viii ABSTRAK
HUBUNGAN TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI AKUNTANSI BERDASARKAN KURIKULUM 2006 DENGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI,
INTEGRITAS PRIBADI, DAN MINAT BELAJAR SISWA
Survei pada Lima SMA Negeri di Wilayah Kabupaten Sleman
F. Rika Hebriella
Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif: 1) tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan keterampilan berkomunikasi; 2) tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan integritas pribadi; 3) tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan minat belajar siswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Desember 2015 sampai Februari 2016. Populasi penelitian sebanyak 1.102 siswa. Jumlah sampel penelitian sebanyak 295 siswa. Teknik penarikan sampel adalah cluster sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan korelasi Spearman.
viii ABSTRACT
CORRELATION BETWEEN CONTEXTUAL LEARNING FULFILLMENT LEVEL IN ACCOUNTING BASED ON 2006 CURRICULUM AND COMMUNICATION SKILLS, PERSONAL
INTEGRITY, AND STUDENT LEARNING INTEREST
A Survey in Five Senior High Schools in Sleman Regency
F. Rika Hebriella
Sanata Dharma University
2016
This study aims to examine correlation between: 1) fulfillment level of contextual learning in accounting based on 2006 curriculum and communication skills; 2) fulfillment level of contextual learning in accounting based on 2006 curriculum and personal integrity; 3) fulfillment level of contextual learning in accounting based on 2006 curriculum and student learning interest.
This study is a correlational research. The research was conducted from December 2015 to February 2016. The population were 1.102 students. The samples were 295 students. The sampling technique was cluster sampling. Data were collected by using questionnaires. The data were analyzed by using descriptive statistics and Spearman correlation.
The results show that: 1) there is a positive correlation between fulfillment level of contextual learning in accounting based on 2006 curriculum and communication skills (Spearman's rho = (+) 0.578, the Sig. (One-tailed) = 0,000 <
HUBUNGAN TINGKAT KETERLAKSANAAN
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI
AKUNTANSI BERDASARKAN KURIKULUM 2006 DENGAN
KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI, INTEGRITAS
PRIBADI, DAN MINAT BELAJAR SISWA
Survei pada Lima SMA Negeri di Wilayah Kabupaten Sleman
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
F. RIKA HEBRIELLA NIM: 121334029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
HUBUNGAN TINGKAT KETERLAKSANAAN
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI
AKUNTANSI BERDASARKAN KURIKULUM 2006 DENGAN
KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI, INTEGRITAS
PRIBADI, DAN MINAT BELAJAR SISWA
Survei pada Lima SMA Negeri di Wilayah Kabupaten Sleman
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
F. RIKA HEBRIELLA NIM: 121334029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Survei pada Lima SMA Negeri di Wilayah Kabupaten Sleman
Telah disetujui oleh:
Survei pada Lima SMA Negeri di Wilayah Kabupaten Sleman
Ketua
Sekretaris Anggota
Anggota
Anggota
Yogyakarta,24 1:uru2016
itas Sanata Dharma
iv
Karya ini kupersembahkan untuk:
Bunda Maria dan Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan banyak
muzizat, pertolongan, serta kelancaran dalam mengerjakan skripsi ini.
Orang tuaku tersayang, Bapak FX. Karmijan dan Ibu S. Nurwandari yang
selalu rela memberikan segalanya untukku, juga selalu mendoakan,
mendukung, dan memberikan motivasi kepadaku.
Kakakku Catarina Nande gayuh Paskasari yang selalu memberikan doa,
dukungan, dan motivasinya untukku.
Adek sepupuku tersayang Benedikta Atika Putri yang selalu setia
menemani penelitianku, dan juga selalu memberikan doa dan semangat
untukku.
My beloved Daniel Danu W yang selalu menemani, memberikan doa,
semangat dan dorongan kepadaku untuk menyelesaikan skripsi ini.
My beloved friends Vena, Gisel, Helena, Dila, Siska, Natalia, Mitha, dan
Siwi. Terimakasih atas kebersamaan kita selama ini, ketawa nangis bareng
kita lalui bersama-sama. Terimakasih atas dukungan dan doa dari kalian
semua.
Gengs Upik Abu Tasia, Ata, Inda, Bene. Terimakasih atas kebersamaan
serta doa dan motivasi dari kalian semua.
Temen-temen seperjuangan, Gisel, Helena, Dila, Nopi, Boru, Sisil, Adis,
Beta, Sophi. Terimakasih untuk kerjasamanya selama ini guys.
Semua temen-temen Pak A dan Pak B angkatan 2012 yang selalu
menjadi motivasi aku dalam menyelesaikan skripsi ini.
v
Motto
“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa
dengan penuh kepercayaan, kamu akan
menerimanya”
(Matius 21:22)
“God is stronger than the other problems we
got. Don’t pray for an easy life, but pray to
be a strong person”
(Kutipan Jesuit)
“Janganlah takut untuk melangkah, karena
jarak 1000 mil dimulai dengan langkah
pertama”
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 Juni 2016
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : F. Rika Hebriella
Nomor Mahasiswa : 121334029
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Hubungan Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual pada Materi Akuntansi Berdasarkan Kurikulum 2006 dengan Keterampilan Berkomunikasi,
Integritas Pribadi, dan Minat Belajar Siswa.
