• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Kerangka Berpikir

Sekolah inklusi merupakan sekolah reguler yang mengakomondasi dan mengintegrasikan siswa reguler dan siswa penyandang cacat dalam program yang sama. Sekolah reguler yang berorientasi inklusi merupakan cara yang paling efektif untuk mengatasi diskriminasi, menciptakan masyarakat yang ramah, membangun masyarakat inklusif dan mencapai cita-cita pendidikan untuk semua. Sekolah inklusi yang ideal merupakan sekolah inklusi yang dapat menerapkan delapan aspek penyelenggaraan sekolah inklusi.

Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian terdahulu mengenai

“servei penyelenggaraan sekolah inklusi di wilayah Kabupaten Bantul” yang dilakukan oleh Mustikasari pada tahun 2017. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, peneliti melanjutkan penelitian yang difokuskan pada permasalahan terkait pelaksanaan delapan aspek sekolah inklusi kelas bawah di Kabupaten

Rindi Lelly Anggraini

Metode penelitian kualitatif deskriptif, teknik ppengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Guru kurang memahami kebutuhan khusus dan keberagaman dari peserta didik ABK dan kurangnya tenaga pendidik bagi peserta didik ABK di sekolah.

Metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data kuisioner.

Kurangnya kompetensi guru dalam menghadapi siswa ABK, banyaknya siswa ABK dalam satu kelas tidak terkondisikan dengan baik.

Metode penelitian kualitataif deskriptif, teknik pengumpulan data wawancara dan dokumentasi.

Penyelenggaraan pendidikan inklusi tidak menggunakan model sebagaimana terdapat pada dalam literatur dan ketentuan umum pendidikan inklusi.

Prama Dawardani Septi Wanuri

Permasalahan Sekolah Dasar Inklusi Kelas Bawah di SD “Harapan Mulia”

Wilayah Kabupaten Bantul

Bantul yang meliputi a) Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasikan semua anak, b) Identifikasi, c) Adaptasi Kurikulum (Kurikulum fleksibel), d) Merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak, e) Penataan kelas yang ramah anak, f) Asesmen, g) Pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif, dan h) Penilaian dan evaluasi pembelajaran. Dengan penelitian ini, peneliti berusaha mengungkap dan mendiskripsikan keadaan yang sebenar-benarnya mengenai permasalahan terkait delapan aspek penyelengaaraan sekolah inklusi.

Untuk bisa memberikan informasi yang sesuai dengan keadaan di lapangan, peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara semi-terstruktur, observasi nonpartisipan dan dokumentasi serta triangulasi data. Data yang didapatkaan akan dianalisis dengan tiga tahapan yaitu reduksi data, data display/penyajian data, serta kesimpulan dan verifikasi. Sebelum melakukan penelitian, peneliti memilih narasumber yang yang dapat memberikan informasi maupun data yang berkaitan dengan topik penelitian yaitu guru kelas bawah.

Untuk bisa menggali informasi secara mendalam peneliti juga menggunakan instrumen penelitian wawancara berupa pertanyaan, observasi berupa cheklist, dan dokumentasi berupa cheklist. Peneliti berharap, hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan baru dan motivasi kepada semua pihak yang berkepentingan dalam penyelenggaraan sekolah dasar inklusi agar mengetahui permasalahan yang dihadapi sekolah dasar inklusi, sehingga nantinya mampu menjadikan sumber bagi pembaharuan dan peningkatan untuk kemajuan penyelenggaraan sekolah inklusi. Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengambil judul penelitian “Permasalahan Sekolah Dasar Inklusi Kelas Bawah di SD “Harapan Mulia” Kabupaten Bantul”.

34 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam metode penelitian, peneliti membahas tentang jenis penelitian yang digunakan, setting penelitian, desain penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, kredibilitas dan tranferabilitas, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif.

Moleong (dalam Prastowo, 2014: 23-24) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan menggunakan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alaimah dan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Sugiyono (2014: 1) menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang amalian, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian terhadap fenomena alamiah tentang permasalahan-permasalahan yang ada terkait delapan aspek penyelenggaraan sekolah inklusi kelas bawah di SD “Harapan Mulia” Kabupaten Bantul.

