• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerajaan Malaka

Dalam dokumen DALAM PROSES INTEGRASI BANGSA (Halaman 97-101)

Malaka merupakan suatu kota pelabuhan besar yang letaknya menghadap ke laut. Posisi seperti ini juga dimiliki oleh kerajaan Maritim lain seperti Banten, Batavia, Gresik, Makasar, Ternate, Manila, atau sungai besar yang dapat dilayari. Daerah inti yang berbenteng, juga dilintasi oleh atau berdekatan dengan sungai kecil, yang menyediakan air untuk mandi dan memasak, juga jalan masuk untuk perahu kecil. Jembatan yang melintasinya merupakan jalur menuju ke kompleks utama

56

Poesponegoro dkk., Sejarah Nasional, 445.

57

Burger, Sejarah Ekonomis, 34.

kerajaan pusat yang sering merupakan daerah kemacetan. Di Malaka pada bagian tepinya terdapat kedai kecil dan menjadi perluasan pasar maupun jalan raya. 58

Awal mula Malaka dimulai dari kehidupan seorang raja yang beragama Hindu-Bhuda yang bernama Parameswara. Ada suatu perdebatan mengenai kepindahannya ke agama Islam. Tampaknya pada masa akhir pemerintahannya (1390-1413/14 M) dia menganut agama Islam dan memakai nama Iskandar Syah. Dua orang penggantinya, Megat Iskandar Syah ( 1414-1423/24 ) dan Muhammad Syah ( 1424-44? ), adalah raja-raja yang beragama Islam. Akan tetapi, ada kemungkinan telah terjadi suatu reaksi Hindu-Budha selama masa pemerintahan raja yang keempat. Parameswara Dewa Syah (1445-46 ), tampaknya terbunuh dalam suatu kudeta Islam. 58

Malaka mulai muncul sebagai pusat perdagangan dan kegiatan Islam baru pada awal abad ke-15. Pendiri kerajaan Malaka adalah seorang Pangeran Majapahit dari Blambangan yang bernama Paramisora (Parameswara). Dia melarikan diri dari Blambangan karena adanya gempuran yang dilakukan oleh Majapahit terhadap Blambangan. Parameswara berhasil meloloskan diri sewaktu terjadi serangan Majapahit pada tahun 1377 dan akhirnya tiba di Malaka sekitar tahun 1400. Di tempat ini dia menemukan suatu pelabuhan yang baik yang dapat dirapati kapal-kapal di segala musim dan terletak di bagian Selat Malaka yang paling sempit. Beserta para pengikutnya dalam waktu singkat dusun nelayan ini dengan bantuan bajak-bajak laut menjadi kota pelabuhan, yang karena letaknya yang sangat baik di Selat Malaka, merupakan saingan berat bagi Samudra Pase. 59

Dengan demikian Malaka diberi kesempatan berkembang menjadi pusat perniagaan baru. Sebelum itu, Malaka hanyalah merupakan sebuah tempat nelayan kecil yang tak berarti. Pada awal abad ke-14 tempat tersebut mulai berarti buat perdagangan, dan dalam waktu yang pendek saja menjadi pelabuhan yang

58

A.W. Adam, ‘Pengantar’, dalam: A. Reid, Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450- 1680, Dari Ekspansi hingga krisis: Jaringan Perdagangan Globak Asia Tenggara, Jld. II, (Jakarta: Yayasan Obor, 1999), 112 .

58

Ricklefs, Sejarah Indonsia, 28.

59

Soekmono, Pengantar Sejarah, 42.

terpenting di pantai Selat Malaka. Rupanya kegiatan perniagaan lalu berpusat di Malaka karena dipercepat oleh larinya saudagar-saudagar dari Sumatra Utara karena kedatangan agama Islam di sana yang makin lama makin berkuasa. Walaupun demikian, pada awal abad ke-15 penguasa Malaka sendiri juga memeluk agama Islam, bahkan kemudian menjadi pusat propaganda agama Islam di Indonesia. Kerajaan ini dengan pesat sekali melebarkan sayap-kekuasaannya ke seluruh Semenanjung, dan Sumatra Tengah. Dampaknya cukup signifikan bagi Malaka karena pada kurang lebih tahun 1450 telah menjadi pengganti Sriwijaya yang besar.60

Berita dari Arab ternyata hanya memberikan keterangan bahwa sejak abad ke VIII saudagar Arab sudah mengenal Indonesia, khususnya Indonesia bagian barat saja. Mereka tidak memberikan keterangan pelayarannya ke bagian lain di kepulauan Nusantara ini. Hal ini memperkuat teori bahwa pelayaran dan perdagangan antar pulau pada waktu itu terutama dilakukan oleh orang-orang pribumi. Teori ini dipertegas dengan keterangan Tome Pires yang menulis bahwa pada awal abad ke XVI pelayaran dari Malaka ke bagian timur kepulauan Nusantara, meskipun dipegang oleh beberapa pengusaha tertentu, tetapi menggunakan kapal-kapal yang dijalankan oleh orang-orang pribumi yang lebih mahir dalam hal navigasi di perairan Nusantara.

