• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

F. Kerangka Berpikir

Menurut Mulyasa (2007:8) Kurikulum 2006 merupakan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik. Dengan adanya perkembangan kurikulum diharapkan dapat mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi.

Salah satu karakteristik kurikulum 2006 yaitu pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, disertai seperangkat tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum dan mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kondisi setempat dan kebutuhan peserta didik. Dari karekteristik tersebut guru mempunyai keleluasaan untuk memilih bahan ajar yang diharapkan dapat mengembangkan potensi peserta didik .

Berdasarkan karakteristik tersebut maka strategi yang dapat digunakan guru yaitu menerapkan pembelajaran kontekstual, karena pembelajaran kontekstual dapat mengembangkan potensi peserta didik, dimana konsep pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Dalam bukunya Kunandar (2007:305) ada tujuh prinsip yang mendasari pembelajaran kontekstual di kelas, yaitu: konstuktivisme, menemukan

(inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment).

1. Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi siswa.

Komunikasi merupakan peristiwa sosial yang dapat menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Sekarang ini banyak siswa yang tidak aktif di kelas maupun di luar kelas hanya karena siswa tersebut merasa tidak dapat berkomunikasi dengan baik, merasa malu untuk mengungkapkan ide-ide, merasa takut salah untuk menjawab pertanyaan guru sehingga mereka memilih untuk diam. Hal tersebut sangat disayangkan, karena sebagai generasi muda seharusnya para pelajar harus berani mengungkapkan apa yang ada dipikiran mereka untuk membangun generasi yang lebih baik.

Salah satu prinsip pembelajaran kontekstual yang mendukung berkembangnya keterampilan berkomunikasi yaitu prinsip masyarakat belajar. Melalui prinsip masyarakat belajar, proses pembelajaran dibuat ada kerjasama antar kelompok. Diharapkan agar siswa dapat berdiskusi satu sama lain, sehingga siswa dapat berlatih untuk menyampaikan pendapat atau mengungkapkan ide-ide mereka dihadapan kelompok. Jika siswa saling berkomunikasi di dalam kelompok dan terus berlatih,

kemungkinan siswa tersebut akan semakin terampil dalam berkomunikasi.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis menduga apabila terdapat hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual berdasarkan kurikulum 2006 dan keterampilan berkomunikasi.

2. Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajarn kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan integritas pribadi siswa.

Jujur merupakan keputusan seseorang untuk mengungkapkan realitas yang ada dan tidak dimanipulsai dengan cara berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan dirinya. Kejujuran merupakan salah satu akhlak mulia yang menjadi dasar pembentukan kepribadian siswa. Sekarang ini tingkat kejujuran peserta didik di Indonesia tergolong rendah, ditandai dengan adanya kecurangan-kecurangan ketika peserta didik melaksanakan ujian, seperti meminta jawaban ke teman, menyontek teman, mengharapkan bantuan teman, memanfaatkan kesempatan yang ada, membuka contekan yang sudah disiapkan, serta beralasan ke kamar mandi. Tujuan dari perilaku tidak jujur yaitu supaya dapat mengerjakan ujian, mendapat nilai yang lebih baik, dan membahagiakan orang tua jika mendapatkan nilai bagus. Perbuatan mencotek mencerminkan perbuatan anak yang tidak jujur kepada diri, teman, orang tua, dan gurunya.

Salah satu prinsip pembelajaran kontekstual yang mendukung berkembangnya integritas pribadi khususnya kejujuran peserta didik yaitu prinsip inquiry. Melalui pembelajaran dengan inquiry, proses pembelajaran dibuat agar pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Dengan menemukan sendiri, siswa diharapkan dapat mengatakan apa yang terjadi sesuai dengan yang diamati dengan berlandaskan nilai kejujuran. Dengan menerapkan prinsip pembelajaran

inquirymaka akan melatih kejujuran siswa.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis menduga apabila terdapat hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual berdasarkan kurikulum 2006 dan integritas pribadi siswa.

3. Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan minat belajar siswa.

Di dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan minat dari setiap siswa untuk mengikutinya, agar siswa dapat memahami setiap materi yang disampaikan oleh guru. Namun, pada kenyataannya seringkali minat belajar siswa tidak menentu sehingga konsentrasi belajar merekapun tidak terfokus. Seringkali siswa tidak antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

Salah satu prinsip pembelajaran kontekstual yang mendukung berkembangnya minat belajar siswa yaitu prinsip konstuktivisme.

Melalui pembelajaran dengan konstuktivisme siswa dituntut untuk

menemukan dan mentransformasikannya. Siswa membangun

pemahamannya sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu. Dalam proses pembelajaran guru dapat menggunakan model atau metode pembelajaran yang beragam, sehingga dalam proses pembelajaran terdapat interaksi yang baik antara guru dan siswa, sehingga guru tidak hanya ceramah terus-menerus, namun juga harus melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran tersebut, misalnya dengan diskusi dan presentasi. Siswa yang dituntun untuk aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran tersebut adalah upaya yang baik untuk mencapai keberhasilan dan dapat menimbulkan minat belajar, karena siswa diberikan keleuasaan untuk memilih sendiri apa yang mereka suka. Hal tersebut diharapkan dapat menumbuhkan minat siswa dalam belajar, sehingga proses pembelajaran menggunakan konstuktivisme akan meningkatkan minat belajar siswa.

Disamping itu salah satu ciri dari pembelajaran kontekstual yaitu pembelajaran dibuat menyenangkan. Jika siswa merasa senang ketika mengikuti pembelajaran, kemungkinan minat siswa terhadap pelajaran tersebut akan meningkat.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis menduga apabila terdapat hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual berdasarkan kurikulum 2006 dan minat belajar siswa.

Dokumen terkait