• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan Keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan Keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa."

Copied!
205
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI AKUNTANSI BERDASARKAN KURIKULUM 2006 DENGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI,

INTEGRITAS PRIBADI, DAN MINAT BELAJAR SISWA

Survei pada 3 SMA Negeri dan 1 SMA Swasta di Kabupaten Bantul

Gisela Anggita Sari Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif: 1) tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan keterampilan berkomunikasi; 2) tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan integritas pribadi; 3) tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan minat belajar siswa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai dengan Februari 2016. Populasi penelitian sebanyak 1280 siswa. Jumlah sampel penelitian sebanyak 302 siswa. Teknik penarikan sampel adalah cluster sampling. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dan korelasi Spearman.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan keterampilan berkomunikasi (Spearman’s rho = 0,574; nilai

Sig. (1-tailed) = 0,000 <  = 0,01); 2) ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan integritas pribadi (Spearman’s rho = 0,149; nilai Sig.

(2)

ix ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN CONTEXTUAL LEARNING FULFILLMENT LEVEL IN ACCOUNTING BASED ON 2006 CURRICULUM AND COMMUNICATION SKILLS, PERSONAL

INTEGRITY, AND STUDENT LEARNING INTEREST

A Survey in Three Public High Schools and One Private High School in Bantul Regency

Gisela Anggita Sari Sanata Dharma University

2016

This study aims to examine correlation between: 1) fulfillment level of contextual learning in accounting based on 2006 curriculum and communication skills; 2) fulfillment level of contextual learning in accounting based on 2006 curriculum and personal integrity; 3) fulfillment level of contextual learning in accounting based on 2006 curriculum and student learning interest.

This study is a correlational research. The research was conducted from December 2015 to February 2016. The study population were 1,280 students. The samples were 302 students. The sampling technique was cluster sampling. Data were collected by using questionnaires. Data were analyzed by using descriptive statistics and Spearman correlation.

(3)

HUBUNGAN TINGKAT KETERLAKSANAAN

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI

AKUNTANSI BERDASARKAN KURIKULUM 2006 DENGAN

KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI, INTEGRITAS

PRIBADI, DAN MINAT BELAJAR SISWA

Survei pada Tiga SMA Negeri dan Satu SMA Swasta di Kabupaten Bantul

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

GISELA ANGGITA SARI NIM: 121334025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

HUBUNGAN TINGKAT KETERLAKSANAAN

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI

AKUNTANSI BERDASARKAN KURIKULUM 2006 DENGAN

KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI, INTEGRITAS

PRIBADI, DAN MINAT BELAJAR SISWA

Survei pada Tiga SMA Negeri dan Satu SMA Swasta di Kabupaten Bantul

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

GISELA ANGGITA SARI NIM: 121334025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)

/+ \

SKRIPSI

HUBUNGAII

TINGKAT KETERLAKSAI\AA}I

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

PADA MATERT

AI(INTAI\ISI

BERI}ASARKAI\

KURIKULUhI

2ffi6

DENGAI\I

KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI, INTEGRITAS

PRIBADI, DA}[

MINAT

BELAJAR

SISWA

Survei pada Tiga SMA Negeri dan Satu SMA Swasta di Kabupaten Bantul

(6)

SKRIPSI

HUBTINGAN

TINGKAT

KETERLAKSANTAAN

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

PADA

MATERI

AKUNTANSI

BERDASARKAN

KURIKULUM

2A06

DENGA}I

KETERAMPILAIY

BERKOMUMKASI,

INTEGRITAS

PRIBADI,

DAN

MINAT

BELAJAR

SISWA

Survei pada Tiga SMA Negeri dan Satu SMA Swasta di Kabupaten Bantul

dan ditulis oleh:

rI

Ketua

Sekretaris

Anggota

Anggota Anggota

Yogyakarta24luri2016

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Sanata Dharma

ilt

dan diny'atakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap

I_*^-:..^ D^-l^- O---^r..^ C nl X ' a:

Tanda Tangan

(7)

iv

Halaman Persembahan

Ku persembahkan karya ini untuk :

Tuhan Yesus & Bunda Maria Inilah wujud syukurku atas berkatmu

Orang Tuaku Tersayang Bapak Heribertus Ngatija & Ibu Mulyani

Inilah wujud pertanggungjawabanku atas kepercayaan yang telah diberikan

Leonardus Agus Setiyawan Perhatian, dukungan, dan kasih sayang

Adikku Melania Villa Sari & Fabian Naya Kristian Menghiasi dengan tawa penghilang kejenuhan

Keluarga Sisri dan Sedulur Payung (Vena, Ella, Helen, Dila, Natal, Mitha, Siska, Siwi,

Nopi, Shopi, Boru, Albeta, Sisil, Adys) Perjuangan dan semangat yang kan selalu terkenang

(8)

v

MOTTO

Percaya saja, Tuhan tidak pernah terlambat, Dia juga tidak tergesa-gesa, Dia

selalu tepat waktu”

“Apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan

menerimanya”

(Matius 22:21)

“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara

kamu”

(1 Petrus 5:7)

“...orang

-orang pilihanKu akan menikmati pekerjaan tangan mereka. Mereka

tidak akan bersusah-

susah dengan percuma”

(9)

PERI\IYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesunguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaiman a layah,rrya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 Juni 2016 Penulis

Cd,&,L

isela Anggita Sari

(10)

LEMBAR PERI\TYATAAN PF RSETUJUAN

PUBLUK \SI KARYA ILMIAH UNTUK KIiPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Gisela Anggita Sari

NomorMahasiswa :121334025

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Hubungan Tingknt keterlaksanaan Pembelaj aran Kontekstual pada Materi

Akuntansi Berdasarkan Kurikulum 2 006 dengan Keterampilan Berkomunikasi,

Integritas Pribadi, dan Minat Belajar Siswa

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan dat4 mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta

ijin

dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Padatanggal:24 hxi2016

Yang menyatakan

Mb

Gisela Anggita Sari

(11)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI AKUNTANSI BERDASARKAN KURIKULUM 2006 DENGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI,

INTEGRITAS PRIBADI, DAN MINAT BELAJAR SISWA

Survei pada 3 SMA Negeri dan 1 SMA Swasta di Kabupaten Bantul

Gisela Anggita Sari Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif: 1) tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan keterampilan berkomunikasi; 2) tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan integritas pribadi; 3) tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan minat belajar siswa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai dengan Februari 2016. Populasi penelitian sebanyak 1280 siswa. Jumlah sampel penelitian sebanyak 302 siswa. Teknik penarikan sampel adalah cluster sampling. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dan korelasi Spearman.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan keterampilan berkomunikasi (Spearman’s rho = 0,574; nilai

Sig. (1-tailed) = 0,000 <  = 0,01); 2) ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan integritas pribadi (Spearman’s rho = 0,149; nilai Sig.