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 24 Juni 2016
Yang menyatakan
viii ABSTRAK
HUBUNGAN TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI AKUNTANSI BERDASARKAN KURIKULUM 2006 DENGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI,
INTEGRITAS PRIBADI, DAN MINAT BELAJAR SISWA
Survei pada Lima SMA Negeri di Wilayah Kabupaten Sleman
F. Rika Hebriella
Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif: 1) tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan keterampilan berkomunikasi; 2) tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan integritas pribadi; 3) tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan minat belajar siswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Desember 2015 sampai Februari 2016. Populasi penelitian sebanyak 1.102 siswa. Jumlah sampel penelitian sebanyak 295 siswa. Teknik penarikan sampel adalah cluster sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan korelasi Spearman.
ix ABSTRACT
CORRELATION BETWEEN CONTEXTUAL LEARNING FULFILLMENT LEVEL IN ACCOUNTING BASED ON 2006 CURRICULUM AND COMMUNICATION SKILLS, PERSONAL
INTEGRITY, AND STUDENT LEARNING INTEREST
A Survey in Five Senior High Schools in Sleman Regency
F. Rika Hebriella
Sanata Dharma University
2016
This study aims to examine correlation between: 1) fulfillment level of contextual learning in accounting based on 2006 curriculum and communication skills; 2) fulfillment level of contextual learning in accounting based on 2006 curriculum and personal integrity; 3) fulfillment level of contextual learning in accounting based on 2006 curriculum and student learning interest.
This study is a correlational research. The research was conducted from December 2015 to February 2016. The population were 1.102 students. The samples were 295 students. The sampling technique was cluster sampling. Data were collected by using questionnaires. The data were analyzed by using descriptive statistics and Spearman correlation.
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan berkah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Hubungan
Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual pada Materi Akuntansi
Berdasarkan Kurikulum 2006 dengan Keterampilan Berkomunikasi, Integritas Pribadi, dan Minat Belajar Siswa dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis
mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik
secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan
dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma,
2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta,
3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
xi
4. Ibu Natalina Premastuti B, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang
telah membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini,
5. Para dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan
berbagai pengetahuan dalam proses perkuliahan,
6. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah
membantu kelancaran proses belajar,
7. Orang tuaku Bapak FX. Karmijan dan Ibu S. Nurwandari yang selalu rela
memberikan segalanya untukku, juga selalu mendoakan, mendukung, dan
memberikan motivasi kepadaku,
8. Kakakku Catarina Nande gayuh Paskasari yang selalu memberikan doa,
dukungan, dan motivasinya untukku,
9. Adek sepupuku Benedikta Atika Putri yang selalu setia menemani
penelitianku, dan juga selalu memberikan doa dan semangat untukku,
10.Daniel Danu W yang selalu menemani, memberikan doa, semangat dan
dorongan kepadaku untuk menyelesaikan skripsi ini,
11.My beloved friends Vena, Gisel, Helena, Dila, Siska, Natalia, Mitha, dan
Siwi yang selalu memberikan doa, semangat, dan dukungan untuk segera
menyelesaikan skripsi ini,
12. Gengs Upik Abu Tasia, Ata, Inda, Bene yang telah memberikan doa dan
motivasi untukku,
13.Sahabatku Gereja sejak kecil, Shinta dan Ika yang selalu memberikan
xii
14.Temen-temen seperjuangan, Gisel, Helena, Dila, Nopi, Boru, Sisil, Adis,
Beta, Sophi yang selama ini selalu membantu, memberikan kerjasamanya
dengan baik, serta saling mendukung satu sama lain selama proses skripsi
berlangsung,
15.Semua temen-temen Pak A dan Pak B angkatan 2012 yang selalu menjadi
motivasi aku dalam menyelesaikan skripsi ini,
16.Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk
bantuan dan dukungannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan
dan kekurangannya, maka penulis sangat membutuhkan kritik dan saran dari
berbagai pihak. Akhirnya penulis mengucapkan selamat membaca semoga
bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, 24 Juni 2016
Penulis
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah... 8
C. Rumusan Masalah ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 9
xiv
BAB II KAJIAN TEORI ... 13
A. Kurikulum 2006 ... 13
1. Pengertian Kurikulum 2006 ... 13
2. Konsep Dasar Kurikulum 2006 ... 14
3. Karakteristik Kurikulum 2006 ... 16
4. Prinsip Pengembangan Kurikulum ... 17
5. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum ... 17
6. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum 2006 ... 19
7. Tujuan Kurikulum 2006 ... 21
B. Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual ... 22
1. Pengertian keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual ... 22
2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual ... 24
3. Prinsip Pembelajaran Kontekstual ... 29
4. Ciri-ciri Pembelajaran Kontekstual ... 34
C. Keterampilan Berkomunikasi... 34
1. Pengertian Komunikasi ... 34
2. Aspek Utama Komunikasi ... 36
3. Keterampilan Dasar Berkomunikasi ... 38
4. Jenis Komunikasi ... 40
5. Bentuk-bentuk Komunikasi ... 41
6. Komponen Komunikasi ... 41
xv
D. Integritas Pribadi ... 43
1. Pengertian ... 43
2. Komponen-komponen Karakter yang Baik ... 46
3. Ciri-ciri Orang Jujur ... 50
E. Minat ... 52
1. Pengertian Minat ... 52
2. Jenis Minat ... 54
3. Faktor yang Mempengaruhi Minat ... 55
4. Indikator Minat... 56
F. Kerangka Berpikir ... 57
1. Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi ... 59
2. Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan integritas pribadi... 60
3. Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan minat belajar ... 61
G. Model Penelitian ... 62
H. Hipotesis ... 63
BAB III METODE PENELITIAN... 65
xvi
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 65
