• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa."

Copied!
229
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI AKUNTANSI BERDASARKAN KURIKULUM 2006 DENGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI,

INTEGRITAS PRIBADI, DAN MINAT BELAJAR SISWA

Survei pada Lima SMA Negeri di Wilayah Kabupaten Sleman

F. Rika Hebriella

Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif: 1) tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan keterampilan berkomunikasi; 2) tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan integritas pribadi; 3) tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan minat belajar siswa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Desember 2015 sampai Februari 2016. Populasi penelitian sebanyak 1.102 siswa. Jumlah sampel penelitian sebanyak 295 siswa. Teknik penarikan sampel adalah cluster sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan korelasi Spearman.

(2)

viii ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN CONTEXTUAL LEARNING FULFILLMENT LEVEL IN ACCOUNTING BASED ON 2006 CURRICULUM AND COMMUNICATION SKILLS, PERSONAL

INTEGRITY, AND STUDENT LEARNING INTEREST

A Survey in Five Senior High Schools in Sleman Regency

F. Rika Hebriella

Sanata Dharma University

2016

This study aims to examine correlation between: 1) fulfillment level of contextual learning in accounting based on 2006 curriculum and communication skills; 2) fulfillment level of contextual learning in accounting based on 2006 curriculum and personal integrity; 3) fulfillment level of contextual learning in accounting based on 2006 curriculum and student learning interest.

This study is a correlational research. The research was conducted from December 2015 to February 2016. The population were 1.102 students. The samples were 295 students. The sampling technique was cluster sampling. Data were collected by using questionnaires. The data were analyzed by using descriptive statistics and Spearman correlation.

The results show that: 1) there is a positive correlation between fulfillment level of contextual learning in accounting based on 2006 curriculum and communication skills (Spearman's rho = (+) 0.578, the Sig. (One-tailed) = 0,000 <

(3)

HUBUNGAN TINGKAT KETERLAKSANAAN

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI

AKUNTANSI BERDASARKAN KURIKULUM 2006 DENGAN

KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI, INTEGRITAS

PRIBADI, DAN MINAT BELAJAR SISWA

Survei pada Lima SMA Negeri di Wilayah Kabupaten Sleman

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

F. RIKA HEBRIELLA NIM: 121334029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

HUBUNGAN TINGKAT KETERLAKSANAAN

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI

AKUNTANSI BERDASARKAN KURIKULUM 2006 DENGAN

KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI, INTEGRITAS

PRIBADI, DAN MINAT BELAJAR SISWA

Survei pada Lima SMA Negeri di Wilayah Kabupaten Sleman

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

F. RIKA HEBRIELLA NIM: 121334029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)

Survei pada Lima SMA Negeri di Wilayah Kabupaten Sleman

Telah disetujui oleh:

(6)

Survei pada Lima SMA Negeri di Wilayah Kabupaten Sleman

Ketua

Sekretaris Anggota

Anggota

Anggota

Yogyakarta,24 1:uru2016

itas Sanata Dharma

(7)

iv

Karya ini kupersembahkan untuk:

Bunda Maria dan Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan banyak

muzizat, pertolongan, serta kelancaran dalam mengerjakan skripsi ini.

Orang tuaku tersayang, Bapak FX. Karmijan dan Ibu S. Nurwandari yang

selalu rela memberikan segalanya untukku, juga selalu mendoakan,

mendukung, dan memberikan motivasi kepadaku.

Kakakku Catarina Nande gayuh Paskasari yang selalu memberikan doa,

dukungan, dan motivasinya untukku.

Adek sepupuku tersayang Benedikta Atika Putri yang selalu setia

menemani penelitianku, dan juga selalu memberikan doa dan semangat

untukku.

My beloved Daniel Danu W yang selalu menemani, memberikan doa,

semangat dan dorongan kepadaku untuk menyelesaikan skripsi ini.

My beloved friends Vena, Gisel, Helena, Dila, Siska, Natalia, Mitha, dan

Siwi. Terimakasih atas kebersamaan kita selama ini, ketawa nangis bareng

kita lalui bersama-sama. Terimakasih atas dukungan dan doa dari kalian

semua.

Gengs Upik Abu Tasia, Ata, Inda, Bene. Terimakasih atas kebersamaan

serta doa dan motivasi dari kalian semua.

Temen-temen seperjuangan, Gisel, Helena, Dila, Nopi, Boru, Sisil, Adis,

Beta, Sophi. Terimakasih untuk kerjasamanya selama ini guys.

Semua temen-temen Pak A dan Pak B angkatan 2012 yang selalu

menjadi motivasi aku dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

v

Motto

“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa

dengan penuh kepercayaan, kamu akan

menerimanya”

(Matius 21:22)

“God is stronger than the other problems we

got. Don’t pray for an easy life, but pray to

be a strong person”

(Kutipan Jesuit)

“Janganlah takut untuk melangkah, karena

jarak 1000 mil dimulai dengan langkah

pertama”

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 Juni 2016

(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : F. Rika Hebriella

Nomor Mahasiswa : 121334029

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Hubungan Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual pada Materi Akuntansi Berdasarkan Kurikulum 2006 dengan Keterampilan Berkomunikasi,

Integritas Pribadi, dan Minat Belajar Siswa.

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 24 Juni 2016

Yang menyatakan

(11)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI AKUNTANSI BERDASARKAN KURIKULUM 2006 DENGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI,

INTEGRITAS PRIBADI, DAN MINAT BELAJAR SISWA

Survei pada Lima SMA Negeri di Wilayah Kabupaten Sleman

F. Rika Hebriella

Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif: 1) tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan keterampilan berkomunikasi; 2) tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan integritas pribadi; 3) tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan minat belajar siswa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Desember 2015 sampai Februari 2016. Populasi penelitian sebanyak 1.102 siswa. Jumlah sampel penelitian sebanyak 295 siswa. Teknik penarikan sampel adalah cluster sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan korelasi Spearman.