(12)

ix ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN CONTEXTUAL LEARNING FULFILLMENT LEVEL IN ACCOUNTING BASED ON 2006 CURRICULUM AND COMMUNICATION SKILLS, PERSONAL

INTEGRITY, AND STUDENT LEARNING INTEREST

A Survey in Three Public High Schools and One Private High School in Bantul Regency

Gisela Anggita Sari Sanata Dharma University

2016

This study aims to examine correlation between: 1) fulfillment level of contextual learning in accounting based on 2006 curriculum and communication skills; 2) fulfillment level of contextual learning in accounting based on 2006 curriculum and personal integrity; 3) fulfillment level of contextual learning in accounting based on 2006 curriculum and student learning interest.

This study is a correlational research. The research was conducted from December 2015 to February 2016. The study population were 1,280 students. The samples were 302 students. The sampling technique was cluster sampling. Data were collected by using questionnaires. Data were analyzed by using descriptive statistics and Spearman correlation.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat

dan kasih-Nya sehingga skripsi ini telah selesai dengan baik. Banyak hal yang

harus dihadapi penulis dalam penyusunan skripsi ini, namun dengan campur

tangan Tuhan penulis dapat melewatinya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan dorongan

dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma;

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma;

3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma;

4. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd, selaku dosen

pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan

sabar, memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini;

5. Para Dosen dan Tenaga Administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi

yang telah memberikan berbagai pengetahuan dalam proses perkuliahan dan

(14)

6.

Orang tuaku Bapak Heribertus Ngatrja dan Ibu Mulyani serta adikku Melania

Villa

Sari dan Fabian Naya Kristian yang selalu memberikan

dukungan, do4 dan semangat;

7.

Leonardus Agus Setiyawan yang selalu mendengarkan keluh kesah,

memberi semangat selalu mendukung dan memberikan saran yang

membangun demi kebaikan dalam mengerjakan slaipsi ini;

8.

Keluarga Sisri:

Ellq

Ven4 Helen, Natal,

Dila

Mitha Siska Siwi yang selalu memberi dukungan selama proses skripsi;

g.

Teman-teman seperjuangan: Ell4 Dil4 Helen, Nopi, Shopi, Boru, Albeta

Sisil, Adys yang telah membantu dan memberi dukungan selama proses skripsi;

10.

Teman-teman Pendidikan Akuntansi 2012 yang selalu memberikan

semangat selama proses skripsi;

11.

Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk

bantuan dan dukungannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan

dan kekurangannya, maka penulis sangat membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya penulis mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta" 24 luni 2016

x1

(15)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian... 8

(16)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Kurikulum 2006 ... 10

1. Pengertian Kurikulum ... 10

2. Pengertian Kurikulum 2006 ... 10

3. Konsep Dasar Kurikulum 2006 ... 13

4. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum 2006 ... 14

5. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum 2006 ... 15

B. Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual ... 17

1. Pengertian Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual ... 17

2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual ... 18

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kontekstual ... 23

4. Ciri-ciri Pembelajaran Kontekstual ... 26

C. Keterampilan Berkomunikasi ... 26

1. Pengertian Komunikasi ... 26

2. Keterampilan Dasar Berkomunikasi ... 27

3. Bentuk-bentuk Komunikasi ... 28

4. Jenis-jenis Komunikasi ... 30

5. Fungsi Komunikasi ... 31

D. Integritas Pribadi (Kejujuran)... 32

1. Pengertian Kejujuran ... 32

2. Komponen-komponen Karakter yang Baik ... 34

(17)

xiv

4. Ciri-ciri Kejujuran ... 38

E. Minat Belajar ... 39

1. Pengertian Minat ... 39

2. Ciri-ciri Minat ... 41

3. Faktor-faktor Minat ... 42

4. Aspek Minat ... 43

F. Kerangka Berpikir ... 44

G. Model Penelitian ... 49

H. Hipotesis ... 50

BAB III METODE PENELITIAN... 52

A. Jenis Penelitian ... 52

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

1. Tempat Penelitian... 52

2. Waktu Penelitian ... 53

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 53

1. Subjek Penelitian ... 53

2. Objek Penelitian ... 53

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 54

1. Populasi ... 54

2. Sampel ... 55

3. Teknik Pegambilan Sampel... 56

E. Devinisi Operasionalisasi Variabel dan Pengukurannya ... 57

(18)

xv

G. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 63

1. Pengujian Validitas ... 63

2. Pengujian Reliabilitas... 72

H. Teknik Analisis Data ... 74

1. Teknik Analisis Deskriptif ... 74

2. Analisis Pengujian Hipotesis ... 79

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 83

A. SMA N 1 Banguntapan ... 83

B. SMA N 2 Banguntapan ... 85

C. SMA N 1 Pajangan ... 87

D. SMA PL Sedayu ... 89

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 92

A. Deskripsi Data ... 92

1. Deskripsi Responden Penelitian ... 92

2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 94

B. Pengujian Hipotesis ... 98

C. Pembahasan ... 103

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN... 111

A. Kesimpulan... 111

B. Keterbatasan ... 112

C. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 115

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Nama Sekolah dan Alamat Lokasi Sekolah ... 52

Tabel 3.2 Data SMA yang Menerapkan Kurikulum 2006 se-Kabupaten Bantul ... 54

Tabel 3.3 Data SMA yang Menerapkan Kurikulum 2006 se-Kabupaten Bantul sebagai Sampel ... 57

Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual... 57

Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Keterampilan Berkomunikasi ... 60

Tabel 3.6 Operasionalisasi Variabel Integritas Pribadi ... 61

Tabel 3.7 Operasionalisasi Variabel Minat Belajar ... 62

Tabel 3.8 Skor Instrumen ... 62

Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Pengujian Validitas Variabel Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual ... 66

Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Pengujian Validitas Variabel Keterampilan Berkomunikasi ... 66

Tabel 3.11 Hasil Perhitungan Kembali Pengujian Validitas Variabel Keterampilan Berkomunikasi ... 68

(20)

xvii

Tabel 3.13 Hasil Perhitungan Pengujian Kembali Validitas Variabel

Integritas Pribadi ... 70

Tabel 3.14 Hasil Perhitungan Pengujian Validitas Variabel Minat Belajar .. 71

Tabel 3.15 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Penelitian ... 73

Tabel 3.16 Nilai Persentil PAP Tipe II ... 76

Tabel 3.17 Rentang Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual ... 77