1. Tempat Penelitian... 65
2. Waktu Penelitian ... 66
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 66
1. Subjek Penelitian ... 66
2. Objek Penelitian ... 66
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling... 66
1. Populasi ... 66
2. Sampel ... 69
3. Teknik Sampling ... 70
E. Definisi Operasionalisasi Variabel dan Pengukurannya ... 71
1. Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual ... 71
2. Keterampilan Berkomunikasi... 74
3. Integritas Pribadi ... 76
4. Minat Belajar ... 77
F. Teknik Pengumpulan Data ... 79
G. Pengujian Instrumen Penelitian... 79
1. Validitas ... 79
2. Reliabilitas ... 87
H. Teknik Analisis Data ... 89
1. Analisis Data Deskriptif ... 89
xvii
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 98
A. SMA Negeri 1 Depok... 98
B. SMA Negeri 1 Mlati ... 100
C. SMA Negeri 1 Tempel ... 102
D. SMA Negeri 2 Sleman ... 105
E. SMA Negeri 1 Ngaglik ... 107
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 110
A. Deskripsi Data ... 110
1. Deskripsi Responden Penelitian ... 110
2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 112
B. Pengujian Hipotesis ... 117
C. Pembahasan ... 122
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 132
A. Kesimpulan ... 132
B. Keterbatasan ... 133
C. Saran ... 133
DAFTAR PUSTAKA ... 137
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Nama dan Alamat Sekolah ... 65
Tabel 3.2 Nama Sekolah dan Jumlah Siswa Kelas XII IPS ... 67
Tabel 3.3 Nama Sekolah dan Jumlah Responden ... 70
Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Pembelajaran Kontekstual ... 72
Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Keterampilan Berkomunikasi ... 75
Tabel 3.6 Operasionalisasi Variabel Integritas Pribadi ... 76
Tabel 3.7 Operasionalisasi Variabel Minat Belajar ... 78
Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel Pembelajaran Kontekstual ... 81
Tabel 3.9 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel Keterampilan Berkomunikasi ... 82
Tabel 3.10 Hasil Pengujian Ulang Validitas Instrumen Penelitian Variabel Keterampilan Berkomunikasi ... 84
xix
Tabel 3.12 Hasil Pengujian Ulang Validitas Instrumen Penelitian Variabel
Integritas Pribadi ... 86
Tabel 3.13 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel
Minat Belajar ... 87
Tabel 3.14 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 88
Tabel 3.15 Nilai Presentil PAP Tipe II ... 90
Tabel 3.16 Rentang Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual ... 92
Tabel 3.17 Rentang Keterampilan Berkomunikasi ... 93
Tabel 3.18 Rentang Integritas Pribadi ... 93
Tabel 3.19 Rentang Minat Belajar ... 94
Tabel 3.20 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan ... 96
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Asal Sekolah ... 110
Tabel 5.2 Status Sekolah Asal Siswa ... 111
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin ... 111
Tabl 5.4 Interpretasi Penilaian Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran
Kontekstual ... 112
xx
Tabel 5.6 Interpretasi Penilaian Integritas Pribadi ... 115
Tabel 5.7 Interpretasi Penilaian Minat Belajar ... 116
Tabel 5.8 Hasil Uji Korelasi Antara Tingkat Keterlaksanaan
Pembelajaran Kontekstual dan Ketrampilan Berkomunikasi... 118
Tabel 5.9 Hasil Uji Korelasi Antara Tingkat Keterlaksanaan
Pembelajaran Kontekstual dan Integritas Pribadi ... 119
Tabel 5.10 Hasil Uji Korelasi Antara Tingkat Keterlaksanaan
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Instrumen Penelitian... 141
Lampiran 2 Data Jumlah Siswa Per Sekolah Di Kabupaten Sleman
Yang Menerapkan Kurikulum 2006 ... 152
Lampiran 3 Data Induk Penelitian ... 153
Lampiran 4 Uji Validitas ... 178
Lampiran 5 Uji Reliabilitas ... 185
Lampiran 6 Tabel r dan Perhitungan Mencari Tabel r ... 186
Lampiran 7 Uji Korelasi Spearman... 188
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah proses pembentukan dan pengembangan potensi
menjadi sebuah kompetensi, sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan
adalah sebuah perjalanan kreatif yang menghantarkan kita menuju
pengenalan dan pembentukan jati diri. Namun seperti yang telah kita
ketahui bersama, pendidikan di Indonesia semakin hari kualitasnya
semakin menurun. Berdasarkan survey United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization atau UNESCO terhadap kualitas
pendidikan di Negara-negara berkembang se Asia Pasific, Indonesia
pernah menempati peringkat ke 10 dari 14 negara, sedangkan untuk
kualitas guru, Indonesia menempati urutan ke 14 dari 14 negara
berkembang. Hal tersebut membuktikan bahwa kualitas pendidikan di
Indonesia sangatlah rendah.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas
pendidikan di Indonesia, salah satunya adalah faktor guru yaitu lemahnya
para guru dalam menggali potensi anak. Guru mempunyai peranan yang
sangat penting dalam hal mencerdaskan anak bangsa. Para pendidik sering
kali memaksakan kehendaknya tanpa melihat kebutuhan, minat, dan bakat
yang dimiliki oleh para peserta didik. Pendidikan hendaknya
membuat anak merasa tertekan dan kurang nyaman dalam menuntut ilmu.
Proses pendidikan yang baik dan sangat diharapkan ialah proses
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak untuk kreatif dan
dapat terus mengembangkan bakat dan minatnya. Selain faktor guru
terdapat juga faktor kurikulum yang dapat mempengaruhi kualitas
pendidikan suatu negara. Seiring kemajuan jaman, terdapat pula
perkembangan kurikulum yang ditetapkan oleh para pemerintah.
Kurikulum ini juga sangat menentukan kinerja guru serta hasil belajar dari
para siswa. Banyak perkembangan kurikulum yang terjadi di Indonesia.
Salah satu kurikulum yang dapat digunakan sebagai pedoman proses
pembelajaran ialah kurikulum 2006 atau KTSP. Sebelum kita belajar lebih
lanjut mengenai kurikulum 2006, hendaknya terlebih dahulu kita
mengetahui apa itu yang dimaksud dengan kurikulum. Menurut PP Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Sedangkan kurikulum 2006 menurut Kunandar (2008:125) adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan. Kurikulum 2006 dikembangkan oleh setiap kelompok
atau satuan pendidikan dan komite sekolah atau madrasah di bawah
atau Kota untuk Pendidikan Dasar dan Dinas Pendidikan atau Kantor
Depag untuk Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus.
