• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaan Perikanan di PPN Pelabuhanratu a Alat Penangkap Ikan

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 12 TKG ikan cakalang jantan pada bulan April

4.2.1 Keragaan Perikanan di PPN Pelabuhanratu a Alat Penangkap Ikan

Kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu didukung oleh berbagai jenis unit penangkapan ikan dengan jumlah yang cukup besar. Unit penangkapan ikan tersebut meliputi payang, pancing, bagan, gillnet, purse seine, rawai, tuna longline, rampus, trammel net, jaring klitik, pancing layur dan pancing tonda. Metode pengoperasian alat tangkap di Palabuhanratu dilihat dari teknologi dan peralatan masih tergolong tradisional, serta jangkauan operasi unit penangkapan masih terbatas di daerah pantai sehingga nelayan sangat tergantung pada sumberdaya di daerah pantai. Berdasarkan data yang didapat, beberapa alat tangkap mengalami penurunan dari segi jumlah dalam kurun waktu delapan tahun terakhir. Berdasarkan catatan kantor PPN Palabuhanratu, perkembangan alat tangkap secara keseluruhan periode 1998-2006 disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 6. Jumlah dan Prosentase Alat Tangkap nelayan di PPN Palabuhanratu Jenis Alat Tangkap Jumlah Alat Tangkap

2006 2007 2008 2009 2010 2011 Payang 151 159 45 121 54 48 Pancing Ulur 309 414 254 170 129 97 Jaring Rampus 50 101 35 110 34 23 Bagan Apung 194 267 200 23 65 12 Trammel Net 30 33 30 25 22 12 Purse Seine 1 9 3 8 4 6 Gill Net 48 135 50 38 22 25 Rawai 5 27 7 - 2 1 Pancing Tonda 24 29 40 65 112 156

Tuna Long Line 34 155 110 33 47 49

JUMLAH 846 1.329 774 593 491 416

Sumber data : Statistik PPN Palabuhanratu

Alat tangkap yang digunakan oleh perikanan cakalang di perairan Palabuhanratu adalah payang, gillnet dan tonda. Menurut von Brandt (1984) payang termasuk kedalam kelompok seine net atau denise seine. Seine net adalah alat penangkap ikan yang mempunyai bagian badan, sayap dan tali penarik yang sangat panjang dengan atau tanpa kantong. Alat penangkap ikan ini dioperasikan dengan cara melingkari area seluas-luasnya dan kemudian menarik alat ke kapal atau pantai. Payang merupakan salah satu dari seine net yang dioperaikan dengan cara melingkari kawanan ikan lalu ditarik ke atas kapal yang tidak bergerak. Subani dan Barus (1989) menerangkan bahwa ukuran mata jaring mulai dari ujung kantong sampai ujung kaki berbeda-beda, bervariasi mulai dari 1 cm atau kurang sampai ±40 cm. Berbeda dengan trawl dasar yang memiliki tali ris atas yang lebih pendek dari pada tali ris bawah, payang memiliki tali ris bawah yang lebih pendek. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan ikan lolos ke arah bawah, karena pada umumnya payang digunakan untuk menangkap jenis- jenis ikan pelagis yang biasa hidup di bagian lapisan atas perairan dan mempunyai sifat cenderung bergerak ke lapisan bawah bila terkurung jaring. Mawardi (1990) mengungkapkan bahwa yang menjadi tujuan utama dari operasi penangkapan

payang di Palabuhanratu adalah jenis-jenis ikan pelagis yang mempunyai nilai ekonomis penting seperti cakalang (Katsuwonus pelamis, Linneaus).

