• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa : survey pada siswa kelas XII IIS SMA di wilayah Kabupaten Bantul yang menerapkan kurikulum 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa : survey pada siswa kelas XII IIS SMA di wilayah Kabupaten Bantul yang menerapkan kurikulum 2013."

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT KETERLAKSANAAN

PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATERI AKUNTANSI

DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN

KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA

Survey pada Siswa Kelas XII IIS SMA di wilayah Kabupaten Bantul yang

Menerapkan Kurikulum 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Kornelia Venti Kristarina

NIM: 131334099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus, Bunda Maria, Eyang-Eyang, dan Budhe/Pakdhe di surga

Kedua orangtuaku, Ibu Diana dan Bapak Chris

(5)

v

MOTTO

Fiat voluntas tua, sicut in caelo in terra.” (Luke 11:2)

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATERI AKUNTANSI

DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA

Survey pada Siswa Kelas XII IIS SMA di wilayah Kabupaten Bantul yang Menerapkan Kurikulum 2013

Kornelia Venti Kristarina Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dan kecerdasan emosional siswa; 2) hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dan keterampilan berpikir kreatif siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2017 dengan responden siswa SMA kelas XII IIS di Kabupaten Bantul yang menerapkan kurikulum 2013. Dari populasi penelitian sebanyak 464 siswa, diambil sampel penelitian sebanyak 210 siswa dengan teknik Cluster Sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan korelasi Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) ada hubungan positif antara tingkat keterlaksananaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dan kecerdasan emosional siswa (Spearman’s rho = 0,268; nilai Sig. (1-tailed) = 0,000 < α =

(9)

ix

ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN ACTIVE LEARNING FULFILLMENT LEVEL ON ACCOUNTING WITH STUDENT EMOTIONAL INTELLIGENCE AND

CREATIVE THINKING SKILLS

A Survey on the Twelfth Grade Students of Social Sciences Department of Senior High School Based on 2013 Curriculum in Bantul Regency

Kornelia Venti Kristarina Sanata Dharma University

2017

This study aims to find out: 1) correlation between fulfillment level of active learning in accounting and student emotional intelligence; 2) correlation between fulfillment level of active learning in accounting and student creative thinking skills.

This study is a correlation research which was conducted from January to March 2017 on the twelfth grade students of Social Sciences Department of Senior High School based on 2013 curriculum in Bantul Regency. The population were 464 students, and the samples were 210 students taken by Cluster Sampling technique. The data were collected by using questionnaires and analyzed by using Spearman correlation.

The result shows that: 1) there is a positive correlation between fulfillment level of active learning in accounting and student emotional intelligence (Spearman’s rho = 0,268; Sig. (1-tailed) score = 0,000 < α = 0,01); 2) there is a positive correlation between fulfillment level of active learning in accounting and student creative thinking skills (Spearman’s rho = 0,236; Sig. (1-tailed) score =

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih karena

berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Hubungan Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif pada Materi Akuntansi

dengan Kecerdasan Emosional dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa” dengan

lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini telah mendapatkan

banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kepala Program Studi Pendidikan

Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi.

3. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen

Pembimbing skripsi. Ibu terima kasih untuk doa, bimbingan, serta bantuannya

selama ini, terima kaih pula untuk motivasi, nasihat, kesabaran, dan perhatian

yang telah ibu berikan kepada saya.

4. Dosen penguji, terima kasih atas saran dan kritik yang telah diberikan

(11)

xi

5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan

banyak pengetahuan dan ilmu selama proses perkuliahan.

6. Karyawan kesekretariatan Program Studi Pendidikan Akuntansi terkhusus Ibu

Aris yang telah memberikan bimbingan dan pelayanan selama perkuliahan.

7. Orang tua penulis Ibu Catharina Diana Pujiastuti dan Bapak Chrisantus Setyo

Nugroho yang tidak lelah selalu mendoakan, mendukung, menyemangati dan

memperhatikan selama proses perkuliahan hingga penyusunan skrispsi.

8. Adik penulis Marcellinus Adityas Nugrananda, Jessy (dan anak-anaknya) atas

kesabaran dan dukungan selama ini.

9. Partner terbaik Chrisopras Orizano Inmawidhar terima kasih atas mouse ajaib

dan dukungan selama proses penyusunan skripsi.

10.Teman-teman satu wilayah penelitian dan bimbingan skripsi, Ira, Deddy,

Mandala, Purwoko Ria, Irma, Monel, Irene, Agnes, Leni, Yeri, Manda, Desy,

dan juga Helena PAK 12 yang telah saling membantu, menyemangati,

mendukung, memberi masukan, dan saran selama proses penyelesaian skripsi.

11.Sahabat-sahabat penulis Ayu, Stephani, Anas, Rosa, Stella, Vina, Sely, Kikik,

Ara, Alma, Puspa, Anggata, Izhal, dan Tommy atas bantuan, sharing, guyon,

dan hiburan yang dapat selalu memberi semangat.

12.Rekan-rekan seperjuangan Pendidikan Akuntansi angkatan 2013 yang telah

saling membantu dan mendukung selama proses perkuliahan hingga

(12)

xii

13.Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia

melalui program beasiswa Bidikmisi yang telah banyak memberi bantuan dana

perkuliahan dan uang saku sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.

14.Semua pihak yang memberi dukungan, bimbingan, bantuan, serta motivasi

kepada penulis dari awal perkuliahan dan penyusunan hingga selesainya

skripsi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan, keterbatasan, dan jauh dari kata sempurna maka dari itu penulis

bersedia menerima kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga

skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan kita semua.

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Batasan Masalah ... 4

C.Rumusan Masalah ... 4

D.Tujuan Penelitian ... 4

(14)

xiv

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A.Pembelajaran Aktif ... 6

B.Kecerdasan Emosional ... 14

C.Keterampilan Berpikir Kreatif ... 20

D.Persepsi Siswa ... 29

E. Kurikulum 2013 ... 30

F. Kerangka Berpikir ... 35

G.Model Penelitian ... 36

H.Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN... 38

A. Jenis Penelitian ... 38

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 39

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 39

E. Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel ... 42

F. Teknik Pengumpulan Data ... 48

G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 48

H. Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 63

A.SMAN 1 Sewon ... 63

B.SMAN 1 Sedayu ... 67

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 72

(15)

xv

B.Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 77

C.Pengujian Hipotesis ... 78

D.Pembahasan ... 81

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 88

A.Kesimpulan ... 88

B.Keterbatasan ... 88

C.Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Nama Sekolah dan Jumlah Siswa ... 39

Tabel 3.2 Nama Sekolah dan Jumlah Sampel ... 41

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif ... 43

Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional ... 44

Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Keterampilan Berpikir Kreatif ... 46

Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif ... 50

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Kecerdasan Emosional ... 51

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Keterampilan Berpikir Kreatif ... 52

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Kedua Validitas Instrumen Variabel Keterampilan Berpikir Kreatif ... 53

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Ketiga Validitas Instrumen Variabel Keterampilan Berpikir Kreatif ... 54

Tabel 3.11 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 55

Tabel 3.12 Nilai Persentil PAP tipe II ... 57

Tabel 3.13 Rentang Variabel Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif ... 58

Tabel 3.14 Rentang Variabel Kecerdasan Emosional ... 59

Tabel 3.15 Rentang Variabel Keterampilan Berpikir Kreatif ... 59

(17)

xvii

Tabel 4.1 Jumlah Guru dan Pegawai SMAN 1 Sewon ... 65

Tabel 4.2 Jumlah Siswa SMAN 1 Sewon ... 66

Tabel 4.3 Jumlah Siswa SMAN 1 Sedayu ... 71

Tabel 5.1 Responden Penelitian ... 72

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Asal Sekolah ... 72

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin ... 73

Tabel 5.4 Status Sekolah Asal Siswa ... 73

Tabel 5.5 Deskripsi Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif ... 74