Tabel 3.18 Rentang Keterampilan Berkomunikasi ... 77

Tabel 3.19 Rentang Integritas Pribadi ... 78

Tabel 3.20 Rentang Minat Belajar ... 79

Tabel 3.21 Nilai Korelasi dan Tingkat Kekuatan Hubungan ... 81

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Asal Sekolah .. 92

Tabel 5.2 Status Sekolah Asal Siswa ... 93

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin 93 Tabel 5.4 Deskripsi Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual ... 94

Tabel 5.5 Deskripsi Keterampilan Berkomunikasi ... 95

Tabel 5.6 Deskripsi Integritas Pribadi ... 96

Tabel 5.7 Deskripsi Minat Belajar ... 97

Tabel 5.8 Hasil Uji Korelasi Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual dengan Keterampilan Berkomunikasi ... 98

(21)

xviii

Tabel 5.10 Hasil Uji Korelasi Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran

(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen Penelitian (Kuesioner) ... 118

Lampiran 2 Data Jumlah Siswa Persekolah yang Menerapkan Kurikulum

2006 ... 120

Lampiran 3 Data Induk Penelitian ... 131

Lampiran 4 Uji Validitas... 156

Lampiran 5 Uji Reliabilitas ... 164

Lampiran 6 Daftar Tabel Statistik dan Perhitungan Tabel Korelasi ... 165

Lampiran 7 Uji Korelasi ... 167

(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk pembangunan

bangsa. Tanpa pendidikan yang memadai, suatu bangsa sulit berkembang

bahkan akan terus terpuruk. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan

sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang

berkualitas akan menentukan tingkat keberhasilan pembangunan bangsa.

Kegiatan belajar merupakan proses penting yang harus diperhatikan dalam

meningkatkan kualitas pendidikan. Indonesia menempatkan pendidikan

sebagai suatu yang penting dan utama. Hal tersebut dapat dilihat dari isi

Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan

nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan sangat bergantung dengan adanya pedoman kurikulum yang tepat

dalam memenuhi kebutuhan belajar peserta didik.

Menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (Kunandar, 2007:124), kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai, tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum ini ditujukan agar proses

pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Kurikulum

(24)

pengalaman anak di bawah tanggung jawab sekolah. Kurikulum tidak hanya

meliputi bahan pelajaran, tetapi juga meliputi seluruh kehidupan dalam kelas,

termasuk di dalamnya hubungan sosial antara guru dan peserta didik, metode

mengajar, dan cara mengevaluasi.

Salah satu kurikulum yang dapat digunakan sebagai pedoman proses

pembelajaran adalah Kurikulum 2006. Kurikulum 2006 merupakan revisi dan

pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), karena

pemerintah pusat memandang KBK terlalu intervensi dalam membuat

kurikulum, maka dalam kurikulum 2006 beban belajar peserta didik sedikit

berkurang dan sekolah, guru, komite sekolah diberikan kewenangan untuk

mengembangkan kurikulum seperti membuat indikator, silabus, dan

komponen kurikulum lainnya. Kurikulum 2006 merupakan kurikulum yang

dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah atau daerah,

karakteristik sekolah atau daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan

karakteristik peserta didik.

Dalam pelaksanaan kurikulum, kurikulum 2006 dilaksanakan dengan

menegakkan kelima pilar belajar seperti yang dikemukakan Kunandar

(2008:142), yaitu: (1) belajar untuk bermain dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, (2) belajar untuk memahami dan menghayati, (3) belajar

untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (4) belajar untuk

hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (5) belajar untuk

membangun dan menemukan jati diri melalui pembelajaran yang aktif,

(25)

pula acuan penyusunan kurikulum 2006. Dalam acuan operasional

penyusunan kurikulum 2006 mencakup beberapa poin, diantaranya

peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. Keimanan dan ketakwaan

serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik

secara utuh. Kurikulum disusun agar memungkinkan materi akuntansi dapat

menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. Acuan lainnya

yaitu, peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kemampuan peserta didik. Kurikulum disusun agar

memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat, kecerdasan

intelektual, emosional, spiritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal

sesuai dengan tingkat perkembangannya. Berdasarkan kelima pilar belajar

dan acuan penyusunan kurikulum 2006 diharapkan dapat mewujudkan

sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi, serta dapat mengasah

keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan meningkatkan minat

belajar sisiwa.

Salah satu karakteristik kurikulum 2006 yaitu pemberian otonomi luas

kepada sekolah dan satuan pendidikan, disertai seperangkat tanggung jawab

untuk mengembangkan kurikulum dan mengembangkan pembelajaran sesuai

dengan kondisi setempat dan kebutuhan peserta didik. Dari karakteristik

tersebut guru mempunyai keleluasaan untuk memilih bahan ajar yang

diharapkan dapat mengembangkan potensi peserta didik. Maka strategi yang

dapat digunakan guru yaitu menerapkan pembelajaran kontekstual. Selain itu,

(26)

relevan dengan kebutuhan kehidupan peserta didik, yang artinya

pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku

kepentingan untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan

kehidupan, termasuk di dalam kehidupan kemasyarakatan. Hal ini

mencerminkan bahwa dalam pengembangan kurikulum 2006 dibutuhkan

adanya pendekatan pembelajaran kontekstual.

Pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang

dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi

dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Di dalam pembelajaran

kontekstual, peserta didik menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide

abstrak dengan penerapan praktis di dalam konteks dunia nyata. Dalam

pembelajaran kontekstual terdapat tujuh prisip yang mendasari pembelajaran

kontekstual, yaitu: konstuktivisme; menemukan (inquiry); bertanya

(questioning); masyarakat belajar (learning community); pemodelan

(modeling); refleksi (reflection); dan penilaian yang sebenarnya (authentic

assessment).

Salah satu prinsip pembelajaran kontekstual yaitu masyarakat belajar,

menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang

lain. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi.

Komunikasi merupakan peristiwa sosial yang dapat menumbuhkan hubungan

(27)

Selain masyarakat belajar, dalam prinsip pembelajaran kontekstual

terdapat inquiry. Inquiry atau menemukan merupakan kegiatan pembelajaran

dimana pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik

diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil

menemukan sendiri. Dengan menemukan sendiri, peserta didik diharapkan

dapat mengatakan apa yang terjadi sesuai dengan yang diamati dengan

berlandaskan nilai kejujuran. Jujur merupakan keputusan seseorang untuk

mengungkapkan realitas yang ada dan tidak dimanipulsai dengan cara

berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan dirinya.