Spesifikasi payang Palabuhanratu yang diteliti oleh Mawardi (1990) adalah sebagai berikut: jumlah keliling mata pada bagian kantong adalah 850 mata, selanjutnya dari bagian badan jumlah mata tersebut mengecil yaitu 825 mata sampai 625 mata. Jumlah mata dibagian sayap adalah 300 sampai 250 mata. Ukuran mata (mesh size) dari bagian kantong hingga sayap membesar. Ukuran mata dibagian kantong adalah 20 mm sampai 180 mm, dibagian badan 215 sampai 330 mm dan bagian kaki dari 335 mm sampai 375 mm. Jaring dibuat dari bahan twine polyamide dengan diameter 1,32 mm. Tali ris yang digunakan terbuat dari bahan twine polyetyilene dengan diameter 5,0 mm. Panjang tali ris atas adalah 420 m sedangkan tali ris bawah 340 m. Selain itu jaring juga dilengkapi dengan tali selambar sepanjang 15 m pada sayap kiri dan 200 m pada sayap kanan. Tali selambar terbuat dari twine PE berdiameter 16 mm.

Pelampung yang digunakan ada dua jenis yaitu pelampung plastik dan pelampung bambu. Bahan pemberat yang digunakan adalah timah hitam dan campuran timah dan semen. Jumlah anak buah kapal sebanyak 12-25 orang. Kecakapan menentukan arah gerak ikan dibutuhkan dalam operasi payang, agar gerombolan ikan yang dihadang tersebut tidak berbalik arah dan masuk ke dalam kantong jaring maka beberapa anak buah kapal turun ke laut untuk menaburkan ikan umpan di sekitar mulut kantong jaring dan memukul-mukul air untuk menakuti ikan yang sudah terhadang.

Jaring insang (gillnet) merupakan satu jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang dimana mata jaring dari bagian jaring utama ukurannya sama, jumlah mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal mesh legth (ML) jauh lebih banyak dari pada jumlah mata jaring ke arah vertikal atau ke arah dalam mesh depth (MD), pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung (floats) dan bagian bawah dilengkapi dengan beberapa pemberat (sinkers) sehingga dengan adanya dua gaya yang berlawanan memungkinkan jaring insang dapat dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak. Bagian-bagian jaring insang terdiri dari : pelampung (float), tali pelampung (float line), tali ris atas dan bawah, tali penggantung badan jaring bagian atas dan bawah (upper bolch and under bolch), srampad atas dan bawah (upper selvedge and under selvegde), badan jaring atau jaring utama (main net), tali pemberat (sinker line) dan pemberat (sinker). Gillnet dioperasikan pada malam hari, ditabur pada sore hari sekitar pukul 17.00-18.00 dan diangkat pada pagi hari keesokan harinya. Jaring diturunkan ke air, tinting demi tinting dimulai dari tinting pertama yang ujungnya berpelampung tanda sampai tinting terakhir yang diikatkan pada kapal. Kapal dan jaring di biarkan menghayut sepanjang malam tergantung arah dan kecepatan arus.

Pancing adalah salah satu alat tangkap yang umum dikenal oleh masyarakat ramai, pada prinsipnya pancing ini terdiri dari dua komponen utama yaitu tali (line) dan mata pancing (hook), (Subani, 1989). Tali pancing bisa dibuat dari bahan benang katun, nylon, polyethylene, plastik (senar). Mata pancingnya terbuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lain yang tahan karat. Dalam hal ini

pancing yang digunakan untuk menangkap ikan cakalang yaitu pancing ulur dan pancing tonda (trolling).

Pancing tonda adalah pancing yang pengoperasiannya dengan cara ditarik oleh kapal di bagian belakang dalam keadaan kapal berjalan baik menelusuri lapisan permukaan atau pada kedalaman tertentu, beberapa pancing biasanya ditarik sekaligus dengan bantuan galah (out rigger), pada umumnya mata pancing itu diberi umpan, tetapi ada juga yang tidak diberi umpan. Umpan tadi bisa berupa umpan benar baik dalam keadaan hidup maupun dalam keadaan mati atau umpan tiruan. Ikan yang tertangkap pancing ini disebabkan karena terkait di bagian mulutnya (Subani, 1989).

