• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran IPA yang cenderung lebih berpusat pada guru (teacher centered) mengakibatkan pembelajaran membosankan. Selain itu juga guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif. Hal tersebut menjadikan siswa kurang ikut serta aktif dalam pembelajaran. Rendahnya keikutsertaan siswa dalam pembelajaran mengindikasikan aktivitas belajar yang rendah. Aktivitas belajar yang rendah akan membawa dampak pada hasil belajar yang rendah pula. Standar KKM mata pelajaran IPA kelas IV tahun pelajaran 2011/ 2012 yaitu 65. Pada

evaluasi yang dilaksanakan guna memperoleh nilai hasil belajar siswa pada materi perubahan lingkungan, diperoleh hasil bahwa dari 44 siswa, 18 siswa (40,90%) belum memenuhi KKM. Sedangkan pada tahun pelajaran 2012/ 2013, standar KKM meningkat menjadi 68.

Berdasarkan kerangka berpikir yang demikian, melatarbelakangi perlunya penggunaan model pembelajaran yang inovatif. Upaya yang dapat dilakukan diantaranya dengan menerapkan model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik materi perubahan lingkungan. Di samping itu, disesuaikan dengan pola pikir siswa SD kelas IV yang masih dalam tahap operasional konkret, model PBL dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran IPA materi perubahan lingkungan.

Penerapan model pembelajaran PBL diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Randugunting 3. Tahap pembelajaran PBL sesuai dengan pandangan konstruktivisme, bahwa pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa melalui pengalaman nyata. Pembelajaran PBL pada hakikatnya dapat memacu siswa belajar dan memperoleh informasi secara mandiri dalam pencarian informasi dan penyelidikan.

Sesuai dengan karakteristiknya, model PBL diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa karena proses pemecahan suatu masalah secara kelompok, yang merupakan ciri PBL dapat membuat siswa lebih aktif bertanya, bekerjasama, berdiskusi, memecahkan masalah, membuat laporan, dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Dilihat dari tahap pembelajaran PBL, siswa lebih berperan sebagai subjek belajar karena guru hanya membimbing dan

memfasilitasi, sehingga siswa dapat lebih aktif dan kreatif. Hal tersebut diharapkan membawa dampak pada peningkatan performansi guru dan hasil belajar siswa.

Jadi, penggunaan model pembelajaran PBL diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi perubahan lingkungan di kelas IV SD Negeri Randugunting 3 Kota Tegal.

Kerangka berpikir dapat diilustrasikan pada bagan berikut ini:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Kondisi Awal

Pembelajaran bersifat konvensional: guru belum menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa langsung dan kurang mengaktifkan siswa.

Tindakan (Acting)

Guru menggunakan model PBL dalam pembelajaran IPA materi perubahan lingkungan. Karakteristik PBL yaitu sesuai dengan pandangan konstruktivisme dan melatih siswa terlibat dalam pencarian informasi dan penyelidikan.

Beberapa siswa belum mencapai KKM pada

materi perubahan lingkungan

Kondisi Akhir

Melalui model PBL, performansi guru, aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran materi perubahan lingkungan di kelas IV SD Negeri Randugunting 3 Kota Tegal akan meningkat.

2.4

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, diajukan hipotesis sebagai berikut: Dengan menggunakan model PBL, maka performansi guru, aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi perubahan lingkungan pada siswa kelas IV SD Negeri Randugunting 3 Kota Tegal akan meningkat.

51 SIKLUS I

SIKLUS II

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan membahas mengenai rancangan penelitian, perencanaan tahap penelitian, subjek penelitian, tempat penelitian, data dan teknik

pengumpulan data, teknik analisis data, dan indikator keberhasilan.

3.1

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2012: 3), “PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. Menurut Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2012: 3), “kelas bukan wujud ruangan, tetapi sekelompok siswa yang sedang belajar. Dengan demikian, PTK dapat dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi di mana saja yang penting ada sekelompok anak yang sedang belajar”. PTK yang digunakan mengacu pada PTK menurut Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2012: 16), dapat dilihat melalui gambar di berikut ini:

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Pelaksanaan Refleksi Pengamatan Perencanaan Pengamatan Perencanaan Pelaksanaan Refleksi ?

3.1.1 Perencanaan (planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, dan bagaimana tindakan itu dilakukan. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kolaborasi. Menurut Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2012: 63) “dalam PTK kolaborasi, kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam arti masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan”. Menurut Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2012: 17) “dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan”. Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2012: 18) menjelaskan bahwa:

Dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

3.1.2 Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap kedua yaitu pelaksanaan tindakan yang merupakan penerapan isi rancangan. Menurut Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2012: 18), “hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap kedua ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan….”. Dengan demikian, dalam pelaksanaanya hendaknya sesuai perencanaan agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan.

Tahap ketiga yaitu pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Untuk menghindari subjektifitas, peneliti bekerjasama dengan teman sejawat berperan sebagai pengamat. Pengamat wajib mengamati segala sesuatu yang terjadi selama tindakan berlangsung. Pengamat mencatat segala sesuatu yang terjadi agar memperoleh data akurat untuk perbaikan siklus berikutnya. Pengamatan dilaksanakan dengan mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam mata pelajaran IPA dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) meteri perubahan lingkungan.

3.1.4 Refleksi

Tahap keempat merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan disebut dengan refleksi. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan pembelajaran IPA Kelas IV materi perubahan lingkungan.

Hasil refleksi ini digunakan oleh peneliti sebagai acuan untuk menentukan tindakan selanjutnya. Apabila masih ditemukan beberapa kekurangan maka hasil refleksi ini akan digunakan sebagai acuan untuk menyusun perencanaan pada siklus berikutnya.

Rancangan PTK yang lebih konkret dapat saja dilakukan dalam beberapa siklus untuk memperoleh hasil yang optimal, namun perlu dipertimbangkan bahwa dalam rangka PTK sebaiknya pelaksanaannya tidak melompati semester yang bersangkutan.

Dokumen terkait