Selain masyarakat belajar dan inquiry, dalam prinsip pembelajaran

kontekstual terdapat konstuktivisme. Konstuktivisme merupakan proses

pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk menemukan dan

mentransformasikannya. Peserta didik membangun pemahamannya sendiri

secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan

dari pengalaman belajar yang bermakna. Kondisi belajar yang menuntut

siswa secara aktif dan kreatif akan dapat meningkatkan minat belajar siswa,

karena siswa diberikan keleluasaan untuk memilih sendiri apa yang mereka

sukai, sehingga siswa tersebut akan semakin giat dalam belajar.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti selama

melaksanakan tugas PPL, sekarang ini banyak peserta didik yang tidak aktif

di kelas maupun di luar kelas hanya karena peserta didik tersebut merasa

tidak dapat berkomunikasi dengan baik, merasa malu untuk mengungkapkan

(28)

memilih untuk diam. Hal tersebut sangat disayangkan, karena akan

mengganggu proses pembelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut, maka

keterampilan berkomunikasi dapat ditingkatkan melalui pembelajaran

kontekstual sesuai dengan prinsip masyarakat belajar.

Kejujuran merupakan salah satu akhlak mulia yang menjadi dasar

pembentukan kepribadian peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian dari

Erlisia (2015), menunjukan bahwa sekarang ini tingkat kejujuran peserta

didik di Indonesia tergolong rendah, ditandai dengan adanya

kecurangan-kecurangan ketika peserta didik melaksanakan ujian, seperti meminta

jawaban ke teman, menyontek teman, mengharapkan bantuan teman,

memanfaatkan kesempatan yang ada, membuka contekan yang sudah

disiapkan, serta beralasan ke kamar mandi. Tujuan dari perilaku tidak jujur

yaitu supaya dapat mengerjakan ujian, mendapat nilai yang lebih baik, dan

membahagiakan orang tua jika mendapatkan nilai bagus. Perbuatan menyotek

mencerminkan perbuatan anak yang tidak jujur kepada diri, teman, orang tua,

dan gurunya. Hal tersebut sangat disayangkan, jika peserta didik tidak dapat

berkata jujur, maka integritas pribadi peserta didik tersebut tergolong rendah.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka kejujuran peserta didik dapat

ditingkatkan melalui pembelajaran kontekstual sesuai dengan prinsip inquiry.

Minat belajar sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Sekarang

ini, seringkali minat belajar peserta didik tidak menentu sehingga konsentrasi

belajar merekapun tidak terfokus. Seringkali peserta didik tidak antusias

(29)

minat belajar peserta didik rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, maka minat

belajar peserta didik dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kontekstual

sesuai dengan prinsip konstuktivisme.

Berdasarkan uraian dan fenomena di atas, maka penulis mempunyai

keinginan untuk mengadakan penelitian mengenai “Hubungan tingkat

keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan

kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan

minat belajar siswa”.

B. Batasan Masalah

Untuk lebih mengarahkan penelitian yang dilakukan, maka peneliti

membatasi ruang lingkup masalah, yaitu: Hubungan tingkat keterlaksanaan

pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006

dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar

siswa di SMA se Kabupaten Bantul yang menerapkan kurikulum 2006.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah yang telah

dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai

berikut:

1. Apakah ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan

pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum

(30)

2. Apakah ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajarn

kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan

integritas pribadi?

3. Apakah ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan

pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum

2006 dan minat belajar siswa?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui apakah ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan

pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum

2006 dan keterampilan berkomunikasi.

2. Mengetahui apakah ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan

pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum

2006 dan integritas pribadi.

3. Mengetahui apakah ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan

pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum

(31)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan sumber informasi mengenai hubungan tingkat

keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi

berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi,

integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk

menambah wawasan dan bahan evaluasi kinerja guru.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Sebagai referensi bagi pembaca untuk penulisan tugas akhir dan

menambah koleksi di perpustakaan serta menambah pengetahuan untuk

penelitian lebih lanjut.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Digunakan sebagai penambah wawasan dan pengetahuan di

(32)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kurikulum 2006

1. Pengertian Kurikulum

Menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan, kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai, tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Hasan (Kunandar,

2007:124) mengartikan kurikulum sebagai suatu dokumen atau rencana

tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta

didik melalui suatu pengalaman belajar. Pengertian tersebut mengandung

arti bahwa kurikulum harus tertuang dalam satu atau beberapa dokumen

yang berisikan pernyataan mengenai kulitas yang harus dimiliki oleh

seorang peserta didik yang mengikuti kurikulum tersebut.

2. Pengertian Kurikulum 2006

Menurut Kunandar (2007:113) Kurikulum 2006 merupakan revisi

dan pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), karena

KBK dianggap masih sarat dengan beban belajar dan pemerintah pusat

dipandang terlalu intervensi dalam membuat kurikulum. Oleh karena itu

dalam kurikulum 2006 beban belajar siswa sedikit berkurang dan

(33)

mengembangkan kurikulum seperti membuat indikator, silabus, dan

komponen kurikulum lainnya.

Sementara itu menurut Mulyasa (2007:8) kurikulum 2006

merupakan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan

pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial

budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik. Dengan

adanya perkembangan kurikulum diharapkan dapat mewujudkan sekolah

yang efektif, produktif, dan berprestasi. Kurikulum 2006 merupakan

upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan

guru karena guru banyak dilibatkan, sehingga diharapkan memiliki

tanggung jawab yang memadahi. Kurikulum 2006 adalah suatu ide

tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi yang paling

dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan.

Pemberdayaan sekolah dan satuan pendidikan dengan memberikan

otonomi yang lebih besar, disamping menunjukan sikap tanggap

pemerintah terhadap tuntutan masyarakat juga merupakan sarana

penigkatan kualitas, efisiensi, dan pemerataan pendidikan. Kurikulum

2006 merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang

memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk

mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan, dan

kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam pengembangan kurikulum

dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan

(34)

kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat

terhadap pendidikan, khususnya kurikulum. Pada sistem kurikulum 2006,

sekolah memiliki “full authority and responsibility” dalam menetapkan

kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan satuan

pendidikan. Untuk mewujudkan visi,misi, dan tujuan tersebut, sekolah

dituntut untuk mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi

dasar ke dalam indikator kompetensi, mengembangkan strategi

menentukan prioritas, mengendalikan pemberdayaan berbagai potensi

sekolah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggungjawabkannya

kepada masyarakat dan pemerintah.

Dalam kurikulum 2006, pengembangan kurikulum dilakukan oleh

guru, kepala sekolah, serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan.

Badan ini merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah

dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada dewan perwakilan

rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah,

tenaga pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh

masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan segala kebijakan sekolah

berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikan yang berlaku.