Alat tangkap pancing ini menggunakan rumpon sebagai alat bantu penangkapan, pancing yang biasa digunakan adalah pancing ulur dan pancing layang-layang. Pancing dengan alat bantu rumpon ini baru digunakan di Palabuhanratu dan mulai dioperasikan pada pertengahan September 2004 dengan sasaran tangkapan di khususkan pada ikan-ikan pelagis besar diantaranya katsuwonus pelamis dan thunnus albacares.

Data tersebut menunjukan bahwa alat tangkap pancing yang dioperasikan di Palabuhanratu memang ditujukan untuk menangkap ikan-ikan pelagis besar yang memang banyak terdapat di perairan Palabuhanratu yaitu ikan tuna yellow fin, cakalang, tuna albakor. Dilihat dari komposisi hasil tangkapannya didominasi oleh cakalang dan tuna yellow fin yang berukuran kecil, hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Simbolon (2004). Alat tangkap ini menggunakan mata pancing yang relatif kecil sehingga ikan-ikan yang tertangkap adalah ikan cakalang dan madidihang muda yang senang tinggal di daerah sekitar rumpon, hal ini nantinya akan mengancam kelestarian sumberdaya ikan di perairan itu, salah satu tandanya adalah ukuran ikan hasil tangkapan yang cenderung menurun.

Kapal yang digunakan dalam penangkapan dengan pancing ulur dan pancing layang-layang adalah kapal kayu yang berbentuk dasar rata (flat bottom) tetapi tidak mempunyai atap, hanya menggunakan terpal untuk berlindung yang bisa dibongkar pasang. Bobot mati 6 gross ton (GT), dengan panjang antara 8-10 meter, lebar 2.05-2.5 meter dan dalamnya antara 1.0-1.5 meter.

Kapal pancing pada pertama kali dikembangkan di Samarinda Kalimantan Timur lalu kemudian diuji cobakan di Semarang dan Cilacap, sekitar 6 bulan yang lalu di kembangkan di Palabuhanratu sebagai armada penangkapan dengan alat tangkap pancing rumpon dan ditujukan untuk menangkap ikan-ikan pelagis besar.

b. Kapal/perahu

Menurut Ayodhyoa (1981), kapal ikan adalah kapal yang digunakan dalam usaha menangkap dan mengumpulkan sumberdaya perairan, pekerjaan-pekerjaan riset, training, kontrol dan sebagainya yang berhubungan dengan usaha tersebut diatas. Sedangkan menurut Fyson (1985), kapal ikan adalah kapal khusus yang sengaja dibentuk untuk menjalankan tugas tertentu. Ukuran, perlengkapan, dek, kapasitas daya angkut, akomodasi, mesin dan perlengkapan semua dihubungkan dalam melaksanakan operasi perencanaan. Kapal ikan merupakan faktor penting diantara komponen unit penangkapan ikan lainnya dan merupakan modal terbesar

yang ditawarkan pada usaha penangkapan ikan. Kapal-kapal yang beroperasi di PPN Palabuhanratu dikelompokkan berdasarkan ukuran dapat dibagi menjadi dua, yaitu perahu motor tempel dan kapal motor. Kapal/perahu umumnya terbuat dari kayu. Perkembangan jumlah kapal/perahu di Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perkembangan jumlah kapal yang menggunakan PPN Palabuhanratu sebagai fishing base periode 2005-2011.

