• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberhasilan suatu proses pengajaran di ukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Siswa akan dapat menguasai

materi pelajaran apabila dalam dirinya ada dorongan/keinginan untuk belajar. Dorongan /keinginan ini disebut dengan motivasi. Motivasi belajar dapat timbul karena adanya faktor baik secara intrinsik maupun secara ekstrinsik. Dalam diri siswa tumbuh suatu kesadaran bahwa dengan belajar merupakan suatu alat yang penting untuk bisa berhasil dalam mencapai suatu tujan yang ingin dicapai, maka ia akan lebih termotivasi untuk belajar. Salah satu faktor yang dapat memberikan rangsangan agar siswa mempunyai motivasi lebih dalam belajar adalah guru. Usaha yang dapat dilakukan guru dalam menumbuhkan motivasi dalam belajar adalah dengan memiliki keterampilan yang baik dalam mengajar.

Keterampilan mengajar guru bertujuan untuk membimbing siswa agar dapat mengikuti proses pembelajaran yang efektif. Seorang guru yang profesional akan mampu mengoptimalkan berbagai media dan sumber belajar secara utuh dan terintegritas dalam kegiatan belajar mengajar yang dikelolanya. “Keterampilan mengajar yang wajib dimiliki oleh guru meliputi, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, serta keterampilan menggunakan variasi” (Iddris, M., dan Marno, 2010: 65-66). Melalui beberapa keterampilan mengajar yang dimiliki oleh guru, maka proses pembelajaran tentu akan berlangsung lebih menarik. Dalam proses pembelajaran sistem kearsipan yang mengajarkan teori kepada siswa membutuhkan keterampilan mengajar guru agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga membuat siswa lebih termotivasi.

Selain dipengaruhi oleh keterampilan mengajar guru yang baik, salah satu fakor penting, yang berpengaruh dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa

adalah faktor lingkungan keluarga. Lingkungan belajar yang paling dekat dengan siswa adalah keluarga. Menurut Wirowidjojo dalam Slameto (2010:61) menyatakan bahwa, “keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama”, sebelum individu sekolah dan masyarakat. Adanya dukungan dari lingkungan keluarga yang baik maka akan menumbuhkan motivasi pada anak untuk meningkatkan kegiatan belajarnya, karena sebagian besar siswa menghabiskan waktu mereka bersama keluarga. Pendidikan yang diberikan di sekolah lebih banyak mengembangkan kemampuan akademis anak, sedangkan pengembangan karakter kepribadian merupakan pendidikan pertama yang diperoleh di dalam lingkungan keluarga. Itulah mengapa pendidikan keluarga disebut sebagai pendidikan yang pertama dan utama. “Faktor lingkungan keluarga yang memberikan pengaruh besar tehadap motivasi belajar berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan kedaan ekonomi keluarga” (Slameto, 2010:60).

Faktor lain yang memebrikan pengaruh dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa selain keterampilan mengajar guru dan lingkungan keluarga yaitu adalah faktor lingkungan sekolah. Sekolah merupakan pendidikan yang memberikan kontribusi besar terhadap motivasi belajar yang dimiliki siswa. Menurut Tu’u (2004:1) lingkungan sekolah dipahami sebagi “lembaga pendidikan formal, dimana di tempat inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan kepada anak didik”. Selain itu nilai-nilai etik, moral, spiritual, perilaku, disiplin, dididik dan ditanamkan kepada siswa. Lingkungan sekolah yang kondusif dan menyenangkan akan membuat siswa merasa nyaman dalam mengikuti pelajaran. Lingkungan sekolah yang baik akan menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan. “Faktor sekolah yang mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung (fasilitas sekolah), metode belajar dan tugas rumah” (Slameto 2010:64-69) .

Berdasarkan penjelasan dan uraian di atas bahwa motivasi atau dorongan dari dalam diri siswa untuk belajar dipengaruhi oleh banyak hal, dalam penelitian ini diambil pengaruh dari keterampilan mengajar guru, lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, dengan gambaran kerangka berfikir pada gambar di halaman selanjutnya.

(H1) (H2) (H4) (H3)

Gambar. 1 Skema Kerangka Berfikir Keterampilan mengajar:

1. keterampilan membuka dan menutup pelajaran 2. keterampilan menjelaskan 3. Keterampilan bertanya 4. Keterampilan memberikan penguatan 5. Keterampilan menggunakan variasi Iddris, M., dan Marno (2010:65)

Lingkungan keluarga:

1. Cara orang tua mendidik 2. Relasi antar anggota

keluarga

3. Suasana rumah 4. Keadaan ekonomi

keluarga

5. Pengertian orang tua (Slameto, 2010:60).

Lingkungan sekolah: 1. Metode Mengajar 2. Kurikulum

3. Relasi Guru dengan Siswa 4. Relasi Siswa dengan Siswa 5. Fasilitas sekolah

Slameto (2010:64)

Motivasi Belajar (Y)

1. Tekun menghadapi tugas 2. Ulet menghadapi kesulitan 3. Menunjukkan minat

terhadap mata pelajaran mengelola sistem kearsipan.

4. Dapat mempertahankan pendapatnya (yakin terhadap sesuatu)

5. Senang mencari dan memecahkan soal-soal (Sardiman, 2011:83)

2.7 Hipotesis

Hipotesis bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat diambil hipotesis, yaitu:

Ha1: “Ada pengaruh positif antara keterampilan mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Bangsri”.

Ha2: “Ada pengaruh positif antara lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Bangsri”.

Ha3: “Ada pengaruh positif antara keterampilan mengajar guru, lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Bangsri”.

40 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

3.1.1 Populasi Penelitian

“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian” (Arikunto, Suharsimi. 2010:173). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI AP I dan AP II SMK Negeri 1 Bangsri yang berjumlah 79 siswa. Siswa tersebut terbagi dalam dua kelas dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 2.

Jumlah Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah

1 X AP1 37

2 X AP2 42

Jumlah 79

Sumber: Kurikulum SMK N 1 Bangsri 3.1.2 Sampel Penelitian

“Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti” (Arikunto, Suharsimi. 2010: 174). Sampel berjumlah 79 orang yang terbagi dalam 2 kelas. “Apabila kita ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitian ini menggunakan penelitian populasi” (Arikunto, Suharsimi, 2010:173).