• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Perkembangan Transportasi di Indonesia

8. Kerangka Berpikir

Berdasarkan penelitian sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa memang kerjasama di bidang transportasi on-line saat ini sangat menjanjikan, dimana masyarakat banyak yang bergantung dengan layanan jasa yang diberikan oleh beragam penyedia layanan jasa, salah satunya go-jek. Seseorang yang bergabung sebagai peengemudi, dapat menentukan sendiri waktu kerja dan juga berapa keuntungan yang ingin di dapatkannya. Mengutip jurnal yang ditulis Danil (2013), bahwa pendapatan seseorang dapat didefinisikan sebagai banyaknya penerimaan yang dinilai dengan satuan mata uang yang dapat dihasilkan seseorang atau suatu bangsa dalam periode tertentu. Reksoprayitno (2004:79) mendefinisikan “Pendapatan (revenue) dapat diartikan sebagai total penerimaan yang diperoleh pada periode tertentu”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah sebagai jumlah penghasilan yang diterima oleh pada

anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang telah disumbangkan.

Peneliti melihat bahwa terdapat 28 responden yang tergabung sebagai pengemudi go-car memiliki alasan mendasar ketika mereka mau meninggalkan pekerjaan utamanya yang terbilang cukup layak dari segi pendapatannya yang diketahui pula dari pekerjaan utama yang dimiliki, responden pun sudah mampu membeli kendaraan berupa mobil yang tergolong dalam barang mewah. Peneliti ingin mengetahui lebih dalam apakah benar para pengemudi go-car tertarik bergabung karena pendapatan pada pekerjaan mereka kurang mencukupi atau memang benar pekerjaan sebagai pengemudi go-car memiliki keuntungan yang lebih besar dibandingkan pekerjaan rata-rata pengemudi sebelumnya.

34 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Peneletian Deskriptif.

Penelitian Deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya.

Menurut Nazir (1988: 63) metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Menurut Suyanto dan Sutinah (2005) mengemukakan bahwa metode penelitian surve adalah suatu cara mengumpulkan informasi, melalui pertanyaan-pertanyaan, tertulis maupun lisan. Metode survei dilakukan peneliti untuk memperoleh data usia rata-rata, jenis kelamin rata-rata, serta pekerjaan utama Pengemudi go-car. Disini peneliti akan mencoba mendeskripsikan bagaimana latarbelakang pengemudi go-car khususnya di DI Yogyakarta dan melihat apakah ada perbedaan yang signifikan sebelum masyarakat bergabung menjadi pengemudi go-car dan setelah bergabung menjadi pengemudi go-car.

B. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yogyakarta pada bulan Juli hingga Agustus 2018.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini melibatkan para responden yang berprofesi sebagai pengemudi go-car di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sampel penelitian yang akan digunakan adalah data 40 pengemudi go-car yang dipilih secara acak (simple random sampling)

D. Variabel Penelitian

1. Distribusi usia pengemudi go-car.

2. Distribusi jenis kelamin pengemudi yang bergabung dalam go-car.

3. Tingkat Pendidikan terakhir pengemudi go-car.

4. Pekerjaan Utama pengemudi go-car.

5. Jumlah Pendapatan pengemudi go-car sebelum dan sesudah bergabung dalam go-jek.

E. Teknik pengumpulan data

Wawancara tak terstruktur untuk mengetahui latar belakang pengemudi go-car.

Tabel 3.1: Kisi-kisi instrumen penelitian latar belakang sosial ekonomi

Variabel Indikator

Usia - Berapa usia anda sekarang?

- Sejak kapan bergabung menjadi pengemudi go-car

Jenis Kelamin -

Tingkat Pendidikan - Apa pendidikan yang pernah

anda tempuh?

- Dimana anda pernah menempuh pendidikan itu?

Jenis Pekerjaan - Apa pekerjaan utama anda?

