• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada masa remaja, memiliki tugas perkembangan yaitu mencapai hubungan sosial lebih matang dengan teman sebayanya. Dalam hal ini remaja diharapkan dapat menciptakan hubungan sosial dengan teman sebayanya. Melalui komunikasi yang baik, remaja diharapkan dapat memiliki hubungan sosial yang baik. Selain itu, setiap remaja memiliki dinamika perkembangan diri yang sangat beragam. Berbagai cara dan gaya yang ditunjukkan dalam kesehariannya menggambarkan bagaimana identitas diri menjadi sangat penting bagi mereka. Identitas adalah potret diri yang tersusun dari berbagai aspek seperti pandangan seseorang terhadap sesuatu, status sosial, jejak prestasi, minat seseorang, karakteristik kepribadian dan citra tubuh seseorang.

Identitas diri pada remaja merupakan perwujudan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja yang memungkinkan remaja untuk menyaring

63

dan beridentifikasi untuk mencapai kematangan individu (Santrock, 2011: 438). Harapannya, untuk menggapai identitas diri hendaknya remaja menggunakan cara-cara yang positif untuk mencapai kematangan individu yang optimal. Namun pada kenyataannya, banyak kendala yang dialami oleh remaja yang menghambat perkembangan diri pada remaja untuk mencapai perkembangan individu yang optimal, salah satunya adalah narsistik. Narsistik adalah cinta diri dimana memperhatikan diri sendiri secara berlebihan, paham yang mengharapkan diri sendiri sangat superior dan amat penting, menganggap diri sendiri sebagai yang paling pandai, paling hebat, paling berkuasa, paling bagus dan paling segalanya (Chaplin, 2009).

Pada hakekatnya, setiap orang memiliki perasaan bangga ketika kehebatannya, pengalaman terbaik yang dimilikinya, wajahnya, ataupun gaya yang dimilikinya dapat dilihat oleh orang lain dan berharap pujian akan datang pada dirinya. Ini adalah salah satu sifat manusia yang mendorong seseorang untuk berperilaku narsistik. Semua orang mencari perkembangan diri, kendali diri, dan sebuah gambaran diri positif. Dalam hal ini pada kepribadian yang matang, perilaku narsistik akan nampak dalam karakteristik-karakteristik dari diri dengan cara-cara yang positif secara sosial. Namun hal tersebut terjadi pada kepribadian yang kurang matang, narsistik yang ditampilkan akan menimbulkan perilaku yang negatif.

Selain karakteristik di atas, remaja dengan kepribadian narsistik memiliki karakteristik yang sebenarnya merupakan topeng bagi harga dirinya yang

64

rapuh . Remaja menginginkan penghormatan dan perhatian dari orang lain demi meningkatkkan harga diri yang dimilikinya. Remaja dengan kepribadian narsistik mengalami kesulitan untuk menerima kritik dari orang lain, dan selalu beranggapan bahwa dirinya istimewa. Remaja yang berkepribadian narsistik juga mempunyai anggapan bahwa dirinya spesial, ambisius, dan suka mencari keternaran. Remaja akan cenderung mengubah dirinya agar telihat berbeda dari orang lain, salah satu cara yang dilakukan dengan memperhatikan penampilan fisiknya.

Perilaku narsistik tumbuh dari dalam diri individu berawal dari pola asuh yang diberikan orang tua saat individu kecil dan juga kegagalan individu dalam mengembangkan citra diri. Kegagalan pola asuh dan kegagalan mengembangkan citra diri ini, memberikan dampak berupa perilaku narsistik dimana remaja selalu ingin mendapat perlakuan khusus, merasa istimewa dan tidak memiliki empati terhadap orang lain. Selain itu, individu yang memiliki harga diri yang tidak stabil, perasaan depresi, kesepian, perasaan subyektif, dan kontrol diri termasuk faktor yang berkaitan dengan penyebab timbulnya seseorang memiliki perilaku narsistik.

Kepribadian bersifat unik dan konsisten sehigga dapat digunakan untuk membedakan antara individu satu dengan yang lainnya (Feist & Feist, 2009: 9). Keunikan ini yang menjadikan kepribadian sebagai variabel yang digunakan untuk menggambarkan diri individu yang berbeda dengan individu lainnya. Individu memiliki keunikannya masing-masing yang membuatnya berbeda dari individu lain. Tipe kepribadian termasuk dalam keunikan

65

tersebut. Setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dapat mendorong perilaku lain dari individu tersebut.

Dalam hal ini, peneliti membandingkannya kecenderungan narsistik pada individu yang memiliki tipe keribadian introvert dan ekstrovert. Pada dasarnya tipe kepribadian ekstrovert yang cenderung terbuka dan mudah berkomunikasi terhadap lingkungan sosialnya. Berbeda dengan tipe kepribadian Introvert yang ditunjukkan melalui rendahnya kemampuan individu dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosial mereka. Hal ini dapat ditinjau dari terbatasnya hubungan mereka dengan lingkungan sekitar.

Menurut Jung (dalam Chaplin, 2006) seseorang yang introvert cenderung menarik diri dari kontak sosial, minatnya lebih mengarah kedalam pikiran-pikiran dan pengalamannya sendiri. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Prihati (2010), dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tipe kepribadian introvert memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kecanduan internet. Dengan demikian seseorang yang memiliki tipe kepribadian introvert lebih rentan memiliki perilaku narsistik dengan menggunakan media internet. Berbeda dengan siswa yang memiliki tipe kepribadian ekstrovet yang memilih untuk berinteraksi secara langsung.

Pribadi introvert menunjukan libidonya ke dalam dan tenggelam menyendiri ke dalam diri sendiri, khususnya dalam saat-saat mengalami ketegangan dan tekanan batin seseorang introvert merasa mampu dalam upayanya mencukupi diri sendiri, sedangkan ekstrovert membutuhkan orang lain. Individu yang subyektif mengindikasikan bahwa individu tersebut

66

membatasi diri terhadap lingkungan sosialnya karena individu tersebut merasa mampu melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain. Karakteristiksubyektif yang dimiliki individu yang memiliki tipe kepribadian introvert tersebut termasuk dalam faktor yang menyebabkantipe introvert memiliki kecenderungannarsistik.

Berbeda dengan individu yang memiliki tipe introvert yang cenderung suka menyendiri, tipe kepribadian ekstrovert termasuk dalam kategori yang senang berteman, mudah bergaul, dan tindakannya dipengaruhi oleh dunia luar. Namun dengan karakteristik tersebut individu yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert diindikasikan memiliki kecenderungan narsistik pula.Campbell dan Foster (dalam Riza Hardian 2014) menyatakan bahwa individu yang narsistik juga seringkali sangat ahli berhadapan dengan lingkungan sosial baru dan memulai suatu hubungan baru, meskipun kebanyakan dari merekamencari suatu pertemanan untuk dapat mempertinggi status dan pandangan positif orang lain kepadanya.

Selain itu menurut Septi Rohni Undari (2016) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa perilaku konsumtif pada tipe kepribadian ekstrovert lebih tinggi dari pada individu yang tergolong introvert. Hal ini sejalan dengan penelitian Ranni Merli Safitri (2011) yang hasilnya menyebutkan bahwa semakin tinggi kepribadian narsistik yang dialami individu semakin tinggi pula perilaku konsumtif yang terjadi pada individu tersebut. Remaja dengan perilaku konsumtif ini, akan membeli barang-barang yang diinginkan namun tidak sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.

67

Remaja akan cenderung mengikuti model-model terbaru dalam hal atribut-atribut yang dikenakan seperti baju, tas, sepatu serta handphone.

Dengan demikian, hal-hal tersebut menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki tipe kepribadian introvert dan ekstrovert yang akan memberikan kontribusi yang berbeda-beda terhadap tingkat narsistik yang dimiliki pada masing-masing individu tersebut. Oleh karena itu dalam hal ini peneliti ingin meneliti mengenai perbedaan kecenderungan narsistik pada siswa yang memiliki tipe kepribadian introvert dan ekstrovert.

F. Hipotesis

Ada perbedaan kecenderungan narsistik pada siswa ekstrovert dan siswa introvert.

68 BAB III

METODE PENELITIAN

Dokumen terkait