E.1. Hubungan Malaka : Perdagangan dan Diplomasi

Melalui persekutuan dengan orang laut, yaitu perompak pengembara Proto- Melayu di Selat Malaka, dia berhasil membuat Malaka menjadi suatu pelabuhan internasional yang besar. Cara yang ditempuh Malaka adalah dengan memaksa kapal-kapal yang lewat untuk singgah di pelabuhannya serta memberi fasilitas yang cukup baik serta dapat dipercaya bagi pergudangan dan perdagangan. Malaka mungkin merupakan contoh paling murni dari negara pelabuhan transito Indonesia, karena negara ini tidak memiliki hasil sendiri yang penting. Memang

60

Burger, Sejarah Ekonomis I, 31.

negara ini harus mengimport bahan pangan untuk menghidupi rakyatnya, namun dengan kondisi demikian justru membuat Malaka dengan cepat menjadi pelabuhan yang berhasil. Hal ini terjadi karena kerajaan Malaka dapat menguasai Selat Malaka, yaitu salah satu trayek yang sangat menentukan dalam sistem perdagangan internasional yang membentang dari Cina, Maluku di Timur sampai Afrika Timur dan Laut Tengah di Barat. 61 Usaha pertama Paramisora adalah mendapatkan pengakuan dan perlindungan dari Tiongkok, guna melindungi diri dari bahaya dari Siam dan Majapahit. Dalam tahun 1405 ia diakui sebagai raja Malaka oleh Kaisar Tiongkok, dan enam tahun kemudian ia sekeluarga berkunjung ke Tiongkok. Menurut cerita, sesaat sebelum meninggal ( dalam tahun 1414 ) Paramisora masuk agama Islam, dan berganti nama menjadi Iskandar Syah.62

Jadi dengan jalan yang mudah sekali, perniagaan berpindah dari Sriwijaya ke Jambi, Sumatra Utara dan Malaka. Perpindahan serta perkembangan pesat dari pusat perniagaan semacam ini sering terjadi kemudian. Hal ini berhubungan erat dengan sifat perdagangan laut Indonesia. Perdagangan ini pertama-tama sifatnya transito; pelabuhan yang ada pada dasarnya hanya menjadi tempat pemindahan barang ke kapal lain. Oleh karena itu bagi perniagaan Indonesia waktu itu, tidak ada perbedaannya, apakah pemindahan barang dagangan tadi terjadi di Palembang ataukah di Malaka. 63

Berbagai saudagar dari Tuban, Gresik, Surabaya, Jepara, dan Palembang berkampung di kota Malaka. Di sana mereka mempunyai kepala kampung sendiri. Orang-orang Jawa tak jarang memangku jabatan penting di sana dan mempengaruhi jalannya pemerintahan. Banyak juga bangsa asing yang berdiam di Malaka, seperti misalnya : orang-orang Tionghoa, India, Arab dan Parsi. Golongan terpenting di Malaka adalah bangsa-bangsa Gujarat ( dari India ). Mereka mempunyai kekuasaan politik yang besar. Inilah lukisan kota Malaka

61

Ricklefs, Sejarah Indonesia, 61.

62

Soekmono, Pengantar Sejarah, 42.

63

Burger, Sejarah Ekonomis I, 32.

yang dijumpai oleh bangsa Portugis ketika mereka pertama kali sampai di sana pada tahun 1509.

Ancaman utama bagi Malaka sejak awal adalah Siam, tetapi Malaka sudah minta dan mendapat perlindungan Cina sejak tahun 1405. Setelah itu, Malaka berulang kali mengirim duta-dutanya ke Cina. Begitu pula kunjungan armada Cina ke Malaka terus berlanjut hingga tahun 1434. Perlindungan Cina yang nyata ini telah membantu Malaka dapat berdiri tegak. Pada pertengahan abad XV Malaka bergerak menaklukan daerah di kedua tepi Selat yang menghasilkan bahan pangan, timah, emas dan lada sehingga meningkatkan kemakmuran dan posisi strategisnya. Pada tahun 1470-an dan 1480-an kerajaan ini menguasai pusat-pusat penduduk yang penting di seluruh Semenanjung Malaya bagian selatan dan pantai timur Sumatra bagian tengah.64

F. Kota-Kota Maritim di Pantai Utara Jawa

Dalam dokumen DALAM PROSES INTEGRASI BANGSA (Halaman 97-101)