- Bagaimana anda membagi waktu untuk menjalanjan pekerjaan utama dan menjadi pengemudi go-car.

Pendapatan tetap sebelum dan sesudah menjadi pengemudi go-car

- Berapa gaji pokok pada pekerjaan anda sebelum bergabung dan setelah bergabung dalam go-car?

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Teknik Analisi Data Deskriptif Kualitatif 1. Pekerjaan Utama

2. Usia

a. < 25 Tahun b. 26-31 Tahun c. 31-35 Tahun d. 35-40 Tahun e. > 40 Tahun

Teknik analisis data Kuantitatif peneliti gunakan untuk mengetahui 1) Tingkat Pendidikan

a. SD b. SMP c. SMA

d. Perguruan Tinggi e. Pasca Sarjana

2) Jumlah Pendapatan tetap sebelum dan sesudah bergabung menjadi pengemudi go-car.

Metode Frequencies digunakan untuk membandingkan antara dua atau lebih kelompok dengan satu variabel seperti jenis kelamin pengemudi go-car.

Peneliti akan mengelompokan tingkatan pendapatan masyarakat yang

berlandaskan dengan Upah Minimum Regional DI yogyakarta dan kemudian data yang terkumpul akan peneliti bandingkan dengan data responden setelah menjadikan pekerjaan go-car sebagai pekerjaan utama mereka. Demikian pengelompokan tingkat pendapatan yang diawali pada tingkat pendapatan :

Tingkatan pendapatan skor

a) Rp0-Rp1.454.200 1

b) Rp1.454.201-Rp3.000.000 2

c) Rp3.000.001-Rp4.500.000 3

d) Rp4.500.001-Rp5.500.000 4

e) Rp.5.500.000-Rp6.500.000 5

f) Rp.6.500.001-Rp7.500.000 6

g) >Rp7.500.001 7

39 BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif 1. Faktor Usia

Usia seringkali menjadi faktor yang menjadi pengaruh seseorang dalam bekerja. Semakin matang usia diharapkan seseorang pun dapat memiliki sebuah penghasilan yang baik dalam pekerjaannya untuk mendukung perekonomiannya yang lebih baik pula.

Tabel 4.1 Usia Responden

Frequency Percent

Valid < 25 Tahun 1 2.5

26-30 Tahun 6 15.0

31-35 Tahun 7 17.5

36-40 Tahun 4 10.0

> 40 Tahun 22 55.0

Total 40 100.0

Sumber:Data Primer, diolah 2018

2,5 %

15,5%

55% 17,5%

10%

Sumber: Data Primer, diolah 2018

Dalam penelitian yang telah dilakukan terhadap 40 responden yang berprofesi sebagai pengemudi go-car di DI Yogyakarta dapat diketahui bahwa usia rata-rata masyarakat yang berprofesi sebagai pengemudi go-car 55% berusia lebih dari 40 Tahun. Selanjutnya diketahui bahwa terdapat 17,5% responden berumur 31-35 Tahun, 15% responden yang memiliki rentan usia 26-30 Tahun, 10% responden dengan rentan usia 36-40 Tahun, dan sebanyak 2,5% responden yang memiliki rentan usia >25%.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu hal yang sering menjadi faktor penentu dalam proses pengklasifikasian sebuah profesi. Hal ini dikarenakan terdapat bidang-bidang profesi yang terkadang masih menjadi kendala untuk dikerjakan oleh seseorang wanita ataupun pria. Terkadang pula terdapat diskriminasi profesi yang sering terjadi bila seseorang wanita melakukan

pekerjaan yang biasa dilakukan seorang pria, dan sebaliknya bila seorang pria melakukan perkerjaan yang biasanya dilakukan oleh seorang wanita.