Jenis Kapal Jumlah Alat Tangkap

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Perahu Tanpa Motor 428 511 531 416 364 346 461 Kapal Motor (KM) - < 10 GT 143 153 137 102 229 315 467 - 10 – 20 GT 9 4 10 7 2 8 11 - 20 – 30 GT 28 53 71 52 4 77 68 - 30 – 200 GT 68 77 103 69 159 91 83 Jumlah 676 798 852 646 758 837 1.090

Sumber : Data statistik PPN Palabuhanratu

Kapal payang yang digunakan oleh nelayan Palabuhanratu terbuat dari kayu. Ciri khusus kapal payang tersebut adalah adanya tiang pengamat diatas dek yang disebut tiang kakapa dan adanya meja di bagian belakang yang berfungsi untuk menaruh pemberat saat dilakukan penarikan jaring. Kapal payang menggunakan tenaga penggerak berasal dari motor tempel. Kapal ini tidak mempunyai rumah- rumah agar luasan dek saat pengoperasian alat cukup luas sehingga tidak mengganggu operasi penangkapan ikan. Kapal gillnet adalah salah satu jenis kapal ikan yang mengoperasikan alat tangkap ikan secara statis. Kapal gillnet didesain agar memiliki lambung yang cukup besar untuk mempermudah penyimpanan dan penanganan alat tangkap dan dapat menampung hasil tangkapan dalam jumlah yang cukup besar, namun kapal tidak boleh terlalu tinggi sehingga dapat mempermudah proses penarikan jaring dan tidak mengurangi kestabilan kapal.

c. Nelayan

Nelayan yang ada di Palabuhanratu berdasarkan asalnya dapat dikategorikan sebagai nelayan asli yaitu penduduk setempat yang telah turun temurun berprofesi sebagai nelayan dan nelayan pendatang. Berdasarkan waktunya nelayan di Palabuhanratu dapat dikelompokkan menjadi nelayan penuh dan sambilan. Nelayan penuh merupakan nelayan yang sehari-harinya berprofesi sebagai nelayan, sedangkan nelayan sambilan adalah nelayan yang hanya pada waktu- waktu tertentu saja melakukan pekerjaan menangkap ikan.

Perkembangan jumlah nelayan tahun 2005-2011 di Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 8. Dari Tabel 8 terlihat bahwa jumlah nelayan di Palabuhanratu mengalami fluktuasi yang cukup besar pada tahun 2006 meningkat 24,73% dari tahun sebelumnya, 2007 meningkat lagi 37,38%. Namun menurun hingga 34,93% tahun berikutnya. Setelah naik 14,18% pada tahun 2009 selanjutnya turun 5% pertahun pada 2010 dan 2011. Fenomena naik turunnya jumlah nelayan di Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel di bawah.

Tabel 8. Perkembangan jumlah nelayan di Perairan Teluk Palabuhanratu periode 2005-2011

Tahun Jumlah (Orang) Prosentase (%)

2005 3.498 - 2006 4.363 24,73 2007 5.994 37,38 2008 3.900 -34,93 2009 4.453 14,18 2010 4.218 -5,28 2011 4.005 -5,05

Sumber : Statistik PPN Palabuhanratu

Selain pengelompokan seperti di atas nelayan Palabuhanratu dapat dibagi menjadi nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik adalah orang yang memiliki armada penangkapan ikan atau disebut juga juragan. Juragan ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Juragan laut adalah pemilik armada/perahu penangkapan yang ikut dalam operasi penangkapan.

2. Juragan perahu adalah pemilik armada atau perahu penangkapan tetapi tidak ikut dalam operasi penangkapan ikan.

Nelayan payang dalam penangkapan ikan cakalang di Palabuhanratu dalam satu unit penangkapan berjumlah 10-20 orang dengan pembagian tugas sebagai berikut :