Keuntungan yang dapat diraih guru dengan kurikulum 2006 atau
KTSP ini adalah keleluasaan memilih bahan ajar dan peserta didik
diharapkan dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan,
kebutuhan, dan minatnya. Dalam kurikulum 2006 hanya dideskripsikan
standar kompetensi dan kompetensi dasar, sehingga guru sendiri yang
mesti menentukan indikator dan materi pokok pelajaran yang disesuaikan
dengan situasi daerah dan minat anak didik. Dengan kurikulum 2006
diharapkan peserta didik dapat lebih nyaman dalam menuntut ilmu serta
dapat mengembangkan kemampuan, minat, dan bakatnya secara konsisten.
Dalam kurikulum 2006 (KTSP) terdapat acuan operasional
penyusunan kurikulum 2006 (Mulyasa, 2007:168), acuannya tersebut
antara lain Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. Keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian
peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua
mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak
mulia, dan acuan lainya yaitu Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik.
Kurikulum disusun agar memungkinkan pengembangan keragaman
potensi, minat, kecerdasan, intelektual, emosional, spiritual, dan kinestetik
Dengan salah satu keuntungan guru apabila menggunakan kurikulum
2006 seperti yang sudah dijelaskan di atas yaitu guru mempunyai
keleluasaan memilih bahan ajar dan peserta didik diharapkan dapat
mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan
minatnya. Maka strategi atau alternatif yang dapat digunakan oleh guru
yaitu menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual. Selain itu,
dalam salah satu prinsip pengembangan kurikulum 2006 yaitu dijelaskan
bahwa relevan dengan kebutuhan kehidupan, yang artinya pengembangan
kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan untuk
menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di
dalam kehidupan kemasyarakatan. Hal ini mencerminkan bahwa dalam
pengembangan kurikulum 2006 dibutuhkan adanya pendekatan
pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengkaitkan antara materi yang dipelajari
dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk
menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. Dalam
pembelajaran kontekstual terdapat tujuh prinsip atau tujuh pilar dalam
pembelajarannya, yaitu: konstruktivisme, menemukan, bertanya,
masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya.
Salah satu tujuan pembelajaran kotekstual yaitu peserta didik
diharapkan dapat melakukan kerjasama yang baik dengan temannya, hal
kontekstual yaitu masyarakat belajar atau learning community. Kerjasama
dapat terjalin apabila peserta didik dapat berkomunikasi dengan baik
kepada lawan bicara atau memiliki keterampilan berkomunikasi. Apabila
peserta didik tidak dapat berkomunikasi dengan baik, maka kerjasama
tersebut tidak akan terjalin dengan maksimal. Keterampilan berkomunikasi
merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan relasi atau
komunikasi dengan lawan bicara, sehingga pesan yang disampaikan dapat
dipahami oleh lawan bicara. Dalam pembelajaran kontekstual peserta didik
harus mampu mengakaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata
sehari-hari, maka setelah menemukan hal-hal atau fakta baru, peserta didik
diharapkan dapat menyalurkan atau mengkomunikasikan kepada
teman-temannya. Maka dari itu keterampilan berkomunikasi perlu untuk terus
ditingkatkan dalam pembelajaran kontekstual.
Dalam proses pembelajaran, tentunya tidak hanya menekankan pada
aspek akademik saja, melainkan juga harus menekankan pada aspek
kepribadian. Pendidikan karakter anak sangat menentukan kepribadian
anak tersebut, sehingga sedini mungkin kepribadian seorang anak
sangatlah penting untuk diperhatikan. Hal tersebut juga tercermin dalam
acuan operasional penyusunan kurikulum 2006 yaitu meningkatkan iman
dan takwa serta akhlak mulia. Terdapat beragam akhlak mulia atau
kepribadian anak yang harus diperhatikan dan dikembangkan sejak dini,
salah satu kepribadian anak yang cukup memprihatinkan yaitu mengenai
terjadi saat Ujian Akhir Semester. Menurut pengalaman penulis saat SMA,
banyak peserta didik yang berbuat curang saat UAS berlangsung, misalnya
mencontek temannya, membawa ringkasan buku, searching di sosial
media, dan lain-lain. Perilaku demikian mereka lakukan hanya karena
ingin mendapatkan nilai yang terbaik, meskipun tanpa mereka sadari, hal
tersebut akan merusak kepribadian mereka. Seburuk apapun nilai UAS,
namun apabila mereka mengerjakannya dengan jujur dan dengan
kemampuan sendiri maka mereka akan mendapatkan kepuasan hati
tersediri dan perilaku tersebut dapat membentuk kepribadian yang positif
pada dirinya. Dalam pembelajaran kontekstual prinsip yang paling inti
atau utama yaitu Menemukan atau inquiry. Melalui upaya menemukan
akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta
kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan
sendiri. Dengan demikian maka pembelajaran kontekstual akan
membentuk integritas pribadi peserta didik yaitu kejujuran. Dengan prinsip
ini, peserta didik diharapkan dapat mengolah hasil pembelajaran sesuai
dengan apa yang mereka temukan, tidak mengada-ada atau memalsukan
sebuah fakta atau pernyataan. Jadi peserta didik akan mengakaitkan materi
pembelajaran dengan apa yang sesungguhnya mereka amati dalam
kehidupan nyata sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran kontekstual
dengan mengacu pada prinsip menemukan ini akan menumbuhkan atau
Dalam pembelajaran kontekstual diharapkan dapat terjadi interaksi
yang baik antara guru dengan peserta didik. Guru tidak hanya ceramah
saja, namun juga harus melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses
pembelajaran, misalnya dengan melakukan diskusi, presentasi, dan
lain-lain. Sehingga dengan demikian peserta didik akan merasa senang dan
lebih bersemangat dalam belajar. Hal tersebut terdapat dalam ciri-ciri
pembelajaran kontekstual yaitu: menyenangkan, tidak membosankan, dan
belajar dengan bergairah, maka diharapkan dapat meningkatkan minat
mereka dalam belajar, peserta didik akan semakin giat belajar dan
mengembangkan ilmunya. Maka dengan demikian, guru dapat
meningkatkan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik sesuai dengan acuan
operasional penyusunan kurikulum 2006.