Selanjutnya komite sekolah perlu merumuskan dan menetapkan visi,

misi, dan tujuan sekolah dengan berbagai implikasinya terhadap

(35)

3. Konsep Dasar Kurikulum 2006

Menurut Mulyasa (2007:19) dalam Standar Nasional Pendidikan

(SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa kurikulum 2006 adalah

kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh

masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan kurikulum 2006 dilakukan oleh

satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar

kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan

Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Kurikulum 2006 disusun dan dikembangkan berdasarkan

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36

ayat 1 dan 2 yaitu, ayat 1 Pengembangan kurikulum mengacu pada

Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan

Nasional, ayat 2 Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan

dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan

pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan

kurikulum 2006 adalah sebagai berikut:

a. Kurikulum 2006 dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan

pendidikan, potensi, dan karakteristik daerah, serta sosial budaya

masyarakat setempat dan peserta didik.

b. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum 2006 dan

silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar

(36)

kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggung jawab

dibidang pendidikan.

c. Kurikulum 2006 untuk setiap program studi di perguruan tinggi

dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan

tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

4. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum 2006

Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan

menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut (Kunandar, 2008:142):

a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan,

dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang

berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus

mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta

memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara

bebas, dinamis, dan menyenangkan.

b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar,

yaitu: (1) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, (2) belajar untuk memahami dan menghayati, (3) belajar

untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (4) belajar

untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (5) belajar

untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses

pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.

c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat

(37)

sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta

didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan

pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan,

kesosialisasian, dan moral.

d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik

dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab,

terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia

mangun karsa, ing ngarsa sung tulada.

e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan

multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang

memadahi, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber

belajar.

f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam,

sosial, dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan

pendidikan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata

pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri diselenggarakan

dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok

dan memadahi antar kelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

5. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum 2006

Menurut Mulyasa (2007:168) acuan operasional penyusunan

(38)

a. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. Keimanan dan

ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan

kepribadian peserta didik.

b. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kemampuan peserta didik. Kurikulum disusun

agar memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat,

kecerdasan intelektual, emosional, spiritual dan kinestetik peserta

didik secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

c. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan.

Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan

keragaman karakteristik lingkungan, oleh karena itu kurikulum

harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan

yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan daerah.

d. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional. Pengembangan

kurikulum harus memperhatikan keseimbangan tuntutan

pembangunan daerah dan nasional.

e. Tuntutan dunia kerja. Kurikulum harus memuat kecakapan hidup

untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja.

f. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum

harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

g. Agama. Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan

(39)

h. Dinamika perkembangan global. Kurikulum harus dikembangkan

agar peserta didik mampu bersaing secara global.

i. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Kurikulum harus

mendorong wawasan dan sikap kebangsaan dan persatuan nasional

untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam NKRI.

j. Kondisi sosial budaya setempat. Kurikulum harus dikembangkan

dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya setempat dan

menunjang kelestarian keragaman budaya.

k. Kesetaraan jender. Kurikulum harus diarahkan kepada pendidikan

yang berkeadilan dan mendorong tumbuh kembangnya kesetaraan

jender.

l. Karakteristik satuan pendidikan. Kurikulum harus dikembangkan

sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan

pendidikan.

B. Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual

1. Pengertian Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual

Sebelum mempelajari pengertian keterlaksanaan pembelajaran

kontekstual, terlebih dahulu hendaknya mengetahui apa itu pengertian

keterlaksanaan dan pembelajaran kontekstual. Keterlaksanaan berasal

dari kata laksana, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2007:627) berarti sifat, laku, atau perbuatan. Imbuhan keter-an

(40)

demikian, keterlaksanaan berarti suatu hal atau peristiwa yang sudah

terjadi. Sedangkan pembelajaran kontekstual menurut Kokom (2011:7)

pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang

mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa

sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun

warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut

bagi kehidupannya. Sementara itu menurut Hull’s dan Sounders (Kokom,

2011:6) di dalam pembelajaran kontekstual, siswa menemukan hubungan

penuh makna antara ide-ide abstrak dengan penerapan praktis di dalam

konteks dunia nyata. Selanjutnya, Johnson (Kokom, 2011:6)

mendefinisikan bahwa pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa

menghubungkan isi materi dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk

menemukan makna.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa keterlaksanaan pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan

pembelajaran yang telah dilaksanaan oleh sekolah yang dapat membantu

guru mengaitkan materi dengan situasi kehidupan nyata siswa.

2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Menurut Johnson (Kunandar, 2007:296) ada delapan komponen

utama dalam sistem pembelajaran kontekstual, yaitu:

a. Making meaningful connections (membuat hubungan yang

bermakna). Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang

(41)

individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam

kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat.

b. Doing significant work (melakukan kegiatan yang signifikan).

Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai

konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan

sebagai anggota masyarakat.

c. Self-regulated learning (belajar yang diatur sendiri). Siswa

melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya, ada

hubungannya dengan orang lain, dan ada produk atau hasilnya

yang sifatnya nyata.

d. Collaborating (bekerja sama). Siswa dapat bekerja kelompok,

membantu mereka memahami bagaimana mereka saling

mempengaruhi dan saling berkomunikasi.

e. Critical and creative thinking (berpikir kritis dan kreatif). Siswa

dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis

dan kreatif, dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan

masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika serta

bukti-bukti.

f. Nurturing the individual (mengasuh dan memelihara pribadi

siswa). Siswa memelihara pribadinya: mengetahui, memotivasi,

dan memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa

(42)

g. Reaching high standarts (mencapai standar yang tinggi). Siswa

mengenal dan mencapai standar yang tinggi: mengidentifikasi

tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya. Guru

memperlihatkan kepada siswa cara mencapai apa yang disebut.

h. Using authentic assessment (menggunakan penelitian autentik).

Siswa mengenal dan mencapai standar yang yang tinggi:

mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya.

Sedangkan menurut Sounder (Kokom, 2011:8), pembelajaran

kontekstual pada REACT. Relating: belajar dalam konteks pengalaman

hidup, Experiencing: belajar dalam konteks pencarian dan penemuan,

Appllying: belajar ketika pengetahuan diperkenalkan dalam konteks

penggunaannya, Cooperating: belajar melalui konteks komunikasi

interpersonal dan berbagi, Transfering: belajar penggunaan pengetahuan

dalam suatu konteks atau situasi baru. Penjelasan masing-masing prinsip

pembelajaran kontekstual tersebut adalah sebagai berikut:

a. Keterkaitan, relevansi, (relating)

Proses pembelajaran hendaknya ada keterkaitan dengan bekal

pengetahuan yang telah ada pada diri siswa (relevansi antar internal

seperti bekal pengetahuan, keterampilan, bakat, minat, dengan

faktor eksternal seperti ekspose media dan pembelajaran oleh guru

dan lingkungan luar), dan dengan konteks pengalaman dalam

kehidupan dunia nyata seperti manfaat untuk bekal bekerja

(43)

b. Pengalaman langsung (Experiencing)