Tabel 5.6 Deskripsi Kecerdasan Emosional... 75

Tabel 5.7 Deskripsi Keterampilan Berpikir Kreatif ... 76

Tabel 5.8 Hasil Uji Normalitas Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif pada Materi Akuntansi dan Kecerdasan Emosional Siswa ... 77

Tabel 5.9 Hasil Uji Normalitas Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif pada Materi Akuntansi dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa ... 77

Tabel 5.10 Hasil Uji Korelasi Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif pada Materi Akuntansi dan Kecerdasan Emosional Siswa ... 79

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kuesioner Instrumen Penelitian ... 93

Lampiran II Data Induk Penelitian ... 101

Lampiran III Tabel r ... 114

Lampiran IV Data Jumlah Siswa Dinas Pendidikan Kab. Bantul ... 121

Lampiran V Uji Validitas ... 123

Lampiran VI Uji Reliabilitas ... 129

Lampiran VII Uji Normalitas ... 131

Lampiran VIII Uji Korelasi Spearman ... 133

Lampiran IX Surat Ijin Penelitian ... 135

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan berperan penting dalam membentuk karakter dan

perilaku seseorang. Hal tersebut tercantum dalam Undang-Undang RI No.

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, fungsi pendidikan

nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam sistem pendidikan

di Indonesia, pendidikan ditempuh melalui jenjang sekolah sampai

perguruan tinggi. Selama kurun waktu menimba ilmu tersebut pendidikan

mempunyai andil yang besar dalam memberikan pelayanan sesuai bakat,

minat, dan kemampuan peserta didik. Hal-hal tersebut terfasilitasi oleh

sekolah melalui kurikulum yang telah didesain sedemikian rupa oleh

pemerintah. Jalannya proses pembelajaran diatur oleh kurikulum yang

diterapkan di suatu sekolah.

Sistem pendidikan di sekolah-sekolah di Indonesia sendiri saat ini

sudah banyak menganut kurikulum 2013. Pendekatan yang diterapkan

pada kurikulum 2013 dapat mengembangkan proses berpikir siswa melalui

pembelajaran di dalam kelas. Suatu pembelajaran diciptakan supaya

tujuan-tujuan pembelajaran dapat tercapai dan di dalamnya melibatkan

kesiapan mental dan tindakan peserta didik itu sendiri. Kelas yang dapat

melibatkan siswa untuk mempertajam fungsi-fungsi berpikir, dan

(21)

kecerdasan yang mereka miliki dapat diperoleh dalam kelas yang aktif.

Pembelajaran aktif sejalan dengan tujuan diterapkannya kurikulum 2013,

pembelajaran yang berpusat pada siswa diharapkan dapat menjadi sarana

yang menyenangkan, mendukung, dan secara pribadi menarik hati.

Kesadaran akan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik

didasari pada pemahaman bahwa setiap anak memiliki potensi yang

berbeda-beda.

Berbicara mengenai kecerdasan seseorang, dalam makna paling

harfiah, Oxford English Dictionary mendefinisikan emosi sebagai “setiap

kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental

yang hebat atau meluap-luap”. Menurut Sylwester (dalam Hollingsworth

dan Lewis, 2008:vii) emosi sangatlah penting dalam proses pendidikan

karena hal itulah yang membangkitkan perhatian, yang kemudian akan

membangkitkan pembelajaran dan daya ingat. Dewasa ini dalam proses

pendidikan tidak melulu melihat kecerdasan dari sisi intelektual,

pembelajaran aktif diperlukan setidaknya untuk menambah gairah belajar,

juga untuk menunjukkan rasa hormat terhadap perbedaan-perbedaan

individu dan berbagai macam intelegensia, salah satunya emotional

inteligence atau lebih dikenal dengan kecerdasan emosional.

Pembelajaran aktif dapat membantu siswa dalam pembentukan

cara berpikir kreatif, selama mengenyam pendidikan di bangku sekolah

siswa belajar mengembangkan kemampuan berpikir. Pada saat kegiatan

(22)

yang harus dilakukan. Mereka menggunakan otak mereka untuk

mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah, dan

menerapkan apa yang mereka pelajari yang diharapkan dapat

meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki tingkat

keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan

kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA di

Kabupaten Bantul. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bantul dengan

alasan, beberapa SMA di wilayah Kabupaten Bantul telah menerapkan

kurikulum 2013 dan penulis pernah melaksanakan Program Pengalaman

Lapangan (PPL) di salah satu SMA yang telah menerapkan kurikulum

2013 di Kabupaten Bantul, yang menurut penulis dalam pelajaran ekonomi

(akuntansi) guru telah mengupayakan pembelajaran aktif.

Pengalaman penulis mengenai penerapan pembelajaran aktif yang

telah penulis rasakan saat menjalani PPL bahwa guru sepenuhnya

memusatkan pembelajaran kepada siswa. Siswa dituntut untuk dapat

mencari, mempelajari, mengolah informasi, menyimpulkan, dan

menyampaikannya bersama siswa-siswa lainnya. Semua proses tersebut

berada di bawah pengawasan guru dan kegiatan pembelajaran berlangsung

melalui siswa itu sendiri juga dalam kelompok-kelompok kecil. Guru

dalam mengawali pembelajaran di dalam kelas hanya menyampaikan

tujuan serta materi yang akan dipelajari oleh siswa, selebihnya proses

(23)

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan judul

penelitian “Hubungan Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif pada

Materi Akuntansi dengan Kecerdasan Emosional dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa”. Penelitian ini akan dilakukan pada siswa SMA di

wilayah Kabupaten Bantul yang menerapkan kurikulum 2013.

B. Batasan Masalah

Untuk lebih mengarahkan penelitian yang dilakukan, maka peneliti

membatasi ruang lingkup masalah mengenai persepsi siswa tentang

hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi

dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan

masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan

pembelajaran aktif pada materi akuntansi dan kecerdasan emosional

siswa?

2. Apakah ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan

pembelajaran aktif pada materi akuntansi dan keterampilan berpikir

kreatif siswa?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan

(24)

1. Hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif

pada materi akuntansi dan kecerdasan emosional siswa.

2. Hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif

pada materi akuntansi dan keterampilan berpikir kreatif siswa.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi guru

ekonomi dalam penerapan pembelajaran aktif pada proses

pembelajaran.

2. Manfaat Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi para guru

dalam penerapan pembelajaran aktif di semua mata pelajaran.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan

pengalaman lebih pada peneliti khususnya berkaitan dengan tingkat

keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan

kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa.

4. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti

selanjutnya untuk menggali fakta terkait dengan pembelajaran aktif

(25)
(26)

Siswa belajar secara aktif ketika mereka secara terus-menerus

terlibat, baik secara mental ataupun secara fisik. Pembelajaran aktif itu

penuh semangat, hidup, giat, berkesinambungan, kuat, dan efektif.

Pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika siswa

bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman

yang dialami (Hollingsworth dan Lewis, 2008:viii). Sedangkan

pembelajaran aktif menurut Hamzah dan Nurdin (2012:77) merupakan

proses pembelajaran ketika siswa diharapkann aktif terlibat dalam

kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk

mencoba, menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya.

Aktivitas pengalaman betul-betul membantu membuat

pembelajaran aktif. Aktivitas semacam itu secara khusus melibatkan

bermain peran, games (permainan), simulasi, dan tugas problem

solving. Seringkali jauh lebih baik peserta didik untuk mengalami

sesuatu daripada sekedar mendengarkan dan membicarakannya.