Berdasarkan beberapa uraian dan fenomena-fenomena di atas, maka
penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian mengenai “Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi
berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi,
integritas pribadi, dan minat belajar siswa”. Dan penelitian ini akan dilakukan pada beberapa SMA di wilayah Kabupaten Sleman yang
B. Batasan Masalah
Untuk lebih mengarahkan penelitian yang dilakukan, maka peneliti
membatasi ruang lingkup masalah yaitu: Hubungan tingkat keterlaksanaan
pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum
2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat
belajar siswa di SMA wilayah Kabupaten Sleman yang menerapkan
kurikulum 2006.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan dan batasan masalah di
atas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan
pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan
kurikulum 2006 dan keterampilan berkomunikasi?
2. Apakah ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan
pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan
kurikulum 2006 dan integritas pribadi (kejujuran)?
3. Apakah ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan
pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin di
capai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui adanya hubungan positif antara tingkat
keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi
berdasarkan kurikulum 2006 dan keterampilan berkomunikasi.
2. Untuk mengetahui adanya hubungan positif antara tingkat
keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi
berdasarkan kurikulum 2006 dan integritas pribadi (kejujuran).
3. Untuk mengetahui adanya hubungan positif antara tingkat
keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi
berdasarkan kurikulum 2006 dan minat belajar siswa.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memperluas
pengetahuan di bidang akuntansi terutama dalam bidang pendidikan
yang terkait dengan hubungan antara tingkat keterlaksanaan
pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan
kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas
pribadi (kejujuran), dan minat belajar siswa. Wawasan pengetahuan
ini juga dapat menjadi wacana pengetahuan bagi mahasiswa di
lingkungan pendidikan, khususnya bidang pendidikan akuntansi di
2. Manfaat praktis
a. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini merupakan penelitian yang dikhususkan
mempelajari hubungan antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran
kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006
dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi (kejujuran),
dan minat belajar siswa. Dari penelitian ini diharapkan dapat
digunakan oleh mahasiswa sebagai wahana penerapan ilmu yang
diperoleh selama kuliah dan dapat memperbanyak ilmu
pengetahuan yang didapat sehingga dapat menjadi bekal dimasa
depan.
b. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu
masukan akan pentingnya hubungan antara tingkat keterlaksanaan
pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan
kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas
pribadi (kejujuran), dan minat belajar siswa serta dapat bermanfaat
bagi peningkatan kualitas lulusan yang dicetak oleh SMA di
wilayah Kabupaten Sleman yang menerapkan kurikulum 2006.
c. Bagi Siswa
Penelitian ini dimaksudkan agar siswa dapat mengetahui dan
menyampaikan pendapatnya mengenai apa yang mereka rasakan.
kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006
dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi (kejujuran),
dan minat belajar siswa. Apakah terdapat hubungannya antara
ketiga variabel tersebut dengan pembelajaran kontekstual atau
hanya ada beberapa variabel yang mempunyai hubungan atau
bahkan tidak ada hubungannya sama sekali antara tiga variabel
tersebut dengan pembelajaran kontekstual.
d. Bagi Guru
Penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan guru
dalam hal melaksanakan pembelajaran kontekstual. Supaya guru
mengetahui adanya hal-hal yang akan muncul dari pembelajaran
kontekstual tersebut serta guru dapat mengetahui bagaimana
hubungan antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual
pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan
keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi (kejujuran), dan
minat belajar siswa. Dengan demikian, maka diharapkan para guru
untuk terus meningkatkan kompetensinya yang telah
diprasyaratkan. Karena guru merupakan faktor penentu dalam
kemajuan pendidikan bangsa, supaya dapat tercipta generasi
e. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada
peneliti selanjutnya dalam rangka melakukan penelitian.
Diharapkan dengan penelitian ini, peneliti selanjutnya dapat
mengambil sebuah pelajaran, pengalaman, serta dapat mengambil
hikmah atau kekurangan dari penelitian sebelumnya untuk
dijadikan sebuah referensi guna melakukan penelitian yang lebih
13 BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kurikulum 2006 atau KTSP
1. Pengertian Kurikulum 2006
Sebelum membahas pengertian kurikulum 2006, terlebih dahulu
akan dibahas mengenai pengertian kurikulum secara umum. Secara
umum kurikulum berasal dari bahasa latin yaitu Curiculum,
sedangkan menurut bahasa Prancis adalah Cuurier yang artinya
berlari. Istilah kurikulum pada awalnya dipakai dalam dunia olahraga
dengan istilah Curriculae yaitu suatu jarak yang harus ditempuh oleh
pelari atau kereta dalam perlombaan, dari awal sampai akhir. Dari
dunia olahraga istilah kurikulum masuk ke dunia pendidikan yang
berarti sejumlah mata kuliah di perguruan tinggi. Dalam kamus
webstar tahun 1955 kurikulum diartikan sejumlah mata pelajaran di
sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi yang harus ditempuh
untuk mencapai suatu ijazah.
Alice Miel (Kunandar, 2008:123) menyatakan bahwa kurikulum
adalah segala pengalaman dan pengaruh yang bercorak pendidikan
yang diperoleh anak di sekolah. Kurikulum mencakup pengetahuan,
kecakapan, kebiasaan-kebiasaan, sikap, apresiasi, cita-cita,
norma-norma, pribadi guru, kepala sekolah, dan seluruh pegawai sekolah.
Nasional Pendidikan, kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Menurut Kunandar (2008:125), kurikulum 2006 adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum 2006 dikembangkan oleh setiap
kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah atau madrasah
di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan atau kantor
Depag Kabupaten atau Kota untuk Pendidikan Dasar dan Dinas
Pendidikan atau Kantor Depag untuk Pendidikan Menengah dan
Pendidikan Khusus. Menurut Prasetyo Utomo (Joko, 2008:96)
Keuntungan yang dapat diraih guru dengan kurikulum 2006 atau
KTSP ini adalah keleluasaan memilih bahan ajar dan peserta didik
diharapkan dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan minatnya.