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di sekolah dasar inklusi, yaitu SD “Harapan Mulia” di Kabupaten Bantul. Peneliti menggunakan nama samaran yaitu “Harapan Mulia”.

Pemilihan sekolah dasar inklusi ini didasarkan pada hasil penelitian terdahulu mengenai “survei penyelenggaraan sekolah inklusi di wilayah Kabupaten Bantul”

yang dilakukan oleh Mustikasari pada tahun 2017. Dari hasil penelitian tersebut, peneliti memilih sekolah dasar yang paling sedikit dalam menerapkan 8 aspek

penyelenggaraan sekolah inklusi. Penelitian dilakukan di kelas bawah yaitu di kelas I, II dan III.

2. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini yaitu Guru Kelas I, Guru Kelas II, dan Guru Kelas III di SD “Harapan Mulia” Kabupaten Bantul.

3. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah permasalahan terkait delapan aspek penyelenggaraan sekolah dasar inklusi kelas bawah di SD “Harapan Mulia”

Kabupaten Bantul.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan bulan Juni 2017 sampai akhir bulan Januari 2018. Kegiatan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu pertama, penentuan judul penelitian. Kedua, peneliti menyusun instrumen penelitian dan meminta ijin ke pihak sekolah untuk melakukan penelitian pada pertengahan bulan Juni 2017. Ketiga, peneliti melakukan pengumpulan data, yaitu observasi tahap 1 pada bulan Juli 2017, observasi tahap 2 pada akhir bulan November, dan wawancara dengan tiga narasumber pada akhir bulan November 2017 sampai awal Januari 2018. Setelah seluruh data terkumpul, peneliti mengolah data dan menyusun laporan penelitian.

C. Desain Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif.

Sugiyono (2014: 1) menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif muncul karena terjadi perubahan paradigma dalam memandang suatu realitas/fenomena/gejala. Metode penelitian kualitatif juga sering disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena penelitiaannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif ini, peneliti berharap dapat memberikan informasi sesuai data yang sebenar-benarnya mengenai permasalahan terkait delapan aspek penyelenggaraan sekolah inklusi kelas bawah di SD “Harapan Mulia” Kabupaten Bantul. Tahap-tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti (Emzir, 2012: 14), yaitu:

1. Mengidentifikasi sebuah topik atau fokus.

Topik-topik penelitian biasanya teridentifikasi berdasarkan pengalaman, observasi pada seting penelitian dan bacaan tentang topik tersebut. Pada tahap pertama, peneliti membaca skripsi penelitian terdahulu mengenai pelaksanaan sekolah inklusi di Kabupaten Bantul, untuk mengetahui informasi-informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan delapan aspek penyelenggaraan sekolah inklusi kelas bawah di Kabupaten Bantul.

2. Melakukan tinjauan pustaka.

Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengidentifikasi informasi penting yang relevan dengan studi dan untuk menulis suatu pertanyaan penelitian (rumusan masalah). Pada tahap kedua, peneliti melakukan tinjauan pustaka dengan membaca buku yang berkaitan dengan sekolah inklusi dan membaca hasil penelitian terdahulu. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan informasi-informasi yang didapatkan dari buku pustaka, peneliti memfokuskan topik penelitian pada permasalahan terkait delapan aspek penyelenggaraan sekolah inklusi kelas bawah.

3. Mengelola jalan masuk lapangan dan menjaga hubungan baik di lapangan.

Pemilihan lapangan penelitian harus konsisten dengan topik penelitian.

Bila peneliti hendak mengidentifikasi suatu lapangan studi, peneliti harus mempersiapkan dan memperkenalkan dirinya dan hakikat studi kepada pengelola sekolah. Setelah mendapatkan ijin dari lembaga, peneliti juga meminta ijin kepada orang yang akan menjadi partisipan. Peneliti diharapkan mampu menjaga komunikasi dan hubungan yang baik dengan partisipan.