Dengan menggunakan teknik-teknik pembelajaran aktif cenderung

mengurangi problem manajemen kelas yang seringkali mengganggu

pengajar yang betul-betul merasa berat pada ceramah dan diskusi

kelompok besar.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan

keterlaksanaan pembelajaran aktif adalah strategi pembelajaran yang

telah dilaksanakan oleh sekolah dengan melibatkan siswa yang dituntut

(27)

memahami dan memecahkan masalahnya sendiri dengan keterampilan

yang dimiliki untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Membuat Peserta Didik Aktif Sejak Dini

Menurut Silberman (2002:39-40) ketika memulai pelajaran, maka

sangat penting membuat para peserta didik agar aktif sejak awal.

Berbagai kegiatan pembuka struktur pembelajaran dibuat agar peserta

didik lebih mengenal, menggerak-gerakkan, membangkitkan pikiran,

dan memancing perhatian mereka terhadap mata pelajaran. Pada

saat-saat paling awal pembelajaran aktif, ada tiga tujuan penting yang harus

diapai. Tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Team building (membangun tim); bantulah peserta didik menjadi

kenal satu sama lain dan ciptakan semangat kerjasama dan saling

bergantung.

b. Penegasan; pelajarilah sikap, pengetahuan, dan pengalaman peserta

didik.

c. Keterlibatan belajar seketika; bangkitkan minat awal pada mata

pelajaran.

Semua tujuan ini, ketika tercapai, membantu mengembangkan

lingkungan belajar yang melibatkan peserta didik, mengembangkan

kemauan mereka untuk berperan serta dalam pengajaran aktif,

(28)

4. Penerapan Pembelajaran Aktif kepada Peserta Didik

Silberman (2002:99-100) menyatakan bahwa pendidikan pada

semua tingkatan terkait dengan memperoleh pengetahuan (knowledge),

keterampilan (skills), dan sikap (attitudes). Belajar (pengetahuan)

kognitif meliputi mendapatkan infomasi dan konsep. Itu dilakukan

tidak hanya memahami pelajaran namun juga dengan menganalisis dan

menerapkannya terhadap berbagai situasi baru. Belajar (sikap) afektif

melibatkan pengujian dan klarifikasi perasaan dan preferensi. Para

peserta didik dilibatkan dalam menilai diri mereka sendiri dan

hubungan personalnya terhadap pelajaran.

Dalam pembelajaran aktif suatu informasi, keterampilan, dan sikap

terjadi lewat suatu proses pencarian. Para peserta didik lebih berada

dalam suatu bentuk pencarian daripada sebuah bentuk reaktif

(reactive). Yakni, mereka mencari jawaban terhadap pertanyaan baik

yang ditentukan kepada mereka maupun yang ditentukan oleh mereka.

Mereka mencari solusi terhadap permasalahan yang telah ditantang

oleh guru agar mereka selesaikan. Mereka tertarik untuk memperoleh

informasi atau keterampilan guna menyempurnakan tugas-tugas yang

diberikan kepada mereka, dan mereka dihadapkan dengan berbagai

masalah yang memaksa mereka menguji apa yang mereka yakini dan

nilai. Semua ini terjadi ketika peserta didik diatur dalam berbagai tugas

dan kegiatan yang sangat mendorong mereka untuk berpikir, bekerja,

(29)

Suasana pengelolaan kelas dapat dilihat sebagai gabungan antara

praktik dan prosedur yang digunakan untuk menciptakan lingkungan

belajar yang aman dan bersifat mengembangkan kemampuan serta

memaksimalkan waktu belajar. Pengelolaan kelas yang termasuk

dalam praktik dan prosedur adalah aturan perilaku, strategi

pengelolaan waktu, prosedur untuk mengatur dan mengorganisir grup

secara efektif, prosedur untuk membagi dan mengumpulkan materi

secara efisien.

5. Bagaimana Belajar Agar Tidak Lupa

Menurut Silberman (2002:237-238) sebagian pengajar

menyampaikan materi hingga saat-saat akhir waku pelajaran, semester,

atau kursus studi. Alasan mengajar sampai akhir sering menyebabkan

penyembunyian, penyamaran, dan penghamburan mengenai informasi,

topik dan materi pelajaran. Sebaliknya ketika pembelajaran aktif

berlangsung, ada kesempatan untuk memahami. Ketika waktu

digunakan untuk mengonsolidasikan apa yang telah dipelajari, ada

kesempatan untuk retensi (penyimpanan).

Di samping menyimpan apa yang telah dipelajari, juga penting

untuk mengecapnya. Seperti pengalaman, belajar dikecap ketika ada

kesempatan untuk merefleksikannya dan memberinya akhiran

emosional. Ada tindakan-tindakan positif yang dapat diambil untuk

menjadikan kelas berarti, dan mungkin, bahkan penutupan yang tidak

(30)

a. Strategi meninjau; berkaitan dengan cara-cara membantu peserta

didik mengingat ulang apa yang telah mereka pelajari, mengetes

pengetahuan dan kemampuan sekarang. Guru harus menemukan

strategi meninjau yang mendorong dan membantu peserta didik “menyimpan” pelajaran yang telah mereka peroleh.

b. Penilaian diri; berkaitan dengan cara-cara membantu peserta didik

menilai apa yang sekarang mereka ketahui, apa yang dapat mereka

lakukan sekarang, dan sikap apa yang seharusnya mereka pegangi.

Guru harus menemukan strategi penilaian yang membantu peserta

didik mengevaluasi kemajuan mereka.

c. Perencanaan masa depan; berkaitan dengan cara membantu peserta

didik mempertimbangkan apa yang akan mereka lakukan untuk

menggunakan apa yang telah mereka pelajari; guru harus

menemukan strategi perencanaan masa depan yang

mengonfrontasikan peserta didik dengan fakta bahwa belajarnya

tidak berhenti di ruangan kelas.

d. Sentimen akhir; berkaitan dengan cara membantu peserta didik

mengenang pengalamannya dan menemukan strategi yang

membantu menutup pelajaran dan memudahkan peserta didik

mengatakan goodbye.

6. Indikator Pembelajaran Aktif

Menurut Zulfahmi (2013:278-284) indikator-indikator

(31)

a. Pembelajaran hendaknya berpusat pada siswa (student centered).

Oleh sebab itu, materi pembelajaran hendaknya dikaitkan dengan

kebutuhan, minat, dan orientasi siswa dalam kehidupan nyata. Jika

materi pembelajaran hanya perlu dalam pandangan guru, siswa

tidak akan berpartisipasi aktif dalam proses dan pemerolehan hasil

belajarnya.

b. Pembelajaran hendaknya didasarkan atas tujuan yang jelas dan

dipahami siswa. Guru hendaknya mengomunikasikan tujuan

pembelajaran sebelum proses pembelajaran dilaksanakan. Tanpa

kejelasan tujuan, siswa tidak mungkin terlibat aktif dalam proses

dan pemerolehan hasil belajarnya.

c. Pembelajaran aktif hanya dimungkinkan jika siswa dihadapkan

pada suatu masalah yang perlu dipecahkan sehingga siswa

melakukan proses penemuan.

d. Siswa hendaknya memiliki rambu-rambu yang jelas.