2. Konsep Dasar Kurikulum 2006
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15)
dikemukakan bahwa kurikulum 2006 atau KTSP adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan. Penyusunan kurikulum 2006 dilakukan oleh satuan
kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Kurikulum 2006 disusun dan dikembangkan berdasarkan
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut:
a. Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional
pendidikan untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional
b. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan
kurikulum 2006 atau KTSP adalah sebagai berikut (Mulyasa,
2007:19):
a. Kurikulum 2006 dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan
pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta sosial budaya
masyarakat setempat dan peserta didik.
b. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat
satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar
kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi
dinas pendidikan kabupaten atau kota, dan departemen agama
c. Kurikulum 2006 untuk setiap program studi di perguruan tinggi
dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan
tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
3. Karakteristik Kurikulum 2006
Menurut Kunandar (2008:138), sebagai sebuah konsep,
sekaligus sebagai sebuah program, kurikulum 2006 memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik
secara Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan individual
maupun klasikal. Dalam KTSP peserta didik dibentuk untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai,
sikap, dan minat, yang pada akhirnya akan membentuk pribadi
yang terampil dan mandiri.
b. KTSP berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan
dan metode yang bervariasi.
d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lainnya
yang memenuhi unsur edukatif.
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam
4. Prinsip Pengembangan Kurikulum
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
b. Beragam dan terpadu.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan.
f. Belajar sepanjang hayat.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
5. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum
Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan
menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut (Kunandar, 2008:142):
a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan,
dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus
mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta
memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara
bebas, dinamis, dan menyenangkan.
b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar
belajar, yaitu: belajar untuk beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, belajar untuk memahami dan
secara efektif, belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi
orang lain, dan belajar untuk membangun dan menemukan jati
diri, melalui pross pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat
pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan percepatan
sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta
didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan
pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan,
keindividuan, kesosialan, dan moral.
d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik
dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab,
terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing
madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada.
e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang
memadahi, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai
sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru
(semua yang terjadi, tergelar, dan berkembang di masyarakat
dan lingkungan sekitar serta lingkungan sekitar alam semesta
f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam,
sosial, dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan
pendidikan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata
pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri
diselenggarakan dalam keseimbanagn, keterkaitan, dan
kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas dan jenis
serta jenjang pendidikan.
6. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum 2006 atau KTSP
Acuan operasional penyusunan kurikulum 2006 atau KTSP
sedikitnya mencakup 12 acuan (Mulyasa, 2007:168), yaitu:
a. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. Keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan
kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang
memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang
peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.
b. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik.
Kurikulum disusun agar memungkinkan pengembangan
keragaman potensi, minat, kecerdasan, intelektual, emosional,
spiritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal sesuai
c. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan.
Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan
keragaman karakteristik lingkungan, oleh karena itu kurikulum
harus memuat keragaman tersebut untuk menghasikan lulusan
yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan daerah.
d. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional. Pengembangan
kurikulum harus memperhatikan keseimbangan tuntutan
pembangunan daerah dan nasional.
e. Tuntutan dunia kerja. Kurikulum harus memuat kecakapan
hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja
sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan
kebutuhan dunia kerja, khususnya bagi mereka yang tidak
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
f. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan
berkesinambungan sejalan dengan perkembangan Ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
g. Agama. Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan
toleransi dan kerukunan umat beragama, dan memperhatikan
norma agama yang berlaku di lingkungan sekolah.
h. Dinamika perkembangan global. Kurikulum harus
dikembangkan agar peserta didik mampu bersaing secara global
i. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Kurikulum harus
mendorong wawasan dan sikap kebangsaan dan persatuan
nasional utuk memperkuat keutuhan bangsa dalam NKRI.
j. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Kurikulum harus
dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial
budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian
keragaman budaya.
k. Kesetaraan Gender. Kurikulum harus diarahkan kepada
pendidikan yang berkeadilan dan mendorong tumbuh
kembangnya kesetaraan gender.
l. Karakteristik satuan pendidikan. Kurikulum harus
dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri
khas satuan pendidikan.
7. Tujuan Kurikulum 2006
Dalam bukunya Mulyasa (2007:22), secara umum tujuan
diterapkannya kurikulum 2006 adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan
(otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk
melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan diterapkannya
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan
inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola,
dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan
bersama.
c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan
tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.
B. Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual
1. Pengertian Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual
Keterlaksanaan berasal dari kata laksana, yang menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2007:627) berarti sifat, laku, atau perbuatan.
Imbuhan keter-an menyatakan sesuatu hal atau peristiwa yang telah
terjadi. Dengan demikian, maka keterlaksanaan berarti sesuatu hal
atau peristiwa yang telah terjadi. Sedangkan menurut Blanchard,
Berns, dan Erickson (Kokom, 2011:6) pembelajaran kontekstual
merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja.
dalam pembelajaran kontekstual, siswa menemukan hubungan penuh
makna antara ide-ide abstrak dengan penerapan praktis di dalam
konteks dunia nyata. Siswa menginternalisasi konsep melalui
penemuan, penguatan, dan keterhubungan. Pembelajaran kontekstual
menghendaki kerja dalam sebuah tim, baik di kelas, laboratorium,
tempat kerja, maupun bank. Pembelajaran kontekstual menuntut guru
mendesain lingkungan belajar yang merupakan gabungan beberapa
bentuk pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan. Sedangkan
menurut Johnson (Kokom, 2011:6) pembelajaran kontekstual
memungkinkan siswa menghubungkan isi materi dengan konteks
kehidupan sehari-hari untuk mengungkapkan makna.
Elaine B. Johnson (Rusman, 2013:187) mengatakan
pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak
untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Lebih lanjut,
Elaine mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu
sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan
makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari
kehidupan sehari-hari siswa. Jadi, pembelajaran kontekstual adalah
usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri
tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari
konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata.