(12)

ix ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN CONTEXTUAL LEARNING FULFILLMENT LEVEL IN ACCOUNTING BASED ON 2006 CURRICULUM AND COMMUNICATION SKILLS, PERSONAL

INTEGRITY, AND STUDENT LEARNING INTEREST

A Survey in Five Senior High Schools in Sleman Regency

F. Rika Hebriella

Sanata Dharma University

2016

This study aims to examine correlation between: 1) fulfillment level of contextual learning in accounting based on 2006 curriculum and communication skills; 2) fulfillment level of contextual learning in accounting based on 2006 curriculum and personal integrity; 3) fulfillment level of contextual learning in accounting based on 2006 curriculum and student learning interest.

This study is a correlational research. The research was conducted from December 2015 to February 2016. The population were 1.102 students. The samples were 295 students. The sampling technique was cluster sampling. Data were collected by using questionnaires. The data were analyzed by using descriptive statistics and Spearman correlation.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan berkah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Hubungan

Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual pada Materi Akuntansi

Berdasarkan Kurikulum 2006 dengan Keterampilan Berkomunikasi, Integritas Pribadi, dan Minat Belajar Siswa dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis

mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik

secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan

dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma,

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta,

3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

(14)

xi

4. Ibu Natalina Premastuti B, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang

telah membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini,

5. Para dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan

berbagai pengetahuan dalam proses perkuliahan,

6. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah

membantu kelancaran proses belajar,

7. Orang tuaku Bapak FX. Karmijan dan Ibu S. Nurwandari yang selalu rela

memberikan segalanya untukku, juga selalu mendoakan, mendukung, dan

memberikan motivasi kepadaku,

8. Kakakku Catarina Nande gayuh Paskasari yang selalu memberikan doa,

dukungan, dan motivasinya untukku,

9. Adek sepupuku Benedikta Atika Putri yang selalu setia menemani

penelitianku, dan juga selalu memberikan doa dan semangat untukku,

10.Daniel Danu W yang selalu menemani, memberikan doa, semangat dan

dorongan kepadaku untuk menyelesaikan skripsi ini,

11.My beloved friends Vena, Gisel, Helena, Dila, Siska, Natalia, Mitha, dan

Siwi yang selalu memberikan doa, semangat, dan dukungan untuk segera

menyelesaikan skripsi ini,

12. Gengs Upik Abu Tasia, Ata, Inda, Bene yang telah memberikan doa dan

motivasi untukku,

13.Sahabatku Gereja sejak kecil, Shinta dan Ika yang selalu memberikan

(15)

xii

14.Temen-temen seperjuangan, Gisel, Helena, Dila, Nopi, Boru, Sisil, Adis,

Beta, Sophi yang selama ini selalu membantu, memberikan kerjasamanya

dengan baik, serta saling mendukung satu sama lain selama proses skripsi

berlangsung,

15.Semua temen-temen Pak A dan Pak B angkatan 2012 yang selalu menjadi

motivasi aku dalam menyelesaikan skripsi ini,

16.Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk

bantuan dan dukungannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan

dan kekurangannya, maka penulis sangat membutuhkan kritik dan saran dari

berbagai pihak. Akhirnya penulis mengucapkan selamat membaca semoga

bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 24 Juni 2016

Penulis

(16)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah... 8

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

(17)

xiv

BAB II KAJIAN TEORI ... 13

A. Kurikulum 2006 ... 13

1. Pengertian Kurikulum 2006 ... 13

2. Konsep Dasar Kurikulum 2006 ... 14

3. Karakteristik Kurikulum 2006 ... 16

4. Prinsip Pengembangan Kurikulum ... 17

5. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum ... 17

6. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum 2006 ... 19

7. Tujuan Kurikulum 2006 ... 21

B. Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual ... 22

1. Pengertian keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual ... 22

2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual ... 24

3. Prinsip Pembelajaran Kontekstual ... 29

4. Ciri-ciri Pembelajaran Kontekstual ... 34

C. Keterampilan Berkomunikasi... 34

1. Pengertian Komunikasi ... 34

2. Aspek Utama Komunikasi ... 36

3. Keterampilan Dasar Berkomunikasi ... 38

4. Jenis Komunikasi ... 40

5. Bentuk-bentuk Komunikasi ... 41

6. Komponen Komunikasi ... 41

(18)

xv

D. Integritas Pribadi ... 43

1. Pengertian ... 43

2. Komponen-komponen Karakter yang Baik ... 46

3. Ciri-ciri Orang Jujur ... 50

E. Minat ... 52

1. Pengertian Minat ... 52

2. Jenis Minat ... 54

3. Faktor yang Mempengaruhi Minat ... 55

4. Indikator Minat... 56

F. Kerangka Berpikir ... 57

1. Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi ... 59

2. Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan integritas pribadi... 60

3. Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan minat belajar ... 61

G. Model Penelitian ... 62

H. Hipotesis ... 63

BAB III METODE PENELITIAN... 65

(19)

xvi

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 65

1. Tempat Penelitian... 65

2. Waktu Penelitian ... 66

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 66

1. Subjek Penelitian ... 66

2. Objek Penelitian ... 66

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling... 66

1. Populasi ... 66

2. Sampel ... 69

3. Teknik Sampling ... 70

E. Definisi Operasionalisasi Variabel dan Pengukurannya ... 71

1. Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual ... 71

2. Keterampilan Berkomunikasi... 74

3. Integritas Pribadi ... 76

4. Minat Belajar ... 77

F. Teknik Pengumpulan Data ... 79

G. Pengujian Instrumen Penelitian... 79

1. Validitas ... 79

2. Reliabilitas ... 87

H. Teknik Analisis Data ... 89

1. Analisis Data Deskriptif ... 89

(20)

xvii

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 98

A. SMA Negeri 1 Depok... 98

B. SMA Negeri 1 Mlati ... 100

C. SMA Negeri 1 Tempel ... 102

D. SMA Negeri 2 Sleman ... 105

E. SMA Negeri 1 Ngaglik ... 107

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 110

A. Deskripsi Data ... 110

1. Deskripsi Responden Penelitian ... 110

2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 112

B. Pengujian Hipotesis ... 117

C. Pembahasan ... 122

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 132

A. Kesimpulan ... 132

B. Keterbatasan ... 133

C. Saran ... 133

DAFTAR PUSTAKA ... 137

(21)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Nama dan Alamat Sekolah ... 65

Tabel 3.2 Nama Sekolah dan Jumlah Siswa Kelas XII IPS ... 67

Tabel 3.3 Nama Sekolah dan Jumlah Responden ... 70

Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Pembelajaran Kontekstual ... 72

Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Keterampilan Berkomunikasi ... 75

Tabel 3.6 Operasionalisasi Variabel Integritas Pribadi ... 76

Tabel 3.7 Operasionalisasi Variabel Minat Belajar ... 78

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel Pembelajaran Kontekstual ... 81

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel Keterampilan Berkomunikasi ... 82

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Ulang Validitas Instrumen Penelitian Variabel Keterampilan Berkomunikasi ... 84

(22)

xix

Tabel 3.12 Hasil Pengujian Ulang Validitas Instrumen Penelitian Variabel

Integritas Pribadi ... 86

Tabel 3.13 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel

Minat Belajar ... 87

Tabel 3.14 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 88

Tabel 3.15 Nilai Presentil PAP Tipe II ... 90

Tabel 3.16 Rentang Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual ... 92

Tabel 3.17 Rentang Keterampilan Berkomunikasi ... 93

Tabel 3.18 Rentang Integritas Pribadi ... 93

Tabel 3.19 Rentang Minat Belajar ... 94

Tabel 3.20 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan ... 96

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Asal Sekolah ... 110

Tabel 5.2 Status Sekolah Asal Siswa ... 111

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin ... 111

Tabl 5.4 Interpretasi Penilaian Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran

Kontekstual ... 112

(23)

xx

Tabel 5.6 Interpretasi Penilaian Integritas Pribadi ... 115

Tabel 5.7 Interpretasi Penilaian Minat Belajar ... 116

Tabel 5.8 Hasil Uji Korelasi Antara Tingkat Keterlaksanaan

Pembelajaran Kontekstual dan Ketrampilan Berkomunikasi... 118

Tabel 5.9 Hasil Uji Korelasi Antara Tingkat Keterlaksanaan

Pembelajaran Kontekstual dan Integritas Pribadi ... 119

Tabel 5.10 Hasil Uji Korelasi Antara Tingkat Keterlaksanaan

(24)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Instrumen Penelitian... 141

Lampiran 2 Data Jumlah Siswa Per Sekolah Di Kabupaten Sleman

Yang Menerapkan Kurikulum 2006 ... 152

Lampiran 3 Data Induk Penelitian ... 153

Lampiran 4 Uji Validitas ... 178

Lampiran 5 Uji Reliabilitas ... 185

Lampiran 6 Tabel r dan Perhitungan Mencari Tabel r ... 186

Lampiran 7 Uji Korelasi Spearman... 188

(25)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses pembentukan dan pengembangan potensi

menjadi sebuah kompetensi, sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan

adalah sebuah perjalanan kreatif yang menghantarkan kita menuju

pengenalan dan pembentukan jati diri. Namun seperti yang telah kita

ketahui bersama, pendidikan di Indonesia semakin hari kualitasnya

semakin menurun. Berdasarkan survey United Nations Educational,

Scientific and Cultural Organization atau UNESCO terhadap kualitas

pendidikan di Negara-negara berkembang se Asia Pasific, Indonesia

pernah menempati peringkat ke 10 dari 14 negara, sedangkan untuk

kualitas guru, Indonesia menempati urutan ke 14 dari 14 negara

berkembang. Hal tersebut membuktikan bahwa kualitas pendidikan di

Indonesia sangatlah rendah.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas

pendidikan di Indonesia, salah satunya adalah faktor guru yaitu lemahnya

para guru dalam menggali potensi anak. Guru mempunyai peranan yang

sangat penting dalam hal mencerdaskan anak bangsa. Para pendidik sering

kali memaksakan kehendaknya tanpa melihat kebutuhan, minat, dan bakat

yang dimiliki oleh para peserta didik. Pendidikan hendaknya

(26)

membuat anak merasa tertekan dan kurang nyaman dalam menuntut ilmu.

Proses pendidikan yang baik dan sangat diharapkan ialah proses

pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak untuk kreatif dan

dapat terus mengembangkan bakat dan minatnya. Selain faktor guru

terdapat juga faktor kurikulum yang dapat mempengaruhi kualitas

pendidikan suatu negara. Seiring kemajuan jaman, terdapat pula

perkembangan kurikulum yang ditetapkan oleh para pemerintah.

Kurikulum ini juga sangat menentukan kinerja guru serta hasil belajar dari

para siswa. Banyak perkembangan kurikulum yang terjadi di Indonesia.

Salah satu kurikulum yang dapat digunakan sebagai pedoman proses

pembelajaran ialah kurikulum 2006 atau KTSP. Sebelum kita belajar lebih

lanjut mengenai kurikulum 2006, hendaknya terlebih dahulu kita

mengetahui apa itu yang dimaksud dengan kurikulum. Menurut PP Nomor

19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Sedangkan kurikulum 2006 menurut Kunandar (2008:125) adalah

kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

satuan pendidikan. Kurikulum 2006 dikembangkan oleh setiap kelompok

atau satuan pendidikan dan komite sekolah atau madrasah di bawah

(27)

atau Kota untuk Pendidikan Dasar dan Dinas Pendidikan atau Kantor

Depag untuk Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus.

Keuntungan yang dapat diraih guru dengan kurikulum 2006 atau

KTSP ini adalah keleluasaan memilih bahan ajar dan peserta didik

diharapkan dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan,

kebutuhan, dan minatnya. Dalam kurikulum 2006 hanya dideskripsikan

standar kompetensi dan kompetensi dasar, sehingga guru sendiri yang

mesti menentukan indikator dan materi pokok pelajaran yang disesuaikan

dengan situasi daerah dan minat anak didik. Dengan kurikulum 2006

diharapkan peserta didik dapat lebih nyaman dalam menuntut ilmu serta

dapat mengembangkan kemampuan, minat, dan bakatnya secara konsisten.

Dalam kurikulum 2006 (KTSP) terdapat acuan operasional

penyusunan kurikulum 2006 (Mulyasa, 2007:168), acuannya tersebut

antara lain Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. Keimanan dan

ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian

peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua

mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak

mulia, dan acuan lainya yaitu Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat

sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik.

