• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Kerangka Berpikir

Berdasarkan teori berbasis sumber daya (resource based theory), Barney (1991) menyebutkan bahwa perusahaan seperti halnya lembaga perkreditan desa dikatakan dapat memiliki keunggulan bersaing berkelanjutan. Hal itu terjadi jika LPD mampu menciptakan nilai yang pada saat tersebut tidak sedang dilakukan baik oleh kompetitor maupun calon kompetitor dan perusahaan-perusahaan lain tidak mampu meniru kelebihan strategi ini. Sumber daya LPD memiliki potensi keunggulan bersaing jika memliki empat atribut, yaitu: kelangkaan, nilai, tidak dapat ditiru, dan tidak dapat diganti.

Day & Wensley (1988) menyatakan bahwa keunggulan bersaing berkelanjutan merupakan bentuk-bentuk strategi untuk membantu LPD dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pendapat tersebut didukung oleh Ferdinand (2011) yang menyatakan bahwa pada pasar yang bersaing, kemampuan LPD menghasilkan kinerja, terutama kinerja keuangan, sangat bergantung pada derajat keunggulan kompetitifnya. Untuk melanggengkan keberadaannya, keunggulan bersaing LPD tersebut juga harus berkelanjutan (sustainable) karena pada dasarnya perusahaan ingin melanggengkan keberadaannya.

Keunggulan bersaing berkelanjutan merupakan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan akhirnya, yaitu kinerja yang menghasilkan keuntungan (profit) tinggi. Artinya, keunggulan bersaing berkelanjutan bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan sarana untuk mencapai tujuan akhir LPD, yaitu kinerja tinggi. Berdasarkan pada seluruh pendapat di atas, maka keunggulan bersaing berkelanjutan didefinisikan sebagai keunggulan yang dicapai secara terus menerus dengan mengimplementasikan strategi pencapaian nilai-nilai unik. Nilai-nilai ini tidak sedang diimplementasikan baik oleh pesaing maupun calon pesaing karena ketidakmampuan mereka dalam meniru strategi tesebut.

Sedangkan untuk melanggengkan keunggulan bersaing tersebut, LPD seharusnya memiliki sumber daya dan kapabilitas yang khas (company specific). Budaya Organisasi merupakan sumber daya LPD untuk menciptakan keunggulan kompetitif (Barney, 1991). Peran penting ini berasal dari keunikan budaya yang tidak dapat dibandingkan dan karateristik dinamis yang menjamin keberlangsungan LPD (Schein, 2004; Zheng,dkk, 2010).

Budaya Tri Hita Karana sebagai esensi kebudayaan masyarakat Bali, juga merupakan budaya yang diimplementasikan kedalam budaya organisasi lembaga perkreditan desa di Bali. Filosofi ini mendasari pemikiran bahwa kegiatan bisnis adalah sebuah persembahan yang tidak luput dari kontrol Tuhan (Ashrama, 2005; Windia dan Dewi, 2011). Oleh karena itu budaya organisasi yang berlandaskan Tri Hita Karana ini harus dapat dipertahankan

karena merupakan sumber daya bagi keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.

Strategi yang diberlakukan melalui struktur dan operasi dipengaruhi budaya organisasi sebagai manifestasi nilai-nilai perusahaan (Dauber, 2002). Strategi operasi berbasis kompetensi merupakan kapabalitas organisasi, yang menjadi pusat tahapan perencanaan strategi bisnis LPD untuk menciptakan keunggulan kompetitif (Slack dan Lewis, 2002; Hamel dan Prahalad, 1990; Gagnon, 1999). Strategi operasi berperan merekonsiliasikan permintaan pasar dan kemampuan sumber daya LPD. Sehingga strategi operasi mampu memberi dukungan dan konsisten terhadap strategi bisnis LPD (Hamel dan Prahalad, 1989, 1990; Stalk dkk, 1992; Collis dan Montgomery, 2008).