The Washington State Consortium For Contextual Teaching and
kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa
memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan
keterampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan di luar
sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia
nyata. Pembelajaran kontekstual terjadi ketika siswa menerapkan dan
mengalami apa yang diajarkan dengan mengacu pada
masalah-masalah riil yang berasosiasi dengan peranan dan tanggung jawab
mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, siswa, dan selaku
pekerja.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa keterlaksanaan pembelajaran kontekstual adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh suatu sekolah
dengan mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan
nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan
makna materi tersebut bagi kehidupannya.
2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik yang
khas yang membedakannya dengan pendekatan pembelajaran yang
lain. Menurut Johnson (Kokom, 2011:7) terdapat 8 karakteristik dalam
pembelajaran kontekstual, yaitu:
belajar aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual,
orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok,
dan orang yang dapat belajar sambil berbuat.
b. Doing significant work (melakukan pekerjaan penting). Siswa
membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai
konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai anggota
masyarakat.
c. Self-regulated learning (belajar mengatur sendiri). Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujannya, ada
urusannya dengan orang lain, ada hubunganya dengan
penentuan pilihan, dan ada produk atau hasilnya yang sifatnya
nyata. Pada akhirnya, peserta didik harus menjadi pelajar
sepanjang hayat, hal ini berarti peserta didik selalu memiliki
keinginan dan dapat mencari, meneliti, dan menggunakan
informasi dengan kesadaran sendiri tanpa diawasi. Dalam hal ini
dituntut kesadaran tinggi dari peserta didik.
d. Collaborating (kerja sama). Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok,
membantu mereka memahami bagaimana mereka saling
memengaruhi dan saling berkomunikasi.
e. Critical and creative thinking (berpikir kritis dan kreatif). Siswa
dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara
memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan
bukti-bukti dan logika.
f. Nurturing the individual (memelihara individu). Siswa memelihara pribadinya: mengetahui, memberi perhatian,
memberi harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan
memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa
dukungan orang dewasa.
g. Reaching high standarts (mencapai standar tinggi). Artinya, siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi:
mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk
mencapainya.
h. Using authentic assessment (penggunaan penilaian sebenarnya). Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi:
mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk
mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa cara
mencapai apa yang disebut “excellence”.
i. Using authentic assessment (mengadakan asesmen autentik). Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks
dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna. Misalnya, siswa
boleh menggambarkan informasi akademis yang telah mereka
Sedangkan menurut Sounder (Kokom, 2011:8), pembelajaran
kontekstul pada REACT (Relating: belajar dalam konteks pengalaman
hidup, Experiencing: belajar dalam konteks pencarian dan penemuan,
Appliying: belajar ketika pengetahuan diperkenalkan dalam konteks
penggunaannya, Cooperating: belajar melalui konteks komunikasi
interpersonal dan saling berbagi, Transfering: belajar penggunaan
pengetahuan dalam suatu konteks atau situasi baru, penjelasan
masing-masing prinsip pembelajaran kontekstual tersebut adalah
sbagai berikut:
a. Keterkaitan, relevansi (relating)
Proses pembelajaran hendaknya ada keterkaitan dengan
bekal pengetahuan yang telah ada pada diri siswa (relevansi antar
faktor internal seperti bekal pengetahuan, keterampilan, bakat,
minat, dengan faktor eksternal seperti ekspose media dan
pembelajaran oleh guru dan lingkungan luar), dan dengan konteks
pengalaman dalam kehidupan dunia nyata seperti manfaat untuk
bekal bekerja di kemudian hari.
b. Pengalaman langsung (Experiencing)
Dalam proses pembelajaran, siswa perlu mendapatkan
pengalaman langsung melalui kegiatan eksplorasi, penemuan,
inventori, investigasi, penelitian, dan sebagainya. Experiencing
dipandang sebagai jantung pembelajaran kontekstual. Proses
kesempatan untuk memanipulasi peralatan, memanfaatkan
sumber belajar, dan melakukan bentuk-bentuk kegiatan penelitian
yang lain secara aktif. Untuk mendorong daya tarik dan motivasi,
sangatlah bermanfaat penggunaan strategi pembelajaran dan
media seperti audio, video, membaca, dan menelaah buku teks,
dan sebagainya.
c. Aplikasi (appliying)
Menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
dipelajari dalam situasi dan konteks yang lain merupakan
pembelajaran tingkat tinggi, lebih dari sekedar hafal. Kemampuan
siswa untuk menerapkan materi yang telah dipelajari untuk
diterapkan atau digunakan pada situasi lain berbeda merupakan
penggunaan fakta konsep, prinsip atau prosedur atau “pencapaian
tujuan pembelajaran dalam bentuk menggunakan”. Kemampuan
siswa menerapkan konsep dan informasi dalam konteks yang
bermanfaat juga dapat mendorong siswa untuk memikirkan karir
dan pekerjaan di masa depan yang mereka minati. Dalam
pembelajaran kontekstual, penerapan ini lebih banyak diarahkan
pada dunia kerja. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas,
pengenalan dunia kerja ini dilaksanakan dengan menggunakan
buku teks, video, laboratorium, dan bila memungkinkan
kegiatan karyawisata, praktik kerja lapangan, magang, dan
sebagainya.
d. Kerja sama (cooperating)
Kerja sama dalam konteks saling tukar pikiran, mengajukan
dan menjawab pertanyaan, komunikasi, interaktif antar sesama
siswa, antar siswa dan guru, antar siswa dan nara sumber,
memecahkan masalah dan mengerjakan tugas bersama merupakan
strategi pembelajaran pokok dalam pembelajaran kontekstual.
Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa belajar
menguasai materi pembelajaran, tetapi juga sekaligus
memberikan wawasan pada dunia nyata bahwa untuk
menyelesaikan suatu tugas akan lebih berhasil jika dilakukan
secara bersama-sama atau kerja sama dalam bentuk tim kerja.
e. Alih pengetahuan (transfering)
Pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan
siswa untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang telah dimiliki pada situasi lain.