Dalam proses pembelajaran, siswa perlu mendapatkan

pengalaman langsung melalui kegiatan eksplorasi, penemuan,

inventori, investigasi, dan sebagainya. Eksperiencing disebut

sebagai jantung pembelajaran kontekstual. Proses pembelajaran

akan berlangsung cepat jika siswa diberi kesempatan untuk

memanipulasi peralatan, memanfaatkan sumber belajar, dan

melakukan bentuk-bentuk kegiatan penelitian yang lain secara

aktif. Untuk mendorong daya tarik dan memotivasi, sangatlah

bermanfaat penggunaan strategi pembelajaran dan media seperti

audio, video, membaca, dan menelaah buku teks, dan sebagainya.

c. Aplikasi (appliying)

Menerapakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang

dipelajari dalam situasi dan konteks yang lain merupakan

pembelajaran tingkat timggi, lebih dari sekedar hafal. Kemampuan

siswa untuk menerapkan materi yang telah dipelajari untuk

diterapkan atau digunakan pada situasi lainyang berbeda

merupakan penggunaan fakta konsep, prinsip atau prosedur atau

“pencapaian tujuan pembelajaran dalam bentuk menggunakan”.

Kemampuan siswa menerapkan konsep dan informasi dalam

konteks yang bermanfaat juga dapat mendorong siswa untuk

memikirkan karir dan pekerjaan di masa depan yang mereka

(44)

banyak diarahkan pada dunia kerja. Dalam kegiatan pembelajaran

di kelas, pengenalan dunia kerja ini dilaksanakan dengan

menggunkan buku teks, video, laboratorium, dan bila

memungkinkan ditindaklanjuti dengan memberikan pengalaman

langsung melalui kegiatan karya wisata, praktik kerja lapangan,

magang, dan sebagainya.

d. Kerja sama (cooperating)

Kerja sama dalam konteks saling tukar pikiran, mengajukan

dan menjawab pertanyaan, komunikasi, interaktif antar sesama

siswa, antar siswa dan guru, antar siswa dan para sumber,

memecahkan masalah dan mengerjakan tugas bersama merupakan

strategi pembelajaran pokok dalam pembelajaran kontekstual.

Pengalaman bekerjasama tidak hanya membantu siswa belajar

menguasai materi pembelajaran, tetapi juga sekaligus memberikan

wawasan pada dunia nyata bahwa untuk menyelesaikan suatu tugas

akan lebih berhasil jika dilakukan secara bersama-sama atau kerja

sama dalam bentuk tim kerja.

e. Alih pengetahuan (transfering)

Pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan

siswa untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap

(45)

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kontekstual

Menurut Kunandar (2007:305) ada tujuh prinsip yang mendasari

pembelajaran kontekstual di kelas, yaitu:

a. Konstuktivisme

Konstruktivisme adalah pengetahuan yang dibangun oleh

manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui

konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Dalam

konstuktivisme, siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Siswa

harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi

kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi

tersebut menjadi milik sendiri.

b. Menemukan (Inquiry)

Bagian inti dari pembelajaran berbasis kontekstual adalah

menemukan. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa

diharapkan hasil dari menemukan sendiri, bukan hasil mengingat

seperangkat fakta-fakta. Guru harus selalu merancang kegiatan

yang merujuk pada kegiatan menemukan.

c. Bertanya (Questioning)

Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran

berbasis kontekstual. Guru dapat mendorong, membimbing, dan

menilai kemampuan berpikir siswa. Kegiatan bertanya dapat

dilakukan antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun

(46)

ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika

menemukan kesulitan, ketika mengamati, dan sebagainya.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil

pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil

belajar diperoleh dengan „sharing‟ antar teman, antar kelompok,

dan antar yang sudah tahu ke yang belum tahu. Dalam

pembelajaran kontekstual disarankan guru melaksanakan

pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar yang anggotanya

heterogen, yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu

memberitahu yang belum tahu, yang cepat mendorong temannya

yang lambat, dan seterusnya.

e. Pemodelan (Modeling)

Dalam pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu

diharapkan ada model yang dapat ditiru. Pemodelan dapat

berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau

aktivitas belajar. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau

pengetahuan yang baru saja diterima. Perwujudan refleksi dapat

berupa:

1) pernyataan langsung tentang apa yang telah diterima hari itu;

(47)

3) kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu;

4) diskusi;

5) hasil karya.

g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Assessment merupakan proses pengumpulan berbagai data

yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.

Penilaian yang sebenarnya adalah kegiatan menilai siswa yang

menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun

hasil dengan berbagai instrument penilaian. Ciri-ciri penilaian yang

sebenarnya adalah:

1) harus mengukur semua aspek pembelajaran: proses, kinerja,

dan produk;

2) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran

berlangsung;

3) menggunakan berbagai cara dan sumber;

4) tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian;

5) tugas yang diberikan harus mencerminkan bagian kehidupan

siswa nyata setiap hari, siswa harus dapat menceritakan

kegiatan yang mereka lakukan setiap hari;

6) penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan

(48)

4. Ciri-ciri Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa ciri yang

menandakan terciptanya pembelajaran kontekstual tersebut, ciri-cirinya

antara lain (Kunandar, 2008:298): adanya kerjasama antar semua pihak;

menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem; bermuara

pada keragaman konteks kehidupan siswa yang berbeda; saling

menunjang; menyenangkan dan tidak membosankan; belajar dengan

bergairah; pembelajaran terintegrasi; menggunakan berbagai sumber;

siswa aktif; sharing dengan teman; siswa kritis dan guru kreatif; dinding

kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa: peta, gambar,

artikel, humor, dan sebagainya; loparan kepada orang tua bukan hanya

rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa,

dan sebagainya.

C. Keterampilan Berkomunikasi 1. Pengertian Komunikasi

Semua orang belajar menjadi manusia melalui komunikasi. Sejak

kecil manusia berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya, kemudian

terbentuklah perlahan-lahan kepribadiannya. Komunikasi merupakan

pristiwa sosial yang dapat menumbuhkan hubungan sosial yang baik.

Komunikasi menentukan kualitas hidup kita. Kualitas hidup kita, dan

hubungan dengan sesama manusia dapat ditingkatkan dengan memahami

(49)

berkomunikasi adalah kemampuan membina hubungan dengan sesama.

Komunikasi membantu seseorang memahami orang lain, dan membantu

orang lain memahami dirinya. Komunikasi menyentuh segala aspek

kehidupan manusia. Dengan komunikasi, kita dapat membentuk saling

pengertian, menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang,

menyebarkan pengetahuan, dan melestarikan peradaban.