1. Juru mudi, bertugas untuk mengemudikan kapal dan bertanggung jawab terhadap kondisi mesin.

2. Pengawas, untuk mencari atau mengintai gerombolan ikan 3. Petawur, untuk melemparkan jaring

4. Juru batu, untuk membereskan pemberat, pelampung dan jaring sebelum dan setelah operasi penangkapan dilakukan.

5. Bubulang, untuk memperbaiki jaring yang rusak saat operasi penangkapan. 6. Pandega, untuk menarik jaring.

Nelayan gillnet di Palabuhanratu berjumlah 4-5 orang dengan pembagian tugas yang berbeda. Nakhoda bertugas sebagai kapten kapal yang bertanggung jawab terhadap kapal dan yang memegang kemudi kapal. Juru masak bertugas untuk menyiapkan makanan. Teknisi bertanggung jawab terhadap mesin kapal. Anak buah kapal betugas melakukan operasi penangkapan ikan.Nelayan yang melakukan aktivitas di PPN Pelabuhanratu sebagian besar merupakan nelayan tradisional atau artisanal. Keterampilan atau kemampuan melakukan aktivitas penangkapan ikan diperoleh dari pengalaman pribadi secara turun temurun. Demikian juga dalam menentukan daerah penangkapan ikan, nelayan umumnya hanya berdasarkan pengetahuan tradisional yaitu berdasarkan pengalaman operasi penangkapan sebelumnya dan informasi dari nelayan lain serta berdasarkan tanda- tanda alam. Sebenarnya saat ini PPN Pelabuhanratu menyediakan informasi daerah penangkapan ikan berdasarkan data satelit. Namun, masih belum banyak dimanfaatkan nelayan. Beberapa armada penangkapan ikan berukuran diatas 30 GT melakukan penangkapan lebih lanjut lagi sampai ke perairan Barat Sumatera

dan Pantai Selatan Cilacap. Armada yang berukuran diatas 30 GT ini sebagian besar adalah armada gillnet dan sebagian lagi armada payang dan rawai.

d. Produksi

Berdasarkan hasil wawancara musim penangkapan ikan cakalang berkisar dari bulan Juni-Oktober dengan puncaknya berkisar pada bulan Agustus- September. Ikan cakalang didistribusikan dalam bentuk segar ataupun olahan seperti pindang. Harga ikan cakalang yang dijual di pasar ikan palabuhanratu dalam bentuk segar yaitu seharga Rp.15.000/kg - Rp.25.000/kg sedangkan yang sudah diolah yaitu dalam bentuk pindang berkisar Rp.15.000 - Rp. 20.000/kg. Umumnya ikan hasil olahan (pindang) ini didistribusikan secara lokal ke daerah Palabuhanratu itu sendiri, Sukabumi, Cianjur, Bogor, Bandung dan Jakarta. Ikan yang memiliki kualitas tinggi di ekspor dengan cara dibekukan dengan tingkat kesegaran tinggi ke negara Korea dan Jepang.

Produksi Ikan di PPN Palabuhanratu berasal dari hasil tangkapan kapal- kapal ikan domisili (Palabuhanratu) dan kapal-kapal ikan pendatang yang berasal dari Cilacap, Jakarta dan Binuangeun. Daerah penangkapan ikan bagi nelayan yang menggunakan fishing base port-nya PPN Palabuhanratu antara lain perairan Teluk Palabuhanratu, Cisolok, Ujung Genteng, perairan sebelah Selatan Pulau Jawa dan sebelah Barat Pulau Sumatera. Volume produksi dan nilai produksi perikanan tangkap di PPN Pelabuhanratu 2002-2011 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap di PPN Palabuhanratu

2002-2011

Tahun Pendaratan Ikan Kenaikan

Produksi (Kg) Nilai (Rp) Produksi (%) Nilai (%)

2002 2.890.118 9.885.365.315 63,56 106,24 2003 4.105.260 15.273.292.568 42,04 54,50 2004 3.367.517 15.670.740.946 -17,97 2,60 2005 6.600.530 32.153.934.823 96,01 105,18 2006 5.461.561 32.550.912.620 -17,26 1,23 2007 6.056.256 38.695.760.654 10,89 18,88 2008 4.580.683 42.562.536.675 -24,36 9,99 2009 3.950.267 56.735.939.610 -13,76 33,30 2010 6.744.292 144.701.150.000 70,73 155,04 2011 6.539.133 1.203.390.550.319 -3,04 -16,84 Rata-rata 4.068.507 28.699.599.907 10 29 Sumber : Statistik PPN Pelabuhanratu 2005-2011

