• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

H. Kerangka Berpikir

Pelaksanaan otonomi daerah merupakan jawaban dari pemerintah terhadap semua pertanyaan dan keraguan masyarakat selama ini. Otonomi daerah juga merupakan sebuah bentuk pertanggungjawaban yang tidak lagi vertikal melainkan juga harus horizontal, artinya pertanggungjawaban tidak lagi kepada pemerintah yang tingkatnya lebih tinggi melainkan juga kepada masyarakat melalui DPRD karena masyarakat berhak tahu tentang pengelolaan dan penggunaan uang mereka.

Dengan otonomi daerah diharapkan pembangunan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat karena pemerintah daerah diharapkan dapat menggali potensi dan kemampuan daerah tersebut yang dimana merupakan pendapatan asli daerah. Pendapatan asli daerah menurut undang-undang No 32 tahun 2004 adalah sesuatu kewenangan atau otoritas yang diberikan masyarakat dapat berupa pajak daerah dan retribusi daerah, hasil perusahaan

29   

milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah serta lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Menurut undang-undang No 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah menyatakan bahwa : pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan dalam Pasal 1 ayat (64) menyatakan bahwa : Retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Dalam pelaksaaan otonomi daerah peran keunagn sangat penting, karena didalam laporan keuangan daerah terhadap APBD menggunakan efektivitas-efisiensi, kemandirian dan pertumbuhan. Namun seperti yang telah dipapakan sebelumnya rasio yang akan digunakan dalam penelitia ini adalah rasio efektivitas dan efisiensi. Kemampuan rasio ini dapat mengukur kemampuan pemerintah daeah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan pada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yag diperlukan daerah. Hal ini menggambarka seberapa besar peranan masyarakat dalam pembangunan terutama dalam hal membayar retribusi parkir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pemerintah Daerah memberlakukan beberapa jenis pungutan berkaitan dengan Retribusi Daerah, diantaranya Retribusi Parkir Tepi Jalan Umun, Retribusi Tempat Parkir Khusus, dan Pajak Parkir. Retribusi Parkir merupakan salah satu jenis Retribusi Daerah didasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No. 13 Tahun 2002 tentang Retribusi Parkir di tepi jalan umum. Retribusi Parkir yang dikenakan kepada pemakai jika memanfaatkan sebagian dari badan jalan yang merupakan fasilitas milik Negara. Objek Retribusi ini diharapkan mempunyai potensi yang cukup tinggi guna menambah Penerimaan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten untuk membiayai penyelengaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.

Masih barunya jenis retribusi parkir ini, besar kemungkinan terdapat celah atau kelemahan pada sisi administrasi, pengelolaan di lapangan, maupun implikasinya. Beberapa hal yang menjadi celah dari pajak parkir ini terletak pada (1) Belum adanya catatan mengenai besar potensi sebenarnya yang dimiliki, (2) Penetapan target yang masih jauh dari potensi sebenarnya, (3) ketidakseimbangan antara potensi sebenarnya yang dimiliki dengan realisasi pemungutan Pajak Parkir yang sudah dilakukan, (4) Analisis tingkat efisiensi dan efektivitas pemungutan Retribusi Parkir.

Dari kenyataannya terdapat masalah yaitu penerimaan Pemerintah Daerah Kabupaten Kabupaten melalui Retribusi Parkir sebenarnya masih dapat ditingkatkan melalui intensifikasi Retribusi Parkir dan juga melalui analisis eksternal dan internal. Analisis eksternal dilakukan dengan langkah

31   

terlebih dahulu dipetakan dan diketahui karakteristik masing-masing objek Retribusi Parkir. Langkah ini dimaksudkan untuk menghindari penentuan target pendapatan yang terlalu rendah sehingga berimbas pada kecilnya nilai realisasi penerimaan Retribusi Parkir jika dibandingkan dengan potensi yang dimiliki. Sedangkan Analisis Internal dilakukan dengan langkah mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas praktik pemungutan Retribusi Parkir.

Efektivitas digunakan Daerah untuk mengukur keadaan yang terjadi akibat yang dikehendaki. Apabila konsep efektivitas dikaitkan dengan pemungutan Retribusi Parkir, maka efektivitas yang dimaksudkan adalah seberapa besar realisasi penerimaan Retribusi Parkir berhasil mencapai potensi yang seharusnya dicapai pada suatu periode tertentu. Sedangkan Efisiensi dapat dilihat dari segi hasil atau dari segi pengorbanan saja. Dari segi hasil output, efisiensi berorentasi pada produktivitas, sedangkan dari segi input, maka efisiensi berorientasi pada penghematan. Dalam kaitannya dengan Retribusi Parkir, Efisiensi berkaitan dengan cara mengelola Retribusi Parkir, kemampuan menjalankan tugas pemungutan retribusi parkir, dan perbandingan antara input dan output dalam suatu proses. Dalam hal retribusi parkir yang dimaksud input yaitu biaya, sarana, tenaga, dan cara, sedangkan output adalah nilai realisasi penerimaan retribusi parkir.

Pemerintahan dalam melakukan pemungutan retribusi parkir pasti mempunyai masalah yang dihadapi di lapangan. Pemerintah Kabupaten Klaten harus tegas dalam melakukan pemugutannya sehingga bisa menjadikan retribusi parkir sebagai masukan bagi Pendapatan Asli Daerah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Retribusi Parkir memiliki potensi yang besar bagi PAD Kabupaten Klaten. Sehingga proses pemungutan retribusi parkir yang dilakukan Dinas Perhubungan Kabupaten Klaten bisa efektif dan efisien sesuai yang diharapkan.

Dari pemaparan yang dijelaskan berpijak dari fakta yang ada bahwa pajak dan retribusi daerah sebagai salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah yang jumlahnya selalu meningkat serta merupakan salah satu faktor dalam menilai kemandirian suatu daerah. Pendapatan Retribusi Daerah, terutama dalam hal pemungutan retribusi parkir akan mempengaruhi tingkat efektivitas dan Efisiensi suatu daerah sebagai bentuk perbaikan kinerja keuangan pemerintah daerah dan juga perbaikan tingkat kesejahteraan masyarkat.

I. Hipotesis

Penulis merumuskan hipotesis permasalahan sebagai berikut:

1. Pemungutan Retribusi Parkir yang dilakukan Dinas Perhubungan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Klaten sudah efektif.

2. Pemungutan Retribusi Parkir yang dilakukan Dinas Perhubungan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Klaten sudah efisien.

3. Hasil pemungutan Retribusi Parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Klaten sudah sesuai dengan potensi sebenarnya.

4. Upaya – upaya yang dilakukan Dinas Perhubungan Kabupaten Klaten dalam mengatasi masalah pemungutan Retribusi Parkir sudah baik.

Dokumen terkait