Menurut Johnson (Supraktiknya, 1995:30), pengertian komunikasi

secara luas adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal

maupun non verbal yang ditanggapi oleh orang lain. Komunikasi

mencakup pengertian yang lebih luas dari sekedar wawancara. Setiap

bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga juga

merupakan sebentuk komunikasi. Secara sempit, komunikasi diartikan

sebagai pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih

penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah laku si

penerima.

2. Keterampilan Dasar Berkomunikasi

Johnson (Supratiknya, 1995:10), menjelaskan beberapa

keterampilan dasar berkomunikasi, yaitu sebagai berikut:

a. Harus mampu saling memahami satu sama lain. Secara rinci,

kemampuan ini mencakup beberapa sub kemampuan, yaitu sikap

percaya, pembukaan diri, keinsafan diri, dan penerimaan diri.

b. Harus mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kita

(50)

kemampuan menunjukan sikap hangat dan rasa senang serta

kemampuan mendengarkan dengan cara yang akan menunjukan

bahwa kita memahami lawan komunikasi kita.

c. Harus saling mampu menerima dan saling memberi dukungan atau

saling menolong. Kita harus mampu menanggapi keluhan orang

lain dengan cara-cara yang bersifat menolong, yaitu menunjukan

sikap memahami dan bersedia menolong dan sambil memberikan

bombongan dan contoh seperlunya, agar orang tersebut mampu

menemukan pemecahan-pemecahan yang konstruktif terhadap

masalahnya.

d. Harus mampu memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah

antar pribadi lain yang mungkin muncul dalam komunikasi kita

dengan orang lain, melalui cara-cara konstruktif. Artinya dengan

cara-cara yang semakin mendekatkan kita dengan lawan

komunikasi kita dan menjadikan komunikasi kita itu semakin

tumbuh dan berkembang.

3. Bentuk-Bentuk Komunikasi

Makmun (2015:12) menjabarkan bentuk-bentuk komunikasi

sebagai berikut:

a. Komunikasi Vertikal

Komunikasi vertikal adalah komunikasi dari atas ke bawah

dan dari bawah ke atas atau komunikasi dari pimpinan ke bawahan

(51)

b. Komunikasi Horisontal

Komunikasi horisontal adalah komunikasi secara mendatar,

misalnya komunikasi antara karyawan dengan karyawan dan

komunikasi ini sering kali berlangsung tidak formal yang berlainan

dengan komunikasi vertikal yang terjadi secara formal.

c. Komunikasi Diagonal

Komunikasi diagonal yang sering juga dinamakan

komunikasi silang yaitu seseorang dengan orang lain yang satu

dengan yang lainnya berbeda dalam kedudukan dan bagian.

Sedangkan Suwardi (2010:46) membagi komunikasi menjadi dua

bentuk.

a. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi menggunakan bahasa.

Bahasa merupakan alat yang dimiliki bersama untuk

mengungkapkan gagasan.

b. Komunikasi Non verbal

Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang tidak

menggunakan kata-kata. Komunikasi ini menggunakan gerak tubuh

atau bahasa tubuh (senyuman, sorotan mata, kerutan kening, dan

sebagainya), menggunakan lambang, gambar, isyarat, dan

(52)

4. Jenis-Jenis Komunikasi

Menurut Makmun (2015:14) proses komunikasi bisa terjadi dalam

diri seorang individu, dengan orang lain, dan kumpulan-kumpulan

manusia dalam proses sosial. Berdasarkan pendapat tersebut, Burgon &

Huffer (2002) membuat klasifikasi tiga jenis komunikasi, yaitu:

a. Komunikasi Intrapersonal, yaitu proses komunikasi yang terjadi di

dalam diri individu (internal). Contohnya adalah kegiatan

merenung, berpikir, berdialog dengan diri sendiri, baik dalam

keadaan sadar maupun tidak.

b. Komunikasi Interpersonal, yaitu proses komunikasi yang terjadi

antara satu individu dan individu lain sehingga memerlukan

tanggapan (feedback) dari orang lain. Contohnya, perbincangan

dengan keluarga, pasangan, teman, rekan kerja, tetangga, dan

sebagainya.

c. Komunikasi Massa, yaitu proses komunikasi yang dilakukan

kepada sekumpulan manuasia dimana didalamnya terdapat proses

sosial, baik melalui media massa atau langsung, dan bersifat satu

arah (one way communication). Contohnya adalah kegiatan

komunikasi (penyebaran informasi) yang terjadi di hadapan

sekumpulan massa, melalui televisi, radio, media internet, media

(53)

5. Fungsi Komunikasi

Menurut Makmun (2015:15) manusia tanpa berkomunikasi dengan

manusia lain adalah manusia yang penuh derita. Tanpa komunikasi,

manusia dapat berubah dari manusia normal menjadi manusia agresif

atau depresif. Sebaliknya, manusia yang mempunyai banyak masalah

dapat meringankan pikiran dan perasaannya, setelah ia mau

berkomunikasi dalam bentuk “curhat” pada sahabatnya, atau konseling

ke ahlinya. Hal ini tercakup dalam fungsi komunikasi berikut:

a. Kendali: komunikasi bertindak untuk mengendalikan prilaku

anggota dalam beberapa cara, setiap organisasi mempunyai

wewenang dan garis panduan formal yang harus dipatuhi oleh

karyawan.

b. Motivasi: komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan

menjelaskan kepada para karyawan apa yang harus dilakukan

bagaimana mereka bekerja baik dan apa yang dapat dikerjakan

untuk memperbaiki kinerja jika itu di bawah standar.

c. Pengungkapan emosional: bagi banyak karyawan kelompok kerja

mereka merupakan sumber utama untuk interaksi sosial,

komunikasi yang terjadi di dalam kelompok itu merupakan

mekanisme fundamental dimana anggota-anggota menunjukan

kekecewaan dan rasa puas mereka oleh karena itu komunikasi

menyiarkan ungkapan emosional dari perasaan dan pemenuhan

(54)

d. Informasi: menurut Robbins (Makmun, 2015:16) komunikasi

memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok

untuk mengambil keputusan dengan meneruskan data guna

mengenai dan menilai pilihan-pilihan alternatif.

D. Integritas Pribadi (Kejujuran) 1. Pengertian Kejujuran

Sebelum mempelajari pengertian kejujuran, terlebih dahulu

hendaknya mengetahui apa itu integritas. Integritas berasal dari bahasa

latin integer, yang berarti keseluruhan, lengkap. Dalam konteks ini,

integritas merupakan makna dalam (inner sense) dari keseluruhan yang

berasal dari kualitas suatu karakter seperti kejujuran dan konsistensi

Wikipedia (Yaumi, 2014:66). Dengan demikian, integritas adalah suatu

konsep tentang konsistensi tindakan, nilai-nilai, metode, ukuran,

prinsip-prinsip, harapan, dan hasil. Dalam hubungannya dengan etika, integritas

selalu dirujuk pada kejujuran, kepercayaan, atau ketepatan dari tindakan

seseorang dan dikontraskan dengan kemunafikan atau bermuka dua.