Produksi ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu fluktuatif sepanjang tahun 2002-2011 dengan produksi berkisar 2,8 – 6,7 juta kg per tahunnya. Pada tahun 2002, produksi hanya mencapai 2,8 juta kg dan mengalami puncak produksi pada tahun 2010 pada angka 6,7 juta kg, namun menurun 3,04% pada tahun 2011 menjadi 6,5 juta kg. Ikan pelagis besar yang masuk dalam kategori TTC (Tuna, Tongkol dan Cakalang) sangat mendominasi ikan hasil tangkapan nelayan yang mendaratkan ikan di PPN Palabuhanratu. Sementara jenis ikan lainnya adalah layur, tenggiri dan ikan-ikan kecil seperti peperek dan tembang.

Gambar 15. Grafik Produksi dan Nilai Produksi Ikan di PPN Palabuhanratu 2002- 2011

Angka produksi ikan cakalang di PPN Palabuhanratu dalam sepuluh tahun terakhir (2002-2011) menunjukkan berfluktuasi sebagaimana terlihat pada Tabel 7. Kondisi produksi ikan cakalang tersebut dapat diakibatkan oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi dalam kegiatan perikanan tangkap. Faktor yang saling berinteraksi tersebut adalah upaya penangkapan dan ketersediaan stok ikan cakalang di perairan kawasan perairan Teluk Palabuhanratu

Tabel 10. Produksi dan upaya masing-masing alat tangkap ikan cakalang di Pelabuhanratu Tahun 2002-2011

Tahun Pancing Tonda Gillnet Payang Produksi Total (Kg) y (Kg) F (Trip) y (Kg) F (Trip) y (Kg) F (Trip)

2002 0 0 727.817 1.620 199.562 640 927.379 2003 0 0 623.149 1.813 330.058 834 953.207 2004 135 5 337.398 1.700 579.928 938 917.461 2005 109.438 92 72.870 264 1.678.371 1.009 1.860.679 2006 200.410 150 368.837 581 274.621 988 843.868 2007 132.534 286 264.202 892 339.121 2.089 735.857 2008 128.786 350 110.104 515 29.603 449 268.493 2009 179.371 940 69.301 235 68.297 294 316.969 2010 246.152 1.927 5.255 52 73.632 1.429 325.039 2011 392.443 1.699 116.398 629 40.974 1.787 549.815 Sumber : Diolah dari Buku Statistik PPN Pelabuhanratu, 2002-2011

Terjadinya perubahan produksi ikan cakalang dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir dapat menggambarkan keadaan stok cakalang dengan menggunakan pendekatan indeks CPUE.

Selanjutnya, pendekatan indeks CPUE dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan standarisasi alat tangkap mengingat kemampuan menangkap setiap jenis alat tangkap berbeda. Dalam penelitian ini alat tangkap standar yang digunakan adalah gillnet, karena berdasarkan hasil perhitungan alat tangkap ini mempunyai nilai CPUE pertahun lebih besar dibandingkan alat tangkap lainnya.

- 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 30,000,000 35,000,000 40,000,000 45,000,000 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Jumlah (Kg) Nilai (Rp.000)

Tabel 11. CPUE per alat tangkap cakalang yang digunakan di PPN Pelabuhanratu Alat Tangkap Produksi (kg) Upaya (Trip) Produktifitas

(Kg/Trip) FPI Pancing Tonda 1.389.269 5.659 254,959 0,7852

Gillnet 2.695.331 8.867 324,700 1

Payang 2.614.167 13.355 249,992 0,7699 Sumber : Diolah dari Buku Statistik PPN Pelabuhanratu, 2002-2011