Kurikulum disusun agar memungkinkan pengembangan keragaman

potensi, minat, kecerdasan, intelektual, emosional, spiritual, dan kinestetik

(28)

Dengan salah satu keuntungan guru apabila menggunakan kurikulum

2006 seperti yang sudah dijelaskan di atas yaitu guru mempunyai

keleluasaan memilih bahan ajar dan peserta didik diharapkan dapat

mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan

minatnya. Maka strategi atau alternatif yang dapat digunakan oleh guru

yaitu menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual. Selain itu,

dalam salah satu prinsip pengembangan kurikulum 2006 yaitu dijelaskan

bahwa relevan dengan kebutuhan kehidupan, yang artinya pengembangan

kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan untuk

menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di

dalam kehidupan kemasyarakatan. Hal ini mencerminkan bahwa dalam

pengembangan kurikulum 2006 dibutuhkan adanya pendekatan

pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual merupakan

pendekatan pembelajaran yang mengkaitkan antara materi yang dipelajari

dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan

keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk

menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. Dalam

pembelajaran kontekstual terdapat tujuh prinsip atau tujuh pilar dalam

pembelajarannya, yaitu: konstruktivisme, menemukan, bertanya,

masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya.

Salah satu tujuan pembelajaran kotekstual yaitu peserta didik

diharapkan dapat melakukan kerjasama yang baik dengan temannya, hal

(29)

kontekstual yaitu masyarakat belajar atau learning community. Kerjasama

dapat terjalin apabila peserta didik dapat berkomunikasi dengan baik

kepada lawan bicara atau memiliki keterampilan berkomunikasi. Apabila

peserta didik tidak dapat berkomunikasi dengan baik, maka kerjasama

tersebut tidak akan terjalin dengan maksimal. Keterampilan berkomunikasi

merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan relasi atau

komunikasi dengan lawan bicara, sehingga pesan yang disampaikan dapat

dipahami oleh lawan bicara. Dalam pembelajaran kontekstual peserta didik

harus mampu mengakaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata

sehari-hari, maka setelah menemukan hal-hal atau fakta baru, peserta didik

diharapkan dapat menyalurkan atau mengkomunikasikan kepada

teman-temannya. Maka dari itu keterampilan berkomunikasi perlu untuk terus

ditingkatkan dalam pembelajaran kontekstual.

Dalam proses pembelajaran, tentunya tidak hanya menekankan pada

aspek akademik saja, melainkan juga harus menekankan pada aspek

kepribadian. Pendidikan karakter anak sangat menentukan kepribadian

anak tersebut, sehingga sedini mungkin kepribadian seorang anak

sangatlah penting untuk diperhatikan. Hal tersebut juga tercermin dalam

acuan operasional penyusunan kurikulum 2006 yaitu meningkatkan iman

dan takwa serta akhlak mulia. Terdapat beragam akhlak mulia atau

kepribadian anak yang harus diperhatikan dan dikembangkan sejak dini,

salah satu kepribadian anak yang cukup memprihatinkan yaitu mengenai

(30)

terjadi saat Ujian Akhir Semester. Menurut pengalaman penulis saat SMA,

banyak peserta didik yang berbuat curang saat UAS berlangsung, misalnya

mencontek temannya, membawa ringkasan buku, searching di sosial

media, dan lain-lain. Perilaku demikian mereka lakukan hanya karena

ingin mendapatkan nilai yang terbaik, meskipun tanpa mereka sadari, hal

tersebut akan merusak kepribadian mereka. Seburuk apapun nilai UAS,

namun apabila mereka mengerjakannya dengan jujur dan dengan

kemampuan sendiri maka mereka akan mendapatkan kepuasan hati

tersediri dan perilaku tersebut dapat membentuk kepribadian yang positif

pada dirinya. Dalam pembelajaran kontekstual prinsip yang paling inti

atau utama yaitu Menemukan atau inquiry. Melalui upaya menemukan

akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta

kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari

mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan

sendiri. Dengan demikian maka pembelajaran kontekstual akan

membentuk integritas pribadi peserta didik yaitu kejujuran. Dengan prinsip

ini, peserta didik diharapkan dapat mengolah hasil pembelajaran sesuai

dengan apa yang mereka temukan, tidak mengada-ada atau memalsukan

sebuah fakta atau pernyataan. Jadi peserta didik akan mengakaitkan materi

pembelajaran dengan apa yang sesungguhnya mereka amati dalam

kehidupan nyata sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran kontekstual

dengan mengacu pada prinsip menemukan ini akan menumbuhkan atau

(31)

Dalam pembelajaran kontekstual diharapkan dapat terjadi interaksi

yang baik antara guru dengan peserta didik. Guru tidak hanya ceramah

saja, namun juga harus melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses

pembelajaran, misalnya dengan melakukan diskusi, presentasi, dan

lain-lain. Sehingga dengan demikian peserta didik akan merasa senang dan

lebih bersemangat dalam belajar. Hal tersebut terdapat dalam ciri-ciri

pembelajaran kontekstual yaitu: menyenangkan, tidak membosankan, dan

belajar dengan bergairah, maka diharapkan dapat meningkatkan minat

mereka dalam belajar, peserta didik akan semakin giat belajar dan

mengembangkan ilmunya. Maka dengan demikian, guru dapat

meningkatkan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kemampuan peserta didik sesuai dengan acuan

operasional penyusunan kurikulum 2006.

Berdasarkan beberapa uraian dan fenomena-fenomena di atas, maka

penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian mengenai “Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi

berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi,

integritas pribadi, dan minat belajar siswa”. Dan penelitian ini akan dilakukan pada beberapa SMA di wilayah Kabupaten Sleman yang

(32)

B. Batasan Masalah

Untuk lebih mengarahkan penelitian yang dilakukan, maka peneliti

membatasi ruang lingkup masalah yaitu: Hubungan tingkat keterlaksanaan

pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum

2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat

belajar siswa di SMA wilayah Kabupaten Sleman yang menerapkan

kurikulum 2006.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan batasan masalah di

atas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan

pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan

kurikulum 2006 dan keterampilan berkomunikasi?

2. Apakah ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan

pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan

kurikulum 2006 dan integritas pribadi (kejujuran)?

3. Apakah ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan

pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan

(33)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin di

capai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui adanya hubungan positif antara tingkat

keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi

berdasarkan kurikulum 2006 dan keterampilan berkomunikasi.