Pada tahap ketiga, peneliti menentukan tempat penelitian yang didasarkan pada sekolah dasar inklusi yang paling sedikit menerapkan delapan aspek penyelenggaraan sekolah inklusi. Sekolah dasar inklusi yang paling sedikit menerapkan delapan aspek penyelenggaraan sekolah inklusi adalah SD “Harapan Mulia” di Kabupaten Bantul. Peneliti kemudian meminta ijin kepada kepala sekolah SD “Harapan Mulia” untuk melakukan penelitian dengan membawa surat pengantar dari universitas.

4. Memilih partisipan.

Dilihat dari jenis pertanyaan yang akan diajukan, peneliti akan memilih partisipan yang dapat menyediakan informasi penting mengenai studi tersebut. Pada tahap keempat, peneliti memilih tiga narasumber yang dapat memberikan informasi berkaitan dengan topik penelitian. Ketiga narasumber ini adalah Guru Kelas I, Guru Kelas II dan Guru Kelas III.

5. Menulis pertanyaan-pertanyaan bayangan yang didasarkan pada topik penelitian.

Dengan menulis pertanyaan-pertanyaan bayangan yang didasarkan pada topik penelitian ini akan membantu peneliti untuk fokus dalam pengumpulan data dan memnungkinkan pengumpulan data dalam cara sistematis. Pada tahap kelima, sebelum mengumpulkan data di lapangan, peneliti terlebih dahulu menyusun instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan wawancara, daftar observasi dan daftar dokumentasi.

6. Pengumpulan data. Pada tahap keenam, peneliti mengumpulkan data dengan cara:

a. Observasi nonpartisipan yaitu peneliti menjadi penonton atau penyaksi terhadap suatu gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian. Dengan kata lain, dijelaskan bahwa peneliti tidak berinteraksi atau mempengaruhi objek yang diamati. Observasi ini digunakan untuk memperoleh data mengenai permasalahan terkait delapan aspek penyelenggaraan sekolah inklusi kelas bawah di SD

“Harapan Mulia”.

b. Wawancara semi-terstruktur, wawancara ini bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diwawancara dimintai pendapat, dan ide-idenya. Peneliti menggunakan perekam suara untuk merekam pembicaraan dengan narasumber dan menulis isi pembicaraan dengan menggunakan buku catatan.

c. Dokumentasi, dimana peneliti mengambil dan mengumpulkan foto-foto dan dokumen-dokumen terkait delapan aspek penyelenggaraan

sekolah inklusi kelas bawah di SD “Harapan Mulia”. Foto-foto ini diambil dengan menggunakan alat bantu yaitu kamera handphone.

7. Dilakukan analisis data melalui mambaca dan mereview data (catatan observasi dan transkip wawancara) untuk mendeteksi tema-tema dan pola-pola yang muncul. Pada tahap ketujuh, peneliti menggunakan teknik analisis data dengan Model Miles dan Huberman untuk mengolah data yang ada. Model Miles dan Huberman ini merupakan salah satu model analisis data dengan menggunakan tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan dan verifikasi.

8. Interpretasi dan disseminasi hasil, dimana hasil data yang didapatkan kemudian dirangkum dan dijelaskan dalam bentuk naratif. Pada tahap ini, peneliti menuliskan data hasil penelitian bentuk deskripsi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2014: 62) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pohan (dalam Prastowo, 2010: 208) memaparkan bahwa teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan informasi atau fakta-fakta dilapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

1. Wawancara

Sugiyono (2014: 72) menjelaskan bahwa wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Prastowo (2014: 212) juga menjelaskan bahwa wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data yang berupa pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat dibangun makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini, jenis wawancara yang digunakan yaitu wawancara semi-terstruktur. Wawancara semi-terstruktur termasuk kategori in-dept interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur (Sugiyono, 2014: 73). Wawancara dilakukan terhadap

informan yaitu Guru Kelas I, Guru Kelas II, dan Guru Kelas III di SD “Harapan Mulia” Kabupaten Bantul.

