• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

F. Kerangka Berpikir

Dalam bukunya Kunandar (2008:125), kurikulum 2006 atau KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum 2006 dikembangkan oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah atau madrasah di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan atau kantor Depag Kabupaten atau Kota untuk Pendidikan Dasar dan Dinas Pendidikan atau Kantor Depag untuk Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus.

Keuntungan yang dapat diraih guru dengan kurikulum 2006 atau KTSP ini adalah keleluasaan memilih bahan ajar dan peserta didik diharapkan dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka berdasarkan kurikulum 2006 guru dapat menggunakan atau melaksanakan pendekatan pembelajaran kontekstual. Selain itu, dalam salah satu prinsip pengembangan kurikulum 2006 atau KTSP yaitu dijelaskan bahwa relevan dengan kebutuhan kehidupan, maka dalam pengembangan kurikulum 2006 dibutuhkan adanya pendekatan pembelajaran kontekstual, di mana pembelajaran kontekstual tersebut memungkinkan siswa untuk terus kreatif dalam

mengembangkan kemampuannya. Di dalam pembelajaran kontekstual sumber belajar siswa tidaklah hanya terpacu pada buku, namun siswa dapat mengkaitkannya dalam kehidupannya sehari-hari atau dalam konteks dunia nyata.

Menurut Blanchard, Berns, dan Erickson (Kokom, 2011:6) pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja. Sementara

itu Hull’s dan Sounders (Kokom, 2011:6) menjelaskan di dalam pembelajaran kontekstual, siswa menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan penerapan praktis di dalam konteks dunia nyata. Siswa menginternalisasi konsep melalui penemuan, penguatan, dan keterhubungan. Pembelajaran kontekstual menghendaki kerja dalam sebuah tim, baik di kelas, laboratorium, tempat kerja, maupun bank. Pembelajaran kontekstual menuntut guru mendesain lingkungan belajar yang merupakan gabungan beberapa bentuk pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Dalam pembelajaran kontekstual terdapat tujuh prinsip atau tujuh pilar, yaitu: konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. Dengan pembelajaran

kontekstual diharapkan siswa dapat belajar dengan senang, nyaman, dan tidak membosankan.

a. Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi

Dalam pembelajaran kontekstual, terdapat tujuh prinsip pembelajaran, salah satunya adalah masyarakat belajar atau Learning Community. Dalam prinsip ini siswa dibiasakan untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Seperti yang disarankan dalam learning community, bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman (sharing). Dalam melakukan kerjasama tentunya dibutuhkan keterampilan berkomunikasi. Di mana keterampilan berkomunikasi itu ialah keterampilan dalam mengungkapkan pesan tertentu kepada pihak lain. Sehingga orang lain yang menjadi lawan bicara mengetahui maksud dari pesan kita. Pembelajaran kontekstual akan menuntut siswa untuk terus mengembangkan keterampilan berkomunikasinya, karena apabila siswa tidak mempunyai keterampilan berkomunikasi atau tidak dapat melakukan komunikasi dengan baik maka kerjasama tersebut tidak akan terjalin dengan baik. Maka dari itu, pembelajaran kontekstual akan membuat peserta didik memiliki keterampilan berkomunikasi untuk melakukan sebuah kerjasama, terutama dengan mengacu pada

salah satu prinsip pembelajaran kontekstual yaitu Learning Community.

b. Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan integritas pribadi (kejujuran)

Dalam pembelajaran kontekstual terdapat tujuh prinsip dalam pembelajaran tersebut, salah satunya yaitu prinsip menemukan (Inquiry). Menemukan, merupakan kegiatan inti dalam pembelajaran kontekstual, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri. Dengan demikian maka pembelajaran kontekstual akan membentuk integritas pribadi siswa yaitu kejujuran. Dengan prinsip ini, siswa diharapkan dapat mengolah hasil pembelajaran sesuai dengan apa yang mereka temukan, tidak mengada-ada atau memalsukan sebuah fakta atau pernyataan. Jadi siswa akan mengaitkan materi pembelajaran dengan apa yang sesungguhnya mereka amati dan rasakan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Sebagai contoh saat pembelajaran akuntansi berlangsung, guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan laporan keuangan. Setelah selesai mengerjakan guru meminta siswa untuk mengerjakan hasil pekerjaannya di depan kelas, maka siswa yang ditunjuk tersebut

harus mengerjakan di depan kelas sesuai dengan apa yang dia kerjakan, tidak mengerjakan dengan membawa hasil pekerjaan teman misalnya. Dengan demikian, pembelajaran kontekstual yang mengacu pada prinsip menemukan atau inquiry ini akan menumbuhkan atau mendorong kejujuran siswa.

c. Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan minat belajar siswa

Dalam pembelajaran kontekstual terdapat berbagai ciri-ciri yang dapat menunjang terlaksananya pembelajaran tersebut. Salah satu ciri-cirinya adalah menyenangkan, tidak membosankan, dan belajar dengan bergairah. Maka dengan ciri pembelajaran yang demikian, siswa dapat nyaman dan senang untuk mengikuti pembelajaran, itu berarti hal jenuh ataupun bosan tidak mereka rasakan. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual supaya pembelajaran tersebut menyenangkan dan tidak membosankan, misalnya setiap proses pembelajaran guru menggunakan model atau metode pembelajaran yang beragam, selain itu dalam proses pembelajaran hendaknya terdapat interaksi yang baik antara guru dengan siswa, jadi guru tidak hanya ceramah terus-menerus, namun juga harus melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran tersebut, misalnya dengan diskusi, game, presentasi, dan lain-lain. Hal

demikian diharapkan dapat mendorong atau menumbuhkan minat siswa dalam belajar. Mereka akan senang dan mempunyai minat yang tinggi untuk terus belajar dan mengembangkan ilmunya. Maka dengan demikian, pembelajaran kontekstual dapat menumbuhkan minat belajar siswa.

Dokumen terkait