Rambu-rambu tersebut dirumuskan bersama oleh guru dan siswa, atau

dirumuskan guru namun disetujui, dikomunikasikan, dan dipahami

siswa.

e. Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang memungkinkan

siswa mengaitkan pengalaman dan pengetahuan siap yang telah

dimilikinya dengan pengalaman baru yang ditawarkan guru dalam

(32)

f. Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang memungkinkan

adanya perspektif atau pandangan baru siswa tentang topik atau

materi pembelajaran. Perspektif baru tentang topik atau materi

hendaknya bukan karena dijejalkan guru, tetapi sesuai dengan

pengalaman ketika melakukan proses penemuan.

g. Pembelajaran aktif hendaknya memungkinkan berkembangnya

konstelasi nilai dan asumsi dari berbagai disiplin ilmu dalam diri

siswa.

h. Pembelajaran aktif hendaknya memungkinkan siswa

mengembangkan sikap terbuka terhadap hasil pembelajarannya.

Artinya, siswa memahami hasil-hasil pembelajaran yang telah

dicapai sesuai dengan topik dan menyadari hal-hal apa yang belum

dipahami.

i. Pembelajaran aktif memerlukan media yang layak. Karakteristik

utama media yang diperlukan siswa adalah media yang

memungkinkan siswa mengembangkan kemampuannya.

j. Pembelajaran hanya dimungkinkan jika siswa memiliki kesadaran

bahwa dirinya merupakan subyek yang bertanggung jawab secara

mandiri, baik dalam proses maupun pemerolehan hasil belajarnya.

Faktor kesadaran dan tanggung jawab individual siswa merupakan

faktor yang penting karena siswa akan aktif memillih,

merencanakan, melaksanakan, dan mempertanggungjawabkan,

(33)

k. Pembelajaran tidak hanya melibatkan aktivitas fisik dan mental

tetapi juga keseluruhan indera. Seluruh faktor tersebut akan

digerakkan jika siswa menempuh prinsip belajar sambil berbuat

dan belajar melalui mengalami.

l. Pembelajaran bukan hanya melibatkan aktivitas belahan otak

sebelah kanan namun juga kiri. Faktor kesadaran dan ambang sadar

hendaknya dikembangkan secara maksimal

m. Interaksi sosal, baik antara siswa-guru, siswa-siswa lainnya, siswa

lingkungan merupakan manifestasi kemandirian dan tanggung

jawab individu dalam konteks kebersamaan melalui kerja sama.

n. Pembelajaran aktif dipengaruhi oleh umpan balik. Bagi siswa,

umpan balik dimanfaatkan untuk merefleksi apa yang telah

dipelajari, apa yang belum dikuasai, apa yang dapat direncanakan

dan dikerjakan pada masa mendatang untuk mengembangkan apa

yang telah dipelajari, dll. Bagi guru, umpan balik dapat

dimanfaatkan untuk mencermati kelemahan dan kekuatan

pembelajaran yang telah dilaksanakan dan mengembangkan

pembelajaran yang lebih baik pada masa mendatang.

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Akar kata emosi adalah movere, kata kerja Bahasa Latin yang berarti “menggerakan, bergerak”, ditambah awalan “e-“ untuk

(34)

bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Semua emosi, pada

dasarnya, adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk

mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur

oleh evolusi (Goleman: 2009).

Goleman (2009:45) menyatakan bahwa kecerdasan emosional

merupakan kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri

sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan

hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati

dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan

berpikir; berempati dan berdoa.

Para ahli sosiobiologi menunjuk pada keunggulan perasaan

dibandingkan nalar pada saat-saat kritis, mereka menyimpulkan

tentang mengapa evolusi menempatkan emosi sebagai titik pusat jiwa

manusia. Menurut para ahli tersebut, emosi menuntun kita menghadapi

saat-saat kritis dan tugas-tugas yang terlampau riskan bila hanya

diserahkan kepada otak. Berbeda dengan tes-tes untuk IQ yang sudah

dikenal, sampai sekarang belum ada tes tertulis tunggal yang menghasilkan “nilai kecerdasan emosional”. Landasan di balik tingkat

kemampuan ini tentu saja adalah saraf, tetapi sebagaimana akan kita

lihat, otak akan terus menerus belajar.

Orang dengan keterampilan emosional yang berkembang baik

berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam

(35)

produktivitas mereka; orang yang tidak dapat menghimpun kendali

tertentu atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan

batin yang merampas kemampuan mereka untuk memusatkan

perhatian pada pekerjaan dan memiliki pikiran yang jernih

2. Cara Melatih Emosi

Selain dilatih dalam pembelajaran di sekolah, kecerdasan

emosional atau emosi juga dilatih di dalam rumah melalui peran

orangtua dan keluarga. Di dalam keluarga, orangtua akan membina

hubungan dengan anak-anak sambil meningkatkan kecerdasan

emosional mereka. Pelatihan emosi terjadi dalam lima langkah,

langkah-langkah ini mencakup: (Gottman, 2008:73)

a. Menyadari Emosi Anak

Orangtua yang sadar terhadap emosi-emosi mereka sendiri

dapat menggunakan kepekaan mereka untuk menyelaraskan diri

dengan perasaan-perasaan anak mereka. Seringkali anak-anak

mengungkapkan emosi mereka secara tidak langsung dan dengan

cara-cara yang membingungkan orang-orang dewasa. Setiap kali

orangtua merasa berpihak pada anak, maka orangtua tahu apa yang

sedang dirasakan anak mereka, berarti orangtua sedang mengalami

(36)

b. Mengenali Emosi Sebagai Peluang untuk Menjadi Akrab dan untuk

Mengajar

Bagi banyak orangtua, mengenali emosi negatif anak-anak

dapat dijadikan peluang untuk menjalin ikatan dan mengajar,

orangtua dapat memandang amarah anak-anak sebagai suatu

tantangan. Dengan mengakui emosi-emosi anak, orangtua dapat

menolong mereka mempelajari keterampilan-keterampilan untuk

menghibur diri mereka sendiri, keterampilan-keterampilan yang

akan berguna bagi mereka untuk seumur hidup. Anak akan belajar

bahwa orangtua adalah sekutu dan memikirkan bagaimana caranya

bekerjasama.

c. Mendengarkan dengan Penuh Empati dan Menegaskan

Perasaan-Perasaan Anak

Mendengarkan dengan empati, menggunakan mata untuk

mengamati petunjuk fisik emosi-emosi anak. Orangtua diharapkan

dapat menggunakan kata-kata untuk merumuskan kembali, dengan

cara yang menenangkan dan tidak mengecam, apa yang didengar

dan untuk menolong anak memberi nama emosi-emosi mereka.

Paling penting adalah menggunakan hati untuk merasakan apa

yang sedang dirasakan oleh anak. Mendengarkan anak pada saat

emosional menyadarkan orangtua bahwa menyampaikan

(37)

daripada mengajukan penrtanyaan-pertanyaan menyelidik untuk

membuat percakapan berlangsung lancar.

d. Menolong Anak Memberi Label Emosi-Emosi dengan Kata-Kata

Langkah yang mudah dan sangat penting dalam pelatihan

emosi adalah menolong anak memberi nama emosi-emosi mereka

sewaktu emosi-emosi itu mereka alami. Menyediakan kata-kata

dapat menolong anak mengubah suatu perasaan yang tidak jelas,

menakutkan, dan tidak nyaman menjadi sesuatu yang tidak dapat

dirumuskan, sesuatu yang mempunyai batas-batas dan merupakan

bagian wajar dari kehidupan sehari-hari. Orangtua dapat membantu

membimbing anak menjajaki rangkaian emosinya.

e. Menentukan Batas-Batas, Menolong Anak Memecahkan Masalah

Setelah orangtua mau mendengarkan anak dan menolongnya

memberi nama serta memahami emosinya, orangtua dapat merasa

tertarik ke dalam suatu proses pemecahan masalah. Proses ini

memiliki lima tahap, yaitu: (1) menentukan batas-batas; (2)

menentukan sasaran; (3) memikirkan pemecahan yang mungkin;

(4) mengevaluasi pemecahan yang disarankan berdasarkan

nilai-nilai keluarga; dan (5) menolong anak memilih satu pemecahan.

3. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosinal

Salovey (dalam Goleman, 2009:57-59) menempatkan kecerdasan

(38)

yang dicetuskannya, seraya meperluas kemampuan ini menjadi lima

wilayah utama:

a. Mengenali emosi diri, yaitu kemampuan untuk memantau perasaan

dari waktu ke waktu. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan

kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan

perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang

perasaannya mempunyai kepekaan lebih tinggi akan perasaan

mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan

masalah pribadi.

b. Mengelola emosi, yaitu kemampuan untuk menghibur diri sendiri,

melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan.

Orang-orang yang buruk kemampuannya dalam keterampilan ini

akan terus-menerus bertarung melawan perasaan murung,

sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh

lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.

c. Memotivasi diri sendiri, yaitu kemampuan untuk menata emosi

sebagai alat untuk mencapai tujuan kaitannya untuk memotivasi

diri sendiri dan menguasai diri sendiri, menahan diri terhadap

kepuasan dan mengendalikan dorongan hati. Orang-orang yang

memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan

efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.

d. Mengenali emosi orang lain, yaitu kemampuan meneliti akar

(39)

Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial

yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan

atau dikehendaki orang lain.

e. Membina hubungan, yaitu merupakan keterampilan mengelola

emosi orang lain, meliputi keterampilan yang menunjang

popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antarpribadi.

Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang

apa pun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang

lain.

C. Keterampilan Berpikir Kreatif

1. Kreativitas

Kreativitas pada awalnya dipahami sebagai sesuatu yang langka,

sehingga hanya orang-orang tertentu yang memiliknya yaitu orang

yang diyakini telah mendapatkan anugerah Tuhan. Menurut James

Evan (dalam Hamzah dkk., 2014:105) hal ini sebagaimana ditunjukkan

oleh teori Spekulatif tentang kreativitas. Disebut Spekulatif karena

tidak didasari oleh kerangka keilmiahan yang memadai. Menurut teori

ini kreativitas dipandang sebagai:

a. Inspirasi ilahi

b. Sebuah bentuk kegilaan

c. Sebuah bentuk intuisi yang sangat dikembangkan

d. Sebuah manifestasi dari daya kreatif yang melekat dari dalam diri

(40)

e. Sebuah daya kosmis yang berpusat pada alam

Kreativitas pada awalnya sulit didefinisikan sehingga jarang

ditirukan definisinya. Sulitnya menemukan definisi kreativitas, antara

lain dikemukakan oleh Semiawan, dkk. (dalam Hamzah dkk.,

2014:105), bahwa kreativitas adalah suatu kondisi, sikap atau keadaan

yang sangat khusus sifatnya dan hampir tak mungkin dirumuskan

secara tuntas. Nampak bahwa kreativitas itu berupa potensi seseorang

yang masih sulit didefiniskan. Tetapi dengan berkembangnya

penelitian di bidang kepribadian dan majunya teknologi, kreativitas

tidak dianggap lagi sebagai milik orang-orang terpilih tetapi dimiliki

oleh semua orang sebagai potensi yang dapat dikembangkan. Snyder

dan Mulcahy (dalam Hamzah dkk., 2014:106), dalam hasil

penelitiannya menyimpulkan bahwa kreativitas dapat ditingkatkan,

yaitu melalui pengaktifan beberapa bagian otak lewat magnetisme.

Dengan adanya perhatian para ahli terutama para psikolog, muncullah

beberapa teori tentang kreativitas antara lainnya; (a) teori

Asosiasionisme, dan (b) teori Neopsikoanailisis. Sebagai potensi

pribadi yang dapat dikembangkan, maka kreativitas seseorang berbeda

dengan kreativitas orang lain, sebab tidak ada individu yang sama.

Teori Asosiasionisme, didasarkan pada azas bahwa pikiran

merupakan asosiasi ide, diperoleh dari pengalaman, sesuai dengan

hukum. Sedangkan Teori Neopsikoanalisis meninjau kreativitas

(41)

Prasadar merupakan sumber kreativitas karena kebebasannya

mengumpulkan, membandingkan, dan mengatur kembali ide-ide. Dari

kedua teori ini dapat dipahami bahwa kreativitas itu adalah asosiasi

ide-ide yang diperoleh melalui pengalaman sebagai hasil pikiran

prasadar.

Urban, mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan mencipta

sesuatu yang baru, tidak biasa dan mengejutkan, sebagai pemecahan

atas suatu masalah. Sebagai pemecah masalah, Parnes (dalam Hamzah

dkk., 2014:107) memperbaiki pemecahan masalah Osborn,

menyatakan enam langkah pemecahan masalah kreatif yaitu:

a. Penemuan kekacauan, yaitu kesadaran adanya tantangan, perhatian

dan kesempatan di dalam sistem itu, dan menyeleksi sasaran yang

penting.

b. Penemuan fakta, adalah mengumpulkan sebanyak mungkin

informasi untuk memahami kekacauan itu.

c. Penemuan problem, adalah rumusan seperangkat kondisi sekarang,

gejala-gejala, penyebab-penyebab, dan kejadian-kejadian yang

menggerakkan seperangkat problem.

d. Penemuan ide, adalah penemuan teknik-teknik yang tepat

mengatasi problem.

e. Penemuan penyelesaian, adalah penggunaan teknik sampai

(42)

f. Penemuan penerimaan, adalah perumusan rencana tindakan untuk

melaksanakan hasil pemecahan masalah.

Dari pendapat Parnes ini, kreativitas menuju pada upaya seseorang

memecahkan masalah dan menemukan inovasi dari pemecahan

masalah tersebut.

2. Berpikir

Berpikir menurut pemahaman umum manusia adalah hal esensi

menyangkut kemanusiannya. Esensi, karena berpikir inilah yang

membedakan manusia dengan makhluk lain. Dengan berpikir manusia

dapat menemukan hal-hal baru sehingga secara ekologi dapat

menyesuaikan dengan lingkungannya. Berpikir menjadi hal utama

penyebab manusia terhindar dari kepunahan sampai saat ini. Setiap

situasi, setiap perubahan dan setiap keadaan manusia senantiasa berada

pada posisi pengendali. Manusia menjadi penentu arah perubahan dan

pengendali alam lingkungannya.

Berpikir itu terkait dengan kerja-kerja otak manusia, sebagaimana

dikemukakan oleh Koestler (dalam Hamzah dkk., 2014:110) setelah

meneliti fungsi otak, ia menemukan teori berpikir Bisosiatif. Menurut

teori Bisosiatif, belahan otak kanan manusia lebih bersifat lateral (ke

samping) dan divergen sedangkan belahan otak kiri, vertikal dan

konvergen. Teori Bisosiatif mengandung arti bahwa setiap persoalan

tertentu dapat dikaitkan dengan persoalan dari bidang lain yang

(43)

informasi penting mengenai kerja belahan-belahan otak, walaupun

demikian, sebagai suatu sistem, maka belahan-belahan otak tidak

mungkin bekeja sendiri-sendiri.

Guilford (dalam Hamzah dkk., 2014:111), membagi kemampuan

berpikir dalam tiga kategori; (a) kognitif, (b) produktif, dan (c)

evaluatif. Kemampuan berpikir produktif dibagi menjadi dua, yaitu; (a)

konvergen, dan (b) divergen. Pemikiran konvergen bergerak menuju

jawaban tertentu atau konversional, sebaliknya pemikiran divergen

bergerak ke berbagai arah, tidak menuju ke jawaban yang tersedia.