Wawancara yang dilakukan peneliti bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai penerapan sekolah inklusi dan permasalahan yang muncul ataupun terjadi selama penerapan sekolah inklusi di kelas bawah. Untuk mendapatkan informasi yang mendalam, peneliti melakukan wawancara dan bertanya langsung kepada informan. Informan dalam penelitian ini meliputi: a) Guru Kelas I. b) Guru Kelas II, dan c) Guru Kelas III di SD “Harapan Mulia” wilayah Kabupaten Bantul. Dalam pelaksanaan wawancara, peneliti meminta ijin terlebih dahulu kepada kepala sekolah kemudian meminta ijin kepada informan yaitu Guru Kelas I, II dan III serta membuat kesepakatan mengenai waktu dan tempat wawancara.

Peneliti menggunakan perekam suara untuk merekam pembicaraan dengan informan dan menulis isi pembicaraan dengan menggunakan buku catatan.

Setelah selesai melakukan wawancara, peneliti menuliskan kembali hasil wawancara dalam bentuk transkip wawancara. Dari kegiatan ini, peneliti berharap memperoleh informasi yang mendalam berdasarkan jawaban atau pendapat yang disampaikan oleh informan.

2. Observasi

Noor (2011: 140) menjelaskan bahwa observasi merupakan teknik yang menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. Informasi yang dapat diperoleh dari hasil observasi diantaranya, yaitu: ruang (tempat), perilaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian/peristiwa, waktu dan perasaan. Peneliti melakukan observasi dengan alasan untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan realistis atas topik maupun tema yang sedang diteliti.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis observasi non-partisipan untuk pengumpulan data. Emzir (2012: 41) menjelaskan bahwa observasi non-partisipan adalah peneliti menjadi penonton atau penyaksi terhadap suatu gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian. Observasi ini digunakan untuk memperoleh data mengenai permasalahan terkait delapan aspek penyelenggaraan sekolah dasar inklusi kelas bawah di SD “Harapan Mulia” Kabupaten Bantul.

3. Dokumentasi

Sugiyono (2014: 82) menyatakan bahwa dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu dan terbagi dalam tiga bentuk, yaitu: 1) Berbentuk tulisan, misalnya catatan harian, biografi, ceritera, sejarah kehidupan dan lain-lain. 2) Berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. 3) Berbentuk karya, misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Dokumentasi dalam penelitian ini terdiri atas foto-foto dan dokumen-dokumen terkait delapan aspek penyelenggaraan sekolah inklusi, meliputi a) Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasikan semua anak, b) Identifikasi, c) Adaptasi Kurikulum (Kurikulum fleksibel), d) Merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak, e) Penataan kelas yang ramah anak, f) Asesmen, g) Pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif, dan h) Penilaian dan evaluasi pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2014: 59) mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri, maka peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian dan selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen penelitian meliputi vadidasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistik dan yang melakukan validasi adalah peneliti itu sendiri.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai instrumen utama penelitian kualitataif, peneliti dapat mengembangkan beberapa instrumen seperti pedoman wawancara, observasi dan dokumentasi.

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara menjadi panduan bagi peneliti selama proses wawancara yang dilakukan terhadap narasumber/informan. Narasumber/informan dalam penelitian ini meliputi: a) Guru Kelas I, b) Guru Kelas II, dan c) Guru Kelas III di SD “Harapan Mulia”. Informasi tentang permasalahan terkait delapan

aspek penyelenggaraan sekolah inklusi yang meliputi: a) Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasikan semua anak, b) Identifikasi, c) Adaptasi Kurikulum (Kurikulum fleksibel), d) Merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak, e) Penataan kelas yang ramah anak, f) Asesmen, g) Pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif, dan h) Penilaian dan evaluasi pembelajaran. Kisi-kisi pedoman wawancara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Permasalahan Sekolah Dasar Inklusi Kelas Bawah di SD “Harapan Mulia”

No. Aspek Indikator Pertanyaan Pokok

1. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)

Apakah ada kategori tertentu dari anak berkebutuhan khusus tersebut?

Tersedianya sumber daya pendidikan dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah

Apakah sekolah memiliki konselor/psikolog/ GPK untuk mendampingi penerimaan peserta didik baru?