Produksi ikan cakalang di Pelabuhanratu dari tahun 2000 sampai tahun 2011 mengalami fluktuasi. Sempat stabil pada kisaran angka 900 ribu-an kg per tahun antara tahun 2002 hingga 2004, namun mengalami lonjakan tajam pada tahun 2005 menembus angka 1,8 juta kg atau meningkat 102,81% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan keterangan pengelola PPN Pelabuhanratu, lonjakan angka tersebut akibat dari adanya gelombang eksodus secara bersamaan dan besar-besaran kapal-kapal ikan yang biasanya berdomisili di PPN Sibolga dan wilayah sekitar Nias dan Aceh. Eksodus tersebut disebabkan hancurnya berbagai infrastruktur di pelabuhan akibat gempa dan gelombang tsunami besar yang menyerang Aceh dan Sumatera Utara pada 26 Desember 2004 lalu. Selanjutnya mulai tahun 2006 hingga 2008 produksi Cakalang terus merosot dan meningkat sedikit (17,67%) pada di tahun 2009. Peningkatan produksi Cakalang terus berlanjut hingga tahun 2011. Kondisi produksi ikan cakalang yang berfluktuasi dapat digambarkan seperti terlihat pada Gambar 17 dibawah ini.

Sejalan dengan produksi, total upaya penangkapan (total effort) dan nilai CPUE dari tahun 2002-2011 berfluktuasi, upaya (effort) terbesar dilakukan nelayan cakalang pada tahun 2011 sebesar 3.631 kali sementara nilai CPUE tertinggi terjadi pada tahun 2005 dan nilai CPUE terendah terjadi di tahun 2010 yang hanya mencapai 112 kg/trip-nya. Nilai CPUE ini mencerminkan produktivitas alat tangkap yang digunakan dalam menangkap ikan cakalang di perairan Pelabuhanratu, maka nilai CPUE dengan upaya penangkapan (effort) perlu diketahui korelasinya sehingga dapat diketahui kecendrungan produktivitas alat tangkap ikan cakalang yang dicerminkan oleh CPUE pada Gambar 8, korelasi

Gambar 16. Fluktuasi produksi ikan cakalang di perairan Pelabuhanratu periode tahun 2002-2011 - 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000 1,800,000 2,000,000 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 P ro d u k si ( Kg ) Tahun

antara CPUE dengan effort menunjukkan hubungan yang negatif, yaitu semakin tinggi effort semakin rendah nilai CPUE. Sementara Produksi, Nilai Produksi, Upaya dan CPUE Ikan Cakalang di PPN Palabuhanratu Tahun 2002-2011 dapat dilihat secara rinci pada Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 12. Produksi, Nilai Produksi, Upaya dan CPUE Ikan Cakalang di PPN Palabuhanratu Tahun 2002-2011

Tahun Total Produksi (kg) Standar

Total Upaya

Standar Nilai Produksi

CPUE Standar (Kg/trip) 2002 927.379 2032 3,434,440,775 456,36 2003 953.207 2350 3,476,251,559 405,61 2004 917.461 2308 4,270,593,510 397,50 2005 860.679 1922 8,225,195,503 447,80 2006 843.868 3006 6,094,076,600 280,71 2007 735.857 2468 4,722,813,150 298,14 2008 268.493 1087 2,496,581,500 247,05 2009 316.969 1183 2,888,796,800 267,83 2010 325.039 2529 2,787,972,000 128,55 2011 549.815 3152 8,082,567,850 174,44

Sumber : Diolah dari Buku Statistik PPN Pelabuhanratu, 2002-2011

Terjadinya Korelasi negatif antara CPUE dengan effort mengindiksikan bahwa produktivitas alat tangkap ikan cakalang (Payang, Gillnet dan Pancing tonda) menurun apabila effort mengalami peningkatan. Dengan demikian CPUE ikan cakalang di Palabuhanratu dapat digambarkan yaitu sebesar 6,7551-0,0004E, ini menunjukkan bahwa setiap penambahan effort sebesar satuan E maka akan menurunkan CPUE sebesar 0,0004 ton kali satuan E.