2. Untuk mengetahui adanya hubungan positif antara tingkat

keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi

berdasarkan kurikulum 2006 dan integritas pribadi (kejujuran).

3. Untuk mengetahui adanya hubungan positif antara tingkat

keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi

berdasarkan kurikulum 2006 dan minat belajar siswa.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memperluas

pengetahuan di bidang akuntansi terutama dalam bidang pendidikan

yang terkait dengan hubungan antara tingkat keterlaksanaan

pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan

kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas

pribadi (kejujuran), dan minat belajar siswa. Wawasan pengetahuan

ini juga dapat menjadi wacana pengetahuan bagi mahasiswa di

lingkungan pendidikan, khususnya bidang pendidikan akuntansi di

(34)

2. Manfaat praktis

a. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini merupakan penelitian yang dikhususkan

mempelajari hubungan antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran

kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006

dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi (kejujuran),

dan minat belajar siswa. Dari penelitian ini diharapkan dapat

digunakan oleh mahasiswa sebagai wahana penerapan ilmu yang

diperoleh selama kuliah dan dapat memperbanyak ilmu

pengetahuan yang didapat sehingga dapat menjadi bekal dimasa

depan.

b. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu

masukan akan pentingnya hubungan antara tingkat keterlaksanaan

pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan

kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas

pribadi (kejujuran), dan minat belajar siswa serta dapat bermanfaat

bagi peningkatan kualitas lulusan yang dicetak oleh SMA di

wilayah Kabupaten Sleman yang menerapkan kurikulum 2006.

c. Bagi Siswa

Penelitian ini dimaksudkan agar siswa dapat mengetahui dan

menyampaikan pendapatnya mengenai apa yang mereka rasakan.

(35)

kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006

dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi (kejujuran),

dan minat belajar siswa. Apakah terdapat hubungannya antara

ketiga variabel tersebut dengan pembelajaran kontekstual atau

hanya ada beberapa variabel yang mempunyai hubungan atau

bahkan tidak ada hubungannya sama sekali antara tiga variabel

tersebut dengan pembelajaran kontekstual.

d. Bagi Guru

Penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan guru

dalam hal melaksanakan pembelajaran kontekstual. Supaya guru

mengetahui adanya hal-hal yang akan muncul dari pembelajaran

kontekstual tersebut serta guru dapat mengetahui bagaimana

hubungan antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual

pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan

keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi (kejujuran), dan

minat belajar siswa. Dengan demikian, maka diharapkan para guru

untuk terus meningkatkan kompetensinya yang telah

diprasyaratkan. Karena guru merupakan faktor penentu dalam

kemajuan pendidikan bangsa, supaya dapat tercipta generasi

(36)

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada

peneliti selanjutnya dalam rangka melakukan penelitian.

Diharapkan dengan penelitian ini, peneliti selanjutnya dapat

mengambil sebuah pelajaran, pengalaman, serta dapat mengambil

hikmah atau kekurangan dari penelitian sebelumnya untuk

dijadikan sebuah referensi guna melakukan penelitian yang lebih

(37)

13 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kurikulum 2006 atau KTSP

1. Pengertian Kurikulum 2006

Sebelum membahas pengertian kurikulum 2006, terlebih dahulu

akan dibahas mengenai pengertian kurikulum secara umum. Secara

umum kurikulum berasal dari bahasa latin yaitu Curiculum,

sedangkan menurut bahasa Prancis adalah Cuurier yang artinya

berlari. Istilah kurikulum pada awalnya dipakai dalam dunia olahraga

dengan istilah Curriculae yaitu suatu jarak yang harus ditempuh oleh

pelari atau kereta dalam perlombaan, dari awal sampai akhir. Dari

dunia olahraga istilah kurikulum masuk ke dunia pendidikan yang

berarti sejumlah mata kuliah di perguruan tinggi. Dalam kamus

webstar tahun 1955 kurikulum diartikan sejumlah mata pelajaran di

sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi yang harus ditempuh

untuk mencapai suatu ijazah.

Alice Miel (Kunandar, 2008:123) menyatakan bahwa kurikulum

adalah segala pengalaman dan pengaruh yang bercorak pendidikan

yang diperoleh anak di sekolah. Kurikulum mencakup pengetahuan,

kecakapan, kebiasaan-kebiasaan, sikap, apresiasi, cita-cita,

norma-norma, pribadi guru, kepala sekolah, dan seluruh pegawai sekolah.

(38)

Nasional Pendidikan, kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Menurut Kunandar (2008:125), kurikulum 2006 adalah

kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh

masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum 2006 dikembangkan oleh setiap

kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah atau madrasah

di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan atau kantor

Depag Kabupaten atau Kota untuk Pendidikan Dasar dan Dinas

Pendidikan atau Kantor Depag untuk Pendidikan Menengah dan

Pendidikan Khusus. Menurut Prasetyo Utomo (Joko, 2008:96)

Keuntungan yang dapat diraih guru dengan kurikulum 2006 atau

KTSP ini adalah keleluasaan memilih bahan ajar dan peserta didik

diharapkan dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan

kemampuan, kebutuhan, dan minatnya.

2. Konsep Dasar Kurikulum 2006

Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15)

dikemukakan bahwa kurikulum 2006 atau KTSP adalah kurikulum

operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

satuan pendidikan. Penyusunan kurikulum 2006 dilakukan oleh satuan

(39)

kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan

Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Kurikulum 2006 disusun dan dikembangkan berdasarkan

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut:

a. Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional

pendidikan untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional

b. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan

dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan

pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan

kurikulum 2006 atau KTSP adalah sebagai berikut (Mulyasa,

2007:19):

a. Kurikulum 2006 dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan

pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta sosial budaya

masyarakat setempat dan peserta didik.

b. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat

satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar

kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi

dinas pendidikan kabupaten atau kota, dan departemen agama

(40)

c. Kurikulum 2006 untuk setiap program studi di perguruan tinggi

dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan

tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

3. Karakteristik Kurikulum 2006

Menurut Kunandar (2008:138), sebagai sebuah konsep,

sekaligus sebagai sebuah program, kurikulum 2006 memiliki

karakteristik sebagai berikut:

a. KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik

secara Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan individual

maupun klasikal. Dalam KTSP peserta didik dibentuk untuk

mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai,

sikap, dan minat, yang pada akhirnya akan membentuk pribadi

yang terampil dan mandiri.

b. KTSP berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.

c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan

dan metode yang bervariasi.

d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lainnya

yang memenuhi unsur edukatif.

e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam

(41)

4. Prinsip Pengembangan Kurikulum

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan

kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

b. Beragam dan terpadu.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,

dan seni.