Menurutnya pemikiran konvergen terfokus pada penyelesaian

tepat-tunggal, sedangkan berpikir divergen dapat menghasilkan berbagai

penyelesaian. Berpikir konvergen dan divergen merupakan hasil kerja

belahan-belahan otak. Berpikir konvergen adalah cara berpikir yang

menghasilkan satu jawaban tepat, sedangkan berpikir divergen

menghasilkan beberapa kemungkinan jawaban untuk tiap persoalan.

Jelaslah bahwa berpikir divergen memberikan ruang yang lebih

longgar atas pemunculan ide-ide kemungkinan jawaban setiap

permasalahan, maka berpikir divergen disinonimkan dengan berpikir

kreatif.

3. Berpikir Kreatif

Menurut Schwartz (dalam Hamzah dkk., 2014:113) ia

(44)

baik untuk mengerjakan segala sesuatu. MacKinnon menyatakan tiga

syarat penting dari berpikir kreatif yaitu;

a. melibatkan respon atau gagasan yang baru,

b. dapat memecahkan persoalan secara realistis, dan

c. mempertahankan insight yang orisinil.

Kebaruan, realistis, dan orisinalitas menjadi syarat penting dalam

berpikir kreatif.

Sebagai bentuk pemikiran, berpikir kreatif berusaha menghasilkan

sesuatu yang baru melalui penggabungan baru dari unsur-unsur yang

telah ada dalam pikiran seseorang melalui sebuah proses. Proses

berpikir ini menurut teori Walls ada empat tahap yaitu: (a) persiapan,

(b) inkubasi, (c) iluminasi, dan (d) verifikasi. Tahap persiapan, yaitu

tahap bepikir kreatif dengan mempersiapkan diri untuk memecahkan

masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya atau

berdiskusi dengan orang lain. Tahap inkubasi atau pengeraman, yaitu

tahap berpikir kreatif dengan seakan-akan melepaskan diri untuk

sementara waktu dari masalah yang dihadapi. Tahap iluminasi adalah

tahap berpikir kreatif dengan munculnya gagasan baru sebagai

pemecah masalah. Dalam tahap ini muncul pikiran atau gagasan yang

dapat digunakan sebagai dasar pemacah masalah atau pandangan baru

yang dibutuhkan untuk membuka wawasan. Tahap verifikasi adalah

(45)

atau kreasi baru. Pada tahap ini akan diperolah apakah gagasan yang

ditelorkan dapat dilaksanakan atau tidak.

Akbar dkk. (dalam Hamzah dkk., 2014:114), menyebutkan lima

ciri berpikir kreatif:

a. Berpikir lancar, yaitu; (1) mencetuskan banyak gagasan, jawaban,

penyelesaian masalah, (2) memberikan banyak cara atau saran

untuk melakukan berbagai hal, dan (3) selalu memikirkan lebih

dari satu jawaban.

b. Berpikir luwes, yaitu; (1) menghasilkan gagasan, jawaban atau

pertanyaan yang bervariasi, (2) melihat suatu masalah dari sudut

pandang berbeda, (3) mencari banyak alternatif atau arah yang

berbeda, dan (4) mampu mengubah cara pendekatan atau cara

pemikiran.

c. Berpikir rasional, yaitu; (1) mampu melahirkan ungkapan yang

baru dan unik, (2) memikirkan cara yang tidak lazim untuk

mengungkapkan diri, dan (3) membuat kombinasi-kombinasi yang

tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

d. Merinci atau mengelaborasi, yaitu; (1) mampu memperkaya dan

mengembangkan suatu gagasan atau produk, dan (2) menambah

atau merinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan atau situasi

sehingga lebih menarik.

e. Menilai, yaitu; (1) menentukan patokan penilaian sendiri dan dapat

(46)

mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, dan

(3) dapat melaksanakan gagasannya.

Definisi konseptual dari berpikir kreatif adalah suatu bentuk pemikiran

untuk menemukan jawaban, metode atau cara-cara yang baru dalam

menanggapi suatu persoalan untuk memecahkan masalah. Sedangkan

menurut Geoffrey Rawlinson (1989:11) berpikir kreatif merupakan

upaya untuk menghubungkan benda-benda atau gagasan-gagasan yang

sebelumnya tidak berhubungan. Dengan demikian berdasarkan

beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan keterampilan berpikir

kreatif adalah suatu upaya atau bentuk pemikiran untuk menemukan

jawaban dan cara-cara baru untuk memecahkan masalah dengan

menghubungkan gagasan-gagasan yang tidak berhubungan.

4. Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif

Aspek/ciri-ciri berpikir kreatif dinyatakan Akbar dkk. (dalam

Hamzah dkk.: 2014) sebagai berikut:

a. Kelancaran berpikir diartikan sebagai kemampuan untuk

menciptakan segudang ide. Mencetuskan banyak gagasan dalam

pemecahan masalah; memberikan banyak jawaban dalam

menjawab suatu pertanyaan; memberikan banyak cara atau saran

untuk melakukan berbagai hal; bekerja lebih cepat; dan melakukan

lebih banyak daripada anak-anak lain.

b. Keluwesan berpikir menggambarkan kemampuan seseorang

(47)

memerlukan untuk itu, atau kecenderungan untuk memandang

sebuah masalah secara instan dari berbagai perspektif.

Menghasilkan gagasan penyelesaian masalah atau jawaban suatu

pertanyaan bervariasi; dapat melihat suatu masalah dari sudut

pandang yang berbeda-beda; dan menyajikan suatu konsep dengan

cara yang berbeda-beda.

c. Rasional berpikir, artinya argumen yang diberikan selalu

berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari fakta

fenomena nyata.

d. Elaborasi diartikan sebagai kemampuan untuk menguraikan sebuah

obyek tertentu. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang

lain; dan menambahkan atau memperici suatu gagasan sehingga

meningkatkan kualitas gagasan tersebut.

e. Menilai, dapat menemukan kebenaran suatu pertanyaan atau

kebenaran suatu rencana penyelesaian masalah; dapat mencetuskan

gagasan penyelesaian suatu masalah dan dapat melaksanakannya

dengan benar; dan mempunyai alasan yang dapat

dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan.

f. Imajinatif merupakan kemampuan untuk membentuk berbagai

bentuk dan mencerminkan berbagai variasi pikiran/mental atau

konsep pemikiran berbagai hal tentang orang, tempat, sesuatu dan

(48)

g. Keaslian berpikir, memberikan gagasan yang baru dalam

menyelesaikan masalah atau jawaban yang lain dari yang sudah

biasa dalam menjawab suatu pertanyaan; dan membuat

kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

h. Menghadapi tantangan, berpikir kreatif dipakai untuk

mengembangkan kemampuan dalam menghadapi tantangan dalam

kehidupan.

i. Ingin tahu, individu dengan potensi kreatif mempunyai hasrat ingin

tahu, bersikap terhadap pengalaman baru. Orang yang kreatif

memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan kuat, ia mempertanyakan

segala sesuatu dan mempertahankan rasa ingin tahu mereka.

j. Berani mengambil resiko, sifat ini berhubungan ketika berhadapan

dengan segala sesuatu yang belum jelas, baik itu situasi, masalah,

jawaban dan lain-lain.

k. Menghargai, pemikir kreatif menghargai kesalahan yang mereka

lakukan untuk mempelajari nilai dan menghargai sebuah kejujuran.

l. Memiliki prinsip, memiliki keyakinan dan menggunakan keadilan

sesuai dengan prinsip masing-masing.