Dalam penelitian ini, peneliti mengetahui bahwa fakta yang terjadi dalam sebuah pekerjaan khususnya pengemudi go-car tidak memandang jenis kelamin/gender sebagi faktor penentu sebuah profesi. Dimana kita mengetahui bahwa seorang pengemudi biasanya berjenis kelamin pria, karena memang dalam prosesnya memerlukan keahlian fisik khusus yang menjadi alasan bawha wanita memang tidak banyak yang menyadang profesi di bidang ini. Akan tetapi fenomena yang terjadi dalam transportasi on-line ini berbeda. Terlihat bahwa wanita pun memiliki kebebasan untuk bermitra menjadi pengemudi go-car. Hal ini diketahui dengan adanya bukti dari 40 responden yang berprofesi sebagai pengemudi go-car tak hanya berjenis kelamin pria, melaikan ada juga yang berjenis kelamin wanita.

Tabel 4.2 Jenis Kelamin

Frequency Percent

Valid PRIA 38 95.0

WANITA 2 5.0

Total 40 100.0

Sumber: Data Primer, diolah 2018

Data diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden dengan presentasi 95% berjenis kelamin laki-laki, sedangkan terdapat 5% responden

berjenis kelamin perempuan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa memang banyak pria yang menjadi tulang punggung keluarga yang benar-benar membutuhkan kesempatan untuk mencapai kondisi ekonomi yang lebih baik lagi. Sama halnya dengan responden wanita yang memang dapat disimpulkan bahwa suatu profesi dalam hal ini transportasi on-line khususny go-car, tidak mendiskriminasi faktor gender. Memiliki alasan yang sama bagi mereka seorang wanita yang menjatuhkan pilihan sebagai seorang pengemudi go-car untuk memanfaatkan kesempatan yang sangat berdampak bagi kondisi perekonomian yang lebih baik lagi.

3. Tingkat Pendidikan

Pada dasarnya tingkat pendidikan menjadi faktor penentu suatu profesi yang dimiliki seseorang. Perekonomian keluarga biasanya dipengaruhi oleh pendidikan yang dimiliki oleh setiap keluarga

.

Semakin tingggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin banyak pula peluang seseorang itu untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Berikut adalah persentase yang peneliti dapat dari 40 responden go-car di DI Yogyakarta :

Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan

Frequency Percent

Valid Sekolah Dasar 2 5.0

Sekolah Menengah Atas 8 20.0

Sekolah Menengah 21 52.5

Atas/Sederajat

Kuliah 2 5.0

Sarjana 7 17.5

Total 40 100.0

Sumber: Data Primer diolah 2018

Gambar 4.2 Tingkat Penidikan

175% 5%

5% 52,2%

20%

Sumber: Data Primer diolah 2018

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa sebesar 52,2% responden memiliki latar belakang pendidikan tamat Sekolah Menengah Atas/Sederajat.

Sebanyak 20% responden memiliki latar belakang pendidikan tamat Sekolah Menengah Pertama, sedangkan pada tingkat sarjana sebanyak 17,5% dan ada pula yang sedang menempuh pendidikannya di tingkat sarjana sebanyak 5% dan diketahui pula sebanyak 5% responden memiliki latar belakang pendidikan tamat Sekolah Dasar.

Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata responden yang berprofesi sebagaai pengemudi go-car berlatar belakang pendidikan tamat Sekolah Menengah Atas. Hal ini dapat menyimpulkan bahwa banyak masyarakat yang terbantu dengan kehadiran transportasi on-line di DI Yogyakarta. Tak dipungkiri bahwa memang sangat sulit mencari sebuah pekerjaan dengan latar belakang pendidikan tamat Sekolah Menengah Atas. Kesempatan ini pun menjadi peluang emas bagi masyarakat yang mungkin ingin lebih memperbaiki kondisi perekonomian yang lebih baik lagi dengan menyandang profesi sebagai pengemudi go-car.

4. Pekerjaan Utama

Pekerjaan merupakan sebuah usaha seseorang untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Banyak faktor yang seringkali mempengaruhi jenis profesi/pekerjaan seseorang. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa usia, tingkat pendidikan, dan juga jenis kelamin merupakan hal-hal yang sering mempengaruhi jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang.