Tersedianya sarana dan prasarana

Apakah sekolah menyiapkan fasilitas yang dibutuhkan untuk dilakukan sekolah untuk Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)?

2. Identifikasi Mengidentifikasi tipe anak berkebutuhan khusus

Bagaimana cara sekolah mengidentifikasi anak

Tersedianya Kurikulum Bagaimana sekolah merancang kurikulum yang dapat memenuhi kebutuhan siswa?

4. Merancang bahan Tersedianya Bagaimana penyusunan

ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak

perencanaan

pembelajaran bagi siswa

perencanaan pembelajaran di sekolah yang sesuai dengan kebutuhan siswa?

Tersedianya bahan ajar yang terdiri dari pengetahuan,

keterampilan, dan sikap.

Bagaimana penentuan bahan ajar yang mengaitkan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap di sekolah?

5. Penataan kelas yang ramah anak

Mengelola kelas untuk mengoptimalkan proses belajar mengajar

Bagaimana cara guru memanajemen kelas (untuk mengoptimalkan proses belajar mengajar)?

Adanya pengelompokan siswa untuk pengajaran di ruang kelas

Bagaimana cara guru

memposisikan siswa

berkebutuhan khusus dan tidak berkebutuhan khusus di kelas? memantau kemajuan hasil belajar siswa?

Tersedianya

penyaringan atau screening

Apakah sekolah, melakukan penyaringan atau screening secara berkala?

Ada program diagnosis menyangkut kelayakan atas layanan pendidikan khusus

Bagaimana cara sekolah mendiagnosis kelayakan atas layanan pendidikan khusus?

Ada program

penempatan program pada anak berkebutuhan khusus

Bagaimana guru menerapkan kurikulum untuk memulai pengajaran siswa di kelas?

Adanya format evaluasi pengajaran untuk anak berkebutuhan khusus

Bagaimana bentuk evaluasi pengajaran untuk anak berkebutuhan khusus?

Adanya format evaluasi program pada anak

Bagaimana pelaksanaan evaluasi program pada anak

berkebutuhan khusus berkebutuhan khusus? sebagai sarana dalam pembelajaran

Apakah sekolah menggunakan media pembelajaran?

8. Penilaian dan evaluasi

pembelajaran

Adanya aturan KKM Bagaimana sekolah/ guru menentukan KKM bagi anak berkebutuhan khusus dan anak tidak berkebutuhan khusus?

Menjelaskan

karakteristik evaluasi

Bagaimana bentuk evaluasi yang digunakan?

Menunjukkan kegunaan kegiatan evaluasi

Apa tujuan dari dilakukannya kegiatan evaluasi bagi siswa?

2. Pedoman Observasi

Pedoman ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan terkait delapan aspek penyelenggaraan sekolah dasar inklusi kelas bawah di SD

“Harapan Mulia” Kabupaten Bantul, aspek yang diamati meliputi:

a. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasikan semua anak, yaitu: 1) Formulir pendaftaran, 2) Tipe anak yang diterima, 3) Panitia PPDB, 4) Ruang Pendaftaran, 5) Hasil tes psikologi, dan 6) Pendampingan Konselor/Psikologi/GPK.

b. Identifikasi, yaitu: 1) Hasil Identifikasi dan 2) Aspek Identifikasi.

c. Adaptasi Kurikulum (Kurikulum fleksibel), yaitu Kurikulum Sekolah.

d. Merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak, yaitu 1) RPP/RPPH, 2) RPI, dan 3) Sumber Bahan Ajar.

e. Penataan kelas yang ramah anak, yaitu: Model Penataan Kelas.

f. Asesmen, yaitu Hasil Asesmen.

g. Pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif, yaitu Media Pembelajaran.

h. Penilaian dan evaluasi pembelajaran, yaitu: 1) Soal latihan/LKS, 2) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dan 3) Lembar Portofolio.

Kisi-kisi pedoman observasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (rincian pedoman observasi terlampir).