D. Persepsi Siswa

Aisyah (2015:7) menyatakan bahwa persepsi merupakan pengalaman

yang dihasilkan oleh pancaindra, persepsi dipengaruhi oleh minat,

kepentingan, kebisaan yang dipelajari, bentuk dan latar belakang.

(49)

masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Berdasarkan

pengertian di atas maka dapat disimpulkan persepsi siswa adalah cara

pandang siswa terhadap sesuatu dan dapat mengutarakan pemahaman daya

pikir dan otak mereka, dalam penelitian ini penulis hendak mengetahui

persepsi siswa tentang tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada

materi akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir

kreatif siswa.

E. Kurikulum 2013

1. Pengertian Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik menurut Kuhlthau, Maniotes, dan Caspari

(dalam Abidin, 2014:125) merupakan model pembelajaran yang

menuntut siswa beraktivitas sebagaimana seorang ahli sains, dalam

praktiknya siswa diharuskan melakukan serangkaian aktivitas

selayaknya langkah-langkah penerapan metode ilmiah. Serangkaian

aktivitas dimaksud meliputi merumuskan masalah, mengajukan

hipotesis, mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis data, dan

membuat kesimpulan.

Dalam modul Diklat Kurikulum 2013 (dalam Majid, 2014:95)

menyatakan pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan

pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami

berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi

bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada

(50)

dalam proses pembelajaran pendekatan saintifik, siswa memanfaatkan

sejumlah teori yang telah didapatkan sebelumnya untuk dikorelasikan

dengan pengamatan yang dilakukannya sendiri di lapangan.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

saintifik merupakan proses pembelajaran yang menuntut siswa

menggunakan pendekatan ilmiah yang melibatkan kegiatan

pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan

hipotesis atau mengumpulkan data berdasarkan kemampuannya sendiri

melalui sumber-sumber pembelajaran.

2. Karakteristik Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan di dalam kegiatan

pembelajaran yang mengutamakan kreativitas dan temuan-temuan

siswa. Pengalaman belajar, baik itu yang berupa pengetahuan,

keterampilan, dan sikap mereka peroleh berdasarkan kesadaran dan

kepentingan mereka sendiri. Materi yang dipelajari berbasis fakta atau

fenomena yang sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) yang sedang

dikembangkan guru. Fakta atau fenomena itu siswa amati, mereka

pertanyakan, mereka cari jawabannya sendiri dari berbagai sumber

yang relevan, dan bermuara pada sebuah jawaban yang dapat

dipertanggungjawabkan. Karakteristik mengenai pembelajaran

saintifik menurut Kosasih (2014:72) adalah sebagai berikut.

a. Materi pembelajaran dipahami dengan standar logika yang sesuai

(51)

b. Interaksi pembelajaran berlangsung secara terbuka dan objektif.

c. Siswa didorong untuk selalu berpikir analitis dan kritis; tepat

dalam memahami, mengidentifikasi, memecahkan masalah, serta

mengaplikasikan materi-materi pembelajaran.

3. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,

pengetahuan, dan keterampilan. Majid (2014:100) mengutarakan

bahwa pendekatan saintifik dalam pembelajaran meliputi

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengamati

Langkah pertama yaitu mengamati sangat bermanfaat bagi

pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses

pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode

observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan

antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang

digunakan oleh guru.

b. Menanya

Kegiatan selanjutnya adalah menanya yang dimaksudkan untuk

memperoleh tanggapan verbal, istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk

pernyataan. Peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya

(52)

menanya diharapkan peserta didik dapat menyatakan perasaan dan

pikirannya.

c. Menalar/Mengasosiasikan

Setelah peserta didik mengamati, menanya, lalu kegiatan

menalar yaitu proses berpikir yang logis dan sistematis atas

fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan

berupa pengetahuan. Istilah aktivitas menalar dalam konteks

kurikulum 2013 banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau

pembelajaran asosiasi yaitu kemampuan mengelompokkan

beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk

kemudian mengajukannya menjadi penggalan memori.

Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak

berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang

sudah tersedia.

d. Mengolah

Langkah selanjutnya adalah mengolah yang merupakan

tahapan di mana peserta didik sedapat mungkin dikondisikan

belajar secara kolaboratif. Peserta didik secara bersama-sama,

saling bekerjasama, saling membantu mengerjakan hasil tugas

terkait dengan materi yang sedang dipelajari.

e. Mencoba

Dalam kegiatan mencoba akan melibatkan siswa dalam

(53)

suatu permasalahan. Sebuah percobaan dapat dilakukan untuk

memancing minat siswa menyelidiki fenomena dari materi yang

sedang dipelajari, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan

bersikap ilmiah untuk memecahan masalah-masalah yang

dihadapinya sehari-hari.

f. Menyimpulkan

Kegiatan menyimpulkan ini merupakan kemampuan

menganalisis data atau kemampuan mengkaji data yang telah

dihasilkan. Kemampuan menyimpulkan adalah kemampuan

membuat intisari atas seluruh proses kegiatan penelitian yang telah

dilaksanakan setelah menemukan keterikatan antar informasi.

g. Mengomunikasikan

Setelah langkah-langkah di atas, pada kegiatan akhir siswa

diharapkan dapat mengomunikasikan atau berkemampuan untuk

menyampaikan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan baik secara

lisan maupun tulisan. Siswa dituntut untuk mampu menulis dan

berbicara secara komunikatif. Kompetensi yang diharapkan dalam

kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,

kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan

singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa

(54)

F. Kerangka Berpikir

1. Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi

akuntansi dengan kecerdasan emosional siswa

Selain aktivitas individual, faktor interaksi sosial juga sangat

menentukan proses pembelajaran aktif. Interaksi tersebut melibatkan

siswa dengan guru, siswa dengan siswa lainnya, juga siswa dengan

lingkungannya. Kaitannya dengan kecerdasan emosional, dalam

berproses belajar siswa perkembangan kecerdasan pribadinya dapat

terlihat melalui kecerdasan emosional. Menurut Salovey (dalam

Goleman: 2009), ia membagi kemampuan kecerdasan emosional

menjadi lima wilayah utama yaitu; mengenali emosi diri, mengelola

emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan

membina hubungan. Pembelajaran aktif diharapkan dapat mengajak

siswa untuk membangun kehidupan dalam bentuk sebuah komunitas

yang mencerminkan semua aspek kehidupan yang nantinya akan

dihadapi dalam masyarakat. Dengan demikian pembelajaran aktif

dapat menjadi sarana bagi siswa supaya terampil menangani emosi,

ketika pembelajaran aktif berjalan dengan baik maka kecerdasan

emosional siswa diharapkan juga meningkat. Berdasarkan penjabaran

di atas penulis menduga adanya hubungan positif antara tingkat

(55)

2. Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi

akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif siswa

Pembelajaran aktif memungkinkan adanya perspektif atau

pandangan baru siswa tentang topik atau materi pembelajaran.

Perspektif baru tersebut hendaknya muncul berdasarkan pengalaman

ketika melakukan proses penemuan dan pemecahan masalah. Dalam

pembelajaran aktif peserta didik perlu memecahkan masalah sendiri,

menemukan contoh-contoh, mencoba keterampilan-keterampilan, dan

melakukan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan yang telah

mereka miliki atau yang harus mereka capai. Dengan demikian melalui

pembelajaran aktif yang berlangsung dengan baik akan melatih

berpikir kreatif siswa dengan menemukan jawaban, metode, atau

cara-cara yang baru untuk menghubungkan gagasan-gagasan yang

sebelumnya tidak berhubungan sehingga menciptakan konsep-konsep

baru dalam memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran. Oleh

karena itu penulis menduga ada hubungan positif antara tingkat

keterlaksanaan pembelajaran aktif dan keterampilan berpikir kreatif.