Tak sedikit masyarakat yang kemudian memiliki beberapa pekerjaan sampingan dengan alasan untuk menambah penghasilan yang mungkin masih kurang cukup dari pekerjaan utama yang dimilikinya. Atau bahkan beberapa masyarakat harus berpindah-pindah profesi untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik. Berikut adalah data yang didapat dari 40 responden pengemudi go-car di DI Yogyakarta.

Tabel 4.4 Pekerjaan Utama

Frequency Percent

Valid Mahasiswa 1 2.5

Karyawan 15 37.5

Pedagang 15 37.5

Peternak 1 2.5

Petani 5 12.5

Pensiunan 3 7.5

Total 40 100.0

Sumber: Data Primer diolah 2018

Gambar 4.3 Pekerjaan Utama

7,5% 2,5%

12,5% 37,5%

2,5%

37,5%

Sumber: Data Primer diolah 2018

Dari data tersebut, diketahui bahwa sebanyak 37,5% responden yang sebelumnya mmiliki pekerjaan utama sebagai karyawan. Hal seerupa pun tampak pada responden yang memiliki pekerjaan utama sebagai pedagang sebelum

bergabung menjadi pengemudi go-car. Data selanjutnya diketahui bahwa terdapat 12,5% responden yang sebelumnya memiliki pekerjaan utama sebagai seorang petani, 7,5% responden yang telah bergabung menjadi pengemudi go-car sudah dalam masa pensiun. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kehadiran transportasi on-line khususnya go-jek di DI Yogyakarta dapat lebih bermanfaat bagi masyarakat yang memang mengalami kondisi dimana memiliki pendapatan yang kurang mencukupi bagi perekonomian keluarga maupun kepentingan pribadinya.

Beberapa fakta yang terjadi bahwa terdapat masyarakat yang memang dengan sadar melepas pekerjaan utamanya untuk beralih profesi menjadi pengemudi on-line, khususnya go-car. Beberapa dari responden memiliki cerita yang sedikit berbeda satu dengan lainnya mengenai awal mula bergabung dalam profesi sebagai pengemudi on-line.

Pak Haryanto Tri Priyono (34), yang memulai karirnya sebagai pengemudi go-car sejak 1 tahun silam. Menurutnya profesi sebagai pengemudi go-car adalah suatu pilihan karir yang memang sudah direncanakan sebelumnya yang juga diketahui bahwa Pak Haryanto sebelumnya berprofesi sebagai seorang pramugara kereta api. Karena beberapa alasan yang memang membuat Pak Haryanto yakin untuk meninggalkan profesinya sebagai pramugara kereta api dan memanfaatkan sedikit tabungan serta uang pesangon yang dimiliki untuk mengambil 1 unit mobil yang kemudian menjadi sebuah modal meniti karir sebagai pengemudi go-car di DI Yogyakarta.

Ada pun Mas Yuli Purnama (29), yang sudah bergabung menjadi pengemudi go-car selama 1.5 Tahun. Setelah kuliah Mas Yuli sudah memiliki usaha rental mobil yang juga telah dirintis orang tuanya sejak lama. Beberapa unit

mobil pun dimiliki oleh Mas Yuli. Tetapi untuk hari-hari biasa, bisnis rental mobil cenderung sepi. Melihat peluang yang ada, Mas Yuli pun bergabung menjadi mitra dalam transportasi on-line dan merasakan bahwa usaha yang dilakukan saat ini lebih berkembang karena dari sisi pendapatan yang semakin bertambah walau di hari-hari biasa.