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Observasi Permasalahan Sekolah Dasar Inklusi Kelas Bawah di SD “Harapan Mulia”

No. Aspek yang Diamati Sub Aspek 1. Penerimaan Peserta Didik Baru

(PPDB) yang mengakomo-dasi semua anak

1. Formulir pendaftaran 2. Tipe anak yang diterima 3. Panitia PPDB

4. Ruang pendaftaran 5. Hasil tes psikologi 6. Pendampingan

konsoler/psikologi/GPK 2. Identifikasi 7. Hasil identifikasi

8. Aspek identifikasi 3. Adaptasi Kurikulum (Kurikulum

Fleksibel)

9. Kurikulum sekolah 4. Merancang bahan ajar dan

kegiatan pembelajaran yang ramah anak

RPP/RPPH RPI

Sumber bahan ajar 5. Penataan kelas yang ramah anak Model penataan kelas

6. Asesmen Hasil asesmen

7. Pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif

Media pembelajaran 8. Penilaian dan evaluasi

pembelajaran

Soal latihan/LKS

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Lembar Portofolio 3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penerapan sekolah inklusi yang meliputi:

a. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasikan semua anak, yaitu: 1) Formulir pendaftaran, 2) Panitia PPDB, 3) Ruang Pendaftaran, dan 4) Hasil tes psikologi.

b. Identifikasi, yaitu: 1) Hasil Identifikasi dan 2) Aspek Identifikasi.

c. Adaptasi Kurikulum (Kurikulum fleksibel), yaitu Kurikulum Sekolah.

d. Merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak, yaitu 1) RPP/RPPH, 2) RPI, dan 3) Sumber Bahan Ajar.

e. Penataan kelas yang ramah anak, yaitu: Model Penataan Kelas.

f. Asesmen, yaitu Hasil Asesmen.

g. Pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif, yaitu Media Pembelajaran.

h. Penilaian dan evaluasi pembelajaran, yaitu: 1) Soal latihan/LKS, 2) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dan 3) Lembar Portofolio.

Peneliti melakukan pendokumentasian dengan menggunakan kamera handphone dan hasilnya berupa foto. Kisi-kisi pedoman dokumentasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (rincian pedoman dokumentasi terlampir).

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Dokumentasi Permasalahan Sekolah Dasar Inklusi Kelas Bawah di SD “Harapan Mulia”

No. Aspek yang Diamati Sub Aspek 1. Penerimaan Peserta Didik Baru

(PPDB) yang mengakomo-dasi semua anak

Formulir pendaftaran 1. Panitia PPDB

2. Ruang pendaftaran 3. Hasil tes psikologi 2. Identifikasi 4. Hasil identifikasi

5. Aspek identifikasi 3. Adaptasi Kurikulum (Kurikulum

Fleksibel)

6. Kurikulum sekolah 4. Merancang bahan ajar dan

kegiatan pembelajaran yang ramah anak

7. RPP/RPPH 8. RPI

Sumber bahan ajar 5. Penataan kelas yang ramah anak Model penataan kelas

6. Asesmen Hasil asesmen

7. Pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif

Media pembelajaran 8. Penilaian dan evaluasi

pembelajaran

Soal latihan/LKS

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Lembar Portofolio

F. Kredibilitas dan Transferabilitas

Sugiyono (2014: 121) menjelaskan bahwa terdapat empat bentuk uji keabsahan data yaitu: 1) Uji Kredibilitas Data (Validitas Internal), 2) Uji Transferabilitas (Validitas Eksternal/Generalisasi), 3) Uji Dependabilitas

(Reliabilitas) Data, dan 4) Uji Konfirmabilitas (Objektivitas). Dari keempat uji keabsahan data tersebut peneliti menggunakan Uji Kredibilitas data dan Uji Transferabilitas data.

1. Uji Kredibilitas

Moleong (dalam Prastowo, 2014: 266-269) menjelaskan bahwa pada dasarnya uji kredibilitas adalah pengganti konsep validitas internal dari penelitian nonkualitatif. Uji kredibilitas memiliki dua fungsi yaitu: pertama, melaksanakan pemeriksaan sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan kita dapat dicapai. Kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian terhadap kenyataan ganda yang sedang diteliti.

Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi untuk menguji kredibilitas data.

Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi untuk menguji kredibilitas data.

Dokumen terkait