Yaumi (2014:66) menjelaskan bahwa integritas adalah integrasi antara

etika dan moralitas, semakin terintegrasi, semakin tinggi level integritas

yang ada. Dengan demikian, integritas dapat menghasilkan sifat

keteladanan seperti kejujuran, etika, dan moral.

Dalam penelitian ini, peneliti lebih berfokus pada salah satu sifat

(55)

harus diterapkan dalam proses pembelajaran. Kejujuran ini perlu

diterapkan disetiap mata pelajaran dan merupakan pencerminan dalam

kehidupan sehari-hari. Untuk itu sekolah perlu membuat peraturan untuk

meningkatkan kejujuran siswa.

Thomas Jefferson (Yaumi, 2014:65) mendefinisikan kejujuran

adalah bab pertama dalam buku tentang kebijaksanaan. Nilai kejujuran

sangat penting sehingga dianggap sebagi bagian pertama dan yang utama

dari bagian yang lainnya.

Menurut Friedrich (Yaumi, 2014:65) kejujuran dapat

memakmurkan setiap kondisi kehidupan. Kejujuran dapat

mengembangkan kondisi kehidupan ke arah yang lebih baik, tanpa

kejujuran kondisi kehidupan pasti terganggu dan dapat membawa

dampak pada kemunduran dari segala apa yang dilakukuan.

Jujur merupakan keputusan seseorang untuk mengungkapkan

realitas yang ada dan tidak dimanipulsai dengan cara berbohong atau

menipu orang lain untuk keuntungan dirinya. Dalam pembangunan

karakter di sekolah, kejujuran menjadi sangat penting untuk mendidik

karakter anak-anak bangsa. Karakter jujur dapat dilihat secara langsung

di dalam kelas, semisal ketika siswa melaksankan ujian. Perbuatan

mencotek mencerminkan perbuatan anak yang tidak jujur kepada diri,

(56)

2. Komponen-Komponen Karakter yang Baik

Menurut Lickona (2013:75) ada enam pengetahuan moral yang

diharapkan dapat menjadi tujuan pendidikan karakter:

a. Kesadaran moral

Tanggung jawab moral pertama seseorang adalah

menggunakan akal mereka untuk melihat kapan sebuah situasi

membutuhkan penilaian moral kemudian memikirkan dengan

cermat pertimbangan apakah yang benar untuk tindakan tersebut.

b. Mengetahui nilai-nilai moral

Nilai moral seperti menghormati kehidupan, dan

kemerdekaan, bertanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran,

keadilan, toleransi, sopan santun, disiplin diri, integritas, belas

kasih, kedermawanan, dan keberanian adalah faktor penentu dalam

membentuk pribadi yang baik.

c. Pengambilan perspektif

Pengambilan perspektif adalah kemampuan untuk mengambil

sudut pandang orang lain, melihat situasi dari sudut pandang orang

lain, membayangkan bagaimana mereka akan berfikir, berkreasi,

dan marasa.

d. Penalaran moral

Penalaran moral adalah memahami makna sebagai orang

yang bermoral dan mengapa kita harus bermoral. Seiring dengan

(57)

bahwa perkembangan terjadi secara bertahap. Meraka akan

mempelajari mana yang akan termasuk sebagai nalar moral dan

mana yang tidak ketika mereka akan melakukan sesuatu.

e. Membuat keputusan

Mampu memikirkan langkah yang mungkin akan diambil

seseorang yang sedang menghadapi persoalan moral disebut

sebagai keterampilan pengambilan keputusan.

f. Memahami diri sendiri

Membangun pemahaman diri berarti sadar terhadap kekuatan

dan kelemahan karakter kita dan mengetahui cara untuk

memperbaiki kelemahan tersebut.

Dari ke enam pengetahuan moral di atas, maka akan menimbulkan

adanya perasaan moral, di antaranya adalah:

a. Hati nurani

Hati nurani memiliki dua sisi, yaitu sisi kognitif dan sisi

emosional. Sisi kognitif menuntun kita dalam menentukan hal yang

benar, sedangkan sisi emosional menjadikan kita merasa

berkewajiban untuk melakukan hal yang benar.

b. Penghargaan diri

Jika kita memiliki penghargaan diri yang sehat, kita akan

dapat menghargai diri sendiri. Dan, jika kita menghargai diri

(58)

demikian, kecil kemungkinan bagi kita untuk merusak tubuh atau

pikiran kita atau membiarkan orang lain merusaknya.

c. Empati

Empati adalah kemampuan mengenali, atau merasakan,

keadaan yang tengah diamati orang lain. Empati merupakan sisi

emosional dari pengambilan perspektif.

d. Mencintai kebaikan

Jika orang mencintai kebaikan, meraka akan merasa senang

melakukan kebaikan. Cinta akan melahirkan hasrat, bukan hanya

kewajiban.

e. Kon

Gambar

Tabel 5.10 Hasil Uji Korelasi Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran
Tabel 3.1 Nama dan Alamat Lokasi Penelitian
Tabel 3.2 Data SMA yang Menerapkan Kurikulum 2006 se-Kabupaten Bantul
Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Tingkat Keterlaksanaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ada yang memahami ayat ini sebagai sesuatu peristiwa yang pernah di alami oleh manusia yang terjadi dalam alam ad-dzar, ketika itu Allah mengeluarkan dari sulbi adam seluruh anak

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada perbedaan saturasi oksigen, frekwensi nadi, frekwensi nafas sebelum

Skripsi ini membahas mengenai desentraslisasi fiskal dan kinerja ekonomi Sumatera Barat yang dilihat dari pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, jumlah penduduk miskin,

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis, yaitu pendekatan yang menekankan pada aspek hukum berkenaan dengan rumusan permasalahan yang dibahas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan morfologi pertumbuhan antara jati yang diberi pemaparan suara belalang “kecek” termanipulasi pada peak

Untuk meningkatkan kinerja perawat pelaksana diharapkan adanya perhatian lebih rumah sakit terhadap kualitas kehidupan kerja perawat terutama komunikasi yang merupakan komponen

Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan penulisan, bagian pertama bab ini memuat beberapa definisi yang merupakan pengertian dasar dalam teori graf dan konsep

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat beban kerja pada pekerja di unit steel melting yang memuat gambaran secara keseluruhan aktivitas