3.2 Konsep

Secara jelas dapat digambarkan hubungan antara budaya organisasi berbasis Tri Hita Karana, strategi operasi dan keunggulan bersaing berkelanjutan LPD, seperti terlihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 menunjukkan hubungan pengaruh budaya organisasi terhadap keunggulan bersaing berkelanjutan pada LPD di Kabupaten Buleleng, dimana strategi operasi sebagai variabel mediasi. Budaya organisasi terdiri dari tiga indikator diantaranya yaitu nila-nilai yang sudah ada berbasis parhyangan, Filosofi, tujuan dan strategi berdasarkan parhyangan, kegiatan operasi berdasarkan parhyangan, nila-nilai yang sudah ada berbasis pawongan, Filosofi, tujuan dan strategi berdasarkan pawongan, kegiatan operasi berdasarkan pawongan, nila-nilai yang sudah ada berbasis

palemahan, Filosofi, tujuan dan strategi berdasarkan palemahan, dan kegiatan operasi berdasarkan palemahan.

Gambar 3.1

Kerangka Pemikiran Budaya Organisasi berbaisis Tri Hita Karana, Strategi Operasi dan Keunggulan Bersaing Berkelanjutan

Keterangan :

BO1 : Budaya organisasi berbasis parhyangan sebagai asumsi dasar BO2 : Budaya organisasi berbasis parhyangan sebagai nilai yang dianut BO3 : Budaya organisasi berbasis parhyangan sebagai artefak

BO4 : Budaya organisasi berbasis pawongan sebagai asumsi dasar BO5 : Budaya organisasi berbasis pawongan sebagai nilai yang dianut BO6 : Budaya organisasi berbasis pawongan sebagai artefak

BO7 : Budaya organisasi berbasis palemahan sebagai asumsi dasar BO8 : Budaya organisasi berbasis palemahan sebagai nilai yang dianut BO9 : Budaya organisasi berbasis palemahan sebagai artefak

SO1 : Layout Operasi

SO2 : Orientasi PUSH/PULL proses pelayanan SO3 : Tingkat standarisasi proses

SO4 : Penawaran Layanan

Strategi Operasi SO9 1 SO8 SO7 SO6 SO5 SO4 SO3 SO2 SO1 Budaya Organisasi

BO1 BO2 BO3

Keunggulan Bersaing Berkelanjutan KBB1 KBB2 KBB3 KBB4

SO5 : Penggunaan teknologi informasi

SO6 : Hubungan kegiatan back dan front office SO7 : Spesialisasi sumber daya manusia

SO8 : Tingkat partisipasi nasabah SO9 : Desain layanan baru

KBB1 : Sumber daya yang bernilai bagi nasabah KBB2 : Sumber daya yang unik atau jarang ada KBB3 : Sumber daya yang tidak dapat ditiru pesaing KBB7 : Sumber daya tidak tergantikan

Strategi operasi terdiri dari sembilan indikator yaitu Jenis tata letak operasi, orientasi push/pull proses pelayanan, tingkat standarisasi proses, penawaran sejumlah layanan yang berbeda, penggunaan teknologi informasi, Hubungan kegiatan back dan front office, spesialisasi sumber daya manusia, tingkat partisipasi pelanggan, desain layanan baru. Keunggulan bersaing berkelanjutan dibentuk dari empat indikator yaitu sumber daya yang bernilai bagi konsumen, sumber daya tidak dapat ditiru, sumber daya jarang ada, sumber daya tidak tergantikan.

3.3 Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritis, penelitian sebelumnya dan tujuan penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Budaya organisasi berbasis Tri Hita Karana berpengaruh terhadap strategi operasi LPD di Kabupaten Buleleng.

2. Budaya organisasi berbasis Tri Hita Karana berpengaruh terhadap keunggulan bersaing berkelanjutan di Kabupaten Buleleng.

3. Strategi operasi berpengaruh terhadap keunggulan bersaing berkelanjutan di Kabupaten Buleleng

38

Penelitian ini diarahkan untuk mengembangkan model hubungan linier prediktif antara variabel budaya organisasi berbasis Tri Hita Karana, strategi operasi dan keunggulan bersaing berkelanjutan LPD Kabupaten Buleleng. Dalam penelitian ini juga berusaha menggambarkan mengenai variabel penelitian berdasarkan persepsi dari responden yaitu masing-masing ketua LPD di Kabupaten Buleleng. Deskripsi itu diantaranya yaitu, gambaran mengenai keunggulan bersaing berkelanjutan yang dimiliki LPD di Kabupaten Buleleng. Kedua, gambaran mengenai penerapan budaya organisasi berbasis Tri Hita Karana LPD di Kabupaten Buleleng. Ketiga, deskripsi mengenai strategi operasi yang diterapkan pada LPD di Kabupaten Buleleng. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei. Penelitian survei dalam penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dokumen terkait