Gambar 17. Grafik hubungan CPUE dengan effort ikan cakalang di perairan Pelabuhanratu periode 2002-2011

Hasil perhitungan matematis hasil tangkapan cakalang pada kondisi MSY diperoleh sebesar 305.283 kg/tahun. Sementara nilai h-msy menunjukkan tingkat produksi maksimum lestari yaitu hasil tangkapan ikan cakalang tertinggi yang

y = -0.0002x + 5.9981 R² = 0.06 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 Ln C PU E (k g /tr ip )

dapat ditangkap di Pelabuhanratu. Untuk melihat lebih jelas hubungan kuadratik antara upaya penangkapan dengan hasil tangkapan ikan cakalang di Pelabuhanratu dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar18. Hubungan kuadratik hasil tangkapan dan upaya tangkap ikan cakalang di Pelabuhanratu

Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa hubungan antara upaya penangkapan dan hasil tangkapan ikan cakalang di perairan pelabuhanratu mengandung arti setiap penambahan tingkat upaya penangkapan (E) maka akan meningkatkan hasil tangkapan (h) sampai mencapai titik maksimum, kemudian akan terjadi penurunan hasil tangkapan untuk tiap peningkatan intensitas pengusahaan sumberdaya.

Selanjutnya, Smith dan Marahuddin (1986), menyatakan bahwa hasil tangkapan yang dapat dilestarikan bergantung pada tingkat populasi dan karena itu pula bergantung pada banyaknya upaya penangkapan ikan yang diterapkan. Tingkat upaya yang rendah akan menyebabkan hasil tangkapan hanya sedikit sedangkan populasi penambahan ikan dan kematian alami masing-masing meningkat.

Untuk penggunaan tingkat upaya yang lebih besar akan terdapat tangkapan lestari yang lebih tinggi, populasi yang lebih rendah hingga populasi tercapai dimana tangkapan lestari adalah maksimum

4.2.2 Pertumbuhan

a. Hubungan Panjang dan Bobot Ikan.

Persamaan untuk hubungan panjang dan berat ikan cakalang di Pelabuhanratu adalah sebagai berikut:

- Jantan : W = 0,026L2,914 R = 0,984 dan n = 231; y =2,9147x - 1,5806 - Betina : W = 0,099L2,604 R = 0,972 dan n = 227; y = 2,6049x - 1,0025 CPUE = -0.203F + 859.9 R² = 0.223 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 CPU E (k g /tr ip )

Analisis covarian terhadap nilai b = 2,914 dan b =2,604 menunjukkan ada perbedaan pada taraf nyata 5 %, berarti ada pertambahan panjang dan berat antara ikan jantan dan betina berbeda nyata. Selanjutnya, karena nilai a (intersep) garis regresi ikan jantan lebih besar dari pada betina (1,5806 > 1,0025), maka ikan jantan lebih berat dari pada ikan betina pada ukuran panjang yang sama.

Kedua hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pola pertumbuhan panjang dan berat ikan cakalang baik jantan maupun betina di kawasan Teluk Pelabuhanratu memiliki pola berbeda. Bila dibandingkan dengan penelitian terdahulu hasil penelitian pada ikan cakalang yang tertangkap di Teluk Bone, Sulawesi Selatan (Jamal, 2008) dan ikan cakalang yang tertangkap di sebelah Barat Sulawesi Tengah memiliki pola pertumbuhan isometrik (Telusa 1985).

Berbeda pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Manik (2007), pada ikan cakalang yang tertangkap di sekitar pulau Seram dan Nusa Laut dan hasil penelitian pada sampel ikan cakalang yang dikumpulkan dari TPI Bungus Padang yang dilakukan oleh Merta (1989), yang memperoleh nilai b > 3 atau allometrik positif, artinya bahwa pertambahan panjang tidak secepat perrtambahan

Dokumen terkait