3. Prinsip Pembelajaran Kontekstual
CTL, sebagai suatu model, dalam implementasinya tentu saja
memerlukan perencanaan pembelajaran yang mencerminkan konsep
dan prinsip CTL.
Setiap model pembelajaran, di samping memiliki unsur
model memiliki karakteristik khas tertentu, yang tentu saja
berimplikasi pada adanya perbedaan tertentu pula dalam membuat
desain (skenario) yang disesuaikan dengan model yang akan
diterapkan.
Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus
dikembangkan oleh guru (Rusman, 2013:193), yaitu:
a. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi)
dalam CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep
atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
membangun pengetahuan itu memberi makna melalui
pengalaman yang nyata. Batasan konstruktivisme di atas
memberikan penekanan bahwa konsep bukanlah tidak penting
sebagai bagian integral dari pengalaman belajar yang harus
dimiliki oleh siswa, akan tetapi bagaimana dari setiap konsep
atau pengetahuan yang dimiliki siswa itu dapat memberikan
pedoman nyata terhadap siswa untuk diaktualisasikan dalam
b. Menemukan (Inquiry)
Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui
upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa
pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan
lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan
sendiri. Kegiatan pembelajaran yang mengarah pada upaya
menemukan, telah lama diperkenalkan pula dalam pembelajaran
inquiry and discovery. Tentu saja unsur menemukan dari kedua
pembelajaran yaitu CTL dan inquiry and discovery secara
prinsip tidak banyak perbedaan, intinya sama, yaitu model atau
sistem pembelajaran yang membantu siswa baik secara individu
maupun kelompok belajar untuk menemukan sendiri sesuai
dengan pengalaman masing-masing.
c. Bertanya (Questioning)
Unsur lain yang menjadi karakteristik CTL adalah
kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Pengetahuan yang
dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh karena itu,
bertanya merupakan strategi utama dalam CTL. Penerapan
unsur bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru,
kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam
menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada
pada tahapan sebelumnya, berkembangnya kemampuan dan
keinginan untuk bertanya, sangat dipengaruhi oleh suasana
pembelajaran yang dikembangkan oleh guru.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan
siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber
belajar dari teman-teman belajarnya. Seperti yang disarankan
dalam learning community, bahwa hasil pembelajaran diperoleh
dari kerja sama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman
atau sharing. Melalui sharing ini anak dibiasakan untuk saling
memberi dan menerima, sifat ketergantungan yang positif dalam
learning community dikembangkan. e. Pemodelan (Modelling)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumitnya
masalah hidup yang dihadapi serta tuntutan siswa yang semakin
berkembang dan beranekaragam, telah berdampak pada
kemampuan guru yang memiliki kemampuan lengkap, dan ini
yang sulit dipenuhi. Oleh karena itu, maka kini guru bukan
satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala
kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan
mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen.
alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa
memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu
mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi
atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah
berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di
masa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya
sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan
pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada saat
refleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang,
membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan
dirinya sendiri.
g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Tahap terakhir dari pembelajaran kontekstual adalah
melakukan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari
pembelajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk
mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran
melalui penerapan CTL. Penilaian adalah proses pengumpulan
berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran
atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan
terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai
pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman
belajar setiap siswa.
4. Ciri-ciri Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa ciri-ciri yang
menandakan terciptanya pembelajaran kontekstual tersebut,
ciri-cirinya antara lain (Kunandar, 2008:298): Adanya kerjasama antar
semua pihak; menekankan pentingnya pemecahan masalah atau
problem; bermuara pada keragaman konteks kehidupan siswa yang
berbeda-beda; saling menunjang; menyenangkan dan tidak
membosankan; belajar dengan bergairah; pembelajaran terintegrasi,
menggunakan berbagai sumber; siswa aktif; sharing dengan teman;
siswa kritis dan guru kreatif; dinding kelas dan lorong-lorong penuh
dengan hasil karya siswa: peta, gambar, artikel, humor, dan
sebagainya; laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil
karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan sebagainya.
C. Keterampilan Berkomunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Secara luas komunikasi adalah setiap bentuk tingkah laku
seseorang baik verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh orang
lain. Menurut Johnson (Supratiknya, 1995:30), komunikasi mencakup
tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga juga
merupakan sebentuk komunikasi. Secara sempit komunikasi diartikan
sebagai pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih
penerima dengan maksud sadar untuk memengaruhi tingkah laku si
penerima.
Menurut Effendy (Makmun, 2015:6), komunikasi adalah proses
penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua
pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media
tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah
orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan.
Sedangkan menurut Evertt M. Rogers (Makmun, 2015:6)
komunikasi merupakan suatu proses yang di dalamnya terdapat suatu
gagasan yang dikirimkan oleh sumber kepada penerima dengan tujuan
untuk merubah perilakunya. Pendapat senada juga dikemukakan oleh
Theodore Herbert (Makmun, 2015:6), yang mengatakan bahwa
komunikasi merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti
pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya
dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, menurut Makmun
(2015:7) maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu
pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara
lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik
badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu, dll. Cara seperti itulah
yang disebut sebagai komunikasi nonverbal.
2. Aspek Utama Komunikasi
Menurut John W. (2009:273) dalam melaksanakan pembelajaran
dan pengajaran baik sebagai guru maupun sebagai siswa
membutuhkan dan dibutuhkan keterampilan berkomunikasi yang baik
sehingga pembelajaran dan pengajaran dapat mencapai tujuan yang
ingin dicapainya. Tiga aspek utama dari komunikasi adalah
keterampilan berbicara, keterampilan mendengarkan, dan komunikasi
non verbal.
a. Keterampilan Berbicara
Berbicara di depan kelas yang dilakukan oleh guru
maupun dilakukan oleh siswa, hal yang harus diingat adalah
untuk dengan jelas mengkomunikasikan informasi.
Menurut John. W (2009:273) ada beberapa strategi yang
bagus untu