paling lebar (Goldworthy dan Fisher, 1992). Dalam percobaan ini diperoleh lebar rata-rata daun bendera galur - galur sorgum yang diuji berkisar 1.89 - 2.61 cm, sedangkan lebar daun bendera terlebarnya berkisar 5.79 - 8.07 cm (Tabel 1).

Galur pembanding UPCA S1 memiliki lebar rata-rata daun bendera 1.89 cm dan Numbu 2.19 cm. Galur N/UP-4-3, N/UP-17-10, N/UP-48-2, N/UP-118-3, N/UP-139-1 dan N/UP-139-5 memiliki lebar rata-rata daun bendera lebih besar dibandingkan UPCA S1. Galur N/UP-118-3 dan N/UP-139-5 memiliki lebar rata-rata daun bendera lebih besar dibandingkan Numbu (Tabel 1).

Galur N/UP-118-3 memiliki lebar daun bendera terlebar lebih besar dibandingkan Numbu dan tidak terdapat galur - galur sorgum yang diuji yang memiliki lebar daun bendera terlebar dibandingkan UPCA S1 (Tabel 1). Menurut Nelson dan Larson (1988), pada rerumputan daun yang lebar mengindikasikan pertumbuhan tanaman yang baik. Tanaman yang memiliki daun yang lebar mempunyai permukaan yang lebih luas dalam menerima cahaya matahari dan penyerapan CO2 oleh daun akibatnya hasil fotosintesis akan meningkat (Rostiani, 2006).

Kehijauan daun stadia akhir vegetatif dan akhir generatif

Sorgum merupakan famili Gramineae atau rerumputan. Warna merupakan indikator yang penting untuk mengetahui tentang kondisi umum rumput (Nasrullah dan Tunggalini, 2000). Warna hijau daun merupakan salah satu unsur penyusun klorofil (Darmawan dan Baharsjah, 2010).

Menurut Rostini et al. (2003) galur - galur dengan daun yang berklorofil banyak serta mampu mempertahankan keberadaan klorofil dalam periode lebih lama dapat diibaratkan sebagai sebuah pabrik di dalam tanaman yang mempunyai mesin produksi dalam jumlah banyak dan dapat bekerja dalam waktu lama, sehingga menghasilkan fotosintat yang banyak sampai mesinnya tidak berguna lagi.

Beberapa jenis sorgum hibrida memiliki mekanisme stay green

(Borrell et al., 2000). Penelitian mengenai mekanisme stay green banyak dilakukan di daerah cekaman kekeringan. Gen stay green menunda daun menjadi kering, membantu proses pengisian biji, mengurangi rebah dan berasosiasi dengan produksi biomasa (Borrell et al., 2000; Borrell et al., 2001). Tanaman yang memiliki kemampuan stay green diharapkan mampu meningkatkan hasil.

Tabel 2. Selisih kehijauan daun stadia vegetatif akhir dan stadia generatif akhir galur - galur sorgum di tanah masam.

No. Galur Kehijauan daun stadia akhir vegetatif Kehijauan daun stadia akhir generatif Selisih t-value 1. N/UP-4-3 43.28 32.15 11.13 -4.52 2. N/UP-4-8 40.00 32.38 7.62 -1.34tn 3. N/UP-17-10 44.38 42.56 1.87 -1.33tn 4. N/UP-32-8 44.75 35.41 9.33 -1.90tn 5. N/UP-39-10 42.78 37.63 5.16 -0.77tn 6. N/UP-48-2 41.20 31.22 9.97 -2.17tn 7. N/UP-82-3 45.71 37.33 8.37 -5.38 8. N/UP-89-3 38.98 34.35 4.63 -1.74tn 9. N/UP-118-3 44.31 39.86 4.45 -2.45tn 10. N/UP-118-7 42.54 33.76 8.78 -1.74tn 11. N/UP-124-7 38.31 33.84 4.46 -0.91tn 12. N/UP-139-1 38.37 30.00 8.36 -1.78tn 13. N/UP-139-5 41.71 23.40 18.31 -1.90tn 14. N/UP-151-3 44.01 37.27 6.70 -1.39tn 15. N/UP-156-8 44.82 38.35 7.04 -1.79tn 16. N/UP-159-9 42.20 37.03 5.17 -0.94tn 17. N/UP-166-6 48.99 43.14 5.85 -1.24tn

Keterangan: tn = tidak berbeda nyata antara kehijauan daun akhir vegetatif dan akhir generatif berdasarkan uji-t taraf 5%.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hampir seluruh galur yang diuji memiliki kehijauan daun akhir generatif tidak berbeda dengan kehijauan daun pada stadia vegetatif maksimum yang terlihat dari nilai selisihnya kecuali galur N/UP-4-3 dan N/UP-82-3 memiliki selisih yang berbeda nyata antar kehijauan daun stadia generatif dan stadia vegetatif maksimum (Tabel 2).

Galur - galur sorgum yang memiliki mekanisme stay green sangat penting di Indonesia karena gen stay green menunda daun menjadi kering setelah panen sehingga hijauannya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Dokumen terkait