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan.

f. Belajar sepanjang hayat.

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

5. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum

Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan

menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut (Kunandar, 2008:142):

a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan,

dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang

berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus

mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta

memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara

bebas, dinamis, dan menyenangkan.

b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar

belajar, yaitu: belajar untuk beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, belajar untuk memahami dan

(42)

secara efektif, belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi

orang lain, dan belajar untuk membangun dan menemukan jati

diri, melalui pross pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan.

c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat

pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan percepatan

sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta

didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan

pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan,

keindividuan, kesosialan, dan moral.

d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik

dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab,

terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing

madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada.

e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan

multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang

memadahi, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai

sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru

(semua yang terjadi, tergelar, dan berkembang di masyarakat

dan lingkungan sekitar serta lingkungan sekitar alam semesta

(43)

f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam,

sosial, dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan

pendidikan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata

pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri

diselenggarakan dalam keseimbanagn, keterkaitan, dan

kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas dan jenis

serta jenjang pendidikan.

6. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum 2006 atau KTSP

Acuan operasional penyusunan kurikulum 2006 atau KTSP

sedikitnya mencakup 12 acuan (Mulyasa, 2007:168), yaitu:

a. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. Keimanan dan

ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan

kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang

memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang

peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.

b. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan

tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik.

Kurikulum disusun agar memungkinkan pengembangan

keragaman potensi, minat, kecerdasan, intelektual, emosional,

spiritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal sesuai

(44)

c. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan.

Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan

keragaman karakteristik lingkungan, oleh karena itu kurikulum

harus memuat keragaman tersebut untuk menghasikan lulusan

yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan daerah.

d. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional. Pengembangan

kurikulum harus memperhatikan keseimbangan tuntutan

pembangunan daerah dan nasional.

e. Tuntutan dunia kerja. Kurikulum harus memuat kecakapan

hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja

sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan

kebutuhan dunia kerja, khususnya bagi mereka yang tidak

melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

f. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan

berkesinambungan sejalan dengan perkembangan Ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni.

g. Agama. Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan

toleransi dan kerukunan umat beragama, dan memperhatikan

norma agama yang berlaku di lingkungan sekolah.

h. Dinamika perkembangan global. Kurikulum harus

dikembangkan agar peserta didik mampu bersaing secara global

(45)

i. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Kurikulum harus

mendorong wawasan dan sikap kebangsaan dan persatuan

nasional utuk memperkuat keutuhan bangsa dalam NKRI.

j. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Kurikulum harus

dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial

budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian

keragaman budaya.

k. Kesetaraan Gender. Kurikulum harus diarahkan kepada

pendidikan yang berkeadilan dan mendorong tumbuh

kembangnya kesetaraan gender.

l. Karakteristik satuan pendidikan. Kurikulum harus

dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri

khas satuan pendidikan.

7. Tujuan Kurikulum 2006

Dalam bukunya Mulyasa (2007:22), secara umum tujuan

diterapkannya kurikulum 2006 adalah untuk memandirikan dan

memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan

(otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk

melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam

pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan diterapkannya

(46)

a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan

inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola,

dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.

b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan

bersama.

c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan

tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.

B. Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual

1. Pengertian Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual

Keterlaksanaan berasal dari kata laksana, yang menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2007:627) berarti sifat, laku, atau perbuatan.

Imbuhan keter-an menyatakan sesuatu hal atau peristiwa yang telah

terjadi. Dengan demikian, maka keterlaksanaan berarti sesuatu hal

atau peristiwa yang telah terjadi. Sedangkan menurut Blanchard,

Berns, dan Erickson (Kokom, 2011:6) pembelajaran kontekstual

merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia

nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja.

(47)

dalam pembelajaran kontekstual, siswa menemukan hubungan penuh

makna antara ide-ide abstrak dengan penerapan praktis di dalam

konteks dunia nyata. Siswa menginternalisasi konsep melalui

penemuan, penguatan, dan keterhubungan. Pembelajaran kontekstual

menghendaki kerja dalam sebuah tim, baik di kelas, laboratorium,

tempat kerja, maupun bank. Pembelajaran kontekstual menuntut guru

mendesain lingkungan belajar yang merupakan gabungan beberapa

bentuk pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan. Sedangkan

menurut Johnson (Kokom, 2011:6) pembelajaran kontekstual

memungkinkan siswa menghubungkan isi materi dengan konteks

kehidupan sehari-hari untuk mengungkapkan makna.

Elaine B. Johnson (Rusman, 2013:187) mengatakan

pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak

untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Lebih lanjut,

Elaine mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu

sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan

makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari

kehidupan sehari-hari siswa. Jadi, pembelajaran kontekstual adalah

usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri

tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari

konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata.

The Washington State Consortium For Contextual Teaching and

(48)

kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa

memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan

keterampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan di luar

sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia

nyata. Pembelajaran kontekstual terjadi ketika siswa menerapkan dan

mengalami apa yang diajarkan dengan mengacu pada

masalah-masalah riil yang berasosiasi dengan peranan dan tanggung jawab

mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, siswa, dan selaku

pekerja.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa keterlaksanaan pembelajaran kontekstual adalah suatu

pendekatan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh suatu sekolah

dengan mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan

nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,

masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan

makna materi tersebut bagi kehidupannya.