G. Model Penelitian

Hubungan antara vaiabel-variabel dalam penelitian ini jika

digambarkan dalam paradigma penelitian adalah sebagai berikut:

X

Y1

(56)

Keterangan:

X : Tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi

Y : 1. Kecerdasan emosional

2. Keterampilan berpikir kreatif

H. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir di atas maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H01: tidak ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan

pembelajaran aktif pada materi akuntansi dan kecerdasan

emosional siswa.

Ha1: ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran

aktif pada materi akuntansi dan kecerdasan emosional siswa.

H02: tidak ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan

pembelajaran aktif pada materi akuntansi dan keterampilan berpikir

kreatif siswa.

Ha2: ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran

(57)
(58)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII IIS SMAN 1 Sewon dan

SMAN 1 Sedayu.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah persepsi siswa tentang tingkat keterlaksanaan

pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan kecerdasan

emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Menurut Wiratna dan Poly (2012:13) populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi menurut

Darmadi (2014:55) adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau

individu-individu yang karakteristiknya hendak diteliti. Populasi dalam

penelitian ini adalah siswa kelas XII IIS di beberapa SMA di

Kabupaten Bantul yang menerapkan kurikulum 2013. Adapun jumlah

populasi penelitian ini sebanyak 464 responden. Nama sekolah dan

jumlah siswa XII IIS sebagai berikut:

Tabel 3.1

Nama Sekolah dan Jumlah Siswa

No Nama Sekolah Jumlah Siswa

1. SMAN 1 Bantul 33

(59)

No Nama Sekolah Jumlah Siswa

3. SMAN 1 Jetis 87

4. SMAN 1 Kasihan 108

5. SMAN 1 Sedayu 144

6. SMAN 1 Sewon 108

Jumlah siswa 464

(Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bantul)

2. Sampel Penelitian

Menurut Wiratna dan Poly (2012:13) sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel menurut

Sukardi (2003:54) merupakan sebagian dari jumlah populasi yang

dipilih untuk sumber data. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian

siswa kelas XII IIS di beberapa SMA di Kabupaten Bantul yang

menerapkan kurikulum 2013. Besarnya sampel dapat dihitung

menggunakan rumus Krejcie-Morgan yaitu: (Sukardi, 2003:55-56)

Keterangan:

S = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi akses

P = Proporsi populasi sebagai dasar asumsi pembuatan tabel (0,5)

d = Derajat ketepatan yang direfleksikan oleh kesalahan yang dapat

ditoleransi dalam fluktuasi proporsi sampel P (0,05)

X2 = Nilai tabel chisquare untuk satu derajat kebebasan relatif level

(60)

Sehingga berdasarkan rumus di atas dapat dihitung besarnya sampel

pada penelitian ini, yaitu sebesar:

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 210 responden,

yang akan dilaksanakan di SMAN 1 Sedayu dan SMAN 1 Sewon.

Dikarenakan penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik cluster random sampling yang mengacu pada kelompok bukan

pada individu, maka konsekuensinya seluruh anggota pada sampel

yang telah diambil secara acak akan menjadi responden dalam

penelitian ini. Nama sekolah dan jumlah responden setiap sekolah

sebagai berikut:

Tabel 3.2

Nama Sekolah dan Jumlah Sampel

No Nama Sekolah Jumlah Siswa

1. SMAN 1 Sedayu 144

2. SMAN 1 Sewon 108

Jumlah siswa 252

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini yaitu cluster random

(61)

digunakan untuk menentukan sampel apabila obyek yang akan diteliti

atau sumber data sangat luas. Sedangkan menurut Cholid dan Abu

(2007:117) teknik ini menghendaki adanya kelompok-kelompok dalam

pengambilan sampel berdasarkan kelompok-kelompok yang ada pada

populasi. Jadi populasi sengaja di pandang berkelompok-kelompok,

kemudian kelompok itu tercermin dalam sampel. Penelitian ini

menggunakan cluster random sampling dikarenakan masing-masing

cluster memiliki karakteristik yang sama, yaitu seluruh SMA di

wilayah Kabupaten Bantul yang telah menerapkan kurikulum 2013 dan

seluruh siswa kelas XII IIS SMA tersebut telah mendapatkan materi

siklus akuntansi perusahaan jasa. Maka pada penelitian ini yang

menjadi cluster adalah seluruh SMA di wilayah Kabupaten Bantul

yang menerapkan kurikulum 2013, dan setelah dilakukan pengambilan

secara acak maka yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah

SMAN 1 Sewon dan SMAN 1 Sedayu.

E. Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel

1. Operasionaliasi Variabel

a. Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif

Menurut Hisyam, Bermawy, dan Sekar (2008:xiv)

pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak

peserta didik untuk belajar secara aktif, sehingga peserta didik

(62)

Zulfahmi mengembangkan indikator-indikator pembelajaran aktif

yang telah dimiliki dengan pengalaman baru 6, 7 6. Memungkinkan adanya perspektif baru pada

diri siswa tentang apa yang dipelajari 8, 9

7. 9. Menggunakan media pembelajaran yang layak 14

10.

Hanya dimungkinkan jika siswa memiliki kesadaran bahwa dirinya merupakan subjek yang bertanggung jawab secara mandiri

15, 16

11. Melibatkan aktivitas fisik, mental, dan

keseluruhan indera 17, 18, 19

13. Terjadi dalam interaksi sosial yang kondusif

dan dinamis 22, 23

14. Adanya umpan balik 24, 25

b. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan Emosional menurut Goleman (2009:45)

menyatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan

untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi,

(63)

kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress

tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa.

Salovey (dalam Goleman, 2009:57-59) membagi kemampuan

kecerdasan emosional menjadi lima wilayah utama yaitu;

mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri,

mengenai emosi orang lain, dan membina hubungan.

Masing-masing dimensi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam bentuk

pernyataan-pernyataan yang disajikan dalam tabel operasionalisasi

1. Mengenali emosi diri a. Mengetahui

(64)

No. Dimensi Indikator No.

Berpikir kreatif menurut Hamzah, dkk (2014:115) merupakan

bentuk pemikiran untuk menemukan jawaban, metode atau

Gambar

Tabel 3.1 Nama Sekolah dan Jumlah Siswa
Tabel 3.2 Nama Sekolah dan Jumlah Sampel
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

maintenance data mata pelajaran yang terdapat pada rancangan sistem informasi. akademik (siakad) memiliki 3 aktor yang terlibat didalam prosesnya

Setelah menyelesaikan penandatanganan kontrak kerja calon petugas akan mendapatkan surat undangan pelatihan, surat tersebut nantinya akan digunakan untuk mengikuti

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis, yaitu pendekatan yang menekankan pada aspek hukum berkenaan dengan rumusan permasalahan yang dibahas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan morfologi pertumbuhan antara jati yang diberi pemaparan suara belalang “kecek” termanipulasi pada peak

Untuk meningkatkan kinerja perawat pelaksana diharapkan adanya perhatian lebih rumah sakit terhadap kualitas kehidupan kerja perawat terutama komunikasi yang merupakan komponen

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh suhu penggorengan hampa terhadap sifat fisik, komposisi kimia dan organoleptik keripik buah

Jika dibandingkan dengan limbah cair yang berasal dari bahan bakar fosil seperti limbah hasil petroleum refining dengan kandungan organik berkisar antara 300 – 600