5. Perbedaan tingkat prekonomian sebelum dan sesudah bergabung dalam GO-CAR

Banyak masyarakat yang terbantu dengan hadirnya transportasi on-line di DI Yogyakarta. Tak hanya dapat mengurai kemacetan di jalan raya, transportasi on-line pun diketahui sangat mempengaruhi perkembangan perekonomian secara signifikan, khususnya bagi pengemudi go-car itu sendiri. Telah diketahui bahwa banyak masyarakat yang teergolong dalam responden merasa kesulitan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak guna mendapatkan sumber perekonomian yang lebih baik.

Permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh setiap keluarga adalah bagaimana dengan penghasilan yang masuk dapat mencukupi dan memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini sering dialami oleh beberapa keluarga dengan kebutuhan yang begitu besar, akan tetapi penghasilan yang diperolehnya tidak terlalu besar, sehingga permasalahan keluarga yang sering terjadi didasarkan pada permasalahan ekonomi.

Tabel 4.5 Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Pendapatan sebelum

menjadi pengemudi go-car 2.52 40 .987 .156

Sumber: Data Primer diolah 2018

Tabel 4.6 Pendapatan Sebelum Menjadi Pengemudi go-car

Frequency Percent

Valid Rp0-Rp1.454.200 7 17.5

Rp1.454.201-Rp3.000.000 11 27.5

Rp3.000.001-Rp4.500.000 17 42.5

Rp4.500.001-Rp5.500.000 4 10.0

Rp5.500.001-Rp6.500.000

Sumber: Data Primer diolah 2018

Dari data di atas diketahui rata-rata penghasilan yang dihasilkan dari profesi seseorang sebelum bergabung menjadi pengemudi go-car adalah Rp3.000.001-Rp4.500.000/bulan dengan nilai persentase sebesar 42%

responden. Dan kemudian disusul pada tingkat pendapatan Rp1.454.201-Rp3.000.000 sebanyak 10% responden. Hal ini menunjukan bahwa banyak masyarakat khususnya dalam haal ini yang menjadi responden masih tergolong dalam masyarakat yang memiliki pendapatan menengah kebawah. Hal ini pun diperkuat dengan alasan masih sedikitnya responden yang memiliki pendapatan

lebih dari (>) Rp5.000.001 yang juga diketahui hanya terdapat 2.5% responden saja sebelum menjadi pengemudi go-car.

Pak Faisal (32), berpendapat bahwa sangat banyak keuntungan yang didapat. Sebelumnya beliau memiliki pekerjaan utama sebagai seorang peternak ayam yang meenurut pengakuannya pun memiliki resiko pekerjaan yang sulit di prediksi. Disaat kondisi hewan ternak baik, beliau dapat memperoleh keuntungan sekitar Rp1.454.201-Rp3.000.000/bulannya, itu pun terkadang masih dipotong dengan kebutuhan-kebutuhan tak terduga dalam mengusrus keperluan seperti, membeli vitamin hewan, merenovasi kandang jika ada kerusakan, dan lain-lain.

Bpk. Faisal pun melihat peluang dalam bisnis transportasi on-line yang saat itu pun beberapa temannya sudah mulai bergabung dan merasakan manfaat khususnya dalam pendapatan yang diterimanya.

Bermodalkan 1 unit mobil yang biasanya digunakan sebagai transportasi dalam keperluan usaha ternaknya, Pak Faisal pun mencoba memanfaatkan peluang dalam transportasi on-line khususnya go-jek. Dalam kurun waktu yang telah dijalani, Pak Faisal melakukan pekerjaan barunya sebagai pengemudi go-car hanya pada saat-saat waktu luangnya. Tetapi, semakin lama beliau mulai merasakan manfaat dan keuntungan yang berdampak positif terhadap kondisi perekonomian keluarganya. Menurut Pak Faisal, setidaknya dalam sehari beliau dapat lebih tenang karena ada saja penghasilan yang ia dapatkan, berbeda dengan pekerjaan sebelumnya yang biasanya hanya dapat merasakan hasil dari pendapatannya di setiap bulan saja, dan setelah itu tidak terasa semakin habis.

Selain itu, Pak Faisal mengaku bahwa beliau sangat menikmati pekerjaan

barunya. Pak Faisal dapat dengan bebas menentukan waktu luang yang jika ada saat-saat beliau memiliki acara, tidak bingung memikirkan kepentingan pekerjaan ini-itu. Dalam sistem go-jek sendiri tidak menuntut mitra (pengemudi) untuk dapat mencapai target tertentu dalam setiap harinya. Para pengemudi memang diberi kebebasan dalam menentukan waktu kerja dan pendapatan yang ingin dicapai.

Dalam perhitungan keuntungannya, go-jek telah menetapkan pembagian hasil 20% sebagai bagian untuk perusahaan dan 80% bagian untuk pengemudi.

Selain itu, go-jek pun memberikan sistem point bagi para pengemudi khususnya dalam hal ini pengemudi go-car. Poin-poin yang ditetapkan akan memberikan bonus yang berbeda bagi para pengemudi itu sendiri. Semakin besar poin yang dicapai maka akan semakin besar pula bonus yang akan didapat oleh pengemudi.

Akan tetapi akhir-akhir ini terdapat pro dan kontra dalam penetapan sistem poin yang menurut pengemudi semakin kecil dari sistem poin yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tabel 4.7 Skema Point dalam go-car

Kota Tarif Harian

*Note:

Dalam 1 hari yang sama menyelesaikan order (17 Point) maksimal bonus yang diterima Rp450.000

Bonus akan dibayarkan secara langsung APABILA performa driver mencapai angka 60%, dan bonus akan ditahan apabila performa driver dibawah angka 60%.

Berikut perhitungan batas tarif go-car :

Jam sibuk ditetapkan pada pukul 06.00-09.00 WIB dan 16.00-20.00 WIB, dengan tarif :

- Perjalanan 0 - 2,35 kilometer : Rp10.000

- Perjalanan lebih dari 2,35 kilometer dikenakan Rp.4.250 per kilometer mulai dari kilometer ke 2,36

- Tarif minimum pada jam sibuk adalah Rp10.000

Jika order dilakukan diluar jam sibuk, maka tarif yang dikenakan pun berbeda, berikut tarif yang telah ditetapkan diluar jam sibuk :

- Perjalanan 0 - 2,85 kilometer : Rp10.000

- Perjalanan lebih dari 2,85 kilometer dikenakan Rp3.500 per kilometer mulai dari kilometer ke 2,86

- Tarif minimum diluar sibuk adalah Rp1.0000

Dari total pendapatan yang ditawarkan, pengemudi memerlukan biaya bahan bakar yang menurut keterangan para responden rata-rata dapat

mengeluarkan biaya Rp100.000-Rp150.000/harinya. Jika dihitung dengan angka pengeluaran terbanyak dalam seharinya, maka akan didapatkan total penghasilan yang memiliki perbedaan signifikan jika dibandingkan dengan pendapatan saat sebelum berprofesi menjadi pengemudi go-car.

Tabel 4.8 Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Pendapatan saat menjadi

pengemudi go-car 5.75 40 1.214 .192

Sumber: Data Primer diolah 2018

Tabel 4.9 Pendapatan Sesudah Menjadi Pengemudi go-car

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Sumber: Data Primer diolah 2018

Tabel 4.10 Perbandingan tingkat pendapatan responden sebelum dan

Frequency Percent Frequency Percent

Rp0-Rp1.454.200

Sumber: Data Primer diolah 2018

Data diatas menunjukan bahwa rata-rata pendapatan yang diterima oleh responden sebagai pengemudi go-car memiliki perbedaan dengan pendapatan saat responden memiliki pekerjaan utama sebelum menjadi pengemudi go-car

Tabel 4.11 Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pendapatan sebelum menjadi pengemudi go-car

2.52 40 .987 .156

Pendapatan saat menjadi pengemudi go-car

5.75 40 1.214 .192

Sumber: Data Primer diolah 2018

Tabel 4.12 Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pendapatan sebelum menjadi pengemudi go-car & Pendapatan saat menjadi pengemudi go-car

40 .540 .000

Sumber: Data Primer diolah 2018

Data diatas merupakan pengolahan dari metode paired sample T-test yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan tentang pendapatan responden sebelum dan sesudah bergabung dalam go-car.

B. Pembahasan

Dalam penelitian yang telah dilakukan terhadap 40 responden yang berprofesi sebagai pengemudi go-car di DI Yogyakarta dapat diketahui bahwa usia rata-rata masyarakat yang berprofesi sebagai pengemudi go-car 55% berusia lebih dari 40 Tahun. Selanjutnya diketahui bahwa terdapat 17,5% responden berumur 31-35 Tahun, 15% responden yang memiliki rentan usia 26-30 Tahun, 10% responden dengan rentan usia 36-40 Tahun, dan sebanyak 2,5% responden yang memiliki rentan usia >25%. Dari data yang tersebut dapat disimpulkan bahwa responden dengan usia lebih dari 40 tahun menjadi usia yang paling mendominasi dari rentang usia lainya. Hal ini dikarenakan bahwa banyak masyarakat yang telah memiliki perkerjaan utama yang menurut mereka masih kurang dapat mencukupi kebutuhan sehari-harinya yang semakin lama semakin banya. Terdapat resiko yang besar dari pekerjaan yang sebelumnya dimiliki responden juga menjadi alasan untuk respondeen tersebut kemudian memilih mengembangkan karirnya sebagai pengemudi on-line khususnya go-car.

Dari reponden yang ada pun dapat diketahui pula bahwa terdapat 95%

responden berjenis kelamin laki-laki, sedangkan terdapat 5% responden berjenis kelamin perempuan yang menunjukan bahwa memang banyak pria yang menjadi tulang punggung keluarga yang benar-benar membutuhkan kesempatan untuk mencapai kondisi ekonomi yang lebih baik lagi. Sedangkan terdapat pula wanita yang juga bergabung dan memiliki alasan yang sama dan ada juga yang memiliki alasan untuk memanfatkan waktu luangnya sebagai seorang ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan.

Selain itu peneliti juga menemukan kondisi latar belakang pendidikan responden rata-rata adalah tamat Sekolah Menengah Atas yang tercatat sebesar 52,2% responden memiliki latar belakang pendidikan tamat Sekolah Menengah Atas/Sederajat. Sebanyak 20% responden memiliki latar belakang pendidikan tamat Sekolah Menengah Pertama, sedangkan pada tingkat sarjana sebanyak 17,5% dan ada pula yang sedang menempuh pendidikannya di tingkat sarjana sebanyak 5% dan diketahui pula sebanyak 5% responden memiliki latar belakang pendidikan tamat Sekolah Dasar. Menurut keterangan dari beberapa responden yang mengaku bahwa memang sulit sebelumnya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak yang juga menghasilkan pendapatan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan latar belakang yang dimiliki sebelumnya adalah

Selain itu peneliti juga menemukan kondisi latar belakang pendidikan responden rata-rata adalah tamat Sekolah Menengah Atas yang tercatat sebesar 52,2% responden memiliki latar belakang pendidikan tamat Sekolah Menengah Atas/Sederajat. Sebanyak 20% responden memiliki latar belakang pendidikan tamat Sekolah Menengah Pertama, sedangkan pada tingkat sarjana sebanyak 17,5% dan ada pula yang sedang menempuh pendidikannya di tingkat sarjana sebanyak 5% dan diketahui pula sebanyak 5% responden memiliki latar belakang pendidikan tamat Sekolah Dasar. Menurut keterangan dari beberapa responden yang mengaku bahwa memang sulit sebelumnya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak yang juga menghasilkan pendapatan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan latar belakang yang dimiliki sebelumnya adalah

Dokumen terkait