2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik yang

khas yang membedakannya dengan pendekatan pembelajaran yang

lain. Menurut Johnson (Kokom, 2011:7) terdapat 8 karakteristik dalam

pembelajaran kontekstual, yaitu:

(49)

belajar aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual,

orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok,

dan orang yang dapat belajar sambil berbuat.

b. Doing significant work (melakukan pekerjaan penting). Siswa

membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai

konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai anggota

masyarakat.

c. Self-regulated learning (belajar mengatur sendiri). Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujannya, ada

urusannya dengan orang lain, ada hubunganya dengan

penentuan pilihan, dan ada produk atau hasilnya yang sifatnya

nyata. Pada akhirnya, peserta didik harus menjadi pelajar

sepanjang hayat, hal ini berarti peserta didik selalu memiliki

keinginan dan dapat mencari, meneliti, dan menggunakan

informasi dengan kesadaran sendiri tanpa diawasi. Dalam hal ini

dituntut kesadaran tinggi dari peserta didik.

d. Collaborating (kerja sama). Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok,

membantu mereka memahami bagaimana mereka saling

memengaruhi dan saling berkomunikasi.

e. Critical and creative thinking (berpikir kritis dan kreatif). Siswa

dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara

(50)

memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan

bukti-bukti dan logika.

f. Nurturing the individual (memelihara individu). Siswa memelihara pribadinya: mengetahui, memberi perhatian,

memberi harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan

memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa

dukungan orang dewasa.

g. Reaching high standarts (mencapai standar tinggi). Artinya, siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi:

mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk

mencapainya.

h. Using authentic assessment (penggunaan penilaian sebenarnya). Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi:

mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk

mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa cara

mencapai apa yang disebut “excellence”.

i. Using authentic assessment (mengadakan asesmen autentik). Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks

dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna. Misalnya, siswa

boleh menggambarkan informasi akademis yang telah mereka

(51)

Sedangkan menurut Sounder (Kokom, 2011:8), pembelajaran

kontekstul pada REACT (Relating: belajar dalam konteks pengalaman

hidup, Experiencing: belajar dalam konteks pencarian dan penemuan,

Appliying: belajar ketika pengetahuan diperkenalkan dalam konteks

penggunaannya, Cooperating: belajar melalui konteks komunikasi

interpersonal dan saling berbagi, Transfering: belajar penggunaan

pengetahuan dalam suatu konteks atau situasi baru, penjelasan

masing-masing prinsip pembelajaran kontekstual tersebut adalah

sbagai berikut:

a. Keterkaitan, relevansi (relating)

Proses pembelajaran hendaknya ada keterkaitan dengan

bekal pengetahuan yang telah ada pada diri siswa (relevansi antar

faktor internal seperti bekal pengetahuan, keterampilan, bakat,

minat, dengan faktor eksternal seperti ekspose media dan

pembelajaran oleh guru dan lingkungan luar), dan dengan konteks

pengalaman dalam kehidupan dunia nyata seperti manfaat untuk

bekal bekerja di kemudian hari.

b. Pengalaman langsung (Experiencing)

Dalam proses pembelajaran, siswa perlu mendapatkan

pengalaman langsung melalui kegiatan eksplorasi, penemuan,

inventori, investigasi, penelitian, dan sebagainya. Experiencing

dipandang sebagai jantung pembelajaran kontekstual. Proses

(52)

kesempatan untuk memanipulasi peralatan, memanfaatkan

sumber belajar, dan melakukan bentuk-bentuk kegiatan penelitian

yang lain secara aktif. Untuk mendorong daya tarik dan motivasi,

sangatlah bermanfaat penggunaan strategi pembelajaran dan

media seperti audio, video, membaca, dan menelaah buku teks,

dan sebagainya.

c. Aplikasi (appliying)

Menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang

dipelajari dalam situasi dan konteks yang lain merupakan

pembelajaran tingkat tinggi, lebih dari sekedar hafal. Kemampuan

siswa untuk menerapkan materi yang telah dipelajari untuk

diterapkan atau digunakan pada situasi lain berbeda merupakan

penggunaan fakta konsep, prinsip atau prosedur atau “pencapaian

tujuan pembelajaran dalam bentuk menggunakan”. Kemampuan

siswa menerapkan konsep dan informasi dalam konteks yang

bermanfaat juga dapat mendorong siswa untuk memikirkan karir

dan pekerjaan di masa depan yang mereka minati. Dalam

pembelajaran kontekstual, penerapan ini lebih banyak diarahkan

pada dunia kerja. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas,

pengenalan dunia kerja ini dilaksanakan dengan menggunakan

buku teks, video, laboratorium, dan bila memungkinkan

(53)

kegiatan karyawisata, praktik kerja lapangan, magang, dan

sebagainya.

d. Kerja sama (cooperating)

Kerja sama dalam konteks saling tukar pikiran, mengajukan

dan menjawab pertanyaan, komunikasi, interaktif antar sesama

siswa, antar siswa dan guru, antar siswa dan nara sumber,

memecahkan masalah dan mengerjakan tugas bersama merupakan

strategi pembelajaran pokok dalam pembelajaran kontekstual.

Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa belajar

menguasai materi pembelajaran, tetapi juga sekaligus

memberikan wawasan pada dunia nyata bahwa untuk

menyelesaikan suatu tugas akan lebih berhasil jika dilakukan

secara bersama-sama atau kerja sama dalam bentuk tim kerja.

e. Alih pengetahuan (transfering)

Pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan

siswa untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap

yang telah dimiliki pada situasi lain.

3. Prinsip Pembelajaran Kontekstual

CTL, sebagai suatu model, dalam implementasinya tentu saja

memerlukan perencanaan pembelajaran yang mencerminkan konsep

dan prinsip CTL.

Setiap model pembelajaran, di samping memiliki unsur

(54)

model memiliki karakteristik khas tertentu, yang tentu saja

berimplikasi pada adanya perbedaan tertentu pula dalam membuat

desain (skenario) yang disesuaikan dengan model yang akan

diterapkan.

Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus

dikembangkan oleh guru (Rusman, 2013:193), yaitu:

a. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi)

dalam CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia

sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks

yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep

atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus

membangun pengetahuan itu memberi makna melalui

pengalaman yang nyata. Batasan konstruktivisme di atas

memberikan penekanan bahwa konsep bukanlah tidak penting

sebagai bagian integral dari pengalaman belajar yang harus

dimiliki oleh siswa, akan tetapi bagaimana dari setiap konsep

atau pengetahuan yang dimiliki siswa itu dapat memberikan

pedoman nyata terhadap siswa untuk diaktualisasikan dalam

(55)

b. Menemukan (Inquiry)

Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui

upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa

pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan

lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat

seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan

sendiri. Kegiatan pembelajaran yang mengarah pada upaya

menemukan, telah lama diperkenalkan pula dalam pembelajaran

inquiry and discovery. Tentu saja unsur menemukan dari kedua

pembelajaran yaitu CTL dan inquiry and discovery secara

prinsip tidak banyak perbedaan, intinya sama, yaitu model atau

sistem pembelajaran yang membantu siswa baik secara individu

maupun kelompok belajar untuk menemukan sendiri sesuai

dengan pengalaman masing-masing.

c. Bertanya (Questioning)

Unsur lain yang menjadi karakteristik CTL adalah

kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Pengetahuan yang

dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh karena itu,

bertanya merupakan strategi utama dalam CTL. Penerapan

unsur bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru,

kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam

menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada

(56)

pada tahapan sebelumnya, berkembangnya kemampuan dan

keinginan untuk bertanya, sangat dipengaruhi oleh suasana

pembelajaran yang dikembangkan oleh guru.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan

siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber

belajar dari teman-teman belajarnya. Seperti yang disarankan

dalam learning community, bahwa hasil pembelajaran diperoleh

dari kerja sama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman

atau sharing. Melalui sharing ini anak dibiasakan untuk saling

memberi dan menerima, sifat ketergantungan yang positif dalam

learning community dikembangkan. e. Pemodelan (Modelling)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumitnya

masalah hidup yang dihadapi serta tuntutan siswa yang semakin

berkembang dan beranekaragam, telah berdampak pada

kemampuan guru yang memiliki kemampuan lengkap, dan ini

yang sulit dipenuhi. Oleh karena itu, maka kini guru bukan

satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala

kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan

mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai

dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen.

(57)

alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa

memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu

mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi

atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah

berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di

masa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya

sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan

pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada saat

refleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang,

membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan

dirinya sendiri.

g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

Tahap terakhir dari pembelajaran kontekstual adalah

melakukan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari

pembelajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk

mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran

melalui penerapan CTL. Penilaian adalah proses pengumpulan

berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran

atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan

terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai

(58)

pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman

belajar setiap siswa.

4. Ciri-ciri Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa ciri-ciri yang

menandakan terciptanya pembelajaran kontekstual tersebut,

ciri-cirinya antara lain (Kunandar, 2008:298): Adanya kerjasama antar

semua pihak; menekankan pentingnya pemecahan masalah atau

problem; bermuara pada keragaman konteks kehidupan siswa yang

berbeda-beda; saling menunjang; menyenangkan dan tidak

membosankan; belajar dengan bergairah; pembelajaran terintegrasi,

menggunakan berbagai sumber; siswa aktif; sharing dengan teman;

siswa kritis dan guru kreatif; dinding kelas dan lorong-lorong penuh

dengan hasil karya siswa: peta, gambar, artikel, humor, dan

sebagainya; laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil

karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan sebagainya.

C. Keterampilan Berkomunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Secara luas komunikasi adalah setiap bentuk tingkah laku

seseorang baik verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh orang

lain. Menurut Johnson (Supratiknya, 1995:30), komunikasi mencakup

(59)

tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga juga

merupakan sebentuk komunikasi. Secara sempit komunikasi diartikan

sebagai pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih

penerima dengan maksud sadar untuk memengaruhi tingkah laku si

penerima.

Menurut Effendy (Makmun, 2015:6), komunikasi adalah proses

penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain

dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua

pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media

tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah

orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan.

Sedangkan menurut Evertt M. Rogers (Makmun, 2015:6)

komunikasi merupakan suatu proses yang di dalamnya terdapat suatu

gagasan yang dikirimkan oleh sumber kepada penerima dengan tujuan

untuk merubah perilakunya. Pendapat senada juga dikemukakan oleh

Theodore Herbert (Makmun, 2015:6), yang mengatakan bahwa

komunikasi merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti

pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya

dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, menurut Makmun

(2015:7) maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu

(60)

pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara

lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,

komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik

badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,

menggelengkan kepala, mengangkat bahu, dll. Cara seperti itulah

yang disebut sebagai komunikasi nonverbal.

2. Aspek Utama Komunikasi

Menurut John W. (2009:273) dalam melaksanakan pembelajaran

dan pengajaran baik sebagai guru maupun sebagai siswa

membutuhkan dan dibutuhkan keterampilan berkomunikasi yang baik

sehingga pembelajaran dan pengajaran dapat mencapai tujuan yang

ingin dicapainya. Tiga aspek utama dari komunikasi adalah

keterampilan berbicara, keterampilan mendengarkan, dan komunikasi

non verbal.

a. Keterampilan Berbicara

Berbicara di depan kelas yang dilakukan oleh guru

maupun dilakukan oleh siswa, hal yang harus diingat adalah

untuk dengan jelas mengkomunikasikan informasi.

Menurut John. W (2009:273) ada beberapa strategi yang

bagus untu

Gambar

Tabel 3.1 Nama dan Alamat Sekolah
Tabel 3.2 Nama Sekolah dan Jumlah Siswa Kelas XII IPS
Tabel 3.3 Nama Sekolah dan Jumlah Responden
Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Pembelajaran Kontekstual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Identifikasi hama dan patogen penyakit dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dengan menggunakan

Dari hasil uji regresi diatas menunjukkan bahwa kelancaran tadarus yang paling berhubungan dengan prestasi belajar hafalan Al- Qur’an juz ke 30 dengan Nilai R

[r]

maintenance data mata pelajaran yang terdapat pada rancangan sistem informasi. akademik (siakad) memiliki 3 aktor yang terlibat didalam prosesnya

Setelah menyelesaikan penandatanganan kontrak kerja calon petugas akan mendapatkan surat undangan pelatihan, surat tersebut nantinya akan digunakan untuk mengikuti

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh suhu penggorengan hampa terhadap sifat fisik, komposisi kimia dan organoleptik keripik buah

Jika dibandingkan dengan limbah cair yang berasal dari bahan bakar fosil seperti limbah hasil petroleum refining dengan kandungan organik berkisar antara 300 – 600

Pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan untuk anak sejak lahir sampai dengan enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan