• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

C. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal terhadap Perilaku Tidak Etis

Perilaku Tidak Etis adalah suatu sikap atau perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang di dalam suatu perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu di mana tujuan tersebut berbeda dari tujuan utama yang telah disepakati sebelumnya. Perilaku Tidak Etis tersebut bertentangan dari aturan yang telah ada. Tindakan menyimpang yang dilakukan tersebut semata-mata untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan instansi.

Arens (2008:375) menjelaskan bahwa pengendalian internal meliputi lima elemen yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pengawasan. Kelima elemen tersebut membantu suatu instansi untuk mencapai tujuannya.

Pengendalian internal yang lemah atau longgar dapat memberikan peluang seseorang untuk melakukan perilaku tidak etis yang dapat

merugikan suatu instansi atau lembaga, maka dari itu suatu instansi atau lembaga harus memiliki sistem pengendalian internal yang efektif di mana setiap aktivitas-aktivitas yang dilakukan karyawan dalam instansi atau lembaga tersebut mendapatkan pengawasan yang ketat.

Dengan berdasarkan penelitian Wilopo (2006), Thoyibatun (2009), Fauwzi (2011) dan Adelin (2013), Keefektifan Pengendalian Internal dapat mencegah dan menurunkan Perilaku Tidak Etis manajemen yang berarti bahwa semakin efektif pengendalian internal di instansi, semakin rendah pula Perilaku Tidak Etis karyawannya.

2. Pengaruh Ketaatan Aturan Akuntansi terhadap Perilaku Tidak Etis Ketaatan Aturan Akuntansi merupakan suatu kewajiban dalam organisasi untuk mematuhi segala ketentuan atau aturan akuntansi dalam melaksanakan pengelolaan keuangan dan pembuatan laporan keuangan agar tercipta transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan laporan keuangan yang dihasilkan efektif, handal serta akurat informasinya. Adanya aturan akuntansi tersebut menghindari tindakan yang menyimpang yang dapat merugikan organisasi.

Taatnya manajemen pada aturan akuntansi yang berlaku dalam melakukan kegiatan-kegiatan akuntansi diharapkan dapat mengurangi perilaku tidak etis. Semakin taat perusahaan terhadap aturan akuntansi yang berlaku semakin rendah pula tindakan tidak etis yang dilakukan manajemen dalam instansi.

Dengan berdasarkan penelitian Wilopo (2006) dan Thoyibatun (2009) Ketaatan Aturan Akuntansi dapat mencegah dan mengurangi Perilaku Tidak Etis manajemen dalam suatu instansi.

3. Pengaruh Kesesuaian Kompensasi terhadap Perilaku Tidak Etis

Kadarisman (2012:3) menjelaskan bahwa kompensasi yang diterimakan kepada karyawan cenderung untuk menentukan standar hidup serta kedudukan sosial di masyarakat. Pentingnya kompensasi bagi karyawan sangat berpengaruh terhadap perilaku dan kinerjanya.

Ketidaksesuaian kompensasi yang diberikan perusahaan dengan keinginan karyawannya akan memicu terjadinya perilaku tidak etis karena ketidakpuasaan karyawan tersebut terhadap kompensasi yang diterima. Perilaku tidak etis tersebut dilakukan semata-mata untuk memaksimalkan keuntungan pribadinya.

Kompensasi yang sesuai menjadi bagian yang sangat penting bagi kinerja karyawan serta keberhasilan organisasi (Luthans, 1998: 231-238) dan Wilopo (2006). Pendapat ini didukung oleh Wright (2003) dalan Wilopo (2006) yang menyatakan bahwa insentif, pengawasan serta sistem yang berjalan dengan baik dapat mencegah munculnya perilaku tidak etis yang dilakukan karyawannya.

Dengan berdasarkan penelitian Thoyibatun (2009) pemberian kompensasi yang sesuai akan menurunkan Perilaku Tidak Etis manajemen dalam instansi. Dan semakin sesuai kompensasi yang diberikan manajemen kepada karyawan akan semakin rendah pula Perilaku Tidak Etis.

4. Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Pengendalian internal yang efektif dalam suatu instansi diharapkan mampu meminimalisasikan tindakan menyimpang yang tidak sesuai dengan aturan yang dilakukan oleh seseorang demi keuntungan pribadi. Tindakan menyimpang tersebut dapat berupa kecurangan akuntansi. Pada umumnya kecurangan akuntansi berkaitan dengan korupsi. Dalam korupsi, tindakan yang lazim dilakukan di antaranya adalah penyuapan, konflik kepentingan, pemberian tanda terima kasih yang tidak sah, dan pemerasan secara ekonomi.

Kecenderungan Kecurangan Akuntansi dapat terjadi apabila pengendalian internal dalam perusahaan tidak berjalan secara efektif. Karena pengendalian internal tidak berjalan secara efektif tersebut, maka peluang seseorang untuk melakukan tindakan kecurangan akuntansi sangat terbuka. Untuk menutup peluang terjadinya kecurangan akuntansi dalam suatu instansi dapat memberlakukan pengendalian internal secara efektif. dan dengan

Dengan berdasarkan penelitian Wilopo (2006), Thoyibatun (2009), Fauwzi (2011) dan Adelin (2013), Keefektifan Pengendalian Internal dapat mencegah dan mengurangi tindakan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi di dalam manajemen yang berarti bahwa semakin efektif pengendalian internal dalam manajemen maka semakin rendah tindakan kecurangan akuntansinya.

5. Pengaruh Ketaatan Aturan Akuntansi terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Thoyibatun (2009) menjelaskan bahwa Ketaatan Aturan Akuntansi dipandang sebagai tingkat kesesuaian prosedur pengelolaan aset organisasi, pelaksanaan prosedur akuntansi dan penyajian laporan keuangan beserta semua bukti pendukungnya, dengan aturan yang sudah ditentukan oleh BPK dan/atau SAP, sedangkan Wolk and Tearney (1997:93-95) dalam Wilopo (2006:6) menjelaskan bahwa kegagalan penyusunan laporan keuangan yang disebabkan karena ketidaktaatan pada aturan akuntansi, di mana hal tersebut akan menimbulkan kecurangan pada instansi yang tidak dapat dideteksi oleh para auditor.

Dengan demikian suatu instansi atau lembaga akan melakukan tindakan kecurangan karena mereka tidak berpedoman pada aturan akuntansi yang berlaku. Begitu sebaliknya jika suatu instansi taatnya terhadap aturan akuntansi yang berlaku maka Kecenderungan Kecurangan Akuntansi dapat berkurang. Taatnya manajemen terhadap aturan akuntansi juga akan berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam perusahaan yang berhubungan dengan akuntansi dengan baik dan benar sehingga nantinya menghasilkan laporan keuangan yang efektif dan mampu memberikan informasi yang handal dan akurat untuk pihak-pihak yang berkepentingan.

Dengan berdasarkan penelitian Wilopo (2006), Thoyibatun (2009) dan Adelin (2013) Ketaatan Aturan Akuntansi dapat mencegah dan mengurangi

tindakan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi, yang berarti bahwa semakin suatu manajemen taat pada aturan akuntansi maka semakin rendah pula Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.

6. Pengaruh Kesesuaian Kompensasi terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Kecurangan akuntansi dapat terjadi ketika seorang karyawan merasa tidak puas atas kompensasi yang ia terima dari apa yang telah mereka kerjakan. Tindakan kecurangan akuntansi tersebut dilakukan karyawan semata-mata untuk memaksimalkan keuntungan untuk pribadi.

Jensen dan Meckling (1976) dalam Wilopo (2006:5) menyatakan bahwa pemberian kompensasi diharapkan dapat mengurangi Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Kesesuaian kompensasi yang diberikan kepada karyawannya atas apa yang telah mereka kerjakan diharapkan dapat membuat karyawan tersebut tercukupi sehingga tidak melakukan tindakan kecurangan akuntansi untuk memaksimalkan keuntungan pribadinya di mana hal tersebut akan merugikan instansi itu sendiri.

Dengan berdasarkan dari penelitian Thoyibatun (2009), Kesesuaian Kompensasi diharapkan dapat mencegah dan menurunkan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi manajemen dalam instansi.

7. Pengaruh Perilaku Tidak Etis terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Perilaku manajemen yang tidak etis dapat mempengaruhi terjadinya kecurangan akuntansi. Semakin manajemen melakukan perilaku yang tidak

etis maka semakin tinggi pula tindakan kecurangan akuntansi yang mereka lakukan. Dallas (2002) dalam Wilopo (2006:8) menyatakan bahwa berbagai kecurangan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan Enron, WorldCom, Xerox dll di USA dikarenakan perilaku tidak etis yang dilakukan manajemen dalam perusahaan. CIMA (2002) dalam Wilopo (2006) juga berpendapat bahwa perusahaan dengan standar etika yang rendah memiliki risiko kecurangan akuntansi yang tinggi.

Dengan berdasarkan penelitian Wilopo (2006), Thoyibatun (2009), dan Adelin (2013), Perilaku Tidak Etis manajemen dalam perusahaan akan berpengaruh terhadap tindakan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi, yang berarti semakin tinggi Perilaku Tidak Etis manajemen maka semakin tinggi pula Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.

8. Pengaruh Perilaku Tidak Etis sebagai variabel intervening antara Keefektifan Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi dan Kesesuaian Kompensasi terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.

Kurang efektifnya pengendalian internal, ketidakpuasaan dan kekecewaan karyawan dengan hasil atau kompensasi yang diperoleh di dalam suatu perusahaan atas apa yang telah mereka kerjakan, dan ketidaktaatan pada aturan akuntansi dapat memberikan kesempatan dan memicu karyawan untuk berperilaku tidak etis yang merujuk pada tindakan kecurangan akuntansi berkaitan dengan korupsi seperti penyuapan, konflik kepentingan, pemberian tanda terima kasih yang tidak sah, dan pemerasan

secara ekonomi di mana hal tersebut dapat merugikan instansi atau lembaga itu sendiri. Dengan demikian Perilaku Tidak Etis karyawan yang disebabkan oleh kurang efektifnya pengendalian internal, kurang taat kepada aturan akuntansi dan tidak sesuainya kompensasi yang diberikan akan berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.